Anda di halaman 1dari 22

SEJARAH ISLAM MODERN DI IRAN DAN IDE PEMBAHARUAN

AYATULLAH KHOMEINI

Diajukan Sebagai Tugas Akhir Mata Kuliah

Sejarah Dunia Islam Modern Kelas Program Doktor Dirasah Islamiyah

Oleh:

Muhammad Irfan

80100323109

Dosen Pemandu:
Prof. Dr. H. Abd. Rahim Yunus, M. A
Dr. Hj. Susmihara, M. Ag.

PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
TAHUN 2023
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Republik Islam Iran negara yang secara geografis termasuk di Kawasan Timur

Tengah. Iran merupakan negara yang telah melalui rentang sejarah yang panjang.

Mulai dari abad ke 6, Iran dahulu dikenal dengan Persia yang menjadi salah satu

imperium terbesar di dunia selain Romawi. Selama itu pula Iran berhasil membangun

peradabannya hingga diakui sebagai salah satu bangsa yang paling berperadaban

dalam sejarah. Iran termasuk bangsa yang diperhitungkan dalam kancah perpolitikan

dunia.1

Iran modern pewaris pola institusi, negara, agama, dan kesukuan dari dinasti

Safawiyah. Era modern bermula tampilnya rezim Qajar yang meraih kekuasaan

setelah melewati periode anarkis dan pergolakan kesukuan untuk merebut kekuasaan

Iran. Rezim ini tak pernah terkonsolidasikan. Rezim baru tersebut sama sekali

tidak pernah mencapai pancaran legitimasi yang sebelumnya telah menyinari

pemerintahan Safawiyah dan tidak pernah menegakkan kekuasaanya secara


penuh. Ia merupakan rezim memusat yang lemah yang menyerupai

beberapa dinasti pendahulunya lantaran berhadapan dengan faktor-faktor

kesukuan propinsial yang kuat dan rezim independensi keagamaannya sangat

tinggi.

Iran merupakan sebuah bangsa dengan pemerintahan dinasti yang

berlangsung selama 25 abad yang disokong oleh kekuatan Amerika Serikat dan

K. Mikail, Sistem Politik Iran Kontemporer: Dari Westernisasi Hingga Islamisasi , Jurnal
1

Intelektualita: Keislaman, Sosial, Dan Sains, Vol. 8, No. 2, 2019, h. 2.


2

Inggris akhirnya dapat tumbang dengan kekuatan masa yang dipelopori oleh para

Mullah (ulama/agamawan) dari kalangan syiah. Iran kemudian menjadi negara syiah

pertama yang mendasarkan bentuk dan sistem pemerintahan negaranya pada

konsep politik syiah Imamiah. Mullah yang paling dikenal dalam sejarah revolusi

islam di Iran adalah Ayatollah Khomeini atau dikenal juga dengan imam Khomeini.

Ia juga dinobatkan sebagai bapak revolusi Iran.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah Islam di Iran periode Modern?

2. Bagaimana ide pembaharuan Imam Khomeini pada negara Republik Islam

Iran?
3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Revolusi Iran

Proses pembentukan pemerintahan bangsa Iran sebagai negara modern dengan

sistem pemerintahan yang mulai modern, yakni pada masa dinasti Shafawi (1507-

1736) dan dinasti Qajar (1779-1925). Di masa pemerintahan Shafawi, karakteristik

sosial dan pemerintahan kental dengan penerapan ortodoksi agama dengan sufisme

dengan corak Syiah yang sangat kental. Wilayah Iran mulai mendapatkan campur

tangan Eropa terutama Inggris pada tahun 1779 berbarengan dengan berdirinya dinasti

Qajar oleh Agha Muhammad Qajar pada tahun 1779.2 Era kekuasaan Dinasti Qajar

yang merupakan “pengantar” bagi masa Persia modern. Rentang kekuasaan dinasti itu

cukup panjang yakni 1796-1925.

Sejak tahun 1906, Iran (pada saat itu di bawah dinasti Qajar) telah menjadi

negara monarki konstitusional dengan pembentukan dewan legislatif yang terdiri atas

200 anggota serta Majelis Tinggi yang terdiri atas 60 anggota (30 ditunjuk oleh Shah

dan 30 lainnya dipilih melalui proses pemilihan).3 Secara umum, pada masa dinasti
Qajar, khususnya pada masa pemerintahan Nashiruddin Shah (1848-1857), Iran

dipenuhi oleh gagasan dan penerapan usaha reformasi di segala bidang. Diawali

dengan pembaruan di bidang militer yakni bagi barisan pasukan Baru Azerbaijan,

David Morgan, Medieval Persia (1040-177), (Cet, I; London: Routledge, 1988), h. 133.
2

3
Ajid Thohir, Studi Kawasan Dunia Islam, (Cet, I; Jakarta: Rajawali Press, 2009), h. 190.
4

pencetakan buku latihan militer, percetakan surat kabar Veghaye Etefaghieh, dan

tentunya adalah pendirian politeknik modern Dar Al-Funoun.4

Ketegangan ulama dengan penguasa meningkat yang disebabkan intervensi

Eropa yang memodifikasi posisi Qajar. Campur tangan bangsa Eropa terhadap Iran

pertama kali datang dalam bentuk penaklukan dan pengukuhan pengaruh mereka

melalui persaingan antar kekuatan-kekuatan Eropa. Dalam rentangan abad delapan

belas dan sembilan belas Rusia merebut kekuasaan atas wilayah barat laut Iran.

