Anda di halaman 1dari 14

KAJIAN ARTIKEL TERMODINAMIKA

Nama : Lilik Nadifa

NIM : 220322601609

No Aspek Uraian
1 Judul Analisis Numerik Pengaruh Sudut Sudu Pengarah Difuser Jet
Swirling Dan Grille Terhadap Distribusi Sifat-Sifat
Termodinamika Udara Dalam Ruang Terkondisi.
2 Tujuan Tujuan dari penelitian analisis numerik ini adalah untuk
memahami pengaruh sudut sudu pengarah, difuser, jet swirling,
dan grille terhadap distribusi sifat-sifat termodinamika udara
dalam ruang terkondisi. Dalam penelitian ini, metode analisis
numerik digunakan untuk memodelkan aliran udara dalam ruang
terkondisi dan memprediksi distribusi suhu, tekanan, kecepatan,
dan sifat-sifat termodinamika lainnya. Selain itu, penelitian ini
juga bertujuan untuk meningkatkan pemahaman kita tentang
interaksi antara udara dan komponen sistem ventilasi seperti sudut
sudu pengarah, difuser, jet swirling, dan grille. Dengan memahami
interaksi ini, kita dapat mengoptimalkan desain sistem ventilasi
untuk mencapai distribusi sifat-sifat termodinamika udara yang
diinginkan dalam ruang terkondisi.
3 Metode Metode penelitian di awali oleh pemilihan model turbuensi,
penggunaan model dikretisasi, pemodelan dan membuat
model simulasi ruang yang dikondisikan.
Model Turbuensi:
Proses simulasi numerik pada penelitian ini model tubulensi
yang digunakan adalah model k- standart. Pemodelan k-
standard menggunakan model semi-empirik yang
didasarkan atas model persamaan transport untuk energi
kinetik turbulen (k) dan laju disipasi turbulen () dengan
memanfaatkan hipotesa dari Boussinesq. Pada penurunan
pemodelan ini, kita mengasumsikan bahwa aliran
sepenuhnya turbulen dan efek viskositasnya diabaikan.
Pemodelan jenis ini cocok untuk aliran turbulen penuh.
Model Dikretisasi:
Dalam menganalisis persamaan-persamaan yang
membangun aliran fluida. Fluent menggunakan teknik
khusus berdasarkan volume kontrol guna mengubah
persamaan tersebut menjadi persamaan aljabar yang dapat
dicari solusinya secara numerik. Teknik ini dilakukan
dengan cara mengintegrasikan persamaan di tiap volume
kontrol sehingga diperoleh persamaan diskret yang
menggambarkan variabel-variabel aliran fluida.
4 Hasil Hasil pada penelitian ini merupakan hasil simulasi numerik
menggunakan paket Program Computational Fluids
Dyanamic Fluent.
Distribusi Temperatur Udara Dalam Ruangan
Terkondisi.
Distribusi temperatur dalam ruang terkondisi pada
hakekatnya juga dipengaruhi oleh pola aliran udara yang
dihasilkan oleh diffuser udara. Gambar 11 dan 12
memperlihatkan kontur distribusi temperatur udara dalam
ruangan keluaran dari diffuser jet swirling sudut sudu 45 °
dan 60 ° .

Pada gambar 11 terlihat, udara lebih menyebar secara merata


ke semua titik dalam ruang. Hal ini terlihat dari warna kontor
pada gambar 11, yang warna birunya lebih merata dan lebih
tua (deep) dan sedikit warna kuningnya. Pada tepi-tepi ruang
temperataur agak sedikit lebih tinggi dibanding di tengah-
tenagh ruang. Dari data simulasi diperoleh bahwa capaian
temperatur rata-rata untuk diffuser sudut sudu 45° dalam
ruang yang dikondisikan adalah 20,05 ° c
Distribusi temperatur oleh diffuser jet swirling sudut sudu 60
terlihat pada gambar 12. Dari gambar 12 penyebaran
temperatur juga mera hamper kesemua ruang dengan kisaran
19,3° - 20,6° . Jika dilihat dari kontur temperaturnya terlihat
biru muda rata. Pada bagian tepi ruang lebih banyak warna
kuningnya. Hal ini menunjukan bahwa temperatur di tepi
ruang agak lebih tinggi jika dibandin dengan distribusi
temperature oleh sudu sudu 45 °. Rata-rata capaian
temperatur hasil distribusi diffuser jet swirling sudut sudu
60° adalah 20,97 ° C. Terjadi perbedaan hampir 1 ° C antara
sudut sudu 45 ° dengan 60 ° .
Kecepatan Udara Dalam Ruangan Terkon-disi
Kecepatan udara dalam ruangan yang dikondisikan
didapatkan dari ketinggian 1 meter dari atas lantai. Untuk
diffuser jet swirling sudut sudu 45° dapat dilihat dari gambar
15. Pada gambar sangat jelas terlihat ada tumpukan udara di
titik tengah ruang dari kontur berwarna kuning. Ratarata
kecepatan udara keluaran diffuser jet swirling sudut sudu 45°
adalah 0,14 m/dt. Kecepatan udara yang dihasilkan sebesar
0,14 m/dt sudah memenuhi kriteria nyaman kecepatan udara
dalam ruang kerja.

