2. Subtansi Perencanaan................................................................................ 6
2. Jadwal ....................................................................................................... 7
i
6. Teori Lokasi Pertanian ............................................................................ 14
ii
4. Analisis Kedudukan dan Peran Kawasan dalam Wilayah yang Lebih Luas
74
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bertambahnya waktu menunjukkan grafik penduduk yang semakin
bertambah, maka secara otomatis desakan kebutuhan akan sandang, pangan dan
papan serta sarana dan infrastruktur penunjang lain-lain semakin bertambah.
Sementara itu disisi lain volume luasan wilayah atau ruang berada dalam
keadaan tetap (statis) atau tidak bertambah. Di satu sisi pula ledakan jumlah
penduduk pada ruang yang statis menimbulkan beberapa permasalahan ruang
seperti keterdesakan lahan, kesenjangan sosial masyarakat, kriminalitas,
merosotnya fungsi lingkungan, perubahan iklim serta pemanasan global.
Permasalahan ruang dan pemenuhan kebutuhan akan sandang, pangan, dan
papan serta sarana infrastruktur lainnya tentu harus terpikirkan bagaimana cara
agar dapat diatasi serta direalisasikan pada ruang yang bersifat statis ini.
Berangkat dari hal tersebutlah maka penataan ruang yang efektif dan efisien
hadir untuk memberikan solusi terhadap persoalan itu, terutama dalam hal
pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Inti dari pembangunan
berkelanjutan ini ialah untuk mewariskan kelayakhunian kota bagi generasi
mendatang. Khusus untuk wilayah perkotaan sendiri, konsep turunan dari
pembangunan berkelanjutan, yaitu kota berkelanjutan (sustainable city),
dihadirkan sebagai kesepakatan global yang diaktualisasikan secara lokal untuk
menangani masalah perkotaan.
Penataan ruang dalam konteks kota berkelanjutan tentu memiliki beberapa
aspek dasar yang harus dipenuhi agar layak dikatakan sebagai sebuah kota yang
berkelanjutan. Salah satu aspeknya ialah dengan melihat komponen-komponen
dasar didalam perencanaan ruang terlebih dahulu. Jika mengacu pada Permen
ATR Nomor 1 Tahun 2018 maka dapat dilihat bahwa tata ruang memiliki makna
sebagai wujud struktur ruang dan pola ruang. Jika ditelisik maka struktur ruang
dapat dimaknai sebagai susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan
prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi
1
masyarakat yang secara hierarki memiliki hubungan fungsional. Lalu pola ruang
merupakan distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi
peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi
daya. Perwujudan kedua komponen dasar penataan ruang yakni struktur dan pola
ruang yang dapat dijadikan sebuah jembatan dalam sebuah perencanaan ruang
yang berkelanjutan.
Kecamatan Pattallassang merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten
Gowa yang berbatasan langsung dengan Kota Makassar dan Kabupaten Maros
dan masuk di dalam lingkup Perkotaan Mamminasata serta terhubung langsung
dengan jalur transportasi Perkotaan Mamminasata, sehingga di Kecamatan
Pattallassang perkembangan perkotaannya begitu pesat. Begitu pula dengan desa
yang ada di dalamnya, salah satunya adalah Desa Pallantikang yang berkembang
dengan cukup pesat karena terdapat Lapangan Golf Paddivaley yang hadir untuk
masyarakat hingga skala internasional. Letak yang strategis, potensi yang
dimiliki cukup menarik serta perkembangan kota yang pesat tentu membuat
pemerintah setempat harus berupaya bagaimana dapat mengoptimalisasikan
daerahnya. Pengoptimalisasian suatu kawasan agar mnenjadi kawasan yang
efektif, efisien serta berkelanjutan tidak hanya dilakukan untuk masyarakatnya
tetapi juga untuk daerahnya sendiri yang tentu dapat dilakukan dengan
perencanaan struktur dan pola ruangnya. Lantas untuk melengkapi perencanaan
struktur dan pola ruang, juga dibutuhkan suatu upaya untuk pengendalian
pemanfaatan ruang dalam hal ini peraturan zonasi. Peraturan zonasi pada
dasarnya adalah suatu alat pengendalian yang mengatur tentang persyaratan
pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendaliannya yang disusun untuk setiap
blok atau zona peruntukan (Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang), dimana blok atau zona peruntukan yang menjadi acuan
ditetapkan melalui rencana rinci tata ruang ataupun membangun sarana
permukiman, perdagangan dan jasa di sekitar kawasan tersebut. Perencanaan
struktur dan pola ruang serta penyusunan peraturan zonasi dilakukan pada
Kecamatan Pattalassang guna untuk menciptakan perkembangan perkotaan yang
2
dapat tertata dengan baik serta mencapai tujuan dari perencanaan yaitu
menyejahterakan masyarakat secara keseluruhan.
B. Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan didalam penyusunan laporan ini ialah:
1. Untuk merumuskan struktur dan pola ruang di Kecamatan Pattalassang
2. Untuk menyusun peraturan zonasi di Kecamatan Pattalassang
3. Untuk mewujudkan Kota Baru di Kecamatan Pattalassang yang
bertemakan Kota Baru Satelit dengan fokus permukiman, transportasi,
dan perdagangan.
C. Manfaat
Hasil dari laporan ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik kepada
kami sebagai pelaku calon perencana, pemerintah daerah, maupun masyarakat
umum terkait dengan penyusunan perencanaan struktur dan pola ruang serta
peraturan zonasi pada Kecamatan Pattalassang.
D. Isu Pengembangan
Adapun isu-isu pengembangan di lokasi penelitian adalah sebagai berikut:
1. Strategi pengembangan potensi perdagangan dengan
mengembangkan pusat perdagangan skala regional Mamminasata di
Kecamatan Pattallassang yang terpadu dengan kawasan terminal tipe
A,
2. Perencanaan jaringan jalur kereta api KSN Perkotaan Mamminasata
dengan jalur lintasan rel kereta api dan dengan stasiun kereta api
ditetapkan di Kecamatan Pattallassang,
3. Hutan Perkotaan dengan luasan 112 ha yang salah satunya
ditetapkan di sebagian wilayah Kecamatan Pattallassang,
4. Objek wisata dan olahraga Golf Padivalley di Desa Pallantikang
Kecamatan Pattallassang,
5. Kawasan peruntukan permukiman Kota Baru Satelit Pattallassang
terpadu dengan lapangan Golf Padivalley,
3
6. Kawasan perdagangan tradisional terpadu dengan terminal tipe A,
7. Kawasan pusat perdagangan regional terpadu Kota Baru
Mamminasata,
8. Kawasan perdagangan di Kawasan Kota Baru Satelit Pattallassang di
Desa Panaikang dan Desa Paccellekang,
9. KIWA (Kawasan Industri Gowa) yang diarahkan sebagai Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK) Kabupaten Gowa,
10. Kota Idaman berwawasan lingkungan di Kawasan Perkotaan Baru
Mamminasata.
E. Ruang Lingkup
1. Wilayah Perencanaan
Ruang lingkup perencanaan adalah 4 (empat) desa di Kecamatan
Pattallassang, meliputi Desa Panaikang, Desa Pattallassang, Desa
Pallantikang, dan Desa Timbuseng. Untuk lebih jelas terkait wilayah
perencanaan dapat dilihat pada peta dibawah ini:
4
Peta 1.1
Delineasi Kawasan
5
2. Subtansi Perencanaan
Lingkup materi dan kegiatan yang akan dilaksanakan adalah dengan
melakukan pengumpulan data dan analisis data perencaaan perkotaan,
meliputi:
a. Merumuskan tujuan dan sasaran dalam perencanaan perkotaan
Kecamatan Pattallassang, Kabupaten Gowa,
b. Melakukan kajian kebijakan terhadap dokumen Rencana Tata Ruang
Wilayah (Nasional, Provinsi Sulawesi Selatan dan Kabupaten
Gowa) serta produk perencanaan pembangunan (RPJP dan RPJM
Nasional, RPJPD dan RPJMD Provinsi Sulawesi Selatan serta
RPJPD dan RPJMD Kabupaten Gowa),
c. Melaksanakan pengumpulan data, dengan kegiatan sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi data sekunder kawasan perencanaan perkotaan,
2) Pemilihan Citra yang akan digunakan dan yang dibutuhkan harus
mencakup seluruh wilayah perencanaan,
3) Identifikasi sektor kegiatan permukiman di Kecamatan
Pattallassang Kabupaten Gowa,
4) Identifikasi data sosial ekonomi dan budaya.
d. Melakukan kajian dan analisis hasil data yang meliputi:
1) Analisis Fisik Wilayah (turunannya)
2) Analisis Pemanfaatan SDA dan Lingkungan (turunannya)
3) Analisis Kependudukandan Sosial Budaya (turunannya)
4) Analisis Ekonomi dan Kegiatan Usaha (turunannya)
5) Analisis Sarana Pelayanan Penunjang (turunannya)
6) Analisis Kelembagaan (turunannya)
7) Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL)
8) Analisis Sistem Penggunaan Lahan
9) Analisis Rawan Bencana
e. Perancangan Rencana Struktur dan Pola Ruang,
f. Perancangan Peraturan Zonasi Kawasan Perkotaan Kecamatan
Pattalassang.
6
F. Metode Penyusunan Laporan
Dalam penyusunan laporan, kajian metode digunakan sebagai proses
metodologi penyusunan output rencana. Untuk lebih jelasnya, sebagaimana pada
pembahasan berikut:
2. Jadwal
Perencanaan Kawasan Kota Baru Pattalassang ini berlangsung selama
3 (tiga) bulan yaitu dimulai pada bulan Oktober tahun 2021 dan berakhir pada
bulan Desember Tahun 2021. Waktu perencanaan kawasan Kota Baru
tersebut mencakup tahap persiapan berupa pembentukan tim, pembuatan list
data dan pembagian penanggung jawab, lalu masuk pada tahap pelaksanaan
survei dan peyusunan analisis hingga tahap perumusan struktur dan polar
uang dalam bentuk laporan akhir.
7
a. Jenis Data
Data-data yang diperlukan dan dikaji dalam penyusunan laporan
akhir ini meliputi data kualitatif dan data kuantitatif.
1) Data Kualitatif
Data kualitatif yaitu data yang tidak berupa angka tetapi
berupa kondisi kualitatif objek dalam ruang lingkup penelitian
baik dalam bentuk uraian kalimat atau pun penjelasan yang
meliputi kondisi geografis wilayah perencanaan, aspek fisik dasar
kawasan perencanaan berupa topografi, jenis tanah, dan
kemiringan lereng.
2) Data Kuantitatif
Data kuantitatif yaitu data berupa angka atau numerik yang
bisa diolah dengan menggunakan metode perhitungan yang
sederhana yang meliputi data yang akan digunakan pada
keseluruhan analisis.
b. Sumber Data
Sumber data penyusunan laporan ini adalah:
1) Data primer yaitu data yang diperoleh melalui melalui observasi
lapangan. Jenis data yang dimaksud, yaitu:
a) Kondisi fisik wilayah
b) Permukiman
c) Sarana
d) Prasarana
e) Komersial
2) Data sekunder yaitu data pendukung yang diperoleh melalui
instansi-instansi terkait baik dalam bentuk tabulasi maupun
deskriptif meliputi yaitu:
a) Aspek fisik wilayah
b) Pola penggunaan lahan
c) Sosial dan kependudukan
8
d) Ekonomi wilayah
e) kelembagaan
b. Observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data yang kompleks karena
melibatkan berbagai faktor dalam pelaksanaannya. Metode pengumpulan
9
data observasi tidak hanya mengukur sikap dari responden, namun juga
dapat digunakan untuk merekam berbagai fenomena yang terjadi. Teknik
pengumpulan data observasi cocok digunakan untuk penelitian yang
bertujuan untuk mempelajari perilaku manusia, proses kerja, dan gejala-
gejala alam. Metode ini juga tepat dilakukan pada responden yang
kuantitasnya tidak terlalu besar. Metode pengumpulan data observasi
terbagi menjadi dua kategori, yakni:
1) Participant Observation
Dalam participant observation, peneliti terlibat secara
langsung dalam kegiatan sehari-hari orang atau situasi yang
diamati sebagai sumber data.
2) Non-Participant Observation
Berlawanan dengan participant observation, non-
participant observation merupakan observasi yang penelitinya
tidak ikut secara langsung dalam kegiatan atau proses yang
sedang diamati.
c. Studi Dokumen
Untuk melengkapi data maka kita memerlukan informasi dari
dokumentasi yang ada hubungannya dengan obyek yang menjadi studi.
Caranya yaitu dengan cara mengambil gambar, lefeat/brosur objek, dan
dokumentasi foto fisik wilayah Kota Baru Pattallassang.
G. Sistematika Pembahasan
BAB I PENDAHULUAN
Berisi latar Belakang, tujuan, manfaat, isu-isu pengembangan, ruang lingkup,
metode penyusunan laporan, dan sistematika pembahasan.
10
BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH
Berisi tinjauan wilayah perencanan dan analisis mikro wilayah kawasan
perencanaan
BAB IV RENCANA
Berisi penyusunan struktur dan pola ruang serta peraturan zonasi pada
Kecamatan Pattalassang.
11
BAB II
TINJAUAN KEBIJAKAN
3. Teori Sektor
Teori ini dikemukakan oleh Humer Hyot (1939), menyatakan bahwa
perkembangan kota terjadi mengarah melalui jalur-jalur sektor tertentu.
Sebagian besar daerah kota terletak beberapa jalur-jalur sektor dengan taraf
sewa tinggi, sebagian lainnya jalur-jalur dengan tarif sewa rendah yang
terletak dari dekat pusat kearah pinggiran kota. Dalam perkembangannya
12
daerah-daerah dengan taraf sewa tinggi bergerak keluar sepanjang sektor atau
dua sektor tertent.. Menurut Humer Hyot kecenderungan penduduk untuk
bertempat tinggal adalah pada daerah-daerah yang dianggap nyaman dalam
arti luas. Nyaman dapat diartikan dengan kemudahan-kemudahan terhadap
fasilitas, kondisi lingkungna baik alami maupun non alami yang bersih dari
polusibaik fiskal maupun nonfiskal, prestise yang tinggi dan lain sebagainya.
