AYATULLAH KHOMEINI
Oleh:
Muhammad Irfan
80100323109
Dosen Pemandu:
Prof. Dr. H. Abd. Rahim Yunus, M. A
Dr. Hj. Susmihara, M. Ag.
PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
TAHUN 2023
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Republik Islam Iran negara yang secara geografis termasuk di Kawasan Timur
Tengah. Iran merupakan negara yang telah melalui rentang sejarah yang panjang.
Mulai dari abad ke 6, Iran dahulu dikenal dengan Persia yang menjadi salah satu
imperium terbesar di dunia selain Romawi. Selama itu pula Iran berhasil membangun
peradabannya hingga diakui sebagai salah satu bangsa yang paling berperadaban
dalam sejarah. Iran termasuk bangsa yang diperhitungkan dalam kancah perpolitikan
dunia.1
Iran modern pewaris pola institusi, negara, agama, dan kesukuan dari dinasti
Safawiyah. Era modern bermula tampilnya rezim Qajar yang meraih kekuasaan
setelah melewati periode anarkis dan pergolakan kesukuan untuk merebut kekuasaan
Iran. Rezim ini tak pernah terkonsolidasikan. Rezim baru tersebut sama sekali
tinggi.
berlangsung selama 25 abad yang disokong oleh kekuatan Amerika Serikat dan
K. Mikail, Sistem Politik Iran Kontemporer: Dari Westernisasi Hingga Islamisasi , Jurnal
1
Inggris akhirnya dapat tumbang dengan kekuatan masa yang dipelopori oleh para
Mullah (ulama/agamawan) dari kalangan syiah. Iran kemudian menjadi negara syiah
konsep politik syiah Imamiah. Mullah yang paling dikenal dalam sejarah revolusi
islam di Iran adalah Ayatollah Khomeini atau dikenal juga dengan imam Khomeini.
B. Rumusan Masalah
Iran?
3
BAB II
PEMBAHASAN
sistem pemerintahan yang mulai modern, yakni pada masa dinasti Shafawi (1507-
sosial dan pemerintahan kental dengan penerapan ortodoksi agama dengan sufisme
dengan corak Syiah yang sangat kental. Wilayah Iran mulai mendapatkan campur
tangan Eropa terutama Inggris pada tahun 1779 berbarengan dengan berdirinya dinasti
Qajar oleh Agha Muhammad Qajar pada tahun 1779.2 Era kekuasaan Dinasti Qajar
yang merupakan “pengantar” bagi masa Persia modern. Rentang kekuasaan dinasti itu
Sejak tahun 1906, Iran (pada saat itu di bawah dinasti Qajar) telah menjadi
negara monarki konstitusional dengan pembentukan dewan legislatif yang terdiri atas
200 anggota serta Majelis Tinggi yang terdiri atas 60 anggota (30 ditunjuk oleh Shah
dan 30 lainnya dipilih melalui proses pemilihan).3 Secara umum, pada masa dinasti
Qajar, khususnya pada masa pemerintahan Nashiruddin Shah (1848-1857), Iran
dipenuhi oleh gagasan dan penerapan usaha reformasi di segala bidang. Diawali
dengan pembaruan di bidang militer yakni bagi barisan pasukan Baru Azerbaijan,
David Morgan, Medieval Persia (1040-177), (Cet, I; London: Routledge, 1988), h. 133.
2
3
Ajid Thohir, Studi Kawasan Dunia Islam, (Cet, I; Jakarta: Rajawali Press, 2009), h. 190.
4
pencetakan buku latihan militer, percetakan surat kabar Veghaye Etefaghieh, dan
Eropa yang memodifikasi posisi Qajar. Campur tangan bangsa Eropa terhadap Iran
pertama kali datang dalam bentuk penaklukan dan pengukuhan pengaruh mereka
belas dan sembilan belas Rusia merebut kekuasaan atas wilayah barat laut Iran.