Perjanjian Gulistan (1813) menyatakan pelepasan Rusia dari penguasaan terhadap

Georgia, Darband, Baku, Shirvan, dan beberapa daerah Armenia lainnya.5

Pada tahun 1826 Rusia merebut Tabriz dan setelah itu perjanjian Turk

Manchai (1828) Rusia merebut kembali Armenia, menguasai lautan Caspia, dan

meraih posisi yang menguntungkan dalam perdagangan Iran. Antara tahun 1864 dan

1885 gelombang baru penaklukan Rusia memuncak pada pencaplokan beberapa

propinsi Iran di Asia Tengah. Kemudian setelah tahun 1857 bentuk utama penetrasi

Inggris dan Rusia adalah di bidang perekonomian.6 Pada tahun 1872 pemerintah Iran

memberikan konsesi yang besar kepada Baron de Reuter.

De Reuter diberikan hak menguasai penghasilan cukai selama 24 tahun, hak

memonopoli pembangunan lintasan kreta api, hak-hak khusus untuk menambang

sejumlah tambang mineral dan baja, membangun kanal dan proyek irigasi, hak

pertama untuk mengusai atau penolakan terhadap perbankan nasional, proyek jalan,

telegrap, penggilingan dengan memberikan royalti kepada sang Shah. Pada tahun 1889

4
Arafah Pramasto dkk, Persia Di Bawah Dinasti Qajar Dalam Pemerintahan Nashiruddin Shah
Pada Tahun 1848-1857, Rusydiah Jurnal Pemikiran Islam, Volume 3 Nomor 1, Juni 2022, h. 75.
5
Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam. Terj. Ghufron A. Mas’adi (Yogyakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 1999), h. 34-35.
6
Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, h. 35.
5

Imperial Bank of Persia didirikan dengan bantuan Inggris, dan pada tahun 1890 sebuah

perusahaan Inggris diberikan hak monopoli industri tembakau Iran.7

Ada beberapa perlawanan penting yang terjadi pada masa pemerintahan Qajar,

pertama, munculnya gerakan tembakau pada tahun 1891-1892 dipimpin Marja’

Ayatullah al Uzma Mirza Hasan Shirazi. Gerakan ini bertujuan untuk menghilangkan

akses dunia barat yang menyebabkan turut campur dalam urusan internal Iran.

Sanggahan terhadap tembakau ini mendapat dukungan kuat dari Jamaluddin al-

Afghani, penasehat Shah. Dia berkirim surat kepada sarjana-sarjana bagaimana

supaya menolak konsesi ekonomi itu yang akan merupakan awal kekuasaan pihak

asing. Peranan al-Afghani dalam agitasi politik pihak umum menyebabkan dirinya

mengalami pengusiran ke luar Iran.8 Pemboikotan secara luas (1891-1892) dipimpin

oleh pemuka keagamaan dan kaum dagang. Pemuka keagamaan memberikan fatwa

bahwa menghisap tembakau dilarang, dan pasar-pasar ditutup, oposisi politik dan

demontrasi semakin meluas.

Kedua, revolusi konstitusi Iran pada tahun 1905-1906 berhasil mengakhiri

kekuasaan absolut raja. Hal ini disebabkan karena adanya protes dari para pedagang

dan kaum ulama terhadap menguatnya pengaruh dari barat. Revolusi konstitusi ini
adalah hasil dari kerjasama antara kaum pedagang, ulama, cendekiawan, bangsawan

pemilik tanah dan sejumlah kepala suku yang mewakili mereka di dalam majelis

(parlemen), sebuah badan yang dibentuk setelah terjadi revolusi ini untuk ikut

menjalankan roda pemerintahan bersama raja. 9 Pada tahu 1905-1911 terjadi krisis

Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, h. 35.


7

8
Jhon L. Esposito, Islam dan Politik. terj. M. Joesoef Sou’yb (Jakarta: Bulan Bintang, 1990),
h. 115- 116.
A. Satori, Sitem Pemerintahan Iran Modern konsep Waliyatul Faqih Imam Khoneini Sebagai
9

Teologi Politik Dalam Relasi Agama Dan Demokrasi (Yogyakarta: Rausyan Fikr Institute, 2012), h.
65-67.
6

konstitusional yang menimbulkan penyatuan aspek-aspek fundamental masyarakat

Iran, membangkitkan kekuatan gerakan nasionalisme awal, serta perlawanan terhadap

intervensi asing, tetapi Iran, seperti kebanyakan negara muslim lainya, masih tetap

mengalami pengaruh imperealisme barat. Ketiga, terjadinya pemberontakan-

pemberontakan lokal yang disebabkan oleh tekanan yang terus menerus dari para

gubernur lokal, para ulama dan intelektual modern. Iran hampir terbelah oleh Rusia

dan Inggris diambang keruntuhan. Tahun 1925 Reza Shah Pahlevi berhasil memimpin

Brigade Cossack melakukan kudeta menggulingkan kekuasaan raja terakhir Qajar.10

Iran mengalami proses pembentukan negara bangsa yang serupa dengan proses

berlangsungnya di Turki dan sejumlah negara lainya. Negara menjadi motor ekonomi

dan perkembangan kebudayaan menurut model barat. Namun berbeda dengan Turki,

penopang utama bagi rezim Pahlevi merupakan golongan menengah, Pahlevi juga

mengembangkan angkatan bersenjata baru yang lebih kuat. Ulama banyak yang

mendukung pengambil alihan kekuasaan oleh Pahlevi guna memulihkan monarki yang

kuat untuk meredam kekuatan asing.11

Kebijakan modernisasi yang digagas selama pemerintahan Reza Shah (1925-

1941) dan dilanjutkan oleh puteranya, Shah terakhir, Muhammad Reza Pahlevi,
mengakibatkan tumbuhnya kekuatan-kekuatan sosial baru yang mencemaskan