13
6. Teori Lokasi Pertanian
Teori ini menggambarkan bahwa perbedaan ongkos transportasi tiap
komoditas pertanian dari tempat produksi ke pasar terdekat mempengaruhi
jenis penggunaan tanah di daerah tersebut. Teori ini juga memperhatikan
jarak tempuh antara daerah produksi dan pasar, pola tersebut memasukkan
variabel keawetan, berat, dan harga dari berbagai komoditas pertanian. Pada
perkembangannya teori ini tidak hanya berlaku untuk komoditas pertanian,
tetapi berlaku juga untuk komoditas lainnya. Teori Von Thunen ini dapat
digunakan sebagai dasar pendekatan pengembangan wilayah kawasan
perbatasan, khususnya melalui pengembangan transportasi. Wilayah kawasan
perbatasan di Indonesia umumnya merupakan wilayah yang memiliki jarak
paling jauh dari pusat kota dan berfungsi sebagai penyedia bahan baku.
Berdasarkan teori ini, kegiatan ekonomi/produksi yang paling cocok untuk
wilayah ini adalah kegiatan ekonomi/produksi komoditas yang paling efisien
(dihitung menurut besaran biaya produksi dan biaya transportasi) jika berada
di dekat penyedia bahan baku dan jauh dari market (pusat kota). Contohnya
seperti kegiatan produksi komoditas ekstraktif (barang tambang) dan
peternakan. Pengembangan transportasi untuk mendukung kegiatan
ekonomi/produksi ini adalah dengan membangun infrastruktur transportasi
yang menghubungkan antara penyedia bahan baku dengan market (pusat
kota).
14
berbagai perkembangan ekonomi yang akan dicanangkan. Selain itu, berbagai
sektor utamanya permukiman, pertanian, transportasi, hingga perdagangan juga
akan terus dikembangkan di wilayah perencanaan ini. Melihat posisi Kabupaten
Gowa sebagai salah satu kabupaten yang langsung berbatasan dengan ibukota
provinsi, maka tentu ia pun akan merasakan berbagai tetesan perkembangan dari
Kota Makassar. Dan kedepannya, karena telah ditetapkan sebagai KSN atau
Kawasan Strategis Nasional, maka diharapkan pula Kabupaten Gowa khususnya
Kecamatan Pattallassang dapat menjadi wilayah yang juga memberi dampak
atau tetesan perkembangan pada wilayah di sekitarnya. Selain itu, teori tentang
perencanaan ekonomi dan lokasi pertanian juga dianggap lekat dengan wilayah
perencanaan ini karena sesuai dengan harapan tim penulis untuk mewujudkan
tujuan perencanaan, yakni Kota Baru Satelit yang berbasis permukiman,
pertanian, transportasi, pariwisata dan perdagangan.
15
wilayah tersebut. Secara umum, ada dua orientasi yang menjadi dasar bagi
perencana untuk menyusun sebuah perencanaan, yakni:
1. Functional Theories
Orientasi yang dikembangkan berdasarkan pemikiran si
perencana, dengan lebih mengarah pada target oriented planning
berdasarkan dugaan-dugaan, sehingga produk yang dihasilkan dari teori
ini bersifat top-down.
2. Behavioural Theories
Orientasi yang dikembangkan berdasarkan fenomena kebiasaan
melalui gejala empiris yang lebih mengarah pada trend-oriented
planning, sehingga produk yang dihasilkan dari teori ini bersifat
bottom-up.
16
keterpaduan antara lingkungan alam dan buatan, serta antara penggunaan
sumber daya alam dan buatan, dan juga yang dapat memberi perlindungan
terhadap seluruh fungsi ruang dan mencegah berbagai dampak negatif
pemanfaatan ruang terhadap lingkungan. Dimana dalam pelaksanaannya,
pemerintah dan pemerintah daerah diberi wewenang dengan tetap
mendengarkan aspirasi dan hak tiap masyarakat.
Sehingga, dapat dilihat bahwa perencanaan yang akan dilakukan di
empat desa di Kecamatan Pattallassang secara umum akan menuju pada
perencanaan kota yang sustainable atau berkelanjutan sesuai dengan
fokusnya yang kemudian akan terlihat di rencana tata ruang wilayahnya.
17
j. Klaster Investasi dan Proyek Strategis Nasional
k. Klaster Kawasan Ekonomi.
18
e. Penyesuaian kegiatan pemanfaatan ruang dalam izin usaha. Dalam
Undang-Undang Cipta Karya, izin lokasi dihapus dan digantikan
dengan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang yang diperolah
melalui OSS (One Single Submission) untuk berbagai skala dan
tingkat risiko kegiatan usaha, hal ini tentu dilakukan untuk
mempermudah perizinan kegiatan usaha
f. Pembentukan forum penataan ruang. Dibentuknya Forum Penataan
Ruang dimaksudkan untuk mendorong implementasi penataan ruang
yang lebih inklusif kedepannya untuk masyarakat, agar seluruh
pihak bukan hanya pemerintah dapat mengetahui berbagai kebijakan
dan rencana yang berkaitan tentang penataan ruang.
19
Mamminasata yang dikelilingi oleh kota-kota satelit yang terpisah cukup jauh
dengan urban fringe dari kota tersebut, tetapi semuanya membentuk satu
kesatuan sistem dalam pelayanan penduduk wilayah metropolitan agar
tercipta suatu ruang yang dinamis dan proporsional dalam konsep ruang yang
terpadu, berhirarki, dan harmonis sehingga mempermudah pengembangan
suatu wilayah. Dan Kecamatan Pattallassang dalam peraturan ini termasuk
dalam kota baru satelit tersebut, dimana kedepannya akan menjadi pemecah
keramaian kota inti yang menjadi simpul transportasi penghubung kota inti
dengan sub-kota lain.
20
e. KSN dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi,
f. Kota Baru Mamminasata dengan rencana pengembangan kawasan
permukiman,
g. Kawasan terpadu pusat bisnis, sosial, budaya, dan pariwisata Center
Point of Indonesia (Pusat Bisnis Terpadu Indonesia),
h. Kawasan industri (KI) skala besar, meliptui KI Makassar, KI Maros,
KI Gowa, dan KI Takalar,
i. Kawasan wisata bahari Mamminasata dan sekitarnya,
Dan secara khusus, Kabupaten Gowa dalam peraturan daerah ini disebut
sebagai kawasan potensi budidaya padi sawah dan kawasan industri skala
besar, kawasan lahan pangan berkelanjutan, kawasan pengembangan
budidaya alternatif komiditi perkebunan unggulan, dengan Kecamatan
Pattallassang berkedudukan sebagai salah satu kawasan rencana perkotaan
PKN Mamminasata di Kabupaten Gowa yang akan menjadi kota baru satelit
penghubung kota dan pengurai kepadatan kota inti.
21
6. Peraturan Daerah Kabupaten Gowa Nomor 15 Tahun 2012 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gowa Tahun 2012-2032
Di dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gowa Tahun 2012-
2032 pada Peraturan Daerah Kabupaten Gowa No. 15 Tahun 2012,
Kabupaten Gowa merupakan kawasan perkotaan di luar kota ini Kota
Makassar yang menjadi kawasan metropolitan. Dengan tujuan penataan
ruang wilayah Kabupaten Gowa untuk mewujudkan ruang wilayah
Kabupaten Gowa yang terkemuka, aman, nyaman, produktif, berkelanjutan,
berdaya saing dan maju di bidang pertanian, industri, jasa, perdagangan, dan
wisata melalui inovasi, peningkatan kualitas sumber daya manusia secara
berkelanjutan, dan mendukung fungsi Kawasan Strategis Nasional (KSN)
Perkotaan Mamminasata.
Dalam peraturan daerah ini, disebutkan bahwa Kecamatan
Pattallassang termasuk dalam wilayah Kabupaten Gowa dalam PKN
Perkotaan Mamminasata, yag berkedudukam sebagai KSN atau Kawasan
Strategis Nasional dari sudut kepentingan ekonomi, dengan rencana
pengembangan wilayah sebagai berikut:
a. Strategi pengembangan potensi perdagangan dengan
mengembangkan pusat perdagangan skala regional Mamminasata di
Kecamatan Pattallassang yang terpadu dengan kawasan terminal
tipe A,
b. Perencanaan jaringan jalur kereta api KSN Perkotaan Mamminasata
dengan jalur lintasan rel kereta api dan dengan stasiun kereta api
ditetapkan di Kecamatan Pattallassang,
c. Hutan Perkotaan dengan luasan 112 ha yang salah satunya
ditetapkan di sebagian wilayah Kecamatan Pattallassang,
d. Objek wisata dan olahraga Golf Padivalley di Desa Pallantikang
Kecamatan Pattallassang,
e. Kawasan peruntukan permukiman Kota Baru Satelit Pattallassang
terpadu dengan lapangan Golf Padivalley,
f. Kawasan perdagangan tradisional terpadu dengan terminal tipe A,
22
g. Kawasan pusat perdagangan regional terpadu Kota Baru
Mamminasata,
h. Kawasan perdagangan di Kawasan Kota Baru Satelit Pattallassang
di Desa Panaikang dan Desa Paccellekang,
i. KIWA (Kawasan Industri Gowa) yang diarahkan sebagai Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK) Kabupaten Gowa,
j. Kota Idaman berwawasan lingkungan di Kawasan Perkotaan Baru
Mamminasata.
23
D. Kerangka Berpikir Tinjauan Kebijakan
Undang-Undang No. 26
Tahun 2007
tentang Penataan Ruang
Undang-Undang No.11
Tahun 2020
tentang Cipta Kerja
Peraturan Peraturan
Peraturan Daerah Prov. Presiden Peraturan
Pemerintah Sulsel No.9 No. 55 Daerah Kab.
No.13 Tahun Tahun 2009 Tahun Gowa No. 15
2017 tentang RTRW 2011 Tahun 2012
tentang Rencana tentang RTRW
Tata Ruang Sulsel tentang
Kawasan RTRW Kab.
Wilayah Nasional Perkotaan Gowa
Mamminasata
Secara keseluruhan bila melihat hasil dari tinjauan kebijakan mengacu dari
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 hingga munculnya Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, dan melihat runtutan hierarki
Rencana Tata Ruang Wilayah mulai dari Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun
2017 hingga Peraturan Daerah Kabupaten Gowa Nomor 15 Tahun 2012, dapat
disimpulkan bahwa Kecamatan Pattallassang termasuk ke dalam salah satu
wilayah kecamatan prioritas pembangunan di Kabupaten Gowa yang menjadi
salah satu kabupaten yang ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Nasional dalam
satuan wilayah KSN Perkotaan Mamminasata. Yang berarti arah tujuan
24
perencanaan pembangunan di Kecamatan Pattallassang menjadi salah satu
prioritas untuk mewujudkan Pusat Kegiatan Nasional di Provinsi Sulawesi
Selatan.
25
BAB III
GAMBARAN DAN PEMBAHASAN
26
Peta 3.1
Peta Administrasi Kabupaten Gowa
27
Tabel 3.1
Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Gowa
Tahun 2020
No Kecamatan Luas (Km2)
1 Bontonompo 30,39
2 Bontonompo Selatan 29,24
3 Bajeng 60,09
4 Bajeng Barat 19,04
5 Palangga 48,24
6 Barombong 20,67
7 Somba Opu 28,09
8 Bontomarannu 52,63
9 Pattalassang 84,96
10 Parangloe 221,26
11 Manuju 91,9
12 Tinggimoncong 142,87
13 Tombolo Pao 251,82
14 Parigi 132,76
15 Bungaya 175,53
16 Bontolempangan 142,46
17 Tompobulu 132,54
18 Biringbulu 218,84
Total 1.883,33
Sumber : Kabupaten Gowa Dalam Angka Tahun 2021
28
a) Jenis Tanah
Hasil penelitian terdahulu berupa Pemetaan Geologi Lapangan
dalam Sekala 1:250.000 yang dilakukan oleh Rab. Sukamto dan
Supriatna 1982 berupa peta Geologi Lembar Ujung Pandang,
Benteng dan Sinjai diperoleh bahwa sifat fisik, tekstur, atau ukuran
butir, serta genesa dan batuan penyusunnya maka jenis tanah di
kabupaten Gowa diklasifikasikan dalam 4 (empat) tipe:
(1) Alluvial Muda merupakan endapan aluvium (endapan
aluvial sungai, pantai dan rawa) yang berumur kuarter
(resen) dan menempati daerah morfologi pedataran
dengan ketinggian 0-60 m dengan sudut kemiringan
lereng < 3%. Tekstur beraneka mulai dari ukuran
lempung, lanau, pasir, lumpur, kerikil, hingga kerakal,
dengan tingkat kesuburan yang tinggi.
(2) Regosol adalah tanah hasil lapukan dari batuan gunungapi
dan menempati daerah perbukitn vulkanik, dengan
ketinggian 110-1.540 m dengan sudut kemiringan lereng
>15%. Sifat-sifat fisiknya berwarna coklat hingga
kemerahan, berukuran lempung lanauan – pasir
lempungan, plastisitas sedang, agak padu, tebal 0,1-2,0 m.
(3) Litosol merupakan tanah mineral hasil pelapukan batuan
induk, berupa batuan beku (intrusi) dan/atau batuan
sedimen yang menempati daerah perbukitan intrusi
dengan ketinggian 3-1.150 m dan sudut lereng < 70%.
Kenampakan sifat fisik berwarna coklat kemerahan,
berukuran lempung, lempung lanauan, hingga pasir
lempungan, plastisitas sedang-tinggi, agak padu, solum
dangkal, tebal 0,2-4,5 m.
(4) Mediteran merupakan tanah yang berasal dari pelapukan
batugamping yang menempati daerah perbukitan karst,
dengan ketinggian 8-750 m dan sudut lereng > 70%.
29
Kenampakan fisik yang terlihat berwarna coklat
kehitaman, berukuran lempung pasiran, plastisitas
sedang-tinggi, agak padu, permeabilitas sedang, rentan
erosi, tebal 0,1-1,5 m.
b) Kondisi Topografi
Kabupaten Gowa mempunyai topografi yang relatif
bergelombang dan berbukit, sedangkan topografi datar relatif
sedikit.Kawasan yang mempunyai kemiringan lahan datar (0-8%)
pada umumnya berada di daerah di sebelah timur dan lahan-lahan
sepanjang jalan poros. Selanjutnya kawasan yang mempunyai
kemiringan lahan 8-15% tersebar di seluruh wilayah Kabupaten
Gowa, sedangkan kemiringan lahan di atas 40% pada umumnya
berada di sebelah timur meliputi kecamatan Tinggimoncong,
Kecamatan Tombolo Pao, Kecamatan Tompobulu, Kecamatan
Biringbulu, Kecamatan Bungaya, Kecamatan Parigi dan beberapa
kecamatan lainnya merupakan kawasan lindung
30
c) Hidrologi
Keadaan Hidrologi di Kabupaten Gowa umumnya dipengaruhi
oleh sumber air yang berasal dari Sungai Saddang dan anak sungai
serta mata air dengan debit yang bervariasi. Hulu Sungai Saddang
yang merupakan sungai terpanjang di Sulawesi Selatan merupakan
satu daerah aliran sungai (DAS) Jeneberang berada di Kabupaten
Gowa merupakan sumber air bersih dan pertanian di Kabupaten
Gowa dan Kabupaten Takalar. Disatu sisi keberadaan sungai-sungai
tersebut sangat potensi dikembangkan bagi kepentingan pariwisata ,
misalnya arum jeram dan wisata rafting.