Pada tahun 1826 Rusia merebut Tabriz dan setelah itu perjanjian Turk
Manchai (1828) Rusia merebut kembali Armenia, menguasai lautan Caspia, dan
meraih posisi yang menguntungkan dalam perdagangan Iran. Antara tahun 1864 dan
propinsi Iran di Asia Tengah. Kemudian setelah tahun 1857 bentuk utama penetrasi
Inggris dan Rusia adalah di bidang perekonomian.6 Pada tahun 1872 pemerintah Iran
sejumlah tambang mineral dan baja, membangun kanal dan proyek irigasi, hak
pertama untuk mengusai atau penolakan terhadap perbankan nasional, proyek jalan,
telegrap, penggilingan dengan memberikan royalti kepada sang Shah. Pada tahun 1889
4
Arafah Pramasto dkk, Persia Di Bawah Dinasti Qajar Dalam Pemerintahan Nashiruddin Shah
Pada Tahun 1848-1857, Rusydiah Jurnal Pemikiran Islam, Volume 3 Nomor 1, Juni 2022, h. 75.
5
Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam. Terj. Ghufron A. Mas’adi (Yogyakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 1999), h. 34-35.
6
Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, h. 35.
5
Imperial Bank of Persia didirikan dengan bantuan Inggris, dan pada tahun 1890 sebuah
Ada beberapa perlawanan penting yang terjadi pada masa pemerintahan Qajar,
Ayatullah al Uzma Mirza Hasan Shirazi. Gerakan ini bertujuan untuk menghilangkan
akses dunia barat yang menyebabkan turut campur dalam urusan internal Iran.
Sanggahan terhadap tembakau ini mendapat dukungan kuat dari Jamaluddin al-
supaya menolak konsesi ekonomi itu yang akan merupakan awal kekuasaan pihak
asing. Peranan al-Afghani dalam agitasi politik pihak umum menyebabkan dirinya
oleh pemuka keagamaan dan kaum dagang. Pemuka keagamaan memberikan fatwa
bahwa menghisap tembakau dilarang, dan pasar-pasar ditutup, oposisi politik dan
kekuasaan absolut raja. Hal ini disebabkan karena adanya protes dari para pedagang
dan kaum ulama terhadap menguatnya pengaruh dari barat. Revolusi konstitusi ini
adalah hasil dari kerjasama antara kaum pedagang, ulama, cendekiawan, bangsawan
pemilik tanah dan sejumlah kepala suku yang mewakili mereka di dalam majelis
(parlemen), sebuah badan yang dibentuk setelah terjadi revolusi ini untuk ikut
menjalankan roda pemerintahan bersama raja. 9 Pada tahu 1905-1911 terjadi krisis
8
Jhon L. Esposito, Islam dan Politik. terj. M. Joesoef Sou’yb (Jakarta: Bulan Bintang, 1990),
h. 115- 116.
A. Satori, Sitem Pemerintahan Iran Modern konsep Waliyatul Faqih Imam Khoneini Sebagai
9
Teologi Politik Dalam Relasi Agama Dan Demokrasi (Yogyakarta: Rausyan Fikr Institute, 2012), h.
65-67.
6
intervensi asing, tetapi Iran, seperti kebanyakan negara muslim lainya, masih tetap
pemberontakan lokal yang disebabkan oleh tekanan yang terus menerus dari para
gubernur lokal, para ulama dan intelektual modern. Iran hampir terbelah oleh Rusia
dan Inggris diambang keruntuhan. Tahun 1925 Reza Shah Pahlevi berhasil memimpin
Iran mengalami proses pembentukan negara bangsa yang serupa dengan proses
berlangsungnya di Turki dan sejumlah negara lainya. Negara menjadi motor ekonomi
dan perkembangan kebudayaan menurut model barat. Namun berbeda dengan Turki,
penopang utama bagi rezim Pahlevi merupakan golongan menengah, Pahlevi juga
mengembangkan angkatan bersenjata baru yang lebih kuat. Ulama banyak yang
mendukung pengambil alihan kekuasaan oleh Pahlevi guna memulihkan monarki yang
1941) dan dilanjutkan oleh puteranya, Shah terakhir, Muhammad Reza Pahlevi,
mengakibatkan tumbuhnya kekuatan-kekuatan sosial baru yang mencemaskan
menengah kaya yang besar, generasi muda modern dan perempuan yang aktif di sektor
publik, kelas pekerja industri dankelas miskin baru dari perkampungan kumuh, dan
kelompok mendapat keuntungan dari kemajuan ekonomi ini, menikmati status sosial
yang tinggi dan kualitas hidup yang unggul. Akan tetapi, otokrasi Shah mencegah
dengan gigih lapisan-lapisan sosial yang sedang berkembang ini untuk berpartisispasi
tradisional yang telah lebih lama eksis yang terdiri dari pedagang, kelas menengah
urban, para ulama, dan orang-orang yang mengabdi pada lembaga-lembaga Islam-juga
Masa Rezim Pahlevi tidak bisa dilepaskan dari pengaruh asing. Pada dekade
bidang tata perkantoran yang baru dijalankan oleh pejabat-pejabat Belgia. Amerika
pada tahun 1927 di bawah menajemen keuangan Jerman. Pada dekade yang sama
Inggris dan Rusia saling berlomba memberikan pengaruh ekonomi di Iran. Tercatat
minyak dengan perusahaan mereka the Anglo-Persian Oil Company yang telah berdiri
Pada sisi lain, kebijakan reorganisasi administrasi yudisial, pada tahun 1928,
Shah Reza memberlakukan beberapa kitab hukum yang menggeser kedudukan hukum
agama.
