Makalah APD
Makalah APD
Penulis menyadari bahwa tidak mungkin tugas ini dapat selesai bila dilakukan tanpa bantuan,
bimbigan, dorongan dan nasihat dari berbagai pihak yan telah membatu kami. Karena itu kami
ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar besarnya kepada semua pihak yang
bersangkutan dalam pembuatan tugas ini .
Dengan segala keterbatasan dan kekurangan kami sehingga tugas ini tidak sesempurna yang Ibu
kira karena masih banyak kekurangannya . terlepas dari itu , saya berharap agar tugas ini dapat
bermanfaat dikemudian hari untuk segala pihak yang membutuhkan .
Sekian yang dapat kami sampaikan semoga tugas ini dapat bermanfaat. Akhir kata.
‘Wasalamualaikum Wr.Wb.’
Tim Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Alat Pelindung Diri adalah alat-alat yang mampu memberikan perlindungan terhadap
bahaya-bahaya kecelakaan (Suma’mur, 2019). Atau bisa juga disebut alat kelengkapan yang
wajib digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan risiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja
itu sendiri dan orang di sekelilingnya.
APD dipakai sebagai upaya terakhir dalam usaha melindungi tenaga kerja apabila usaha
rekayasa (engineering) dan administratif tidak dapat dilakukan dengan baik. Namun pemakaian
APD bukanlah pengganti dari usaha tersebut, namun sebagai usaha akhir.
Alat Pelindung Diri harus mampu melindungi pemakainya dari bahaya-bahaya kecelakaan
yang mungkin ditimbulkan, oleh karena itu, APD dipilih secara hati-hati agar dapat memenuhi
ketentuan. Menurut ketentuan Balai Hiperkes, syarat-syarat Alat Pelindung Diri adalah :
1. APD harus dapat memberikan perlindungan yang kuat terhadap bahaya yang spesifik
atau bahaya yang dihadapi oleh tenaga kerja.
2. Berat alat hendaknya seringan mungkin dan alat tersebut tidak menyebabkan rasa
ketidaknyamanan yang berlebihan.
3. Alat harus dapat dipakai secara fleksibel.
4. Bentuknya harus cukup menarik.
5. Alat pelindung tahan untuk pemakaian yang lama.
6. Alat tidak menimbulkan bahaya-bahaya tambahan bagi pemakainya yang dikarenakan
bentuk dan bahayanya yang tidak tepat atau karena salah dalam menggunakannya.
7. Alat pelindung harus memenuhi standar yang telah ada.
8. Alat tersebut tidak membatasi gerakan dan persepsi sensoris pemakainya.
9. Suku cadangnya harus mudah didapat guna mempermudah pemeliharaannya.
2. Kelebihan
Sebagai usaha terakhir apabila sistem pengendalian teknik dan administrasi tidak berfungsi
dengan baik.
1. Cara memilih
Alat Pelindung Diri yang sesuai standar serta sesuai dengan jenis pekerjaannya harus selalu
digunakan selama mengerjakan tugas tersebut atau selama berada di areal pekerjaan tersebut
dilaksanakan.
Alat Pelindung Diri tidak dibutuhkan apabila sedang berada dalam kantor, ruang istirahat, atau
tempat-tempat yang tidak berhubungan dengan pekerjaannya.
2. Cara merawat
Memeriksa Alat pelindung diri sebelum dipakai untuk mengetahui adanya kerusakan atau tidak
layak pakai.
Memastikan Alat pelindung diri yang digunakan aman untuk keselamatan jika tidak sesuai maka
perlu diganti dengan yang baru.
Dijaga keadaannya dengan pemeriksaan rutin yang menyangkut cara penyimpanan, kebersihan
serta kondisinya.
Apabila dalam pemeriksaan tersebut ditemukan alat helm kerja yang kualitasnya tidak sesuai
persyaratan maka alat tersebut ditarik serta tidak dibenarkan untuk dipergunakan
Helm kerja dijaga keadaannya dengan pemeriksaan rutin yang menyangkut cara penyimpanan,
kebersihan serta kondisinya oleh manajemen lini.