Kondisi hidrologi Kabupaten Gowa secara umum adalah
sebagai berikut:
(1) Air tanah, air tanah pada umumnya terdapat pada
kedalaman 40-100 meter,
d) Geomorfologi
Kondisi geomorfologi merupakan elemen penting dalam
penentuan kesesuaian pemanfaatan lahan atau kemampuan daya
dukung lahan. Kabupaten Gowa yang berada pada daerah perbukitan
yang cukup tinggi merupakan limitasi dalam pengembangan
kawasan budidaya di Kabupaten Gowa.
31
Peta 3.2
Peta Jenis Tanah Kabupaten Gowa
32
Peta 3.3
Peta Topografi Kabupaten Gowa
33
Peta 3.4
Peta Hidrologi Kabupaten Gowa
34
Peta 3.5
Peta Geomorfologi Kabupaten Gowa
35
2) Potensi Sumber Daya Manusia
Dalam kurun waktu tahun 2019-2020 jumlah penduduk
Kabupaten Gowa mengalami penurunan. Dari data BPS, tampak bahwa
jumlah penduduk tahun 2019 sebanyak 772.684 jiwa. Hal ini
menunjukkan adanya penurunan jumlah penduduk sebanyak 6.848 jiwa
bila dibandingkan dengan jumlah penduduk pada tahun 2020 yang
berjumlah 765.836 jiwa.
Tabel 3.2
Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Gowa
Tahun 2020
Laju
No Kecamatan Penduduk Pertumbuhan Sex Ratio
Penduduk
1 Bontonompo 44.998 1,32 94,93
2 Bontonompo Selatan 32.118 1,17 94,58
3 Bajeng 72.066 1,41 99,16
4 Bajeng Barat 26.639 1,47 98,78
5 Palangga 127.837 2,53 98,75
6 Barombong 45.192 2,64 98,76
7 Somba Opu 156.108 1,77 98,32
8 Bontomarannu 41.016 2,67 98,49
9 Pattalassang 30.254 3,19 98,88
10 Parangloe 18.628 1,41 97,77
11 Manuju 14.591 0,34 98,49
12 Tinggimoncong 23.332 0,51 105,04
13 Tombolo Pao 29.779 1,00 104,60
14 Parigi 13.289 0,15 92,34
15 Bungaya 16.742 0,53 96,48
16 Bontolempangan 14.781 1,00 97,66
17 Tompobulu 28.393 -0,19 97,78
18 Biringbulu 30.073 -0,70 98,27
Kecamatan 765.836 1,56 98,42
Sumber: Kabupaten Gowa Dalam Angka Tahun 2021
36
Grafik 3.1
Perbandingan Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten
Gowa Tahun 2020
Grafik 3.2
Perbandingan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kecamatan di
Kabupaten Gowa
3.5
2.5
1.5
0.5
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
-0.5
-1
37
3) Potensi Sumber Daya Alam
Sungai sebagai sumberdaya air yang dimanfaatkan untuk
berbagai keperluan yakni kebutuhan air bersih dan kepentingan
pertanian (irigasi), dengan keberadaan beberapa sungai menurut Daerah
Aliran Sungai (DAS) di Kabupaten Gowa. Berdasarkan pada kajian
potensi sumberdaya air maka daerah Kabupaten Gowa terdapat
beberapa Daerah Aliran Sungai (DAS) utama, masing-masing terdiri
dari DAS Je’neberang, je’netalasa, Pa’bundukang, Malino, Candika
dan Pallappakang.Di luar dari enam DAS ini terdapat juga beberapa
DAS kecil lainnya yang umumnya hampir terdapat di seluruh wilayah
pegunungan di pinggiran kawasan pantai. Air dari beberapa DAS kecil
ini yang terletak di bagian Timur wilayah studi bermuara di laut
Makassar.
38
b. Kecamatan Pattalassang
39
Peta 3.6
Peta Administrasi Kecamatan Pattalassang
40
b) Administrasi dan Letak Geografi
Secara geografis Kecamatan Pattallassang berada di
Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan dengan batas wilayah
bagian utara berbatasan dengan Kota Makassar dan Kabupaten
Maros, Bagian Timur berbatasan dengan Kecamatan Parangloe, di
bagian Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bontomarannu dan
Bagian Barat berbatasan Kecamatan Somba Opu.
Wilayah administrasi Kecamatan Pattallassang terbentuk
sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Gowa Nomor 22 Tahun
2001 tentang Pembentukan Kecamatan Dalam Wilayah Kabupaten
Gowa. Kecamatan Pattallassang dengan luas 84,96 KM2 , terdiri dari
delapan desa yang semuanya merupakan klasifikasi perdesaan, tiga
puluh enam dusun, delapan puluh tiga RW dan seratus enam puluh
lima RT.
c) Kondisi Topografi
Sebagian besar topografi wilayah desa merupakan daerah
dataran rendah dengan ketinggian rata-rata kurang dari 500 meter di
atas permukaan air laut, namun ada satu desa yang didominasi oleh
daerah lereng bukit yaitu Desa Timbuseng yang sebagian besar
penduduknya tersebar di atas bukit Bollangi.
41
2) Aspek Demografi
a) Sebaran dan Kepadatan Penduduk
Hasil catatan registrasi yang diperoleh, tingkat kepadatan
penduduk di Kecamatan Pattallassang berdasarkan klasifikasinya
dibedakan atas 3 (tiga) bahagian yaitu; kepadatan tinggi, sedang dan
rendah. Kepadatan tertinggi berada di wilayah Desa Timbuseng
dengan kepadatan penduduk sebesar 727 jiwa/km2, kepadatan
penduduk terendah berada di Desa Paccellekang dengan jumlah
sebesar 167 jiwa/km2. Begitu pula dengan jumlah penduduk yang
paling tinggi berada pada Desa Pattalassang yaitu 5.246 jiwa
sedangkan desa yang mempunyai jumlah penduduk yang terendah
adalah Desa Borong Pa’lala dengan jumlah penduduk yaitu 1.954
jiwa untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.4
Sebaran dan Kepadatan Penduduk di Kecamatan Pattalassang
Tahun 2020
No. Desa/Kelurahan Luas Penduduk Kepadatan
Area Penduduk
(Km2) per km2
1. Timbuseng 7,11 5.170 727
2. Sunggumanai 11,43 3.323 291
3. Pattallassang 8,54 5.246 614
4. Pallantikang 11,13 4.566 410
5. Paccellekang 24,95 4.161 167
6. Borong Pa’lala 8,40 1.954 233
7. Panaikang 5,25 2.832 539
8. Jenemadinging 8,15 3.002 368
Pattallassang 84,96 30.254 356
Sumber : Kecamatan Pattalassang Dalam Angka 2021
42
jumlah penduduk laki-laki dan perempuan (rasio jenis kelamin)
dapat mengakibatkan rendahnya fertilitas dan rendahnya angka
pertumbuhan penduduk.
Tabel 3.5
Sebaran Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan
Pattalassang Tahun 2020
No. Desa/Kelurahan Jenis Kelamin Rasio
Laki-laki Perempuan Jumlah Jenis
Kelamin
1. Timbuseng 2.571 2.599 5.170 98,9
2. Sunggumanai 1.672 1.651 3.323 101,3
3. Pattallassang 2.607 2.639 5.246 98,8
4. Pallantikang 2.306 2.260 4.566 102,0
5. Paccellekang 2.063 2.125 4.161 95,8
6. Borong Pa’lala 961 993 1.954 96,8
7. Panaikang 1.379 1.453 2.832 94,9
8. Jenemadinging 1.510 1.492 3.002 101,2
Pattallassang 15.042 15.212 30.254 98,9
Sumber : Kecamatan Pattalassang Dalam Angka 2021
Grafik 3.3
Perbandingan Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di
Kecamatan Pattallassang Tahun 2020
3,000
2,500
2,000
1,500
1,000
500
0
L P
43
c) Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur
Penduduk menurut kelompok umur adalah untuk mengetahui
jumlah usia produktif dan usia non produktif pada suatu wilayah.
Penduduk usia produktif sendiri adalah penduduk yang masuk
dalam rentang usia antara 15- 64 tahun. Penduduk usia itu dianggap
sudah mampu menghasilkan barang maupun jasa dalam proses
produksi. Sedangkan usia non produktif adalah usia di mana
seseorang tidak lagi mampu dalam bekerja untuk mencukupi
kebutuhan hidupnya. Usia non produktif ini adalah mereka
yang usianya 64-65 tahun keatas. Berikut merupakan jumlah
penduduk menurut kelompok umur pada Kecamatan Pattalasang.
Tabel 3.6
Sebaran Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kecamatan
Pattalassang Tahun 2020
Grafik 3.4
Perbandingan Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kecamatan
Pattallassang Tahun 2020
12,000
10,000
8,000
6,000
4,000
2,000
0
0-14 15-64 65+
Laki-Laki Perempuan
44
2. Tinjauan Kawasan Perencanaan
45
Peta 3.7
Kawasan Perencanaan Kota Baru Pattalassang Tahun 2021
46
Peta 3.8
Peta Topografi Kawasan Perencanaan
47
2) Kondisi Curah Hujan
Pada Kecamatan Pattalassang, rata-rata pertahun 151 mm, curah
hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember – Maret. Banjir juga
dipengaruhi oleh kondisi curah hujan pada suatu wilayah. Pada daerah
ini memiliki kondisi curah hujan yang cukup tinggi pada bulan
Desember – Maret sehingga perlu diwaspadai akan terjadinya bencana
banjir pada bulan tersebut.
Tabel 3.7
Jumlah Curah Hujan di Kawasan Perencanaan (Kecamatan
Pattalassang) Tahun 2020
48
beraneka mulai dari ukuran lempung, lanau, pasir, lumpur,
kerikil, hingga kerakal, dengan tingkat kesuburan yang
tinggi.
b) Regosol adalah tanah hasil lapukan dari batuan gunungapi dan
menempati daerah perbukitn vulkanik, dengan ketinggian
110-1.540 m dengan sudut kemiringan lereng >15%. Sifat-
sifat fisiknya berwarna coklat hingga kemerahan, berukuran
lempung lanauan – pasir lempungan, plastisitas sedang, agak
padu, tebal 0,1-2,0 m.
c) Litosol merupakan tanah mineral hasil pelapukan batuan
induk, berupa batuan beku (intrusi) dan/atau batuan sedimen
yang menempati daerah perbukitan intrusi dengan ketinggian
3-1.150 m dan sudut lereng < 70%. Kenampakan sifat fisik
berwarna coklat kemerahan, berukuran lempung, lempung
lanauan, hingga pasir lempungan, plastisitas sedang-tinggi,
agak padu, solum dangkal, tebal 0,2-4,5 m.
d) Mediteran merupakan tanah yang berasal dari pelapukan
batugamping yang menempati daerah perbukitan karst,
dengan ketinggian 8-750 m dan sudut lereng > 70%.
Kenampakan fisik yang terlihat berwarna coklat kehitaman,
berukuran lempung pasiran, plastisitas sedang-tinggi, agak
padu, permeabilitas sedang, rentan erosi, tebal 0,1-1,5 m.
49
Peta 3.9
Peta Curah Hujan Kawasan Perencanaan
50
Peta 3.10
Peta Jenis Tanah Kawasan Perencanaan
51
Peta 3.11
Peta Geologi Kawasan Perencanaan
52
5) Kondisi Hidrologi
Hidrologi berasal dari Bahasa Yunani yaitu hydrologia yang
berarti "ilmu air". Hidrologi adalah cabang ilmu geografi yang
mempelajari pergerakan, distribusi, dan kualitas air di seluruh Bumi,
termasuk siklus hidrologi dan sumber daya air. Pada lokasi perencanaan
kondisi hidrologi kawasan tersebut meliputi:
a) Air Permukaan
Air permukaan adalah air yang terkumpul di atas tanah
atau di mata air, sungai, danau, lahan basah, atau laut. Air
permukaan berhubungan dengan air bawah tanah atau air
atmosfer. Air permukaan yang ada di Kawasan Kota Baru
Pattallassang yaitu sungai.
53
Peta 3.12
Peta Hidrologi Kawasan Perencanaan
54
b. Kondisi Fisik Buatan
1) Sarana Peribadatan
Sarana atau fasilitas peribadatan merupakan tempat untuk
menjalankan ibadah umat beragama secara berjamaah untuk memenuhi
kebutuhan rohaninya. Dari berbagai sarana peribadatan yang ada
seperti masjid, gereja, wihara, dan lain sebagainya, di Kecamatan
Pattallassang (Desa Pattallassang dan Desa Pallantikang) hanya
terdapat sarana peribadatan berupa masjid, dengan total 22 masjid.
Dimana masjid yang ada memiliki tiga kondisi berbeda, yakni baik,
kurang baik, dan buruk.
Tabel 3.8
Jumlah dan Kondisi Sarana Peribadatan Kecamatan
Pattallassang Tahun 2021
No. Jenis Sarana Jumlah Kondisi
Peribadatan Unit Baik Kurang Buruk
Baik
1. Masjid 22 15 3 4
Sumber: Hasil Survei Tahun 2021
a. Masjid kondisi baik b. Masjid kondisi kurang baik c. Masjid kondisi buruk
2) Sarana Kesehatan
Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009, sarana
kesehatan adalah suatu tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotof,
preventif, kuartif, maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah,
pemerintah daerah, dan/atau masyarakat. Berdasarkan hasil survei
kami, ada tiga jenis sarana atau fasilitas kesehatan di Desa Pattallassang
dan Desa Pallantikang Kecamatan Pattallassang, yakni poskesdes atau
55
puskesmas desa, puskesmas, dan apotek dengan kondisi baik, kurang
baik, dan buruk.