B. Asep, Tajul Milah, Post Islamisme, Trj Faiz (Yogyakarta: Lkis, 2011), h. 38.
12
8
Shah Reza Pahlavi menjalankan pemerintahan yang brutal, korup dan boros.
tinggi, kelangkaan dan perekonomian yang tidak efisien. Kebijakan Shah yang kuat
Serikat” berbenturan dengan identitas Muslim Syi’ah Iran, hal ini termasuk
pengangkatannya oleh kekuatan sekutu dan bantuan dari CIA pada 1953 untuk
dari Militer Amerika Serikat dan pemberian kekabalan diplomatik kepada mereka. Ia
seperti ayahnya Shah Reza Pahlevi merupakan orang yang sekuler berbeda dengan
cara pandang rakyat Iran pada umumnya yang sangat menghormati agama “Islam
nasionalisme Iran, baik dari pihak religius dan sekuler, menganggap Shah sebagai
boneka barat.
Republik, kelompok kiri dan kelompok muslim bangkit. Dengan bantuan dinas
rahasia, Shah memburon dan menindas kelompok oposisi. Tetapi sebagai dampak dari
penanganan kudeta, Shah Iran semakin tergantung pada AS. Angkatan perangnya
kemudian dilengkapi dengan senjata-senjata paling modern dari AS. Atas keinginan
AS pulalah pada tahun 60-an Shah Iran melaksanakan “Revolusi Putih”, guna
pendidikan dan meluaskan hak bagi perempuan. Tetapi mungkin itu sudah terlambat,
sebab kritik terhadap Shah semakin lantang. Apakah itu karena ketergantungannya
pada AS maupun karena pemisahan yang berlebihan antara negara dan agama. Lawan
politiknya ditahan, dihukum mati atau diusir ke luar negeri. Salah satunya adalah
9
Ayatollah Khomeini yang menentang ‘Revolusi Putih’ dan menuduh Shah melanggar
UU Islam.
Tahun 1964 Khomeini dikucilkan ke Turki dan kemudian dia pindah ke Irak.
Akhirnya pada tahun 1978 dia diizinkan menetap di Paris. Di Iran sendiri berbagai
kelompok politik dan agama beraksi menentang Shah dan mendukung imbauan-
imbauan Khomeini lewat rekaman kaset yang diselundupkan ke Iran. Tetapi awal
tahun 1978 rezim Shah Iran bereaksi terhadap serangan-serangan Khomeini dan
demonstrasi protes dan bentrokan kekerasan dengan pihak oposisi, terutama dengan
Dalam peristiwa pembakaran terhadap sebuah bioskop di Abadan bulan Agustus 1978.
1978 di banyak kota diberlakukan hukum perang dan di Teheran terjadi pertumpahan
darah di kalangan demonstran setelah pihak militer melepaskan tembakan. Posisi Shah
Iran semakin buruk, apalagi AS rupanya tidak peduli lagi dengan bekas sekutunya itu.
