Buku Pedoman BI-FAST Eksternal v.3.5
Buku Pedoman BI-FAST Eksternal v.3.5
-i-
DAFTAR GAMBAR
- ii -
BAB I
BI-FAST DALAM KERANGKA BLUEPRINT SISTEM PEMBAYARAN INDONESIA 2025
Pada tahapan selanjutnya, berbagai aspek dimaksud menuntun pada terciptanya tendensi tren
digital ke arah Central Open Retail Payments Platform sebagai pendukung ekosistem omni-channel. Tren
ini tercermin dari berbagai teknologi baru, seperti contactless, mobile, tokenisasi, omni-channel/Open API,
yang seluruhnya mengarah pada kecepatan. Dalam hal ini, Bank Indonesia sebagai otoritas kebijakan
sistem pembayaran di Indonesia dituntut harus mampu beradaptasi terhadap situasi tersebut dengan
mengoptimalkan perkembangan ekonomi digital sekaligus meminimalisir risiko dan ekses negatif.
Sehubungan dengan hal tersebut, Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia (SPI) 2025 hadir sebagai
solusi untuk menjawab tantangan di era digital saat ini, yakni dengan 5 (lima) visi sebagaimana Gambar 1.
-1-
Visi Blueprint SPI 2025 diwujudkan ke dalam 5 (lima) inisiatif yang dibangun melalui pembentukan
Tim Kerja (Working Group), yang terdiri atas Working Group (WG) 1 terkait Open Banking, WG 2 terkait
Sistem Pembayaran Ritel, WG 3 terkait Infrastruktur Pasar Keuangan, WG 4 terkait Data, dan WG 5 terkait
Peraturan, Perizinan, Pengawasan sebagaimana pada Gambar 2. Sebagai salah satu upaya untuk
mendukung ketersediaan layanan pembayaran secara real-time 24/7 guna menjawab tantangan di era
digital saat ini, BI-FAST sebagai infrastruktur fast payment dikembangkan sebagai salah satu Quick Wins
dalam WG 2 Sistem Pembayaran Ritel dengan target implementasi Fase I Tahap 1 pada akhir tahun 2021
melalui layanan individual credit transfer.
B. Konfigurasi SP Ritel
Infrastruktur sistem pembayaran ritel diarahkan pada modernisasi infrastruktur yang lebih efisien
dan aman dengan memanfaatkan teknologi terkini, yang diharapkan mampu memfasilitasi kebutuhan
masyarakat akan metode pembayaran digital yang serba mobile, cepat, mudah, aman, dan murah serta
andal. Dengan demikian, pengembangan BI-FAST diharapkan mampu mendukung Bank Indonesia dalam
-2-
menciptakan sistem pembayaran ritel nasional yang mampu menjawab tantangan yang ada pada era
digital saat ini.
Sebagaimana yang diilustrasikan pada Gambar 3, BI-FAST bersama dengan Sistem Kliring Nasional
Bank Indonesia (SKNBI) dan Gerbang Pembayaran Nasional (GPN) akan menjadi infrastruktur back end
dalam konfigurasi sistem pembayaran ritel nasional. Sebagai infrastruktur back end, BI-FAST berperan
dalam penyelesaian transaksi sistem pembayaran ritel.
-3-
BAB II
DESAIN BI-FAST
BI-FAST melayani transaksi transfer kredit dan transfer debit. Layanan transfer kredit BI-FAST
meliputi transfer kredit individual (individual credit transfer), bulk payment, dan request for payment,
sedangkan layanan transfer debit BI-FAST yaitu direct debit. Pada saat pelaksanaan transaksi, nasabah
penerima transfer/pembayaran memiliki pilihan untuk menggunakan nomor rekening sebagaimana
mekanisme saat ini atau menggunakan proxy address yang telah didaftarkan sebelumnya oleh nasabah
penerima.
-4-
Addressing Service menggunakan Alias (Proxy Address)
BI-FAST akan dilengkapi dengan fitur addressing service. Addressing service
menatausahakan data alias (proxy address) untuk informasi nasabah penerima, seperti nama
rekening nasabah, nomor rekening nasabah, serta kode dan nama Peserta Penerima. Fitur ini
disediakan untuk meningkatkan kemudahan dalam melakukan transaksi transfer kredit individual
dan request for payment, sehingga nasabah pengirim tidak perlu lagi mengisikan nomor rekening,
nama, dan Peserta Penerima saat ingin melakukan transfer. Begitu pula nasabah penerima tidak
harus mengingat nomor rekeningnya. Pada umumnya, pada saat nasabah akan mengirimkan
instruksi transfer melalui Peserta Pengirim, nasabah harus menginformasikan nama Peserta
Penerima, nama nasabah penerima, dan nomor rekening nasabah penerima. Dengan adanya fitur
addressing service ini, instruksi transfer kredit individual dan request for payment cukup dilengkapi
dengan informasi proxy address nasabah penerima, yang dapat berupa nomor mobile phone atau
alamat e-mail. Proxy address membuat transaksi nasabah menjadi lebih praktis dan mudah karena
menggunakan identitas yang mudah diingat dan biasanya dimiliki oleh semua orang. Ilustrasi
proxy address sebagaimana pada Gambar 4.
Untuk dapat bertransaksi menggunakan proxy address, nasabah perlu melakukan registrasi
terlebih dahulu proxy address yang ingin digunakan melalui Peserta dimana nasabah
menatausahakan rekeningnya. Proses registrasi dimaksud sebagaimana dalam Gambar 5, dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1) Nasabah melakukan proses registrasi melalui kanal yang disediakan Peserta;
-5-
2) Peserta melakukan verifikasi data nasabah seperti nama nasabah, nomor rekening, dan
nomor mobile phone atau email yang terdaftar;
3) Setelah data terverifikasi, Peserta meneruskan proses registrasi ke BI-FAST;
4) BI-FAST melakukan validasi proxy address yang didaftarkan. Apabila proxy address belum
pernah digunakan, maka data proxy address akan didaftarkan. Namun, apabila poxy address
sudah pernah didaftarkan sebelumnya, maka akan diinformasikan kepada Peserta apakah
akan dilakukan perubahan data;
5) BI-FAST mengirimkan notifikasi pendaftaran atau perubahan data kepada Peserta;
6) Peserta mengirimkan notifikasi keberhasilan atau perubahan data proxy address kepada
nasabah.
Notifikasi
pendaftaran/
perubahan data
-6-
mendapatkan informasi, nasabah penerima tagihan akan melakukan konfirmasi dan mengirimkan
instruksi transfer kredit kepada Peserta Pengirim tagihan. Peserta Pengirim tagihan selanjutnya
akan meneruskan dana ke nasabah pengirim tagihan. Layanan request for payment ini juga
dilengkapi dengan addressing service.
E-mandate services
E-mandate services merupakan instruksi elektronik (e-mandate) atau perintah yang diberikan
oleh nasabah agar bank dapat melakukan transfer dana secara rutin berdasarakan instruksi elektronik
untuk tujuan tertentu dan berlaku untuk periode yang dinyatakan dalam e-mandate tersebut atau
sampai e-mandate tersebut ditarik. Pendafataran e-mandate dapat dilakukan melalui bank tertagih
sebagamana Gambar 6 atau melalui bank penagih sebagaimana Gambar 7.
-7-
Gambar 7. Pendaftaran E-mandate melalui Bank Penagih
Berdasarkan hal tersebut maka secara umum perbedaan Peserta Langsung dan Peserta Tidak
Langsung adalah sebagai berikut:
1. Peserta Langsung
a. Memiliki rekening setelmen di BI-FAST
-8-
b. Penyediaan dana rekening setelmen BI-FAST dengan pemindahan dana dari rekening Peserta
Langsung di BI-RTGS
2. Peserta Tidak Langsung
a. Tidak memiliki rekening setelmen di BI-FAST. Setelmen dilakukan oleh Peserta Langsung.
b. Penyediaan dana dilakukan melalui rekening Peserta Langsung.
Mekanisme transaksi dalam penyediaan layanan BI-FAST meliputi mekanisme query informasi dan
mekanisme pengiriman transaksi. Penjelasan dari mekanisme transaksi dalam layanan yang disediakan BI-
FAST mencakup sebagai berikut:
1. Mekanisme Transaksi Transfer Kredit Individual (Individual Credit Transfer)
Gambaran umum terkait mekanisme transaksi transfer kredit individual sebagaimana pada
Gambar 9 dengan rincian sebagai berikut:
Mekanisme Query Informasi
a. Nasabah Pengirim melakukan input data untuk validasi informasi rekening Nasabah Penerima (via:
teller, mobile banking, dan internet banking).
b. Bank Pengirim melakukan query kepada Bank Penerima (melewati BI-FAST) untuk memperoleh
informasi mengenai Nasabah Penerima. Bank Penerima melakukan validasi terhadap nomor
rekening dari Nasabah Pengirim dengan database yang ditatausahakan, lalu mengirimkan
informasi Nasabah Penerima kepada Bank Pengirim.
c. Bank Pengirim melanjutkan informasi nama Nasabah Penerima ke Nasabah Pengirim untuk
dilakukan validasi.