untuk difuser jet swirling sudut sudu 60° kecepatan udara yang
bisa dicapainya adalah adalah 0,12 m/dt. Lebih rendah disbanding
dengan diffuser jet swirling sudut sudu 45°. Pada kontur
kecepatan udara gambar 16 terlihat warna kontur lebih biru tua
rata ada sedikit warna biru muda. Dari warna kontur pada gambar
16 didapat kecepatan rata-rata udara keluaran diffuser jet swirling
sudut sudu 60 ° lebih rendah dibanding sudut sudu 45 °.

Distribusi kecepetan udara keluaran dari disfuer grille sudut


sudu 45° dapat terlihat pada kontur kecepatan udara, terlihat
ada beberapa titik dalam ruangan dimana kecepatan udaranya
cukup baik, Terlihat dari tumpukan warna kuning warna.
Rata-rata capaian kecepatan udara dalam ruanag keluaran
diffuser grille sudut sudu 45° adalah 0,20 m/dt. Angka ini
sangat memenuhi kriteria nyaman yang direkomendasikan.
Perbandingan Hasil Simulasi dengan Hasil Pengkuran
Keakuratan hasil simulasi diperoleh jika dapat dibandingkan
dengan hasil pengukuran secara eksperimen. Parameter yang
dibandingkan adalah distribusi temperatur dan kecepatan
udara pada ketinggian 1 meter dari atas lantai. Tabel 6 berikut
adalah perbandingan hasil simulasi dengan hasil pengukuran
secara eksperimen.
5 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil simulasi distribusi
udara ke dalam ruangan oleh diffuser jet swirling dan grille
adalah capaian temperatur terendah lebih cepat tercapai
menggunakan diffuser sudut sudu 45° untuk diffuset jet
swirling, namun untuk difuser grille menggunakan sudut
sudu 60° . Distribusi kecepatan udara menggunakan diffuser
grille dengan sudu sudu 60° lebih merata disetiap titik dalam
ruang, namun nilainya lebih kecil dengan diffuser sudut sudu
45° . Akurasi hasil simulasi distribusi temperatur dan
kecepatan udara dalam ruang mendekati hasil pengukuran
secara eksperimen. Artinya simulasi ini dapat digunakan
sebagai pengujian pada sistem distribusi udara.

Daftar Pustaka:

J. Sarsetiyanto and D. M. Soedjono, “Pengaruh Posisi Difuser dan Variasi


Kecepatan Udara Masuk terhadap Distribusi Temperatur Ruang Terkondisi
Sebuah Studi Numerik,” J. Tek. Mesin, vol. 8, no. 1, pp. 1– 7, 2006.
W. F. Stocker and W. C. Jerold, Air Conditioning and Refrigeration. Mc-Graw
Hill, New York, 1978.
A. Badarudin, A. Setyawan, S. Sugiyarto, and U. N. Adilah, “OBSERVASI POLA
ALIRAN UDARA DAN DISTRIBUSI TEMPERATUR PADA RUANG
TERKONDISI MENGGUNAKAN CFD,” EDUSAINTEK, vol. 3, 2019.
S. A. Safitri, “Desain dan Analisis Sistem Pengkondisian Udara Berbasis
Computational Fluid Dynamics (CFD) pada Kereta Ukur Sulawesi di PT.
INKA (Persero),” PhD Thesis, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, 2017.
A. Handbook, “ASHRAE handbook– fundamentals,” Atlanta GA, 2009.
R. Azzamudin and S. T. Marwan Effendy, “Analisis Distribusi Aliran Udara Pada
Ruangan Dengan Variabel Temperatur dan Penempatan AC Menggunakan
Metode Computational Fluid Dynamics (CFD),” PhD Thesis, Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 2017.
C. Putri and C. Radios, “Studi Numerik Aliran Fluida Melewati Diffuser Dengan
Variasi Bentuk Dan Bilangan Reynolds Untuk Aplikasi Inlet Duct HRSG,”
PhD Thesis, Institut Teknology Sepuluh Nopember, 2015.
A. I. Bosioc, C. Tanasa, S. Muntean, and R.
Susan-Resiga, “Pressure recovery improvement in a conical diffuser with swirling
flow using water jet injection,” Proc. Romanian Acad. Ser. Math. Phys.
Tech. Sci. Inf. Sci. ISSN, vol. 14549069, 2010.
V. M. Domkundwar, V. Sriramulu, and M. C. Gupta, “Analysis of swirling
recirculating reacting turbulent jets passing through diffusers,” Combust.
Flame, vol. 33, pp. 241– 249, 1978.
R. Faiz, “ANALISIS POLA ALIRAN MENGGUNAKAN ANSYS FLUENT,”
PhD Thesis, Fakultas Teknik Unpas, 2019.
A. Ramadhani, “Pengaruh Sudut Swirl Vanes Terhadap Visualisasi Dan Distribusi
Temperatur Api Difusi,” PhD Thesis, Universitas
Brawijaya, 2016.
W. Priatna and A. B. KP, “Perencanaan Ulang Sistem Pengkondisian Udara Pada
lantai 1 dan 2 Gedung Surabaya Suite Hotel Di Surabaya,”
J. Tek. ITS, vol. 5, no. 2, pp. A634–A639, 2016.
D. ME Soedjono, “Kaji numerik dan eksperimental distribusi temperatur pada
ruangan dengan variasi kecepatan udara masuk difuser dan posisi difuser.,”
2000.
V. M. Molochnikov, N. I. Mikheev, and O. A.
Dushina, “Simulation of subsonic flows with separation using the FLUENT
program package: software applicability study,” Thermophys.
Aeromechanics, vol. 16, no. 3, p. 367, 2009.
A.Mulyana, “PERBANDINGAN PEMODELAN NUMERIK MENGGUNAKAN
MODEL TURBULEN ENERGI KINETIK-DISIPASI (kg) DAN
TEGANGAN REYNOLD (RSM) PADA TABRAKAN DUA JET SALING
BERHADAPAN,” J. Sains Dan Teknol. Indones. Ed. Energi Dan Aspeknya
BPPT, 2000.
A. A. Azis and S. T. Marwan Effendy, “Prediksi Karakteristik Temperatur dan
Kecepatan Udara Pada Ruangan Berpendingin AC dengan Metode
Pendekatan Computational Fluid Dynamics (CFD),” PhD Thesis,
Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2018.

LAMPIRAN ARTIKEL

https://drive.google.com/drive/folders/1ZTXMBPfwv1LFPr9npNcATJWoodqq8h
LB
LAPORAN HASIL KAJIAN ARTIKEL
Untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Termodinamika
Yang dibimbing oleh : Hartatiek, Dra., M.Si
Dikaji oleh : Puan Az Zahra Adha Wahyudi (220322604060)

