Anda di halaman 1dari 105

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN

JANGKA PANJANG KPHP MODEL


MANDAILING NATAL PERIODE 2014-2023
Rencana Pengelolaan Hutan
KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023

RINGKASAN EKSEKUTIF
Pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) sebagai sebuah unit
pengelolaan hutan ditingkat tapak bertujuan untuk mewujudkan pengelolaan hutan
yang efisien dan lestari.

Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Model Mandailing Natal


dengan luas ± 159,166 ha yang pembentukannya berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Kehutanan Republik Indonesia No. SK. 332/ Menhut-II/ 2010, dibagi menjadi
tujuh (7) blok yaitu HL blok inti, HL blok pemanfaatan, HP blok pemanfaatn HHK-HA,
HP blok pemanfaatan HHK-HT, HP blok pemanfaatan jasling HHBK, HP blok
pemberdayaan, dan HP blok perlindungan.

Potensi tegakan pohon yang terdapat pada fungsi hutan produksi lahan
primer dengan stratifikasi hutan lahan kering sekunder diperoleh rata-rata volume
tegakan pada tingkat pohon sebesar 128.77 m3/ha dengan jumlah batang sebanyak
133.48 batang/ha.

Rencana kegiatan 10 tahun kedepan dituangkan dalam bentuk Rencana


Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) KPHP Model Mandailing Natal Tahun
2014 – 2023. RPHJP ini yang berisi rumusan visi dan misi yang didasarkan atas
kondisi, isu-isu strategis yang diangkat dari berbagai problematika yang menjadi
tantangan dalam pengelolaan sumberdaya hutan saat ini dan harapan di masa yang
akan datang dengan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki.

Visi KPH adalah “Mengelola Hutan Bersama Masyarakat Untuk KPHP


Model Mandailing Natal Yang Mandiri dan Berkontribusi Terhadap PAD” Visi
tersebut akan dicapai melalui 5 Misi sebagai barikut : (1) Membangun Kelembagaan,
Penataan Kawasan dan SDM KPHP. Model Mandailing Natal; (2) Membangun
Hutan Karet; (3) Kerjasama dan Kemitraan; (4) Pemanfaatan HHK dan HHBK; dan
(5) Perlindungan dan Rehabilitasi Hutan. Adapun 11 Capaian Utama yang akan
diwujudkan KPHP Model Mandiling Natal tahun 2014 - 2023 adalah : (1) Tersedianya
Sarana Dan Prasarana Pengelolaan, (2) Tertatanya Blok Dan Petak Di Wilayah

ii
Rencana Pengelolaan Hutan
KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023

Kelola, (3) Tersedianya SDM Terampil Dan Kompeten, (4) Terbangunnya


Hutan Karet Seluas + 1.000 Ha, (5) Terwujudnya Kerjasama Investasi Dalam Bentuk
MoU, (6) Terlaksanakanya Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Hutan
Karet, Pemanfaatan Dan Perlindungan Hutan, (7) Terlaksanakan Penangkaran Rusa
Seluas + 4 Ha, (8) Termanfaatkannya HHK (Meranti, Kapur, Kruing, Bania, Merbau,
Rengas, Resak, Lagan, Medang, Kelat, Lesi-Lesi, dll), (9) Termanfaatkannya HHBK
(Sarang Walet, Rotan, Lebah Madu, Gaharu, Getah/Resin, Palm Hutan, Bambu,
Tanaman Hias, Anggrek, Tanaman Obat, Damar, Kayu Manis, Durian, Aren, Dan
Lain-Lain Seluas + 300 Ha, (10) Termanfaatkannya Potensi Air, Wisata Alam Dan
Jasa Lingkungan, (11) Terlaksananya Perlindungan Hutan Dan Rehabilitasi Hutan
seluas + 700 (tujuh ratus) Ha.
Secara garis besar, kegiatan utama yang akan dilaksanakan oleh KPHP
Mandailing Natal selama tahun 2014 - 2023 diselaraskan dengan misi, capaian-
capaian utama dan core business adalah : (1) Inventarisasi berkala wilayah kelola
serta penataan hutannya, (2) Pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu, (3)
Pemberdayaan masyarakat, (4) Pembinaan dan pemantauan pada areal KPH yang
telah ada ijin pemanfaatan maupun penggunaan kawasan hutan, (5) Rehabilitasi
pada areal di luar ijin, (6) Pembinaan dan pemantauan rehabilitaasi dan reklamasi di
dalam areal yang berijin, (7) Rencana penyelenggaraan perlindungan hutan dan
konservasi alam, (8) Rencana penyelenggaraan koordinasi dan sinkronisasi antar
pemegang ijin, (9) Koordinasi dan sinergi dengan Instansi dan stakeholder terkait,
(10) Rencana penyediaan dan peningkatan kapasitas SDM, (11) Penyediaan
pendanaan, (12) Pengembangan database, (13) Rencana rasionalisasi wilayah
kelola, (14) Review rencana pengelolaan, dan (15) Pengembangan investasi.
Sebagai pelengkap dan dalam rangka mendukung kegiatan perencanaan dan
implementasi kegiatan pengelolaan hutan di KPHP Model Mandailing Natal,
dokumen RPHJP dilengkapi dengan data dan informasi spasial berupa peta.

RPHJP KPHP Model Mandailing Natal ini merupakan pedoman dan arahan
pelaksanaan pengelolaan untuk diaplikasikan secara konsisten serta terus dimonitor
sehingga terwujud pengelolaan hutan intensif, efisien, dan efektif di KPHP Model
Mandailing Natal.

iii
iv
Rencana Pengelolaan Hutan
KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023

iii
KATA PENGANTAR

Pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) merupakan salah satu Indikator


Kinerja Utama (IKU) dalam perencanaan strategis kementrian Kehutanan. Untuk
membangun KPH, perlu dilakukan penyiapan prakondisi pengelolaan hutan, meliputi : (1)
Pembagian kawasan hutan menjadi unit-unit kesatuan pengelolaan hutan (KPH), (2)
Pembentukan institusi pengelola pada setiap unit KPH, serta (3) Adanya perencanaan yang
berbasis spasial dari setiap unit KPH.

Secara garis besar, Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP Model
Mandailing Natal Periode 2014-2023 meliputi (1) Maksud, tujuan dan sasaran kegiatan,
(2) Deskripsi kawasan, (3) Visi dan misi pengelolaan hutan, (4) Analisis dan proyeksi
kegiatan, (5) Rencana kegiatan, (6) Pembinaan, pengawasan, dan pengendalian, (7)
Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan

Penghargaan dan ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang
telah ikut serta berpartisipasi dalam pelaksanaan kegiatan penyusunan Rencana
Pengelolaan Hutan (RPH) KPHP Mandailing Natal. Diharapakan semoga RPH-JP ini dapat
dijadikan sebagai landasan dan acuan untuk mempercepat pembangunan kehutanan
tingkat tapak di wilayah KPHP Model Mandailing Natal.

Panyabungan, Desember 2013

v
DAFTAR ISI
Halaman

LEMBAR PENGESAHAN
RINGKASAN ESEKUTIF…………………………………………………………….. ii
KATA PENGANTAR ...........................................................................…………… v
DAFTAR ISI ………………………………………………………......……………….. vi
DAFTAR TABEL …………………………………………………......………………. viii
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………......………………. ix
DAFTAR TABEL LAMPIRAN............................................................................. x
DAFTAR GAMBAR LAMPIRAN ………………………………………………...... xi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................... 2
B. Maksud dan Tujuan................................................................................... 3
C. Sasaran..................................................................................................... 4
D. Dasar Hukum…………………………………………………………….......... 4
E. Ruang Lingkup........................................................................................... 5
F. Batasan Pengertian................................................................................... 7
II. DESKRIPSI KAWASAN
A. Risalah Wilayah KPHP Model Mandailing Natal........................................ 12
B. Potensi Wilayah KPHP Model Mandailing Natal........................................ 19
C. Data dan Informasi Sosial Budaya ....................................................... 20
D. Data dan Informasi Ijin-ijin Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan
Kawasan.................................................................................................... 32
E. Kondisi Posisi KPHP Model Mandailing Natal dalam Perspektif Tata
Ruang, Wilayah, dan Pembangunan
Daerah.............................................. 32
F. Isu Strategis, Kendala, dan Permasalahan................................... 33
III. VISI DAN MISI PENGELOLAAN HUTAN
A. Visi ........................................................................................ 36
B. Misi …………………………………………………………………………….. 38
C. Capaian Utama ………………………………………................................... 39
IV. ANALISIS DAN PROYEKSI

v
A. Analisis............................................................................ 41
B. Proyeksi 10 Tahun ke Depan........................................................ 58
V. RENCANA KEGIATAN
A. Inventarisasi Berkala Wilayah Kelola serta Penataan Hutan.......... 60
B. Pemanfaatan Hutan pada Wilayah Tertentu.................................... 60
C. Pemberdayaan Masyarakat.............................................................. 61
D. Pembinaan dan Pemantauan (Controlling) pada Areal KPHP
Mandailing Natal yang Telah Ada Ijin Pemanfaatan maupun
Penggunaan Kawasan Hutan......................................................... 61

E. Penyelenggaraan Rehabilitasi pada Areal di Luar Ijin................... 62


F. Pembinaan dan Pemantauan (Controlling) Pelaksanaan Rehabilitasi
dan Reklamasi pada Areal yang Sudah Ada Ijin Pemanfaatan dan
Penggunaan Kawasan Hutan............................ 63

G. Penyelenggaraan Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam......... 63


H. Penyelenggaraan Koordinasi dan Sinkronisasi antar Pemegang
Ijin.................................................................................................. 63
I. Koordinasi dan Sinergi dengan Instansi dan Stakeholder terkait……
64
J. Penyediaan dan peningkatan kapasitas SDM................................
65
K. Penyedian pendanaan....................................................................
65
L. Pengembangan database................................................................
66
M. Rasionalisasi wilayah kelola..........................................................
67
N. Review Rencana Pengelolaan (minimal 5 tahun sekali) ..............
68
O. Pengembangan investasi...............................................................
68
VI. PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN
A. Pembinaan..................................................................................... 71
B. Pengawasan................................................................................... 72
C. Pengendalian................................................................................. 72

VII. PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN


A. Pemantauan dan Evaluasi.................................................................. 75
C. Pelaporan.......................................................................................... 76
VIII. PENUTUP ........................................................................................... 78
DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 79
LAMPIRAN-LAMPIRAN

vi
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Rincian Pembagian Unit KPH Model Madina Berdasarkan


Wilayah BPKH ...................................................................... 12
2. Pembagian Blok KPH Berdasarkan Fungsi Hutan 13
3. Tutupan Lahan pada wilayah KPHP Model Mandailing Natal 17
4. DAS pada wilayah KPHP Model Mandailing Natal 17
5. Pembagian Blok KPHP Model Mandailing Natal. 18
6. Luas, jumlah penduduk menurut desa 20
7. Jumlah Penduduk menurut jenis kelamin tahun 2009 21
8. Jumlah Penduduk menurut jenis kelamin tahun 2008 21
9. Jumlah Penduduk menurut jenis kelamin tahun 2009 21
10. Jumlah Penduduk menurut jenis kelamin tahun 2010 21
11. Jumlah Sekolah Dasar , Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan
Sekolah Lanjutan Tingkat Atas per Kecamatan ................... 25
12. Identifikasi faktor internal dan eksternal
KPHP Model Mandailing Natal.............................................. 42
13. Strategi Meningkatkan Kekuatan (Strength) Dengan
Menanfaatkan Peluang (Opportunity) 43
14. Strategi Mengatasi Kelemahan (Weakness) Dengan
Memanfaatkan Peluang (Opportunity) 46
15. Strategi Memanfaatkan Kekuatan (Strengh) Untuk
Mengatasi Ancaman (Threat) 49
16. Strategi Mengatasi Kelemahan (Weakness) Dengan
Memanfaatkan Ancaman (Threat) 53
17. Kondisi KPHP Model Mandailing Natal Saat Ini dan
Proyeksi 10 Tahun ke Depan (2014 – 2023) 58

vii
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Struktur Organisasi KPHP Model Mandailing Natal 18

viii
DAFTAR TABEL LAMPIRAN

1 Daftar Nama Pohon yang ditemukan dalam Pelaksanaan


Kegiatan Inventarisasi Potensi Wilayah Pengelolaan Unit KPH
Model Madina
2 Daftar Jenis Pohon yang ditemukan pada Kegiatan Inventarisasi
Hutan di Wilayah KPHP Model Mandailing Natal

3 Daftar Jenis Tumbuhan Di Hutan KPHP Model Mandailing Natal

4 Daftar Jenis Mamalia dan Status Keterancamannya

ix
x
DAFTAR GAMBAR LAMPIRAN :
1. Peta Tata Hutan KPHP Model Mandailing Natal, Kabupaten Mandailing Natal,
Provinsi Sumatrera Utara
2. Peta Delineasi Wilayah Tertentu KPHP Model Mandailing Natal, Kabupaten
Mandailing Natal, Provinsi Sumatrera Utara
3. Peta Penetapan Wilayah KPHP Model Mandailing Natal, Kabupaten
Mandailing Natal, Provinsi Sumatrera Utara
4. Peta Kawasan Hutan KPHP Model Mandailing Natal, Kabupaten Mandailing
Natal, Provinsi Sumatrera Utara
5. Peta Kelas Lereng KPHP Model Mandailing Natal, Kabupaten Mandailing
Natal, Provinsi Sumatrera Utara
6. Peta Penutupan Lahan KPHP Model Mandailing Natal, Kabupaten Mandailing
Natal, Provinsi Sumatrera Utara
7. Peta DAS KPHP Model Mandailing Natal, Kabupaten Mandailing Natal,
Provinsi Sumatrera Utara
8. Peta Penutupan Blok Inti KPHP Model Mandailing Natal, Kabupaten
Mandailing Natal, Provinsi Sumatrera Utara
9. Peta Blok Pemanfaatan KPHP Model Mandailing Natal, Kabupaten
Mandailing Natal, Provinsi Sumatrera Utara
10. Peta Blok Perlindungan KPHP Model Mandailing Natal, Kabupaten
Mandailing Natal, Provinsi Sumatrera Utara
11. Peta Blok Pemanfaatan Kawasan, Jasa Lingkungan dan HHBK KPHP Model
Mandailing Natal, Kabupaten Mandailing Natal, Provinsi Sumatrera Utara
12. Peta Blok Pemberdayaan KPHP Model Mandailing Natal, Kabupaten
Mandailing Natal, Provinsi Sumatrera Utara
13. Peta Blok Pemanfaatan HHK – HA KPHP Model Mandailing Natal,
Kabupaten Mandailing Natal, Provinsi Sumatrera Utara
14. Peta Blok Pemanfaatan HHK – HT KPHP Model Mandailing Natal,
Kabupaten Mandailing Natal, Provinsi Sumatrera Utara
15. Peta Blok dan Petak KPHP Model Mandailing Natal, Kabupaten Mandailing
Natal, Provinsi Sumatrera Utara
16. Peta Pemanfaatan Pada KPHP Model Mandailing Natal, Kabupaten
Mandailing Natal, Provinsi Sumatrera Utara
17. Peta RKTN Pada KPHP Model Mandailing Natal, Kabupaten Mandailing
Natal, Provinsi Sumatrera Utara
xi
Rencana Pengelolaan Hutan
KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023

LAMPIRAN
Rencana Pengelolaan Hutan
KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023

Tabel Lampiran 1. Daftar Nama Pohon yang ditemukan dalam Pelaksanaan Kegiatan
Inventarisasi Potensi Wilayah Pengelolaan Unit KPHP Model Mandailing Natal
No. Nama Lokal Nama Latin

1 Akarodon/Antarodan Artocarpus kemende mig.ver.(1)


2 Andarasi Wainmennia lelumliplanok
3 Andulpak Sapium baccatum Roxb.
4 Antarsa Canarium litore BL.
5 Balam Palagium aboratum engil
6 Balik angin Aglaia argentea BL.
7 Balun ijuk Diospyrus baloen idjoek Bakh.
8 Bangle Tristanis (9)
9 Bania Shorea platyclados Bsi.
10 Bantunan Koilodepas (3)
11 Barangan Costanopsis inermis Jack.
12 Basung Alstonia anguistiloba Miq.
13 Bayur Pterospermum polyanta Hassk.
14 Berumbung Sonneratia caseolaris Engl.
15 Bintangur Calopyllum sp.
16 Binuang Oktomeles sumatrana
17 Bodar-bodar Dysexylum
18 Bonggang Neesla glabra Becc.
19 Cengal Hopea sangal Kort.
20 Cengkawan Dipleroe arpaelal sp.
21 Dammar Dacryodes rostrata H.J.L
22 Dara-dara Knema mandarahan Warb.
23 Dedap Erythrina fusca Lour
24 Dondong air Dacryodesa angulata H.J.L
25 Durian Durio graveolens Becc.
26 Embacang Mangifera foetida Laur.
27 Geronggang Cratoxylon arboresen BL.
28 Goring-goring Glochidion abscurum Hook.f
29 Goti Alstoma meumatophala Bakh.
30 Hapas-hapas Exbucklandia populnea R.W.Bown
31 Hatapang Terminalia copelandil Elm.
32 Haundolok Eugenia sp.
33 Hayu hara Ficus procera Reinw.
34 Hayu rata
35 Horsik Quercus gamellifora BL.
36 Hoting Caslanopsis javanica A.DC
37 Ingor-ingor Parinari sumatrana Bent.
38 Jailan Terhetiayanamea BL.
39 Jambu-jambu Euganis sp.
40 Jelutung Dyera coslulata Hook.f
41 K. Minyak Dipterocarpus apterus Fexw.
42 Kapur Dryobalanops aromatica Gaertn.
43 Kase Pometia alnifofia Radlk.
44 Katuko Shorea platyclados V.Si
45 Kayu manis Subelia sp.
46 Kemenyan Styrak benzoil Dryand.
47 Kempas Koompassia malaccensis maing
48 Kenanga Cananga odorata Hk.F
49 Keruing Dipterocarpus cemutus Dyer.
Rencana Pengelolaan Hutan
KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023

No. Nama Lokal Nama Latin

50 Laban Vitex pubescens Vahl.


51 Lagan Hastixia trichotoma BL
52 Lampisi Macaranga hypholeuca Muell.
53 Lancat bodi Aglaia guisdermexl houk
54 Lempayan Eugenia sp.
55 Lesi-lesi Tarretia (9)
56 Loba-loba Engenia sp.
57 Longgang Commersonia bartramia Merr.
58 Malutua Eugenla sp.
59 Mayang Palaquium sp.
60 Medang Litsia sp.
61 Meranti Shorea sp.
62 Murak Dracontomelon mangiferum BL.
63 Ombu
64 Parak Beilschmiedia dichtyeneura Kosterm
65 Pasak bumi Eurycoma longifolla
66 Petal Parkia speciosa Hassk.
67 Pisang-pisang Kandalia candal Drues.
68 Pulai Alstonia pnematophora Back
69 Rambutan Nephelium eriopetalum Miq.
70 Rao Ficus variegata BL.
71 Raru manisan Tarrietia rubiginosa Kosterm
72 Rengas Mangifera (1)
73 Resak Vatica songa V.Sl
74 Ronge Melanorrhoea sp.
75 Ronggang Cratoxylon arborescens BL.
76 Ruam Podocarous sp.
77 Sampinur Podocarpus imbicatus BL.
78 Sapot Glochidon
79 Sarung kulit Eugenia sp.
80 Sengon Paraserianthes falcataria
81 Sijingkal Xylopia (2)
82 Simarhonongan Dipterocarpus crinitus Dyer.
83 Simartanaon Schima sp.
84 Simartolu Schima wallichii Korth
85 Simpur Dillenia excelsa Gilg.
86 Sitarak Artocarpus elasticus Rainw.
87 Songal Shorea sp.
88 Surian Parishia mangayi Hook.f
89 T. Kuda Endospermum malacuesi Muell.
90 Tampui Macaranga javanica Muell.
91 Tapis Polyathia hypoleuca Hook.f
92 Tempayang Anthocephalus cadamba Miq.
93 Terentang Caupnosperma auriculata Hook.f
94 Tinggiran Carallia brachiata Merr.
95 Torop Artocarpus elasticus Rainw.
96 Ubar Tryslaniaoboutma
Sumber: Laporan Hasil Pelaksanaan Inventarisasi Hutan Wilayah Pengelolaan KPH Model Madina
Kabupaten Madina (Unit KPH Madina) Tahun 2012.
Rencana Pengelolaan Hutan
KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023

Tabel Lampiran 2. Daftar Jenis Pohon yang ditemukan pada Kegiatan Inventarisasi Hutan di
Wilayah KPHP Model Mandailing Natal.
No Nama Nama Daerah Nama Ilmiah
Pedagangan
I. Kelompok Jenis Meranti/ Kelompok Komersial Satu
1 Balau Damar laut, Semantok (Aceh), Shorea spp; Parashorea
Selangan Batu, Anggelam, Amperok spp
2 Balau merah Balau laut, Batu tuyang, Damar laut Shorea spp.
merah, Putang, Lempung abang
3 Dammar Damar Araucaria spp.
4 Durian Durian burung, Lahong, layung, Apun, Durio carinatus Mast;
Begurah, Punggal, Durian hantu, Durio spp.;Coelostegia spp.
Enggang
5 Giam/Resak Resak batu, Resak gunung Cotylelobium spp.
6 Jelutung Pulai nasi, Pantung gunung, Melabuai Dyera spp.
7 Kenari Keranti, Ki tuwak, Binjau, Asam- Canarium spp.; Dacryodes
asam, Kedondong, Resung, Bayung, spp.; Trioma spp.; Santria
Ranggorai, Mertukul spp.
8 Keruing Tempuran, Lagan, Merkurang, Dipterocarpus spp.
Kawang, Apitong
9 Medang Sintuk, Sintok lancing, Kitteja, Ki Cinnamomum spp.
tuha, Ki sereh
10 Meranti kuning Damar tanduk, Damar buah, Damar Shorea acuminatissima
hitam, Damar kelepek Sym, Shorea
balanocarpoides Sym,
Shorea fguetiana Heim,
Shorea scollaris V.Sloot,
Shorea gibbosa Brandis.
11 Merati merah Bania, Seraya merah, Kontoy bayor, Shorea palembanica Miq,
Campaga, Lempong, Kumbang, Shorea lepidota BI, Shorea
Majau, Meranti ketuko, Ketrahan, ovalis Bl, Shorea
Ketir, Cupang johorensis Foxw, Shorea
leptoclados Sym, Shorea
leprosula Miq, Shorea
platyclados sloot.Ex foxw.
12 Merawan Ngerawan, Cengal, Amang besi, Hopea spp. ; Hopea dyeri;
Cengal balaw, Emang, Tekam Hopea sangal Kort.
13 Mersawa Damar kunyit, Masegar, Ketimpun, Anisoptera spp.
Tabok, Tahan, Cengal padi
14 Nyatoh Suntai, Nalam, Jongkong, Hangkang, Palaquium spp.; Payena
Katingan, Mayang batu, Bunut, spp.; Madhuca spp.
Kedang, Bakalaung, Ketiau, Jengkot,
Kolan
15 Pulai Kayu gabus, Rita, Gitoh, Bintau, Alstona spp.
Basung, Pule, Pulai miang
16 Rasamala Tulasan (Sumatera), Mala (Jawa), Altingia excelsa Noronha
Mandung (Mnkb)
17 Resak Damar along, Resak putih Vatica spp.
II. Kelompok Jenis Kayu Rimba Campuran/ Kelompok Komersil Dua
1 Bayur Walang, wayu, Balang, Wadang Pterospermum spp.
2 Bintangur Bunoh, Nyamplung, Penaga Calophyllum spp.
3 Gopasa Teraut, laban Vitex spp.
4 Gerunggang Madang baro, Adat, Temau, Mampat, Cratoxylum ispp.
Butun, Kemutul
Rencana Pengelolaan Hutan
KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023

No Nama Nama Daerah Nama Ilmiah


Pedagangan
5 Jabon Kelampayan, Laran, Semama Anthocephalus spp.
6 Jambu-jambu Kelat, Ki tembaga, jambu Eugenia spp.
7 Kempas Impas, Tualang ayanm, Hampas Koompassia malaccensis
Miiang.
8 Mahang Markubung, Mara, Benua Macaranga spp.
9 Medang Manggah, Huru kacang, Kelaban, Litsea firma Hook.f;
Wuru, Kunyit Dehassia spp.
10 Mempisang Mahabal, Hakai rawang, Empunyit, Mezzetti parviflora Becc;
Jangkang, Banitan, Pisang-pisang Xylopia spp.; Alphonsea
spp.; Kandelia candell
Druce
11 Rengas Rengas tembaga, Rangas Gluta aptera (King) Ding
Hou
12 Sesendok Kayu bulan, Sendok-sendok, kayu raja, Endospermum spp.
Garung, Kayu labu
13 Simpur Sempur, Segel, Janti, Dongi Dilenia spp.
14 Tembesu Tomasu, Kulaki, Malbira, Kitandu Fragraea spp.
15 Terap Tara, Cempedak, Kulur, Teureup Artocarpus spp.
16 Terentang Tumbus, Pauh lebi Campnosperma spp.
17 Terentang ayam Pauhan, Antumbus, Talantang Buchanania spp.