Tabel 3.9
Jumlah dan Kondisi Sarana Kesehatan Kecamatan Pattallassang
Tahun 2021
No. Jenis Sarana Jumlah Kondisi
Kesehatan Unit Baik Kurang Buruk
Baik
1. Puskesmas 1 - - 1
2. Poskesdes 1 - 1 -
3. Apotek 3 3 - -
Sumber: Hasil Survei Tahun 2021
56
Tabel 3.10
Banyaknya Jumlah Fasilitas Pendidikan di Kecamatan
Pattallssang Tahun 2021
No. Jenis Fasilitas Jumlah Status Kondisi
Unit Negeri Swasta Baik Kurang
Baik
1. PAUD 2 2 - 2 -
2. Taman Kanak- 3 - 2 1 1
Kanak (TK)
3. Sekolah Dasar 4 4 - 3 1
(SD)
4. Sekolah Menengah 1 - 1 1 -
Atas (SMA)
Jumlah 10 6 3 5 2
Sumber : Hasil Lapangan Survei 2021
a. (PAUD) b. (TK)
c.(SD) d.(SMA)
57
4) Sarana Perkantoran
Ruang kantor adalah ruang tempat melaksanakan pekerjaan,
dengan ukuran luas dan alat-alat perlengkapannya yang disesuaikan
dengan kebutuhan serta memenuhi persyaratan estetika. (Permenpan
No.48 Tahun 2013 Pasal 1 Ayat 1). Di Kecamatan Pattallassang
terdapat fasilitas sarana perkantoran negeri terdiri 4 unit dengan kondisi
3 baik dan 1 kurang baik.
a.Perkantoran Negeri
5) Sarana Perdagangan
Perdagangan atau perniagaan adalah tatanan kegiatan yang
terkait dengan transaksi Barang dan/atau Jasa di dalam negeri dan
melampaui batas wilayah negara dengan tujuan pengalihan hak atas
Barang dan/atau Jasa untuk memperoleh imbalan atau kompensasi
(Undang-Undang No. 7 tahun 2014 Pasal 1 Ayat 1). Di Kecamatan
Pattallassang (Desa Pattallassang dan Desa Pallantikang) terdapat
Fasilitas Perdagangan dengan jumlah 170 Unit yang terdiri dari Kios
134 unit, Warung Makan 15 unit, Ruko 6 unit. Dengan masing-masing
kondisi yakni baik, kurang baik dan buruk.
58
Tabel 3.11
Banyaknya Jumlah Fasilitas Perdagangan Kecamatan
Pattalassang Tahun 2021
No. Jenis Fasilitas Jumlah Kondisi
Unit Baik Kurang Buruk
Baik
1. Warung 10 4 7 4
Makan/Restoran, Cafe
2 Kios 134 45 62 27
3 Minimarket/Pasar 6 3 3 -
4 Ruko 15 9 6 -
Jumlah 170 61 78 31
Sumber : Hasil Lapangan Survei 2021
a. Kios b.Minimarket
6) Sarana Jasa
Jasa adalah layanan dan unjuk kerja berbentuk perkejaan atau
hasil kerja yang dicapai, yang diperdagangkan oleh satu pihak ke pihak
lain dalam masyarakat untuk dimanfaatkan oleh konsumen atau pelaku
usaha. (UU No. 7 7 Tahun 2014 Pasal 1 ayat 6). Terdapat 10 unit sarana
jasa di Kecamatan Pattallassang yakni industri rumahan.
59
Tabel 3.12
Banyaknya Jumlah Fasilitas Jasa di
Kecamatan Pattalassang Tahun 2021
No. Jenis Jumlah Kondisi
Fasilitas Unit Baik Kurang Buruk
Baik
1. Industri 17 10 4 3
Rumahan
Jumlah 17 10 4 3
Sumber : Hasil Lapangan Survei 2021
a. Industri Rumahan
7) Jaringan Jalan
Kondisi jalan pada wilayah Pattalassang rata-rata sudah cukup
baik namun ada beberapa titik jalan yang perlu diperbaiki dikarenakan
masih berlubang dan jika musim hujan bisa membahayakan pengguna
jalan.
60
8) Jaringan Telekomunikasi
Jaringan telekomunikasi untuk wilayah Pattalassang sudah sangat
baik lancar dan sejauh ini menurut masyarakat sekitar tidak ada
kendala.
9) Jaringan Listrik
Jaringan listrik pada wilayah Pattalassang sejauh ini sudah cukup
baik, merata dan tiang-tiang listriknya tidak ada yang bermasalah.
Untuk penggunaanya sendiri, rata-rata masyarakat menggunakan daya
900 watt dan sebagian 450 watt.
a. Timbunan sampah
61
11) Jaringan Air Bersih
Air bersih pada wilayah Pattalassang sejauh ini sudah baik dan
menurut wawancara dari masyarakat sejauh ini tidak ada kendala.
Rata-rata masyarakatnya menggunakan sumber air bersih PDAM dan
sumur bor.
a. PDAM
62
c. Kondisi Sosial dan Kependudukan
Tabel 3.14
Tabel Luas Wilayah Delineasi
63
(b) Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Tabel 3.14
Sebaran Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan
Pattalassang Tahun 2020
No. Desa/Kelurahan Jenis Kelamin Rasio
Laki-laki Perempuan Jumlah Jenis
Kelamin
1. Timbuseng 2.571 2.599 5.170 98,9
2. Sunggumanai 1.672 1.651 3.323 101,3
3. Pattallassang 2.607 2.639 5.246 98,8
4. Pallantikang 2.306 2.260 4.566 102,0
5. Paccellekang 2.063 2.125 4.161 95,8
6. Borong Pa’lala 961 993 1.954 96,8
7. Panaikang 1.379 1.453 2.832 94,9
8. Jenemadinging 1.510 1.492 3.002 101,2
Pattallassang 15.042 15.212 30.254 98,9
Sumber : Kecamatan Pattalassang Dalam Angka 2021
Grafik 3.5
Perbandingan Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di
Kecamatan Pattallassang Tahun 2020
3,000
2,500
2,000
1,500
1,000
500
0
L P
64
(c) Penduduk Menurut Kelompok Umur
Tabel 3.15
Sebaran Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kecamatan
Pattalassang Tahun 2020
Laki-Laki Perempuan
65
d) Penggunaan Lahan Kawasan Perencanaan
Peta 3.13
Peta Penggunaan Lahan Kawasan Perencanaan
66
B. Analisis Mikro Wilayah Kawasan Perencanaan
1. Analisis Potensi dan Permasalahan
a. Potensi
1) Menjadi wilayah strategis yang menghubungkan antar Kawasan
Perkotaan Mamminasata (Kota Makassar, Kabupaten Gowa,
Kabupaten Maros, dan Kabupaten Takalar)
2) Merupakan tempat dengan potensi pengembangan pusat perdagangan
skala regional di Mamminasata
3) Menjadi tempat rencana pembangunan terminal tipe A yang terpadu
dengan pusat perdagangan Kecamatan Pattallassang
4) Adanya objek wisata dan olahraga Golf Padivalley di Desa Pallantikang
yang bertaraf internasional
5) Merupakan kawasan peruntukan permukiman Kota Baru Satelit
Pattallassang
b. Permasalahan
1) Rute persampahan yang belum tersedia mengakibatkan persampahan
menjadi salah satu penyebab ketidaknyamanan bagi masyarakat.
2) Berkurangnya luas sawah yang mangakibatkan bergesernya lapangan
kerja dari sektor pertanian ke non-pertanian, yang apabila tenaga kerja
lokal yang ada tidak terserap seluruhnya justru akan meninggikan angka
pengangguran.
3) Perubahan penggunaan lahan atau menimbulkan beberapa konsekuensi,
antara lain berkurangnya lahan terbuka hijau sehingga daerah resapan
air akan terganggu, serta lahan untuk budidaya pertanian semakin
sempit.
4) Berkurangnya luas sawah yang mengakibatkan turunnya produksi padi,
yang mengganggu tercapainya swasembada pangan.
67
2. Analisis Struktur Internal Wilayah Penelitian
Keterangan:
A1 = PAUD B1 = Puskesmas C1 = Masjid
A2 = TK B2 = Poskesdes
A3 = SD B3 = Apotek
A4 = SMA
Tabel 3.17
Analisis Kepadatan Penduduk
Kepadatan
Luas Luas Jumlah Kepadatan
% Lahan ∑ Penduduk
No. Desa Wilayah Wilayah Bnagunan Bangunan/Ha
Terbangun Penduduk (Jiwa/Ha)
(Ha) Terbangun (Unit)
Kotor Bersih Kotor Bersih
1. Timbuseng 377 39.000 1.302 5.170 3,45 0,033 260 0,68 0,006
2. Pattallassang 589 157.350 5.246 5.246 8,90 0,033 1.049 1,78 0,006
3. Pallantikang 1046,16 136.950 4.566 4.566 4,36 0,033 913 0,87 0,006
4. Panaikang 156 900 30 2.832 0,19 0,033 6 0,04 0,006
Jumlah 2.168,16 334.200 100 11.144 45,12 16,9 0,132 2.228 3,37
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2021
68
Tabel 3.18
Analisis Kepadatan Penduduk
N Desa Luas Terbangun Kepadatan Penduduk Kepadatan Kelengkapan
o. (Ha) Bersih Bangunan Fasilitas
Tabel
Bangu
Nil Nilai
% Kls Nilai Pddk/Ha Kls Nilai nan/H Kls Nilai ∑ Kls
ai
a
1. Timbuseng 0,11 R 1 0,033 R 1 0,68 S 3 2 SR 1 6
2. Pattallassang 0,29 R 1 0,033 R 1 1,78 T 5 8 S 3 10
3. Pallantikang 0,25 R 1 0,033 R 1 0,87 S 3 6 R 2 7
4. Panaikang 0,00
R 1 0,033 R 1 0,04 SR 1 1 SR 1 4
2
100 0,132 3,37
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2021
Tabel 3.19
Penentuan Pusat Kegiatan
Total Nilai
No. Desa Orde Pusat Sub Sistem Kekotaan
(Skor)
1. Pattallassang 10 Orde I Pusat Pelayanan Kota
2. Pallantikang 8 Orde II Sub Pusat Pelayanan Kota
3. Timbuseng 7 Orde III Pusat Pelayanan Lingkungan
Sub-Pusat Pelayanan
4. Panaikang 4 Orde IV
Lingkungan
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2021
69
Peta 3.13
Peta Hasil Skalogram Kawasan Perencanaan
70
b. Analisis Sistem Jaringan Jalan (Analisis Model Gravitasi)
Teori gravitasi dapat digunakan untuk melihat interaksi keruangan
antar kota. Dalam kaitannya dengan interaksi dalam transportasi, hal ini
dikaitkkan dengan keberadaan jalan yang menghubungkan antar kota-
desa. Dalam tulisan ini, kekuatan interaksi dihitung berdasarkan kota dan
ibukota kecamatan.
Tabel 3.20
Hasil Perhitungan Interaksi Model Gravitasi Antar Wilayah
Ibukota Jarak Jumlah Besar
Desa
Kecamatan (km) Penduduk Interaksi
Timbuseng 2 1.302 1.707.573
Pattallassang Pallantikang 2 5.246 4.566 4.155.060
Panaikang 3 30 17.486
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2021
Hasil perhitungan interaksi gravitasi antara Desa Pattalassang
dengan Desa Pallantikang menunjukkan angka tertinggi. Hal ini
menggambarkan tingkat interaksi yang terjadi antara kedua desa
merupakan yang tertinggi. Mobilitas antara kedua desa tersebut
merupakan yang tertinggi. Tentunya, implikasi dari mobilitas tersebut
yaitu interaksi kegiatan ekonomi antara kedua desa tersebut tinggi.
Disamping itu, faktor jarak antara kedua desa yang dekat mempermudah
akses berpindah beraktivitas antar desa.
71
program yang ada di RTRW sudah terlaksana.Sebagai contoh, Kawasan
peruntukan permukiman Kota Baru Satelit Pattallassang terpadu dengan
lapangan Golf Padivalley ditetapkan di Kecamatan Pattallassang. Di
kawasan perencanaan saat ini, lapangan Golf Padivalley sudah terealisasi
dan sudah jadi dan untuk perencanaan Kota Baru Satelit sedang dalam
tahapan pengembangan dan pembangunan .
b. Analisis Kepemilikan Tanah
Status tanah di lokasi perencanaan pasti mengalami perubahan yang
cukup signifikan. Informasi mengenai status tanah sangat terbatas
mengingat status tanah tersebut mempunyai tingkat perlindungan yang
berbeda untuk diketahui oleh umum. Oleh karena itu untuk memberikan
gambaran mengenai status tanah di lokasi perencanaan maka
pengklasifikasiannya dibagi menjadi 4 macam status tanah yakni tanah hak
milik, tanah hak guna bangunan, tanah hak pakai dan tanah wakaf.
1) Tanah Hak Milik
Tanah hak milik merupakan hak untuk menikmati
kegunaan suatu lahan dengan leluasa dan untuk berbuat bebas
terhadap lahan tersebut dan fungsinya dengan kedaulatan
sepenuhnya. Tanah hak milik biasanya ditemukan di kawasan
perumahan formal Serta beberapa rumah dikawasan
perkampungan juga ada yang memiliki status tanah hak milik.
Tanah ini terletak di semua desa yang ada di Kecamatan
Pattalassang.
2) Tanah Hak Guna Bangunan
Hak Guna Bangunan (HGB) adalah hak untuk mendirikan
dan mempunyai bangunan-bangunan atas tanah yang bukan
miliknya sendiri, dengan jangka waktu paling lama 30 tahun. Atas
permintaan pemegang hak dan dengan mengingat keperluan serta
keadaan bangunan-bangunannya, jangka waktu HGB dapat
diperpanjang dengan waktu paling lama 20 tahun. Yang dapat
mempunyai HGB adalah warga negara Indonesia dan badan
72
hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan
berkedudukan di Indonesia. HGB dapat beralih dan dialihkan
kepada pihak lain. Tanah ini terletak di Desa Panaikang, Desa
Pallanntikang, Desa Pattalassang, Desa Timbuseng.
3) Tanah Hak Pakai
Hak pakai adalah hak untuk menggunakan dan/atau
memungut hasil dari :
a) tanah yang dikuasai langsung oleh Negara, yang
memberi wewenang dan kewajiban yang ditentukan
dalam keputusan pemberiannya oleh pejabat yang
berwenang memberikannya, atau
b) tanah milik orang lain dalam perjanjian dengan pemilik
tanahnya, yang bukan perjanjian sewa-menyewa atau
perjanjian pengolahan tanah, segala sesuatu asal tidak
bertentangan dengan jiwa dan ketentuan-ketentuan
UUPA.