NO ASPEK URAIAN
1 Judul Desain Pembangkit Listrik Turbin Uap Berbahan Bakar Batu Bara yang Efektif
dan Ramah Lingkungan
2 Tujuan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan desain pembangkit listrik
turbin uap berbahan bakar batu bara yang dapat mencapai tingkat efisiensi yang
optimal sambil meminimalkan dampak lingkungan. Secara lebih rinci, penelitian
ini bertujuan:
1. Meningkatkan Efisiensi Energi
Melalui pemahaman mendalam terhadap proses turbin uap
dan komponen-komponennya, penelitian ini bertujuan
untuk mengidentifikasi inovasi dan perbaikan desain yang
dapat meningkatkan efisiensi konversi energi dari batu
bara menjadi listrik. Pengembangan teknologi yang lebih
efisien akan membantu meningkatkan produktivitas
pembangkit listrik dan mengoptimalkan pemanfaatan
sumber daya energi.
2. Reduksi Emisi Gas Rumah Kaca
Salah satu fokus utama penelitian ini adalah mengurangi
emisi gas rumah kaca yang dihasilkan oleh pembangkit
listrik berbahan bakar batu bara. Melalui desain yang lebih
canggih, penelitian ini berusaha untuk meminimalkan
jumlah emisi karbon dioksida (CO2) dan gas pencemar
lainnya, menciptakan suatu sistem pembangkit listrik yang
lebih bersahabat dengan lingkungan.
3. Optimasi Penggunaan Bahan Bakar.
Penelitian ini juga bertujuan untuk mengoptimalkan
penggunaan batu bara sebagai bahan bakar. Dengan
menerapkan teknologi terkini dan desain yang efisien,
penelitian ini berupaya mengurangi konsumsi batu bara per
unit energi yang dihasilkan, sehingga memberikan dampak
positif pada keberlanjutan dan ketersediaan sumber daya
alam.
4. Peningkatan Kinerja Operasional
Selain meningkatkan efisiensi, penelitian ini juga memiliki
tujuan untuk meningkatkan kinerja operasional secara
keseluruhan. Ini mencakup pengembangan sistem
pemantauan yang canggih dan strategi operasional yang
efektif untuk menjaga stabilitas operasi dan mencegah
gangguan yang tidak diinginkan.
Dengan mencapai tujuan-tujuan ini, diharapkan penelitian ini akan memberikan
kontribusi positif terhadap pengembangan pembangkit listrik berbahan bakar batu
bara yang lebih efektif, efisien, dan berkelanjutan secara lingkungan.
3 Metode Metode penelitian yang digunakan dalam studi ini adalah metode
kuantitatif. Penelitian ini dimulai dengan tinjauan literatur menyeluruh untuk
merinci perkembangan terbaru dalam desain pembangkit listrik turbin uap
berbahan bakar batu bara, dengan fokus pada efisiensi dan dampak lingkungan.
Kemudian, analisis konsep desain akan dilakukan untuk mengevaluasi kelebihan
dan kekurangan berbagai pendekatan. Penggunaan perangkat lunak simulasi dan
model numerik akan mendukung analisis kuantitatif untuk mensimulasikan kinerja
potensial dari konsep desain yang diidentifikasi. Eksperimen di laboratorium akan
dilakukan untuk menguji performa nyata dari beberapa konsep desain dan
mengumpulkan data kuantitatif terkait efisiensi, emisi, dan karakteristik
operasional. Selanjutnya, optimasi desain akan dilakukan dengan menyesuaikan
parameter desain berdasarkan hasil analisis simulasi, model numerik, dan data
eksperimental secara kuantitatif.
Sistem pemantauan yang canggih akan dikembangkan untuk mendukung
analisis kuantitatif kinerja operasional secara real-time. Analisis dampak
lingkungan menggunakan metode penilaian siklus hidup akan memberikan
evaluasi kuantitatif terhadap emisi gas rumah kaca, penggunaan sumber daya
alam, dan dampak lingkungan lainnya. Lihua C. (07 2022), melakukan analisa
energi termodinamika siklus S-CO2 pada boiler uap yang hasilnya menunjukkan
bahwa kondisi penerimaan panas turbin (THA), sistem termal yang diusulkan
dapat mengurangi tingkat konsumsi batu bara standar sebesar 0,91% pada unit
pembangkit listrik berbahan bakar batu bara sehingga emisi CO2 juga berkurang.

