LOKALATIH
PENYUSUNAN TATA HUTAN DAN RENCANA
PENGELOLAAN HUTAN
PENYUSUN
Ir. PRIYAMBUDI SANTOSO, M.Sc.
Penyusunan modul Loka Latih ”Penataan Blok dan Petak” ini didasarkan pada Surat
Perintah Kepala Pusat Diklat No. PT. 38/DIK-3/2012 tanggal 31 Januari 2012.
Kiranya Modul ini dapat digunakan dalam pembelajaran peserta Loka Latih Tata
Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan.
Modul ini telah dibahas pada tanggal 27 Januari 2012 untuk memperoleh masukan
dan saran dari beberapa pihak terkait, antara lain dari unsur Pusat Diklat Kehutanan,
dan Eselon II terkait Lingkup Ditjen Planologi, Ditjen BUK, dan Biro Perencanaan.
Kepada penyusun Modul (Sdr. Ir. Priyambudi Santoso, M.Sc.) serta penyiap dan
pendukung bahan penyusunan Modul dari Ditjen Planologi Kehutanan (Sdr. Ir.
Ubaidillah Salabi, M.P.) kami mengucapkan terima kasih. Mudah-mudahan modul ini
dapat bermanfaat dalam pelaksanaan Loka Latih Tata Hutan dan Penyusunan
Rencana Pengelolaan Hutan.
Masukan dan saran perbaikan dari berbagai pihak masih diperlukan untuk
kesempurnaan penulisan Modul ini.
Demikian Modul ini dibuat semoga bermanfaat.
TTD
I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Deskripsi Singkat ................................................................................ 2
C. Materi Pokok ...................................................................................... 2
D. Manfaat Modul ................................................................................... 3
A. Latar Belakang
Pengelolaan hutan merupakan usaha untuk mewujudkan hutan lestari dan
memberi manfaat sebesar-besarnya untuk kepentingan masyarakat. Pengelolaan
hutan mencakup tata hutan dan rencana pengelolaan, pemanfaatan hutan,
rehabilitasi hutan, perlindungan hutan, dan konservasi. Untuk mewujudkan
pengelolaan hutan lestari, diperlukan suatu wadah tempat terselenggaranya
pengelolaan tersebut berupa unit-unit pengelolaan atau Kesatuan Pemangkuan
Hutan (KPH). KPH merupakan wilayah pengelolaan hutan terkecil sesuai fungsi
pokok dan peruntukannya yang dapat dikelola secara efisien dan lestari. Dengan
demikian KPH menjadi satuan terkecil kesatuan pengelolaan dan dikelola oleh suatu
Unit Organisasi KPH.
Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2007 jo. Peraturan Pemerintah Nomor 3 tahun
2008 tentang Taha Hutan dan penyusunan Rencana Pengelolaa Hutan Serta
Pemanfaatan hutan mengamanatkan seluruh kawasan hutan terbagi habis dalam
KPH berupa KPHK, KPHL dan KPHP. KPH menjadi bagian dari penguatan sistem
pengurusan hutan nasional, propinsi, dan kabupaten/kota.
Mandat KPH untuk mewujudkan pengelolaan hutan lestari terinci ke dalam sinergi
kelestarian sosial, kelestarian lingkungan, dan kelestarian ekonomi. Mandat ini
membuat pengelolaan hutan dalam KPH menjadi multi-faset dan multi-dimensional.
Perencanaan pengelolaan hutan yang didahului dengan tata hutan menjadi
instrumen pemenuhan mandat yang sangat vital.
Tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan merupakan proses aktif
yang memerlukan pemikiran yang serius mengenai apa yang dapat atau sebaiknya
ada dan terjadi di masa yang akan datang. Banyak informasi yang harus
dimanfaatkan selama kegiatan tata hutan dan perencanaan pengelolaan hutan yang
dipergunakan untuk melandasi berbagai analisis yang diperlukan. Kelengkapan,
akurasi, kemutakhiran dan reliabilitas data dan informasi sangat menentukan hasil
tata hutan dan rencana pengelolaan yang disusun. Data dan informasi yang
diperlukan untuk mendukung tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan
hutan meliputi data biogeofisik (luas, potensi sumber daya hutan dan kondisi fisik
lahan) dan sosial budaya (keberadaan pemukiman, jumlah penduduk, mata
pencaharian, dsb.).