kelompok-kelompok sosial tradisional. Menjelang akhir tahun 1970-an, kelas

menengah kaya yang besar, generasi muda modern dan perempuan yang aktif di sektor

publik, kelas pekerja industri dankelas miskin baru dari perkampungan kumuh, dan

penghuni liar mendominasi pemandangan ini. Kecuali kaum miskin, kebanyakan

kelompok mendapat keuntungan dari kemajuan ekonomi ini, menikmati status sosial

A. Satori, Sitem Pemerintahan Iran Modern, h. 65-67.


10

A. Satori, Sitem Pemerintahan Iran Modern, h. 69.


11
7

yang tinggi dan kualitas hidup yang unggul. Akan tetapi, otokrasi Shah mencegah

dengan gigih lapisan-lapisan sosial yang sedang berkembang ini untuk berpartisispasi

dalam proses politik. Kebencian mereka memuncak ketika kelompok-kelompok sosial

tradisional yang telah lebih lama eksis yang terdiri dari pedagang, kelas menengah

urban, para ulama, dan orang-orang yang mengabdi pada lembaga-lembaga Islam-juga

mengalami frustasi yang disebabkan strategi modernisasi dianggap merusak

kepentingan ekonomi dan status sosial mereka.12

Masa Rezim Pahlevi tidak bisa dilepaskan dari pengaruh asing. Pada dekade

1920-1930-an, tercatat beberapa negara mencoba memberikan pengaruh di Iran, di

bidang tata perkantoran yang baru dijalankan oleh pejabat-pejabat Belgia. Amerika

Serikat membantu mengorganisir pengumpulan pajak, bank nasional Iran didirikan

pada tahun 1927 di bawah menajemen keuangan Jerman. Pada dekade yang sama

Inggris dan Rusia saling berlomba memberikan pengaruh ekonomi di Iran. Tercatat

Rusia merupakan mitra utama perdagangan, sementara Inggris menguasai produksi

minyak dengan perusahaan mereka the Anglo-Persian Oil Company yang telah berdiri

sejak tahun 1909.

Pada sisi lain, kebijakan reorganisasi administrasi yudisial, pada tahun 1928,
Shah Reza memberlakukan beberapa kitab hukum yang menggeser kedudukan hukum

syari’ah. Pada tahun 1932 parlemen mengundangkan sebuah undang-undang baru

yang memindahkan registrasi dokumen-dokumen resmi kepada pengadilan sekuler

dan merupakan pukulan telak yang mencabut fungsi-fungsi terpenting pengadilan

agama.

B. Asep, Tajul Milah, Post Islamisme, Trj Faiz (Yogyakarta: Lkis, 2011), h. 38.
12
8

Shah Reza Pahlavi menjalankan pemerintahan yang brutal, korup dan boros.

Kebijakan-kebijakan ekonomi pemerintah yang terlalu ambisius menyebabkan inflasi

tinggi, kelangkaan dan perekonomian yang tidak efisien. Kebijakan Shah yang kuat

untuk melakukan westernisasi dan kedekatan dengan kekuatan barat “Amerika

Serikat” berbenturan dengan identitas Muslim Syi’ah Iran, hal ini termasuk

pengangkatannya oleh kekuatan sekutu dan bantuan dari CIA pada 1953 untuk

mengembalikannya ke kekuasaan, menggunakan banyak penasihat dan teknisi militer

dari Militer Amerika Serikat dan pemberian kekabalan diplomatik kepada mereka. Ia

seperti ayahnya Shah Reza Pahlevi merupakan orang yang sekuler berbeda dengan

cara pandang rakyat Iran pada umumnya yang sangat menghormati agama “Islam

Syiah” dalam kehidupan mereka sehari-hari, semua hal tersebut membangkitkan

nasionalisme Iran, baik dari pihak religius dan sekuler, menganggap Shah sebagai

boneka barat.

Konfrontasi antara Shah dan pihak oposisi meruncing, ketika kelompok

Republik, kelompok kiri dan kelompok muslim bangkit. Dengan bantuan dinas

rahasia, Shah memburon dan menindas kelompok oposisi. Tetapi sebagai dampak dari

penanganan kudeta, Shah Iran semakin tergantung pada AS. Angkatan perangnya
kemudian dilengkapi dengan senjata-senjata paling modern dari AS. Atas keinginan

AS pulalah pada tahun 60-an Shah Iran melaksanakan “Revolusi Putih”, guna

memupus kesenjangan sosial di negara itu. Shah memberlakukan reformasi

pertanahan, yang memukul para bangsawan Iran. Juga dilaksanakan program

pendidikan dan meluaskan hak bagi perempuan. Tetapi mungkin itu sudah terlambat,

sebab kritik terhadap Shah semakin lantang. Apakah itu karena ketergantungannya

pada AS maupun karena pemisahan yang berlebihan antara negara dan agama. Lawan

politiknya ditahan, dihukum mati atau diusir ke luar negeri. Salah satunya adalah
9

Ayatollah Khomeini yang menentang ‘Revolusi Putih’ dan menuduh Shah melanggar

UU Islam.

Tahun 1964 Khomeini dikucilkan ke Turki dan kemudian dia pindah ke Irak.