III. Kelompok Jenis Kayu Indah/ Kelompok Indah Dua


1 Membacang Limus plit, Ambacang, Wani, Mangifera spp.
Mampelam, Asam, Mangga
2 Pasang Mempeniang, Baturua, Kasunu, Triti Quercus spp.
3 Raja bunga Segawe, Klenderi, Saga Adenanthera spp.
4 Rengas Ingas, Suloh, Rangas, Rengas burung Gluta spp.; Melanorrhoea
spp.

Sumber: Laporan Hasil Pelaksanaan Inventarisasi Hutan Wilayah Pengelolaan KPH Model Madina
Kabupaten Madina (Unit KPH Madina) Tahun 2012.
Rencana Pengelolaan Hutan
KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023

Tabel Lampiran 3. Daftar Jenis Tumbuhan Di Hutan KPHP Model Mandailing Natal
NO. NAMA SUKU NO. NAMA JENIS

1. Actinidiaceae 1 Saurauia pendula Bl.


2. Alangiaceae 2 Alangium javanicum (Bl.) Wang.
3. Anacardiace 3 Buchanania sessilifolia Bl.
4 Mangifera swintonioides Kosterm.
5 Mangifera laurina Bl.
6 Melanochyla caesia (Bl.) Ding Hou
7 Melanochyla bracteata King
8 Swintonia glauca Engl.
4. Annonaceae 9 Annonaceae 1
10 Annonaceae 2
11 Cyathocalyx biovulatus Boerl.
12 Cyathocalyx sp.1
13 Melodorum kentii Hook. f. & Thoms.
14 Mezzetia parviflora Becc.
15 Polyalthia cauliflora Hook. f. & Thoms.
16 Polyalthia lateriflora (Bl.) King
17 Polyalthia sumatrana King
18 Polyalthia subcordata Bl
19 Popowia pisocarpa Endl.
20 Polyalthia spp.
21 Sageraea elliptica Hook. f & Thoms
22 Sageraea lanceolata Miq.
23 Xylopia malayana Hook. f et Th.
24 Unidentified.
5. Apocynaceae 25 Alstonia angustiloba Miq
6. Arecaceae 26 Oncosperma horridum Scheff.
27 Pinanga sp
7. Asteraceae 28 Vernonia arborea Buch.-Ham.
8. Bombacaceae 29 Durio malaccensis Planch. & Mast.
30 Durio oxleyanus Griff.
31 Durio zibethinus Murray
32 Neesia altissima (Bl.) Bl.
9. Burseraceae 33 Canarium littorale Bl.
34 Canarium patentinervium Miq.
35 Dacryodes laxa (Benn.) H.J. Lam
36 Dacryodes incurvata (Engl.) Lam
37 Dacryodes rostrata (Bl.) Lam
38 Dacryodes sp.1
39 Santiria apiculata Benn.
40 Santiria laevigata Bl.
41 Santiria tomentosa Bl.
10. Celastraceae 42 Kokoona littoralis Laws.
11. Clusiaceae 43 Calophyllum sp
44 Calophyllum rigidum Miq.
45 Cratoxylon arborescens Bl.
46 Garcinia gaudichaudii Planch. & Triana
47 Garcinia havilandii Stapf.
Rencana Pengelolaan Hutan
KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023

NO. NAMA SUKU NO. NAMA JENIS

48 Garcinia parvifolia Miq.


49 Garcinia sp. 1
50 Mesua coriacea Stevens
51 Mesua ferrea L.
52 Mesua sp.1
12. Cornaceae 53 Mastixia trichotoma Bl.
13. Convolvulaceae 54 Erycibe sp
14. Crypteroniaceae 55 Crypteronia sp.
15. Dipterocarpaceae 56 Anisoptera costata Korth. *
57 Dipterocarpus palembanicus Sloot.
58 Hopea beccariana Burck *
59 Hopea nigra Burck *
60 Shorea acuminata Dyer *
61 Shorea exelliptica Meijer
62 Shorea gibbosa Brandis *
63 Shorea parvifolia Dyer
64 Shorea platyclados Sloot. ex Foxw. *
65 Shorea sp.1
66 Shorea sp. 2
67 Shorea sp. 3
68 Shoreasp.4
69 Vatica mangachapoi Blco. *
70 Vatica micrantha Sloot.
71 Vatica perakensis King *
16. Ebenaceae 72 Diospyros pseudo-malabarica Bakh.
73 Diospyros frutescens Bl
74 Diospyros sp. 1
75 Diospyros sp. 2
76 Diospyros sumatrana Miq.
17. Elaeocarpaceae 77 Elaeocarpus mastersii King
78 Elaeocarpus parvifolius Wall.
18. Euphorbiaceae 79 Aporusa antennifera (Airy Shaw) Airy Shaw
80 Aporusa cf. prainiana King ex Gage
81 Aporusa falcifera Hook.f.
82 Aporusa grandistipula Merr
83 Aporusa maingayi Hook.f.
84 Aporusa symplocoides (Hook.f.) Gage
85 Baccaurea brevipes Hook.f.
86 Baccaurea dulcis Merr.
87 Baccaurea javanica Muell. Arg
88 Baccaurea minutiflora Muell. Arg.,
89 Baccaurea multiflora Burck ex J.J. Smith
90 Blumeodendron tokbrai (Bl.) Kurz
99 Drypetes longifolia (Bl.) Pax. ex Hoffm.
100 Glochidion sp
101 Macaranga gigantea (Reichb. f. & Zoll.)
Muell. Arg.
102 Macaranga hosei King ex Hook.f.
Rencana Pengelolaan Hutan
KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023

NO. NAMA SUKU NO. NAMA JENIS

103 Macaranga hypoleuca (Reichb. f. & Zoll.)


Muell. Arg.
104 Macaranga lowii King ex Hook. f.
105 Mallotus macrostachyus Muell. Arg
106 Mallotus penangensis Muell. Arg.
107 Neoscortechinia kingii (Hook.f.) Pax. ex
Hoffm.
108 Pimeleodendron griffithianum (Muell. Arg.)
Hook.f.
109 Ptychophyxis kingii Ridley
110 Sapium baccatum Roxb.
111 Sauropus rhamnoides Bl
112 Trigonostemon serratus Bl
19. Fabaceae 113 Archidendon sp. 1
114 Archidendron bubalinum (Jack) Nielsen
115 Dialium indum L
116 Fabaceae (Liana)
117 Koompassia malaccensis Maing.
118 Ormosia sumatrana Prain. ex King
119 Parkia speciosa Hassk.
20. Fagaceae 120 Castanopsis sp. 1
121 Castanopsis sp. 2
122 Lithocarpus bennetii (Miq.) Rehd.
123 Lithocarpus cyclophorus (Endl.) A. Camus
124 Lithocarpus elegans (Bl. ) Hatus. ex
Soepadmo
125 Lithocarpus hystrix (Korth.) Rehd.
126 Lithocarpus lucidus (Roxb.) Rehd.
127 Lithocarpus sp. 1
128 Lithocarpus sp. 2
129 Quercus argentata Korth.
130 Quercus gemellifloraBl.
131 Quercus subsericea A. Camus
21. Flacourtiaceae 132 Ryparosa caesia Bl.
22. Icacinaceae 133 Platea excelsa Bl.
23. Lauraceae 134 Alseodaphne peduncularis Hook.f.
135 Actinodaphne sp
136 Beilschmiedia dictyoneura Kosterm.
137 Beilschmiedia madang Bl.
138 Cinnamomum cuspidatum Miq
139 Cryptocarya ferrea Bl.
140 Cryptocarya sp. 1
141 Lindera caesia Reinw. ex Villar
142 Litsea firma Hook. f.
143 Litsea lanceolata (Bl.) Kosterm
144 Litsea odorifera Valeton
145 Litsea oppositifolia Gibbs
146 Litsea pedunculata (Diels) Yang & Huang
Rencana Pengelolaan Hutan
KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023

NO. NAMA SUKU NO. NAMA JENIS

147 Litsea resinosa Bl.


148 Litsea sp. 1
149 Litsea sp. 2
150 Litsea sp. 3
151 Litsea sp. 4
152 Litsea sp. 5
24. Melastomataceae 153 Memecylon oligoneurum Bl.
154 Pternandra azurea (DC.) Burkill
155 Pternandra cordata Baill.
156 Pternandra rostrata (Cogn.) Nayar
157 Pternandra sp. 1
25. Meliaceae 158 Aglaia ganggo Miq.
159 Aglaia odoratissima Bl.
160 Aglaia palembanica Miq
161 Aglaia sp. 1
162 Chisocheton patens Bl.
163 Dysoxylum cauliflorum Hiern.
164 Dysoxylym sp.
165 Lansium domesticum Corr
166 .Reinwardtiodendron humile (Hassk.) Mabb
167 Sandoricum koetjape Merr.
26. Moraceae 168 Artocarpus kemando Miq.
169 Artocarpus nitida Trec.
170 Ficus drupacea Thunb.
171 Ficus uncinulata Corner
172 Ficus sp
27. Myristicaceae 173 Horsfieldia polyspherula (Hook.f.) Sinclair
174 Knema cinerea (Poir.) Warb.
175 Knema latericia Elmer
176 Knema laurina (Bl.) Warb
177 Myrtistica iners Bl.
28. Myrsinaceae 178 Ardisia nagelii Mez
179 Ardisia sanguinolenta Bl
180 Embelia sp. 1
29. Myrtaceae 181 Rhodamnia cinerea Jack,
182 Syzygium acuminatum Miq.
183 Syzygium antisepticum (Bl.) Merr. & Perry.
184 Syzygium chloranthum (Duthie) Merr. & Perry
185 Syzygium confertum (Korth.) Merr. Perry.
186 Syzygium cymosum DC.
187 Syzygium fastigiatum (Bl. ) Merr. & Perry
188 Syzygium flosculifera (M.R. Hend.) P.V.
Sreekumar
189 Syzygium griffithii (Duthie) Merr. & Perry
190 Syzygium racemosum DC.
191 Syzygium spicatum DC
192 Syzygium sp. 1
193 Syzygium sp. 2
Rencana Pengelolaan Hutan
KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023

NO. NAMA SUKU NO. NAMA JENIS

194 Syzygium sp. 3


195 Syzygium sp. 4
196 Syzygium sp. 5
30. Olacaceae 197 Strombosia ceylanica Gardn.
31. Oleaceae 198 Chionanthus nitens K. et V.
32. Podocarpaceae 199 Podocarpus neriifolius D.Don
33. Polygalaceae 200 Xanthophyllum affine Korth. ex Miq
201 Xanthophyllum rufum A.W. Benn.
34. Proteaceae 202 Helicia serrata Bl.
35. Rosaceae 203 Atuna racemosa Rafin.
204 Prunus arborea(Bl.) Kalkman
205 Prunus grisea ( Bl. ex C. Muell.) Kalkman
36. Rubiaceae 206 Aidia racemosa (Cav.) Tirveng.
207 Canthium glabrum Bl.
208 Ixora pseudojavanica Bremek.
209 Lasianthus stipularis Bl
210 Saprosma arboreum Bl
211 Urophyllum glabrum Jack ex Wall
212 Tricalysia singularis K. Schum
213 Unidentified
37. Rutaceae 214 Euodia glabra Bl
38. Santalaceae 215 Scleropyrum wallichianum (Wight & Arn.)
Arn.
39. Sapindaceae 216 Nephelium chryseum Bl.
217 Nephelium cuspidatum Bl.
218 Nephelium lappaceum L.
219 Xerospermum laevigatum Radlk.
40. Sapotaceae 220 Palaquium gutta Burck
221 Palaquium hexandrum Engl.
222 Palaquium quercifolium Burck
223 Palaquium rostratum Burck.
224 Payena leerii Kurz
225 Planchonella nitida Dubard
226 Pouteria malaccensis (Clarke) Baehni
41. Sterculiaceae 227 Heritiera sumatrana (Miq.) Kosterm.
228 Sterculia urceolata Sm.
42. Stryracaceae 229 Stryrax paralleloneurus Perk.
43. Symplocaceae 230 Symplocos sp. 1
44. Theaceae 231 Adinandra dasyantha Choisy
232 Gordonia singaporioana Wall.
233 Pyrrenaria serrata Bl.
234 Ternstroemia sp
235 Thea sp. 1
45. Thymelaeaceae 236 Aquilaria malaccensis Lam.
237 Gonystylus forbesii Gilg.
46. Tiliaceae 238 Microcos crassifolia Burret.
47. Verbenaceae 239 Vitex quinata (Lour.) F.N. Will.
48. Unidentified family 240 Unidentified species
Rencana Pengelolaan Hutan
KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023

Keterangan :
*: kritis atau mendekati terancam punah secara global, berdasarkan IUCN Red List tahun
2004
Sumber Data : Conservation International Indonesia dan LIPI.

Lampiran 4. Daftar Jenis Mamalia dan Status Keterancamannya


CITIE Status
` Ordo Famili Nama Ilmiah Nama Indonesia IUCN
S Perlindungan
Naemorhedus
1 Artiodactyla Bovidae Kambing hutan EN App I Dilindungi
sumatraensis
2 Artiodactyla Cervidae Cervus unicolor Rusa sambar Dilindungi
Muntiacus
3 Artiodactyla Cervidae Kijang muncak Dilindungi
muntjak
4 Artiodactyla Suidae Sus scrofa Babi
Tragulus
5 Artiodactyla Tragulidae Pelanduk kancil Dilindungi
javanicus
6 Artiodactyla Tragulidae Tragulus napu Pelanduk napu Dilindungi
Anjing
7 Carnivora Canidae Cuon alpinus VU App II Dilindungi
hutan/Ajak
Catopuma
8 Carnivora Felidae Kucing emas LR App I Dilindungi
temminckii
Felis
9 Carnivora Felidae Kucing kuwuk App I Dilindungi
bengalensis
10 Carnivora Felidae Felis marmorata Kucing batu DD App I Dilindungi
Neofelis
11 Carnivora Felidae Macan dahan VU App I Dilindungi
nebulosa
Panthera tigris Harimau
12 Carnivora Felidae CR App I Dilindungi
sumatrae Sumatera
13 Carnivora Mustelidae Aonyx cinerea Sero ambrang LR App II
Lutra Berang-berang
14 Carnivora Mustelidae
perspicillata wregul
Musang leher-
15 Carnivora Mustelidae Martes flavigula EN
kuning
Musang kepala-
16 Carnivora Mustelidae Mustela nudipes
putih
Rencana Pengelolaan Hutan
KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023

CITIE Status
` Ordo Famili Nama Ilmiah Nama Indonesia IUCN
S Perlindungan
Helarctos
17 Carnivora Ursidae Beruang madu DD App I Dilindungi
malayanus
Arctictis
18 Carnivora Viverridae Binturong Dilindungi
binturong
Arctogalidia
19 Carnivora Viverridae trivirgata Musang akar
trivirgata
20 Carnivora Viverridae Paguma larvata Musang galing
Pteropus
21 Chiroptera Pteropodidae Kalong besar App II
vampyrus
Cynocephali Cynocephalus
22 Dermoptera Kubung Dilindungi
dae variegatus
Perissodactyl
23 Tapiridae Tapirus indicus Tapir VU App I Dilindungi
a
Trenggiling
24 Pholidota Manidae Manis javanica LR App II Dilindungi
peusing
Cercopitheci Macaca Monyet ekor-
25 Primata LR App II
dae fascicularis panjang
Cercopitheci Macaca
26 Primata Monyet beruk VU App II
dae nemestrina
Cercopitheci Presbytis
27 Primata Lutung kelabu
dae cristata
Cercopitheci Presbytis
28 Primata Lutung simpai App II
dae melalophos
Ungko tangan-
29 Primata Hylobatidae Hylobates agilis LR App I Dilindungi
hitam
Ungko tangan-
30 Primata Hylobatidae Hylobates lar LR App I Dilindungi
putih
Symphalangus
31 Primata Hylobatidae Siamang LR App I Dilindungi
syndactylus
Nycticebus Kukang
32 Primata Lorisidae App II Dilindungi
coucang bukang+D56
Hystrix
33 Rodentia Hystricidae Landak raya VU Dilindungi
brachyura
Leopoldamys Tikus-raksasa
34 Rodentia Muridae
sabanus ekor-panjang
35 Rodentia Muridae Maxomys rajah Tikus-duri coklat
Maxomys Tikus-duri ekor-
36 Rodentia Muridae
whiteheadi pendek
Tikus-pohon
37 Rodentia Muridae Niviventer rapit
ekor-panjang
Sundamys Tikus-besar
38 Rodentia Muridae
muelleri lembah
Callosciurus
39 Rodentia Sciuridae Bajing tiga-warna
prevostii
Dremomys
40 Rodentia Sciuridae Bajing gunung
everetti
Bajing-tanah
41 Rodentia Sciuridae Lariscus insignis Dilindungi
bergaris-tiga
42 Rodentia Sciuridae Ratufa affinis Jelarang bilalang App II
Keterangan:
IUCN : CR = Kritis; DD = Kekurangan Data; EN = Genting; LR = Resiko rendah; VU = Rentan;
Info : Infomasi Masyarakat; Literatur : Rijksen (1999);
Survey terkini : Survey lapangan yang dilakukan CI , Balitbang Kehutanan & Konservasi, LIPI, Pemkab Madina
pada tahun 2004
Rencana Pengelolaan Hutan
KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Maksud dan Tujuan
C. Sasaran
D. Dasar Hukum
E. Ruang Lingkup
F. Batasan Pengertian

1
Rencana Pengelolaan Hutan
KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kegiatan pengelolaan hutan merupakan usaha untuk mewujudkan pengelolaan


hutan lestari berdasarkan tata hutan, rencana pengelolaan, pemanfaatan hutan,
rehabilitasi hutan, perlindungan hutan dan konservasi. Kegiatan pengelolaan hutan
mempunyai karakteristik yang tidak dapat disamakan dengan kegiatan pengelolaan
sumberdaya alam lainnya. Sifat hutan yang khas dengan keanekaragaman
komponen penyusunnya, memungkinkan sumberdaya hutan memiliki keragaman
peluang pemanfaatan, kepentingan antar generasi dengan siklus usaha yang
panjang, yang bersentuhan langsung dengan kepentingan masyarakat umum.
Pengelolaan sumberdaya hutan ditujukan untuk memperoleh manfaat yang
optimal bagi kesejahteraan masyarakat dengan tetap memperhatikan sifat,
karakteristik dan keutamaannya serta berdasarkan fungsi pokok, yaitu sebagai Hutan
Konservasi (HK), Hutan Lindung (JL) dan dan Hutan Produksi (HP). Ketiga fungsi
hutan tersebut mempunyai peran penting sebagai pendukung dalam pembangunan
ekonomi melalui produksi hasil hutan kayu dan bukan kayu, perlindungan wilayah
melalui konservasi tanah dan air serta pelestarian keanekaragaman hayati guna
kepentingan jangka panjang bagi generasi sekarang dan mendatang.
Agar ketiga fungsi tersebut dapat berjalan secara simultan, diperlukan
keseimbangan dalam pengelolaan hutan. Salah satu strategi yang ditempuh untuk
dapat mewujudkan keberlanjutan dari fungsi dan peran hutan adalah dukungan
kebijakan yang tepat melalui penerapan pengelolaan hutan dengan pendekatan
ekosistem. Kebijakan pengelolaan dengan pendekatan ekosistem (resource based
management) merupakan kebijakan pengelolaan yang mengedepankan
keseimbangan ekosistem, dimana pola pengelolaan lebih berorientasi pada proses
yang melihat keragaman dari elemen pembentuk hutan.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor:
SK.332/Menhut-II/2010 tentang Penetapan Wilayah Pengelolaan Hutan Produksi
(KPHP) Model Mandailing Natal, Kabupaten Mandailing Natal, Provinsi
Sumatera Utara, seluas + 159.166 ha, yang terbagi atas HP seluas + 14.704 ha,
Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas + 131.781 ha dan HL seluas + 12.681 ha.

2
Rencana Pengelolaan Hutan
KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023

Sebagai sebuah institusi pengelola di tingkat tapak sebagaimana diamanatkan


oleh PP No. 6 tahun 2007 jo PP No. 3 tahun 2008 pasal 9 mengenai tugas dan
fungsi organisasi KPH, dimana salah satunya yaitu menyelenggarakan pengelolaan
hutan berupa tata hutan dan penyusunan rencana penyusunan rencana pengelolaan
hutan. Rencana pengelolaan yang terdiri dari rencana pengelolaan hutan jangka
panjang (RPHJP) dan jangka pendek tersebut memuat tujuan, strategi, kegiatan
serta target yang akan dicapai dalam kurun waktu perencanaan. Dalam penyusunan
RPHJP KPH mengacu pada Rencana Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN) dan
Rencana Kehutanan Tingkat Provinsi (RKTP) dengan memperhatikan kondisi serta
karakteristik sosial-ekonomi setempat. Oleh karena itu, melalui kegiatan penyusunan
RPHJP KPHP Model Mandailing Natal diharapkan informasi yang dimiliki oleh KPHP
Model Mandailing Natal, yang meliputi kondisi kawasan baik biofisik, sosial, ekonomi,
kelembagaan dilengkapi dengan isu dan permasalahan serta tantangan yang
dihadapinya, dapat tersusun sebagai sebuah baseline data yang menjadi dasar
dalam penentuan prioritas pengelolaan. Sehingga kedepan dapat memberikan hasil
yang sesuai dengan rencana dan target dari dibentuknya KPHP Model Mandailing
Natal. RPHJP ini sebagai landasan dan acuan pembangunan kehutanan tingkat
tapak di wilayah KPHP Model Mandailing Natal.
Operasionalisasi KPHP Mandailing Natal dilaksanakan setelah terbit SK. Menhut
Nomor: SK.332/Menhut-II/2010, melalui berbagai kegiatan diantaranya :
a. Kegiatan prakondisi pengelolaan hutan : (1) Pengadaan sarana dan prasarana, (2)
Tata Hutan, (3) Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan (RPH), yang difasilitasi
oleh BPKH Wilayah I Medan.
b. Konvergensi kegiatan teknis dari UPT Kemenhut, Dinas Kehutanan Provinsi
Sumatera Utara, dan Dishutbun Kabupaten Mandailing Natal.
c. Mengingat pedoman pengesahan baru terbit tahun 2013 melalui Permenhut
P.46/Menhut-II/2013 tentang Tata Cara Pengesahan Rencana Pengelolaan Hutan
Jangka Panjang KPHL dan KPHP, dan hasil diskusi dengan para Kepala KPH
lingkup Regional Sumatera telah disepakati periode tahun RPHJP adalah 2014 -
2023, maka periode RPHJP KPHP Mandailing Natal adalah Tahun 2014 – 2023.
B. Maksud dan Tujuan
Maksud RPH-KPHP ini adalah :
1. Terlaksananya Pengelolaan KPHP Model Mandailing Natal secara efisien, efektif
dan intensif berdasarkan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP).
3
Rencana Pengelolaan Hutan
KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023

2. Memberikan arahan bagi para pihak yang berkepentingan dalam kegiatan


pembangunan kehutanan di wilayah KPHP Model Mandailing Natal.
Tujuan RP-KPHP ini, antara lain :
1. Menyusun dokumen RPHJP-KPHP yang layak terap sesuai dengan kondisi
blok/petak.
2. Menyusun grand design RPHJP-KPHP yang terencana dan terukur, dan memiliki
tata waktu sehingga kegiatan pembangunan kehutanan dapat dilaksanakan
secara efektif dan efisien untuk memberikan hasil yang maksimal.
3. Sebagai pedoman untuk menyusun Rencana Kerja Tahunan.
C. Sasaran
1. Tersedianya sarana dan prasarana pengelolaan KPHP Model Mandailing Natal.
2. Tertatanya blok dan petak di wilayah KPHP Model Mandailing Natal.
3. Tersedianya SDM terampil dan berkompetensi untuk pengelolaan KPHP Model
Mandailing Natal.
4. Terbangunnya hutan karet KPHP Model Mandailing Natal seluas + 1.000 Ha.
5. Terwujudnya kerjasama investasi KPHP Model Mandailing Natal dalam bentuk
MoU.
6. Berpartisipasinya masyarakat dalam pembangunan hutan karet, pemanfaatan
dan perlindungan hutan.
7. Berproduksinya penangkaran rusa seluas + 4 Ha.
8. Termanfaatkannya HHK (meranti, kapur, kruing, bania, rengas, resak, lagan,
medang, kelat, lesi-lesi, dll).
9. Termanfaatkannya HHBK sarang walet, rotan, lebah madu, gaharu, getah/resin,
palem hutan, bambu, tanaman hias, anggrek, tanaman obat, damar, kayu manis,
durian, dan aren, dll seluas + 300 Ha.
10. Termanfaatkannya potensi air, wisata alam dan jasa lingkungan.
11. Terlaksananya perlindungan hutan dan rehabilitasi hutan seluas + 700 Ha.
D. Dasar Hukum
Dasar hukum penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan terdiri dari :
a. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan,
b. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan,
c. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 Jo Nomor 3 tahun 2008 tentang Tata
Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Serta Pemanfaatan Hutan,

4
Rencana Pengelolaan Hutan
KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023

d. Permenhut P.6/Menhut-II/2009 tentang Pembentukan Wilayah KPH,


e. Permenhut P.6/Menhut-II/2010 tentang Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria
(NSPK) Pengelolaan Hutan pada KPH Lindung (KPHL) dam KPH Produksi
(KPHP),
f. Permenhut P.42/Menhut-II/2010 tentang Sistem Perencanaan Kehutanan,
g. Permenhut P.51/Menhut-II/2010 tentang Rencana Strategis Kehutanan 2010-
2014,
h. Permenhut No. P.57/Menhut-II/2011 tentang Rencana Kerja Kementerian
Kehutanan tahun 2012,
i. Permenhut No. P.49/Menhut-II/2011 tentang Rencana Nasional Tingkat Nasional
2011-2030,
j. Permenhut No. P.46/Menhut-II/2013 tentang Tata Cara Pengesahan Rencana
Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL dan KPHP
k. Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK. 337/MENHUT-VII/2009 tanggal
15 juni 2009 tentang Penetapan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi
(KPHP) dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Provinsi Sumatera
Utara,
l. Peraturan Dirjen Planologi No. P.05 Tahun 2012 tentang tata hutan dan
penyusunan rencana pengelolaan hutan.
m. Peraturan Kepala Badan Planologi Nomor SK.80/VII-PW/2006 tentang Pedoman
Pembangunan KPH Model dan Buku Manual Kriteria Rancangan Pembangunan
KPH Model.

