Anda di halaman 1dari 7

CASE METHOD I

(PERTEMUAN SENIN, 22 JANUARI 2024


PUKUL: 08.30-12.10 WIB)

1. Askep Diabetes mellitus (Dr. Ns. Cut Husna, S.Kep.,MNS)


Laki-laki usia 50 tahun dirawat di rumah sakit dengan diagnosis medis DM tipe 2.
Pasien mengeluh sangat lemah, tidak ada nafsu makan sejak 1 minggu yang lalu, kulit
agak gatal, luka pada kaki yang sulit sembuh sejak sebulan yang lalu dan cemas
dengan kondisi lukanya. Hasil pengkajian: adanya ulkus grade III pada plantar pedis
dextra, luka berbau, pus (++), jaringan nekrosis luas, pasien anorexia, makanan yang
disediakan rumah sakit tidak dimakan dan pasien meminta makanan dari luar rumah
sakit, serta IMT 17,5 kg/m2. Perawat mengatakan tidak boleh makan selain dari menu
yang disediakan RS namun keluarga mengatakan pasien punya hak menentukan
pilihan menunya dibawa dari luar RS. Pemeriksaan laboratorium: Leukosit 15.000
mm3, KGDS = 310 mg%, dan HbA1c = 9 mg/dl. P

Kompetensi yang harus dicapai:


1. Pengertian DM
2. Klasifikasi DM
3. Etiologi DM
4. Patofisiologi DM (dibuat dalam bentuk pathway)
5. Manifestasi klinis
6. Komplikasi
7. Pemeriksaan penunjang
8. Penatalaksanaan (farmakologi dan non farmakologi (artikel terkait berupa
evidence based nursing)
9. Pengkajian keperawatan
10. Analisa data (sesuai kasus dan boleh dimodifikasi data)
11. Diagnosa keperawatan (berdasarkan kasus)
12. Intervensi keperawatan
13. Implementasi keperawatan
14. Evaluasi keperawatan
15. Prinsip legal etik dari kasus tersebut
2. Askep gangguan tiroid (hipo/hipertiroid) (Teuku Samsul Bahri, SKp., MNSc)
Laki-laki usia 32 tahun dirawat di RS dengan keluhan sering berdebar-dabar, emosi
labil, BB sekarang 55 kg, turun 5 kg dalam sebulan terakhir, banyak makan dan
mengeluarkan keringat. Penurunan berat badan, tetapi dengan nafsu makan yang
meningkat, detak jantung yang cepat, merasa gugup, mudah tersinggung, merasa
lelah, tetapi sulit tidur, tremor tangan, kelemahan otot, dan mudah kepanasan.Hasil
pemeriksaan fisik: pasien palpitasi, exopthalmus, TD 160/100 mmHg dan frekuensi
nadi 120 x/menit, frekuensi napas 28 x/menit dan suku 37,50C. Hasil pemeriksaan
laboratorium: nilai T3 = 80-180 ng/dl, T4 = 4,6-12 ug/dl dan diagnosis medik
hipertiroidisme. Pasien tampak emosi labil dan mudah marah. Perawat mencoba
menenangkan pasien dan meminta pasien untuk minum obat dan istirahat untuk
menjaga kesehatan tubuh.
Kompetensi yang harus dicapai:
1. Pengertian hipo/hipertiroid
2. Klasifikasi hipo/hipertiroid
3. Etiologi hipo/hipertiroid
4. Patofisiologi hipo/hipertiroid (dibuat dalam bentuk pathway)
5. Manifestasi klinis
6. Komplikasi
7. Pemeriksaan penunjang
8. Penatalaksanaan (farmakologi dan non farmakologi (artikel terkait berupa
evidence based nursing)
9. Pengkajian keperawatan
10. Analisa data (sesuai kasus dan boleh dimodifikasi data)
11. Diagnosa keperawatan (berdasarkan kasus)
12. Intervensi keperawatan
13. Implementasi keperawatan
14. Evaluasi keperawatan
15. Prinsip legal etik dari kasus tersebut

3. Askep Appendicitis (Ns. Devi Darliana, M.Kep., Sp. MB)


Perempuan usia 17 tahun dirawat di RS dengan keluhan nyeri pada perut kiri bawah,
demam sudah 3 hari yang lalu, mual, ingin muntah dan kehilangan nafsu makan,
nyeri perut yang bermula di sekitar pusar lalu berpindah disisi kanan perut bagian
bawah dan terasa semakin sakit saat batuk, berjalan, atau bergerak, diare dan
kembung. Hasil pemeriksaan fisik: Pasien tampak lemah dan menahan sakit, Mc-
Burney pain (+), Blumberg sign (+), Psoas sign (+). Hasil pemeriksaan laboratorium:
nilai T3 = 250 µg/dL, T4 = 18 µg/dL dan pasien diagnosis medik hipertiroidisme.
Pasien menerima informasi dari perawat A yang tidak begitu detail bahwa akan
segera sembuh tanpa perlu operasi, namun perawat B mengatakan perlu dilakukan
tindakan operasi untuk mencegah perforasi, sehingga kedua informasi yang berbeda
ini membuat keluarga pasien menjadi sangat cemas dengan kondisi pasien.