Sebab kali ini Washington tidak memberikan bantuan seperti tahun 1953. Bulan
November 1978 militer mengambil-alih kekuasaan. Shah Iran sekali lagi berupaya
Bakhtiar sebagai PM. Beberapa hari kemudian Shah meninggalkan Iran. Tanggal 5
Februari 1979 Bakhtiar mundur dan melarikan diri. Dua tahun kemudian dia dibunuh
oleh Imam Khomeini, sekaligus dinyatakan pula sebagai ‘Hari Revolusi Islam’. Pada
10
terakhir yang diangkat oleh Shah Reza Pahlevi, mengundurkan diri, dan militer
Sebenarnya tanggal 16 Januari 1979 juga dapat dinyatakan sebagai hari bersejarah,
karena pada hari itu Shah meninggalkan Iran. Atau tanggal 1 Februari, ketika
Khomeini kembali ke Iran dari pengasingannya di Paris. Atau juga tanggal 12 April
Paradigma baru mengenai sistem pemerintahan Iran karena revolusi islam yang
terjadi. Sistem politik dan bentuk negara Iran berubah, dari sebuah monarki absolut
menjadi sebuah republik Islam. Perbedaan yang paling mencolok antara keduanya,
jika sebelum revolusi Iran merupakan sebuah negara sekuler, maka Iran pasca
(ulama/agamawan)13.
Thalib (Imam Syi’ah Pertama). Nama Khomeini berasal dari nama Kota Khomyn. Di
Iran, Khomeini dibesarkan dalam lingkungan yang sangat religius. Ayahnya bernama
Menjelang remaja, Imam Khomeini mulai belajar agama dengan lebih serius.
Ketika berusia lima belas tahun, ia mulai belajar tata bahasa Arab dan Teologi di
Isfahan kepada saudaranya, Murtaza. Ketika berusia sekitar tujuh belas tahun,
13
A. Satori, Sitem Pemerintahan Iran Modern, h. 159.
11
Khomeini dikirim ke Arak dekat kota Isfahan untuk belajar kepada Syeikh Abdul
Pada awal 1930-an, Imam Khomeini mulai mengajarkan etika. Segera saja
beratus-beratus siswa dan sarjana mulai mengikuti sesi-sesi ini. Yang dijadikan
sebagai referensi utama adalah manual sufi termasyhur tentang kemajuan etika yang
dipelajarinya dari Syah Abadi, yaitu Manazil al-Sa’irin, karya Khwaja Abullah
hadirin. Sebagai seorang otodidak yang berbudi luhur, Ayatullah Khomeini selalu
prinsip agama Islam. Dengan pemahaman tentang ilmu pengetahuan rasional dan ilmu
pengetahuan tradisional yang mendalam. Di usia yang ke-27, Imam Khomeini mulai
mengajar filsafat. Sementara pada usia 30, dia menulis buku-buku tentang seni dan
agama. Awal tahun 1960-an, Imam Khomeini melewatkan hidupnya di kota suci Qom.
Di sana, ia mengajar ilmu hukum, filsafat dan etika. Ia bersikeras bahwa Islam
memiliki komitmen terhadap kehidupan sosial dan politik.
Pada tahun 1926, ketika Reza mengalahkan orang-orang Qajar dan mendirikan
mujtahid (ulama di bidang agama Islam). Sejak awal, Imam Khomeini menunjukkan
bakat khususnya di bidang studi-studi ‘irfan. Pada usia 27 tahun, Khomeini juga
menulis sebuah buku tentang ‘irfan dalam bahasa Arab. ‘Irfan dan puisi yang diminati
12
Imam Khomeini, sebenarnya kurang populer di kalangan Mullah di Qom pada masa
itu.14
Pada akhir tahun 1940, Imam Khomeini mulai meninggalkan uzlahnya. Dia
percaya bahwa politik seperti juga filsafat, tasawuf, dan fiqih merupakan bagian dari
Islam. Untuk memajukan pandangannya, dia mengamati dari dekat dua tokoh zaman
itu, yaitu Ayatullah Kasyani, seorang mullah yang memiliki peranan yang penting
dalam bidang politik, dan Ayatullah Burujerdi, seorang marja’ taqlid paling
berpengaruh sejak 1947. Imam Khomeini memiliki banyak pandangan yang sama
aktivisme politik, serta populisme, Namun, mereka juga memilki banyak perbedaan
dalam hal yang lain. Misalnya, Ayatulloh Kasyani adalah politisi yang berbudi bahasa,
cenderung luwes, sedangkan Imam Khomeini lebih keras dan kurang akomodatif.