Mekanisme Pengiriman Transaksi
a. Setelah melakukan validasi informasi rekening Nasabah Penerima, Nasabah Pengirim
mengirimkan instruksi pembayaran kepada Bank Pengirim (via: teller, mobile banking, dan
internet banking).
b. Bank Pengirim meneruskan instruksi pembayaran kepada BI-FAST yang selanjutnya akan
diteruskan kepada Bank Penerima.
c. Bank Penerima meneruskan dana (kredit) kepada Nasabah Penerima secara langsung (real-time).
d. Bank Penerima mengirim notifikasi kepada BI-FAST telah mengkredit rekening Nasabah Penerima.
e. BI-FAST meneruskan notifikasi pengkreditan dana kepada Bank Pengirim.
f. Bank Pengirim mendebit Nasabah Pengirim dan memberikan notifikasi.
-9-
Gambar 9. Mekanisme Transaksi Transfer Kredit Individual
- 10 -
Gambar 10. Mekanisme Transaksi Transfer Kredit Individual (menggunakan Proxy Address)
- 11 -
Gambar 11. Mekanisme Transaksi Transfer Request for Payment (menggunakan Proxy Address)
- 12 -
Gambar 12. Mekanisme Transaksi Transfer Bulk Payment
- 13 -
6. Mekanisme Setelmen dan Penyediaan Dana
Dana setelmen di BI-FAST bersumber dari rekening setelmen Peserta Langsung di BI-RTGS.
Secara singkat mekanismenya dimulai dari Peserta Langsung yang menginstruksikan BI-RTGS untuk
memindahkan dana setelmen dari rekening BI-RTGS pada jam operasional BI-RTGS ke rekening Peserta
Langsung di BI-FAST. Oleh karena itu, untuk memastikan instruksi transaksi nasabah dapat dijalankan,
maka baik Peserta Langsung maupun Peserta Tidak Langsung wajib menjaga kecukupan dana untuk
proses setelmen di BI-FAST yang beroperasi selama 24/7. Selanjutnya mengingat Peserta Tidak
Langsung tidak memiliki akses ke rekening setelmen di BI-FAST, maka berbeda dengan setelmen
transaksi Peserta Langsung yang dilakukan menggunakan rekening Peserta Langsung, untuk setelmen
transaksi Peserta Tidak Langsung dilakukan menggunakan rekening Peserta Langsung yang ditunjuk.
Penjelasan mengenai mekanisme penyediaan dana dan setelmen transaksi di BI-FAST
sebagaimana pada Gambar 14 dengan rincian sebagai berikut:
a. Peserta Langsung menyediakan sejumlah dana pada rekening setelmen di BI-FAST sebagai saldo
untuk pemrosesan transaksi. Perpindahan saldo antara rekening setelmen BI-FAST dan BI-RTGS
dapat dilakukan pada jam operasional BI-RTGS.
b. Pada saat terjadi transaksi, Peserta Pengirim (Peserta A) mengirimkan transaksi ke BI-FAST.
Transaksi yang diterima kemudian dicatat dan dihitung secara gross kemudian dilakukan setelmen
langsung pada setiap transaksi di rekening setelmen BI-FAST. Hasil setelmen tersebut akan
menambah/mengurangi saldo rekening setelmen masing-masing Peserta di BI-FAST.
c. Transaksi hanya dapat diproses jika saldo rekening setelmen BI-FAST mencukupi. Apabila saldo
tidak cukup maka transaksi akan ditolak.
- 14 -
D. Fraud Detection System dan Sistem Anti Money Laundering/Counter the Financing of Terrorism
(AML/CFT)
BI-FAST juga dilengkapi dengan fitur Fraud Detection System dan Sistem AntiMoney
Laundering/Combating the Financing of Terrorism (AML/CFT). Dengan fitur ini, BI-FAST akan melakukan
analisis terhadap pelaksanaan transaksi berdasarkan daftar pihak-pihak yang diduga terlibat dalam aksi
tindak pidana pencucian uang dan kegiatan terorisme. Selain itu, BI-FAST juga melakukan analisis terhadap
pola transaksi nasabah yang didasarkan pada nama dan/atau nomor identitas nasabah, baik dari sisi
pengirim maupun sisi penerima. Selanjutnya, BI-FAST juga akan mampu memberikan early warning
terhadap dugaan fraud berdasarkan pola transaksi nasabah. Keseluruhan proses analisis terhadap pola
transaksi tersebut dilakukan dengan konsep post transaction.
Berdasarkan nilai tambah dari BI-FAST tersebut, beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari
penggunaan BI-FAST baik secara umum, maupun khusus bagi industri dan pengguna akhir (end user)
sebagaimana ilustrasi Gambar 16 adalah sebagai berikut:
- 15 -
1. Umum
a. Availability Sistem Pembayaran Ritel yang meningkat;
b. Reliability, yakni kepastian pengirim dan penerimaan, yang lebih baik;
c. Speed, yakni proses pembayaran, yang semakin cepat;
d. Security, yakni peningkatan manajemen risiko dan keamanan, yang lebih terjaga; dan
e. Financial Inclusion, yang semakin didukung.
2. Industri
a. Mendorong inovasi layanan;
b. Peningkatan kepuasan dan kepercayaan nasabah;
c. Peralihan cash basis menjadi digital basis;
d. Efisiensi tarif transaksi; dan
e. Likuiditas dan cash flow yang real-time.
3. End User
a. Layanan yang tersedia setiap saat;
b. Pengiriman dan penerimaan dana secara real-time;
c. Simpel dengan adanya proxy address;
d. Akses beragam dengan dukungan berbagai kanal pembayaran;
e. Meningkatkan pengalaman pengguna;
f. Tarif yang semakin efisien
- 16 -
BAB III
RENCANA PENGEMBANGAN BI-FAST
A. Timeline Pengembangan
Pengembangan BI-FAST dibagi menjadi 2 fase, yaitu Fase I untuk layanan berbasis rekening dengan
quick wins layanan credit transfer yang akan diimplementasikan pada akhir tahun 2021 dan Fase II berupa
perluasan layanan yang mencakup QRIS, kartu (APMK) serta cross border pada tahun 2023.
Mengacu pada Gambar 17, pengembangan aplikasi BI-FAST Fase I Tahap 1 dilaksanakan mulai
Januari 2021 sampai dengan Desember 2021 dengan target implementasi untuk layanan individual credit
transfer. Pengembangan aplikasi dimaksud mencakup beberapa kegiatan, yakni System Integration Test
(SIT), User Acceptance Test (UAT), pelatihan untuk Peserta, Industrial Wide Test (IWT), Disaster Recovery
(DR) Test, persiapan implementasi, dan pelaksanaan implementasi.
Berdasarkan jadwal pengembangan tersebut, penjelasan kegiatan yang dilakukan adalah sebagai
berikut:
1. Design, merupakan kegiatan yang dilakukan untuk merancang dan menentukan desain aplikasi yang
akan dikembangkan dan dilakukan pengujian. Kegiatan Design Tahap 1 dilaksanakan selama Januari
hingga Maret 2021.
2. Development, merupakan kegiatan pengembangan aplikasi berdasarkan desain yang telah ditentukan
pada tahap sebelumnya. Kegiatan Development Tahap 1 dilaksanakan selama April hingga Juli 2021.
- 17 -
3. SIT, merupakan kegiatan pengujian (testing) yang dilakukan oleh internal Bank Indonesia terhadap
aplikasi yang telah dikembangkan pada tahap sebelumnya. Kegiatan SIT dilaksanakan selama Juli
hingga September 2021.
4. UAT, merupakan kegiatan testing yang dilakukan oleh Bank Indonesia dengan melibatkan perwakilan
industri terhadap aplikasi yang telah dikembangkan dan telah melewati kegiatan SIT. Kegiatan UAT
dilaksanakan pada Oktober 2021.
5. IWT, merupakan kegiatan testing yang dilakukan oleh Bank Indonesia dan industri terhadap aplikasi
yang telah dikembangkan dan telah melewati kegiatan UAT. Kegiatan IWT dilaksanakan selama
November hingga awal Desember 2021.
6. DR Test, merupakan kegiatan testing yang dilakukan oleh internal Bank Indonesia mengenai langkah-
langkah pemulihan aplikasi dalam hal terjadi gangguan. Kegiatan DR Test dilaksanakan dari
pertengahan November hingga awal Desember 2021.
WG BI-FAST beranggotakan 128 peserta SKNBI, namun dalam pelaksanaan harian WG BI-FAST akan
direpresentasikan oleh 20 perwakilan Bank yang ditetapkan Bank Indonesia sebagai koordinator dan wakil
koordinator kelompok bank. 128 peserta SKNBI dimaksud akan dibagi ke dalam 10 (sepuluh) kelompok,
yang masing-masing kelompok akan memiliki 1 (satu) bank koordinator dan 1 (satu) bank wakil
koordinator. Pembagian kelompok bank diharapkan dapat memberikan akselerasi distribusi informasi dan
kerjasama antar anggota WG. Pengelompokan tersebut didasarkan pada karakteristik:
1. Tingkat BUKU Bank (1 – 4);
2. Jenis bank (bank pemerintah, bank swasta nasional, bank daerah, bank asing, bank campuran dan bank
syariah/unit usaha syariah); dan
3. Frekuensi transaksi layanan individual kredit SKNBI (data Januari 2019 – Agustus 2020).
Pemilihan perwakilan WG BI-FAST (koordinator dan wakil koordinator) dari tiap kelompok mengacu
kepada bank yang pernah memiliki pengalaman sebagai anggota working group Sistem Pembayaran Bank
Indonesia (WG SPBI - terlibat aktif dalam pengembangan SKNBI dan BI-RTGS pada waktu lalu) dan aspek
keterwakilan dari 3 (tiga) aspek tersebut di atas, serta tingkat kesiapan bank untuk implementasi BI-FAST
berdasarkan hasil survei kesiapan perbankan yang telah dilakukan. Daftar koordinator dan wakil
koordinator untuk masing-masing working group mengacu pada Lampiran 1, sedangkan daftar lengkap
beserta anggotanya sebagaimana dalam Lampiran 2.