E. Ruang Lingkup

Ruang Lingkup Penyusunan RPH-KPHP Model Mandailing Natal, meliputi:


1. Dokumen RPHJP KPHP Model Mandailing Natal merupakan rencana
pengelolaan hutan tingkat strategis berjangka waktu 10 tahun terhitung mulai
tahun 2013 sampai dengan tahun 2022.
2. Sistematika atau struktur dokumen RPHJP adalah sebagai berikut :
a. Pendahuluan, berisi : latar belakang, maksud dan tujuan, sasaran, dasar hukum,
ruang lingkup, dan pengertian.
b. Deskripsi Kawasan KPHP Model Mandailing Natal, yang terdiri dari : a).
Risalah wilayah (letak, luas, aksesibilitas kawasan, batas-batas, sejarah wilayah,
5
Rencana Pengelolaan Hutan
KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023

dan pembagian blok), b). Potensi wilayah (penutupan vegetasi, potensi kayu dan
bukan kayu, keberadaan flora dan fauna langka, potensi jasa lingkungan dan
wisata alam), c). Data dan informasi sosial budaya masyarakat di dalam dan
sekitar hutan termasuk keberadaan masyarakat hukum adat, d). Data dan
informasi ijin-ijin pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan di dalam
wilayah kelola, e). Kondisi posisi KPHP Model Mandailing Natal dalam perspektif
tata ruang wilayah dan pembangunan daerah, dan 6). Isu strategis, kendala dan
permasalahan.
c. Visi dan Misi Pengelolaan Hutan, berisi ; proyeksi KPHP Model Mandailing
Natal di masa depan serta target capaian-capaian utama yang diharapkan.
d. Analisis dan Proyeksi, meliputi : a). Analisis data dan informasi yang tersedia
saat ini (baik data primer maupun data sekunder), b). Proyeksi kondisi wilayah
KPHP Model Mandailing Natal di masa yang akan datang.
e. Rencana Kegiatan, terdiri dari : a). Inventarisasi berkala wilayah kelola dan
penataan hutan, b). Pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu, c). Pemberdayaan
masyarakat, d). Pembinaan dan pemantauan (controlling) pada areal KPHP
Model Mandailing Natal yang telah ada ijin pemanfaatan maupun penggunaan
kawasan hutan, e). Penyelenggaraan rehabilitasi pada areal di luar ijin, f).
Pembinaan dan pemantauan (controlling) pelaksanaan rehabilitasi dan reklamasi
pada areal yang sudah ada ijin pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan, g).
Penyelenggaraan perlindungan hutan dan konservasi alam, h). Penyelenggaraan
koordinasi dan sinkronisasi antar pemegang ijin, i). koordinasi dan sinergi dengan
instansi dan stakeholder terkait, j). penyediaan dan peningkatan kapasitas SDM,
k). Penyediaan pendanaan, l). pengembangan database, m). Rasionalisasi
wilayah kelola, n). Review rencana pengelolaan (minimal 5 tahun sekali), dan o).
Pengembangan investasi
f. Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian
g. Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan
h. Penutup
i. Lampiran, meliputi : a). Peta wilayah KPHP Model Mandailing Natal, b). Peta
penutupan lahan, c). Peta DAS, d). Peta sebaran potensi wilayah KPHP Model
Mandailing Natal dan aksesibilitas, e). Peta penataan hutan (zonasi, blok, petak),
f). Peta penggunaan lahan, g). Peta keberadaan ijin pemanfaatan hutan dan
penggunaan kawasan hutan, dan h). Peta tanah, iklim, serta geologi.
6
Rencana Pengelolaan Hutan
KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023

E. Batasan Pengertian

1. Hutan adalah kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya


alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam dan
lingkungannya, yang satu dengan lainya tidak dapat dipisahkan.

2. Kawasan Hutan adalah Wilayah tertentu yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk
dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.
3. Pemanfaatan hutan adalah kegiatan untuk memanfaatkan kawasan hutan,
memanfaatkan jasa lingkungan, memanfaatkan hasil hutan kayu dan bukan kayu
serta memungut hasil hutan kayu dan bukan kayu secara optimal dan adil untuk
kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga kelestariannya.

4. Penggunaan kawasan hutan merupakan penggunaan untuk kepentingan


pembangunan diluar kehutanan tanpa mengubah status dan fungsi pokok
kawasan hutan.

5. Hutan Lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai
perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah
banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara
kesuburan tanah.
6. Hutan Produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok
memproduksi hasil hutan.
7. Penataan Hutan (Tata Hutan) adalah kegiatan rancang bangun unit pengelolaan
hutan, mencakup pengelompokan sumber daya hutan sesuai dengan tipe
ekosistem dan potensi yang terkandung didalamnya dengan tujuan untuk
memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat secara lestari.
8. Inventarisasi Hutan adalah suatu rangkaian kegiatan yang terdiri dari penataan
batas, inventarisasi hutan, pembagian hutan, pembukaan wilayah hutan,
pengukuran dan pemetaan.
9. Pengurusan Hutan adalah kegiatan penyelenggaraan hutan yang meliputi
perencanaan kehutanan, pengelolaan hutan, penelitian dan pengembangan,
pendidikan dan pelatihan, serta penyuluhan kehutanan dan pengawasan.
10. Pengelolaan Hutan adalah suatu kegiatan pengurusan hutan yang meliputi
kegiatan tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan

7
Rencana Pengelolaan Hutan
KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023

hutan dan penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi dan reklamasi hutan, serta
perlindungan hutan dan konservasi alam.
11. Perencanaan Kehutanan adalah proses penetapan tujuan, penetuan kegiatan
dan perangkat yang diperlukan dalam pengurusan hutan lestari untuk
memberikan pedoman dan arah guna menjamin tercapainya tujuan
penyelenggaraan kehutanan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat yang
berkeadilan dan berkelanjutan.
12. Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) adalah wilayah pengelolaan hutan sesuai
fungsi pokok dan peruntukannya, yang dapat dikelola secara efisien dan lestari.
13. Kesatuan pengelolaan Hutan Konservasi selanjutnya disebut KPHK adalah KPH
yang luas wilayahnya seluruhnya atau sebagian besar terdiri dari kawasan hutan
konservasi

14. Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung selanjutnya disebut KPHL adalah KPH
yang luas wilayahnya seluruhnya atau sebagian besar terdiri dari kawasan hutan
lindung

15. Kesatuan pengelolaan Hutan Produksi selanjutnya disebut KPHP adalah KPH
yang luas wilayahnya seluruhnya atau sebagian besar terdiri dari kawasan hutan
produksi.

16. KPH Model adalah wujud awal dari KPH yang secara bertahap dikembangkan
menuju situasi dan kondisi aktual organisasi KPH di tingkat tapak.
17. Blok adalah Bagian dari KPH yang secara geografis bersifat permanen, yang
secara strategis ditetapkan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi
manajemen, terutama dalam fungsi perlindungan hidro-orologi, yang
menjadikannya sebagai kesatuan pengelolaan perlindungan hidro-orologi lestari.

18. Petak adalah unit terkecil lahan hutan yang lokasi geografisnya bersifat
permanen, sebagai basis pemberian perlakuan pengelolaan, dan menjadi satuan
administrasi dari setiap kegiatan pengelolaan yang diterapkan atasnya.

19. Anak petak adalah bagian dari petak yang bersifat temporer, yang oleh sebab
yang tertentu memperoleh perlakuan silvikultur atau kegiatan pengelolaan yang
khusus.

8
Rencana Pengelolaan Hutan
KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023

20. Resort Pengelolaan Hutan adalah kawasan hutan dalam wilayah KPH yang
merupakan bagian dari wilayah KPH yang dipimpin oleh Kepala Resort KPH dan
bertanggungjawab kepada Kepala KPH.
21. Rencana Pengelolaan Hutan KPH adalah rencana pada kesatuan pengelolaan
hutan yang memuat semua aspek pengelolaan hutan dalam kurun jangka
panjang dan pendek, disusun berdasarkan hasil tata hutan dan rencana
kehutanan, dan memperhatikan aspirasi, peran serta dan nilai budaya
masyarakat serta kondisi lingkungan dalam rangka pengelolaan kawasan hutan
yang lebih intensif untuk memperoleh manfaat yang lebih optimal dan lestari.
22. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang adalah rencana pengelolaan hutan
pada tingkat strategis berjangka waktu 10 (sepuluh) tahun atau selama jangka
benah pembangunan KPH.
23. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek adalah rencana pengelolaan hutan
berjangka waktu satu tahun pada tingkat kegiatan operasional berbasis
petak/blok.
24. Rehabilitasi Hutan dan lahan adalah upaya untuk memulihkan, mempertahankan
dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktifitas
dan perannya dalam mendukung sistem penyangga kehidupan tetap terjaga
25. Reklamasi hutan adalah usaha untuk memperbaiki atau memulihkan kembali
lahan dan vegetasi hutan yang rusak agar dapat berfungsi secara optimal sesuai
dengan peruntukannya.
26. Perlindungan hutan adalah usaha untuk mencegah dan membatasi kerusakan
hutan, kawasan hutan dan hasil hutan yang disebabkan oleh perbuatan manusia,
ternak, kebakaran daya-daya alam, hama, penyakit, serta mempertahankan dan
menjaga hak-hak negara, masyarakat dan perorangan atas hutan, kawasan
hutan, hasil hutan investasi serta perangkat yang berhubungan dengan
pengelolaan hutan.
27. Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir
periode perencanaan.
28. Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan
untuk mewujudkan visi.
29. Strategi adalah langkah-langkah berisikan program-program indikatif untuk
mewujudkan visi dan misi.
30. Kebijakan adalah arah/tindakan yang diambil untuk mencapai tujuan.
9
Rencana Pengelolaan Hutan
KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023

31. Evaluasi adalah suatu proses untuk mengukur pencapaian suatu tujuan tertentu
yang telah ditetapkan serta dilakukan secara sistematik dan teratur, hasilnya
digunakan sebagai umpan balik untuk perbaikan pelaksanaan perencanaan
selanjutnya.
32. Pengendalian adalah suatu proses atau upaya untuk mengurangi atau menekan
penyimpangan yang mungkin terjadi, sehingga diperoleh suatu hasil sesuai
dengan yang telah ditetapkan melalui pemantauan, pengawasan dan penilaian
kegiatan.
33. Menteri adalah Menteri yang diserahi tugas dan bertanggung jawab di bidang
kehutanan.
34. Pemerintah Provinsi adalah Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.
35. Pemerintah Daerah Kabupaten adalah Pemerintah Daerah Kabupaten Mandailing
Natal.

10
Rencana Pengelolaan Hutan
KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023

BAB II DESKRIPSI KAWASAN

A. Risalah Wilayah KPHP Model Mandailing Natal


B. Potensi Wilayah KPHP Model Mandailing Natal
C. Data dan Informasi Sosial Budaya
D. Data Informasi Ijin-Ijin Pemanfaatan Hutan dan
Penggunaan Kawasan Hutan
E. Kondisi Posisi KPHP Model Mandailing Natal
dalam Perspektif Tata Ruang Wilayah dan
Pembangunan Daerah
F. Isu Strategis, Kendala dan Permasalahan

11
Rencana Pengelolaan Hutan
KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023

BAB II
DESKRIPSI KAWASAN

A. Risalah Wilayah KPHP Model Mandailing Natal

Wilayah KPHP Model Mandailing Natal secara geografis terletak antara


98°52'22" sampai dengan 99°31'57" Bujur Timur dan 00°19'16" sampai dengan
01°18'08" Lintang Utara. Secara administrasi masuk dalam 6 (enam) wilayah
adminstrasi Kecamatan yakni Kec. Muara Batang Gadis, Kec. Natal, Kec. Lingga
Bayu, Kec. Batang Natal, Kec. Ranto Baek, dan Kec. Batahan Kab Mandailing Natal.
Batas-batas wilayah KPHP Model Mandailing Natal adalah sebagai berikut:
 Sebelah Utara : Kabupaten Tapanuli Selatan;
 Sebelah selatan : Kabupaten Pasaman Barat, Provinsi Sumbar;
 Sebelah Timur : Taman Nasional Batang Gadis;
 Sebelah Barat : Kec. Muara Batang Gadis, Kec. Natal, Kec. Lingga Bayu, Kec.
Batang Natal, Kec. Ranto Baek, dan Kec. Batahan Kab
Mandailing Natal.

Wilayah KPHP Model Mandailing Natal memliki luas + 159,166 ha yang


pembentukannya berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Republik
Indonesia No. SK. 332/ Menhut-II/ 2010, dibagi menjadi lima (5) bagian berdasarkan
wilayah BKPH, yaitu sebagai mana tabel 1.

Tabel 1. Rincian Pembagian Unit KPH Model Mandailing Natal Berdasarkan Wilayah
BKPH.
Luas
No BKPH
(Ha) (%)
1 Siais 31.020 20,31
2 Muara Batang Gadis 33.085 19,87
3 Batang Angkola 35.636 21,70
4 Natal 34.030 20,72
5 Batang Natal 26.400 17,40
Jumlah 159.166 100,00

1. Luas Wilayah KPHP Model Mandailing Natal beserta Fungsi Hutan


Luas wilayah KPHP Model Manadailing Natal adalah + 159.166 ha. terdiri dari
Hutan Lindung (HL) seluas ± 13. 681 Ha, Hutan Produksi (HP) seluas ± 14.704 Ha
dan Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas ± 131.780 Ha.
Pembagian Blok KPHP Model Mandailing Natal dengan luasan berdasarkan
fungsi hutan sebagaimana tabel 2.
12
Rencana Pengelolaan Hutan
KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023

Tabel 2. Pembagian Blok KPH Berdasarkan Fungsi Hutan

Jenis Luas Luas


No. Blok KPH
Hutan (Ha) (%)
1 HL HL Blok Inti 3.556,22622 2,23
HL Blok Pemanfaatan 9.124,8348 5,73
HP BLOK Pemanfaatan
2 HP 133.604,279 83,94
HHK-HA
HP BLOK Pemanfaatan
1.021,60471 0,64
HHK-HT
HP BLOK Pemanfaatan
1.221,40531 0,76
Jasling HHBK
HP BLOK
390,426448 0,24
Pemberdayaan
HP BLOK Perlindungan 10.246,9372 6,43
Jumlah 159.165,714 100,00

2. Sejarah Wilayah KPHP Model Mandailing Natal

Sebagian wilayah KPHP Model Mandailing Natal pada awalnya merupakan


wilayah Hutan Register, sedangkan sebagian lainnya merupakan penambahan pada
saat Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) berdasarkan UU Nomor 5 Tahun 1967,
selanjutnya Paduserasi Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi (RTRWP) dengan
Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) sehubungan dengan UU Nomor 24 Tahun
1992, serta penambahan pada saat penunjukan kawasan hutan Propinsi Sumatera
Utara berdasarkan SK Menteri Kehutanan Nomor SK.44/Menhut-II/2005 yang
merupakan penerapan UU Nomor 41 Tahun 1999.
Pada tahun 2010 menjadi wilayah KPHP Model Mandailing Natal
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia No. SK. 332/
MENHUT-II/ 2010 tanggal 25 Mei 2010.

3. Aksesibilitas Kawasan
Aksesibilitas menuju wilayah KPHP Model Mandailing Natal adalah sebagai
berikut :
a. Dari Medan Propinsi Sumatera Utara menuju Kota Panyabungan dengan jarak
+ 500 km dapat ditempuh selama + 11 jam dengan kendaraan darat, dan 3-4 jam
dengan pesawat udara melalui Bandara Udara Aek Godang/Pinang Sori dan
dilanjutkan dengan kendaraan darat.

13
Rencana Pengelolaan Hutan
KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023

b. Dari Padang Propinsi Sumatera Barat menuju Kota Panyabungan dengan jarak
+ 400 km ditempuh selama + 8 jam.
c. Selanjutnya dari Kota Panyabungan menuju lokasi terdekat yang berada di Desa
Sopotinjak dengan jarak tempuh + 30 km selama + 1,5 jam. Kondisi jalan cukup
sempit, beraspal sebagian besar sudah rusak.
d. Selain di daerah Sopotinjak, aksesibilatas ke wilayah KPHP Model Mandailing
Natal pada umumnya jalan tanah dan hanya dapat dijangkau dengan kendaraan
double garden (4x4) wheel drive.

4. Iklim KPHP Model Mandailing Natal

Kondisi iklim di KPHP Model Mandailing Natal cukup bervariasi karena letak
wilayah yang beragam dari kawasan pesisir di bagian barat kawasan perbukitan dan
pegunungan di bagian timur. Pada daerah yang datar beriklim cukup panas bisa
mencapai 35°C, sementara pada daerah yang berbukit dapat mencapai 18°C, suhu
rata-rata 28,8°C Kelembaban udara rata-rata bulanan berkisar antara 82,38% - 87%
dan rata-rata tahunan mencapai 85,13%. Kelembaban tertinggi terjadi pada bulan
Nopember dan kelembaban terendah pada bulan Juni.

Berdasarkan klasifikasi Schmidt Fergusson, maka kondisi iklim Kabupaten


Mandailing Natal tergolong pada tipe iklim A (sangat basah) dengan nilai Q = 10%,
dengan rata-rata curah hujan bulanan berkisar antara 170 -621 mm, dimana rata-rata
tertinggi terjadi pada bulan Oktober dan terendah pada bulan Februari. Jumlah hari
hujan rata-rata bulanan adalah 10,30 hari , dan jumlah hari hujan dalam setahun
mencapai rata-rata 124 hari, jumlah hari hujan terbanyak pada bulan Desember, dan
yang terkecil pada bulan Juni.

5. Geologi dan Tanah KPHP Model Mandailing Natal

Jenis tanah yang terdapat di KPHP Model Mandailing Natal cukup beragam
yang didominasi oleh Podsolik Merah Kuning (PMK) dan Litosol. Tipe tanah seperti
ini membuat lahan di wilayah ini sebagian besar hanya cocok untuk tanaman
kehutanan dan tanaman keras/perkebunan. Jenis-jenis tanahnya adalah Podsolik
Merah Kuning, Litosol, Latosol, Regosol Kelabu, Alluvial dan Tanah Kapur Coklat.

14
Rencana Pengelolaan Hutan
KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023

Dari tipe batuan maka wilayah KPHP Model Mandailing Natal secara geologi
didominasi oleh batuan Andesit muda, Permokarbon dan Paleogen terutama di
daerah pegunungan dan Alluvial di daerah rendah. Selain itu terdapat pula dalam
jumlah yang terlalu banyak batuan-batuan dari tipe Granit, Formasi Kapur dan
Diabas.
Berdasarkan peta geologi lembar Padangsidempuan dan Sibolga dan lembar
Lubuk Sikaping yang dipublikasikan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan
Geologi, Direktorat Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral Bandung tahun
1983, formasi satuan batuan di wilayah Mandailing Natal adalah sebagai berikut :
a. Batuan yang diendapkan pada zaman kuartier. Batuan ini adalah Aluvium (Qh
dan Qp) terdiri atas pasir, kerikil dan lanau dengan penyebaran daerah pantai
barat dari bagian selatan Natal dan batuan gunung api Resen (Qhvsn) dan
gunung api resen (Qvsn) terdiri dari lava andesit piroksen dan breksi gunung api
dengan penyebaran di sekitar Gunung Sorik Marapi.
b. Batuan yang diendapkan pada zaman tersier. Dalam satuan batuan ini terdapat
formasi Sihapas (Tms) terdiri dari batu pasir kuarsa, serpih, batu lanau, dan
konglomerat, tersebar di sebelah timur Gunung Sorik Marapi. Formasi gunung api
Langsat (Tlvl) terdiri dari lava basa absarokitik, porfiritik yang kaya akan piroksen
dengan penyebaran di bagian barat daerah Mandailing Natal. Batuan gunung api
tak terbedakan (Tmv dan Tmvak), batuan aneka terobosan (Tmi), batuan
terobosan Mikrogranit Binail (Tmibi), batuan terobosan Intrusi Tambahan (Tmiti),
batuan terobosan Batolit Manunggal (Tmimn) terdiri dari granodiorit.
c. Batuan yang diendapkan pada zaman pra tersier. Batuan ini termasuk dalam
kelompok batuan tertua di Sumatera, yaitu kelompok Woyla, kelompok
Peusangan dan kelompok Tapanuli, serta satu kelompok yang tidak terbedakan.
Keadaan umum batuan yang terdapat di Kabupaten Mandailing Natal
adalah : Permakarbon 170.260 Ha (25,33%), Diabas 12.910 Ha (1,92%), Andasit
Tua 6.240 Ha (0,93%), Andasit Muda 127.560 Ha (18,98%), Granit 28.220 Ha
(14,03%), Alluvial 196.910 Ha (29,930%) dan Kapur 29.640 Ha (4,41%). Komoditi
dan vahan galian di Mandailing Natal adalah : batubara, gambut, perak, tembaga,
timble, seng, emas, cronium, platinum, bismuth, mangan, molibdenium, besi,
tellunium, terpentin, marmer, batu mulia, kaolin, batu gamping, phosphat, lempung,
sirtu, batu kapur, tras, batu kali (andsit, biorite), granit slate (batu tulis), grafit,

15
Rencana Pengelolaan Hutan
KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023

bentonit, talk, belerang, kalsit, kuarsa, dolomite, arsen, antimony, timah putih dan
pasir kuarsa.