Apabila dalam pemeriksaan tersebut ditemukan alat helm kerja yang kualitasnya tidak sesuai
persyaratan maka alat tersebut ditarik serta tidak dibenarkan untuk dipergunakan (retak-retak,
bolong atau tanpa system suspensinya).
Setiap manajemen lini harus memiliki catatan jumlah karyawan yang memiliki helm kerja dan
telah mengikuti training.
Kacamata safety dijaga keadaannya dengan pemeriksaan rutin yang menyangkut cara
penyimpanan, kebersihan serta kondisinya oleh manajemen lini.
Apabila dalam pemeriksaan tersebut ditemukan kacamata safety yang kualitasnya tidak sesuai
persyaratan maka alat tersebut ditarik serta tidak dibenarkan untuk dipergunakan.
Penyimpanan masker harus terjamin sehingga terhindar dari debu, kondisi yang ekstrim (terlalu
panas atau terlalu dingin), kelembaban atau kemungkinan tercemar bahan-bahan kimia
berbahaya.
Setiap manajemen lini harus memiliki catatan jumlah karyawan yang memiliki kacamata safety
dan telah mengikuti training.
Apabila dalam pemeriksaan tersebut ditemukan sepatu safety yang kualitasnya tidak sesuai
persyaratan maka alat tersebut ditarik serta tidak dibenarkan untuk dipergunakan.
Setiap manajemen lini harus memiliki catatan jumlah karyawan yang memiliki sepatu safety dan
telah mengikuti training.
Pelindung pernafasan dijaga keadaannya dengan pemeriksaan rutin yang menyangkut cara
penyimpanan, kebersihan serta kondisinya.
Apabila dalam pemeriksaan tersebut ditemukan alat pelindung pernafasan yang kualitasnya tidak
sesuai persyaratan maka alat tersebut ditarik serta tidak dibenarkan untuk dipergunakan.
Kondisi dan kebersihan alat pelindung pernafasan menjadi tanggung jawab karyawan yang
bersangkutan,
Kontrol terhadap kebersihan alat tersebut akan selalu dilakukan oleh managemen lini.
Sarung tangan
Sarung tangan dijaga keadaannya dengan pemeriksaan rutin yang menyangkut cara
penyimpanan, kebersihan serta kondisinya oleh manajemen lini.
Apabila dalam pemeriksaan tersebut ditemukan sarung tangan yang kualitasnya tidak sesuai
persyaratan maka alat tersebut ditarik serta tidak dibenarkan untuk dipergunakan.
Penyimpanan sarung tangan harus terjamin sehingga terhindar dari debu, kondisi yang ekstrim
(terlalu panas atau terlalu dingin), kelembaban atau kemungkinan tercemar bahan-bahan kimia
berbahaya.
BAB III
PENUTUP
A .Kesimpulan
Alat Pelindung Diri atau APD sangat penting dan diperlukan oleh
pegawai,karyawan ,Enginering,administratif atau siapapun yang memiliki resiko kecelakaan
atauapun bahaya dalam bekerja.Oleh karena itu APD harus benar-benar di pelajari dan di
pahami baik dalam penggunaannya ataupun pemeliharaannya agar APD bias berfungsi dengan
baik. Berikut pembahasan mengenai Alat Pelindung diri :
Alat Perlindungan Diri merupakan alat yang digunakan untuk mengurangi resiko akibat
kecelakaan, bukan menghilangkan kecelakaan itu sendiri.
Alat Perlindungan Diri harus sesuai dengan jenis kegiatan dan tempat pekerjaan.
Alat Perlindungan Diri harus selalu dirawat agar dapat digunakan sesuai dengan ketentuan.
B.Saran
Penyuluhan tentang Alat pelindung diri kepada semua masyarakat agar dapat mengurangi angka
kecelakaan.
Penggunaan Alat pelindung diri sebaiknya sesuai dengan kebutuhan tenaga kerja.
Pemantauan terhadap Alat pelindung diri harus rutin dilakukan, agar dalam penggunaan lebih
optimal.