- 18 -
Pada tahap selanjutnya, komunikasi intensif pengembangan dan pengujian BI-FAST dari Bank
Indonesia akan dilakukan melalui 20 perwakilan WG BI-FAST yang selanjutnya meneruskan informasi
pengembangan dan pengujian kepada anggota kelompok yang bersangkutan. Selanjutnya secara berkala,
Bank Indonesia juga akan memfasilitasi pertemuan seluruh anggota WG BI-FAST untuk mendapatkan
informasi secara lengkap dan memonitor kesiapan seluruh bank anggota WG BI-FAST.
Pembagian
- 19 -
a. Komponen perangkat TI di peserta mencakup kebutuhan di Connector, baik untuk hardware,
software, maupun security, kebutuhan di inter-site network, kebutuhan di workstation, dan
kebutuhan JKD-MS.
b. Konfigurasi Connector peserta di 2 (dua) site memiiki beberapa opsi, yakni dilakukan dengan
Active-Active secara synchronous, dilakukan dengan Active-Passive secara synchronous, dan
dilakukan dengan Active-Passive secara asynchronous.
c. Sementara itu, kapasitas Connector di peserta dibagi berdasarkan pemrosesan transaction per
second (TPS), dengan opsi 100 TPS, 250 TPS, dan 500 TPS tergantung kebutuhan peserta.
Ilustrasi atas penjelasan overview solusi BI-FAST secara besaran tersebut sebagaimana Gambar 18.
BI-FAST terdiri atas 4 (empat) modul Aplikasi, yaitu CI-Hub, CI-Portal, Proactice Risk Manager
(PRM) dan Connector (untuk Peserta) di 2 (dua) site melalui koneksi JKD-MS. Hal yang membedakan
di sini dibandingkan dengan overview dari high level scope solusi BI-FAST dalam paparan sebelumnya
adalah bahwa di sini dijelaskan dalam interkonektivitas antara Data Center (DC) dan Disaster Recovery
Center (DRC) membutuhkan koneksi, termasuk hardware, software, dan security yang terkait.
Gambaran umum mengenai High Level Configuration atas keempat modul dimaksud beserta JKD-MS
terkait di dalamnya sebagaimana Gambar 19.
- 20 -
Gambar 19. High Level Configuration Modul BI-FAST
3. Requirement Connector (100, 250, 500 TPS): Hardware, Software, dan Security
Requirement Connector bagi peserta ditinjau berdasarkan kebutuhan dari infrastruktur BI-FAST
dan kebutuhan pemrosesan transaksi oleh peserta. Pilihan atas pemrosesan transaksi dimaksud
meliputi 100 TPS, 250 TPS, dan 500 TPS sehingga akan memengaruhi kebutuhan spesifikasi TI untuk
hardware, software, dan security.
a. Kebutuhan spesifikasi TI untuk Connector dari sisi hardware mencakup kebutuhan untuk
production dan non-production.
1) Untuk production, peserta akan membutuhkan 5 (lima) jenis server baik untuk kapasitas 100
TPS, 250 TPS, maupun 500 TPS, yakni ICE-XS Communication Server, UP Framework Server,
Real-Time Database Server, Near Real-Time (NRT) plus UI DB (NRT and Control Server DB), dan
UI Server Control Center. Jumlah Host yang dibutuhkan untuk kelima jenis server tersebut
sama untuk ketiga kapasitas transaksi. Hal yang berbeda terdapat pada jumlah CPU, Memory,
dan Storage, semakin banyak kapasitas transaksi, semakin banyak pula jumlah hardware yang
dibutuhkan. Sizing dimaksud adalah untuk DC dan DRC secara total, sedangkan CPU (Core),
Memory, dan Storage adalah untuk setiap Host. Untuk instalasi dapat dilakukan di atas fisik
atau virtual machine.
- 21 -
2) Untuk non-production, peserta akan membutuhkan 4 (empat) jenis server baik untuk
kapasitas 100 TPS, 250 TPS, maupun 500 TPS, yakni ICE-XS Communication Server plus UP
Framework Server (communication dan framework dijadikan satu), Real-Time Database
Server, NRT plus UI DB (NRT and Control Server DB), dan UI Server Control Center. Jumlah
hardware yang dibutuhkan untuk keempat jenis server tersebut sama, baik untuk Host, CPU,
Memory, maupun Storage. Sizing dimaksud adalah untuk 1 (satu) site, sedangkan CPU (Core),
Memory, dan Storage adalah untuk setiap Host. Selain itu, environment non-production
terkait (seperti Development, SIT, UAT, and Staging) bersifat opsional dimana jumlahnya
dapat ditentukan oleh peserta. Untuk instalasi dapat dilakukan di atas fisik atau virtual
machine.
b. Kebutuhan spesifikasi TI untuk Connector dari sisi software, baik untuk production dan non-
production, mengacu kepada jumlah yang dibutuhkan dari sisi hardware. Jumlah server yang
dibutuhkan juga sebanyak 5 (lima) jenis, yakni ICE-XS Communication Server, UP Framework
Server, Real-Time Database Server, NRT plus UI DB (NRT and Control Server DB), dan UI Server
Control Center. Masing-masing jenis server akan menggunakan Operating System (OS) yang sama,
yaitu Red Hat Enterprise Linux 7.8 dan beberapa software terkait juga sama untuk kelima jenis
server, yaitu Open Java 8 JVM/JDK dan Perl. Namun demikian, Real-Time Database Server akan
membutuhkan tambahan berupa DB Oracle Enterprise Edition 19c dimana UI Server Control
Center akan membutuhkan tambahan berupa JBoss EAP 7.2. Untuk fitursoftware database yang
sifatnya opsional disesuaikan dengan kebutuhan atau kebijakan masing-masing peserta.
Selanjutnya, aplikasi CI-Connector akan diinstal di peserta dan software aplikasi CI-Connector akan
disediakan oleh Bank Indonesia.
c. Kebutuhan spesifikasi TI untuk Connector dari sisi security juga mencakup kebutuhan untuk
production dan non-production.
1) Untuk production, peserta akan membutuhkan 1 (satu) jenis server baik untuk kapasitas 100
TPS, 250 TPS, maupun 500 TPS, yakni Hardware Security Module dengan kapasitas
operasional disesuaikan berdasarkan jumlah TPS yang akan digunakan. Sizing dimaksud
adalah untuk DC dan DRC.
2) Untuk non-production, peserta juga akan membutuhkan server Hardware Security Module
dengan kapasitas operasional yang juga disesuaikan berdasarkan jumlah TPS yang akan
digunakan. Sizing dimaksud adalah untuk 1 site. Selain itu, environment non-production
terkait (seperti Development, SIT, UAT, and Staging) bersifat opsional dimana jumlahnya
dapat ditentukan oleh peserta.
Gambaran umum mengenai requirement Connector tersebut baik untuk hardware, software,
maupun security sebagaimana dalam Lampiran 4.
- 22 -
4. Requirement Workstation untuk Connector dan Akses CI-Portal
Requirement Workstation untuk Connector dan akses ke CI-Portal menggunakan standar yang
ditentukan oleh Bank Indonesia dan telah memenuhi standar minimum yang dibutuhkan untuk
mendukung kelancaran proses. Kedua workstation, baik untuk Connector maupun akses ke CI-Portal,
membutuhkan requirement yang sama untuk jenis Processor/CPU, Memory, Storage, OS, dan Browser.
Namun demikian, workstation untuk Connector juga membutuhkan software lainnya, yakni Open Java
8 JVM/JDK dan NetBeans Platform 8.0.2. Selain workstation, terdapat juga kebutuhan
smartphone/tablet yang akan diinstall software soft token untuk 2 Factor Authentication (2FA) ke CI-
Portal. Smartphone/tablet memerlukan OS dengan minimal Android 2.2 atau minimal iOS 5.0 serta
koneksi ke App Store dan Google Play Store untuk instalasi software dimaksud.
Gambaran umum mengenai requirement workstation untuk connector dan akses CI-Portal
sebagaimana dalam Lampiran 5.