4 Hasil Dalam penelitian yang dilaksanakan terdapat tiga poin yang dapat kita pelajari
penelitian sebagai berikut:

Poin pertama
Sistem siklus S-CO2 tambahan mencapai pemanfaatan gas buang, udara,
uap, air, dan energi yang komprehensif unit pembangkit listrik berbahan bakar
batu bara dan mengurangi standar tingkat konsumsi batu bara unit sebesar
0,91%. Siklus tambahan mengurangi kehilangan eksergi pertukaran panas
dengan mengubah perbedaan suhu pertukaran panas dari fluida kerja yang
berbeda. Untuk sistem siklus tambahan, kerugian eksergi gas buang-SCO2
pertukaran panas dan pertukaran panas S-CO2 udara relative besar, terhitung
masing-masing 66,35% dan 15,91%.
Poin tersebut memiliki korelasi dengan materi termodinamika proses
spontan. Eksperimen menunjukkan bahwa ketika energi dalam bentuk kalor
ditransfer ke sistem, hanya sebagian kalor dapat dikonversi menjadi kerja.
Sebaliknya, eksperimen Joule menunjukkan bahwa ketika energi disuplai ke
sistem dalam bentuk energi, kerja dapat dikonversi menjadi kalor semuanya.
Jelas bahwa kalor dan kerja tidak dapat dipertukarkan secara sempurna melalui
metode transfer energi. Kenyataan menunjukkan bahwa proses alami diiringi
oleh pembubaran energi (Hartatiek, 2020).
Pernyataan tersebut dapat dikorelasikan dengan beberapa konsep
termodinamika, terutama terkait dengan siklus termal dan pertukaran panas
pada sistem pembangkit listrik berbahan bakar batu bara menggunakan siklus
CO2 superkritikal (S-CO2). Berikut adalah beberapa korelasi dengan konsep
termodinamika:
1. Peningkatan Pemanfaatan Energi: Pemanfaatan gas buang, udara, uap, dan air
dalam sistem siklus S-CO2 tambahan mencerminkan upaya untuk
meningkatkan pemanfaatan sumber daya termal yang komprehensif. Dalam
terminologi termodinamika, ini dapat dihubungkan dengan upaya untuk
meningkatkan efisiensi termal dan mengurangi kehilangan energi yang tidak
dimanfaatkan.
2. Penurunan Standar Tingkat Konsumsi Batu Bara: Penurunan standar tingkat
konsumsi batu bara sebesar 0,91% mencerminkan peningkatan efisiensi
penggunaan batu bara. Dari perspektif termodinamika, ini mengindikasikan
bahwa lebih banyak energi dari batu bara dapat diubah menjadi energi listrik,
mengurangi limbah termal.
3. Pertukaran Panas dan Kehilangan Eksergi: Pengurangan kehilangan eksergi
pertukaran panas antara gas buang dan fluida kerja S-CO2 dapat dijelaskan
dengan prinsip pertukaran panas efektif dalam termodinamika. Penurunan
kehilangan eksergi ini menunjukkan peningkatan efisiensi pertukaran panas
antara fluida kerja yang berbeda.
4. Perubahan Perbedaan Suhu Pertukaran Panas: Pengurangan kehilangan eksergi
melalui perubahan perbedaan suhu pertukaran panas mencerminkan upaya
untuk mengoptimalkan kondisi operasional sistem. Termodinamika
menjelaskan bahwa perubahan perbedaan suhu dapat memengaruhi efisiensi
dan performa keseluruhan suatu sistem.
5. Analisis Kehilangan Eksergi Secara Relatif: Analisis kehilangan eksergi gas
buang-SCO2 pertukaran panas dan pertukaran panas S-CO2 udara secara relatif
mencerminkan distribusi kehilangan eksergi yang diperoleh dari pertukaran
panas. Termodinamika mengajarkan bahwa efisiensi pertukaran panas dapat
bervariasi tergantung pada karakteristik fluida kerja dan perbedaan suhu antar
fluida yang berpartisipasi dalam pertukaran panas.
Secara keseluruhan, pernyataan tersebut mencerminkan upaya untuk
meningkatkan efisiensi dan pemanfaatan sumber daya dalam sistem pembangkit
listrik berbahan bakar batu bara dengan menerapkan prinsip-prinsip
termodinamika.

Poin kedua
Meningkatkan laju alir S-CO2 antara 60 kg/s dan 90 kg/s dapat
meningkatkan beban pembangkit listrik dari sistem siklus S-CO2 sekitar 4,8
MW–6,8 MW. Antara 60 kg/s dan 90 kg/s, dengan peningkatan laju aliran S-
CO2, total investasi sistem meningkat dari $3.6 M menjadi $5.5 M, dan siklus
pemulihan statis meningkat dari 5,2 menjadi 6,8 tahun.
Poin ini terkait dengan materi kerja mesin kalor, Mesin kalor adalah
suatu sistem termodinamika yang beroperasi dalam suatu siklus yang kepadanya
kalor net ditransfer dan darinya kerja net dihasilkan. Sistem menjalani sederetan
proses yang merupakan siklus mesin-kalor.
Dengan notasi tersebut akan didapatkan persamaan :