ALAT PELINDUNG DIRI
Oleh:
Universitas PGRI Banyuwangi
Fakultas Teknik
2011
BAB I
Pendahuluan
Dindonesia dewasa ini sudah mulai berkembang tingkat peridustrianya. Alatperindustrian yang
biasanya manual dilakukan mulai ditinggalkan dengan beralih keteknik yang lebih cepat dan
efisien.
Akan tetapi, disamping cepat dan efisien, masih ada efek pengikut lainnya yang tidak bisa
diabaikan begitu saja, seperti misalnya penyakit ataupun kecelakaan kerja yang bisa ditimbulkan
baik pada pekerja maupun lingkungan sekitarnya
Alat Pelindung Diri ( APD ) adalah seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga
kerjauntuk melindungi seluruh/sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya
potensibahaya/kecelakaan kerja.
APD dipakai sebagai upaya terakhir dalam usaha melindungi tenaga kerja apabila usaha rekayasa
(engineering) dan administratif tidak dapat dilakukan dengan baik
.1.2 Tujuan
Untuk mengetahui manfaat dari penggunaan alat pelindung diri bagi para pekerja
1.3 Manfaat
BAB II
ISI
b. TOPI PENGAMAN
Untuk penggunaan yang bersifat umum dan pengaman dari tegangan listrik yang terbatas.
Tahan terhadap tegangan listrik tinggi.
Tanpa perlindungan terhadap tenaga listrik,biasanya terbuat dari logam
Yang digunakan untuk pemadam kebakaran.
PENGUJIAN MEKANIK
Dengan menjatuhkan benda seberat 3 kg dari ketinggian 1m, topi tidak boleh pecah atau benda
tak boleh menyentuh kepala.
Jarak antara lapisan luar dan lapisan dalam dibagian puncak ; 4-5 cm.
Tidak menyerap air dengan direndam dalam air selama 24 jam. Air yang diserap kurang 5%
beratnya
Tahan terhadap api
Pengujian listrik
Tahan terhadap listrik tegangan tinggi diuji dengan mengalirkan arus bolak-balik 20.000 volt
dengan frekuensi 60 Hz, selama 3 menit,kebocoran arus harus lebih kecil dari 9 mA.
Tahan terhadap listrik tegangan rendah, diuji dengan mengalirkan arus bolak-balik 2200 volt
dengan frekuensi 60 Hz selama 1 menit kebocoran arus harus kurang dari 9mA
Manfaat Topi/Tudung
Untuk melindungi kepala:
Dari zat-zat kimia berbahaya
Dari Iklim yang berubah-ubah
Dari bahaya api dll
Integrasi APD
Alat pelindung kepala ini dapat dilengkapi dengan alat pelindung diri lainnya seperti:
Kacamata / goggles.
Penutup muka.
Penutup telinga.
Respirator dan lain-lain.
Tutup Telinga
Ada beberapa jenis
Atenuasinya: pada frekuensi 2800–4000 Hz sampai 42 dB (35–45 dB)
Untuk frekuensi biasa 25-30 dB.
Untuk keadaan khusus dapat dikombinasikan antara tutup telinga dan sumbat telinga sehingga
dapat atenuasi yang lebih tinggi; tapi tak lebih dari 50 dB,karena hantaran suara melalui tulang
masih ada.
g. Safety Belt
Berguna untuk melindungi tubuh dari kemungkinan terjatuh, biasanya digunakan pada pekerjaan
konstruksi dan memanjat serta tempat tertutup atau boiler.
Harus dapat menahan beban sebesar 80 Kg.
Jenis
Penggantung unifilar
Penggantung berbentuk U
Gabungan penggantung unifilar dan bentuk U
Penunjang dada (chest harness)
Penunjang dada dan punggung (chest waist harness)
Penunjang seluruh tubuh (full body harness)
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Alat Pelindung Diri ( APD ) adalah seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga kerja untuk
melindungi seluruh/sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya potensibahaya/kecelakaan
kerja.