Akhirnya pada tahun 1978 dia diizinkan menetap di Paris. Di Iran sendiri berbagai

kelompok politik dan agama beraksi menentang Shah dan mendukung imbauan-

imbauan Khomeini lewat rekaman kaset yang diselundupkan ke Iran. Tetapi awal

tahun 1978 rezim Shah Iran bereaksi terhadap serangan-serangan Khomeini dan

menyebutnya sebagai mata-mata dan haus karir. Sesudahnya muncul berbagai

demonstrasi protes dan bentrokan kekerasan dengan pihak oposisi, terutama dengan

pendukung Khomeini. Dalam bulan-bulan berikutnya jatuh ratusan korban tewas.

Dalam peristiwa pembakaran terhadap sebuah bioskop di Abadan bulan Agustus 1978.

Ketika itu 477 orang tewas.

Demonstrasi dan protes terus merebak ke seluruh negeri. Awal September

1978 di banyak kota diberlakukan hukum perang dan di Teheran terjadi pertumpahan

darah di kalangan demonstran setelah pihak militer melepaskan tembakan. Posisi Shah

Iran semakin buruk, apalagi AS rupanya tidak peduli lagi dengan bekas sekutunya itu.

Sebab kali ini Washington tidak memberikan bantuan seperti tahun 1953. Bulan
November 1978 militer mengambil-alih kekuasaan. Shah Iran sekali lagi berupaya

menyelamatkan keadaan pada bulan Januari 1979, dengan mengangkat Shahpur

Bakhtiar sebagai PM. Beberapa hari kemudian Shah meninggalkan Iran. Tanggal 5

Februari 1979 Bakhtiar mundur dan melarikan diri. Dua tahun kemudian dia dibunuh

di Paris dan sesudahnya, Revolusi Islam merebak.

Bagi Iran, tanggal 11 Februari 1979 merupakan pengambilalihan kekuasaan

oleh Imam Khomeini, sekaligus dinyatakan pula sebagai ‘Hari Revolusi Islam’. Pada
10

hari itu memang pemerintahan di bawah Shahpur Bakhtiar sebagai pemerintahan

terakhir yang diangkat oleh Shah Reza Pahlevi, mengundurkan diri, dan militer

menyatakan akan bersikap netral menghadapi sengketa dengan rezim lama.

Sebenarnya tanggal 16 Januari 1979 juga dapat dinyatakan sebagai hari bersejarah,

karena pada hari itu Shah meninggalkan Iran. Atau tanggal 1 Februari, ketika

Khomeini kembali ke Iran dari pengasingannya di Paris. Atau juga tanggal 12 April

1979, saat Khomeini memproklamirkan ‘Republik Islam Iran’.

Paradigma baru mengenai sistem pemerintahan Iran karena revolusi islam yang

terjadi. Sistem politik dan bentuk negara Iran berubah, dari sebuah monarki absolut

menjadi sebuah republik Islam. Perbedaan yang paling mencolok antara keduanya,

jika sebelum revolusi Iran merupakan sebuah negara sekuler, maka Iran pasca

revolusi menjadi negara theo-demokrasi yang didominasi kaum Mullah

(ulama/agamawan)13.

B. Pembaharuan Imam Khomeini

1. Biografi Imam Khomeni

Imam Khomeini lahir di Khumyn pada 24 Oktober 1902, bertepatan dengan


hari ulang tahunnya Hazrat Fatimah, putri Nabi Muhammad Saw. dan istri Ali bin Abi

Thalib (Imam Syi’ah Pertama). Nama Khomeini berasal dari nama Kota Khomyn. Di

Iran, Khomeini dibesarkan dalam lingkungan yang sangat religius. Ayahnya bernama

Ayatullah Sayyid Musthafa al-Musawi al-Khomeini.

Menjelang remaja, Imam Khomeini mulai belajar agama dengan lebih serius.

Ketika berusia lima belas tahun, ia mulai belajar tata bahasa Arab dan Teologi di

Isfahan kepada saudaranya, Murtaza. Ketika berusia sekitar tujuh belas tahun,

13
A. Satori, Sitem Pemerintahan Iran Modern, h. 159.
11

Khomeini dikirim ke Arak dekat kota Isfahan untuk belajar kepada Syeikh Abdul

Karim Hairi, seorang ulama terkemuka yang meninggalkan Karbala untuk

menghindari pergolakan politik. Sikap ini yang kemudian mendorong kebanyakan

ulama terkemuka untuk menyatakan penentangan mereka pada pemerintahan Inggris.

Pada awal 1930-an, Imam Khomeini mulai mengajarkan etika. Segera saja

beratus-beratus siswa dan sarjana mulai mengikuti sesi-sesi ini. Yang dijadikan

sebagai referensi utama adalah manual sufi termasyhur tentang kemajuan etika yang

dipelajarinya dari Syah Abadi, yaitu Manazil al-Sa’irin, karya Khwaja Abullah

Anshari. Di sebutkan bahwa pekarangan yang luas di Madrasayi Fayziyah yang

terkenal sebagai tempat Khomeini melangsungkan kuliah-kuliahnya selalu dipenuhi

hadirin. Sebagai seorang otodidak yang berbudi luhur, Ayatullah Khomeini selalu

menekankan pelaksanaan kewajiban-kewajiban agama dan ketakwaan pada prinsip-

prinsip agama Islam. Dengan pemahaman tentang ilmu pengetahuan rasional dan ilmu

pengetahuan tradisional yang mendalam. Di usia yang ke-27, Imam Khomeini mulai

mengajar filsafat. Sementara pada usia 30, dia menulis buku-buku tentang seni dan

agama. Awal tahun 1960-an, Imam Khomeini melewatkan hidupnya di kota suci Qom.

Di sana, ia mengajar ilmu hukum, filsafat dan etika. Ia bersikeras bahwa Islam
memiliki komitmen terhadap kehidupan sosial dan politik.