Hasil tata hutan merupakan landasan dalam penyusunan rencana pengelolaan hutan
untuk mewujudkan manfataat hutan secara optimal. Kegiatan tata hutan dalam
KPHL dan KPHP (selain di taman nasional dan kawasan hutan yang sekarang
menjadi wilayah pengelolaan Perum Perhutani) merupakan kegiatan yang baru bagi
rimbawan Indonesia. Dalam rangka pelaksanaan tata hutan dan penyusunan
rencana pengelolaan hutan, Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan akan
menyelenggarakan lokalatih bagi staf BPKH yang akan melaksanakan kegiatan tata
hutan di BPKH. Salah satu mata ajaran yang akan diberikan adalah Pembagian Blok
dan Petak dalam rangka Tata Hutan. Oleh karena itu dipandang perlu adanya materi
dapat menjadi acuan pembelajaran dan bahan bacaan peserta berupa Modul
Pembagian Blok dan Petak.
B. Diskripsi Sungkat
Modul ini memuat tentang pembagian blok dan petak yang merupakan bagian dari
tata hutan. Namun demikian, sebelum pembahasan mengenai pembagian blok dan
petak terlebih dahulu disampaikan materi mengenai tata hutan tata hutan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan beberapa tipe tata
hutan di berbagai sistem pengelolaan. Materi pembagian blok dan petak disajikan
secara lebih detail, meliputi konsep blok, kriteria pembuatan blok dan pelaksanaan
pembagian blok dan petak.
C. Materi Pokok
1. Pendahuluan yang memuat latar belakang, diskrisi singkat modul dan materi
modul
D. Manfaat Modul
Tata hutan di laksanakan pada setiap KPH di semua kawasan hutan. Dalam tata
hutan pada KPH ini, fungsi kawasan hutan (Kawasan Konservasi, Hutan Lindung dan
Hutan Produksi) merupakan sesuatu yang bersifat given yang telah ditentukan
dalam proses penatagunaan kawasan hutan. Dengan demikian, dalam tata hutan ini
tidak dilakukan penataan ruang dalam pengertian pembagian fungsi kawasan hutan.
Mengingat suatu KPH dimungkinkan terdapat lebih dari fungsi kawasan hutan, maka
tata hutan dalam KPH dilaksanakan untuk setiap fungsi kawasan hutan. Dengan
demikian, kriteria yang digunakan dalam penataan hutan pada setiap fungsi
kawasan hutan juga akan berbeda. Hal ini merupakan sesuatu yang logis mengingat
pembagian kawasan hutan ke dalam fungsi-fungsi hutan pada hakekatnya
merupakan cerminan titik berat fungsi suatu kawasan hutan. Titik berat hutan
produksi adalah untuk fungsi ekonomi, tetapi dalam waktu yang bersamaan juga
mengemban fungsi perlindungan dan konservasi sesuai potensi yang terkandung di
dalamnya. Demikian juga hutan lindung dengan titik berat pemanfaatan untuk
perlindungan tata air, tetapi pada saat yang bersamaan juga mengemban fungsi
ekonomi dan konservasi sesuai potensinya.
Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 jo. PP Nomor 3 Tahun 2008
tentang Tata Hutan dan Renacana Pengelolaan Hutan Serta Pemanfaatan Hutan,
kegiatan tata hutan di KPH terdiri dari inventarisasi hutan, pembagian blok atau
zona, pembagian petak dan anak petak, penataan batas serta pemetaan. Dalam tata
hutan harus memperhatikan areal tertentu dalam kawasan hutan yang telah
ditetapkan oleh Pemerintah sebagai hutan kemsyarakatan, hutan adat, hutan desa
dan kawasan hutan dengan tujuan khusus (KHDTK).