Sehubungan dengan hal tersebut, penjelasan atas kebutuhan JKD-MS untuk keperluan
transaksional dan informasional adalah sebagai berikut:
a. Untuk transaksional, terdapat 3 (tiga) tipe Connector yang dapat digunakan peserta, yakni Tipe 1,
Tipe 2, dan Tipe 3. Dalam Tipe 1, terdapat beberapa opsi penggunaan kapasitas TPS beserta
bandwith yang dibutuhkan, yakni 25 TPS membutuhkan 3 Mbps, 50 TPS membutuhkan 6 Mbps,
75 TPS membutuhkan 8 Mbps, dan 100 TPS membutuhkan 11 Mbps. Tipe 2 akan memiliki
kapasitas sebanyak 250 TPS dengan kebutuhan bandwidth sebesar 26 Mbps, sedangkan Tipe 3
akan memiliki kapasitas sebanyak 500 TPS dengan kebutuhan bandwidth sebesar 65 Mbps.
b. Untuk informasional, kebutuhan JKD-MS bagi peserta untuk mengakses CI-Portal adalah sebesar
2 s.d. 8 Mbps. Hal ini mempertimbangkan asumsi bahwa laporan dengan ukuran maksimal sebesar
30 Mb dapat di-download dengan kisaran waktu 30 detik s.d. 2 menit.
Gambaran umum mengenai requirement JKD-MS baik untuk transaksional ke CI-Hub maupun
informasional ke CI-Portal sebagaimana dalam Lampiran 6.
- 23 -
LAMPIRAN
- 25 -
LAMPIRAN
Lampiran 1
Daftar Koordinator dan Wakil Koordinator Working Group Pengembangan BI-FAST
- 26 -
Lampiran 2
Daftar Kelompok Working Group Pengembangan BI-FAST
- 27 -
- 28 -
Lampiran 3
Konfigurasi Connector Peserta dan Requirement Interkoneksi di 2 (dua) Site
- 29 -
Lampiran 4
Requirement Connector (100, 250, 500 TPS): Hardware, Software, dan Security
Keterangan:
Sizing di atas adalah untuk DC dan DRC (secara total)
CPU (Core), Memory, dan Storage adalah untuk setiap Host
Asumsi sizing CPU menggunakan spesifikasi Intel Xeon Gold 6146 @3.2 GHz
Instalasi dapat dilakukan di atas Virtual Machine (rekomendasi pengembang minimal VMware ESXi 6.5)
dengan rasio pCPU (fisik CPU) dan vCPU (virtual CPU) adalah 1:1
- 30 -
2. Hardware Server yang perlu disediakan untuk Non-Production
Keterangan:
Sizing di atas adalah untuk 1 site
CPU (Core), Memory, dan Storage adalah untuk setiap Host
Environment Non-Production (Development, SIT, UAT, and Staging) bersifat opsional, jumlah ditentukan
oleh Peserta
Asumsi sizing CPU menggunakan spesifikasi Intel Xeon Gold 6146 @3.2 GHz
Instalasi dapat dilakukan di atas Virtual Machine (rekomendasi pengembang minimal VMware ESXi 6.5)
dengan rasio pCPU (fisik CPU) dan vCPU (virtual CPU) adalah 1:1
- 31 -
3. Software yang perlu disediakan untuk Production dan Non-Production
Keterangan:
Aplikasi CI Connector akan diinstal di peserta dan Software Aplikasi CI-Connector akan disediakan oleh
Bank Indonesia
Untuk fitur software database yang sifatnya opsional disesuaikan dengan kebutuhan atau kebijakan
masing-masing peserta
- 32 -
4. Security yang perlu disediakan pada sisi Connector untuk Production
Keterangan:
Sizing di atas adalah untuk DC dan DRC (secara total)
Keterangan:
Sizing di atas adalah untuk 1 site
Environment Non-Production (Development, SIT, UAT, and Staging) bersifat opsional, jumlah ditentukan
oleh Peserta
- 33 -
Lampiran 5
Workstation untuk Mengakses Connector dan CI-Portal
- 34 -
Lampiran 6
JKD yang perlu Disediakan untuk Koneksi Connector dan CI-Portal
- 35 -
FREQUENTLY ASKED QUESTIONS
- 36 -
FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQ)
(Untuk Industri)
Overview
4. Apa ketentuan yang dapat digunakan Peserta sebagai pedoman dalam penyelenggaraan BI-FAST?
Bank Indonesia telah menerbitkan Peraturan Anggota Dewan Gubernur (PADG) Nomor
23/25/PADG/2021 tanggal 12 November 2021 yang dapat digunakan peserta sebagai pedoman dalam
penyelenggaraan BI-FAST.
- 37 -
Perbandingan dengan Layanan Eksisting
8. Bagaimana implikasi pengembangan BI-FAST terhadap infrastruktur eksisting (a.l. GPN dan
Switching)? Apakah GPN dapat menyediakan layanan yang sama dengan BI-FAST termasuk transaksi
berbasis mobile?
Sesuai BSPI 2025, struktur baru industri pembayaran nasional akan berorientasi penuh pada upaya
mendorong inklusi keuangan dan inovasi melalui ekosistem yang mengedepankan kompetisi pasar
yang sehat. Dalam konfigurasi SP ritel, GPN merupakan infrastruktur SP ritel di sisi back end yang
bersanding dengan BI-FAST dan berperan dalam pemrosesan kliring dan setelmen. Layanan switching
eksisting d.h.i GPN akan tetap berperan dalam pemrosesan kliring dan setelmen transaksi ritel.
Switching dapat mendukung interkoneksi dan interoperabilitas layanan pembayaran dan bersanding
dengan BI-FAST dalam melayani kebutuhan masyarakat dalam bertransaksi, dengan mengoptimalkan
pengembangan layanan yang dapat disediakan oleh GPN, disamping terus melakukan inovasi layanan.
Saat ini, cakupan layanan GPN masih terbatas pada transaksi pembelian menggunakan instrumen
berbasis kartu dengan kanal EDC dan melalui QRIS menggunakan instrumen uang elektronik server
based dan rekening. Sesuai PBI No. 19/8/PBI/2017 tentang GPN, ruang lingkup infrastruktur GPN
- 38 -
ditujukan untuk interoperabilitas seluruh instrumen dan kanal pembayaran. Sehingga ke depan GPN
memiliki potensi pengembangan layanan sesuai kapabilitasnya termasuk layanan transfer mobile dan
ATM, pemrosesan kartu kredit domestik, maupun top up interkoneksi UE chip based.
9. Apakah GPN dapat menyediakan layanan yang sama dengan BI-FAST termasuk transaksi berbasis
mobile?
Saat ini, cakupan layanan GPN masih terbatas pada transaksi pembelian menggunakan instrumen
berbasis kartu dengan kanal EDC dan melalui QRIS menggunakan instrumen uang elektronik server
based dan rekening. Sesuai PBI No. 19/8/PBI/2017 tentang GPN, ruang lingkup infrastruktur GPN
ditujukan untuk interoperabilitas seluruh instrumen dan kanal pembayaran. Sehingga ke depan GPN
memiliki potensi pengembangan layanan sesuai kapabilitasnya termasuk layanan transfer mobile dan
ATM, pemrosesan kartu kredit domestik, maupun top up interkoneksi UE chip based.
10. Apakah GPN/Switching dapat menjadi opsi saat sistem BI-FAST down?
Saat ini Switching sudah melayani transaksi berbasis mobile/internet sehingga memungkinkan untuk
menjadi alternatif layanan BI-FAST dalam memberikan layanan kepada masyarakat. Ke depan skema
GPN juga dapat menjadi alternatif layanan BI-FAST apabila sudah dilengkapi dengan layanan serupa.
Fitur Layanan
- 39 -
13. Apakah memungkinkan jika bank menerima transfer dan memberikan respon ke bank pengirim
sesuai SLA Bank Indonesia, akan tetapi menunda pengkreditan dana ke nasabah? Misalnya pada
nasabah korporasi, dimana beberapa nasabah meminta adanya consolidated credit transfer.
Pengkreditan ke rekening nasabah wajib dilakukan segera setelah bank penerima menyampaikan
respon ke BI-FAST. Namun demikian apabila nasabah meminta adanya consolidated credit transfer,
maka hal tersebut dapat dilakukan sepanjang telah dilakukan perjanjian dengan nasabah yang
bersangkutan.
14. Apakah BI-FAST akan mengakomodir transfer atas penyelenggara uang elektronik (UE)?
Transfer UE melalui BI-FAST akan mulai dikembangkan pada tahun 2023 sesuai dengan roadmap
pengembangan BI-FAST.
Proxy Address
- 40 -
18. Apakah satu proxy address dapat didaftarkan untuk beberapa nomor rekening dalam satu bank
ataupun berbeda bank?
Satu proxy address hanya dapat didaftarkan untuk satu nomor rekening. Apabila nasabah akan
menambahkan rekening lainnya, dapat menggunakan proxy address yang berbeda. Misalnya yang
pertama menggunakan nomor HP dan yang kedua menggunakan email.
19. Apakah satu nomor rekening dapat didaftarkan beberapa proxy address?
Satu nomor rekening dapat didaftarkan menggunakan beberapa proxy address.
20. Apakah proxy address juga dapat dipergunakan untuk kebutuhan transaksi korporasi?
Pada dasarnya proxy address dapat digunakan sebagai pengganti nomor rekening baik untuk nasabah
individual maupun korporasi. Namun karena pada dasarnya BI-FAST melayani transaksi ritel maka
limitnya tidak akan jauh berbeda dengan transaksi di SKNBI (masih dalam formulasi kebijakan).