Pada tahun 1926, ketika Reza mengalahkan orang-orang Qajar dan mendirikan

Dinasti Pahlevi, Imam Khomeini menyelesaikan studinya dan menjadi seorang

mujtahid (ulama di bidang agama Islam). Sejak awal, Imam Khomeini menunjukkan

bakat khususnya di bidang studi-studi ‘irfan. Pada usia 27 tahun, Khomeini juga

menulis sebuah buku tentang ‘irfan dalam bahasa Arab. ‘Irfan dan puisi yang diminati
12

Imam Khomeini, sebenarnya kurang populer di kalangan Mullah di Qom pada masa

itu.14

Pada akhir tahun 1940, Imam Khomeini mulai meninggalkan uzlahnya. Dia

percaya bahwa politik seperti juga filsafat, tasawuf, dan fiqih merupakan bagian dari

Islam. Untuk memajukan pandangannya, dia mengamati dari dekat dua tokoh zaman

itu, yaitu Ayatullah Kasyani, seorang mullah yang memiliki peranan yang penting

dalam bidang politik, dan Ayatullah Burujerdi, seorang marja’ taqlid paling

berpengaruh sejak 1947. Imam Khomeini memiliki banyak pandangan yang sama

dengan Ayatulloh Kasyani seperti tentang anti kolonialisme, Universalisme Islam,

aktivisme politik, serta populisme, Namun, mereka juga memilki banyak perbedaan

dalam hal yang lain. Misalnya, Ayatulloh Kasyani adalah politisi yang berbudi bahasa,

cenderung luwes, sedangkan Imam Khomeini lebih keras dan kurang akomodatif.

Kekaguman Imam Khomeini terhadap Ayatullah Burujerdi karena Ayatullah

Burujerdi merupakan Mullah terkemuka yang terkenal luas pengetahuan teologi dan

fiqihnya. Ayatullah Burujerdi juga dipandang sangat saleh dan merupakan

administator yang piawai. Kepribadian dan kharisma Ayatullah Burujerdi maupun visi

reformisnya, mengalahkan pengaruh ulama Syi’ah lainnya. Hal tersebut menjadikan


dirinya sebagai pemimpin yang diterima secara luas di kalangan Syi’ah. Karir politik

Rauhullah Imam Khomeini bermula sekitar tahun 1962, setelah tergulingnya Rezim

Mosaddeq pada masa itu. Walaupun demikian, keprihatinan sosial sudah tampak sejak

dini dalam diri Khomeini. Ketika berusia 39 tahun, Khomeini secara terangterangan

menuding Rezim Syah, penguasa Iran saat itu, sebagai budak Inggris, tiran, koruptor,

serta penguasa anti-Islam.

14
Ami Pratama dkk, Konsep Wilayatul Faqih Dalam Sistem Pemerintahan Republik Islam
Iran, Jurnal Riset Intervensi Pendidikan (JRIP), Volume 3No.2 Juli 2021, h. 93.
13

Selain mempelajari masalah fiqih dan hukum di Qum, Imam Khomeini juga

mempelajari dua tradisi Islam yang sangat tidak lazim, ’irfan dan hikmah. Pelajaran

ini yang kemudian sangat besar pengaruhnya pada corak pemikiran dan pandangan

Imam Khomeini mengenai dirinya dan dunia. ’Irfan (gnotisisme), merupakan tradisi

spiritual yang terdapat terutama di dunia Syi’ah. ’Irfan dalam beberapa hal sejajar

dengan tasawuf. Hikmah yang diwarnai oleh sistem pemikiran yang sepenuhnya logis

dan skolastik.15

Perhatian khusus Imam Khomeini terhadap filsafat Islam, teosofi (hikmah),

dan gnosis (’irfan) sangat besar. Terlambatnya Imam Khomeini diterima sebagai faqih

panutan (marja’ taqlid) karena minatnya kepada filsafat dan ’irfan. Memang demikian,

keengganan kepada filsafat dan ’irfan merupakan hal yang lazim di kalangan para

fuqaha Syi’ah. Yang pasti, Imam Khomeini adalah figur yang sangat langka di

kalangan para fuqaha Syi’ah dalam hal memperlakukan secara sama antara’irfan dan

filsafat Islam dengan fiqih di antara ilmu keagamaan. Meskipun teori politik Imam

Khomeini memang tidak sepenuhnya terpola oleh pengaruh-pengaruh ’irfan seperti

teori-teori sebagian ulama Syi’ah lainnya.

Pandangan-pandangan Imam Khomeini didasarkan pada ilmu ’irfan, namun


sejalan dengan kajian rasional dan tekstual Agama. Sebab, ’irfan Imam Khomeini pada

prinsipnya bersumber pada al-Qur’an, para ahlul bayit, dan dijembatani oleh akal atau

demonstrasi. Walaupun begitu, ketajaman rasional dan kedalaman tekstualnya

nampak lebih bagus. Karenanya, dalam mengungkapkan pandangan- pandangannya,

Imam Khomeini biasa menulis dengan gaya bahasa yang sederhana. Tulisan mistisnya

senantiasa dibungkus dengan bahasa simbolik. Setelah mempelajari ilmu filsafat,

15
Ami Pratama dkk, Konsep Wilayatul Faqih Dalam Sistem Pemerintahan Republik Islam
Iran, h. 91.
14

Imam Khomeini mulai mempelajari ilmu tasawuf pada seorang gurunya yang bernama

Aqa Mirza Muhammad Ali Syah Abadi. Dia adalah seorang mullah yang bukan saja

teolog dan sufi yang sempurna, namun juga seorang pejuang. Dia mengatakan bahwa

tidak ada kontradiksi intrinsik antara ’irfan dengan tasawuf di satu pihak, dan

berpegang teguh pada syariat di pihak yang lain. Tentunya, sulit bagi orang- orang