APD dipakai sebagai upaya terakhir dalam usaha melindungi tenaga kerja apabila usaha
MAKALAH
yang dibina oleh Bapak Prof. Dr. Ir. H. Djoko Kustono, M.Pd
oleh
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK MESIN
September 2011
BAGIAN I
PENDAHULAUAN
A. Latar Belakang
Semenjak terjadinya revolusi industri di Inggris pada akhir abad ke -18 dan awal abad ke-19,
industri mulai berkembang ke seluruh Eropa Barat dan Amerika Utara kemudian keseluruh
dunia. Dampak dari revolusi industri adalah meningkatnya jumlah tenaga kerja di kawasan
industri yang sebelumnya para pekerja lebih banyak bekerja di sektor nonindustri.
Peningkatan jumlah tenaga kerja dalam sektor industri tentu saja membawa dampak terhadap
keadaan sosial masyarakat. Dampak yang ditimbulkan dari adanya perkembangan industri
berupa dampak positif dan dampak negatif. Salah satu contoh dampak negatif yang ditimbulkan
adalah penurunan kondisi kesehatan dan keselamatan para pekerja dikarenakan keadaan pekerja
dilapangan atau di dunia industri belum dilindungi sistem pencegahan dan penanggulangan
bahaya dunia industri terhadap keselamatan jiwa baik secara langsung maupun dalam jangka
waktu yang lama.
Untuk itu diperlukan suatu sistem penanggulangan bahaya yang disebut dengan kesehatan dan
keselamatan kerja, dan salah satu indikator penting pelaksanaannya adalah penerapan alat
pelindung kerja.
Alat pelindung kerja bertujuan untuk melindungi para pekerja dari kemungkinan resiko bahaya
yang dapat mengancam keselamatan jiwa. Tentu saja alat pelindung kerja harus mempunyai
standarisasi dan spesifikasi sesuai dengan fungsinya untuk menanggulangi jenis bahaya tertentu.
Untuk itu dalam makalah ini akan dibahas macam-macam alat pelindung diri, perancangan,
pembuatan, sertifikasi dan penerapannya dalam industri atau dunia kerja.
A. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan masalah-masalah
yakni sebagai berikut:
4. Bagaimana sistem perencanaan, pembuatan, sertifikasi dan label alat pelindung diri itu?
5. Tempat kerja seperti apa yang wajib menggunakan alat pelindung diri?
6. Apa kewajiban dan hak pekerja serta pengusaha terhadap penerapan alat pelindung diri?
B. Tujuan penulisan
4. Untuk mengetahui sistem perencanaan pembuatan, sertifikasi dan label alat pelindung diri.
5. Untuk mengetahui tempat-tempat kerja yang wajib menggunakan alat pelindung diri.
6. Untuk mengetahui kewajiban dan hak pekerja serta pengusaha terhadap penerapan alat
pelindung diri.
BAGIAN II
PEMBAHASAN
A. Dasar Hukum
2. Undang-undang No.3 Tahun 1969 tentang ratifikasi Konvensi ILO No.120 mengenai
Higiene Dalam Perniagaan dan Kantor-kantor (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1969 Nomor 14).
5. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187/M Tahun 2004 tentang Pembentukan
Kabinet Indonesia Bersatu.
Alat Pelindung Diri selanjutnya disebut APD adalah seperangkat alat yang digunakan oleh
tenaga kerja untuk melindungi seluruh dan atau sebagian tubuh dari adanya kemungkinan potensi
bahaya dan kecelakaan kerja. (Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik
Indonesia NomorPer.08/MEN/VII/2010).
Perencanaan pembuatan alat pelindung diri harus mengacu pada StandardNasional Indonesia
(SNI) atau standard internasional yang diakui secara luas di dunia. Pembuat atau distributor alat
pelindung diri wajib terdaftar dan memiliki Surat Keputusan Penunjukan (SKP) sebagai
Perusahaan Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja (PJK3) bidang fabrikasi atau distribusi di
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI. Pembuat dan distributor alat pelindung diri
wajib bertanggung jawab atas kualitas, keamanan dan keselamatan alat pelindung diri yang
dibuat dan diedarkan.