6. Ketinggian Tempat dan Topografi KPHP Model Mandailing Natal


KPHP Model mandailing Natal memiliki kondisi bentang alam yang sangat
variatif yang dimulai dari daerah pantai sampai daerah bergunung-gunung pada
rentang ketinggian antara 0 – 2.150 meter di atas permukaan laut. Umumnya daerah
Kabupaten Mandailing Natal berada pada ketinggian antara 500 – 1.000 m dpl atau
sebesar 34 % dari seluruh luas wilayah, disusul oleh ketinggian 1.000-1.500 m dpl
sebesar 22,5 % dan daerah pada ketinggian 0 -150 m dpl sebanyak 17 %, sisanya
terletak pada ketinggian 150-500 m dpl dan di atas 2.000 m dpl.
Umumnya daerah KPHP Model Mandailing Natal berada pada daerah yang
curam dengan kemiringan lereng lebih dari 40 % yang meliputi 51 % total wilayah
kabupaten. Hal ini menandakan bahwa karakteristik fisik lahan kabupaten Mandailing
sangat penting di sektor kehutanan khususnya untuk daerah perlindungan daerah
bawahan. Daerah dengan kemiringan lereng antara 0-15% sebanyak 35 % dari luas
total dan sisanya berada pada kemiringan lereng sekitar 15-40 %.

7. Tutupan Lahan KPHP Model Mandailing Natal


Penutupan Lahan pada wilayah KPHP Model Mandailing Natal disajikan pada
tabel dibawah ini :

16
Rencana Pengelolaan Hutan
KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023

Tabel. 3. Penutupan Lahan pada wilayah KPHP Model Mandailing Natal


Penutupan Lahan Luas (Ha)
Hutan lahan kering primer 19.921
Hutan lahan kering sekunder 81.192
Hutan rawa primer 0
Semak belukar 32.852
Perkebunan 2.081
Pemukiman 1
Terbuka 3.186
Air 19
Hutan mangrove sekunder 294
Hutan rawa sekunder 2.998
Semak belukar rawa 5.411
Pertanian lahan kering 9.166
Pertanian lahan kering campur semak 843
Sawah 591
Rawa 611
TOTAL 159.166
Sumber : Hasil Analisis SIG KPHP Model Mandailing Natal (BPKH Wilayah I Medan)
8. DAS KPHP Model Mandailing Natal
Pembagian Daerah Aliran Sungai (DAS) pada wilayah KPHP Model
Mandailing Natal disajikan pada tabel dibawah ini :
Tabel 4. DAS pada wilayah KPHP Model Mandailing Natal
NO Nama Luas (Ha) Luas (%)
1 DAS Bataham 4.380,647 2,75
2 DAS Batang Gadis 101.779,13 63,94
3 DAS Bintuas 4.131,0679 2,59
4 DAS Kukun 12.343,856 7,75
5 DAS Natal 25.285,956 15,88
6 DAS Singkuang 11.245,055 7,06
Jumlah 159.165,713 100,00

17
Rencana Pengelolaan Hutan
KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023

9. Kelembagaan dan Sumber Daya Manusia (SDM)


Organisasi KPHP Mandailing Natal merupakan UPTD. Dinas Kehutanan dan
Perkebunan Kabupaten Mandailing Natal, yang dipimpin seorang Kepala. UPTD
setingkat Eselon IVa dibantu seorang Kepala Sub Bagian Tata Usaha, staf,
fungsional polhut, penyuluh dan pengendali ekosistem hutan. Struktur organisasi
KPHP Model Mandailing Natal seperti gambar 1.

Gambar 1 : Struktur organisasi KPHP Model Mandailing Natal

Sumber Daya Manusia yang dimiliki saat ini 1 (satu) orang Sarjana Kehutanan
dan 6 (enam) orang SMA/SMK Kehutanan.
10. Rencana Penataan Blok dan Petak
Rencana pembagian blok pada wilayah KPHP Model Mandailing Natal
disajikan pada tabel dibawah ini :
Tabel 5. Pembagian Blok KPHP Model Mandailing Natal.

Luas Luas
No Blok KPH (Ha) (%)
1 HL Blok Inti 3.556,226 2,23
2 HL Blok Pemanfaatan 9.124,835 5,73
3 HP BLOK Pemanfaatan HHK-HA 133.604,279 83,94
4 HP BLOK Pemanfaatan HHK-HT 1.021,605 0,64
5 HP BLOK Pemanfaatan Jasling HHBK 1.221,405 0,76
6 HP BLOK Pemberdayaan 390,426 0,24
7 HP BLOK Perlindungan 10.246,937 6,44
Jumlah Total 159.165,714 100,00

18
Rencana Pengelolaan Hutan
KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023

B. Potensi Wilayah KPHP Model Mandailing Natal

1. Potensi Hasil Hutan Kayu


Berdasarkan hasil pengolahan terhadap hasil pengambilan data lapangan
sebanyak 12 sampel plot, maka diperoleh potensi tegakan pohon dengan rata-rata
volume tegakan sebesar 128.77 m3/ha dengan rata-rata jumlah batang 133.48
batang/ha. Dugaan potensi tegakan dan volume pada lokasi kegiatan inventarisasi
hutan seluas lebih kurang 92.960,65 ha yaitu sebesar 11.970.542,00 m 3 dengan
jumlah batang sebanyak 12.408.387,00 batang.
Jenis hasil hutan kayu yang mendominasi yaitu jenis Medang (Litsia firma
HK.F), Kelat (Xylopia altissima Boerl), Lesi-lesi (Tarretia), Meranti (Shorea sp.),
Resak (Fatica Songa V.Si), dan Laban (Vitex pubescens Valil), Kapur, Kruing, Bania,
Merbau, Rengas dan hasil hutan kayu lainnya berdasarkan hasil inventarisasi
selanjutnya yang potensial dikembangkan/dimanfaatkan.

2. Potensi Hasil Hutan Bukan Kayu

Jenis hasil hutan bukan kayu yang ada seperti : Sarang Walet, Rotan, Lebah
Madu, Gaharu, Getah/Resin, Palem Hutan, Bambu, anggrek, damar, kayu manis,
durian, dan aren, dan hasil hutan bukan kayu lainnya berdasarkan hasil inventarisasi
selanjutnya yang potensial dikembangkan/dimanfaatkan.

3. Keberadaan Flora dan Fauna Langka

Dengan kondisi alam yang khas dan vegetasi yang masih cukup alami dan
lokasinya yang berbatasan langsung Taman Nasional Batang Gadis memungkinkan
wilayah KPHP Model Model Mandailing Natal masih memiliki flora dan fauna langka.
Flora langka tersebut diantaranya : kucing emas, macan dahan, harimau sumatera,
beruang madu, binturong, kubung, tapir, trenggiling, ungko tangan hitam, ungko
tangan putih, siamang, kukang bukang dan landak. Sedangka flora langka,
diantaranya adalh : bungan bangkai kentorng semar.

4. Potensi Jasa Lingkungan dan Wisata Alam

Sebagian besar hutan di wilayah Provinsi Sumatera Utara merupakan hutan


heterogen, demikian juga dengan hutan yang ada pada unit KPHP Model Mandailing

19
Rencana Pengelolaan Hutan
KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023

Natal. Dari hutan alam tersebut diperoleh manfaat ekologis seperti sebagai
pemeliharaan keanekaragaman hayati dan sebagai perlindungan terhadap tata air.
Pada lokasi kegiatan inventarisasi potensi wilayah unit pengelolaan KPHP
Model Mandailing Natal di Kabupaten Mandailing Natal terdapat bentang alam yang
spesifik diantaranya adanya gua-gua batu yang berada di Desa Bandar Melayu dan
Air terjun di Desa Aek Holbung, serta tebing yang yang terjal yang berada di Desa
Nangali. Selain itu juga di sepanjang Sungai Batang Natal banyak terdapat
kandungan emas dan oleh masyarakat setempat dimanfaatkan dengan
menambangnya.
Selain itu juga terdapat sumber-sumber mata air, aliran sungai untuk
pemanfaatan pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH), potensi aliran air
sungai untuk arung jeram, lokasi potensial camping ground, potensial track lintas
alam, pemandangan alam dan hawa sejuk dari panatapan Dolok Martimbus, dan
desa-desa alami dengan budaya yang cukup khas seperti Desa Sopotinjak, dan
sebagainya.

C. Data dan Informasi Sosial Budaya

1. Kependudukan
Tabel 6 dibawah ini menjelaskan jumlah penduduk dan kepadatan penduduk
di Desa Muaro Bangko, Desa Banjar Maga, Desa Manuncang dan Desa Sudutan
Tigo tahun 2007, 2008, 2009 dan 2010.
Tabel 6. Luas, jumlah dan kepadatan penduduk menurut desa
Luas 2007 2008 2009 2010
Nama Desa (Ha) Jmlh Kpdtn Jmlh Kpdtn Jmlh Jmlh Jmlh Jmlh
Pddk Pddk Pddk Pddk Pddk Pddk Pddk Pddk
Muaro Bangko 4.9124,37 998 20 1.010 20 1.025 20 1.473 57
Banjar Maga 657,67 380 58 385 59 391 59 555 84
Manuncang 668 637 17 649 17 657 17 668 20
Sudutan Tigo 1.190 1161 43 1172 45 1182 45 1190 48
Sumber: Kecamatan Ranto Baek, Kecamatan Muara Batang Gadis Dalam Angka
Tahun 2008, 2009, 2010, dan 2011

Jumlah penduduk menurut jenis kelamin di Desa Muaro Bangko, Desa Banjar
Maga, Desa Manuncang dan Desa Sudutan Tigo dapat dilihat pada Tabel 9 di bawah
ini:

20
Rencana Pengelolaan Hutan
KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023

Tabel 7. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin tahun 2007


No Nama Desa Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 Muaro Bangko 540 458 998
2 Banjar Maga 187 193 380
3 Manuncang 326 342 668
4 Sudutan Tigo 592 588 1190
Sumber: Kecamatan Ranto Baek, Kecamatan Muara Batang Gadis Dalam Angka
Tahun 2008

Tabel 8. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin tahun 2008


No Nama Desa Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 Muaro Bangko 546 464 1.010
2 Banjar Maga 189 196 385
3 Manuncang 331 318 649
4 Sudutan Tigo 638 534 1172
Sumber: Kecamatan Ranto Baek, Kecamatan Muara Batang Gadis Dalam Angka
Tahun 2009

Tabel 9. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin tahun 2009


No Nama Desa Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 Muaro Bangko 555 470 1.025
2 Banjar Maga 192 199 391
3 Manuncang 338 319 657
4 Sudutan Tigo 612 572 1182
Sumber: Kecamatan Ranto Baek, Kecamatan Muara Batang Gadis Dalam Angka
Tahun 2010

Tabel 10. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin tahun 2010


No Nama Desa Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 Muaro Bangko 726 747 1.473
2 Banjar Maga 279 276 555
3 Manuncang 371 297 668
4 Sudutan Tigo 563 627 1.190
Sumber: : Kecamatan Ranto Baek, Kecamatan Muara Batang Gadis dan
Kecamatan Natal Dalam Angka Tahun 2011
Berdasarkan jumlah sarana pendidikan, murid dan guru di Desa Banjar Maga
sampai dengan tahun 2012 hanya ada satu buah TK dengan jumlah ruang kelas 2
buah, jumlah murid 20 orang serta jumlah guru 4 orang. Sedangkan di Desa Muaro
Bangko terdapat satu buah SD dan satu buah SMP. SD di Desa Muaro Bangko
memiliki 9 ruang kelas dengan 376 orang murid dan 12 orang guru. Sedangkan SMP
yang terdapat di Desa Muaro Bangko memiliki 6 ruang kelas dengan 175 orang
murid dan 12 orang guru (Sumber: Kecamatan Ranto Baek dalam angka tahun 2011,

21
Rencana Pengelolaan Hutan
KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023

Daftar Isian Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat Desa Sekitar Hutan
Tahun 2012).

Desa Manuncang memiliki SD yang terdiri dari 6 ruang kelas dengan 157
orang murid dan 6 orang guru, sedangkan SMP yang terdapat di Desa Manuncang
memiliki 3 ruang kelas dengan 85 orang murid dan 10 orang guru. Desa Sudutan
Tigo 1 TK/TPA dengan jumlah kelas 1, jumlah murid 62 orang dan jumlah guru 2
orang. Desa Sudutan Tigo memiliki 2 SD dengan jumlah ruangan 6 buah, jumlah
murid 200 orang dan jumlah guru 13 orang, sedangkan SMP yang terdapat di Desa
Sudutan Tigo sebanyak 1 buah, dengan jumlah kelas 1 buah, jumlah murid 3 orang
dan jumlah guru 8 orang (Sumber: Kecamatan Muara Batang Gadis dalam angka
tahun 2011, Daftar Isian Kondisi Social Ekonomi dan Budaya Masyarakat Desa
Sekitar Hutan Tahun 2012).

Agama yang dianut di Desa Muaro Bangko, Desa Banjar Maga, dan Desa
Manuncang adalah beragama Islam, sedangkan Desa Sudutan Tigo penduduknya
menganut agama Islam dan agama Kristen. Suku yang mendiami Desa Banjar Maga
dan Desa Manuncang semuanya suku Mandailing, suku yang mendiami Desa Muaro
Bangko terdiri dari suku Mandailing dan suku Jawa, dan suku yang mendiami Desa
Sudutan Tigo terdiri dari suku Mandailing, suku Melayu, suku Nias dan suku Jawa.
Bahasa yang digunakan di kedua desa ini adalah Bahasa Indonesia dan Bahasa
Mandailing.

2. Kondisi Sosial Ekonomi Budaya


a) Kondisi Sosial Budaya
Beberapa dekade sebelum berlakunya UU No.5 Tahun 1979 tentang
Pemerintahan Desa, masyarakat Mandailing Natal sudah tidak lagi hidup dalam
format kerajaan. Pengaturan mengenai hubungan masyarakat dengan tanah juga
sudah ditata melalui Undang-Undang Pokok Agraria No.5 Tahun 1960 dan aturan
lain yang kemudian lahir sebagai turunannya. Selanjutnya dengan corak
pemerintahan Orde Baru juga semakin menempatkan komunitas desa sebagai objek
dari pada subjek dalam pengambilan keputusan yang menyangkut penataan
kehidupan mereka sebagai warga kolektif. Dalam suasana yang demikian itulah
komunitas desa-desa termasuk yang hidup di sekitar Taman Nasional Batang Gadis,
menata kehidupan sosial dan kelembagaan mereka.
22
Rencana Pengelolaan Hutan
KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023

Tidak mengherankan bahwa gejala yang mengemuka adalah adanya suasana yang
ambigu dimana disatu sisi terdapat sistem pemerintahan desa yang formal,
sedangkan disisi lain masih banyak aspek kehidupan masyarakat yang diatur dalam
tatanan lama berdasarkan adat terdahulu.
Budaya asli masyarakat di Mandailing Natal ini sudah banyak dipengaruhi oleh
agama Islam, salah satu contohnya adalah dalam kegiatan perekonomian
masyarakat yang dipersingkat pada hari Jumat. Hal tersebut berdasarkan
pertimbangan bahwa hari Jumat merupakan hari kerja paling pendek karena mereka
khususnya kaum pria wajib menunaikan ibadah sholat Jumat di siang hari dan
setelah maghrib para kaum wanita harus mengikuti kegiatan pengajian Al-Qur’an.
Umumnya budaya yang dianut oleh masyarakat Mandailing Natal adalah
berdasarkan kepercayaan mereka terhadap agama Islam dan juga budaya yang
berasal dari kerajaan terdahulu (berdasarkan sistem kasta).
Sistem adat yang masih dianut tersebut adalah Harajoan (Raja), Hatobagun
(Pimpinan tiap marga), Naposo dan Nauli Bulung (Kelompok pemuda dan pemudi
desa) dan Hulu Balang. Namun dengan masuknya sistem pemerintahan Indonesia,
budaya tersebut mulai terkikis. Budaya lain yang masih dianut oleh masyarakat
terutama disekitar aliran sungai yang cukup besar adalah Budaya Lubuk Larangan.
Lubuk Larangan merupakan habitat atau tempat berkumpulnya ikan untuk
berkembang biak dan berlindung dari upaya penangkapan. Dan disebut larangan
karena tidak bisa dimanfaatkan secara leluasa dan untuk kepentingan pribadi, tetapi
melalui musyawarah dan untuk kepentingan pembangunan desa. Umumnya rentang
waktu panen lubuk larangan adalah dua kali setahun (pada 17 Agustus dan juga
pada hari Raya Idul Fitri) atau ditetapkan sesuai dengan kesepakatan oleh
masyarakat desa.

b) Kondisi Ekonomi
Pasar atau pekan merupakan media tempat jual beli warga desa, baik di Desa
Muaro Bangko, Desa Banjar Maga, Desa Manuncang dan Desa Sudutan Tigo. Di
setiap desa ini masing-masing terdapat 1 (satu) unit pasar atau pekan.Selain pasar,
untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, di desa juga tersedia beberapa toko
dan warung/kios. Hasil-hasil pertanian selain dijual ke pasar, warga juga
memanfaatkan jasa pedagang pengumpul atau cukong untuk menjual hasil
pertaniannya.
23
Rencana Pengelolaan Hutan
KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023

Sebagai media transportasi, Desa Muaro Bangko dan Desa Sudutan Tigo
sedikit lebih baik dibanding Desa Banjar Maga dan Desa Manuncang, karena Desa
Muaro Bangko dan Desa Sudutan Tigo sudah menggunakan truk/mobil barang dan
mobil penumpang sebagai sarana transportasi. Sedangkan Desa Banjar Maga dan
Desa Manuncang masih menggunakan ojek motor sebagai alat transportasi di
desanya.
Tani merupakan mata pencaharian utama warga Desa Muaro Bangko, Desa
Banjar Maga, Desa Manuncang dan Desa Sudutan Tigo. Hasil tani yang diperoleh
warga berasal dari kebun karet, padi sawah/ladang, dan kebun sawit. Untuk
pemenuhan kebutuhan sehari-hari, warga sangat menggantungkan dari hasil panen
kebun karet. Bagi warga desa yang melakukan perladangan berpindah, supaya
diberi penyuluhan dan pembinaan agar melakukan pertanian yang menetap.
Hal ini perlu dilakukan untuk menghindari perambahan hutan yang lebih luas dan
menghindari pembakaran pada saat pembukaan hutan.

c) Kondisi Pendidikan
Sarana Pendidikan Sekolah Dasar (SD) terdapat di setiap desa, Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) terdapat pada setiap ibukota kecamatan dan
beberapa desa. Untuk Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SMA) terdapat pada ibukota
kabupaten dan beberapa ibukota kecamatan, sedangkan Perguruan Tinggi belum
ada di ibukota kabupaten. Fasilitas sekolah di Kabupaten Mandailing Natal, Sekolah
Dasar (SD) sebanyak 380 buah, terdiri dari SD Negeri 175 buah, SD Inpres 194
buah, Madrasah Ibtidaiyah 3 buah dan SD Swasta 8 buah. SMP/MTs baik negeri
maupun swasta 94 buah dan Sekolah Menengah Atas (SMA) yang terdiri dari SMU,
SMK dan MA baik negeri maupun swasta berjumlah 48 buah, seperti terperinci pada
Tabel 11.

24
Rencana Pengelolaan Hutan
KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023

Tabel 11. Jumlah Sekolah Dasar, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan Sekolah
Lanjutan Tingkat Atas per Kecamatan
No Kecamatan SD/MI SMP/MTs SMA/MA KET
1 Batahan 37 9 4
2 Batang Natal 29 4 3
3 Lingga Bayu 30 5 1
4 Kota Nopan 36 11 7
5 Ulu Pungkut 11 2 -
6 Tambangan 23 6 3
7 Lembah Sorik Merapi 11 2 2
8 Muara Sipongi 17 4 1
9 Panyabungan 41 13 12
10 Panyabungan Selatan 11 2 1
11 Panyabungan Barat 10 1 -
12 Panyabungan Utara 21 4 2
13 Panyabungan Timur 10 2 1
14 Natal 24 8 3
15 Muara Bt. Gadis 9 3 1
16 Siabu 43 14 7
17 Bukit Malintang 17 3 -

Jumlah 380 94 48
Sumber: Mandailing Natal Dalam Angka Tahun 2010

Tingkat penggunaan sekolah dasar terhadap jumlah murid, untuk Sekolah


Dasar (SD) mempunyai rata-rata murid persekolah sebesar 192 orang. Dengan
jumlah murid sebanyak 64.694 orang dan jumlah guru SD sebanyak 1.261 orang,
maka rata-rata murid per guru sebesar 51 orang. Rata-rata murid per guru terbesar
di Kecamatan Panyabungan dan terkecil di Kecamatan Ulu Pungkut.
Jika dilihat dari rasio murid dengan guru di Kabupaten Mandailing Natal, ini
masih di atas standar yaitu 51 murid per guru, karena untuk standar pembelajaran
yang efektif adalah 30 murid per guru. Di Kecamatan Panyabungan memiliki rasio
terbesar yaitu 333 murid per sekolah, dan Kecamatan Ulu Pungkut mempunyai rasio
terkecil yaitu 22 murid per sekolah. Pada tingkat pendidikan Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama (SLTP), rasio murid terhadap sekolah adalah sebesar 232 murid per
sekolah. Rasio tertinggi terdapat di Kecamatan Panyabungan yaitu 377 murid per
sekolah dan yang terendah terdapat di Kecamatan Muara Batang Gadis yaitu 76
murid untuk setiap sekolah.

25
Rencana Pengelolaan Hutan
KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023

Sementara itu rasio murid Sekolah Lanjutan Tingkat Atas yang terdiri dari Sekolah
Menengah Umum (SMU), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah
(MA) baik negeri dan swasta sebesar 322 murid per sekolah. Rasio tertinggi terdapat
di Kecamatan Panyabungan yaitu 492 murid per sekolah dan terendah di Kecamatan
Muara Batang Gadis yaitu 48 murid per sekolah.

d). Pola Hubungan Masyarakat dengan Hutan


Pemanfaatan lahan hutan oleh masyarakat Desa Banjar Maga, Desa Muaro
Bangko, Desa Sudutan Tigo dan Desa Manuncang untuk perladangan lebih kurang 1
(satu) ha setiap KK per tahun. Alat yang digunakan untuk kegiatan perladangan di
lahan hutan masih bersifat tradisional seperti kampak, parang dan beliung. Tanaman
utama yang ditanam di ladang antara lain padi, sayuran dan karet.
Hasil hutan kayu dan non kayu untuk konsumsi masyarakat (tidak dijual) yang
diperuntukkan untuk obat-obatan, perlengkapan rumah tangga dan lain-lain terdiri
dari: rotan yang diperuntukkan sebagai pengikat, pohon yang diperuntukkan untuk
pembangunan rumah penduduk, tumbuhan obat-obatan, burung untuk dipelihara dan
madu untuk diperdagangkan.
Untuk kebutuhan sehari-hari, masyarakat juga memiliki hewan ternak yang
tediri dari kambing, ayam dan itik. Beternak dilakukan untuk hobi dan pemenuhan
kebutuhan saja. Beternak belum dikembangkan sebagai mata pencaharian yang
dapat lebih meningkatkan tarap hidup masyarakat.
Upaya yang dapat dilakukan agar pembukaan hutan untuk kepentingan perladangan
berpindah dan perluasan kebun karet, antara lain membina petani beternak lebah
madu. Beberapa warga desa telah melakukan pekerjaan mencari madu di hutan
untuk dijual yang digunakan sebagai penambahan pendapatan keluarga. Tugas
penyuluh dari pemerintah untuk memberikan pembelajaran kepada warga
masyarakat desa tentang tata cara beternak lebah madu. Dengan dikembangkannya
lebah madu, maka diharapkan masyarakat desa tidak perlu lagi menjelajahi hutan
untuk mendapatkan madu.
Pengembangan sektor peternakan juga dipandang sebagai usaha tani yang
dapat menambah pendapatan warga desa sekaligus dapat meningkatkan keamanan
terhadap perambahan hutan.
Pendampingan dari pemerintah sangat diperlukan agar warga desa menjadi
lebih paham cara berternak yang lebih baik, sehingga dapat meningkatkan
26
Rencana Pengelolaan Hutan
KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023

pendapatan keluarga dan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi


keluarga dan hobi saja. Kawasan di pinggiran hutan dapat dimanfaatkan sebagai
areal peternakan dengan pola silvopasture, dengan dikembangkannya sistem
silvopasture selain pendapatan warga desa akan semakin meningkat, kelestarian
kawasan hutan juga akan lebih terjamin. Sistem ini memungkinkan terjaganya
produksi pakan ternak yang dibutuhkan sementara tetap menghasilkan produk kayu
bernilai ekonomis tinggi. Silvopasture dapat diciptakan dengan dua cara, yaitu
dengan meningkatkan mutu tanaman pakan ternak (forage) dibawah tegakan yang
ada atau menanam pohon areal bekas perladangan berpindah yang telah menjadi
padang rumput atau semak belukar.
Usaha tani budidaya perikanan darat juga dapat menjadi alternatif
peningkatan pendapatan warga desa. Beberapa jenis ikan yang dapat
dikembangkan sebagai budidaya ikan darat adalah ikan mas, ikan tawes, ikan nila,
ikan gurame, dan ikan lele. Pengembangan perikanan darat dapat dilakukan
mengingat desa Banjar Maga dan Desa Muaro Bangko memiliki sungai yang tidak
kering sepanjang tahun, hal ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber air untuk
budidaya ikan darat.
Koordinasi lintas sektor di pemerintahan perlu ditingkatkan untuk menjamin
tercapainya kesejahteraan hidup warga desa di pinggir hutan. Sistem perladangan
berpindah yang dilakukan oleh warga desa selama ini harus diganti dengan sistem
pertanian intensif.
Pertanian intensif merupakan usaha memberdayakan suatu petak lahan untuk
menghasilkan produksi pertanian setinggi mungkin, termasuk penggunaan teknologi
pertanian. Hasil usaha pertanian intensif biasanya sangat tinggi karena didukung
oleh teknologi pertanian seperti penggunaan pupuk, pestisida, benih unggul,
perawatan, pemanenan dan pemrosesan produk pascapanen. Intensifikasi pertanian
dijamin akan meningkatkan kesejahteraan warga desa sekitar hutan selain juga
meningkatkan kelestarian keberadaan kawasan hutan di sekitar desa.
Beberapa hal di atas yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pendapatan
warga desa sekitar hutan dengan cara memafaatkan tanah-tanh kosong, semak
belukar bekas perladangan berpindah. Tugas pemerintah untuk membina dan
mendampingi warga desa untuk pencapain-pencapaian hasil pertanian yang lebih
baik sehingga kesejahteraan warga desa sekitar hutan menjadi lebih baik.