Barat untuk merujukkan dua sikap yang lazim dianggap sebagai kontradiksi: sikap

tasawuf yang lembut dan kontemplatif, dan sikap syariat yang legal dan terikat

hukum. Karya Imam Khomeini cukup banyak, sehingga ia dikenal sebagai sosok

ulama yang sangat produktif dalam menulis. Menurut Najibullah Lafraie, karya Imam

Khomeini kurang lebih sebanyak 25 buku yang ditulis maupun yang berasal dari

ceramah-ceramah Imam Khomeini. Sebagian besar karyanya itu. berisi tentang hukum

Islam, etika dan ilmu pengetahuan umum.16

2. Wilayatul Faqih (pembaharuan imam Khomeni) dan Aplikasinya di Iran

Konsep wilayatul faqih dalam beberapa hal merupakan kelanjutan dari doktrin

imamah karena melaksanakan fungsi-fungsi utama pemerintahan imam. Konsep ini

menggambarkan unsur perwakilan rasional berdasarkan pemilihan rakyat, yang

berbeda dengan diangkatnya seorang imam oleh Allah swt. Namun, faktor utama
kekuasaan individual tetap tidak berubah, baik imamah maupun perwakilan Imam

digunakan untuk mengabsahkan komunitas-komunitas yang berkuasa. Menurut

Ahmad Moussawi, pendekatan politis Islam merupakan bagian dari pendekatan

religius terhadap masalah-masalah duniawi. Dalam hal ini, bentuk kedaulatan yang

16
Ami Pratama dkk, Konsep Wilayatul Faqih Dalam Sistem Pemerintahan Republik Islam
Iran, h. 92.
15

mewakili kedaulatan Tuhan di muka bumi ini hanya merupakan suatu organisasi

manusia.17

Imam Khomeini menempatkan kaum mullah (agamawan) sebagai pemegang

otoritas tertinggi di bidang politik dan agama. Kepemimpinan atau kekuasaan

dipegang oleh agamawan yang berkecimpung dalam kajian hukum Islam. Dipilihnya

agamawan fiqih sebagai otoritas tertinggi, dikarenakan fiqih merupakan basis

landasan dalam menetapkan hukum-hukum dalam agama. Intisarinya adalah

kekuasaan terhadap ulama fiqih dikarenakan dia mampu menetapkan segala hukum di

tengah-tengah masyarakat, tentunya belandaskan fiqih Syiah Imamiyah. Pemilihan

kaum agamawan ini yang menjadi karakteristik unik, dan bahkan Khomeini berani

menerapkannya dsalam sebuah sistem pemerintahan.

Fakih merupakan unsur fundamental dalam pemerintahan Islam yang

diterapkan oleh Khomeini, dan inilah yang karakteristik serta inovasi yang diterapkan

oleh Khomeini. Pemilihan seorang fakih harus didasarkan dengan delapan persyaratan

agar dapat memimpin sebuah pemerintahan Islam, yaitu Pertama, mempunyai

pengetahuan yang luas tentang hukum Islam; Kedua, harus adil, dalam arti memiliki

iman dan akhlak yang tinggi; Ketiga, dapat dipercaya dan berbudi luhur; Keempat,
jenius; Kelima, memiliki kemampuan administratif; Keenam, bebas dari segala

pengaruh asing; Ketujuh, mampu mempertahankan hak-hak bangsa, kemerdekaan dan

integritas teritorial tanah Islam, sekalipun harus dibayar dengan nyawanya;

Kedepalan, hidup sederhana.18

Wisnu Fachrudin Sumarno, Sejarah Politik Republik Islam Iran Tahun 1905-1979,
17

SANGKEP: Jurnal Kajian Sosial KeagamaanVol. 3, No. 2, (2020), h. 153-154.


Sayed Muhammad Ichsan dan Syarif Hidayatullah, Revolusi Republik Islam Iran: Studi atas
18

Bentuk Pembaharuan Ayatollah Sayyid Ruhullah Musavi Khomeini, EKHSIS: Jurnal Ekonomi, Syariah
dan Studi Islam Vol. 1 No. 1, April 2023, h. 19.
16

Faqih mempunyai wilayah atas apa pun yang dimiliki Nabi Muhammad Saw.

dan imam ma’shum sebagai pemimpin atas masyarakat dan benteng pemerintahan

Islam. Faqih mempunyai wilayah itu, kecuali masalah- masalah yang menurut ijma’

atau nash jelas berada di luar lingkup wilayahnya. Wilayah seorang faqih mencakup

apa pun yang berhubungan dengan masalah spiritual dan keduniaan masyarakat yang

perlu diselesaikan. Hal ini menurut Naraqi sudah merupakan kesepakatan para faqih

terhadap kebenaran hukum Islam karena banyak hadis-hadis yang dengan jelas

memberi penekanan pada masalah ini.