23. Kanal apa saja yang dapat digunakan untuk menggunakan layanan BI-FAST?
Layanan BI-FAST dapat diakses melalui counter maupun kanal mobile/internet, maupun sarana
elektronik lain yang akan dikembangkan, seperti QR, ATM, dan EDC.
- 41 -
25. Apakah ada biaya untuk menggunakan layanan BI-FAST?
Penetapan tarif layanan BI-FAST saat ini masih dalam formulasi kebijakan Bank Indonesia, yang
diantaranya mempertimbangkan tarif layanan yang lebih efisien dan terjangkau.
26. Apakah layanan BI-FAST dapat digunakan untuk transfer dana ke rekening di luar negeri?
Layanan BI-FAST untuk memfasilitasi transaksi cross border baru akan diimplementasikan pada tahun
2023.
Aspek Bisnis
29. Bagaimana pemrosesan layanan Individual Credit Transfer (ICT) pada BI-FAST?
Layanan ICT memproses perintah transfer dana yang berasal dari nasabah Peserta pengirim ke
nasabah Peserta penerima. Pemrosesan transaksi melalui Layanan ICT dilakukan dalam 2 (dua) tahap
yaitu:
a. pemrosesan perintah validasi nasabah penerima; dan
b. pemrosesan Credit Transfer Request (CTR).
30. Apa tanggung jawab peserta pengirim dalam pemrosesan perintah transfer dana pada layanan ICT?
Dalam melaksanakan perintah transfer dana, Peserta pengirim bertanggung jawab:
a. meneruskan perintah validasi nasabah penerima;
b. menyampaikan hasil pemrosesan perintah validasi rekening nasabah penerima;
c. memastikan kelengkapan informasi pada perintah transfer dana;
- 42 -
d. memastikan kesesuaian data antara CTR dengan perintah transfer dana yang dibuat oleh nasabah
pengirim;
e. mengirimkan CTR kepada Peserta penerima melalui BI-FAST Hub; dan
f. mengirimkan status pemrosesan perintah transfer dana kepada nasabah pengirim.
31. Apa tanggung jawab peserta penerima dalam pemrosesan transaksi pada BI-FAST?
Dalam melaksanakan perintah transfer dana, Peserta penerima bertanggung jawab:
a. memproses account enquiry request (AER) yang diterima dari Peserta pengirim melalui BI-FAST
Hub;
b. menyampaikan hasil pemrosesan perintah validasi rekening nasabah penerima;
c. meneruskan dana kepada nasabah penerima;
d. memproses CTR yang diterima dari Peserta pengirim;
e. mengirimkan respon CTR kepada Peserta pengirim melalui BI-FAST Hub;
f. mengirimkan pemberitahuan penerusan dana kepada nasabah penerima; dan
g. mengembalikan dana kepada Peserta pengirim karena alasan tertentu.
33. Bagaimana mekanisme pemrosesan validasi nasabah penerima berbasis nomor rekening?
Peserta pengirim melakukan pemrosesan perintah validasi nasabah penerima dengan membuat
Account Enquiry Request (AER) yang diterima dari nasabah pengirim dengan memastikan kelengkapan
informasi perintah validasi nasabah penerima untuk dikirimkan ke BI-FAST Hub. Setelah BI-FAST Hub
menerima AER yang dikirimkan oleh peserta pengirim, BI-FAST Hub meneruskan AER kepada peserta
penerima untuk divalidasi. Peserta penerima mengirimkan hasil validasi nasabah kepada BI-FAST Hub
untuk diteruskan kepada peserta pengirim. Selanjutnya, peserta pengirim wajib menyampaikan hasil
pemrosesan perintah validasi nasabah penerima kepada nasabah pengirim segera setelah peserta
pengirim menerima hasil pemrosesan AER.
34. Bagaimana mekanisme pemrosesan validasi nasabah penerima berbasis proxy address?
Peserta pengirim melakukan pemrosesan perintah validasi nasabah penerima dengan membuat Proxy
Enquiry Request (PER) yang diterima dari nasabah pengirim dengan memastikan kelengkapan
informasi perintah validasi nasabah penerima untuk dikirimkan ke BI-FAST Hub. Setelah BI-FAST Hub
menerima PER yang dikirimkan oleh peserta pengirim, BI-FAST Hub melakukan validasi PER untuk
- 43 -
selanjutnya hasil validasi tersebut disampaikan kembali pada peserta penerima. Selanjutnya, peserta
pengirim wajib menyampaikan hasil pemrosesan perintah validasi nasabah penerima kepada nasabah
pengirim segera setelah peserta pengirim menerima hasil pemrosesan PER.
37. Apakah BI-FAST dapat melakukan transfer ke rekening non-resident dan apakah ketentuan transfer
rupiah ke non-resident dengan nominal diatas USD 100.000 harus dilengkapi dengan supporting
document tetap berlaku?
BI-FAST dapat melakukan transfer ke rekening seluruh nasabah bank/non bank termasuk nasabah non-
resident. Penyelenggaraan BI-FAST tetap tunduk pada ketentuan lain yang berlaku, termasuk namun
tidak terbatas kepada ketentuan Transfer Dana, Tindak Pidana Pencucian Uang, dan Lalu Lintas Devisa.
38. Berapa waktu Service Level Agreement (SLA) yang dimiliki BI-FAST untuk setiap transaksi?
- 44 -
BI-FAST memiliki SLA pemrosesan transaksi pembayaran selama 25 detik. Proses transaksi meliputi
proses pada sistem saat menerima data pembayaran dari Peserta Pengirim dan meneruskan data
tersebut ke Peserta Penerima, serta konfirmasi dari Peserta Penerima ketika telah melakukan
penerusan dana ke Nasabah Penerima (end to end). SLA 25 Detik tersebut tanpa memperhitungkan
waktu tunggu nasabah untuk memutuskan transfer.
- 45 -
43. Kapan window time cut off report member statement di BI-FAST untuk masing-masing periode cut
off?
Window time untuk member statement yaitu:
Window 1: data 00:00-06:00 akan di-generate pukul 07:00
Window 2: data 06:00-12:00 akan di-generate pukul 13:00
Window 3: data 12:00-18:00 akan di-generate pukul 19:00
Window 4: data 18:00-00:00 akan di-generate pukul 01:00 next day
Download report dilakukan paling cepat 10 (sepuluh) detik dan paling lama 2 (dua) menit. Hal ini
tergantung dari jumlah data yang dmasukkan dalam report tersebut.
Kepesertaan
- 46 -
47. Apa saja persyaratan menjadi peserta BI-FAST?
Syarat untuk dapat menjadi peserta BI-FAST adalah sebagai berikut:
a. menjadi nasabah Bank Indonesia dan berstatus aktif;
b. tidak sedang dalam proses likuidasi atau kepailitan;
c. pimpinan calon Peserta memiliki kredibilitas yang baik dan rekam jejak yang baik, yang
ditunjukkan dengan:
1) calon Peserta berupa bank, penunjukan dari lembaga terkait atau persetujuan dari lembaga
pengawas yang berwenang; dan
2) calon Peserta berupa lembaga selain bank, tidak tercantum dalam daftar kredit macet dan
daftar hitam nasional yang diterbitkan oleh lembaga yang berwenang;
d. memiliki kinerja keuangan yang baik dalam 2 (dua) tahun terakhir;
e. menyediakan infrastruktur dalam penyelenggaraan BI-FAST sesuai dengan spesifikasi teknis yang
telah ditetapkan oleh Penyelenggara; dan
f. memiliki sistem informasi yang andal.
49. Apa perbedaan Peserta Langsung (PL) dan Peserta Tidak Langsung (PTL) di BI-FAST?
Baik Peserta Langsung (PL) maupun Peserta Tidak Langsung (PTL) keduanya memiliki akses yang sama
ke sistem BI-FAST dalam melakukan transaksi. Hal yang membedakan adalah akses ke rekening
setelmen di BI-FAST dimana setelmen transaksi PL menggunakan rekening PL yang bersangkutan
sedangkan setelmen transaksi PTL menggunakan rekening PL yang ditunjuk.
- 47 -
b. Koneksi menggunakan terminal yang disediakan di sisi peserta yang dapat dipergunakan untuk
melakukan pertukaran data dengan core banking peserta (message converter).
54. Apa saja persyaratan bagi pihak lain untuk dapat melakukan pengelolaan infrastruktur BI-FAST calon
peserta?
Calon Peserta harus memastikan pihak lain sebagai pengelola infrastruktur BI-FAST memenuhi
persyaratan:
a. berbadan hukum Indonesia di bidang penyedia jasa sistem informasi;
- 48 -
b. pengurus memiliki rekam jejak yang baik, yang dibuktikan dengan tidak tercantum dalam daftar
kredit macet dan daftar hitam nasional yang diterbitkan oleh lembaga yang berwenang;
c. memiliki tenaga ahli yang andal dengan didukung oleh sertifikasi yang relevan;
d. memiliki kinerja keuangan yang baik dalam 2 (dua) tahun terakhir;
e. memiliki pedoman rencana keberlangsungan bisnis (business continuity plan);
f. menerapkan prinsip pengendalian teknologi informasi dan keandalan security yang dibuktikan
dengan hasil audit independen;
g. memenuhi standar keamanan dan keandalan sistem serta infrastruktur sesuai standar yang
berlaku;
h. berpengalaman menyediakan solusi managed service atau sharing infrastructure di perbankan
dan sistem pembayaran;
i. memenuhi spesifikasi infrastruktur yang ditetapkan Penyelenggara;
j. memiliki dan menerapkan manajemen risiko yang memadai khususnya terkait sistem informasi;
dan
k. memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan.