Kompetensi yang harus dicapai:


1. Pengertian appendicitis
2. Klasifikasi appendicitis
3. Etiologi appendicitis
4. Patofisiologi appendicitis (dibuat dalam bentuk pathway)
5. Manifestasi klinis
6. Komplikasi
7. Pemeriksaan penunjang
8. Penatalaksanaan (farmakologi dan non farmakologi (artikel terkait berupa
evidence based nursing)
9. Pengkajian keperawatan
10. Analisa data (sesuai kasus dan boleh dimodifikasi data)
11. Diagnosa keperawatan (berdasarkan kasus)
12. Intervensi keperawatan
13. Implementasi keperawatan
14. Evaluasi keperawatan
15. Prinsip legal etik dari kasus tersebut

4. Askep kanker kolorektal (Ns. Ahyana, S.Kep., MNS)


Laki-laki usia 60 tahun dirawat di RS dengan keluhan kelemahan, sakit perut, mual,
muntah, perut agak kram, kembung, diare disertai BAB berdarah sejak sebulan yang
lalu, dan kelelahan, penurunan berat badan. Hasil pemeriksaan fisik: BAB bercampur
darah, ekspresi wajah meringis, dan distensi abdomen. Pasien jarang
mengonsumsi serat dan buah-buahan, kurang berolahraga, serta memiliki
kebiasaan merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol . Pemeriksaan
endoscopy adanya ulserasi pada kolon dan dilakukan biopsy jaringan P/A= Ca
kolorectal. Pasien mengatakan kepada perawat untuk tidak menyampaikan informasi
hasil laborartorium tersebut kepada keluarganya karena tidak ingin mereka menjadi
sedih dengan diagnostic penyakitnya.
Kompetensi yang harus dicapai:
1. Pengertian Ca kolorectal.
2. Klasifikasi Ca kolorectal.
3. Etiologi Ca kolorectal.
4. Patofisiologi Ca kolorectal (dibuat dalam bentuk pathway)
5. Manifestasi klinis
6. Komplikasi
7. Pemeriksaan penunjang
8. Penatalaksanaan (farmakologi dan non farmakologi (artikel terkait berupa
evidence based nursing)
9. Pengkajian keperawatan
10. Analisa data (sesuai kasus dan boleh dimodifikasi data)
11. Diagnosa keperawatan (berdasarkan kasus)
12. Intervensi keperawatan
13. Implementasi keperawatan
14. Evaluasi keperawatan
15. Prinsip legal etik dari kasus tersebut

5. Askep gastritis akut dan kronik (Ns. Nani Safuni, S.Kep., MNg/
Ns. Dewiyuliana, M.Kep)
Laki-laki usia 50 tahun dirawat di RS dengan diagnosis medic gastritis kronik. Pasien
mengeluh nyeri yang terasa panas atau perih di ulu hati, kembung, mual dan muntah,
kembung, hilangnya nafsu makan, berat badan menurun secara tiba-tiba (5 kg dalam
2 bulan terakhir) dan muntah darah.Hasil pemeriksaan fisik: hematemesis (+), ekspresi
wajah meringis, nyeri tekan dan lepas pada kuadran kiri atas, skala nyeri 4 (1-10),
distensi abdomen, kebiasaan merokok dan mimum kopi (+), riwayat konsumsi
makanan pedas yang berlebihan, dan konsumsi obat pereda nyeri nonsteroid. Vital
sign: TD 90/60 mmHg, frekuensi nadi 80 x/menit, frekeunsi napas 24 x/menit.
Pemeriksaan endoscopy adanya ulcus gaster dan telah dilakukan tindakan ligasi
gaster. Perawat berencana memasang NGT untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien
dengan menempatkan posisi pasien tidur supinasi dan kepala hiperekstensi serta
memulai memasukkan selang NGT dari hidung dan masuk ke lambung dan cairan
lambung keluar dari selang NGT.
Kompetensi yang harus dicapai:
1. Pengertian gastritis akut dan kronik
2. Klasifikasi gastritis akut dan kronik
3. Etiologi gastritis akut dan kronik
4. Patofisiologi gastritis akut dan kronik (dibuat dalam bentuk pathway)
5. Manifestasi klinis
6. Komplikasi
7. Pemeriksaan penunjang
8. Penatalaksanaan (farmakologi dan non farmakologi (artikel terkait berupa
evidence based nursing)
9. Pengkajian keperawatan
10. Analisa data (sesuai kasus dan boleh dimodifikasi data)
11. Diagnosa keperawatan (berdasarkan kasus)
12. Intervensi keperawatan
13. Implementasi keperawatan
14. Evaluasi keperawatan
15. Prinsip legal etik dari kasus tersebut

6. Askep Hepatitis (Ns. Anda Kamal, S.Kep., MNS)

Perempuan usia 48 tahun dirawat di RS dengan diagnosis hepatitis B. Pasien


mengeluh nyeri pada perut kanan atas, hilangnya nafsu makan, mual, berat badan
menurun,BAK pekat dan BAB berwrna pucat. Hasil pemeriksaan fisik: pasien tampak
lemah, joundice (+), icteric (+), urosterkobilin (+), dan palpasi hepar (hepatomegali).
Vital sign: TD 120/60 mmHg, frekuensi nadi 80 x/menit, frekeunsi napas 24 x/menit.
Pemeriksaan laboratorium: Hepatitis B Surface Antigen (HBsAg) positif, Hb = 10
mg/dL, bilirubin total = 5 mg/dL, bilirubin indirek = 2,5 mg/dL, dan albumin 2,9
mg/dL. Pasien menanyakan hasil laboratorium kepada perawat, namun perawat
tidak menyampaikan secara jujur kepada pasien dan keluarga dengan alasan yang
tidak jelas.