Ayatullah Imam Khomeini kemudian mengaplikasikan konsep wilayatul faqih

ini secara praktis ke dalam konstitusi Iran dengan meyakini bahwa faqih menerima

otoritas absolut (mutlaq). Faqih yang memenuhi persyaratan penuh (jami’ syarat)

diberi semua kekuasaan dan tanggung jawab Imam ke-12 (Imam Mahdi) pada masa

kegaibannya, kecuali bila ada alasan tertentu yang pasti bahwa kekuatan dan tanggung

jawab itu masih berada di tangan Imam. Khomaini menyatakan, konsep Wilayah al-

Faqih berkaitan dengan konsep pemikiran politik keagamaan Syi'ah seperti kesetiaan,

imamah dan taqlid. Kepemimpinan Islam terkristalkan dan diwujudkan dalam

Imamah. Selama keghaiban Imam al-Muntadzar, Imamah dilanjutkan oIeh


kepemimpinan faqih yang memenuhi syarat dalam urusan keagamaan dan sosiaI

politik. Hubungan rakyat dengan Faqih didenisikan dengan konsep taqIid, yaitu

mematuhi Faqih.19

Konsep Wilayat Al Faqihmerupakan suatu bagian yang tercantum dalam

konstitusi negara Republik Islam Iran. Seperti tercantum dalam undang-undang

dasar Republik Islam Iran dikatakan dalam pasal 107 konstitusi 1979

19
Ajat Sudrajat, Imam Al-Khumaini dan Negara Republik Islam Iran, Jurnal Cakrawala
Pendidikan Nomor 1, Volume XV, Februari 1996, h. 40.
17

disebutkan pada prinsipnya mengesahkan Ayatullah Khumaeni sebagai wilayatul

faqih, marja’taqlid yang terkemuka dan sekaligus sebagai pemimpin revolusi Islam

Iran.

Pemegang kedaulatan tertinggi adalah Allah SWT dalam hiraki

kekuasaan sistem wilayatul faqih, sedangkan pemegang kekuasaan penuh dipegang

oleh Imam Mahdi yang diyakini dalam masa ghaib kubradan pelaksana tugas

selama kegaiban Imam Mahdi adalah wali faqih. Struktur pemerintahan dalam

Waliyat Al faqih terlihat sintesa konsep demokrasi modern ala barat dan sistem

politik Imamah ala syiah imamiah. Hal ini terlihat pada konsep trias politikadalam

pelaksanaan pemerintahan serta mengakomodir sistem demokrasi dengan

pemilihan atau referendum.Selain itu, sistem Imamah Syiah terlihat jelas

dengan sentralik kekuasaan pada pemimpin spiritual. Kekuasaan dalam

pemerintahan Waliyat Al faqih dipegang oleh seorang fakih yang dinilai

memiliki keunggulan dibangding fakih-fakih yang lainya. Fakih yang memegang

kekuasaan disebut Rahbar atau pemimpin spiritual. Jabatan ini dipegang selama

seumur hidup kecuali kalau Rahbar dinilai menyimpang oleh Majelis ahli dari

hukum Islam dan konstitusi. fungsi Rahbar merupakan penentu akhir dari segala
keputusan yang diambil serta untuk menyelesaikan segala konflik yang

terjadi pada lembaga-lembaga pemerintahan yang ada di bawahnya.20

Konsep trias politika digunakan dalam pembagian kekuasaan sistem wilayatul

faqih. Kekuasaan legislatif dijalankan oleh tiga lembaga yang memiliki tugas yang

berbeda satu dengan yang lain. Tiga Lembaga itu adalah:

Abdul Kadir, Syiah Dan Politik: Studi Republik Islam Iran, Jurnal Politik Profetik, Volume
20

5 Nomor 1, 2015, h. 9.
18

1. Majelis Shura al-Islam, majelis ini berfungsi sebagai parlemen yang terdiri

dari 270 anggota yang dipilih langsung oleh rakyat untuk masa jabatan 4

tahun. Majelis ini golongan minoritas seperti Zoroaster, Yahudi, Kristen, dan

etnik Armenia yang mendapatkan jatah satu anggota di parlemen.

2. Shiraya Nighaban (dewan perwalian), dewan ini diberikan tugas utama

untuk menjamin agar keputusan-keputusan parlemen tidak mengabaikan

ajaran Islam atau prinsip-prinsip konstitusi. Anggotanya terdiri dari 6 orang

fuqaha yang diangkat oleh Rahbar dan 6 pakar hukum yang ahli dalam berbagai

cabang hukum yang diusulkan oleh dewan kehakiman tertinggi nasional.

3. Majelis al-Khubreqan (majelis ahli), tugasnya hanyalah memilih atau

memberhentikan Rahbar, serta mengontrol Rahbar dalam menjalankan

tugasnya sebagai wakil dari Imam Mahdi. Majelis ini terdiri dari 73 ulama

senior yang dipilih langsung oleh rakyat dalam sebuah pemilihan umum.21

Sistem Wilayatul faqih kekuasaan eksekutif, kekuasaan presiden berada di

bawah kekuasaan Rahbar dalam kekuasaan tertinggi negara. Presiden dipilih

langsung oleh rakyat dalam sebuah pemilihan umum untuk masa jabatan 4 tahun,

dan hanya bisa dipilih kembali hanya untuk satu periode berikutnya, walaupun
presiden memegang kekuasaan eksekutif, tapi kebijakan-kebijakannya dapat

ditolak oleh rahbar, jika rahbar memandang bahwa kebijakan presiden tersebut

bertentangan dengan ajaran Islam dan konstitusi. Kekuasaan yudikatif tertinggi

dipegang oleh dewan kehakimam tertinggi nasional atau mahkamah agung yang

diangkat oleh Rahbar sesuai dengan UU konstitusi Republik Islam Iran.