27
Rencana Pengelolaan Hutan
KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023

Untuk areal dipinggir kawasan hutan, pemanfaatannnya dimasa yang akan datang
menjadi tugas petugas KPH di lapangan. Berbagai pola dapat dimanfaatkan seperti
HTR dan Hutan Kemasyarakatan.
Petani yang memiliki kebun karet yang berada didalam kawasan hutan
dipinggiran desa, diberi penyuluhan dan pembinaan supaya kebun karetnya
dipertahankan kelestariannya dengan menanam tanaman kehutanan disela-sela
tanaman karet dan dipinggir kebun karet.
Pelaksanaan penataan batas kawasan hutan segera dilaksanakan dengan
melibatkan masyarakat desa. Jelaskan kepada mereka bahwa kebun karet milik
warga desa yang berada dalam kawasan hutan hanya boleh diusahakan dan
diberikan jaminan kelestarian usahanya tanpa harus menjualnya karena merupakan
kawasan hutan.
Seperti yang dijelaskan di atas, kelestarian hutan di sekitar desa akan terjamin
jika melibatkan partisipasi warga desa sekitar hutan. Warga desa akan mampu
melakukan berbagai usaha di luar kawasan hutan dengan pemberian modal dan
pendampingan. Pemerintah harus mengalokasikan anggaran untuk modal usaha
warga desa sekitar hutan dan honor bagi tenaga-tenaga pendamping di lapangan.
Warga desa tidak akan mampu untuk mengalihkan sistem usahanya yang tradisional
ke yang lebih modern karena memerlukan modal dan pengetahuan sehingga
memerlukan tenaga pendamping.
Hal penting lainnya adalah jaminan pemasaran hasil pertanian warga desa.
Jaminan pemasaran terdiri dari jaminan pasar dan jaminan harga. Semangat warga
desa untuk berusaha di luar kawasan hutan akan lebih baik jika hasil petanian,
perikanan, peternakan dan lain-lain mendapat jaminan pasar dan jaminan harga
yang menguntungkan. Peranan pemerintah secara konsisten kembali dibutuhkan
untuk jaminan pemasaran hasil pertanian warga desa. Apa bila jaminan pemasaran
hasil pertanian dan pendampingan dalam proses berproduksi diabaikan, bisa
dipastikan ketertarikan warga untuk berusaha di luar kawasan hutan akan hilang dan
akan kembali menggantungkan hidupnya terhadap kawasan hutan.

28
Rencana Pengelolaan Hutan
KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023

3. Kelembagaan Masyarakat
a. Desa Banjar Maga
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kecamatan Ranto Baek tahun 2011,
Desa Banjar Maga memiliki luas wilayah desa 657,67 ha dengan jumlah penduduk
sebanyak 555 jiwa.
Masyarakat Desa Banjar Maga semuanya merupakan suku Mandailing yang
berjumlah 136 KK yang terdiri dari penduduk asli dan penduduk pendatang. Semua
warga masyarakat menganut Agama Islam. Mata pencaharian pokok di Desa Banjar
Maga adalah bertani, hal ini ditunjukkan dengan jumlah petani di desa ini 616 KK.
Luas lahan usaha tani yang digarap oleh masyarakat seluas kurang lebih 272 Ha.
Selain padi sawah dan padi ladang, komoditi tanaman pertanian juga didominasi
oleh tanaman karet. Beberapa warga masyarakat sudah mulai mengembangkan
tanaman kelapa sawit sebagai penghasilan tambahan.
Selain tokoh formal seperti Kepala Desa dan Sekretaris Desa, juga terdapat
tokoh non formal yang dihormati di desa ini yaitu tokoh adat yang bergelar Raja
Pandapotan dan Imam Masjid. Tokoh adat umumnya berfungsi pada saat
penyelenggaraan perkawinan masyarakat, dan membuka lubuk larangan. Lubuk
larangan merupakan lubuk yang dijadikan tempat pemelihara ikan yang hanya boleh
dipanen sekali setahun dengan acara adat. Panen lubuk larangan diselenggarakan
oleh seluruh warga desa. Lubuk larangan tidak boleh dipanen sebelum waktu panen,
kalau terdapat warga melakukan pemancingan ikan atau mengambil ikan sebelum
waktunya, maka warga tersebut akan mendapat sanksi adat.
Upacara adat yang dilakukan di Desa Banjar Maga terdiri dari upacara adat
perkawinan, acara nasar tahunan dan membuka lubuk larangan.
Selain upacara adat, terdapat juga kegiatan gotong royong seperti berburu babi dan
penanaman padi. Menanam padi yang disebut mordang dilakukan dengan cara
gotong royong biasanya dilaksanakan 20-an (dua puluhan) warga
.
b. Desa Muaro Bangko
Sesuai data Badan Pusat Statistik Kecamatan Ranto Baek tahun 2011, Desa
Muaro Bangko merupakan salah satu desa di Kecamatan Ranto Baek, memiliki luas
wilayah desa 4.942,37 ha dengan jumlah penduduk sebanyak 1.473 jiwa.

29
Rencana Pengelolaan Hutan
KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023

Suku yang mendiami Desa Muaro Bangko adalah suku Mandailing yang terdiri
dari 282 KK dan Suku Jawa sebanyak 27 KK. Semua warga masyarakat menganut
Agama Islam. Mata pencaharian masyarakat di Desa Muaro Bangko terdiri dari
bertani, PNS, Pedagang, pengrajin dan buruh.
Kepala Desa dan Sekretaris Desa merupakan tokoh formal yang dihormati
masyarakat. Selain tokoh formal, masyarakat juga menghormati tokoh-tokoh non
formal seperti tokoh adat dan tokoh agama. Beberapa tokoh adat yang dihormati
adalah Natoras, Naposo Bulung, dan Nauli Bulung. Sedangkan tokoh agama yang
dihormati antara lain Imam Masjid, Alim Ulama, dan Pengurus Masjid. Peranan tokoh
adat adalah penyelenggaraan perkawinan, membuka lubuk larangan dan membuka
lahan.
Gotong royong merupakan kegiatan sosial yang masih kental di Desa Muaro
Bangko. Beberapa kegiatan yang dilakukan secara bergotong royong adalah
pembersihan lahan kebun, membangun rumah warga, serta membersihkan tanah
wakaf (makam). Gotong royong pembersihan kebun biasanya dilakukan 2 (dua) kali
setahun yang diikuti 400-an warga. Membangun rumah warga dilakukan secara
gotong royong dengan frekuensi 5 (lima) kali setahun dengan jumlah warga yang ikut
sebanyak 20-an orang warga. Sedangkan membersihkan tanah wakaf (makam)
dilakukan sekali setahun yang dilakukan lebih kurang 50 warga.

c. Desa Manuncang
Sesuai data Badan Pusat Statistik Kecamatan Muara Batang Gadis tahun
2011, Desa Manuncang memiliki luas wilaya desa 2831,26 ha dengan jumlah
penduduk sebanyak 688 jiwa.
Masyarakat Desa Manuncang semuanya merupakan suku Mandailing yang
berjumlah 167 KK yang terdiri dari penduduk asli. Semua warga masyarakat
menganut Agama Islam. Mata pencaharian pokok di Desa Manuncang adalah
bertani, hal ini ditunjukkan dengan jumlah petani di desa ini 167 KK. Luas lahan
usaha tani yang di garap oleh masyarakat seluas kurang lebih 637 Ha. Selain padi
sawah dan padi ladang, komoditi tanaman pertanian juga didominasi oleh tanaman
karet. Beberapa warga masyarakat sudah mulai mengembangkan tanaman kelapa
sawit sebagai penghasilan tambahan.

30
Rencana Pengelolaan Hutan
KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023

Selain tokoh formal seperti Kepala Desa dan Sekretaris Desa, juga terdapat
tokoh yang dihormati di desa ini yaitu tokoh adat yang bergelar Raja Pandapotan dan
imam masjid. Tokoh adat umumnya berfungsi pada saat penyelenggaraan
perkawinan masyarakat, dan membuka lubuk larangan. Lubuk larangan merupakan
lubuk yang dijadikan tempat pemelihara ikan yang hanya boleh dipanen sekali
setahun dengan acara adat. Panen lubuk larangan diselenggarakan oleh seluruh
warga desa. Lubuk larangan tidak boleh dipanen sebelum waktu panen, kalau
terdapat warga melakukan pemancingan ikan atau mengambil ikan sebelum
waktunya, maka warga tersebut akan mendapat sanksi adat.
Upacara adat yang dilakukan di Desa Manuncang terdiri dari upacara adat
perkawinan, acara nasar tahunan dan membuka lubuk larangan. Selain upacara
adat, terdapat juga kegiatan gotong royong seperti berburu babi dan penanaman
padi. Menanam padi yang disebut mordang biasanya dilakukan dengan cara gotong
royong biasanya dilaksanakan 20 an (dua puluhan) warga.

d. Desa Sudutan Tigo


Badan Pusat Statistik Kecamatan Natal tahun 2011, Desa Sudutan Tigo
merupakan salah satu desa di Kecamatan Natal yang memiliki luas wilayah desa
2.842,3 ha dengan jumlah penduduk sebanyak 1.190 jiwa.
`Suku yang mendiami Desa Sudutan Tigo adalah suku Mandailing, Jawa dan
Nias yang terdiri dari 245 KK dan Suku Jawa sebanyak 18 KK. Semua warga
masyarakat menganut Agama Islam. Mata pencaharian masyarakat Desa Sudutan
Tigo terdiri dari bertani, PNS, Pedagang, pengrajin dan buruh.
Kepala Desa dan Sekretaris Desa merupakan tokoh formal yang dihormati
masyarakat. Selain tokoh formal, masyarakat juga menghormati tokoh-tokoh non
formal seperti tokoh adat dan tokoh agama.
Beberapa tokoh adat yang dihormati adalah Natoras, NaposoBulung, dan
NauliBulun. Sedangkan tokoh agama yang dihormati antara lain Imam Masjid, Alim
Ulama, dan Pengurus Masjid. Peranan tokoh adat adalah penyelenggaraan
perkawinan, membuka lubuk larangan dan membuka lahan.
Gotong royong merupakan kegiatan sosial yang masih kental di Desa Sudutan
Tigo. Beberapa kegiatan yang dilakukan secara bergotong royong adalah
pembersihan lahan kebun, membangun rumah warga, serta membersihkan tanah
wakaf (makam).

31
Rencana Pengelolaan Hutan
KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023

Gotong royong pembersihan kebun biasanya dilakukan 2 (dua) kali setahun yang
diikuti sekitar 350 warga. Membangun rumah warga dilakukan secara gotong royong
dengan frekuensi 5 (lima) kali setahun dengan jumlah warga yang ikut sebanyak 20
an orang warga. Sedangkan membersihkan tanah wakaf (makam) dilakukan sekali
setahun yang dilakukan lebih kurang 50 warga.

D. Data Informasi Ijin-Ijin Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan


Ijin pemanfaatan hutan yang ada di wilayah KPHP Model Mandailing Natal
diantaranya :

a. IUPHHK-HA PT. Inanta Timber seluas 32.783,50 Ha


b. IUPHHK-HA PT. Teluk Nauli seluas 21.976,53 Ha
c. IUPHHK-HA PT. Gunung Raya Utama Timber Industri (Gruti)
d. IUPHHK-HT PT. Anugerah Rimba Makmur seluas 47.091,06 Ha

E. Kondisi Posisi KPHP Mandailing Natal dalam Perspektif Tata Ruang Wilayah
dan Pembangunan Daerah

Posisi areal kerja KPHP Model Mandailing Natal dalam tata ruang wilayah
dan pembangunan Propinsi Sumatera Utara berdasarkan Perda No. 7 Tahun 2003
tentang RTRW Provinsi Sumatera Utara Tahun 2003 – 2018 berada dalam pola
ruang Hutan Produksi Terbatas (HPT), Hutan Produksi (HP), Hutan Lindung (HL).
Sedangkan berdasarkan Draft RTRW Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010 –
2030 yang telah dibahas oleh Tim Teknis BKTRN dan mendapat persetujuan
subtansi dari Kementerian PU posisi areal kerja KPHP Model Mandailing Natal
berada dalam pola ruang Hutan Produksi Terbatas (HPT), Hutan Produksi (HP),
Hutan Lindung (HL) dan Hutan Produksi yang dapat di Konversi (HPK).
Posisi areal kerja KPHP Model Mandailing Natal dalam tata ruang wilayah
dan pembangunan Kabupaten Mandailing Natal sebagai Hutan Produksi Terbatas
(HPT) Hutan Produksi (HP), Hutan Lindung (HL) dan Hutan Produksi yang dapat di
Konversi (HPK). Tahapan penyusunan rencana tata ruang Kabupaten Mandailing
Natal saat ini dalam pembahasan rancangan peraturan daerah.

32
Rencana Pengelolaan Hutan
KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023

F. Isu Strategis, Kendala dan Permasalahan

1. Kelembagaan dan SDM


Posisi KPHP Model Mandailing Natal dalam Struktur Organisasi Pemerintahan
Kabupaten Mandailing Natal yang berada di bawah Dinas Kehutanan dan
Perkebunan sebagai sebuah UPTD. Perlu peningkatan kelembagaan KPHP
Mandailing Natal menjadi sebuah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
Mandiri yang memiliki anggaran tersendiri. Kondisi SDM yang ada saat ini masih
sangat terbatas yakni Sarjana Kehutanan (1 orang), SMA/SMK Kehutanan
(6 orang) mengingat wilayah kerja yang cukup luas.
2. Wilayah KPHP Model Mandailing Natal
Terdapat beberapa Desa Defenitif bahkan Kantor Camat masuk dalam wilayah
KPHP diantaranya : Kantor Camat Batang Natal dan kantor-kantor unsur
MUSPIKA, Desa Sopotinjak, Bulu Soma, Tarlola, Ampung Julu, Aek Guo, Rao-
Rao, Aek Nangali, Bangkelang, Tombang Kaluang, Sipogu, Banjar Melayu, Aek
Holbung, Aek Baru, Ampung Padang, Muara Soma, Simanguntong, Guo Batu,
Aek Manggis, Batu Madinding, Bintuas, Sundutan Tigo, Manuncang, Suka
Makmur, Panunggulan, Tagilang Julu, Ranto Panjang, Lubuk Kapundung 1,
Lubuk Kapundung 2, Hutarimbaru dan sebagainya. Keberadaan desa ini lebih
dahulu dari penetapan wilayah KPHP Mandailing Natal, penunjukan kawasan
hutan bahkan sebelum Negara Kesatuan Republik Indonesia merdeka. Selain itu
areal perkebunan dan pertanian masryarakat desa tersebut juga berada dalam
wilayah KPHP. Dengan demikian wilayah yang bermasalah tersebut akan tidak
optimal dikelola oleh KPHP.
3. Illegal Logging dan IUPHHK-HA Tidak Beroperasi
Masih terjadinya illegal logging di wilayah KPHP Model Mandailing Natal dengan
keterbatasan yang ada masih sulit dikendalikan. IUPHHK-HA yang ada di wilayah
KPHP Model Mandailing Natal saat ini tidak melakukan aktivitas/kegiatan.
4. Pendanaan
Belum tersedianya dana untuk pembangunan lanjutan KPHP Model Mandailing
Natal baik dari APBD maupun APBN.

33
Rencana Pengelolaan Hutan
KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023

5. Pemahaman Masyarakat Tentang KPHP Model Mandailing Natal


Kebijakan bahkan istilah atau nama KPHP Model Mandailing Natal masih sesuatu
yang baru di lingkungan masyarakat, konsep KPHP masih belum dipahami
bahkan di tingkat pemerintah sehingga perlu penyuluhan tentang KPH kepada
masyarkat.

34
Rencana Pengelolaan Hutan
KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023

BAB III VISI DAN MISI PENGELOLAAN HUTAN

A. Visi
B. Misi
C. Capaian Utama

35
Rencana Pengelolaan Hutan
KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023

BAB III
VISI DAN MISI PENGELOLAAN HUTAN

A. Visi
Gambaran KPHP Model Mandailing Natal 10 tahun kedepan dituangkan
dalam rumusan visi dan misi. Rumusan visi dan misi KPHP Model Mandailing Natal
didasarkan atas kondisi, isu-isu strategis yang diangkat dari berbagai problematika
yang menjadi tantangan dalam pengelolaan sumberdaya hutan di kawasan KPHP
Model Mandailing Natal saat ini dan harapan di masa yang akan datang dengan
memperhitungkan modal dasar yang dimiliki. Sebagai bagian dari perangkat
pembangunan, proses penyusunan visi dan misi KPHP Model Mandailing Natal
diselaraskan dengan visi dan misi pembangunan nasional dan pembangunan daerah
pada umumnya serta sektor kehutanan pada khususnya.
Berdasarkan Rencana Jangka Panjang Nasional 2005-2024 ditetapkan bahwa
visi pembangunan nasional adalah : “INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL
DAN MAKMUR”, dengan misi-misi yang terdiri dari : 1). Mewujudkan masyarakat
berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya,dan beradab berdasarkan falsafah
Pancasila; 2). Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing, 3). Mewujudkan masyarakat
demokratis berlandaskan hukum; 4). Mewujudkan Indonesia aman, damai, dan
bersatu; 5). Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan; 6).
Mewujudkan Indonesia asri dan lestari; 7). Mewujudkan Indonesia menjadi negara
kepulauan yang mandiri, maju,kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional; 8).
Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia internasional.
Untuk mencapai visi dan misi RPJPN tersebut, dilakukan pentahapan periode
pembangunan menjadi 4 tahap yang masing-masing tahap memiliki visi dan misi
yang dituangkan dalam dokumen perencanaan yang disebut dengan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM-N). Saat ini tahapan
pembangunan Indonesia berada pada tahap ke-2, yaitu periode 2010-2014 yang
memiliki visi : “TERWUJUDNYA INDONESIA YANG SEJAHTERA, DEMOKRATIS,
DAN BERKEADILAN” yang akan diwujudkan melalui misi-misi : 1). Melanjutkan
Pembangunan Menuju Indonesia yang Sejahtera, 2). Memperkuat Pilar-Pilar
Demokrasi dan 3). Memperkuat Dimensi Keadilan di Semua Bidang.

36
Rencana Pengelolaan Hutan
KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023

Sejalan dengan visi pembangunan Indonesia yang tertuang dalam RPJMN tahun
2010- 2014, Provinsi Sumatera Utara menetapkan visi yang telah tertuang dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Sumatera
Utara Periode 2009-2013 yaitu “Sumatera Utara yang Maju, dan Sejahtera dalam
Harmoni Keberagaman”.
Visi tersebut diupayakan pencapaiannya melalui misi :
1. Mewujudkan Sumatera Utara yang maju, aman, bersatu, rukun dan damai dalam
kesetaraan
2. Mewujudkan masyarakat Sumatera Utara yang mandiri dan sejahtera dan
berwawasan lingkungan
3. Mewujudkan Sumatera Utara yang berbudaya, religius dan keberagaman
4. Mewujudkan masyarakat Sumatera Utara yang partisipatif dan peduli terhadap
proses pembangunan.
Khusus dalam pembangunan sektor kehutanan, Kementerian Kehutanan
melalui Permenhut No. P.51/Menhut-II/2010 tentang Renstra Kementerian
Kehutanan tahun 2010- 2014 menetapkan visi yaitu “HUTAN LESTARI UNTUK
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT YANG BERKEADILAN”. Untuk mencapai visi
tersebut telah dirumuskan enam kebijakan
Prioritas pembangunan kehutanan yaitu: (1) Pemantapan kawasan hutan; (2)
Rehabilitasi hutan dan peningkatan daya dukung DAS; (3) Pengamanan hutan dan
pengendalian kebakaran hutan; (4) Konservasi keanekaragaman hayati; (5)
Revitalisasi pemanfaatan hutan dan industri kehutanan; dan (6) Pemberdayaan
masyarakat di sekitar hutan. Sejalan dengan visi misi Kementrian Kehutanan, Dinas
Kehutanan Provinsi Sumatera Utara menetapkan visi dan misi yang menggambarkan
kondisi yang ingin dituju dalam jangka panjang yaitu pengelolaan hutan yang lebih
mengakar pada kebutuhan masyarakat guna peningkatan kesejahteraan masyarakat
serta menjamin kebutuhan air melalui perbaikan hulu Daerah Aliran Sungai (DAS).
RPJMD Provinsi Sumatera Utara, serta memperhatikan isu-isu strategis
sebagaimana tersebut diatas, maka Dinas Kehutanan dalam pembangunan
kehutanan di Provinsi Sumatera Utara tahun 2009-2013 menetapkan visinya yaitu:
“Terwujudnya Sumber Daya Hutan (SDH) yang Lestari dan Dapat
Mensejahterakan Masyarakat Berkelanjutan dan Berwawasan Lingkungan”.
Untuk mewujudkan visi tersebut, Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara
menyelenggarakan pengelolaan hutan dalam bentuk unit-unit Kesatuan Pengelolaan
37
Rencana Pengelolaan Hutan
KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023

Hutan (KPH) untuk mendukung pembangunan daerah. Pembangunan kehutanan


tersebut dirumuskan dalam
Misi sebagai berikut :
1. Menjamin keberadaan hutan dengan luasan yang cukup dan sebaran yang
proporsional.
2. Mengoptimalisasikan aneka fungsi hutan yang meliputi fungsi konservasi, fungsi
lindung dan fungsi produksi untuk mencapai manfaat lingkungan, sosial, budaya
dan ekonomi yang seimbang dan lestari.
3. Meningkatkan daya dukung Daerah Aliran Sungai (DAS).
4. Mendorong peran serta masyarakat.
5. Mendorong terwujudnya peningkatan pelayanan dalam pembangunan
perkebunan.
6. Mendorong terwujudnya petani dan pengusaha yang profesional dan mandiri.
7. Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya.
8. Mendorong terwujudnya lingkungan yang lestari.
9. Mengoptimalkan upaya peremajaan, intensifikasi, rehabilitasi, ekstensifikasi dan
diversifikasi tanaman.
10. Meningkatkan peran kelembagaan perkebunan dan strategi pengembangan
perkebunan.
Sejalan dengan Visi dan Misi Pembangunan Tingkat Nasional dan Daerah,
serta isu-isu strategis maka Visi KPHP Model Mandailing Natal Tahun 2014 - 2023
adalah ”Mengelola Hutan Bersama Masyarakat Untuk KPHP Model Mandailing
Natal Yang Mandiri Dan Berkontribusi Terhadap PAD”.