Selain itu, hak pakai juga dapat diberikan atas tanah dengan
hak pengelolaan, yang diberikan dengan keputusan pemberian
hak oleh Menteri Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional atau pejabat yang ditunjuk berdasarkan usul pemegang
hak pengelolaan. Tanah ini terletak di Desa Pallantikang, Desa
Panaikang, Desa Pattalassang dan Desa Timbuseng.
4) Tanah Wakaf
Berdasarkan UU No. 41 Tahun 2004, wakaf adalah
perbuatan yang dilakukan oleh wakif (si pemberi wakaf) dalam
kurun waktu tertentu atau selamanya dengan fungsi yang
dimaksudkan si wakif. Sementara, benda yang ingin diwakafkan
haruslah barang yang tidak bisa habis, misalnya barang properti
(tanah, rumah, dan sebagainya). Sehingga tanah wakaf adalah
properti hak milik, baik individu ataupun kelompok yang sudah
73
diwakafkan/diserah terimakan untuk kepentingan umum/sosial.
Tanah ini terletak di Desa Timbuseng.
74
5. Analisis Sumber Daya Alam
75
permukiman dan budidaya. Sesuai dengan kondisi eksisting Kawasan
Perencanaan Kecamatan Pattallassang yakni penggunaan lahannya di
dominasi oleh permukiman dan persawahan.
e. Analisis Klimatologi
Seperti halnya dengan daerah lain di Indonesia, di kawasan
perencanaan dikenal dengan dua musim, yaitu musim kemarau dan musim
hujan. Musim kemarau berlangsung pada bulan Desember hingga Maret.
Keadaan ini berarti setiap setengah tahun setelah melewati masa peralihan,
yaitu bulan April - Mei dan Oktober - November. Curah hujan di Kawasan
perencanaan dipengaruhi keadan iklim, keadaan geografi dan
perputaran/pertemuan arus udara.Oleh karena itu jumlah curah hujan
beragam. Catatan curah hujan tertinggi yang di pantau oleh beberapa
stasiun/pos pengamatan terjadi pada bulan Januari yang mencapai rata-rata
710 mm, sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Juli-
September yang bisa dikatakan hampir tidak ada hujan.
76
Adapun kekayaan sumber daya alam di Kawasan Perencanaan
memiliki komoditi yang beragam seperti padi sawah, padi ladang, jagung,
kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar. Pada potensi
sub sektor peternakan kawasan perencanaan meliputi jenis ternak besar
dan kecil seperti sapi dan kambing sedangkan jenis ternak unggas meliputi
ayam buras, ayam ras dan itik
77
Desa Pallantikang merupakan salah satu desa yang ada didalam
kawasan perencanaan yang masih melaksanakan kegiatan budaya. Yaitu
prosesi dengka ase lolo mengingat bahwa di desa pallantikang masih terdapat
banyak lahan pertanian yang menjadi juga salah satu sumber pemasukan
ekonomi bagi warga Desa Pallantikang. Dimana tiap beberapa tahapan mulai
dari Attōa’ āse (menengok padi), A’bōya āllo bāji’ (mencari waktu/hari baik),
persiapan pembuatan sesajian dan makanan, sampai pada upacara Tradisi
Dengka Ase Lolo itu sendiri. Ketiga, terjadi integrasi antara budaya lokal
yang sudah ada sebelumnya dengan unsur budaya Islam dalam proses
pelaksanaanya. Seperti adanya pembacaan basmalah di awal prosesi, dalam
penanggalan bulan baik terdapat kata Allah SWT., nama-nama nabi serta
beberapa kejadian dalam al-Qur’an, pemberian salam, penentuan waktu baik
menurut penanggalan bulan Islam, arah peletakan Ase Lolo yang sudah
diambil dan menghadap ke arah kiblat, dan fungsi tradisi ini sebagai ajang
mempererat tali silaturahmi. Karena yang jauh dari lokasi upacara tersebut
apabila mendengar akan diadakan tradisi Dengka Ase Lolo maka mereka
menyempatkan waktunya untuk datang dan menghadiri upacara tersebut,
sehingga disitulah kita seling bertemu dengan keluarga jauh dan saling
mempererat tali persaudaraan.
7. Analisis Kependudukan
78
pertumbuhan penduduk dikecamatan pattalassang, kemungkinan
dipengaruhi oleh faktor urbanisasi dan faktor alami. Adapun
perkembangan penduduk dalam 20 tahun mendatang dikabupaten
bulukumba adalah sebagai berkut:
Tabel 3.21
Jumlah Perkembangan Penduduk di Kecamatan Pattalassang
5 Tahun Terakhir
No Tahun Jumlah Pertambahan
penduduk (jiwa) (jiwa)
1 2016 7.216 -
2 2017 7.147 -69
3 2018 7.204 57
4 2019 7.253 49
5 2020 9.812 2.559
Sumber : kecamatan Pattalassang dalam angka 2021
79
Dengan demikian, maka kepadatan penduduk pada tahun 2040 di
kecamatan pattalassang adalah 549 jiwa /km2.
80
= 48
Hasil analisis dependency ratio yaitu 48 artinya interval kelas <50
dan termasuk kategori rendah artinya persentase dependency ratio yang
semakin rendah menunjukkan semakin rendahnya beban yang ditanggung
penduduk produktif untuk membiayai penduduk yang belum produktif dan
tidak produktif.
a. Analisis Shift-Share
Prof. Meier (dalam Adisasmita, 2005: 205) mendefinisikan
pembangunan ekonomi sebagai proses kenaikan pendapatan riil perkapita
dalam suatu jangka waktu yang panjang. Tujuan ekonomi pembangunan
yaitu jika dari ilmu ekonomi pembangunan adalah untuk meneliti berbagai
faktor yang menyebabkan ketertinggalan pembangunan di Negara
berkembang, sehingga dengan mengetahui faktor tersebut yang
menghambat pembangunan dapat diketahui bagaimana cara yang paling
efektif untuk meningkatkan kualitas pembangunan di negara berkembang.
Dengan demikian, diharapkan kemajuan bisa tercapai di Negara yang
bersangkutan.
Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu wilayah dapat dilihat
dari perubahan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Peranan
masing-masing sektor terhadap pembentukan PDRB suatu daerah
mencerminkan kecenderungan struktur ekonomi daerah tersebut.
Perubahan struktur perekonomian yang terjadi umumnya bergerak dari
sektor pertanian menuju industri dan selanjutnya ke sektor jasa (Makmun
dan Irwansyah, 2013).
Analisis sektor unggulan menggunakan metode analisis shift-share.
Metode analisis shift - share digunakan untuk mengetahui kinerja
perekonomian kabupaten, pergeseran struktur, posisi relatif sektor-sektor
ekonomi dan identifikasi sektor-sektor “unggul” kabupaten dalam
81
kaitannya dengan perekonomian acuan (nasional atai provinsi) dalam dua
atau lebih titik waktu.
Keunggulan metode ini banyak digunakan untuk memperoleh
gambaran lebih rinci mengenai pergeseran struktur ekonomi. Selain itu,
metoda ini dapat pula digunakan untuk menemukenali sektor-sektor yang
posisi relatifnya lemah tetapi dianggap strategis. Teknik ini banyak
digunakan dalam menganalisis dampak pertumbuhan regional, khususnya
pertumbuhan lapangan kerja diterapkan untuk menggambarkan tren
pertumbuhan historis, memperkirakan pertumbuhan regional dan
menganalisis efek dari inisiatif kebijakan serta mengembangkan
perencanaan strategis untuk komunitas (Rice dan Horton, 2010).
82
Tabel 3.23
Nilai PDRB Kabupaten Gowa dan PDRB Provinsi SulSel
Tahun 2018-2019
NO DATA DATA PROVINSI
KABUPATEN SULAWESI
SEKTOR EKONOMI GOWA SELATAN
(Juta Rupiah) (Miliar Rupiah)
PDRB PDRB PDRB PDRB
2018 2019 2018 2019
1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 565.56 555.00 1.59 1.54
2 Pertambangan dan Penggalian 100.99 87.11 0.39 0.40
3 Industri Pengolahan 142.03 124.01 1.08 1.00
4 Pengadaan Listrik Dan Gas 2.61 2.50 0.01 0.01
5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 2.32 2.18 0.01 0.01
6 Konstruksi 248.73 214.81 0.94 0.88
7 Perdagangan Besar Dan Eceran 274.59 242.55 1.17 1.07
8 Transportasi dan Pergudangan 35.12 30.99 0.29 0.28
9 Penyediaan Akomodasi Dan Makan Minum 51.71 46.80 0.12 0.11
10 Informasi Dan Komunikasi 171.86 152.42 0.56 0.50
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 50.33 47.70 0.26 0.27
12 Real Estate 171.30 158.05 0.27 0.26
13 Jasa Perusahaan 2.50 2.23 0.03 0.03
14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan sosial 120.08 99.60 0.33 0.30
15 Jasa Pendidikan 82.82 76.34 0.44 0.39
16 Jasa Kesehatan dan kegiatan Sosial 39.09 35.28 0.16 0.15
17 Jasa Lainnya 32.24 28.83 0.11 0.10
PDRB/PDB 2093.89 1906.39 7.78 7.30
PERTUMBUHAN PDRB/PDB -4.69 % 3.18 %
Sumber “ Badan Pusat Statistik
83
Tabel 3.24
Perubahan PDRB Kab. Gowa atas Harga Konstan (RP.Juta Rupiah)
84
Tabel 3.25
Hasil Analisis
Tabel 3.26
Nilai Absolut KPN
85
NO SEKTOR EKONOMI KPN KPN
ABSOLUT
Tabel 3.27
Nilai Absolut KPP
86
NO SEKTOR EKONOMI KPP KPP
ABSOLUT
Tabel 3.28
Nilai Absolut KPK
87
Tabel 3.29
Nilai Absolut KPN, KPP dan KPK
88
Grafik Analisis
KPK
(+)
KUADRAN II KUADRAN I
(-) (+ KP
(-)
Keterangan :
Kuadran II : sektor agak unggul yaitu KPK positif & KPP negatif
Kuadran III : sektor agak mundur yaitu nilai KPK negatif & KPP positif
89
Tabel 3.30
Analisa Grafik Shift Share
NO SEKTOR ANALISIS GRAFIK
90
Dari hasil analisis diatas, dapat disimpulkan bahwa Produk
Domestik Regional Bruto Kabupaten Gowa dapat dikategorikan dalam
beberapa kelas yang didominasi oleh Kategorisasi Agak mundur (Kuadran
IV) yaitu sektor industri pengolahan, perdagangan besar dan eceran, dan
administrasi pemerintahan. Ini disebabkan karena komponen pertumbuhan
daya saing kabupaten (KPK) dan (KPP) yang didalam hasil perhitungan
analisa kami, berada dalam angka yang negatif yang menandakan
mengalami kemunduran daya saing, sehingga menghasilkan kesimpulan
pengelompokan sektor Mundur. Selanjutnya diikuti oleh Pengelompokan
Agak Mundur (Kuadran III) yang mencakup sektor informasi dan
Komuniaksi dan jasa pendidikan. karena hasil perhitungan menunjukkan
nilai positif pada komponen pertumbuhan proporsional (KPP)
mengindikasikan bahwa sektor tersebut pesat dalam pertumbuhannya,
akan tetapi memiliki komponen daya saing yang negative sehingga tidak
mengalami peningkatan daya saing. Adapun yang termasuk didalam
kategorisasi Agak Unggul (Kuadran II) yaitu sektor pertambangan dan
penggalian, sektor pengadaan air, sektor konstruksi, sektor transportasi,
sektor penyediaan akomodasi, sektor jasa keuangan, sektor jasa
perusahaan, sektor real esatate, sektor jasa Kesehatan dan jasa lainnya, Ini
disebabkan oleh nilai Komponen Pertumbuhan daya saing kabupaten
(KPK) yang menunjukkan niai positif. Menandakan bahwa sektor tersebut
mengalami peningkatan daya saing akan tetapi mengalami kemunduran
dalam nilai Komponen Pertumbuhan Proporsional (KPP) yang ditandai
dengan hasil perhitungan menunjukkan nilai negatif dan berimbas pada
lambatnya pertumbuhan dalam sektor tersebut, serta berpengaruh negatif
terhadap pendapatan kabupaten. Maka, dari hasil perhitungan tersebut
dalam disimpulkan dalam Kategorisasi Agak Unggul. Terakhir yaitu
Kategorisasi Unggul (Kuadran I), didalamnya menempatkan beberapa
sektor yaitu sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan dan sektor
pengadaan listrik dan gas, karena hasil perhitungan menunjukkan nilai
positif pada komponen pertumbuhan daya saing kabupaten (KPK)
91
mengindikasikan bahwa sektor tersebut mengalami peningkatan daya
saing dan didukung oleh Komponen Pertumbuhan Proporsional (KPP)
menunjukkan nilai yang positif yang mana KPP yang berada pada angka
positif menandakan sektor tersebut pesat dalam pertumbuhannya.
92
yang pada akhirnya akan memberikan dampak positif terhadap
perekonomian wilayah.
3)
Adapun studi lokasi yang dipilih ialah pada Kabupaten Gowa,
Provinsi Sulawesi Selatan dimana untuk data yang dipakai ialah data
sekunder yang diambil dari instansi BPS yaitu terkait PDRB atas dasar
harga konstanseri 2010 berdasar sektor lapangan usaha dengan rentang
tahun 2015 – 2019. Rumus untuk menghitung nilai Location Quotient
(LQ) adalah sebagai berikut :
Dimana :
93
Tabel 3.31
Location Question (LQ) berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan sector
lapangan usaha Tahun 2015 – 2019
94
9. Analisis Transportasi (Pergerakan)
95
c. Analisis Sistem Pergerakan
Adapun sistem pergerakan masyarakat di Kawasan Perencanaan
Kota Baru Pattalassang yaitu di mulai dari hunian ke beberapa pusat
kegiatan dengan menggunakan beberapa alternatif moda transportasi.