Setiap jenis APD yang diproduksi di dalam negeri maupun di luar negeri dan akan diedarkan di
wilayah hukum RI wajib memiliki nomor pendaftaran dan mendapat sertifikat kelayakan .Syarat
mendapat nomor pendaftaran dan sertifikat kelayakan antara lain:
1. Gambar rencana.
2. Spesifikasi produk.
5. Sampel produk.
Pengujian alat pelindung diri dapat dilakukan di laboratorium di dalam dan di luar negeri yang
telah mendapat akreditasi dari lembaga yang berwenang. Label berupa logo K3 dan nomor
pendaftaran wajib dilekatkan pada produk alat pelindung diri yang telah mendapat nomor
pendaftaran dan sertifikat kelayakan. Dalam hal ini tidak dapat dilekatkan pada alat pelindung
diri, label wajib dilekatkan pada kemasan, pembungkus atau buku manual alat pelindung diri.
NAB faktor Kimia dan Fisika melebihi ketentuan yang berlaku; dibuat, dicoba, dipakai atau
dipergunakan mesin, pesawat, alat perkakas, peralatan atau instalasi yang berbahaya yang dapat
menimbulkan kecelakaan, kebakaran atau peledakan; tempat yang dikelola asbes, debu dan serat
berbahaya, api, asap, gas, kotoran, hembusan angin yang keras,dan panas matahari; dibuat,
diolah, dipakai dipergunakan, diperdagangkan, diangkut atau disimpan bahan atau barang yang
dapat meledak, mudah terbakar, korosif, beracun, menimbulkan infeksi , bersuhu tinggi atau
bersuhu sangat rendah; dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau
pembongkaran rumah, gedung atau bangunan lainnya termasuk bangunan perairan, saluran atau
terowongan di bawah tanah dan sebagainya atau dimana dilakukan pekerjaan persiapan;
dilakukan usaha: pertanian, perkebunan, pembukaan hutan, pengerjaan hutan, pengolahan kayu
atau hasil hutan lainnya, peternakan, perikanan; dilakukan usaha kesehatan seperti rumah sakit,
puskesmas, klinik dan pelayanan kesehatan kerja.
Dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan mineral dan logam, minyak bumi dan gas alam;
dilakukan pengangkutan barang, binatang atau manusia, baik di darat, laut dan udara; dikerjakan
bongkar muat barang muatan di pelabuhan laut, bandar udara, terminal, setasiun kereta api atau
gudang; dilakukan penyelaman dan pekerjaan lain di dalam air; dilakukan pekerjaan di
ketinggian di atas permukaan tanah; dilakukan pekerjaan dengan tekanan udara atau suhu di
bawah atau di atas normal (ekstrem); dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun
tanah, kejatuhan, terkena pelantingan benda, terjatuh atau terperosok, hanyut atau
terpelanting;dilakukan pekerjaan dalam tangki, sumur atau lubang dan ruang tertutup; dilakukan
pembuangan atau pemusnahan sampah atau limbah; dibangkitkan, dirubah, dikumpulkan,
disimpan, dibagi-bagikan atau disalurkan listrik, gas, minyak dan air.
Pengurus wajib menyediakan secara cuma-cuma, bagi tenaga kerja setiap orang lain yang
memasuki tempat kerja. dengan ketentuan :
3. Alat pelindung diri telah rusak dan tidak dapat berfungsi dengan baik karena dipakai bekerja.
Ada penetapan dan diwajibkan oleh Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan atau Ahli Keselamatan
dan kesehatan kerja di perusahaan. Pemilihan alat pelindung diri wajib melibatkan wakil
pekerja/buruh. Pengurus wajib menyediakan alat pelindung diri dalam jumlah yang cukup dan
sesuai dengan jenis potensi bahaya dan jumlah pekerja/buruh.