Burujerdi merupakan Mullah terkemuka yang terkenal luas pengetahuan teologi dan
administator yang piawai. Kepribadian dan kharisma Ayatullah Burujerdi maupun visi
Rauhullah Imam Khomeini bermula sekitar tahun 1962, setelah tergulingnya Rezim
Mosaddeq pada masa itu. Walaupun demikian, keprihatinan sosial sudah tampak sejak
dini dalam diri Khomeini. Ketika berusia 39 tahun, Khomeini secara terangterangan
menuding Rezim Syah, penguasa Iran saat itu, sebagai budak Inggris, tiran, koruptor,
14
Ami Pratama dkk, Konsep Wilayatul Faqih Dalam Sistem Pemerintahan Republik Islam
Iran, Jurnal Riset Intervensi Pendidikan (JRIP), Volume 3No.2 Juli 2021, h. 93.
13
Selain mempelajari masalah fiqih dan hukum di Qum, Imam Khomeini juga
mempelajari dua tradisi Islam yang sangat tidak lazim, ’irfan dan hikmah. Pelajaran
ini yang kemudian sangat besar pengaruhnya pada corak pemikiran dan pandangan
Imam Khomeini mengenai dirinya dan dunia. ’Irfan (gnotisisme), merupakan tradisi
spiritual yang terdapat terutama di dunia Syi’ah. ’Irfan dalam beberapa hal sejajar
dengan tasawuf. Hikmah yang diwarnai oleh sistem pemikiran yang sepenuhnya logis
dan skolastik.15
dan gnosis (’irfan) sangat besar. Terlambatnya Imam Khomeini diterima sebagai faqih
panutan (marja’ taqlid) karena minatnya kepada filsafat dan ’irfan. Memang demikian,
keengganan kepada filsafat dan ’irfan merupakan hal yang lazim di kalangan para
fuqaha Syi’ah. Yang pasti, Imam Khomeini adalah figur yang sangat langka di
kalangan para fuqaha Syi’ah dalam hal memperlakukan secara sama antara’irfan dan
filsafat Islam dengan fiqih di antara ilmu keagamaan. Meskipun teori politik Imam
prinsipnya bersumber pada al-Qur’an, para ahlul bayit, dan dijembatani oleh akal atau
Imam Khomeini biasa menulis dengan gaya bahasa yang sederhana. Tulisan mistisnya
15
Ami Pratama dkk, Konsep Wilayatul Faqih Dalam Sistem Pemerintahan Republik Islam
Iran, h. 91.
14
Imam Khomeini mulai mempelajari ilmu tasawuf pada seorang gurunya yang bernama
Aqa Mirza Muhammad Ali Syah Abadi. Dia adalah seorang mullah yang bukan saja
teolog dan sufi yang sempurna, namun juga seorang pejuang. Dia mengatakan bahwa
tidak ada kontradiksi intrinsik antara ’irfan dengan tasawuf di satu pihak, dan
berpegang teguh pada syariat di pihak yang lain. Tentunya, sulit bagi orang- orang
Barat untuk merujukkan dua sikap yang lazim dianggap sebagai kontradiksi: sikap
tasawuf yang lembut dan kontemplatif, dan sikap syariat yang legal dan terikat
hukum. Karya Imam Khomeini cukup banyak, sehingga ia dikenal sebagai sosok
ulama yang sangat produktif dalam menulis. Menurut Najibullah Lafraie, karya Imam
Khomeini kurang lebih sebanyak 25 buku yang ditulis maupun yang berasal dari
ceramah-ceramah Imam Khomeini. Sebagian besar karyanya itu. berisi tentang hukum
Konsep wilayatul faqih dalam beberapa hal merupakan kelanjutan dari doktrin
berbeda dengan diangkatnya seorang imam oleh Allah swt. Namun, faktor utama
kekuasaan individual tetap tidak berubah, baik imamah maupun perwakilan Imam
religius terhadap masalah-masalah duniawi. Dalam hal ini, bentuk kedaulatan yang
16
Ami Pratama dkk, Konsep Wilayatul Faqih Dalam Sistem Pemerintahan Republik Islam
Iran, h. 92.