Analisis ini yang di perhatikan yaitu jarak dan waktu tempuh. Adapun arus
pergerakan yang padat yaitu pada jam tertentu seperti pagi jam masuk
kantor 7.00 dan juga sore jam pulang kantor 17.00 jam. Hal ini kita ketahui
karena Kawasan Perencanaan Kota Baru Pattalassang pada bagian ruas
Jalan Poros Pattalassang menjadi pintu masuk dan keluar ke dan dari Kota
Makassar yang artinya wilayah yang terintegrasi yaitu Gowa yang
melakukan pergerakan ke Kota Makassar dengan tujuan melakukan
kegiatan baik dari segi ekonomi, pendidikan, ataupun perkantoran
sehingga memiliki keterkaitan satu dengan yang lain.
a. Analisis Sarana
1) Sarana Permukiman
Bertambahnya jumlah penduduk akan mendorong permintaan
permukiman dan perumahan yang tentunya akan terjadi perubahan
penggunaan lahan menjadi kawasan terbangun, hunian-hunian yang
dibangun oleh masyarakat secara pribadi berkembang disepanjang
sisi jaringan jalan dengan membentuk pola secara linear.
Pembangunan perumahan dan permukiman di Kelurahan Samata dibagi
dalam 3 (tiga) tipe kavling yaitu :
• Tipe A luas tanah 750 m2 (25 x 30) dengan perbandingan 10%
• Tipe B luas tanah 500 m2 (20 x 25) dengan perbandingan 30%
• Tipe C luas tanah 150 m2 (10 x 15) dengan perbandingan 60%
Berdasarkan hasil proyeksi penduduk di Kecamatan pattalassang
untuk 20 tahun ke depan bahwa pada tahun 2040 jumlah penduduk yang
ada di Kecamatan pattalassang sebanyak 43.124 jiwa, dengan asumsi
96
bahwa setiap rumah dihuni oleh 5 (lima) orang yang terdiri dari ayah,
ibu dan 3 (tiga) orang anak. Adapun perkiraan kebutuhan perumahan
dan permukiman di Kecamatan Pattalassng pada tahun 2040, dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.32
Analisis Kebutuhan Sarana Permukiman
Di Kawasan Perencanaan Tahun 2040
Kebutuhan
Jumah Kebutuhan
No Tahun Tipe Permukiman
Penduduk (jiwa) Ruang (Ha)
(Unit)
Berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat bahwa pada tahun 2025
kebutuhan akan permukiman sebanyak 3.120 unit dan kebutuhan ruang
98,29 Ha,tahun 2030 kebutuhan permukiman sebanyak 4.368 unit dan
kebutuhan ruang 137,60 Ha, tahun 2035 kebutuhan permukiman
sebanyak 6.129 unit dan kebutuhan ruangnya 193,07 ha,dan pada tahun
97
2040 kebutuhan permukiman sebanyak 8.625 unit dan kebutuhan
ruangnya 271,68 Ha.
2) Sarana Pendidikan
Faslilitas pendidikan yang ada di Kecamatan Pattalassang yaitu
TK, SD dan SMA. Pemenuhan pelayanan pendidikan di kawasan
Perencanaan untuk 20 tahun kedepan yaitu tahun 2040 perlu
peningkatan kualitas dengan memenuhi kebutuhan fasilitas dengan
melakukan proyeksi dengan memperhatikan Standar Nasional
Indonesia (SNI), sebagaimana pada tabel berikut:
Tabel 3.33
Kebutuhan Sarana Pendidikan di Kawasan Perencaanaan
Tahun 2040
Ketentuan SNI
1 2040 43.124
SMP/MTs 4.800 9.000 - 9 81000
Jumlah 10 70 242.000
98
Dari tabel diatas, dapat kita lihat bahwa pemenuhan kebutuhan
fasilitas pendidikan di kawasan perencanaan hingga 2040 diperlukan
adanya penambahan fasilitas pendidikan, baik itu dari tingak
TK,SD,SMP/MTs, hingga ke jenjang SMA/MAN/SMK karena seiring
dengan peningkatan jumlah penduuduk per tahunnya. Jumlah penduduk
hingga akhir tahun 2040 berujumlah 43.124 jiwa dengan kebutuhan
fasilitas pendidikan hingga akhir tahun 2040 sebanyak 70 unit dan
kebutuhan ruang keseluruhan sebesar 242.000 m2 atau 24,2 Ha.
3) Sarana Kesehatan
Kebutuhan sarana kesehatan dibutuhkan untuk upaya memenuhi
pelayanan kesehatan masyarakat yang ditentukan oleh jumlah dan
kualitas pelayanan kesehatan untuk memenuhi hal tersebut maka
dilakukan proyeksi hingga tahun 2040 sebagaimana pada tabel berikut:
Tabel 3.34
Kebutuhan Sarana Kesehatan di Kawasan Perencanaan
Tahun 2040
Ketentuan
Jumlah Luas Kebutuhan
No Tahun Fasilitas Penduduk Eksisting Kebutuhan
Penduduk lahan Ruang (m²)
Kesehatan Pendukung
(m²)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Posyandu 1.250 60 - 35 2100
Balai
Pengobatan 2.500 300 - 18 5400
Warga
BKIA / Klinik
30.000 3.000 - 2 6000
Bersalin
1 2040 43.124 Puskesmas
30.000 300 1 1 300
Pembantu
Puskesmas 120.000 1.000 1 - -
Tempat
Praktek 5.000 - -
Dokter
Apotek 30.000 250 2 - -
Jumlah 4 56 13.800
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2021
99
Dari tabel diatas, menunjukkan bahwa pemenuhan kebutuhan
fasilitas kesehatan hingga akhir tahun 2040 memerlukan penambahan
fasilitas untuk setiap lingkungan di kawasan perencanaan dengan
jumlah kebutuhan keseluruhan sebanyak 56 unit dan kebutuhan ruang
13.800 m² atau 1,38 Ha.
4) Sarana Peribadatan
Upaya untuk memenuhi kebutuhan rohani masyarakat maka
diperlukan fasilitas peribadatan, dalam pemenuhan kebutuhan fasilitas
peribadatan yang seiring bertambahnya peningkatan jumlah penduduk.
Di kawasan perencanaan untuk pemenuhan kebutuhan fasilitas
peribadatan dilakukan proyeksi dengan melihat kondisi eksisting yang
mengacu pada SNI (Standar Nasional Indonesia). Sebagaimana pada
tabel berikut :
Tabel 3.35
Kebutuhan Sarana Peribadatan
Di Kawasan Perencanaan tahun 2040
Ketentuan
Jumlah
Fasilitas Penduduk Luas Eksistin Kebutuha Kebutuhan
No Tahun Pendudu
Peribadata Pendukun lahan g n Ruang (m²)
k
n g (m²)
100
Dari tabel diatas, menunjukkan bahwa pemenuhan kebutuhan
fasilitas peribadatan hingga tahun 2040 yakni masjid dan mushollah
hanya perlu penambahan mushollah sebanyak 173 unit dan kebutuhan
ruang 17.300 m² seiring dengan peningkatan jumlah penduduk hingga
akhir tahun 2040.
Pusat Pertokoan
1 2040 43.124
+ Pasar 30.000 10.000 6 - -
lingkungan
Jumlah 187 - -
101
6) Ruang Terbuka, Taman, dan Olahraga
Ruang terbuka merupakan komponen berwawasan lingkungan,
yang mempunyai arti sebagai suatu lansekap, hardscape, taman atau
ruang rekreasi dalam lingkup urban. Peran dan fungsi Ruang Terbuka
Hijau (RTH) ditetapkan dalam Instruksi Mendagri no. 4 tahun 1988,
yang menyatakan "Ruang terbuka hijau yang populasinya didominasi
oleh penghijauan baik secara alamiah atau budidaya tanaman, dalam
pemanfataan dan fungsinya adalah sebagai areal berlangsungnya fungsi
ekologis dan penyangga kehidupan wilayah perkotaan. Berikut adalah
kebutuhan sarana ruang terbuka, taman dan lapangan olahraga di
kawasan perencanaan selama 20 tahun kedepan yaitu :
Tabel 3.37
Kebutuhan Sarana Ruang Terbuka, Taman dan Lapangan Olahraga di Kawaan
Perencanaan Tahun 2040
Ketentuan
Jumlah
Tahu Penduduk Luas Eksistin Kebutuha Kebutuhan
No Pendudu Jenis
n Pendukun lahan g n Ruang (m²)
k Sarana
g (m²)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Taman/
Tempat 2.500 250 - 18 4.500
Main
Taman dan
1 2040 43.124
Lapangan 30.000 9.000 2 - -
Olahraga
Pemakama
120.000 2 - -
n Umum
Jumlah 4 18 4500
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2021
102
Berdasarkan tabel diatas,dapat diketahui bahwa pada tahun 2040
yang akan datang,untuk sarana taman/tempat main masih
membutuhkan 18 unit dan kebutuhan ruangnya 4.500 m2 atau 0,45 Ha,
b. Analisis Prasarana
1) Jaringan Telekomunikasi
Salah satu sarana perhubungan atau komunikasi adalah telepon.
Mengingat pentingnya prasarana ini serta mempertimbangkan
perkembangan wilayah Perencanaan pada masa yang akan datang,
maka diperlukan peningkatan pelayanan prasarana telekomunikasi.
Salah satu alternatif dalam peningkatan pelayanan prasarana
telekomunikasi di Kecamatan Pattalassang adalah dengan
mengembangkan BTS (Based Tranceiver Station). Untuk
memperkirakan kebutuhan telepon di Kecamatan Bangkala Barat akan
digunakan asumsi sebagai berikut:
a) Kebutuhan telepon untuk rumah tipe besar dengan target
pelayanan 80%.
b) Kebutuhan untuk tipe rumah tipe Sedang dan Kecil dengan
target pelayanan 20%.
c) Kebutuhan telepon untuk kegiatan sosial ekonomi sebesar
30% dari total kebutuhan domestik.
d) Kebutuhan telepon untuk telepon umum sebesar 10% dari total
kebutuhan domestik.
Kemajuan teknologi menciptakan satu inovasi baru yang
memudahkan seseorang untuk melakukan komunikasi tanpa terbatas
oleh dimensi spasial yang berbeda. Telepon merupakan sarana yang
penting dalam mengatasi keterbatasan berhubungan dengan wilayah
yang berbeda. Untuk mendukung sarana tersebut perlu direncanakan
suatu jaringan telekomunikasi yang baik dalam hal kuantitas, kualitas
dan distribusinya. Jaringan telekomunikasi merupakan salah satu
infrastruktur yang memiliki arti penting dalam mendukung kehidupan,
103
keberlangsungan dan pertumbuhan ekonomi dan sosial suatu
masyarakat atau komunitas. Arti penting tersebut antara lain sebagai
salah satu stimulan dan indikator pertumbuhan wilayah. Jaringan
telekomunikasi juga memiliki peranan penting dalam pengembangan
kualitas masyarakat, terutama dalam segi sosial dan kebudayaan.
Seiring dengan perkembangan setiap wilayah, kapasitas yang ada
masih terbatas. Umumnya jaringan telekomunikasi tersebut terdapat
pada fasilitas perkantoran, perdagangan dan jasa serta sebagian
lingkungan perumahan. Untuk memenuhi kebutuhan layanan telepon,
perlu ditambah kapasitas layanan dengan mempertimbangkan laju
pertumbuhan penduduk, meningkatnya taraf pendapatan masyarakat
dan kebutuhan akan informasi dan komunikasi. Pada Kecamatan
Pattalassang prasarana telepon kabel telah tersebar di setiap Desa.
Untuk mengantisipasi kebutuhan akan telekomunikasi di masa yang
akan datang, perlu dilakukan proyeksi guna mengetahui perkiraan
kebutuhan sambungan telepon. Sebagai dasar perkiraan kebutuhan
sambungan telepon digunakan pendekatan sebagai berikut :
A) kebutuhan sambungan telepon untuk kebutuhan domestik dilakukan
berdasarkan proyeksi kebutuhan rumah.
B) Kebutuhan Domestik, kebutuhan untuk rumah skala besar target
pelayananya adalah 80%, kebutuhan rumah tipe sedang dan kecil
target pelayanannya adalah 20%.
C) Kebutuhan Non Domestik, kebutuhan Non Domestik terdiri dari
kebutuhan untuk kegiatan sosial ekonomi sebesar 30% dan
kebutuhan telepon umum sebesar 10% dari kebutuhan domestik.
104
Tabel 3.38
Proyeksi Kebutuhan Prasarana Jaringan Telekomunikasi di
Kecamatan Pattalassang Tahun 2025 – 2040
1 Kebutuhan Domestik
Rumah Besar (80%) 250 350 490 690
Rumah Sedang & Kecil (20%) 562 786 772 1.552
Jumlah Kebutuhan Domestik 811 1.136 1.263 2.242
2 Kebutuhan Non Domestik
Kegiatan Sosial & Ekonomi (30 243 341 379 673
%)
Telepon Umum (10%) 81 114 126 224
Jumlah Kebutuhan Non Domestik 324 454 505 897
Total Kebutuhan 1.136 1.590 1.768 3.139
Sumber : hasil analisis 2021
Hasil analisis menunjukan bahwa kebutuhan jaringan telepon di
Kecamatan Pattalassang sampai akhir tahun perencanaan 2040
membutuhkan saluran telepon sebanyak 3.139 unit yang terdiri dari
2.242 unit untuk kebutuhan domestik dan 897 untuk kebutuhan non
domestik.
2) Jaringan Persampahan
Untuk Kecamatan Pattalassang kedepannya perlu adanya
perbaikan akan tempat buang sampah yang lebih memadai dan sesuai
standar perkotaan pada umumnya, serta adanya penambahan untuk
armada angkutan persampahan supaya semua sampah baik dari rumah
tangga maupun sampah umum hasil aktivitas perkotaan dapat terangkut
dengan cepat dan tepat. Untuk mengetahui proyeksi produksi sampah
dan kebutuhan prasarana persampahan di Kecamatan Pattalassang
digunakan asumsi sebagai berikut:
a) Standar produksi sampah 3 liter/orang/hari.
105
b) Kebutuhan gerobak sampah 2 m3, sedangkan jumlah
kebutuhannya dihitung berdasarkan total produksi sampah
yang dihasilkan perharinya.
c) Kebutuhan bak sampah kecil 6 m3, sedangkan jumlah
kebutuhannya dihitung berdasarkan total produksi sampah
yang dihasilkan perharinya.
d) Kebutuhan bak sampah besar 12 m3, sedangkan jumlah
kebutuhannya dihitung berdasarkan total produksi sampah
yang dihasilkan perharinya.
e) Kebutuhan TPS Kontainer Besi 10 m3, sedangkan jumlah
kebutuhannya dihitung berdasarkan total produksi sampah
yang dihasilkan perharinya.
f) Kebutuhan Truk Terbuka 7 m3, sedangkan jumlah
kebutuhannya dihitung berdasarkan total produksi sampah
yang dihasilkan perharinya, dengan asumsi pengangkutan
sampah sebanyak 3 ritt/hari yaitu pada pagi hari, siang dan
sore.
g) Kebutuhan Dump Truck 8 m3, sedangkan jumlah
kebutuhannya dihitung berdasarkan total produksi sampah
yang dihasilkan perharinya, dengan asumsi pengangkutan
sampah sebanyak 3 ritt/hari yaitu pada pagi hari, siang dan
sore.
h) Kebutuhan Arm-Roll Truck 10 m3, sedangkan jumlah
kebutuhannya dihitung berdasarkan total produksi sampah
yang dihasilkan perharinya, dengan asumsi pengangkutan
sampah sebanyak 3 ritt/hari yaitu pada pagi hari, siang dan
sore.
