Anda di halaman 1dari 2

“Cerita Segala Rasa”

Di sebuah kafe kecil yang sepi di sudut kota Malang, terlihat dua orang sahabat

lama, Alin dan Fano, duduk berhadapan di meja kayu saling bertatapan. Mereka

berteman sejak masuk kuliah di salah satu kampus di kota Malang, seiring

berjalannya waktu, pertemuan mereka selalu penuh dengan makna. Kafe ini

menjadi tempat di mana mereka sering berbincang tentang segala hal, mulai dari

tawa hingga tangis.

Sore itu, saat matahari mulai meredup, mereka memesan secangkir kopi dan mulai

berbicara.

Alin menarik napas dalam-dalam sebelum berkata, "Fano, ada sesuatu yang ingin

kukatakan padamu."

Fano menyipitkan mata dan tersenyum lembut. "Tentu saja, Alin. Apa yang

terjadi?"

Alin memandangi secangkir kopi di depannya, lalu menatap Fano. "Akhir-akhir

ini aku merasa sangat sedih, Fano. Rasanya ada beban berat di dadaku."

Fano menarik napas dan mengangguk. "Ada apa Alin?"

Alin menjelaskan bagaimana ia merasa tertekan dengan perkuliahannya dan

betapa ia sering merasa kesepian meski memiliki banyak teman. Dia berbicara

tentang perasaannya yang kacau, cemas dan kesepian. Fano hanya mendengarkan,

menggambarkan wajahnya yang penuh empati.

Setelah Alin selesai berbicara, Fano berkata dengan lembut, "Alin, aku sangat

menghargai kamu berbagi ini denganku. Aku selalu di sini untukmu, kamu tahu

itu kan?"
Alin tersenyum dan mengangguk. "Aku tahu, Fano, dan itu menyenangkan.

Terkadang, aku merasa tidak bisa mengungkapkan perasaanku kepada siapa pun,

tapi bersamamu, aku merasa aman."

Mereka melanjutkan perbincangan mereka, kali ini membicarakan kenangan

mereka bersama, tertawa, dan terkadang menangis. Rasa berat di dada Alin

perlahan mulai mereda saat ia merasa didengarkan dan diterima oleh sahabatnya.

Saat malam tiba dan kafe semakin sepi, Alin dan Fano merasa lebih dekat satu

sama lain dibandingkan sebelumnya. Mereka merasakan kekuatan dalam

membicarakan semua perasaan yang mereka rasakan, baik suka maupun duka.

Ketika mereka bangun hendak berangkat, Alin berkata, "Terima kasih Fano

karena telah mendengarkan semua perasaan yang ada dalam diriku. Aku sangat

beruntung mempunyai sahabat sepertimu."

Fano tersenyum dan berkata, "Sama-sama, Alin. Aku akan selalu ada untukmu."

Mereka keluar dari kafe, menyadari bahwa dalam pertemuan sederhana itu,

mereka telah menggali lebih dalam segala perasaan mereka dan bahwa sahabat

selalu siap mendengarkan dan memahami. Meskipun hidup penuh dengan emosi

yang penuh warna, mereka tahu bahwa mereka dapat menghadapinya bersama,

kata demi kata.

Anda mungkin juga menyukai