55. Bagaimana mekanisme kerja sama antara pihak lain sebagai pengelola infrastruktur dengan calon
peserta?
Mekanisme kerjasama antara para pihak dilakukan dengan perjanjian kerja sama antara calon peserta
dengan pihak lain sebagai pengelola infrastruktur. Perjanjian kerjasama sebagaimana dimaksud paling
sedikit memuat:
a. hak dan kewajiban antara calon Peserta dengan pihak lain, termasuk namun tidak terbatas pada:
1) pelaporan setiap kejadian kritis yang dapat mengakibatkan kerugian keuangan yang signifikan
atau mengganggu kelancaran operasional BI-FAST;
2) keberlangsungan penyediaan layanan pengelolaan infrastruktur; dan
3) memiliki prosedur pengendalian keamanan;
b. pernyataan penyedia infrastruktur BI-FAST atas penggunaan infrastruktur oleh calon Peserta;
c. tanggung jawab atas kerahasiaan dan/atau penyalahgunaan data dan informasi;
d. penanganan Keadaan Tidak Normal dan/atau Keadaan Darurat;
e. penyelesaian perselisihan antara calon Peserta dengan pihak lain;
f. biaya penggunaan infrastruktur yang dikenakan kepada calon Peserta;
g. pemberian akses kepada Penyelenggara untuk melakukan pemeriksaan secara langsung terhadap:
1) sarana fisik yang terkait dengan calon Peserta;
2) aplikasi pendukung pihak lain yang terkait BI-FAST dalam hal memiliki aplikasi pendukung; dan
3) kegiatan operasional pihak lain yang terkait dengan calon Peserta; dan
h. pernyataan bahwa perjanjian tersebut tidak bertentangan dengan ketentuan Bank Indonesia.
Dalam hal calon Peserta merupakan unit usaha syariah dan menggunakan infrastruktur milik bank
umum konvensional pemilik unit usaha syariah yang menjadi Peserta, perjanjian kerjasama dituangkan
- 49 -
dalam bentuk kebijakan dan prosedur tertulis internal bank umum konvensional pemilik unit usaha
syariah dengan memperhatikan minimum substansi sebagaimana dimaksud di atas
58. Apa saja persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjadi Bank Sponsor dan/atau Bank Pembayar?
Untuk dapat menjadi Bank Sponsor dan/atau Bank Pembayar calon Bank Sponsor dan/atau calon Bank
Pembayar harus memenuhi persyaratan:
a. mampu mengelola likuiditas untuk transaksi PTL atau PLNP Sistem BI-RTGS;
b. merupakan PL berupa bank; dan
c. menerapkan manajemen risiko sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
mengenai penerapan manajemen risiko.
Selain persyaratan tersebut di atas, calon Bank Sponsor harus memiliki teknologi informasi yang
memadai yaitu paling sedikit memiliki kemampuan untuk memisahkan pencatatan dan memisahkan
dana milik PL dan PTL.
59. Bagaimana posisi BPR dalam BI-FAST dan apakah BPR dapat diikutsertakan dalam working group?
Terkait kepesertaan BPR di BI-FAST, akan dilakukan pembahasan lebih lanjut dalam WorkStream Bisnis
Pengembangan BI-FAST. Adapun anggota working group saat ini terdiri dari seluruh bank peserta
SKNBI (bank umum dan bank syariah).
- 50 -
61. Apakah pelaku fintech, khususnya penerbit Uang Elektronik (UE) dapat bergabung dalam Working
Group dan/atau menjadi peserta BI-FAST?
Pada dasarnya Bank Indonesia akan mengakomodir seluruh pelaku industri yang menyelenggarakan
transfer dana agar dapat memperluas akseptansi masyarakat. Oleh karena itu, kepesertaan BI-FAST
dapat berupa bank dan non-bank sepanjang memenuhi persyaratan yang akan ditetapkan lebih lanjut.
Aspek Teknis
63. Apakah akan terdapat pelatihan bagi peserta untuk operasional sistem BI-FAST?
Bank Indonesia akan memberikan pelatihan dan pendampingan bagi peserta baik untuk melakukan
instalasi maupun uji coba yang akan didetilkan lebih lanjut. Sedangkan setting internal diharapkan
dapat dilakukan oleh masing-masing peserta.
64. Apakah penyesuaian server dan database dalam SKNBI (Websphere dan SQL Server) yang telah
disampaikan oleh Bank Indonesia pada akhir tahun 2020 akan tetap dilakukan mengingat BI-FAST
akan segera implementasi pada akhir tahun 2021?
Penyesuaian server dan database SKNBI tetap dilakukan mengingat Bank Indonesia masih tetap
menyelenggarakan layanan SKNBI, dan transisi layanan transfer kredit dan transfer debet SKNBI ke BI-
FAST akan dilakukan secara bertahap.
- 51 -
65. Siapa pihak yang akan menyiapkan spesifikasi teknis (a.l. server, OS, license) dan melakukan
penunjukkan business partner?
Bank Indonesia hanya akan memberikan rekomendasi spesifikasi teknis dan memfasilitasi connector
dari bank ke sistem BI-FAST. Sedangkan penunjukkan dan pengadaan business partner merupakan
tanggung jawab masing-masing bank.
66. Apakah partner software Oracle akan ditunjuk oleh Bank Indonesia sebagaimana pengadaan Oracle
peda pengembangan RTGS sebelumnya?
Bank Indonesia hanya merekomendasikan spesifikasi sedangkan pengadaan dan penunjukkan
business partner dilakukan oleh masing-masing bank.
67. Apakah BI-FAST akan menggunakan token seperti halnya dengan yang digunakan BI-RTGS?
BI-FAST akan menggunakan token d.h.i berupa soft token seperti BI-RTGS.
69. Apakah BI-FAST dapat menggunakan infrastruktur yang sama dengan layanan eksisting (SKNBI dan
BI-RTGS)?
BI-FAST memiliki karakteristik yang berbeda dengan layanan eksisting sehingga menggunakan
infrastruktur tersendiri.
70. Apakah Virtual Machine (VM) dapat digunakan untuk sistem BI-FAST?
Sesuai dengan rencana pengembangan, BI-FAST akan menggunakan VM untuk sistem BI-FAST yang
detailnya akan disampaikan lebih lanjut melalui surat ke bank.
71. Apakah terdapat aplikasi gateway yang dapat di-install di bank untuk terhubung ke BI-FAST?
Pengembangan gateway akan disiapkan oleh Bank Indonesia dan terdapat aplikasi yang perlu di-install
di server bank sebagaimana participant platform pada RTGS.
- 52 -
72. Apakah bank PTL yang menempatkan Connector miliknya pada bank PL dapat mengakses Connector
tersebut?
Connector hanya dapat diakses oleh pemilik connector d.h.i bank PL.
74. Apa solusi untuk kendala service switch/MCAS yang sering terputus?
Dapat dilakukan pemeriksaan network koneksi dan port di telnet.
75. Apakah 1 (satu) device smartphone hanya dapat digunakan untuk 1 (satu) user saja?
Satu device dapat digunakan untuk beberapa user, namun 1 (satu) user hanya dapat diakses pada 1
(satu) device.
76. Mohon penjelasan bahwa pada saat pembuatan user participant baru muncul message ‘system not
ready'.
Hal ini terjadi karena LDAP menggunakan environment yang sama untuk production dan UAT, sehingga
apabila user sudah terdaftar di UAT maka di production tidak dapat didaftarkan kembali. Sebagai
masukan apabila ingin menggunakan username yang sama pada environment production, maka user
yang ada di environment UAT harus dihapus terlebih dahulu.
77. Bagaimana cara membuat status user menjadi suspend, freeze, closed status?
Dapat dilakukan melalui menu “Participant Participant User Inquiry”.
78. Apakah Registration ID dijadikan key untuk melakukan delete, update, suspend, dan activation?
Registration ID merupakan salah satu key dalam melakukan update data proxy seperti edit, delete, dan
sebagainya.
79. Apakah user yang sudah pernah dilakukan unlock hanya dapat di-edit dan delete saja tidak bisa
dilakukan reset password dan suspend?
Setelah berhasil dilakukan unlocked, cek e-mail untuk login menggunakan password sementara lalu
setelah login akan muncul pilihan reset password dan suspend.
- 53 -
80. Ketika create User Maker tetapi di notifikasi email tidak tercantum link self-enrollment SafeNet
Authentication Service?
Untuk saat ini, SafeNet belum digunakan dan masih disable Multifactor Authentication (MFA).
81. Apakah User ID CI-Portal Administrator maker dan checker yang disediakan oleh Bank Indonesia
tidak bisa lagi membuat User ID turunan selevel Administrator?
Saat ini hanya ada 2 (dua) user untuk level Administrator yang disediakan, yaitu maker dan checker,
selanjutnya bank dapat membuat level user di bawahnya.
83. Apakah dari sisi Bank Indonesia tidak ada validasi jika secondary ID yang dikirimkan berbeda dengan
yang sudah terdaftar di peserta lain?