Sampah adalah suatu produk atau hasil dari kegiatan manusia dan
alam yang tanpa pengolahan tertentu menjadi tidak berguna dan dapat
menurunkan tingkat kesehatan lingkungan. Untuk mengetahui proyeksi
timbulan sampah di Kecamatan Pattalassang, maka data yang
106
digunakan adalah data jumlah penduduk berdasarkan hasil proyeksi
hingga tahun 2040. Kegiatan pengelolaan persampahan ditujukan untuk
mengendalikan pengumpulan dan pembuangan atau penumpukan
sampah untuk menghasilkan lingkungan yang bersih, sehat dan aman.
Kegiatan pengelolaan dan penanganan persampahan dilakukan di
daerah permukiman, perdagangan dan jasa, pendidikan, industri, dan
sarana umum dan lain-lain.
Untuk lebih jelasnya mengenai seberapa besar kebutuhan
prasarana persampahan pada masa yang akan datang, maka dapat
dianalisis berdasarkan hasil proyeksi produksi sampah dan prasarana
penunjang persampahan di Kecamatan Pattalassang pada tahun 2040
yang dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3.39
Proyeksi Kebutuhan Prasarana Jaringan Persampahan di Kecamatan
Pattalassang Tahun 2025 – 2040
No Keterangan Satuan 2025 2030 2035 2040
1 Jumlah Penduduk Jiwa 15.601 21.842 30.646 43.124
2 Jumlah Rumah Tangga KK 3.120 4.368 6.129 8.625
3 Standar Produksi Sampah M3/org/hari 0,3
4 Produksi Sampah M3/hari 4.680 6.552 9.194 12.937
5 Kebutuhan Gerobak 2 M3 2.340 3.276 4.597 6.469
Sampah
6 Kebutuhan Bak Sampah 6 M3 780 1.092 1.532 2.156
Kecil
7 Kebutuhan Bak Sampah 12 M3 390 546 766 1.078
Besar
8 TPS Kontainer Besi 10 M3 468 655 919 1.294
9 Truk Terbuka 7 M3 669 936 1.313 1.848
10 Dump – Truck 8 M3 585 819 1.149 1.617
11 Arm – Roll Truck 10 M3 468 655 919 1.294
Sumber : Hasil Analisis 2021
107
Hasil analisis menunjukan bahwa kebutuhan prasarana
persampahan di Kecamatan Pattalassang sampai akhir tahun
perencanaan 2040 terdiri dari 6.469 gerobak sampah, 2.156 bak sampah
kecil, 1.078 bak sampah besar, 1.294 TPS Kontainer Besi, 1.848 unit
truk terbuka, 1.671 unit dump-truck, dan 1.294 unit arm-roll truck.
Tabel 3.40
Proyeksi Kebutuhan Prasarana Air Bersih di Kecamatan
Pattalassang Tahun 2025 – 2040
No Keterangan Satuan 2025 2030 2035 2040
I. Kebutuhan Domestik
1 Jumlah Penduduk Jiwa 15.601 21.842 30.646 43.124
2 Unit Rumah Asumsi (Jiwa) 3120 4368 6129 8625
3 Sambungan Rumah (150 Ltr) Liter/Orang/Hari 468.030 655.260 919.380 1.293.720
4 Hidran Umum (30 Ltr) Liter/Orang/Hari 93.606 131.052 183.876 258.744
5 Sambungan Rumah (70 %) Liter/Hari 2.184 15.289,4 21.452,2 30.186,8
6 Hidran Umum (30 %) Liter/Hari 936 1.311 1.839 2.587
Jumlah Kebutuhan Domestik Liter/Hari 561.636 786.312 1.103.256 1.552.464
108
No Keterangan Satuan 2025 2030 2035 2040
Kehilangan (20 %) Liter/Hari 134.793 188.715 264.781 372.591
D + ND Liter/Hari 673.963 943.574 1.323.907 1.862.957
II. Kebutuhan Non Domestik (20% Liter/Hari 112.327 157.262 220.651 310.493
dari Kebutuhan Domestik)
III. Total Kebutuhan / hari Liter/Hari 808.756 1.132.289 1.588.689 2.235.548
IV. Konversi (m3/ hr) Liter/Hari 809 1132 1589 2236
4) Jaringan Drainase
Penanganan permasalahan sistem drainase harus dilihat secara
keseluruhan wilayah perencanaan sebab buangan air hujan dan kotor
tidak dapat diselesaikan secara parsial saja. Berkaitan dengan rencana
pengembangan sistem drainase dapat diidentifikasikan masalah dan
potensinya yaitu, wilayah ini merupakan daerah dengan topografi datar,
tidak berfungsinya beberapa saluran drainase serta dimensi saluran
drainase tidak memperhatikan kondisi fisik kawasan dan sistem
jaringan yang ada. Di Kawasan perencanaan ini luas kawasan terbangun
masih kecil sehingga daerah resapan air masih sangat luas serta adanya
sungai sebagai saluran drainase primer. Serta di masalah-masalah lain
dari drainase di Kawasan perencanaan ini yaitu drainase yang belum
terpola sehingga pada saat musim hujan bisa mengakibatkan banjir. Di
Kecamatan Pattalassang sebelumnya sudah ada drainase yang terletak
di jalan provinsi, namun karena ada pelebaran jalan sehingga drainase
itu sudah tidak ada.
109
Pengembangan jaringan drainase di wilayah perencanaan
selain berfungsi sebagai pengaliran air hujan juga untuk saluran
buangan limbah rumah tangga. Pola pengembangan jaringan drainase
akan mengikuti pola jaringan jalan yang ada pada sisi kiri dan
kanan. Besaran atau volume drainase menyesuaikan pada klasifikasi
atau hirarki masing-masing jaringan, dengan asumsi sebagai berikut :
a) Drainase Primer, mengikuti jaringan jalan utama (arteri)
dan memfungsikan sungai sebagai saluran pembuangan
utama dan memanfaatkan potensi sungai yang ada
b) Drainase Sekunder, yaitu jaringan drainase yang bermuara
pada drainase primer, penempatan jaringan pada kedua sisi
jalan utama dan kolektor.
c) Drainase tersier, yaitu drainase yang bermuara pada
drainase sekunder dan berhubungan langsung pada saluran
pembuangan rumah tangga. Penempatan jaringan diarahkan
pada kedua sisi jalan kolektor sekunder dan jalan lokal.
Strategi pengembangan sistem drainase diarahkan pada
konsentrasi kawasan terbangun dalam rangka menjamin kualitas
lingkungan permukiman. Arahan pengembangan yang dimaksud
adalah peningkatan kualitas konstruksi jaringan drainase dan
pembangunan jaringan drainase yang sejalan dengan konsep
pengembangan jalan kota. Konsep drainase yang selama ini
dikembangkan adalah bagaimana mengalirkan air hujan ke masing-
masing drainase yang ada untuk menghindarkan terjadinya genangan di
kawasan-kawasan terbangun.
110
5) Jaringan Listrik
Berdasarkan tingkat pelayanan eksisting, prasarana listrik oleh
PLN untuk Kecamatan Pattalassang sudah seluruhnya terlayani.
Sumber kebutuhan energi listrik di Kecamatan Pattalassang antara lain
untuk keperluan domestik dan non domestik. Untuk keperluan
domestik, kebutuhan energi listrik dibedakan berdasarkan tipe
rumahnya, dengan asumsi bahwa semakin besar tipe rumah, kebutuhan
listriknya akan besar pula demikian pula sebaliknya. Standar yang
digunakan dalam perhitungan kebutuhan energi listrik domestik dan
non domestik di Kecamatan Bangkala Barat yaitu:
a) Rumah tipe kecil, daya yang disalurkan sebesar 900 watt tiap
rumah.
b) Rumah tipe sedang, daya yang disalurkan sebesar 1.300 watt tiap
rumah.
c) Rumah tipe besar, daya yang disalurkan sebesar 2.200 watt tiap
rumah.
Untuk pelayanan umum maka dipertimbangkan pula penerangan
jalan umum sebesar 10% dan fasilitas sosial ekonomi 20% dari total
kebutuhan domestik. Besarnya kebutuhan energi listrik pada dasarnya
adalah berbeda-beda untuk setiap jenis kegiatan. Dalam hal ini,
kebutuhan listrik dalam standar perencanaan prasarana listrik yang
digunakan untuk melakukan proyeksi di Kecamatan Pattalassang
hingga tahun 2040 dibagi menjadi :
a) Kebutuhan Domestik. Kebutuhan domestik atau kebutuhan listrik
untuk rumah tangga diklasifikasikan atas jenis persil di kawasan
perencanaan, meliputi :
• Perumahan besar : kebutuhan listrik adalah 2.200 watt/KK;
• Perumahan sedang : kebutuhan listrik adalah 1.300 watt/KK;
• Perumahan kecil : kebutuhan listrik adalah 900 watt/KK.
b) Kebutuhan Non Domestik. Kebutuhan non domestik terdiri dari
kegiatan sosial, ekonomi dan pelayanan umum seperti
111
pendidikan, kesehatan, peribadatan, perdagangan, pos hansip,
balai pertemuan, penerangan jalan dan lain-lain. Total kebutuhan
listrik untuk seluruh kegiatan tersebut adalah 30% dari kebutuhan
rumah tangga.
Kecamatan Pattalassang sampai tahun 2040 menggunakan
metode alamiah sebanyak 8.625 KK agar dapat melayani kebutuhan
listrik domestik sebesar 15.524.640 watt dan non domestik sebesar
4.657.392 watt.. Untuk lebih jelasnya da7at dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.41
Proyeksi Kebutuhan Prasarana Jaringan Listrik di Kecamatan
Pattalassang Tahun 2025 – 2040
NO Tipe Asumsi 2025 Kebutuhan 2030 Kebutuhan 2035 Kebutuhan 2040 Kebutuhan
Rumah Rumah Rumah Rumah Rumah
KK Listrik KK Listrik KK Listrik KK Listrik
(Watt) (Watt) (Watt) (Watt)
I. Kebutuhan Domestik
1 Tipe 900 312 280.818 437 393.156 613 551.628 862 776.232
Kecil
2 Tipe 1300 936 1.216.878 1311 1.703.676 1839 2.390.388 2587 3.363.672
Sedang
3 Tipe 2200 1872 4.118.664 2621 5.766.288 3678 8.090.544 5175 11.384.736
Besar
Jumlah 3.120 5.616.360 4.368 7.863.120 6.129 11.032.560 8.625 15.524.640
II. Kebutuhan Non Domestik
1 Fasilitas Sosial 1.123.272 1.572.624 2.206.512 3.104.928
Ekonomi (20%)
2 Penerangan 561.636 786.312 1.103.256 1.552.464
Jalan (10%)
Jumlah 1.684.908 2.358.936 3.309.768 4.657.392
Sumber : Hasil Analisis 2021
112
6) Jaringan Limbah
Saat ini pengelolaan air limbah domestik dilakukan dengan
sistem setempat/on-site, baik secara individu maupun komunal. Limbah
yang dikelola hanya limbah yang berasal dari WC (black water), yaitu
untuk rumah menengah ke atas dengan menggunakan tangki septik,
sedangkan untuk yang menengah ke bawah masih menggunakan
cubluk, sedangkan penduduk yang belum memiliki fasilitas sanitasi
masih membuang langsung ke badan air/drainase. Kawasan-kawasan
permukiman dan sektor kegiatan yang tumbuh di Kecamatan
Pattalassang pada umumnya pembuangan air limbah dilakukan
langsung ke saluran-saluran air yang bermuara pada sungai-sungai atau
laut. Pembuangan air limbah baik yang bersumber dari kegiatan
domestik (rumah tangga) tersebut ke badan air dapat menyebabkan
pencemaran lingkungan apabila kualitas air limbah tidak memenuhi
baku mutu limbah. Dari hasil analisis kebutuhan prasarana limbah pada
20 tahun yang akan datang di Kecamatan Pattalassang dimana
kebutuhan akan prasarana air limbah tahun 2040 dibutuhkan 1 MCK =
100 jiwa sesuai standar yang berlaku, dan banyak lainnya lagi prasarana
limbah yang dibutuhkan di Kecamatan Pattalassang pada 20 tahun
yang akan datang sebagai penunjang kebutuhan kawasan
pengembangan wilayah. IPAL di arahkan di jalan lingkungan (median
jalan) dengan 50 kk per ipal komunal.
Kebutuhan prasarana limbah akan selalu bertambah padat tiap
tahunnya karena dilihat dari pertumbuhan penduduk dan kebutuhan
akan prasarana limbah tersebut kedepannya. Untuk kebutuhan mobil
tinja untuk 20 tahun yang akan datang masih termasuk dalam kategori
memadai. Hal-hal yang yang harus diperhatikan saat pembangunan
septic tank agar tidak mencemari air dan tanah sekitarnya adalah :
• Jarak minimal dari sumur air bersih sekurangnya 10 m;
113
• Untuk membuang air keluaran dari septic tank perlu dibuat
daerah resapan dengan lantai septic tank dibuat miring kearah
ruang lumpur;
• Septic tank direncanakan utuk pembuangan kotoran rumah
tangga dengan jumlah air limbah antara 70-90 % dari volume
penggunaan air bersih;
• Waktu tinggal air limbah didalam tangki diperkirakan minimal
24 jam;
• Besarnya ruang lumpur diperkirakan untuk dapat menampung
lumpur yang dihasilkan setiap orang rata-rata 30-40
liter/orang/tahun dan waktu pengambilan lumpur
diperhitungkan 2-4 tahun;
• Pipa air masuk kedalam tangki hendaknya selalu lebih tinggi
kurang lebih 2.5 cm dari pipa air keluar; dan
• Septic tank harus dilengkapi dengan lubang pemeriksaan dan
lubang penghawaan untuk membuang gas hasil penguraian.