Hasil kegiatan tata hutan dijadikan dasar dalam penyusunan rencana pengelolaan
hutan dengan mengacu pada rencana kehutanan nasional, provinsi, maupun
kabupaten/kota dengan memperhatikan aspirasi, nilai budaya masyarakat setempat
serta kondisi lingkungan.
Hutan konservasi terdiri dari kawasan suaka alam, kawasan hutan pepelestarian
alam dan taman buru. Kawasan suaka alam terdiri dari cagar alam dan suaka
margasatwa; sedang kawasan hutan pelestarian alam terdiri dari taman nasional,
taman hutan raya dan taman wisata alam.
Jenis kegiatan tata hutan pada kawasan hutan wisata alam pada dasarnya
sama dengan tata hutan pada taman hutan raya. Sedangkan pembagian
bloknya terdiri dari blok pemanafaatan intensif, blok pemanfaatan terbatas
dan blok lainnya
Jenis kegiatan tata hutan pada kawasan taman buru pada dasarnya sama
dengan tata hutan pada taman hutan raya dan taman wisata alam.
Pembagian blok pada taman buru terdiri dari blok buru, blok pemanfaatan,
blok pengembangan satwa dan blok lainnya.
Petak/Anak Petak
Petak adalah bagian yang terkecil dari bagian hutan yang berfungsi
sebagai kesatuan manajemen dan kesatuan administrasi. Yang
dimaksud kesatuan manajemen yaitu kesatuan tindakan-tindakan teknik
kehutanan seperti kegiatan penanaman, pemeliharaan dan pemanenan
hasil, yang semua mengacu pada satuan petak. Kesatuan tindakan
(manajemen) memiliki volume pekerjaan yang dapat diukur dengan
kesatuan luas, kesatuan waktu dan keadaan hasil pekerjaan.
Petak sebagai kesatuan administrasi adalah akibat langsung dari petak
sebagai kesatuan manajemen dalam arti, bahwa setiap tindakan
manajemen di dalam petak dicatat berdasarkan petak sebagai suatu
kesatuan. Catatan tindakan penanaman, pemeliharaan, pemanenan dan
pembiayaan baik sebagian maupun seluruhnya dilakukan untuk petak
sebagai kesatuan. Maksud dari pembiayaan sebagian adalah pencataan
bagian-bagian pembiayaan dari suatu kegiatan.
b. Pembagian wilayah pengelolaan hutan (struktur)
Penataan organisasi management unit di Pulau Jawa dan Madura
dipengaruhi faktor-faktor : rentang kendali (span of control), kondisi
hutan dan efisiensi biaya. Dengan pertimbangan tersebut maka luas
KPH cukup bervariasi, mulai dari sekitar 17 ribu hektar sampai dengan
60 ribu hektar. Hirarki orgnisasi KPH di Perum Perhutani adalah sebagai
berikut :
Kesatuan Pemangkuan Hutan /KPH, sebagai unit pengelolaan hutan
Sub Kesatuan Pemangkuan Hutan (SKPH)
Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH)
Resort Pemangkuan Hutan(RPH)/Resort Polisi Hutan
Petak/anak petak : kesatuan tindakan silvikultur dan kesatuan
administrasi
2. Pembagian Wilayah di Hessen-Forst
Pembagian FMU kedalam FD lebih banyak didasarkan atas batas desa atau
kota (town), batas kepemilikan (state dan community) dan proporsi luas.
Hutan komunal dan hutan privat harus mengikuti batas desa atau kota,
sedangkan hutan negara dapat melintas batas desa/kota. Hal ini berkaitan
dengan efektifitas pengelolaan. Tidak dipertimbangkan batas-batas ekologis
seperti batas DAS/sub DAS ataupun batas konservasi. Dalam satu FD dapat
terdiri dari satu atau lebih pemilikan hutan.
Penataan zona taman nasional didasarkan pada potensi dan fungsi kawasan
dengan mempertimbangkan aspek ekologi, sosial, ekonomi dan budaya.
Berdasarkan aspek-aspek tersebut selanjutnya dibuat kriteria tiap-tiap zona.