Validasi data saat proses alias management request dilakukan dari sisi bank, bukan dari Bank Indonesia
melalui CI-Hub. Dalam hal ini, bank harus memastikan data nomor telepon, NIK, e-mail, dan data lain
yang dibutuhkan untuk alias management sesuai dengan data nasabah yg terdaftar di bank tersebut,
sehingga case terkait request proxy porting dengan secondary ID yang berbeda seharusnya tidak
terjadi.
84. Bagaimana cara Bank Indonesia memastikan proxy management dilakukan oleh nasabah pemilik
nomor hp/email dan nomor identitas yang tersimpan di CI-Hub?
Bank Indonesia tidak melakukan validasi atas nomor tersebut. Namun demikian, nomor identitas perlu
ada karena mandatory field. Dalam hal ini, bank juga harus melakukan validasi. Oleh karena itu, untuk
nomor handphone atau e-mail yang mau didaftarkan sebagai proxy, nomor handphone atau e-mail
tersebut harus sudah terdaftar di peserta (data CIF) sebelumnya.
85. Untuk proses inquiry proxy, apakah respon untuk data proxy dan nomor rekening perlu dilakukan
masking?
Untuk prxy.003 itu tidak perlu dilakukan masking, sementara untuk prxy.005 perlu dilakukan masking
sesuai dengan kesepakatan ketika UAT dilakukan.
86. Jika ada case porting proxy yang sudah terdaftar di bank lain, status proxy yang akan di-porting
tersebut apakah proxy yang tidak aktif/deregister/aktif atau suspend?
Harus menggunakan proxy yang aktif.
- 54 -
87. Apakah perbedaan status of alias antara SUSP dan SUSB?
SUSP adalah suspend by participant (owner yang memiliki alias), sementara SUSB adalah suspend by
bank.
88. Apakah BIC code memang tidak akan dikirimkan jika proxy di-suspend (SUSP/ SUSB)?
Sesuai participant guide untuk prxy 001, BIC Code dari sending participant dimaksud bersifat
mandatory dan harusnya komponen tersebut akan selalu disertakan dalam message request.
89. Apakah bank boleh melakukan activate (ACTV) atas proxy yang sedang di-suspend (SUSP) di peserta
lain?
Secara sistem tidak bisa.
90. Apa penyebab response terkait proxy management - NEWR dari Connector = U904 -- Endpoint Error?
Kemungkinan, hal ini disebabkan karena terdapat gangguan di network atau Connector. Terkait hal
tersebut, mohon dapat dilakukan pengecekan pada koneksi peserta ke Bank Indonesia, dan
selanjutnya bisa dicoba dengan melakukan sign in kembali.
91. Pada saat melakukan CT with proxy, apakah harus menggunakan uppercase?
Transaksi CT with proxy menggunakan case sensitive, sehingga harus diisi dengan uppercase karena
seluruh proxy yang didaftarkan akan dikonversi menjadi uppercase di Hub, sedangkan untuk proxy
resolution tidak case sensitive.
92. Mohon penjelasan bahwa pada saat melakukan proxy, beberapa kali mendapatkan error code U810.
U810 untuk proxy resolution merupakan timeout. Kemungkinan penyebabnya yang utama adalah
adanya isu network.
- 55 -
94. Bagaimana cara mengatasi apabila saat sedang melakukan Account Enquiry (AE)
(Payment Type 510) pada Connector muncul reason code U162 (settlement confirmation not
receive)?
Hal ini disebabkan karena terdapat kesalahan konfigurasi pada Platform Manager yang dikarenakan
AE tidak akan mendapatkan settlement confirmation dari Hub. Sebagai solusi, peserta dapat
melakukan konfigurasi pada Platform Manager Connector dengan mengubah Field Perform
Settlement Confirmation dan Field Perform Settlement dengan value N (yang sebelumnya Y) di menu
Configure - Entities - IPF Product Definition - Settlement Rules untuk Payment Type 510 dan 510A,
sehingga Connector ketika melakukan AE tidak akan mendapatkan U162 kembali.
95. Apakah tidak ada mapping reject code untuk kondisi city code tidak sesuai?
Untuk kodenya memang belum ada, validasi hanya untuk length character saja.
96. Apakah ada mekanisme auto sign terkait case status inactive seperti di ISO8583?
Mekanisme auto sign tidak digunakan di BI-FAST.
98. Terkait liquidity management, apa penyebab error code 160 (settlement rules not found)?
Terdapat 2 (dua) hal yang dapat menjadi penyebab, yaitu different version dan configuration di
Connector.
99. Apakah Peserta Tidak Langsung (PTL) dapat melakukan setting limit untuk batas likuiditas (limit atas,
amber limit, dan red level)?
PTL tidak bisa melakukan setting limit. Hanya Peserta Langsung (PL) yang dapat melakukan.
100. Jika saldo sebelum transaksi credit transfer sudah di bawah red level tetapi tidak bisa melakukan
auto top up, apa yang harus dilakukan?
Saldo harus di-update menjadi di atas red level untuk men-trigger auto top up. Kemudian melakukan
pengecekan RTGS posisi on/off, melakukan setting auto adjustment.
101. Apakah terdapat limit batasan jumlah automatic top up atau withdrawal pada setting threshold
otomatis?
Tidak ada batasan pada setting threshold otomatis.
- 56 -
102. Mohon penjelasan terkait isu ketika melakukan top up tapi gagal dan mendapatkan error code
U245 (sponsor adjustment auth time out) meskipun dana di RTGS mencukupi.
U245 terjadi karena timeout. Kejadian ini mungkin disebabkan oleh pengaruh dari issue Hub kirim file
kosong ke RTGS sehingga RTGS tidak membalas dan mengirimkan timeout.
103. Modul report Credit Transfer Detail dapat di-download dalam bentuk apa saja?
Untuk saat ini, pilihannya adalah .xlsx dan .pdf.
104. Bagaimana melakukan penyesuaian time out Credit Transfer (CT) pada Platform Manager?
Melalui platform manager, akses menu Navigator:
Entities IPF Product Definition On Line Authorization Rules
Pada On Line Authorization Rules setting nilai pada field Response Time Out menjadi 60s. Kemudian
lakukan untuk update Response Time Out pada payment type 010, 011, 019 dan 110. Hal ini dilakukan
tidak hanya untuk CT saja, tetapi mencakup CT by proxy, reverse CT dan FI to FI.
105. Pengisian NIK pada CT request sebagaimana dalam Participant Guide saat ini apakah bersifat
mandatory atau optional?
Bersifat optional.
106. Apabila deemed settle tidak bisa diterima oleh nasabah di bank penerima, perlakuan yang harus
dilakukan seperti apa?
Apabila setelah diteruskan oleh SAF tidak dapat diterima oleh nasabah di bank penerima (rekening
tutup dan sebagainya), maka diselesaikan dengan reverse CT.
107. Apabila Connector bank penerima tidak mengaktifkan stand in, apakah bank pengirim masih ada
kemungkinan mendapatkan U002?
Bank pengirim hanya akan mendapat U002 apabila transaksi terkena stand in di CI-Hub, sedangkan
apabila terkena stand in di Connector akan tetapi menerima U000.
- 57 -
109. Dalam BI-FAST, selain code U000 dan U002 apakah semuanya tidak boleh dilakukan reversal
apabila mendapatkan response reject?
Jika reject, tidak perlu dilakukan reversal karena belum ada perpindahan dana. Case reversal
inisiasinya adalah case U002 tapi ternyata tidak bisa diteruskan ke CBS karena saat diteruskan
menemui kondisi seperti nomor rekening sudah ditutup.
110. Apakah pada laporan Bank Indonesia tidak ada field penghubung antara CT dan CT reversal?
Untuk di report tidak ada, tercatat transaksi baru dengan jenis transaksi reversal CT.
111. Apakah posisi data debitur dan kreditur akan ditukar dari transaksi original-nya, jika reversal CT di-
trigger oleh RFI?
Ya betul, dan hanya CT biasa yang bisa ditambah "tag" original "end-to-end ID".
112. Terdapat kasus di mana Bank A (sebagai pengirim) log CI mendapatkan U171 dan Bank B (sebagai
Penerima) log CI Connector mendapatkan error U992. Apakah yang menjadi sebab perbedaan
kedua response code tersebut?
Penjelasannya adalah U992 itu dikarenakan response Hub tidak sampai ke peserta. Kejadiannya
adalah Hub mencoba mengirimkan pesan U171 ke pengirim tapi tidak pernah sampai sehingga
Connector melaporkan U992 ke middleware.
113. Mohon penjelasan untuk settlement confirmation tidak bisa diteruskan ke middleware.
Di beberapa bank settlement confirmation tidak bisa diteruskan ke middleware karena terdapat patch
perbaikan.
114. Bagaimana jika menemukan masalah pada middlleware, yakni mengalami U992 secara
intermittent?
Perbaikan di sisi DB 1 dan 2 ditambahkan beberapa Source Code, serta penyesuaian di Platform
Manager.
115. Mohon penjelasan terkait database pada DRC site, di mana terdapat isu pada Switch 1 dan 3 in-
active di Platform Manager.