Poin tersebut memiliki korelasi yang erat dengan konsep mesin kalor
dalam termodinamika, khususnya terkait dengan pengaruh laju alir fluida kerja
pada beban pembangkit listrik, investasi sistem, dan periode pengembalian.
Berikut adalah beberapa korelasi dengan konsep termodinamika:
1. Pengaruh Laju Alir Fluida Kerja pada Beban Pembangkit Listrik: Peningkatan
laju alir S-CO2 dari 60 kg/s menjadi 90 kg/s mencerminkan peningkatan
jumlah fluida kerja yang mengalir melalui siklus S-CO2. Dalam mesin kalor,
laju alir fluida kerja dapat mempengaruhi beban pembangkit listrik. Korelasi
ini sesuai dengan prinsip dasar termodinamika bahwa peningkatan jumlah
fluida kerja dapat meningkatkan daya yang dihasilkan oleh mesin kalor.
2. Total Investasi Sistem dan Laju Alir Fluida Kerja: Peningkatan laju alir S-CO2
juga berdampak pada total investasi sistem, yang meningkat dari $3.6 M
menjadi $5.5 M. Ini mencerminkan hubungan antara kapasitas mesin dan
biaya investasi dalam mesin kalor. Dalam termodinamika, kapasitas mesin
kalor dapat dipengaruhi oleh jumlah fluida kerja yang diproses, dan kenaikan
biaya investasi sejalan dengan peningkatan kapasitas tersebut.
3. Siklus Pemulihan Statis dan Pengaruh Laju Alir Fluida Kerja: meningkat dari
5,2 tahun menjadi 6,8 tahun. Ini mencerminkan periode waktu yang
dibutuhkan untuk memulihkan investasi awal dari penghematan daya yang
dihasilkan oleh sistem. Korelasi ini terkait dengan efisiensi dan performa
siklus dalam mesin kalor, di mana penyesuaian parameter, termasuk laju alir
fluida kerja, dapat memengaruhi efisiensi dan waktu pengembalian investasi.

Poin ketiga
Tekanan masuk dan keluar kompresor sedikit berdampak pada distribusi
beban dan ekonomi yang diusulkan sistem. Ketika efisiensi kompresor/turbin
didistribusikan dalam kisaran 70%–90%, total beban unit meningkat dengan
peningkatan efisiensi. Ketika efisiensi kompresor/turbin meningkat sebesar 5%,
beban pembangkit listrik unit meningkat sebesar 0,0636% P0. Ketika efisiensi
kompresor/turbin adalah antara 70%–85%, dampaknya pada investasi peralatan
dan periode pengembaliannya tidak jelas. Ketika efisiensi kompresor/turbin
mencapai 90%, total investasi sistem dan periode pengembalian meningkat
secara signifikan.
Poin ketiga ini berkorelasi dengan proses pada energi internal konstan
dimana hukum I termodinamika pada persamaan . Karena aliran
arus yang melewati peranti konstan, maka daya listrik keluaran sama
dengan penurunan tegangan dikalikan dengan arus. Pernyataan tersebut
mencerminkan dampak efisiensi kompresor/turbin pada distribusi beban,
ekonomi, investasi peralatan, dan periode pengembalian dalam konteks
termodinamika pembangkit listrik. Efisiensi kompresor/turbin memainkan
peran krusial dalam konversi energi pada siklus termodinamika pembangkit
listrik. Ketika efisiensi kompresor/turbin meningkat dari 70% ke 90%, ini
menunjukkan peningkatan dalam konversi energi dari bentuk mekanis ke termal
dan sebaliknya. Peningkatan efisiensi mengakibatkan peningkatan total beban
unit, menandakan bahwa lebih banyak energi dapat diubah menjadi listrik tanpa
meningkatkan bahan bakar yang dibutuhkan. Hal ini sesuai dengan prinsip
termodinamika bahwa peningkatan efisiensi pada proses konversi energi dapat
meningkatkan ketersediaan energi yang bermanfaat.
Peningkatan efisiensi sebesar 5% yang berdampak pada peningkatan
beban pembangkit listrik sebesar 0,0636% P0 mencerminkan korelasi langsung
antara efisiensi dan daya yang dihasilkan. Peningkatan efisiensi mengarah pada
peningkatan output daya relatif terhadap daya input yang diberikan oleh bahan
bakar, dan ini sejalan dengan hukum kekekalan energi dalam termodinamika.
Dampak pada investasi dan periode pengembalian yang tidak jelas pada
rentang efisiensi 70%–85% mungkin mencerminkan kompromi antara efisiensi
dan biaya investasi. Dalam termodinamika, ini dapat dihubungkan dengan
trade-off antara kompleksitas teknologi yang meningkatkan efisiensi dan biaya
tambahan yang terkait. Namun, ketika efisiensi mencapai 90%, dampaknya
yang signifikan pada investasi dan periode pengembalian mengindikasikan
bahwa pencapaian efisiensi tinggi mungkin memerlukan teknologi yang lebih
kompleks dan mahal, yang bisa mempengaruhi ekonomi dan kelayakan proyek
secara keseluruhan. Seperti yang dicontohkan pada buku termodinamika oleh
Hartatiek (2020):