B. Misi
Visi KPHP Model Mandailing Natal Tahun 2014 – 2023 tersebut diupayakan
pencapaiannya melalui Misi :
1. Membangun kelembagaan, penataan kawasan dan SDM KPHP. Model
Mandailing Natal;
2. Membangun hutan karet;
3. Kerjasama dan kemitraan;
4. Pemanfaatan HHK dan HHBK;
5. Perlindungan dan rehabilitasi hutan.

38
Rencana Pengelolaan Hutan
KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023

C. Capaian Utama
Berdasarkan rumusan visi dan misi KPHP Model Mandailing Natal, terdapat
11 capaian utama yang diharapkan dapat terpenuhi selama kurun waktu 10 tahun
(2014-2023), sebagai berikut :
1. Tersedianya sarana dan prasarana pengelolaan KPHP Model Mandailing Natal.
2. Tertatanya blok dan petak di wilayah KPHP Model Mandailing Natal.
3. Tersedianya SDM terampil dan berkompetensi untuk pengelolaan KPHP Model
Mandailing Natal.
4. Terbangunnya hutan karet KPHP Model Mandailing Natal seluas + 1.000 Ha.
5. Terwujudnya kerjasama investasi KPHP Model Mandailing Natal dalam bentuk
MoU.
6. Berpartisipasinya masyarakat dalam pembangunan hutan karet, pemanfaatan
dan perlindungan hutan.
7. Berproduksinya penangkaran rusa seluas + 4 Ha.
8. Termanfaatkannya HHK (meranti, kapur, kruing, bania, rengas, resak, lagan,
medang, kelat, lesi-lesi, dll).
9. Termanfaatkannya HHBK sarang walet, rotan, lebah madu, gaharu, getah/resin,
palem hutan, bambu, tanaman hias, anggrek, tanaman obat, damar, kayu manis,
durian, dan aren, dll seluas + 300 Ha.
10. Termanfaatkannya potensi air, wisata alam dan jasa lingkungan.
11. Terlaksananya perlindungan hutan dan rehabilitasi hutan seluas + 700 Ha.

39
BAB IV ANALISIS DAN PROYEKSI

A. Analisis
B. Proyeksi 10 Tahun ke Depan

40
BAB IV
ANALISIS DAN PROYEKSI

A. Analisis

Analisis SWOT telah seringkali digunakan oleh para pengambil kebijakan


dalam merumuskan berbagai tujuan yang akan dicapai dan strategi yang akan
digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Dengan menggunakan kerangka kerja
kekuatan dan kelemahan dan kesempatan ekternal dan ancaman. Instrumen ini
memberikan cara sederhana untuk memperkirakan cara terbaik untuk melaksanakan
suau kegiatan.
Analisis SWOT merupakan salah satu metode untuk menggambarkan kondisi
dan mengevaluasi suatu masalah, proyek atau konsep bisnis yang berdasarkan
analisis lingkungan internal (kekuatan/strengths, kelemahan/Weakness ) dan analisis
lingkungan eksternal (peluang/opportunities dan ancaman/threats. Metode ini paling
sering digunakan dalam metode evaluasi bisnis untuk mencari strategi yang akan
dilakukan.
Bila keempat hal tersebut diidentifikasikan maka akan terlihat faktor-faktor
yang akan membantu dan menghambat KPHP Model Mandailing Natal untuk
mencapai tujuan. Analisa ini menghasilkan strategi pencapaian tujuan dengan
memaksimalkan Strengths (kekuatan) dan Opportunities (peluang), namun secara
bersamaan meminimalkan Weaknesses (kelemahan) dan Threats (ancaman).
Dengan begitu akan dapat ditentukan berbagai kemungkinan alternatif strategi yang
dapat dijalankan
Dari hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan oleh KPHP Model
Mandailing Natal beserta para pihak, telah diidentifikasikan faktor internal dan
eksternal sebagai berikut :

41
Tabel 12. Identifikasi faktor internal dan eksternal KPHP Model Mandailing Natal
Faktor Internal Faktor Eksternal
Strength Weaknes Opportunity Threats
(Kekuatan) (Kelemahan) (Peluang) (Ancaman)
1. Wilayah kelola 1. Tidak didukung 1. Perangkat kebijakan 1. Tumpang tindih
KPHP yang oleh SDM yang internatonal yang regulasi.
sangat luas memadai mendukung
pengelolaan hutan 2. Kegiatan illegal
2. Kurangnya ditingkat tapak logging
2. Memiliki Struktur Sosisalisasi KPHP
Organisasi yang 2. Pengembangan jasa 3. Tingginya degradasi
jelas 3. Jumlah Personil lingkungan (carbon sumberdaya di KPHP
terbatas dan tidak trade, pariwisata, Model Mandailing
sebanding dengan penelitian, DAS, air Natal
3. Mempunyai wilayah bersih) yang
legalitas hukum pengelolaan. didukung dengan 4. Penyerobotan lahan
kawasan dan kebijakan pemerintah. untuk kegiatan
kelembagaan 4. Koordinasi para 3. Berada di kawasan perladangan
pihak yang rendah pencadangan hutan
Kabupaten Model 5. Rendahnya
4. Adanya potensi Mandailing Natal pendidikan dan taraf
jasa lingkungan 5. Pendanaan belum 4. Dukungan para pihak hidup masyarakat di
(carbon trade, mencukupi. (pemerintah pusat- sekitar kawasan
pariwisata, propinsi-kab/kota,
peneltian, DAS, 6. Data potensi privat sektor, LSM,
air bersih) kawasan belum Masyarakat) 6. Rendahnya ekonomi
lengkap 5. Berkembangnya masyarakat dan
5. Memiliki potensi bentuk-bentuk tingginya angka
sumberdaya 7. Penataan batas kerjasama dengan kemiskinan
alam yang besar kawasan belum pihak lain dalam
selesai pengelolaan hutan 7. Berbatasan dengan
6. Tingginya dalam rangka lahan-lahan milik
potensi keaneka 8. Sarana dan kemandirian KPH masyarakat
ragaman hayati prasarana belum 6. Besarnya minat
memadai. peneliti untuk
7. Berfungsi melakukan penelitian 8. Masih maraknya
sebagai 9. Kewenangan di KPH Perburuan satwa liar
penyangga pengelola masih 7. Adanya progam
kehidupan terbatas. peningkatan
/penyeimbang kapasitas staff dari 9. Masih maraknya
ekosistem 10. Akses (letak) lembaga lain pembakaran lahan
kawasan sulit 8. Telah masuk dalam
8. Catchment area dicapai Arahan
dari 6 DAS pembangunan jangka 10. Konflik pengelolaan
Prioritas panjang sesuai kawasan KPHP
RTRW

42
Tabel 13. Strategi Meningkatkan Kekuatan (Strength) dengan Memanfaat Peluang (Opportunity)
Opportunity Perangkat Pengembangan jasa Berada di kawasan Dukungan para pihak Berkembangnya bentuk- Besarnya minat Adanya Telah masuk
(Peluang) kebijakan lingkung (carbon trade, pencadangan pemerintah pusat- bentuk kerjasama dalam ilmuwan untuk program dalam arahan
internatonal yang pariwisata, penelitian, kawasan hutan propinsi- pemanfaatan jasa melakukan penelitian peningkatan pembangunan
mendukung DAS, air bersih) yang Kabupaten Model kab/kota,privat,sektor lingkungan dalam rangka di KPHP Model kapasitas staff jangka panjang
pengelolaan hutan didukung dengan Mandailing Natal LSM, masyarakat kemandirian KPHP Model Mandailing Natal dari lembaga sesuai RTRW
Kekuatan ditingkat tapak kebijakan pemerintah Mandailing Natal lain
(Strength)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1. Wilayah kelola Wilayah kelola yang Dukungan para pihak Wilayah kelola yang Wilayah kelola Wilayah Wilayah
KPHP yang luas mendorong lebih memudahkan luas pengembangan yang luas akan kelola yang kelola yang
sangat luas diversifikasi usaha operasional kegiatan mendorong kerjasama mengundang luas luas akan
pemanfaatan jasa KPHP pemanfaatan jasa berbagai ilmuwan membuka semakin
lingkungan melalui lingkungan melalui dari berbagai latar peluang staf mantap
kerjasama dengan kerjasama dengan para untuk riset di KPHP untuk karena telah
para mitra dan investor mitra dan investor KPHP menimba mendapat
ilmu pengakuan
berdasarkan dalam
potensi yang rencana
besar pembanguna
n jangka
panjang
2. Memiliki Struktur Struktur organisasi Pemantapan struktur Struktur organisasi yang
Organisasi yang yang jelas mendorong organisasi KPHP jelas mendorong
jelas pengembangan Model Mandailing pengembangan
pemanfaatan jasa Natal dalam upaya pemanfaatan jasa
lingkungan melalui meningkatkan lingkungan melalui
kerjasama dengan dukungan para pihak kerjasama dengan para
para mitra dan investor mitra dan investor
3. Mempunyai status Memantapkan status Mempertahankan Memperkuat
hukum hukum kelembagaan status hukum status hukum
kelembagaan dan dan kawasan dengan kelembagaan dan KPHP dalam
kawasan meningkatkan kawasan dapat jangka
dukungan para pihak meningkatkan panjang
minat para
ilmuwan

4. Adanya potensi Adanya potensi jasa Adanya potensi jasa Adanya potensi
jasa lingkungan lingkungan mendorong lingkungan dapat jasa lingkungan

43
Opportunity Perangkat Pengembangan jasa Berada di kawasan Dukungan para pihak Berkembangnya bentuk- Besarnya minat Adanya Telah masuk
(Peluang) kebijakan lingkung (carbon trade, pencadangan pemerintah pusat- bentuk kerjasama dalam ilmuwan untuk program dalam arahan
internatonal yang pariwisata, penelitian, kawasan hutan propinsi- pemanfaatan jasa melakukan penelitian peningkatan pembangunan
mendukung DAS, air bersih) yang Kabupaten Model kab/kota,privat,sektor lingkungan dalam rangka di KPHP Model kapasitas staff jangka panjang
pengelolaan hutan didukung dengan Mandailing Natal LSM, masyarakat kemandirian KPHP Model Mandailing Natal dari lembaga sesuai RTRW
Kekuatan ditingkat tapak kebijakan pemerintah Mandailing Natal lain
(Strength)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
(carbon trade, pengembangan jasa mendorong kerjasama meningkatkan
pariwisata, lingkungan KPHP dalam bentuk kemitraan minat ilmuwan
penelitian, DAS, Model Mandailing dalam mengelola untuk melakukan
air bersih) Natal potensi jasa lingkungan penelitian di
KPHP Model
Mandailing Natal
5. Memiliki potensi Perangkat Potensi Potensi sumberdaya
sumberdaya kebijakan sumberdaya lama alam yang besar
alam yang besar international yang besar akan membutuhkan
mendukung membutuhkan dukungan dari
pengelolaan legilitas daerah, propinsi dan
sumberdaya pencadangan pusat
alam kawasan
6. Tingginya Menjaga Mejaga kelestarian Menjaga
potensi kelestarian potensi kelestarian
keanekaragama potensi keanekaragaman hayati potensi
n hayati keanekaragaman yang tinggi melalui keanekaragaman
hayati yang tinggi kerjasama dalam hayati yang tinggi
degan melibatkan pemanfaatan jasa untuk
dukungan lingkungan meningkatkan
lembaga minat para
international ilmuwan
melakukan
penelitian di
KPHP

7. Berfungsi Kebijakan Menjaga fungsi


sebagai internasional penyangga
penyangga mendukung kehidupan dalam
kehidupan/penye kawasan hutan kerangka

44
Opportunity Perangkat Pengembangan jasa Berada di kawasan Dukungan para pihak Berkembangnya bentuk- Besarnya minat Adanya Telah masuk
(Peluang) kebijakan lingkung (carbon trade, pencadangan pemerintah pusat- bentuk kerjasama dalam ilmuwan untuk program dalam arahan
internatonal yang pariwisata, penelitian, kawasan hutan propinsi- pemanfaatan jasa melakukan penelitian peningkatan pembangunan
mendukung DAS, air bersih) yang Kabupaten Model kab/kota,privat,sektor lingkungan dalam rangka di KPHP Model kapasitas staff jangka panjang
pengelolaan hutan didukung dengan Mandailing Natal LSM, masyarakat kemandirian KPHP Model Mandailing Natal dari lembaga sesuai RTRW
Kekuatan ditingkat tapak kebijakan pemerintah Mandailing Natal lain
(Strength)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
imbang sebagai sistem Pembangunan
ekosistem penyangga kehutanan di
kehidupan daerah
8. Catcment area 3 Menjaga fungsi Menjaga fungsi Menjaga fungsi
DAS Prioritas tangkapan air melalui tangkapan air tangkapan air dengan
pengembangan melalui dukungan membangun bentuk-
potensi jasa Program bentuk kerjasama para
lingkungan air pemerintah dan pihak
lembaga lain

45
Tabel 14. Strategi Mengatasai Kelemahan (Weakness) dengan Memanfaatkan Peluang (Opportunity)
Opportunity Perangkat Pengembangan jasa Berada di Dukungan para pihak Berkembangnya bentuk- Besarnya minat Adanya Telah masuk
(Peluang) kebijakan lingkung (carbon trade, kawasan (pemerintah pusat- bentuk kerjasama dalam ilmuwan untuk program dalam
internatonal yang pariwisata, penelitian, pencadangan propinsi- pemanfaatan jasa melakukan peningkatan arahan
mendukung DAS, air bersih) yang kawasan hutan kab/kota,privat,sektor lingkungan dalam penelitian di kapasitas pembanguna
pengelolaan hutan didukung dengan kabupaten Model LSM, masyarakat) rangka kemandirian KPHP Model staff dari n jangka
ditingkat tapak kebijakan pemerintah Mandailing Natal KPHP Model Mandailing Mandailing Natal lembaga lain panjang
Weakness Natal sesuai
(Kelemahan) RTRW
1 4 5 6 7 8 9
Tidak didukung Kebijakan Pengelola KPHP dapat Ilmuwan yang Tersedia
SDM yang internasional yang bekerjasama dengan melaksanakan skema
memadai mendukung pihak lain untuk penelitian sangat pelatihan
pengelolaan hutan meningkatkan kapasitas memungkinkan dan
di tingkat tapak SDM KPHP untuk mentransfer melanjutkan
memungkinan ilmu kepada pendidikan
bantuan personil KPHP yang
internasional diselenggara
membantu kan pihak
meningkatkan lain
kapasitas LSM
Kurangnya Pengembangan jasa Dukungan para pihak Publikasi hasil
sosialisasi KPHP lingkungan akan secara tidak riset di KPHP
mendorong langsung dapat Model Mandailing
tersosialisasinya mensosialisasikan Natal akan
KPHP keberadaan KPHP mensosialisasikan
KPHP
Jumlah Personil Kebijakan Dapat memohonkan Peningkatan
KPHP Model internasional yang tambahan personil kapasitas
Mandailing Natal mendukung kepada pemkab personil
terbatas tidak pengelolaan hutan Model Mandailing dengan
sebanding dengan di tingkat tapak Natal dan Pemprov memanfaatk
luas kawasan memungkinan Gorontalo an pogram
bantuan peningkatan
internasional kapasaitas
membantu staff dari
meningkatkan lembaga lain
kapasitas LSM
Koordinasi para Dukungan para pihak Berkembangnya bentuk
pihak yang rendah akan lebih kerjasama dapat

46
Opportunity Perangkat Pengembangan jasa Berada di Dukungan para pihak Berkembangnya bentuk- Besarnya minat Adanya Telah masuk
(Peluang) kebijakan lingkung (carbon trade, kawasan (pemerintah pusat- bentuk kerjasama dalam ilmuwan untuk program dalam
internatonal yang pariwisata, penelitian, pencadangan propinsi- pemanfaatan jasa melakukan peningkatan arahan
mendukung DAS, air bersih) yang kawasan hutan kab/kota,privat,sektor lingkungan dalam penelitian di kapasitas pembanguna
pengelolaan hutan didukung dengan kabupaten Model LSM, masyarakat) rangka kemandirian KPHP Model staff dari n jangka
ditingkat tapak kebijakan pemerintah Mandailing Natal KPHP Model Mandailing Mandailing Natal lembaga lain panjang
Weakness Natal sesuai
(Kelemahan) RTRW
1 4 5 6 7 8 9
mendorong mendorong koordinasi
koordinasi dengan dengan para pihak
para pihak
Pendanaan belum Mengembangkan Meningkatkan Menggalang kerjasama
memadai program ecowisata dukungan para pihak dengan lembaga-
dan demonstrasi dalam penggalangan lembaga donor yang
REDD untuk sumber-sumber dana concern dan
memobilisasi dana alternatif yang dapat mengembangkan
dimanfaatkan dalam program payment
mendukung environmental services
pengelolaan KPHP untuk mendukukng
Model Mandailing pendanaan KPHP
Natal Model Mandailing Natal
Data potensi Menggalang kerjasama Memanfaatkan
kawasan belum dengan lembaga riset hasil-hasil
lengkap seperti Universitas untuk penelitian untuk
menggali potensi yang melengkapi data
dimiliki oleh KPHP potensi kawasan
Model Mandailing Natal
Penataan batas Meningkatkan
kawasan belum koordinasi dengan
selesai para pihak, terutama
dengan pihak BPKH
Wilayah Gorontalo
dalam penyelesian
penataan batas
kawasan
Sarana dan Perangkat Meningkatkan
Prasarana belum kebijakan dukungan para pihak
memadai internasional dapat dalam pengadaan
dimanfatkan untuk dan peningkatan

47
Opportunity Perangkat Pengembangan jasa Berada di Dukungan para pihak Berkembangnya bentuk- Besarnya minat Adanya Telah masuk
(Peluang) kebijakan lingkung (carbon trade, kawasan (pemerintah pusat- bentuk kerjasama dalam ilmuwan untuk program dalam
internatonal yang pariwisata, penelitian, pencadangan propinsi- pemanfaatan jasa melakukan peningkatan arahan
mendukung DAS, air bersih) yang kawasan hutan kab/kota,privat,sektor lingkungan dalam penelitian di kapasitas pembanguna
pengelolaan hutan didukung dengan kabupaten Model LSM, masyarakat) rangka kemandirian KPHP Model staff dari n jangka
ditingkat tapak kebijakan pemerintah Mandailing Natal KPHP Model Mandailing Mandailing Natal lembaga lain panjang
Weakness Natal sesuai
(Kelemahan) RTRW
1 4 5 6 7 8 9
menghimpun dana sarana d
untuk membangun an prasarana
sapras
Kewenangan Meningkatkan
pengelola masih koordinasi dengan
terbatas para pihak terutama
pemerintah pusat
dalam perluasan
kewenangan
Akses masih sulit Pengembang jasling Menggalang
dicapai dapat mendorong dukungan para pihak
dibukanya akses dalam upaya
mempermudah
akses ke kawasan
KPHP Model
Mandailing Natal

48
Tabel 15. Strategi Memanfaatkan Kekuatan (Strengh) Untuk Mengatasi Ancaman (Threat)

Threat Tumpang Kegiatan illegal Tingginya Penyerobotan Rendahnya Rendahnya Bebatasan Masih Masih Konflik
(Ancaman) tindih regulasi logging degradasi di lahan untuk pendidikan dan ekonomi dengan maraknya maraknya pengelolaan
KPHP kegiatan taraf hidup masyarakat dan lahan lahan perburuan pembakaran KPHP
perladangan masyarakat di tingginya masyarakat satwa liar lahan
sekitar kawasan kemiskinan
Strength
(Kekuatan)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Wilayah kelola yang Wilayah kelola Wilayah kelola Wilayah kelola
luas yang luas yang luas yang luas
mendorong memungkinkan memungkinka
pemanfaatan kayu masyarakat bisa n wilayah
sesuai blok dan mengelola dibagi menjadi
petak berbagai potensi kawasan
pemanfaatan SDH di KPHP peruntukkan
sesuai dengan untuk sesuai dengan
potensi kayu meningkatkan keinginan para
untuk perekonomian pihak
meminimalisir
illegal logging
Memiliki SOP sesuai SOP yang Adanya SOP Adanya SOP Adanya Adanya SOP Adanya SOP
peraturan pemerintah dimiliki oleh dapat mendorong dapat mengurangi SOP dapat dapat dapat
dan lembaga KPHP dapat pencegahan tindakan mencegah mencegah mencegah
internasional memperkecil aktivitas illegal penyerobotan terjadinya aksi terjadinya
terjadinya logging lahan perburuan pembakaran konflik di
tumpang tindih satwa liar lahan wilayah KPHP
regulasi
Memiliki Struktur Memberantas Memberantas Peningkatan Memberant Konsistensi
Organisasi yang jelas kegiatan illegal kegiatan pemahaman dan as penegakan
logging dengan penyerobotan pengetahuan kegiatan peraturan/
struktur organisasi lahan untuk masyarakat perburuan kebijakan
yang jelas kegiatan tentang struktur satwa liar kehutanan
perladangan organisasi KPHP untuk dengan
dengan struktur Model Mandailing kegiatan struktur
organisasi yang Natal perladanga organisasi
jelas n dengan yang jelas
struktur
organisasi
yang jelas

Mempunyai status Status hukum Pemberantasan Pemberantasan Memberikan Penegakan Setiap

49
Threat Tumpang Kegiatan illegal Tingginya Penyerobotan Rendahnya Rendahnya Bebatasan Masih Masih Konflik
(Ancaman) tindih regulasi logging degradasi di lahan untuk pendidikan dan ekonomi dengan maraknya maraknya pengelolaan
KPHP kegiatan taraf hidup masyarakat dan lahan lahan perburuan pembakaran KPHP
perladangan masyarakat di tingginya masyarakat satwa liar lahan
sekitar kawasan kemiskinan
Strength
(Kekuatan)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
hukum kelembagaan yang jelas kegiatan illegal kegiatan pengetahuan hukum pengambilan
dan kawasan dapat logging melalui penyerobotan kepada untuk keputusan
mencegah penegakan hukum lahan oleh masyarakat memberant dalam
timbulnya masyarakat tentang status as pembuatan
tumpang tindih melalui hukum kawasan perburuan kebijakan
regulasi penegakan hukum KPHP Model satwa liar kehutanan
Mandailing Natal dapat
mengakomodir
saran dan
kepentingan
stakeholder
terbawah
Adanya potensi jasa Meningkatkan Mengurangi Mengurang Mengurangi
lingkungan (carbon taraf hidup masyarakat i kegiatan kegiatan
trade, pariwisata, masyarakat miskin melalui perburuan pembakaran
penelitian, DAS, air sekitar melalui kegiatan satwa liar lahan
bersih) kegiatan pemanfaatan jasa dengan berladang
pemanfaatan jasa lingkungan melibatkan dengan
lingkungan masyaraka melibatkan
t didalam masyarakat
kegiatan di dalam
pemanfaat kegiatan
an jasa pemanfaatan
lingkungan jasa
lingkungan
Memiliki potensi SDA Potensi SDA yang
yang besar besar dapat
mendorong
perekonomian
masyarakat
disekitar wilayah
KPHP

Tingginya potensi Mengelola potensi Mengurangi Mencegah


keanekaragaman keanekaragaman tingkat kemiskinan terjadinya
hayati hayati untuk masyarakat kegiatan

50
Threat Tumpang Kegiatan illegal Tingginya Penyerobotan Rendahnya Rendahnya Bebatasan Masih Masih Konflik
(Ancaman) tindih regulasi logging degradasi di lahan untuk pendidikan dan ekonomi dengan maraknya maraknya pengelolaan
KPHP kegiatan taraf hidup masyarakat dan lahan lahan perburuan pembakaran KPHP
perladangan masyarakat di tingginya masyarakat satwa liar lahan
sekitar kawasan kemiskinan
Strength
(Kekuatan)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
meningkatkan melalui pembkaran
taraf hidup dan pemanfaatan lahan
tingkat pendidikan potensi berladang di
masyarakat keanekaragaman dalam/
sekitar kawasan hayati secara sekitar
terbatas kawasan
agar potensi
keanekaraga
man hayati
tetap terjaga
Berfungsi sebagai Meningkatkan Mengurangi Menjaga Mencegah Konsistensi
penyangga pengetahuan, tingkat kemiskinan dan dan peraturan/
kehidupan/penyeimban pendidikan sehingga fungsi menanggul menanggula kebijakan
g ekosistem pemahaman dan dan keberadaan angi ngi kehutanan
taraf hidup kawasan tetap perburuan pembakaran untuk
masyarakat terjaga satwa liar lahan untuk mendukung
sekitar untuk sehingga berladang fungsi
mengurangi fungsi (didalam/ kawasan
tekanan terhadap kawasan sekitar
kawasan dalam tetap kawasan)
meningkatkan terjaga sehingga
fungsi KPHP fungsi
penyangga kawasan
kehidupan/ tetap terjaga
penyeimbang
ekosistem
Catcment area 3 Meningkatkan Mengurangi Mencegah Konsistensi
DAS Prioritas taraf hidup dan tingkat kemiskinan dan peraturan/
pendidikan, sehingga fungsi menanggula kebijakan
pengetahuan dan kawasan sebagai ngi kehutanan
pemahaman daerah tangkapan pembakaran untuk
masyarakat air tetap terjaga lahan untuk mendukung
sekitar untuk berladang (di fungsi
menjaga fungsi dalam/ kawasan
kawasan sebagai sekitar sebagai
daerah tangkapan kawasan) daerah