Dilakukan increase di database pada DRC site, lalu dilakukan konfigurasi di Platfrom Manager, serta
dilakukan pengecekan di antaranya Check APSF DRC Server, DC Server, UPF01 DRC Server, UPF01 DC
Server, DRC ICEXS 01 Server, DC ICEXS 01 Server.
- 58 -
116. Apakah penyebab dari error U101 Tenant not Found (CT)?
Kemungkinan ada kesalahan di pengisian BIC atau pada isian data message request.
118. Standar message dan standar keamanan apa yang digunakan dalam BI-FAST?
BI-FAST menggunakan standar message ISO 20022 dan standar keamanan serta data ISO 27001.
121. Bagaimana apabila status transaksi berhasil, namun transfer atau pembayaran yang dilakukan
tidak sampai ke tujuan?
Nasabah dapat menghubungi bank/non bank terkait untuk dapat ditindaklanjuti sesuai ketentuan.
Untuk mencegah terjadinya kondisi tersebut, pada saat bertransaksi, nasabah perlu memastikan data
tujuan telah sesuai dengan notifikasi status transaksi.
- 59 -
122. Bagaimana penyelesaian transaksi bermasalah?
Dalam hal terdapat permasalahan transaksi, Peserta pengirim dan Peserta penerima harus
menyelesaikannya
a. Peserta pengirim melakukan pengkreditan kembali rekening nasabah pengirim dalam hal CTR
dikembalikan oleh Peserta penerima dengan alasan tertentu. Pengkreditan kembali rekening
nasabah pengirim dilakukan pada tanggal yang sama dengan tanggal pengembalian CTR.
b. Peserta penerima mengembalikan dana kepada Peserta pengirim dalam hal berdasarkan hasil
verifikasi, Peserta penerima tidak dapat meneruskan dana kepada nasabah penerima.
123. Bagaimana penanganan masalah atau gangguan teknis apabila terjadi pada saat transaksi di luar
jam kerja atau malam hari?
Baik Bank Indonesia sebagai penyelenggara BI-FAST maupun bank/non bank peserta BI-FAST
menyediakan layanan helpdesk yang beroperasi 24/7 untuk melayani pengaduan/complaint
handling.
125. Apakah bisa transaksi terkait penyelesaian dispute dilakukan melalui BI-FAST?
Bisa dilakukan melalui BI-FAST. Jika dilakukan secara bilateral di luar BI-FAST, maka dari sisi pembuat
status dispute resolution, perlu dipastikan perubahan status di BI-FAST menjadi close atau complete.
- 60 -
128. Apa yang dimaksud Proactive Risk Manager (PRM)?
Fitur proactive risk manager dimanfaatkan untuk memitigasi risiko atas transaksi keuangan
mencurigakan. Penetapan parameter indikasi transaksi keuangan mencurigakan dalam proactive risk
manager dilakukan berdasarkan kebijakan Penyelenggara.
- 61 -
FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQ)
(Untuk Masyarakat)
Overview
4. Apa perbedaan layanan BI-FAST dengan layanan online yang tersedia saat ini?
Dari sisi nasabah, pada dasarnya sebagian layanan online (misalnya internet dan mobile banking)
memiliki karateristik yang serupa dengan BI-FAST dalam hal untuk mengakomodir layanan masyarakat
dalam bertransaksi setiap saat (24/7). Namun BI-FAST memiliki beberapa keunggulan a.l. fitur proxy
address sebagai pengganti nomor rekening untuk memberikan kemudahan bagi konsumen dalam
bertransaksi maupun biaya transaksi yang lebih efisien.
- 62 -
5. Apa yang membedakan BI-FAST dengan SKNBI dan BI-RTGS?
Perbedaan BI-FAST dengan SKNBI dan BI-RTGS dapat dilihat dari beberapa aspek.
Nominal transaksi, BI-FAST sama dengan SKNBI akan melayani transaksi ritel, sedangkan RTGS
melayani transaksi nilai besar dengan nominal di atas Rp100 juta.
Waktu layanan, BI-FAST akan tersedia setiap saat (24/7), sedangkan SKNBI dan BI-RTGS terdapat
jam operasional yang ditentukan, yaitu sejak pukul 06.30 WIB sampai dengan pukul 16.30 WIB.
Kanal pembayaran, SKNBI dan RTGS hanya dapat diakses melalui counter bank dan kanal
mobile/internet, sedangkan BI-FAST selain melalui counter dan kanal mobile/internet, ke depan
juga akan melayani transaksi menggunakan QR, ATM, dan EDC.
Instrumen pembayaran, SKNBI hanya melayani transaksi transfer kredit dan debit, BI-RTGS hanya
melayani transaksi transfer kredit, sedangkan BI-FAST melayani transaksi transfer kredit, transfer
debit, kartu ATM/debet (termasuk virtual), kartu kredit (termasuk virtual), dan uang elektronik.
Fitur Layanan
- 63 -
10. Apakah transaksi melalui layanan BI-FAST harus menggunakan nomor rekening?
Untuk meningkatkan kenyamanan masyarakat dalam bertransaksi, maka transaksi pemindahan dana
melalui BI-FAST dapat juga ditujukan ke proxy address, yaitu nomor handphone atau alamat email
nasabah penerima sebagai alternatif nomor rekening.
11. Bagaimana untuk mengetahui jika transaksi melalui layanan BI-FAST telah berhasil?
Nasabah akan menerima notifikasi status transaksi secara otomatis.
Proxy Address
14. Apakah satu proxy address dapat didaftarkan untuk beberapa nomor rekening dalam satu bank
ataupun berbeda bank?
Satu proxy address hanya dapat didaftarkan untuk satu nomor rekening. Apabila nasabah akan
menambahkan rekening lainnya, dapat menggunakan proxy address yang berbeda. Misalnya yang
pertama menggunakan nomor HP dan yang kedua menggunakan email.
15. Apakah satu nomor rekening dapat didaftarkan beberapa proxy address?
Satu nomor rekening dapat didaftarkan menggunakan beberapa proxy address.
- 64 -
16. Apakah proxy address juga dapat dipergunakan untuk kebutuhan transaksi korporasi?
Pada dasarnya proxy address dapat digunakan sebagai pengganti nomor rekening baik untuk nasabah
individual maupun korporasi. Namun karena pada dasarnya BI-FAST melayani transaksi ritel maka
limitnya tidak akan jauh berbeda dengan transaksi di SKNBI (saat inimasih dalam formulasi kebijakan).
17. Bagaimana mekanisme penggantian update proxy address nasabah?
Nasabah dapat melakukan update proxy pada aplikasi mobile/Internet bank/non bank yang menjadi
peserta BI-FAST. Data tersebut akan diupdate pada sistem proxy address BI-FAST untuk dilakukan
sinkronisasi.
19. Kanal apa saja yang dapat digunakan untuk menggunakan layanan BI-FAST?
Layanan BI-FAST dapat diakses melalui counter maupun kanal mobile/internet, maupun sarana
elektronik lain yang akan dikembangkan, seperti QR, ATM, dan EDC.
22. Adakah batasan transaksi minimum dan maksimum untuk menggunakan layanan BI-FAST?
Saat ini batas transaksi BI-FAST masih dalam formulasi kebijakan Bank Indonesia, namun mengingat
BI-FAST melayani transaksi ritel maka batas nominal transaksi tidak akan jauh dari batas transaksi
SKNBI saat ini (SKNBI saat ini s.d. Rp1 milyar). Meskipun demikian bank/non bank peserta BI-FAST
dapat menetapkan limit transaksi untuk nasabahnya sesuai risk appetite (tingkat risiko yang dapat
diterima) bank/non bank tersebut, sepanjang pada kisaran yang ditetapkan Bank Indonesia.
- 65 -
23. Apakah layanan BI-FAST dapat digunakan untuk transfer dana ke luar negeri?
Layanan BI-FAST untuk memfasilitasi transaksi cross border baru akan dikembangkan mulai tahun
2023.
25. Bagaimana dengan layanan kliring melalui SKNBI sejak adanya BI-FAST?
BI-FAST pada dasarnya adalah modernisasi dari SKNBI. Layanan transfer kredit dan transfer debit
SKNBI akan dialihkan ke BI-FAST secara bertahap, sehingga ke depan SKNBI difokuskan untuk
memproses transaksi cek BG (paper based).
- 66 -
28. Apakah risiko penggunaan BI-FAST bagi masyarakat?
Sebagaimana sistem pembayaran lainnya, BI-FAST memiliki risiko terhadap transaksi fraud. Untuk itu
pengembangan BI-FAST dilengkapi dengan fitur fraud detection system dan AML/CFT.
29. Bagaimana apabila status transaksi berhasil, namun transfer atau pembayaran yang dilakukan tidak
sampai ke tujuan?
Nasabah dapat menghubungi bank/non bank terkait untuk dapat ditindaklanjuti sesuai ketentuan.
Untuk mencegah terjadinya kondisi tersebut, pada saat bertransaksi, nasabah perlu memastikan data
tujuan telah sesuai dengan notifikasi status transaksi.
31. Bagaimana penanganan masalah atau gangguan teknis yang terjadi pada saat transaksi di luar jam
kerja atau malam hari?
Baik Bank Indonesia sebagai penyelenggara BI-FAST maupun bank/non bank peserta BI-FAST
menyediakan layanan helpdesk yang beroperasi 24/7 untuk melayani pengaduan/complaint handling.
- 67 -