15
mewakili kedaulatan Tuhan di muka bumi ini hanya merupakan suatu organisasi
manusia.17
dipegang oleh agamawan yang berkecimpung dalam kajian hukum Islam. Dipilihnya
kekuasaan terhadap ulama fiqih dikarenakan dia mampu menetapkan segala hukum di
kaum agamawan ini yang menjadi karakteristik unik, dan bahkan Khomeini berani
diterapkan oleh Khomeini, dan inilah yang karakteristik serta inovasi yang diterapkan
oleh Khomeini. Pemilihan seorang fakih harus didasarkan dengan delapan persyaratan
pengetahuan yang luas tentang hukum Islam; Kedua, harus adil, dalam arti memiliki
iman dan akhlak yang tinggi; Ketiga, dapat dipercaya dan berbudi luhur; Keempat,
jenius; Kelima, memiliki kemampuan administratif; Keenam, bebas dari segala
Wisnu Fachrudin Sumarno, Sejarah Politik Republik Islam Iran Tahun 1905-1979,
17
Bentuk Pembaharuan Ayatollah Sayyid Ruhullah Musavi Khomeini, EKHSIS: Jurnal Ekonomi, Syariah
dan Studi Islam Vol. 1 No. 1, April 2023, h. 19.
16
Faqih mempunyai wilayah atas apa pun yang dimiliki Nabi Muhammad Saw.
dan imam ma’shum sebagai pemimpin atas masyarakat dan benteng pemerintahan
Islam. Faqih mempunyai wilayah itu, kecuali masalah- masalah yang menurut ijma’
atau nash jelas berada di luar lingkup wilayahnya. Wilayah seorang faqih mencakup
apa pun yang berhubungan dengan masalah spiritual dan keduniaan masyarakat yang
perlu diselesaikan. Hal ini menurut Naraqi sudah merupakan kesepakatan para faqih
terhadap kebenaran hukum Islam karena banyak hadis-hadis yang dengan jelas
ini secara praktis ke dalam konstitusi Iran dengan meyakini bahwa faqih menerima
otoritas absolut (mutlaq). Faqih yang memenuhi persyaratan penuh (jami’ syarat)
diberi semua kekuasaan dan tanggung jawab Imam ke-12 (Imam Mahdi) pada masa
kegaibannya, kecuali bila ada alasan tertentu yang pasti bahwa kekuatan dan tanggung
jawab itu masih berada di tangan Imam. Khomaini menyatakan, konsep Wilayah al-
Faqih berkaitan dengan konsep pemikiran politik keagamaan Syi'ah seperti kesetiaan,
politik. Hubungan rakyat dengan Faqih didenisikan dengan konsep taqIid, yaitu
mematuhi Faqih.19
dasar Republik Islam Iran dikatakan dalam pasal 107 konstitusi 1979
19
Ajat Sudrajat, Imam Al-Khumaini dan Negara Republik Islam Iran, Jurnal Cakrawala
Pendidikan Nomor 1, Volume XV, Februari 1996, h. 40.
17
faqih, marja’taqlid yang terkemuka dan sekaligus sebagai pemimpin revolusi Islam
Iran.
oleh Imam Mahdi yang diyakini dalam masa ghaib kubradan pelaksana tugas
selama kegaiban Imam Mahdi adalah wali faqih. Struktur pemerintahan dalam
Waliyat Al faqih terlihat sintesa konsep demokrasi modern ala barat dan sistem
politik Imamah ala syiah imamiah. Hal ini terlihat pada konsep trias politikadalam
kekuasaan disebut Rahbar atau pemimpin spiritual. Jabatan ini dipegang selama
seumur hidup kecuali kalau Rahbar dinilai menyimpang oleh Majelis ahli dari
hukum Islam dan konstitusi. fungsi Rahbar merupakan penentu akhir dari segala
keputusan yang diambil serta untuk menyelesaikan segala konflik yang
faqih. Kekuasaan legislatif dijalankan oleh tiga lembaga yang memiliki tugas yang
Abdul Kadir, Syiah Dan Politik: Studi Republik Islam Iran, Jurnal Politik Profetik, Volume