51
Threat Tumpang Kegiatan illegal Tingginya Penyerobotan Rendahnya Rendahnya Bebatasan Masih Masih Konflik
(Ancaman) tindih regulasi logging degradasi di lahan untuk pendidikan dan ekonomi dengan maraknya maraknya pengelolaan
KPHP kegiatan taraf hidup masyarakat dan lahan lahan perburuan pembakaran KPHP
perladangan masyarakat di tingginya masyarakat satwa liar lahan
sekitar kawasan kemiskinan
Strength
(Kekuatan)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
air sehingga tangkapan air
fungsi
kawasan
sebagai
daerah
tangkapan
air tetap
terjaga

52
Tabel 16. Strategi Mengatasi Kelemahan (Weakness) Dengan Memanfaatkan Ancaman (Threat)

Threat Tumpang Kegiatan illegal Tingginya Penyerobotan Rendahnya Rendahnya Bebatasan Masih Masih Konflik
(Ancaman) tindih logging degradasi lahan untuk pendidikan dan ekonomi dengan maraknya maraknya pengelolaan
regulasi hutan di KPHP kegiatan taraf hidup masyarakat dan lahan lahan Perburua pembakara KPHP
perladangan masyarakat di tingginya masyarakat n satwa n lahan
sekitar kawasan kemiskinan liar
Weakness
(Kelemahan)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Tidak didukung oleh Peningkatan Peningkatan Peningkatan Peningkatan Peningkat Peningkata Peningkatan
SDM yang memadai kapasitas SDM kapasitas kapasitas SDM kapasitas SDM an n kapasitas kapasitas
KPHP dapat SDM KPHP KPHP dapat KPHP dapat kapasitas SDM dapat SDM dapat
mencegah dapat meningkatkan meningkatkan SDM mencegah mencegah
Kegiatan illegal mencegah taraf hidup ekonomi dapat Kegiatan konflik
logging di KPHP degradasi masyarakat di masyarakat di mencega pembakara pengelolaan
hutan di KPHP KPHP KPHP h n lahan di di KPHP
Kegiatan KPHP
illegal
hunting di
KPHP
Kurangnya Kegiatan Kegiatan Kegiatan Kegiatan Kegiatan Kegiatan Kegiatan
sosialisasi KPHP sosialisasi sosialisasi sosialisasi sosialisasi sosialisas sosialisasi sosialisasi
pengelolaan pengelolaan pengelolaan pengelolaa i pengelolaa pengelolaan
KPHP dapat KPHP dapat KPHP dapat n KPHP pengelola n KPHP KPHP dapat
mencegah mencegah mencegah dapat an KPHP dapat mencegah
kegiatan illegal degradasi kegiatan meningkatk dapat mencegah konflik
logging hutan penyerobotan an mencega kegiatan
lahan kesadaran h pembakara
bagi kegiatan n lahan
masyarakat illegal
yang hunting
tinggal
disekitar
KPHP
Jumlah Personil Memberantas Memberantas Meningkatk Meningka Mencegah
KPHP Model kegiatan illegal kegiatan an jumlah tkan dan

53
Threat Tumpang Kegiatan illegal Tingginya Penyerobotan Rendahnya Rendahnya Bebatasan Masih Masih Konflik
(Ancaman) tindih logging degradasi lahan untuk pendidikan dan ekonomi dengan maraknya maraknya pengelolaan
regulasi hutan di KPHP kegiatan taraf hidup masyarakat dan lahan lahan Perburua pembakara KPHP
perladangan masyarakat di tingginya masyarakat n satwa n lahan
sekitar kawasan kemiskinan liar
Weakness
(Kelemahan)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Mandailing Natal logging dengan penyerobotan personil jumlah menanggul
(jumlah personil & meningkatkan lahan dengan dan personil angi
kapasitas dibanding jumlah personil meningkatkan kapasitas dan kegiatan
dengan luas dan kapasitas jumlah personil untuk kapasitas pembakara
kawasan) dan kapasitas mengawasi untuk n lahan
kawasan mencega untuk
KPHP h dan berladang
Model menguran (di dalam/
Mandailing gi sekitar
Natal yang kegiatan kawasan)
berbatasan perburua dengan
dengan n liar meningkatk
lahan lahan an jumlah
masyarakar pesonil dan
kapasitas

Koordinasi para Memperjelas Peningkatan Koordinasi


pihak rendah regulasi koordinasi para dengan para
dapat pihak dapat pihak dapat
mendorong mencegah mencegah
terciptanya aktivitas illegal timbulnya
koordinasi logging konflik
parapihak
Pendanaan belum Pendanaan Pendanaan Pendanaan Pendanaan Pendanaan Pendana Pendanaan Pendanaan
memadai yang memadai yang memadai yang memadai yang memadai yang an yang yang yang
untuk mengatasi untuk mengatasi untuk mengatasi untuk mengatasi memadai memadai memadai memadai
seluruh seluruh seluruh seluruh untuk untuk untuk untuk
ancaman yang ancaman yang ancaman yang ancaman yang mengatasi mengatas mengatasi mengatasi
dihadapi dihadapi dihadapi dihadapi seluruh i seluruh seluruh seluruh
ancaman ancaman ancaman ancaman
yang yang yang yang
dihadapi dihadapi dihadapi dihadapi

54
Threat Tumpang Kegiatan illegal Tingginya Penyerobotan Rendahnya Rendahnya Bebatasan Masih Masih Konflik
(Ancaman) tindih logging degradasi lahan untuk pendidikan dan ekonomi dengan maraknya maraknya pengelolaan
regulasi hutan di KPHP kegiatan taraf hidup masyarakat dan lahan lahan Perburua pembakara KPHP
perladangan masyarakat di tingginya masyarakat n satwa n lahan
sekitar kawasan kemiskinan liar
Weakness
(Kelemahan)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Data potensi Dibutuhkan Penguatan data Penguatan data Penguatan data Penguatan data Penguatan Penguata Penguatan Penguatan
kawasan belum Regulasi potensi potensi potensi potensi data n data data data potensi
lengkap yang jelas kawasan untuk kawasan untuk kawasan untuk kawasan untuk potensi potensi potensi kawasan
dapat untuk menunjang menunjang menunjang menunjang kawasan kawasan kawasan untuk
memperkuat kegiatan kegiatan kegiatan kegiatan untuk untuk untuk menunjang
basis data penanganan penanganan penanganan penanganan menunjang menunjan menunjang kegiatan
berbagai berbagai berbagai berbagai kegiatan g kegiatan penanganan
ancaman yang ancaman yang ancaman yang ancaman yang penangana kegiatan penangana berbagai
dihadapi dihad dihadapi dihad n berbagai penangan n berbagai ancaman
ancaman an ancaman yang dihad
yang dihad berbagai yang dihad
ancaman
yang
dihad
Penataan batas Regulasi Penyelesaian Penyelesaian Penyelesaian Penyelesaian Penyelesai Penyeles Penyelesai Penyelesaia
kawasan belum yang jelas penataan batas penataan batas penataan batas penataan batas an aian an n penataan
selesai mendorong kawasan untuk kawasan untuk kawasan untuk kawasan untuk penataan penataan penataan batas
penataan memberikan memberikan memberikan memberikan batas batas batas kawasan
kawasan kepastian kepastian kepastian kepastian kawasan kawasan kawasan untuk
hukum yang hukum yang hukum yang hukum yang untuk untuk untuk memberikan
jelas dalam jelas dalam jelas dalam jelas dalam memberika memberik memberika kepastian
menangani menangani menangani menangani n kepastian an n kepastian hukum yang
segala ancaman segala ancaman segala ancaman segala ancaman hukum kepastian hukum jelas dalam
yang jelas hukum yang jelas menangani
dalam yang jelas dalam segala
menangani dalam menangani ancaman
segala menanga segala
ancaman ni segala ancaman
ancaman
Sarana dan Penyediaan Penyediaan Penyediaan Penyediaan Penyediaa Penyedia Penyediaa Penyediaan
Prasarana belum sarana dan sarana dan sarana dan sarana dan n sarana an sarana n sarana sarana dan
memadai prasarana yang prasarana yang prasarana yang prasarana yang dan dan dan prasarana

55
Threat Tumpang Kegiatan illegal Tingginya Penyerobotan Rendahnya Rendahnya Bebatasan Masih Masih Konflik
(Ancaman) tindih logging degradasi lahan untuk pendidikan dan ekonomi dengan maraknya maraknya pengelolaan
regulasi hutan di KPHP kegiatan taraf hidup masyarakat dan lahan lahan Perburua pembakara KPHP
perladangan masyarakat di tingginya masyarakat n satwa n lahan
sekitar kawasan kemiskinan liar
Weakness
(Kelemahan)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
memadai dalam memadai dalam memadai dalam memadai dalam prasarana prasarana prasarana yang
mengatasi mengatasi mengatasi mengatasi yang yang yang memadai
ancaman yang ancaman yang ancaman yang ancaman yang memadai memadai memadai dalam
dihadapi dihadapi dihadapi dihadapi dalam dalam dalam mengatasi
mengatasi mengatas mengatasi ancaman
ancaman i ancaman yang
yang ancaman yang dihadapi
dihadapi yang dihadapi
dihadapi
Kewenangan Penguatan Penguatan Penguatan Pelimpahan
pengelola masih koordinasidi koordinasidi koordinasid kewenangan
terbatas dalam dalam i dalam pengelolaan
penyelesaian penyelesaian penyelesai sampai ke
masalah illegal masalah illegal an masalah tingkat tapak
logging, logging, illegal dapat dapat
penyerobotan penyerobotan logging meredam
lahan, dan lahan, dan penyerobot konflik
batas dengan batas dengan an lahan, pengelolaan
lahan lahan dan batas
masyarakat masyarakat dengan
lahan
masyarakat

56
Threat Tumpang Kegiatan illegal Tingginya Penyerobotan Rendahnya Rendahnya Bebatasan Masih Masih Konflik
(Ancaman) tindih logging degradasi lahan untuk pendidikan dan ekonomi dengan maraknya maraknya pengelolaan
regulasi hutan di KPHP kegiatan taraf hidup masyarakat dan lahan lahan Perburua pembakara KPHP
perladangan masyarakat di tingginya masyarakat n satwa n lahan
sekitar kawasan kemiskinan liar
Weakness
(Kelemahan)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Akses masih sulit Perencanaan Pembukaan Koordinas
dicapai dan koordinasi akses dapat i yang
yang baik dalam meningkatkan baik
penanganan ekonomi menginga
illegal logging, masyarakat t sulitnya
dan perburuan akses
satwa liar menuju
mengingat lokasi
sulitnya akses pelanggar
menuju lokasi an
pelanggaran tersebut
tersebut

57
B. Proyeksi 10 Tahun ke Depan

Berdasarkan analisis yang dilakukan diketahui kondisi KPHP Model Mandailing


Natal saat ini adalah sebagaimana pada tabel berikut :

Tabel 17. Kondisi KPHP Model Mandailing Natal Saat Ini dan Proyekdi 10 (sepuluh) tahun
ke depan (2014 – 2023)

Kondisi Yang
No. Uraian Kondisi Saat Ini
Diinginkan
1 Resort Pengelolaan 0 Unit 2 Unit
2 Penataan Blok dan Petak 0 Ha 1.500 Ha
1 Shut, 1 SMA, 5 1 S2, 6 Shut, 2 D3
3 Sumber Daya Manusia (SDM)
SMK 1 SMA, 20 SMK
4 Pembangunan Hutan karet 0 Ha 1.000 Ha
5 Kesjasama MoU Investasi 0 Buah 4 Buah
Partisipasi Masyarakat dalam
6 Pembangunan, Pemanfaatan dan 0 Kali 12 Kali/Tahun
Perlindungan Hutan
7 Penangkaran Rusa 0 Ha 4 Ha
8 Pemanfaatan HHK 0 m3 257.539,98 m3
Pengembangan dan pemanfaatan
9 0 Ha 300 Ha
HHBK
10 Kerusakan Kawasan 18.116 Ha 17.416 Ha
11 Lahan Kritis 18.116 Ha 17.416 Ha
Pemanfaatan Potensi Air, Wisata
12 0 Buah 2 Buah
dan Jasa Lingkungan
Perlindungan dan Rehabilitasi
13 0 Ha 700 Ha
Hutan

58

52
Rencana Pengelolaan Hutan
KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023

BAB V RENCANA KEGIATAN


A. Inventarisasi berkala wilayah kelola
serta penataan hutannya
B. Pemanfaatan hutan pada wilayah
tertentu.
C. Pemberdayaan masyarakat.
D. Pembinaan dan pemantauan
(Controlling) pada areal KPH yang
telah ada ijin pemanfaatan maupun
penggunaan kawasan hutan.
E. Penyelenggaraan rehabilitasi pada
areal di luar ijin.
F. Pembinaan dan pemantauan
(Controlling) pelaksanaan rehabilitaasi
dan reklamasi pada areal yang sudah
ada ijin pemanfaatn dan penggunaan
kawasan hutannya.
G. Penyelenggaraan perlindungan hutan
dan konservasi alam
H. Penyelenggaraan koordinasi dan
sinkronisasi antar pemegang ijin
I. Koordinasi dan sinergi dengan
Instansi dan stakeholder terkait
J. Penyediaan Kelembagaan dan SDM
K. Penyedian pendanaan.
L. Pengembangan database
M. Rasionalisasi wilayah kelola.
N. Review Rencana Pengelolaan (minimal
5 tahun sekali)
O. Pengembangan investasi

59
Rencana Pengelolaan Hutan
KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023

BAB V
RENCANA KEGIATAN

Program dan rencana kegiatan yang dijabarkan dari visi, misi dan capain-
capaian utama yang diharapkan dalam pengelolaan KPHP Model Mandailing Natal
untuk 10 (sepuluh) tahun ke depan adalah sebagai berikut :

A. Inventarisasi berkala wilayah kelola serta penataan hutannya


Program ini merupakan pelaksanaan dari misi 1 yakni membangun
kelembagaan, penataan kawasan dan SDM KPHP. Model Mandailing Natal. Untuk
pencapaian tujuan tertatanya blok dan petak di wilayah KPHP Model Mandailing
Natal, rencana kegiatan yang akan dilaksanakan adalah :
a. Inventartisasi biofisik SDH (potensi-potensi kayu, non kayu, satwa, jasa
lingkungan, dan air)
b. Inventarisasi sosial budaya
c. Sosialisasi tata batas kawasan KPHP Mandailing Natal
d. Pemeliharaan dan penanaman jalur batas
e. Orientasi dan rekosntruksi batas
f. Konsultasi publik dan sosialisasi
g. Penataan blok dan petak

B. Pemanfaatan Hutan pada Wilayah Tertentu


Berdasarkan hasil analisis SIG yang dilakukan diperoleh luas wilayah tertentu
KPHP Model Mandailing Natal adalah seluas + 23.000 hektar (peta terlampir).
Program ini merupakan pelaksanaan dari misi 2 yakni Membangun hutan
karet, Misi 3 Kerjasama dan kemitraan serta Misi 4 Pemanfaatan HHK dan HHBK
Untuk pencapaian tujuan pembangunan hutan karet dan tujuan terwujudnya
kerjasama investasi KPHP Model Mandailing Natal dalam bentuk MoU, rencana
kegiatan yang akan dilaksanakan adalah :
a. Membangun hutan karet KPHP Model Mandailing Natal.
b. Menyusun strategi dan regulasi pengusahaan kegiatan pemanfaatan kayu hutan
alam
c. Pemanfaatan hasil hutan kayu
d. Peningkatan investasi pengusahaan kegiatan pemanfaatan kayu hutan alam
60
Rencana Pengelolaan Hutan
KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023

e. Kerjasama investasi pengusahaan kegiatan pemanfaatan kayu hutan alam


f. Kerjasama investasi pengembangan tanaman berkayu.
g. Peningkatan pelayanan dan pengelolaan kegiatan pemanfaatan kayu hutan alam
h. Pengembangan jaringan pengusahaan
i. Membangun mekanisme kontribusi pemanfaatan kayu di hutan alam
j. Membangun sarana dan prasarana pengembangan kegiatan pemanfaatan kayu
hutan alam

C. Pemberdayaan Masyarakat

Program ini merupakan pelaksanaan dari misi 3 yakni kerjasama dan


kemitraan. Untuk pencapaian tujuan berpartisipasinya masyarakat dalam
pembangunan hutan karet, pemanfaatan dan perlindungan hutan, rencana kegiatan
yang akan dilaksanakan adalah :
a. Pelibatan masyarakat dalam pembangunan hutan karet KPHP.
b. Pelibatan masyarakat dalam patroli dan operasi pengamanan hutan.
c. Pembentukan tenaga pengaman hutan lokal.
d. Fasilitasi masyarakat dalam pemanfaatan HHBK, dan potensi air.
e. Peningkatan taraf hidup masyarakat melalui pengembangan usaha-usaha
kehutanan
f. Pendampingan, pendidikan dan pelatihan masyarakat
g. Menyusun perencanaan dan kebutuhan desa melalui participatory rural appraisal
h. Pelibatan masyarakat dalam perencanaan dan pengambilan kebijakan publik
i. Fasilitasi kelembagaan perekonomian masyarakat di sekitar kawasan
j. Identifikasi pola keterkaitan hubungan masyarakat dengan hutan
k. Identifikasi kearifan lokal yang berkaitan dengan pengelolaan hutan

D. Pembinaan dan Pemantauan (Controlling) pada areal KPH yang telah ada
ijin pemanfaatan maupun penggunaan kawasan hutan
Program ini merupakan pelaksanaan dari misi 3 yakni kerjasama dan
kemitraan dan 4. Pemanfaatan HHK dan HHBK. Untuk pencapaian tujuan
terwujudnya kerjasama investasi KPHP Model Mandailing Natal dalam bentuk MoU
dan termanfaatkannya HHK,. rencana kegiatan yang akan dilaksanakan adalah :
a. Monitoring pelaksanaan RKT ijin pemanfaatan/penggunaan kawasan hutan.

61
Rencana Pengelolaan Hutan
KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023

b. Evaluasi pelaksanaan RKT ijin pemanfaatan/penggunaan kawasan hutan.


c. Pengawasan kawasan lindung dan kewajiban pemegang ijin pada masyarakat
sekitar.
d. Pembinaan pelaksanaan kewajiban-kewajiban pemegang ijin.
e. Pengembangan kemitraan dalam upaya pemberdayaan masyarakat.

E. Penyelenggaraan rehabilitasi pada areal di luar ijin


Program ini merupakan pelaksanaan dari misi 5 yakni perlindungan dan
rehabilitasi hutan.
Untuk pencapaian tujuan Terlaksananya perlindungan hutan dan rehabilitasi hutan
seluas + 700 Ha, rencana kegiatan yang akan dilaksanakan adalah :
a. Perencanaan RHL
b. Rehabilitasi hutan rusak dan lahan krisis
c. Rehabilitasi daerah rawan bencana
d. Rehabilitasi untuk perlindungan mata air
e. Pemeliharaan tanaman
f. Pengayaan tanaman
g. Melakukan pengkayaan penanaman pohon hingga 75% dari areal jalur hijau bagi
50% dari jumlah mata air yang ada di KPHP Madina
h. Sosialisasi dan pembekalan kepada masyarakat tentang sistem tanam
konservasi berbasis pengelolaan vegetasi (cover crop, barisan tanam sejajar
kontur, pemulsaan)
i. Intensifikasi Penerapan teknik konservasi tanah dan air dengan pendekatan
vegetatif.
j. Penerapan teknik konservasi tanah dan air secara sipil teknis.
k. Sosialisasi teknologi/ sistem agroforestry yang memberikan hasil maksimum,
namun sekaligus berfungsi perlindungan (proteksi) terhadap degradasi lahan
dan lingkungan.
l. Seleksi tanaman/pohon lokal adaptif mempunyai nilai ekonomi tinggi dan
memberikan fungsi ekologi yang baik

62
Rencana Pengelolaan Hutan
KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023

F. Pembinaan dan Pemantauan (controlling) Pelaksanaan Rehabilitaasi dan


Reklamasi pada Areal yang Sudah Ada Ijin Pemanfaatan dan Penggunaan
Kawasan Hutannya
Program ini merupakan pelaksanaan dari misi 3 yakni perlindungan dan
rehabilitasi hutan. Untuk pencapaian tujuan terlaksananya perlindungan hutan dan
rehabilitasi hutan seluas + 700 Ha maka rencana kegiatan yang akan dilaksanakan
adalah :
a. Monitoring pelaksanaan rehabilitasi dan reklamasi.
b. Pengawasan dan evaluasi pelaksanaan rehabilitasi dan reklamasi
c. Pembinaan pelaksanaan rehabilitasi dan reklamasi.

