Anatomi: Kandung Empedu Kandung Empedu Bentuknya Seperti Kantong, Organ Berongga Yang
Anatomi: Kandung Empedu Kandung Empedu Bentuknya Seperti Kantong, Organ Berongga Yang
Jakarta: EGC;
2000.h.455-63.)
Anatomi
Kandung empedu Kandung empedu bentuknya seperti kantong, organ berongga yang
panjangnya sekitar 10 cm, terletak dalam suatu fosa yang menegaskan batas anatomi antara
lobus hati kanan dan kiri. Bagian ekstrahepatik dari kandung empedu ditutupi oleh
peritoneum.
Duktus biliaris Traktus biliaris mempunyai asalnya sendiri di dalam duktus biliaris
intrahepatik kecil. Duktus hepatika kanan dan kiri keluar dari hati dan bergabung dengan
hilum untuk membentuk duktus hepatikus komunis, umumnya anterior terhadapa bifurkasio
vena porta dan proksimal dekat dengan arteri hepatika kanan. Bagian ekstrahepatik dari
duktus kiri cenderung lebih panjang. Duktus hepatikus komunis membangun batas kiri dari
segitiga Calot dan berlanjut dengan duktus koledokus. Pembagian terjadi pada tingkat duktus
kistikus. Duktus koledokus panjangnya sekitar 8 cm dan terletak antara ligamentum
hepatoduodenalis, ke kanan dari arteri hepatika dan anterior terhadap vena porta. Segmen
distal dari duktus koledokus terletak di dalam substansi pankreas. Duktus koledokus
mengosongkan isinya ke dalam duodenum atau ampula Vateri, orifisiumnya di kelilingi oleh
muskulus dari sfingter Oddi. Secara khas, ada saluran bersama dari duktus pankreatikus dan
duktus koledokus distal.
FISIOLOGI
Absorpsi kandung empedu Fungsi primer dari kandung empedu adalah memekatkan empedu
dengan absorpsi air dan natrium. Kandung empedu mampu memekatkan zat terlarut yang
kedap, yang terkandung dalam empedu hepatik sampai 5-10 kali dan mengurangi volumenya
80%-90%. Meskipun secara primer merupakan suatu organ pengarbsorpsi, terjadi sekresi
mukus selama keadaan patologis seperti misalnya pembentukan batu empedu dan kadang-
kadang dengan obstruksi duktus kistikus.
Aktivitas motoris kandung empedu dan traktus biliaris Pendidikan tradisional mengajarkan
bahwa empedu disimpan dalam kandung empedu selama periode interdigestif dan diantarkan
ke duodenum setelah rangsangan makanan. Informasi yang lebih baru menunjukkan bahwa
aliran empedu terjadi dalam bentuk yang kontinu, dengan pengosongan kandung empedu
terjadi secara konstan. Faktor-faktor yang bertanggung jawab untuk pengisian kandung
empedu dan pengosongannya adalah hormonal, neural, dan mekanikal. Memakan makanan
akan menimbulkan pelepasan hormon duodenum, yaitu kolesistokinin (CCK), yang
merupakan stimulus utama bagi pengosongan kandung empedu; lemak merupakan stimulus
yamg lebih kuat. Reseptor CCK telah dikenal terletak dalam otot polos dari dinding kandung
empedu. Pengosongan maksimum terjadi dalam waktu 90-120 menit setelah konsumsi
makanan. Motilin, sekretin, histamin, dan prostaglandin semuanya terlihat mempunyai
pengaruh yang berbeda pada proses kontraksi. Faktor neural yang predominan dalam
menagtur aktivitas motoris kandung empedu adalah stimulasi kolinergik yang menimbulkan
kontraksi kandung empedu. Pengisisan kandung empedu terjadi saat tekanan dalam duktus
biliaris (berkaitan dengan aliran dan tekanan sfingter) lebih besar daripada tekanan di dalam
kandung empedu. Sejumlah peptida usus, telah terlibat sebagai faktor endogen yang dapat
mempengaruhi proses ini.
Aktivitas motoris traktus biliaris dan sfingter Oddi Aliran empedu ke dalam duodenum
tergantung pada koordinasi kontraksi kandung empedu dan relaksasi sfingter Oddi. Makanan
merangsang dilepaskannya CCK, sehingga mengurangi fase aktivitas dari sfingter Oddi yang
berkontraksi, menginduksi relaksasi, oleh karena itu memungkinkan masuknya empedu ke
dalam duodenum.
Pembentukan empedu Empedu secara primer terdiri dari air, lemak organik, dan elektrolit,
yang normalnya disekresi oleh hepatosit. Komposisi elektrolit dari empedu sebanding dengan
cairan ekstraseluler. Kandungan protein relatif rendah. Zat terlarut organik yang predominan
adalah garam empedu, kolesterol dan fosfolipid. Asam empedu primer, asam xenodeoksikolat
dan asam kolat, disintesis dalam hati dari kolesterol. Konjugasi dengan taurin atau glisis
terjadi di dalam hati. Kebanyakan kolesterol yang ditemukan dalam empedu disintesis de
novo dalam hati. Asam empedu merupakan pengatur endogen penting untuk metabolisme
kolesterol. Pemberian asam empedu menghambat sintesis kolesterol hepatik tetapi
meningkatkan absorpsi kolesterol. Lesitin merupakan lenih dari 90% fosfolipid dalam
empedu manusia.
Sirkulasi enterohepatik dari asam empedu Lebih dari 80% asam empedu terkonjugasi secara
aktif diabsorpsi dalam ileum terminalis. Akhirnya, kurang lebih separuh dari semua asam
empedu yang diabsorpsi dalam usus dibawa kembali melalui sirkulasi porta ke hati. Sistem
ini memungkinkan kumpulan garam empedu yang relatif sedikit untuk bersikulasi ulang 6-12
kali perhari dengan hanya sedikit yang hilang selama tiap perjalanan. Hanya sekitar 5% dari
asam empedu yang diekskresikan dalam feses.