20
5 Nomor 1, 2015, h. 9.
18
1. Majelis Shura al-Islam, majelis ini berfungsi sebagai parlemen yang terdiri
dari 270 anggota yang dipilih langsung oleh rakyat untuk masa jabatan 4
tahun. Majelis ini golongan minoritas seperti Zoroaster, Yahudi, Kristen, dan
fuqaha yang diangkat oleh Rahbar dan 6 pakar hukum yang ahli dalam berbagai
tugasnya sebagai wakil dari Imam Mahdi. Majelis ini terdiri dari 73 ulama
senior yang dipilih langsung oleh rakyat dalam sebuah pemilihan umum.21
langsung oleh rakyat dalam sebuah pemilihan umum untuk masa jabatan 4 tahun,
dan hanya bisa dipilih kembali hanya untuk satu periode berikutnya, walaupun
presiden memegang kekuasaan eksekutif, tapi kebijakan-kebijakannya dapat
ditolak oleh rahbar, jika rahbar memandang bahwa kebijakan presiden tersebut
dipegang oleh dewan kehakimam tertinggi nasional atau mahkamah agung yang
pengadilan rendah untuk wilayah kota atau distrik tertentu. Hakim, jaksa
21
A. Kadir, Syiah Dan Politik, h. 11.
19
penuntut umum, dan kepala-kepala pengadilan harus berasal dari ahli-ahli hukum
Syiah. Khusus Lembaga-lembaga hukum non syiah atau non muslim jaksa dan
negara, Republik Islam Iran mempunyai beberapa bentuk dewan yang menjadikan
ialah: pertama, Dewan revolusi yang bertugas sebagai pasukan pengawal revolusi
atau Pasdaran.Kedua dewan politik dan ekonomi revolusi yang dihubungkan dengan
mengumpulkan zakat dan khumus, serta berfungsi sebagai pemimpin Pasdaran lokal
di daerahnya.23
Wisnu Fachrudin Sumarno, Sejarah Politik Republik Islam Iran Tahun 1905-1979, h. 145-
23
158.
20
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Iran merupakan salah satu negara yang memiliki sejarah dan warisan
diikat oleh keyakinan akan kebenaran hakiki yang sama.D alam Islam,
realitasnya tidak ada aspek kehidupan sosial yang secara mutlak terpisah
Imam Mahdi. Wilayah dan kepemimpinan umat beralih ke faqih yang adil,
DAFTAR PUSTAKA
Thohir, Ajid. Studi Kawasan Dunia Islam. Cet, I; Jakarta: Rajawali Press, 2009.
Lapidus, Ira M. Sejarah Sosial Umat Islam. Terj. Ghufron A. Mas’adi. Yogyakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 1999.
Esposito, Jhon L. Islam dan Politik. terj. M. Joesoef Sou’yb. Jakarta: Bulan Bintang,
1990.
Satori, A. Sitem Pemerintahan Iran Modern konsep Waliyatul Faqih Imam Khoneini
Sebagai Teologi Politik Dalam Relasi Agama Dan Demokrasi. Yogyakarta:
Rausyan Fikr Institute, 2012.
Asep, B. Tajul Milah, Post Islamisme, Trj Faiz. Yogyakarta: Lkis, 2011.
Pratama, Ami dkk. Konsep Wilayatul Faqih Dalam Sistem Pemerintahan Republik
Islam Iran, Jurnal Riset Intervensi Pendidikan (JRIP), Volume 3No.2 Juli 2021.
Sumarno, Wisnu Fachrudin. Sejarah Politik Republik Islam Iran Tahun 1905-1979,
SANGKEP: Jurnal Kajian Sosial KeagamaanVol. 3, No. 2, 2020.
Ichsan, Sayed Muhammad dan Hidayatullah, Syarif Revolusi Republik Islam Iran:
Studi atas Bentuk Pembaharuan Ayatollah Sayyid Ruhullah Musavi Khomeini,
EKHSIS: Jurnal Ekonomi, Syariah dan Studi Islam Vol. 1 No. 1, April 2023.
Sudrajat, Ajat. Imam Al-Khumaini dan Negara Republik Islam Iran, Jurnal Cakrawala
Pendidikan Nomor 1, Volume XV, Februari 1996.
Kadir, Abdul. Syiah Dan Politik: Studi Republik Islam Iran, Jurnal Politik Profetik,
Volume 5 Nomor 1, 2015.