G. Penyelenggaraan Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam


Program ini merupakan pelaksanaan dari misi 5 yakni perlindungan dan
rehabilitasi hutan. Untuk pencapaian tujuan terlaksananya perlindungan hutan dan
rehabilitasi hutan seluas + 700 Ha. rencana kegiatan yang akan dilaksanakan adalah
sebagai berikuit :
a. Koordinasi perlindungan dan pengamanan kawasan (Operasi illegal logging,
Operasi perambahan kawasan, Operasi perladangan liar, Patroli rutin, Operasi
gabungan dan mandiri, Gelar perkara, Penyelesaian kasus, Penanganan barang
bukti
b. Pengendalian kebakaran hutan (Pembuatan peta daerah rawan kebakaran hutan;
Pembentukan regu pemadam kebakaran; Membangun sistem peringatan dini;
Penyuluhan; Pembuat film, brosur, leaflet, poster; Kegiatan masyarakat Peduli
Api; Penyiapan sarana dan prasarana pengendalian kebakaran hutan dan lahan;
Deliniasi areal/blok perlindungan)
c. Perlindungan dan pengawetan flora dan fauna yang dilindungi
d. Upaya konservasi HCVF

H. Penyelenggaraan Koordinasi dan Sinkronisasi Antar Pemegang Ijin


Program ini merupakan pelaksanaan dari misi 3 yakni kerjasama dan
kemitraan. Untuk pencapaian tujuan berpartisipasinya masyarakat dalam
pembangunan hutan karet, pemanfaatan dan perlindungan hutan dan tujuan
Terwujudnya kerjasama investasi KPHP Model Mandailing Natal dalam bentuk MoU,
rencana kegiatan yang akan dilaksanakan adalah :
63
Rencana Pengelolaan Hutan
KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023

a. Membentuk forum komunikasi antar pemegang ijin


b. Pemeliharaan bersama batas persekutuan antar pemegang ijin
c. Koordinasi pelaksanaan CSR pemegang ijin
d. Koordinasi pelaksanaan pemberdayaan masyarakat
e. Koordinasi pengembangan investasi

I. Koordinasi dan Sinergi Dengan Instansi dan Stakeholder Terkait


Program ini merupakan pelaksanaan dari misi 3 yakni kerjasama dan kemitraan.
Untuk pencapaian tujuan berpartisipasinya masyarakat dalam pembangunan hutan
karet, pemanfaatan dan perlindungan hutan dan tujuan Terwujudnya kerjasama
investasi KPHP Model Mandailing Natal dalam bentuk MoU maka rencana kegiatan
yang akan dilaksanakan adalah :
a. Membentuk kelembagaan kolaboratif yang melibatkan para pihak

Kelembagaan yang kolaboratif dan melibatkan para pihak seperti masyarakat,


pemerintah pusat, NGO/LSM dan pihak lain yang relevan, merupakan langkah yang
baik dan memudahkan koordinasi dan sinergi antar pihak. Kelembagaan kolaboratif
berdasarkan kesetaraan masing-masing pihak dalam mengakomodir kepentingan
dan keinginan bersama yang tertuang dalam perencanaan bersama. Perencanaan
dan implementasi kegiatannya, juga harus dibangun berdasarkan kepentingan
bersama sehingga proses koordinasi dan sinergi terus berjalan.

b. Membangun kolaborasi pengelolaan blok pemanfaatan dan blok pemberdayaan


antar pihak

Blok pemanfaatan dan pemberdayaan masyarakat merupakan bagian yang harus


menjadi perhatian dalam pengelolaan, karena ada interaksi manusia pada wilayah
tersebut. Disatu sisi, mengurangi tekanan terhadap kawasan dan sisi yang lain
bermanfaat langsung kepada masyarakat. Pengelolaan blok pemanfaatan dan blok
pemberdayaan masyarakat diharapkan dapat menjembatani kepentingan semua
pihak seperti investor ataupun pihak swasta dengan masyarakat sehingga meredam
konflik sumber daya alam yang ada di masyarakat.
c. Membangun dan memperkuat media komunikasi pertemuan reguler para pihak
d. Sosialisasi peraturan perundangan berkitan dengan pengelolaan hutan
e. Sosialisasi kawasan KPHP Model Mandailing Natal
f. Fokus group diskusi

64
Rencana Pengelolaan Hutan
KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023

J. Penyediaan Kelembagaan dan SDM


Program ini merupakan pelaksanaan dari misi 1 yakni membangun
kelembagaan, penataan kawasan dan SDM KPHP. Model Mandailing Natal.
Untuk pencapaian tujuan tersedianya sarana dan prasarana pengelolaan
KPHP Model Mandailing Natal, rencana kegiatan yang akan dilaksanakan adalah :
a. Pembangunan kantor resort lapangan berdasarkan fungsi kawasan hutan,
pondok kerja, pondok jaga dan pos jaga.
b. Pembangunan rumah jabatan dan mess lapangan.
c. Pengadaan kendaraan roda 4 dan 2.
d. Penyusunan SOP dan Petunjuk Kerja/Teknis
e. Peningkatan peralatan kantor.
f. Peningkatan perlengkapan kerja personil
g. Pengadaan peralatan komunikasi lapangan
h. Pemeliharaan, perbaikan dan rehabilitasi sarana dan prasarana
Sedangkan pencapaian tujuan Tersedianya SDM terampil dan berkompetensi
untuk pengelolaan KPHP Model Mandailing Natal.dilakukan dengan rencana
kegiatan :
a. Peningkatan jenjang pendidikan
b. Pemetaan kompetensi
c. Pendidikan dan Pelatihan SDM Pengelola KPH
d. Usulan formasi Penambahan SDM dan Rekruitmen petugas lapangan
e. Pertukaran kunjungan staf pengelola
f. Studi perbandingan
g. Magang pegawai

K. Penyediaan Pendanaan
Pendanaan pengelolaan KPHP Model Mandailing Natal dipenuhi dari
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD), Anggaran Pendapatan Belanja
Negara (APBN) dan sumber – sumber lain yang tidak mengikat. Rencana kegiatan
yang akan dilaksanakan adalah :
a. Membangun mekanisme penggalangan dana.
Proses dan skema pendanaan lain dapat ditempuh dengan penggalangan
bersama melalui mekanisme yang baik dan menguntungkan antar pihak.

65
Rencana Pengelolaan Hutan
KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023

Secara sederhana mekanisme ini dapat berupa aturan-aturan yang sangat


memungkinkan dilaksanakan dan tidak menyimpang dari regulasi yang sudah
disepakati bersama. Selain itu mekanisme ini juga dibangun diatas kebijakan yang
berlaku
b. Penyusunan proposal dukungan pendanaan
Proposal dukungan pendanaan terbangun berdasarkan kemampuan KPHP
Model Mandailing Natal saat ini dan dibandingkan dengan kekurangan (gap) yang
ada. Gap yang terjadi ini diupayakan sebagai langkah penyusunan proposal untuk
memperoleh dukungan pendanaan pihak lain. Di beberapa pemberi dana biasanya
melihat dana pendamping yang dikeluarkan oleh pihak lain dalam implementasi
program. Kekurangan yang ada baru disusun melalui proposal yang diinginkan.
Penyusunan proposal dan mencari dukungan pendanaan dapat dilakukan dan
bersama pihak-pihak lain seperti konsultan ataupun NGO/LSM, BUMN, Swasta.
c. Membangun perencanaan program bersama
Perencanaan program bersama merupakan salah satu langkah strategis
dalam menyikapi penggalangan pendanaan bersama. Penyusunan perencanan ini
lebih melihat kerjasama dengan pihak lain di luar KPHP Model Mandailing Natal,
pihak lain tersebut berupa program-program di pemerintah daerah (Pemda) melalui
musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang) baik di tingkat desa maupun
di kabupaten, ataupun penyusunan program bersama NGO maupun pihak swasta
yang tertarik dan berminat dengan sesuatu issue ataupun obyek tertentu.
Penyusunan program ini akan berjalan dengan sharing pendanaan atau sumber
daya masing-masing pihak

L. Pengembangan Database
Data base yang lengkap dan tidak kadaluwarsa sangat berguna untuk
pengambilan keputusan dalam pengelolaan KPHP Model Mandailing Natal. Selain itu
data base juga bermanfaat bagi pihak luar yang membutuhkan informasi tentang
KPHP Model Mandailing Natal seperti misalnya para peneliti dari universitas atau
lembaga penelitian, LSM, instansi pemerintah dan individu.
Oleh karena itu dalam organisasi KPHP Model Mandailing Natal, sebaiknya
dibuat unit khusus yang mengelola data base yang bertanggung jawab dalam
pengumpulan, penyimpanan, pengolahan dan penyajian data ke dalam informasi
yang siap digunakan.
66
Rencana Pengelolaan Hutan
KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023

Data dan informasi dapat dikumpulkan dari unit-unit pengelola di lapangan dan juga
dari luar. Tentu saja tidak setiap data dapat begitu saja diberikan untuk pihak luar.
Dalam pemberian atau pertukaran data dan informasi khususnya dengan pihak luar
harus diikat oleh standar operasional prosedur. Data yang dikumpulkan dapat berupa
analog atau manual (peta, dokumen, laporan, data penelitian dan lain-lain), juga
dapat berupa data digital (dokumen-dokumen, data GIS dan data digital lainnya).
Unit yang secara khusus mengelola data base ini merupakan division support system
atau pendukung sistem organisasi KPHP Model Mandailing Natal yang diperlukan
untuk pengambilan keputusan dari tingkat KPH hingga hingga unit terkecil. Beberapa
kegiatan pendukung dalam membangun program ini antara lain:
a. Pelatihan staf data base.
b. Penyiapan perangkat data base
c. Penyusunan dan pengelolaan sistem data base
d. Membangun manajemen sistem pusat informasi

M. Rasionalisasi Wilayah Kelola


Pengelolaan KPHP Model Mandailing Natal dimasa yang akan datang
menghadapi tantangan yang berat. Tantangan terberat adalah bertambahnya
populasi penduduk sekitar kawasan KPH yang dapat mempengaruhi ekosistem
hutan di KPHP Model Mandailing Natal. Hal ini menuntut pihak pengelola KPH untuk
melakukan kalkulasi yang scientific based yang dapat dipertanggungjawabkan.
Rasionalisasi pengurusan wilayah kelola mencakup 2 aspek yaitu: 1) aspek fisik
(kawasan) yang mencakup aspek silvikultur, tata guna hutan, eksplorasi potensi dan
lainnya dan 2) aspek non teknis yang meliputi rasionalisasi kelembagaan wilayah
kelola hutan mulai dari tingkat blok sampai dengan tingkat petak (organisasi,
kewenangan dan personil)
Rasionalisasi wilayah kelola dari aspek fisik merupakan bentuk penilaian
kembali terhadap kawasan blok atau petak pemanfaatan dan penggunaan kawasan
hutan yang mengalami perubahan. Misalnya jika blok pemanfaatan kayu pada hutan
alam sudah tidak memiliki potensi yang signifikant maka perlu dirasionalisasi ke
bentuk wilayah kelola lain misalnya diarahkan ke pemanfaatan kayu hutan tanaman.
Perubahan wilayah kelola juga akan mempengaruhi operasional personil dilapangan

67
Rencana Pengelolaan Hutan
KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023

N. Review Rencana Pengelolaan (minimal 5 tahun sekali)


Review rencana pengelolaan 5 tahun merupakan kegiatan evaluasi terhadap
rencana kegiatan yang telah dilakukan selama 5 tahun. Review rencana pengelolaan
dilakukan mulai dari tingkat blok pengelolaan sampai dengan petak pengelolaan.
Maksud dilakukannya review terhadap rencana pengelolaan adalah untuk
mewujudkan tatanan pengelolaan hutan secara efisien dan lestari, melalui evaluasi
terhadap seluruh kegiatan di unit-unit pengelolaan hutan tingkat tapak (blok dan
petak), dan membentuk lembaga pengelola yang bertanggung jawab terhadap
penyelenggaraan pengurusan hutan mencakup penyelenggaraan kehutanan,
pengelolaan hutan, penelitian dan pengembangan, pendidikan dan latihan serta
penyuluhan dan pengawasan. Adapun tujuan dari dilaksanakan kegiatan ini adalah :
a. Mengetahui dan menganalisis semua data dasar yang dipergunakan dalam
proses perencanaan terkait dengan pengelolaan kawasan hutan di KPHP Model
Mandailing Natal.
b. Mengevaluasi efektivitas tata guna kawasan hutan di KPHP Model Mandailing
Natal dan kemungkinan untuk menggali potensi kawasan hutan lainnya yang
dikembangkan.
c. Membuat arahan terbentuknya blok pengelolaan/resort yang baru sesuai dengan
potensi di KPHP Model Mandailing Natal.
d. Menganalisis kinerja organisasi KPHP Model Mandailing Natal di tingkat tapak
(Blok dan tapak) dan dinamika kelembagaan KPHP Model Mandailing Natal

O. Pengembangan Investasi
Program ini merupakan pelaksanaan dari misi 3 yakni kerjasama dan
kemitraan dan misi 4 Pemanfaatan HHK dan HHBK. Untuk pencapaian tujuan
terwujudnya kerjasama investasi KPHP Model Mandailing Natal dalam bentuk MoU
dan tujuan berproduksinya penangkaran rusa seluas 4 (empat) Ha serta tujuan
termanfaatkannya HHBK sarang walet, rotan, lebah madu, gaharu, getah/resin,
palem hutan, bambu, anggrek, damar, kayu manis, durian, dan aren, dll seluas +
300 Ha, rencana kegiatan yang akan dilaksanakan adalah :
a. Pembangunan hutan karet
b. Pembangunan Penangkaran Rusa.
c. Pengembangan budidaya rotan, palem hutan, bambu, dan aren.
d. Pengembangan pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH).
68
Rencana Pengelolaan Hutan
KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023

e. Pengembangan pariwisata alam.


f. Pemanfaatan tanaman hias, anggrek, kantong semar dan obat.
g. Pengembangan budidaya lebah madu.
h. Pengembangan budidaya gaharu, damar, durian, dan kayu manis.
i. Pemanfaatan sarang burung walet.
j. Pemanfaatan sumber-sumber mata air
k. Usaha air minum kemasan.
l. Pengusahaan dan pemanfaatan hasil hutan kayu

69
Rencana Pengelolaan Hutan
KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023

BAB VI PEMBINAAN, PENGAWASAN, DAN


PENGENDALIAN
A. Pembinaan
B. Pengawasan
C. Pengendalian

70
Rencana Pengelolaan Hutan
KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023

BAB VI
PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN

A. Pembinaan
Pembinaan dilakukan terhadap sumberdaya manusia pelaksana pengelolaan
dan masyarakat di sekitar kawasan KPH. Dalam rangka pembinaan tersebut perlu
dilakukan upaya-upaya sebagai berikut :
1. Meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia pengelola KPHP Model
Mandailing Natal dalam penyelenggaraan kegiatan pengelolaan kawasan, baik
berupa pendidikan formal ke jenjang yang lebih tinggi maupun pendidikan non
formal berupa pendidikan dan pelatihan lainnya yang dapat meningkatkan
penguasaan ilmu pengetahuan dan keahlian guna mendukung jalannya
pengelolaan.
2. Terbentuknya suatu kondisi yang dapat menguatkan kerangka semangat
kerjasama diantara pihak pengelola, pemerintah pusat, Pemerintah Daerah, mitra
dan masyarakat dalam pelaksanaan pengelolan KPHP Model Mandailing Natal.
3. Pengembangan sistem informasi baru dan bermanfaat bagi semua pihak.
4. Pembinaan dalam rangka meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat
mengenai arti pentingnya pengelolaan kawasan KPHP Model Mandailing Natal,
mengingat masyarakat di sekitar kawasan KPH merupakan bagian dari
pengelolaan.

Pembinaan internal KPHP Model Mandailing Natal :


a. Kepala KPHP bertanggungjawab membina berhasilnya pengelolaan KPHP mulai
dari tingkat operasional kantor KPHP, operasional kantor Resort KPHP,
pelaksanaan program dan kegiatan sampai pada pencapaian visi pengelolaan.
b. Pembinaan dilakukan terhadap petugas di kantor KPHP, kantor Resort KPHP,
petugas di lapangan, masyarakat sekitar, kelompok tani hutan, usaha
pemanfaatan HHBK oleh masyarakat, dan pemegang ijin di wilayah KPHP.

71
Rencana Pengelolaan Hutan
KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023

B. Pengawasan
Pengawasan terhadap pelaksanaan pengelolaan KPHP Model Mandailing
Natal dilakukan oleh pihak internal pengelola maupun para pihak yang berkompeten
dan dilakukan secara langsung agar pelaksanaan pengelolaan sesuai dengan
perencanaan yang dibuat. Maksud dan tujuan pengawasan adalah untuk menjamin
kelancaran pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana pengelolaan.
Fungsi dari pengawasan dalam hal ini adalah sebagai penghimpun informasi
yang nantinya bermanfaat dalam penilaian, sehingga dapat diketahui perubahan-
perubahan yang terjadi terhadap fungsi dan kelestarian kawasan KPHP Model
Mandailing Natal serta perubahan pada sosial ekonomi masyarakat. Disamping
sebagai penghimpun informasi, pengawasan juga dapat berfungsi pemeriksaan
terhadap ketepatan dan kesesuaian sasaran pengelolaan. Pada pemeriksaan
dimungkinkan dilakukannya perubahan-perubahan terhadap sasaran dan program
yang tidak tepat.

Pengawasan internal KPHP Model Mandailing Natal :


a. Kepala KPHP bertanggungjawab mengawasi berhasilnya pengelolaan KPHP
mulai dari tingkat operasional kantor KPHP, operasional kantor Resort KPHP,
pelaksanaan program dan kegiatan sampai pada pencapaian visi pengelolaan.
b. Pengawasan dilakukan terhadap petugas di kantor KPHP, kantor Resort KPHP,
petugas di lapangan, masyarakat sekitar, kelompok tani hutan, usaha
pemanfaatan HHBK oleh masyarakat, dan pemegang ijin di wilayah KPHP.

C. Pengendalian
Untuk menjadikan pengelolaan KPHP Model Mandailing Natal berjalan
dengan baik sesuai dengan perencanaan, tersedianya informasi yang terbuka pada
tingkat manajemen Balai KPHP Model Mandailing Natal, mitra pengelolaan,
pemerintah daerah dan masyarakat, maka perlu dilakukan pengendalian pada unit
pengelola sehingga tujuan dari pengelolaan tercapai dan menjamin seluruh proses
pengelolaan berjalan sesuai dengan aturan yang berlaku. Lingkup pengendalian
dilakukan pada tingkat pimpinan manajemen Balai KPHP Model Mandailing Natal
sampai kepada pelaksana di lapangan sehingga tanggung jawab didalam
pelaksanaan pengelolaan berjalan berdasarkan prosedur operasional dan tata kerja
organisasi Unit Pelaksana Teknis Balai KPHP Model Mandailing Natal.
72
Rencana Pengelolaan Hutan
KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023

Pengendalian internal KPHP Model Mandailing Natal :


a. Kepala KPHP bertanggungjawab mengendalikan berhasilnya pengelolaan KPHP
mulai dari tingkat operasional kantor KPHP, operasional kantor Resort KPHP,
pelaksanaan program dan kegiatan sampai pada pencapaian visi pengelolaan.
b. Pengendalian dilakukan terhadap petugas di kantor KPHP, kantor Resort KPHP,
petugas di lapangan, masyarakat sekitar, kelompok tani hutan, usaha
pemanfaatan HHBK oleh masyarakat, dan pemegang ijin di wilayah KPHP.

73
Rencana Pengelolaan Hutan
KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023

BAB VII PEMANTAUAN, EVALUASI, DAN


PELAPORAN
A. Pemantauan dan Evaluasi
B. Pelaporan

74
Rencana Pengelolaan Hutan
KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023

BAB VII
PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN

A. Pemantauan dan Evaluasi

Kegiatan pemantauan yang dilanjutkan dengan evaluasi dilakukan oleh unsur


internal Balai KPHP Model Mandailing Natal maupun unsur eksternal baik oleh
instansi pemerintah maupun masyarakat. Pemantauan atau monitoring terhadap
jalannya pengelolaan kawasan dilaksanakan oleh Balai KPHP Model Mandailing
Natal bersama-sama dengan instansi terkait dan pihak lembaga swadaya
masyarakat (LSM) sebagai mitra.
Pemantauan dilaksanakan dengan melakukan penilaian terhadap seluruh
komponen pengelolaan. Hasil yang diperoleh dari pemantauan akan dijadikan
sebagai bahan pertimbangan dalam evaluasi pengelolaan. Jangka waktu
pemantauan dapat dilakukan secara berkala.
Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi mencakup :
1. Pemantauan dan evaluasi oleh internal KPHP Model Mandailing Natal.
2. Pemantauan dan evaluasi oleh institusi lain.
3. Pemantauan dan evaluasi oleh masyarakat.
Evaluasi keberhasilan program pengelolaan KPHP Model Mandailing Natal
dapat diukur dari :
1. Tingkat perambahan terhadap kawasan KPHP Model Mandailing Natal semakin
menurun.
2. Timbulnya kesadaran dan meningkatnya peran aktif masyarakat terutama yang
disekitar kawasan untuk menjaga dan melindungi kawasan KPHP Model
Mandailing Natal dari gangguan keamanan kawasan serta berkembangnya nilai-
nilai kearifan lokal masyarakat dalam mendukung pengelolaan kawasan.
3. Berhasilnya program pemberdayaan masyarakat di sekitar kawasan sebagai
upaya alternatif dalam peningkatan perekonomian masyarakat.
4. Meningkatnya pengelolaan kawasan oleh seluruh stakeholder terkait yang
memiliki kepedulian terhadap kawasan KPHP Model Mandailing Natal yang
dimulai dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, KPHP Model Mandailing
Natal sebagai Unit Pelaksana Teknis pengelolaan dan pihak mitra pendukung.

75
Rencana Pengelolaan Hutan
KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023

5. Tersedianya data dan informasi mengenai potensi kawasan


6. Tingkat ketergantungan masyarakat terhadap kawasan KPHP Model Mandailing
Natal.

C. Pelaporan
Pelaporan merupakan bentuk pertanggungjawaban kegiatan mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, monitoring dan evaluasi. Pada instansi
pemerintah, pelaporan seluruh kegiatan yang dilaksanakan disampaikan dalam
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). Pelaporan kinerja
dimaksudkan untuk mengkomunikasikan capaian kinerja dari suatu instansi
pemerintah dalam satu tahun anggaran, yang dikaitkan dengan pencapaian tujuan
dan sasarannya. Penyampaian laporan disampaikan kepada pihak yang memiliki hak
atau yang berkewenangan meminta keterangan atau pertanggungjawaban.
Laporan rutin secara berkala yakni laporan bulanan, triwulan dan tahunan,
sedangkan untuk hal-hal yang sangat urgen dan mendesak dapat dilaporkan setiap
saat.

Laporan disampaikan secara berjenjang mulai dari Kepala Resort KPHP,


Kepala KPHP Model Mandailing Natal. dan Kepala KPHP membuat laporannya
kepada:

a. Bupati Mandailing Natal


b. Direktorat Jenderal Planologi Kementerian Kehutanan
c. Sekretaris Daerah Kabupaten Mandailing Natal
d. Pusat Pengendalian Pembangunan Kehutanan Regional I Kementerian
Kehutanan
e. Dinas Kehutanan Propinsi Sumatera Utara
f. Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Mandailing Natal
g. BAPPEDA Kab. Mandailing Natal
h. Inspektorat Daerah Kab. Mandailing Natal
i. BPKH Wilayah I
j. BBKSDA Sumatera Utara (Selaku Korwil. UPT Kementerian Kehutanan).

76
Rencana Pengelolaan Hutan
KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023

BAB VIII PENUTUP

77
Rencana Pengelolaan Hutan
KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023

BAB VIII
PENUTUP

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) KPHP Model


Mandailing Natal ini merupakan pedoman dan arahan pelaksanaan pengelolaan
hutan masigh perlu dijabarkan ke dalam rencana-rencana yang lebih rinci dan
cakupan masa perencanaannya pendek.
Rencana pengelolaan yang telah disusun ini diharapkan dapat, diaplikasikan
secara konsisten serta terus dimonitor pencapaian pelaksanaanya. Perlu disadari
bahwa masa perencanaan ini cukup panjang sedangkan kebijakan pemerintah akan
terus berubah dan mengarah kepada perbaikan-perbaikan di masa yang akan
datang. Review terhadap rencana ini perlu terus dilakukan agar tetap sinkron dengan
kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah.
Perencanaan dan implementasi pelaksanaan kegiatan KPHP Model
Mandailing Natal berbasis spasial mengacu pada : (1) Peta Delineasi Wilayah
Tertentu KPHP Model Mandailing Natal dan (2) Peta Tata Hutan KPHP Model
Mamdailing Natal. Selain itu, sebagai pelengkap dan dalam dokumen ini dilengkapi
dengan data dan informasi spasial berupa peta-peta lainnya, yaitu : (1) peta wilayah
KPHP Model Mandailing Natal,
(2) peta penutupan lahan, (3) peta DAS,(4) peta sebaran potensi wilayah KPHP
Model Mandailing Natal dan aksesibilitas, (5) peta penataan hutan dalam bentuk
zonasi, blok dan petak, (6) peta penggunaan lahan, (7) peta keberadaan ijin
pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan, (8) peta tanah, iklim dan
geologi.

78
Rencana Pengelolaan Hutan
KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023

DAFTAR PUSTAKA

BPKH. 2010. Laporan Hasil Pelaksanaan Inventarisasi Potensi Wilayah


Pengelolaan Unit KPHP Model Mndailing Natal (Unit XXIX KPHP
Model Mandailing Natal) di Kabupaten Mandailing Natal Provinsi
Sumatera Utara. Kementerian Kehutanan Direktorat Jenderal
Palnologi Kehutanan Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah
I. Medan.

BPKH. 2012. Laporan Hasil Pelaksanaan Inventarisasi Hutan Wilayah


Pengelolaan KPH Model Madina Kabupaten Madina (Unit KPHP
Model Mandailing Natal) tahun 2012. Kementerian Kehutanan
Direktorat Jenderal Palnologi Kehutanan Balai Pemantapan
Kawasan Hutan Wilayah I. Medan.

BPKH. 2012. Laporan Hasil Inventarisasi Sosial Budaya Dalam Rangka


Fasilitasi Tata Hutan di Unit KPHP Model Mandailing Natal.
Kementerian Kehutanan Direktorat Jenderal Palnologi Kehutanan
Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah I. Medan.

BPKH. 2013. Laporan Penyusunan Rencana Penataan Hutan KPHP


Model Mandailing Natal Propinsi Sumatera Utara. Kementerian
Kehutanan Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan Balai
Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah I. Medan.

Balai KPHL Model Rinjani Barat. 2012. Rencana Pengelolaan Hutan


(RPH) Jangka Panjang KPHL Model Rinjani Barat Periode 2012
s/d 2021. Mataram.

Balai KPHL Model Rinjani Barat. 2012. Rencana Pengelolaan Jangka


Panjang KPHL Pohuwato. Gorontalo.

BPS. 2012. Mandailing Natal dalam Angka 2012. BPS Kabupaten


Mandailing Natal.

79

Anda mungkin juga menyukai