Lingkungan permukiman harus dilengkapi jaringan air limbah
sesuai ketentuan dan persyaratan teknis yang diatur dalam peraturan
perundangan yang telah berlaku. Berikut akan disajikan proyeksi
kebutuhan prasarana limbah di Kecamatan Pattalassang tahun
perencanaan 2025 sampai dengan 2040.
Tabel 3.42
Proyeksi Kebutuhan Prasarana Jaringan Limbah di Kecamatan
Pattalassang Tahun 2025 – 2040
NO Keterangan Satuan 2025 2030 2035 2040
1 Jumlah Penduduk Jiwa 15.601 21.842 30.646 43.124
2 Jumlah Rumah Tangga KK 3.120 4.368 6.129 8.625
3 Penduduk Yang Terlayani Septic Asumsi Terlayani 13.261 18.566 26.049 36.655
Tank 85%
4 Penduduk Yang Terlayani MCK Asumsi Terlayani 2.340 3.276 4.597 6.469
15%
5 Kebutuhan Septic Tank Untuk Unit (1 Septic Tank = 3.120 4.368 6.129 8625
Keluarga 1 KK)
114
NO Keterangan Satuan 2025 2030 2035 2040
6 Kebutuhan MCK Unit (1 MCK = 100 23 33 46 65
Jiwa)
7 Lumpur Tinja Domestik Yang lt/hari (30 lt x jlh 1.282 1.795 2.519 3.544
Dihasilkan pddk)/365 Hari
8 Lumpur Non Tinja lt/hari (20% Tinja) 256 359 504 709
9 Total Jumlah Lumpur lt/hari 1.539 2.154 3.023 4.253
10 Kebutuhan Mobil Tinja Unit (Kapasitas 4 M3) 1 1 1 1
Sumber : Hasil Analisis 2021
115
semua pipa air kotor harus merupakan saluran tertutup di dalam tanah
agar tidak menimbulkan wabah penyakit dan bau tak sedap. Dibawah
lantai, semua pipa sanitasi diberi lobang control, yang sewaktu-waktu
dapat dibuka bila terjadi kemacetan.
a. Kelembagaan Pemerintah
1) Lembaga Desa/Kelurahan
Kelurahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf
h mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan,
pemberdayaan dan pelayanan masyarakat serta ketenteraman dan
ketertiban umum serta lingkungan hidup dalam satu wilayah
Kelurahan yang berada di wilayah kerja Kelurahan. Kelurahan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh Lurah yang
berada di bawah dan bertangggungjawab kepada Camat. Fungsi
kelurahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 17 sebagai berikut:
• Pelaksanaan program dan kegiatan pemerintahan Kelurahan;
• Pelaksanaan program dan kegiatan pemberdayaan masyarakat
• Penyelenggaraan pelayanan masyarakat;
• Penyelenggaraan dan pembinaan ketenteraman, ketertiban dan
lingkungan hidup;
• Pelaksanaan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan
umum;
• Penyelenggaraan administrasi kependudukan;
• Pelaksanaan pembinaan dan fasilitasi peningkatan
pertumbuhan ekonomi masyarakat;
• Penyusunan dan sinkronisasi usulan program dan kegiatan
pembangunan dan kemasyarakatan;
116
• Pembinaan lembaga sosial kemasyarakatan dan swadaya
gotong royong masyarakat;
• Pelaksanaan monitoring, evaluasi, pengendalian dan
pelaporan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan
fungsi;dan
• Pelaksanaan tugas lainnya yang diberikan oleh
pimpinan/atasan sesuai dengan tugas dan fungsinya.
b. Kelembagaan Masyarakat
117
2) PKK (Pembinaan Kesejahteraan Keluarga)
PKK adalah organisasi kemasyarakatan yang memberdayakan
wanita untuk turut berpartisipasi dalam pembangunan Indonesia.
Gerakan PKK merupakan Gerakan Nasional dalam pembangunan
masyarakat yang tumbuh dari bawah, yang pengelolaannya dari,
oleh dan untuk masyarakat. Pemberdayaan Keluarga meliputi segala
upaya Bimbingan, Pembinaan dan Pemberdayaan agar keluarga
dapat hidup sejahtera, maju dan mandiri.
3) Karang Taruna
Karang Taruna adalah organisasi sosial kemasyarakatan
sebagai wadah dan sarana pengembangan setiap anggota masyarakat
yang tumbuh dan berkembang atas dasar kesadaran dan tanggung
jawab sosial dari, oleh dan untuk masyarakat terutama generasi
muda di wilayah desa/kelurahan terutama bergerak dibidang usaha
kesejahteraan sosial.
4) RT
Rukun Tetangga, untuk selanjutnya disingkat RT atau sebutan
lainnya adalah lembaga yang dibentuk melalui musyawarah
masyarakat setempat dalam rangka pelayanan pemerintahan dan
kemasyarakatan yang ditetapkan oleh Pemerintah Desa atau Lurah.
5) RW
Rukun Warga, untuk selanjutnya disingkat RW atau sebutan
lainnya adalah bagian dari kerja lurah dan merupakan lembaga yang
dibentuk melalui musyawarah pengurus RT di wilayah kerjanya
yang ditetapkan oleh Pemerintah Desa atau Lurah.
6) Lembaga Adat
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun
2007 Tentang Pedoman Penataan Lembaga Kemasyarakatan,
Lembaga Adat adalah Lembaga Kemasyarakatan baik yang sengaja
118
dibentuk maupun yang secara wajar telah tumbuh dan berkembang
di dalam sejarah masyarakat atau dalam suatu masyarakat hukum
adat tertentu dengan wilayah hukum dan ha katas harta kekayaan di
dalam hukum adat tersebut, serta berhak dan berwenang untuk
mengatur, mengurus dan menyelesaikan berbagai permasalahan
kehidupan yang berkaitan dengan dan mengacu pada adat istiadat
dan hukum adat yang berlaku.
7) BUMDES
Pasal 1 angka 6 UU Desa menyebutkan BUMDes adalah
badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki
oleh desa melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari
kekayaan desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan,
dan usaha lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat
desa
8) Kelompok Nelayan
Nelayan atau kelompok nelayan sesuai UU No 9 tahun 1985
adalah perorangan atau badan hukum yang melakukan usaha
perikanan yang mencakup, menangkap, membudidayakan,
mendinginkan atau mengawetkan ikan dengan tujuan komersial.
9) Kelompok Tani
Kelompok tani merupakan suatu wadah bagi para petani/
peternak untuk berkumpul, bertukar pikiran, dan bekerjasama dalam
mengembangkan usaha tani di desa. Kelompok tani dibentuk
berdasarkan surat keputusan Kepala Desa, guna meningkatkan
sektor pertanian desa melalui swadaya masyarakat. Kelompok tani
ini dibuat dan dikembangkan oleh masyarakat sesuai dengan minat
dan tujuan bersama dalam mengembangkan usahanya masing-
masing.
119
13. Analisis Pembiayaan Pembangunan
Pembiayaan adalah sumber-sumber penerimaan dan pengeluaran
daerah yang dimaksudkan untuk menutup defisit anggaran atau sebagai
alokasi surplus anggaran. Pembiayaan dikelompokkan menurut sumber-
sumber pembiayaan, yaitu sumber penerimaan daerah dan sumber
pengeluaran daerah.
Analisis pembiayaan pembangunan dilakukan untuk mengidentifikasi
besar pembelanjaan pembangunan, alokasi dana terpakai, dan sumber-
sumber pembiayaan pembangunan yang terdiri dari :
a. pendapatan asli daerah;
b. pendanaan oleh pemerintah;
c. pendanaan dari pemerintah provinsi;
d. investasi swasta dan masyarakat;
e. bantuan dan pinjaman luar negeri; dan
f. sumber-sumber pembiayaan lainnya
Tabel 3.43
Pendapat Asli Daerah
PENDAPATAN ASLI DAERAH JUMLAH
Pendapatan pajak daerah 107.179.635.430,00
Hasil retribusi daerah 37.760.816.511,00
Hasil pengelolaan kekayaan daerah 5.020.000.000,00
yang dipisahkan
Lain-lain pendapatan asli daerah yang 48.522.152.395,00
sah
Total 48.522.152.395,00
120
Oleh sebab itu Kabupaten Gowa perlu meningkatkan penerimaan
khususnya dari Pendapatan Asli Daerah sehingga dapat meningkatkan
kemampuan keuangannya dan menciptakan kemandirian fiscal bagi
kabupaten Gowa. Disisi lain pemerintah juga perliu pembanguan, sehingga
kedepannya dapat memberikan kontribusi besar bagi masyarakat dalam
upaya meningkatkan pemerataan pekerjaan, peningkatan
pendapatan/penghasilan serta meningkatkan kesejahteraannya.
121
Peta 3.14
Peta Erosi Kawasan Perencanaan
122
Peta 3.15
Peta Rawan Bencana Kawasan Perencanaan
123
15. Analisis SKL (Satuan Kemampuan Lahan)
Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) merupakan metode analisis
untuk mengetahui nilai kemampuan lahan yang kemudian menghasilkan
Peta Kemampuan Lahan.
a. SKL Morfologi
SKL Morfologi bertujuan melakukan pemilahan dan
mengetahui potensi kendala masing-masing tingkatan kemampuan
lahan terhadap morfologi. Adapun SKL Morfologi pada kawasan
perencanaan adalah sebagai berikut.
Tabel 3.44
SKL Morfologi Kawasan Perencanaan
No. SKL Morfologi Luas (Ha) %
124
Tabel 3.45
SKL Kemudahan Dikerjakan Kawasan Perencanaan
No. SKL Kemudahan Dikerjakan Luas (Ha) %
125
Berdasarkan hasil analisis maka dapat diketahui bahwa SKL
kestabilan lereng di Kawasan Perencanaan terdiri dari SKL
Kestabilan Lereng Tinggi, SKL Kestabilan Lereng Cukup, SKL
Kestabilan Lereng Sedang, SKL Kestabilan Lereng Kurang, dan
SKL Kestabilan Lereng Rendah. Dengan kestabilan lereng paling
tinggi yaitu oleh kestabilan lereng tinggi dengan persentase 38%
Tabel 3.47
SKL Kestabilan Pondasi Kawasan Perencanaan
No. SKL Kestabilan Pondasi Luas (Ha) %
1. Kestabilan Pondasi Sedang 20.57 64
2. Kestabilan Pondasi Cukup 11.02 36
Total 31,59 100
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2021
126
Tabel 3.48
SKL Ketersediaan Air Kawasan Perencanaan
No. SKL Morfologi Luas (Ha) %
1. Ketersediaan Air Cukup 2167 100
Total 2167 100
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2021
127
Tabel 3.49
SKL Terhadap Erosi Kawasan Perencanaan
Total 100
1126.39
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2021
Total 100
2167
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2021
128
i. SKL Analisis Kemampuan Lahan
Kemampuan lahan adalah karakteristik lahan yang mencakup
sifat-sifat tanah, topografi, drainase, dan kondisi lingkungan hidup
lain untuk mendukung kehidupan atau kegiatan pada suatu hamparan
lahan. Sedangkan daya dukung lingkungan adalah kemampuan
lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia dan
makhluk hidup lain. Adapun hasil analisis kemampuan lahan
Kecamatan Pattallassang adalah sebagai berikut.
Tabel 3.51
SKL Analisis Kemampuan Lahan Kawasan Perencanaan
No. Kemampuan Lahan Luas (Ha) %
1. Kemampuan Pengembangan Agak Tinggi 701.85 73
2. Kemampuan Pengembangan Sedang 266.27 27
Total 968.12 100
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2021
129
Peta 3.16
Peta Morfologi Kawasan Perencanaan
130
Peta 3.17
Peta Kemudahan Dikerjakan Kawasan Perencanaan
131
Peta 3.18
Peta Kemiringan Lereng Kawasan Perencanaan
132
Peta 3.19
Peta Kestabilan Pondasi Kawasan Perencanaan
133
Peta 3.20
Peta Ketersediaan Air Kawasan Perencanaan
134
Peta 3.20
Peta Drainase Kawasan Perencanaan
135
Peta 3.21
Peta Erosi Kawasan Perencanaan
136
Peta 3.22
Peta Rawan Bencana Kawasan Perencanaan
137
Peta 3.23
Peta SKL Kawasan Perencanaan
138
BAB IV
RENCANA
A. Struktur Ruang
1. Pembagian Sub-BWP
Pembagian sistem pusat pelayanan di Kawasan Perencanaan
Kecamatan Pattallassang terdiri dari 3 (tiga) sub pusat pelayanan atau Sub
BWP yang terdiri dari Sub BWP I, Sub BWP II, dan Sub BWP III. Adapun
fungsi kegiatan dominan masing-masing yaitu sebagai berikut:
a. Sub BWP I
Sub BWP I di Kawasan Perencanaan ditetapkan di Desa
Pattallassang dengan fungsi dominan sebagai pusat pemerintahan
kecamatan, perdagangan dan jasa skala kota, permukiman tingkat tinggi,
sosial (kesehatan, pendidikan, peribadatan) yang melayani seluruh wilayah
kawasan perencanaan.
b. Sub BWP II
Sub BWP II di Kawasan Perencanaan Kecamatan Pattallassang
ditetapkan di Desa Pallantikang, Desa Timbuseng, Desa Pallantikang,
Dengan fungsi dominan permukiman tingkat tinggi, permukiman tingkat
sedang, pertanian lahan basah, pertanian agroforestry, pariwisata skala
regional, sosial (kesehatan, pendidikan, peribadatan) yang melayani
bagian dari kawasan perkotaan/kota
139
2. Rencana Struktur Ruang
140
Tenaga Gas (PLTG) di kecamatan Pattallassang kapasitas 35 (tiga
puluh lima) Mega Watt.
141
• Sistem jaringan drainase primer dilaksanakan secara terpadu
dengan sistem pengendalian banjir.
• Sistem jaringan drainase dikembangkan dengan prinsip
mengurangi aliran air masuk jaringan drainase, dapat
dilakukan melalui pembuatan sumur-sumur resapan, biopori,
kolam tendon/retensi, dan penyediaan ruang terbuka hijau.
Penyediaan sumur-sumur resapan dan kolam retensi
diterapkan pada lokasi permukiman yang ada di kawasan
resapan air dan tangkapan air.
142
• Ruang evakuasi bencana (Melting Point) yang di tempatkan
di lapangan olahraga di Kota Baru Kecamatan Pattallassang.
B. Pola Ruang
1. Rencana Umum
C. Peraturan Zonasi
143