Begitu juga pekerja wajib untuk memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan. Wajib
merawat dan menjaga alat-alat perlindungan diri yang diberikan , berhak meminta kepada
pengurus atau pengusaha alat perlindungan diri yang diperlukan dalam melaksanakan pekerjaan.
berhak menyatakan keberatan kerja atau mogok kerja bila:
Dilarang mengganti alat pelindung diri yang disediakan pengurus atau pengusaha untuk
keperluan bekerja dengan jenis lain yang mutu dan kualitasnya tidak setara.
4.2 Pembinaan
Pengurus wajib menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang alat-alat
pelindung diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan melalui program pembinaan alat pelindung
diri.dilaksanakan dengan cara :
Pengurus atau pengusaha wajib memiliki dokumentasi program pembinaan alat pelindung diri.
4.3 Perawatan
Alat pelindung diri yang telah dipakai seorang tenaga kerja tidak boleh dipakai tenaga kerja lain
kecuali bila alat pelindung diri sudah dibersihkan. Alat pelindung diri yang terkontaminasi oleh
debu atau serat dan bahan kimia berbahaya dilarang untuk dibawa pulang.Pengurus harus
menyediakan tempat penyimpanan khusus untuk alat pelindung diri.Penggantian salah satu
komponen atau seluruh komponen alat pelindung diri harus diketahui oleh Petugas
Penatalaksana Alat Pelindung Diri atau Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja di
perusahaan.Perusahaan harus memiliki dokumentasi perawatan alat pelindung diri.
Pengusaha atau pengurus dapat menjatuhkan tindakan disiplin kepada pekerja/buruh dalam hal
pekerja/buruh tidak bersedia untuk mengikuti program penggunaan alat pelindung diri.Sanksi
terhadap pelanggaran disiplin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Perjanjian
Kerja, Peraturan Perusahaan atau Perjanjian Kerja Bersama.
2. Melakukan pemilihan alat pelindung diri yang sesuai dengan jenis bahaya dan kebutuhan/
kenyamanan pekerja/ buruh.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) sangat diperlukan di dalam dunia kerja untuk
melindungi para pekerja terhadap kemungkinan potensi resiko kecelakaan yang bisa terjadi.
Untuk itu pemerintah menetapakan peraturan-peraturan yang berkaitan tentang penggunaan dan
penerapan APD di dunia kerja.
Jenis-jenis APD bermacam-macam disesuaikan dengan fungsinya untuk melindungi objek yang
dirasa perlu untuk dilindungi.
Pembuatan APD harus sesuai dengan acuan Standard Nasional Indonesia (SNI) atau
standard internasional. Kelayakan penggunaan APD ditentukan oleh hasil pengujian kelayakan
oleh lembaga terakreditasi yang selanjutnya jika telah terpenuhi akan diberikan sertifikat
kelayakan dan nomor pendaftaran.
Tempat kerja yang wajib memakai APD dibagi menjadi tiga yakni tempat kerja yang resiko
bahayanya disebabkan faktor kimia dan fisika, tempat kerja pengolahan dan pertambangan
mineral serta logam, dan terakhir adalah tempat kerja yang berlokasi dekat air atau di air.
Kewjiban pengusaha sebagai pelaksana industri adalah mengadakan APD bagi pekerjanya,
memastikan penerapan di lapangan bisa dalam bentuk perawatan,pemberian APD yang baru bagi
pekerja, pemusnahan APD yang sudah tidak layak pakai,pembinaan terhadap
pekerja, dan penunjukan petugas penatalaksana alat pelindung diri.
B. SARAN
Penerapan Alat Pelindung Diri harus lebih dioptimalkan sebagai bagian dari sistem kesehatan
dan keselamatan kerja. Pemerintah perlu membuat undang-undang yang lebih tegas di dalam
mengatur sangsi-sangsi terhadap pelanggar undang-undang tentang kesehatan dan keselamatan
kerja. Selain itu kesadaran dari para pekerja tentang kesehatan dan keselamatan kerja juga harus
lebih ditingkatkan. Karena pada umumnya kecelakaan-kecelakaan kerja yang terjadi di dunia
industri adalah akibat faktor kelalaian pekerja itu sendiri.
DAFTAR RUJUKAN