B. Konsepsi Blok
Pengertian blok di kehutanan digunakan untuk berbagai pengertian dan
tujuan yang berbeda. Dalam kegiatan pemanfaatan hutan kayu, blok
digunakan untuk satuan luas tebangan Rencana Karya Lima Tahun dan
Rencana Karya Tahunan. Pengertian ini berbeda dengan konsepsi blok dalam
rangka tata hutan dalam KPH. Dalam tata hutan pada KPH, blok diartikan
bagian dari wilayah KPH dengan persamaan karakteristik biogeofisik dan
sosial budaya, bersifat relatif permanen yang ditetapkan untuk meningkatkan
efektivitas dan efisiensi manajemen. Dengan demikian pembentukan blok
didasarkan faktor biogefisik dan sosial budaya. Faktor-faktor biogeofisik yang
berpengaruh antara lain pentupan lahan, potensi sumber daya hutan,
bentang alam, topografi dan ekosistem. Faktor sosial budaya yang
berpengaruh antara lain jumlah penduduk, mata pencaharian, pemilikan
lahan, jarak pemukiman, pola-pola pemanfaatan hutan oleh masyarakat,
keberadaan hutan adat, dsb.
Terminologi blok ini digunakan pada hutan produksi, hutan lindung dan
kawasan konservasi selain taman nasional. Untuk taman nasional, terminologi
yang digunakan adalah zona.
A. Pembagian Blok
Peta DAS
Peta Aksesibilitas
Peta Potensi
Peta Administrasi
Peta kelerengan
Peta RKTN
Oleh karena itu, pelaksanaan pembentukan petak dalam KPH adalah sebagai
berikut :
1. Blok yang telah terdapat ijin pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan
hutan, tidak dilakukan pembagian ke dalam petak-petak, karena petak-petak
dibentuk oleh pemegang izin.
2. Blok yang tidak ada ijin pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan
hutan, terlebih dahulu dilakukan identifikasi sebagai berikut:
a. Areal dalam blok yang pemanfaatan hutannya direncanakan akan
dilaksanakan oleh pemegang ijin dan rencana areal penggunaaan
kawasan hutan. Di areal ini tidak dilakukan pembentukan petak oleh
KPH, karena petak akan dibentuk oleh pemegang ijin.
b. Areal dalam blok yang telah terdapat pemukiman masyarakat. Di areal
ini tidak dilakukan pembagian ke dalam petak, namun perlu
mendapatkan identifikasi khusus untuk memperoleh arahan penanganan
sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan.
3. Areal dalam blok di luar butir a dan b atas. Di areal ini yang akan dilakukan
pembagian petak sesuai dengan potensi dan kondisi yang ada, serta dengan
memperhatikan arahan pengelolaan hutan jangka panjang yang telah
disusun.
Pembentukan anak petak tidak dilaksanakan pada saat awal tata hutan, karena
anak petak merupakan bagian dari petak yang bersifat temporer, yang oleh
sebab tertentu memperoleh perlakuan silvikultur atau kegiatan pengelolaan yang
khusus. Jadi anak pentak muncul karena faktor perkembangan kondisi suatu
petak, misalnya suatu bagian tertentu dari suatu petak yang setelah dilakukan
rehabilitasi dalam perkembangannya menjadi tanak kosong karena kegagalan
rehabilitasi.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
1. Setyarso, A., S. Sastrosumarto, A. Sulistyowati. 2006. Kriteria dan Standar
Perencanaan Hutan. Pusat Pembentukan Wilayah Pengelolaan Hutan.
Jakarta.
2. Simon, H. 2006. Perencanaan Hutan. Yayasan Pembina Fakultas
Kehutanan UGM. Yogyakarta.
Peraturan Perundang-undangan
Presentasi
1. Albrecht, Jorg. 2010. Forest Management Units in The State of Hesse
Managed by Hessen-Fosrt. Presentasi pada Expert Dialog on FMU System.
Hesse.
2. Perum Perhutani. 2009. Pengelolaan KPH di Wilayah Perum Perhutani.
Rapat Koordinasi Pembangunan KPH. Yogyakarta.