Anda di halaman 1dari 2

KAIZEN PEPATAH JEPANG

Mengenal Kaizen Dalam Mengembangkan Mobil Toyota

FUN FACTMengenal Kaizen Dalam Mengembangkan Mobil Toyota

Diantara beberapa prinsip yang dipegang oleh Toyota dalam sistem produksi, Kaizen menjadi salah satu
kunci dalam sistem produksi Toyota. Kaizen diambil dari dua kata yakni Kai (perubahan) dan Zen (bagus)
yang mempunyai defisini sebuah upaya untuk melakukan perbaikan atau peningkatan kualitas secara
terus menerus. Seperti halnya slogan Toyota “Let’s Go Beyond” untuk selalu memberikan produk,
teknologi, dan purnajual terbaik untuk konsumen, melebihi ekspektasinya.

Kaizen atau dalam bahasa Inggris “Continuous Improvement” merupakan filosofi yang memastikan
Toyota selalu memberikan kualitas terbaik, baik dalam produk maupun kedisiplinan. Tidak hanya itu,
prinsip ini juga termasuk perbaikan berkelanjutan dalam sisi produksi untuk menghasilkan efisiensi kerja
baik dalam hal proses maupun peralatan yang dibutuhkan, sehingga tidak ada yang sia-sia. Perbaikan ini
juga dilakukan secara terus menerus, yang bisa diartikan “it never ends”.

Dalam filosofi Kaizen setiap proses pekerjaan secara konsisten mengikuti prosedur standar. Sehingga
setiap pekerja mulai dari level manajemen hingga bagian perakitan mampu mengidentifikasi masalah
dengan segera bila tidak berjalan sesuai prosedur. Sistem produksi Toyota menjadikan tiap individu bisa
mengidentifikasi area pekerjaannya, apakah perlu perbaikan dan bagaimana solusi praktis demi
meningkatkan kualitas kerja sesuai dengan prinsip Kaizen.

Kaizen pertama kali diterapkan di bisnis Jepang setelah Perang Dunia Kedua. Saat itu sebagian
dipengaruhi oleh manajemen bisnis dan manajemen mutu Amerika, khususnya dalam The Toyota Way.
Hingga akhirnya menyebar ke seluruh dunia dan diterapkan pada lingkungan di luar bisnis dan
produktivitas.

Taiichi Ohno, mantan Wakil Presiden Eksekutif Toyota Motor Corporation (TMC) memaparkan salah satu
cara yang bisa diterapkan dalam Kaizen dengan bertanya “kenapa” sebanyak lima kali dalam setiap
masalah.

Seperti halnya saat robot pengelasan yang berhenti di tengah operasi produksi mobil. Ohno bertanya
dengan awalan “kenapa” dan menemukan inti masalahnya yakni tidak adanya filter pada pompa yang
membuat ada serutan logam menghambat robot pengelasan tersebut.

Contoh lain bahwa prinsip Kaizen ini penting dalam internal Toyota adalah ketika sistem produksi diawal
tahun 1950 menghadapi masalah limbah sisa perakitan pada jalur produksi. Ohno berpikir bagaimana
cara menghilangkan limbah tersebut.

Saat itu dalam sistem produksi, setiap komponen yang selesai digunakan dipindah ke tahap berikutnya.
Karyawan tidak saling berkomunikasi mengenai kebutuhan mereka. Sehingga ada komponen yang tidak
terpakai dan menjadi limbah. Ohno pun sadar bahwa akan lebih efisien jika seorang karyawan
menginformasikan ke pekerja sebelumnya komponen apa saja yang dibutuhkan.
Masalah ini teratasi dengan formula ‘supermarket’ dimana pekerja mengambil komponen sesuai
kebutuhannya saja. Namun muncul masalah lain dimana kekurangan komponen dan penghentian jalur
produksi sering terjadi karena karyawan yang tidak terbiasa dengan metode ini. Ohno tidak khawatir
karena menurutnya penting untuk menemukan penyebab setiap kali masalah terjadi.

Prinsip Kaizen juga menjadi dasar hadirnya Toyota Creative Ideas and Suggestions System (TCISS) yang
diperkenalkan oleh Eiji Toyoda, Managing Director TMC periode 1950-1981. Sistem ini membuat
karyawan semakin produktif dimana tim dibentuk untuk menciptakan gagasan seperti perbaikan dan
saran. Tidak lupa para karyawan juga didorong untuk selalu meninjau kembali pekerjaan dan
menerapkan perbaikan yang sesuai dengan filosofi Kaizen

Anda mungkin juga menyukai