Mahkamah agung membawahi pengadilan tinggi untuk wilayah provinsi dan

pengadilan rendah untuk wilayah kota atau distrik tertentu. Hakim, jaksa

21
A. Kadir, Syiah Dan Politik, h. 11.
19

penuntut umum, dan kepala-kepala pengadilan harus berasal dari ahli-ahli hukum

Syiah. Khusus Lembaga-lembaga hukum non syiah atau non muslim jaksa dan

hakimnya berasal dari ahli-ahli hukum mazhab dan agama masing-masing.22

Selain terdapat instrument-instrumen yang dikenal di sebuah pemerintahan

negara, Republik Islam Iran mempunyai beberapa bentuk dewan yang menjadikan

keunikan dalam sistem pemerintahan Republik Islam Iran, dewan-dewan tersebut

ialah: pertama, Dewan revolusi yang bertugas sebagai pasukan pengawal revolusi

atau Pasdaran.Kedua dewan politik dan ekonomi revolusi yang dihubungkan dengan

masjid-masjid yang tersebar di seluruh Republik Islam Iran.Ketiga, Pemimpin

agama yang ditempatkan di masjid-masjid berfungsisebagai administrator lokal.

Mereka bertugas menyediakan makanan, pakaian, dan bantuan lainya kepada

masyarakat yang kurang mampu, menjalankan pengadilan di tingkat lokal,

mengumpulkan zakat dan khumus, serta berfungsi sebagai pemimpin Pasdaran lokal

di daerahnya.23

A. Kadir, Syiah Dan Politik, h. 12.


22

Wisnu Fachrudin Sumarno, Sejarah Politik Republik Islam Iran Tahun 1905-1979, h. 145-
23

158.
20

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

1. Iran merupakan salah satu negara yang memiliki sejarah dan warisan

peradaban yang panjang dan kompleks. Negara Iran memiliki doktrin

ideologi Syi’ah yang masih berkembang sampai sekarang dan sangat

penting bagi masyarakat di Iran. Doktrin Syi’ah selanjutnya berkembang

seiring dengan dinamika yang dialami oleh penduduknya. Agama

menjadi fondasi bagi terbentuknya komunitas atau kesatuan hidup yang

diikat oleh keyakinan akan kebenaran hakiki yang sama.D alam Islam,

perintah Allah dimanifestasikan dalam bentuk hukum, yakni syari’ah.

Karena syari’ah memiliki sifat yang serba mencakup, maka di dalam

realitasnya tidak ada aspek kehidupan sosial yang secara mutlak terpisah

dari prinsip-prinsip religius. Sementara itu, dalam sistem hukum yang

berlaku di dunia Islam, ditemukan variasi yang sangat berbeda antara

pemerintahan yang satu dengan yang lain.


2. Salah satu dari keunikan varian sistem pemerintahan yang muncul adalah

pemerintahan Republik Islam Iran dengan konsep wilayatul faqih-nya

(pemerintahan para ulama). Menurut doktrin Syi’ah, konsep ini

mengilustrasikan bahwa perlu adanya pemerintahan Islam dizaman ghaibnya

Imam Mahdi. Wilayah dan kepemimpinan umat beralih ke faqih yang adil,

saleh dan kompeten. Penelitian ini mengkaji sistem pemerintahan Republik

Islam Iran yang menerapkan konsep wilayatul faqih.


21

DAFTAR PUSTAKA

Mikail, K. Sistem Politik Iran Kontemporer: Dari Westernisasi Hingga Islamisasi,


Jurnal Intelektualita: Keislaman, Sosial, Dan Sains, Vol. 8, No. 2, 2019.

Morgan, David. Medieval Persia. Cet, I; London: Routledge, 1988.

Thohir, Ajid. Studi Kawasan Dunia Islam. Cet, I; Jakarta: Rajawali Press, 2009.

Pramasto, Arafah dkk. Persia Di Bawah Dinasti Qajar Dalam Pemerintahan


Nashiruddin Shah Pada Tahun 1848-1857, Rusydiah Jurnal Pemikiran Islam,
Volume 3 Nomor 1, Juni 2022.

Lapidus, Ira M. Sejarah Sosial Umat Islam. Terj. Ghufron A. Mas’adi. Yogyakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 1999.

Esposito, Jhon L. Islam dan Politik. terj. M. Joesoef Sou’yb. Jakarta: Bulan Bintang,
1990.

Satori, A. Sitem Pemerintahan Iran Modern konsep Waliyatul Faqih Imam Khoneini
Sebagai Teologi Politik Dalam Relasi Agama Dan Demokrasi. Yogyakarta:
Rausyan Fikr Institute, 2012.

Asep, B. Tajul Milah, Post Islamisme, Trj Faiz. Yogyakarta: Lkis, 2011.

Pratama, Ami dkk. Konsep Wilayatul Faqih Dalam Sistem Pemerintahan Republik
Islam Iran, Jurnal Riset Intervensi Pendidikan (JRIP), Volume 3No.2 Juli 2021.

Sumarno, Wisnu Fachrudin. Sejarah Politik Republik Islam Iran Tahun 1905-1979,
SANGKEP: Jurnal Kajian Sosial KeagamaanVol. 3, No. 2, 2020.

Ichsan, Sayed Muhammad dan Hidayatullah, Syarif Revolusi Republik Islam Iran:
Studi atas Bentuk Pembaharuan Ayatollah Sayyid Ruhullah Musavi Khomeini,
EKHSIS: Jurnal Ekonomi, Syariah dan Studi Islam Vol. 1 No. 1, April 2023.

Sudrajat, Ajat. Imam Al-Khumaini dan Negara Republik Islam Iran, Jurnal Cakrawala
Pendidikan Nomor 1, Volume XV, Februari 1996.

Kadir, Abdul. Syiah Dan Politik: Studi Republik Islam Iran, Jurnal Politik Profetik,
Volume 5 Nomor 1, 2015.

Anda mungkin juga menyukai