Apabila diperlukan suatu analisis hukum I untuk membuat peranti termoelektrik


dengan dengan persyaratan:
laju tranfer kalor = 20 W
emf yang dihasilkan = 2,5 V
aliran arus = 0,6 A
Anggaplah keadaannya “steady”
Penyelesaian:

(Hartatiek, 2020)

5 Kesimpulan Pentingnya desain dan karakteristik turbin uap yang optimal tidak dapat
dipandang sebelah mata, terutama dalam konteks mencapai pembakaran yang
efektif dan mengurangi emisi gas CO2. Melalui rangkuman berbagai hasil
penelitian yang termuat dalam review paper ini, ditemukan bahwa desain turbin
uap yang inovatif, efisien, dan ramah lingkungan memainkan peran kunci dalam
menghasilkan energi listrik secara berkelanjutan. Beberapa metoda yang
digunakan untuk mencapai hal ini termasuk pendekatan dekarbonisasi, penerapan
prinsip termodinamika, analisis siklus termodinamika, dan peningkatan efisiensi
pembakaran gas buang. Kesimpulan ini menggarisbawahi pentingnya terus-
menerus mencari inovasi dalam desain turbin uap untuk mengoptimalkan proses
pembangkitan listrik, yang pada gilirannya dapat mendukung upaya mitigasi
perubahan iklim dan keberlanjutan sumber daya energi.
Peningkatan laju alir S-CO2 dalam sistem siklus S-CO2 secara signifikan
mempengaruhi beberapa aspek termodinamika dan ekonomi. Pertama,
peningkatan laju alir fluida kerja dapat meningkatkan beban pembangkit listrik,
mencerminkan prinsip dasar mesin kalor yang menunjukkan bahwa peningkatan
jumlah fluida kerja dapat meningkatkan daya yang dihasilkan. Kedua, kenaikan
laju alir S-CO2 juga berdampak pada total investasi sistem yang meningkat,
menggambarkan hubungan antara kapasitas mesin dan biaya investasi dalam
termodinamika. Terakhir, perubahan dalam laju alir fluida kerja memengaruhi
siklus pemulihan statis, menunjukkan bahwa variabel operasional ini memiliki
dampak pada efisiensi dan periode pengembalian investasi sistem.
Kesimpulannya, optimasi laju alir S-CO2 dalam siklus S-CO2 memerlukan
pertimbangan cermat antara peningkatan daya yang dihasilkan dan biaya investasi
serta konsekuensinya terhadap periode pengembalian investasi dalam konteks
mesin kalor dan prinsip-prinsip termodinamika.
DAFTAR PUSTAKA
Dadang, Dani, Norvita. 2023. Desain Pembangkit Listrik Turbin Uap Berbahan Bakar
Batu Bara yang Efektif dan Ramah Lingkungan. Indonesia: Pusat Riset
Elektronika-BRIN
Hartatiek. 2020. Termodinamika. Malang: Universitas Negeri Malang

LAMPIRAN ARTIKEL
Artikel asli
Link drive tugas akhir Puan Az Zahra Adha Wahyudi klik di sini
https://drive.google.com/drive/folders/1oA9__cZ6oEIpaqkUL4MRGB5JSqknbReI?us
p=sharing

Desain Pembangkit Listrik Turbin Uap Berbahan Bakar Batu Bara yang Efektif dan Ramah Lingkungan.pdf

Anda mungkin juga menyukai