Kompetensi yang harus dicapai:


1. Pengertian hepatitis
2. Klasifikasi hepatitis
3. Etiologi hepatitis
4. Patofisiologi hepatitis (dibuat dalam bentuk pathway)
5. Manifestasi klinis
6. Komplikasi
7. Pemeriksaan penunjang
8. Penatalaksanaan (farmakologi dan non farmakologi (artikel terkait berupa
evidence based nursing)
9. Pengkajian keperawatan
10. Analisa data (sesuai kasus dan boleh dimodifikasi data)
11. Diagnosa keperawatan (berdasarkan kasus)
12. Intervensi keperawatan
13. Implementasi keperawatan
14. Evaluasi keperawatan
15. Prinsip legal etik dari kasus tersebut

7. Askep Chirosis hepatis (Ns. Riski Amalia, S.Kep., M.Kep)


Laki-laki usia 58 tahun dirawat di RS dengan diagnosis Chirosis hepatis. Pasien
mengeluh nyeri pada perut kanan atas, hilangnya nafsu makan, mual,muntah, berat
badan menurun, BAK pekat dan BAB berwarna pucat. Hasil pemeriksaan fisik:
pasien tampak lemah, joundice (+), icteric (+), urosterkobilin (+), hepatomegaly (+),
edema pada ekstremitas, dan ascites grade 3. Vital sign: TD 130/60 mmHg,
frekuensi nadi 88 x/menit, frekuensi napas 24 x/menit. Pemeriksaan laboratorium:
Hepatitis B Surface Antigen (HBsAg) positif, Hb = 11 mg/dL, bilirubin total = 5,3
mg/dL, bilirubin indirek = 2,7 mg/dL, dan nilai albumin 2,7 mg/dL. Pasien meminta
perawat untuk membantunya ke toilet, dan perawat menyatakan kesediaannnya
setelah menyelesaikan tugas pasien yang lain, namun setelah lama menunggu,
perawat tersebut juga tidak kunjung datang untuk membantu pasien tersebut.

Kompetensi yang harus dicapai:


1. Pengertian chirosis hepatis
2. Klasifikasi chirosis hepatis
3. Etiologi chirosis hepatis
4. Patofisiologi chirosis hepatis (dibuat dalam bentuk pathway)
5. Manifestasi klinis
6. Komplikasi
7. Pemeriksaan penunjang
8. Penatalaksanaan (farmakologi dan non farmakologi (artikel terkait berupa
evidence based nursing)
9. Pengkajian keperawatan
10. Analisa data (sesuai kasus dan boleh dimodifikasi data)
11. Diagnosa keperawatan (berdasarkan kasus)
12. Intervensi keperawatan
13. Implementasi keperawatan
14. Evaluasi keperawatan
15. Prinsip legal etik dari kasus tersebut

8. Askep Gout disease (Ns.Laras Cyntia Kasih, S.Kep., M.Kep)


Laki-laki usia 46 tahun di rawat di ruang Rawat Penyakit Dalam dengan diagnosis
medik Gout disease. Pasien mengeluh kaku pada tangan dan kaki, persendian lutut,
dan tumit sulit digerakkan, sangat nyeri, disertai kemerahan, bengkak, dan hangat di
area tersebut. Hasil pengkajian: pasien mempunyai riwayat makan daging dan sea
food, aktivitas pasien dibantu, gerakan sangat terbatas, adanya morning stiffness,
deformitas sendi, topus pada sendi lutut dan BB = 95 kg. Perawat memberikan
tindakan mandiri dengan memberikan kompres hangat air jahe pada daerah radang.

Kompetensi yang harus dicapai:


1. Pengertian gout disease
2. Klasifikasi gout disease
3. Etiologi gout disease
4. Patofisiologi gout disease (dibuat dalam bentuk pathway)
5. Manifestasi klinis
6. Komplikasi
7. Pemeriksaan penunjang
8. Penatalaksanaan (farmakologi dan non farmakologi (artikel terkait berupa
evidence based nursing)
9. Pengkajian keperawatan
10. Analisa data (sesuai kasus dan boleh dimodifikasi data)
11. Diagnosa keperawatan (berdasarkan kasus)
12. Intervensi keperawatan
13. Implementasi keperawatan
14. Evaluasi keperawatan
15. Prinsip legal etik dari kasus tersebut

Anda mungkin juga menyukai