Anda di halaman 1dari 16

PROTEIN

Dosen Pengampu :
Pritasari, SKM, M.Sc

Presentasi oleh kelompok 2 / D4 1B :


Malika Ryifa' Syaakira (P21331123048)
Raisya Putri (P21331123060)
Shabina Rahmatika K (P21331123064)
DEFINISI PROTEIN
Protein berasal dari bahasa Yunani “proteios” yang berarti pertama
Atau utama. Protein merupakan makromolekul yang menyusun lebih
dari separuh bagian dari sel.

Protein adalah zat makanan yang mengandung nitrogen yang diyakini


sebagai faktor penting untuk fungsi tubuh, sehingga tidak mungkin ada
kehidupan tanpa protein.

Protein digunakan sebagai zat pembangun tubuh untuk mengganti dan


memelihara sel tubuh yang rusak, reproduksi, mencerna makanan dan
kelangsungan proses normal dalam tubuh
KLASIFIKASI PROTEIN
Protein dapat digolongkan berdasarkan:
struktur molekulnya, kelarutannya dalam
pelarut, dan nilai gizinya.

1) Struktur Molekul Protein

Berdasarkan struktur molekulnya, protein dapat


dikelompokkan menjadi dua bentuk, yaitu
protein fibrosa (fibrous, berserat, berserabut)
dan protein globular (bulat seperti bola).
Struktur Molekul Protein

a) Protein Fibrosa
Protein fibrosa merupakan protein yang tidak larut dalam pelarut encer,
baik larutan garam, asam, basa maupun alkohol. Protein fibrosa
terutama berguna untuk membentuk struktur jaringan, misalnya kolagen
pada tulang rawan, myosin, yaitu protein kontraktil utama pada otot,
keratin, yaitu protein utama rambut dan kulit, serta fibrin, yaitu protein
pada darah yang membeku.

b) Protein Globular
Protein globular merupakan protein yang larut dalam larutan garam dan
asam encer, juga mudah berubah di bawah pengaruh konsentrasi
garam, serta pelarut asam dan basa, dibandingkan dengan protein
fibrosa.
2. Kelarutan Protein dalam Suatu Larutan

Klasifikasi protein berdasarkan kelarutannya berkembang pada sekitar


tahun 1907 – 1908, tetapi masih digunakan sampai sekarang walaupun
garis batas antarkelasnya tidak jelas. Menurut kelarutannya, protein
globular dapat digolongkan menjadi beberapa kelas, yaitu albumin,
globulin, glutelin, prolamin, histon, dan protamin.
3. Nilai Gizi Protein

Terdapat dua faktor yang menentukan nilai gizi suatu protein,


yaitu daya cerna dan kandungan asam amino esensial. Protein
yang mudah dicerna (dihidrolisis) oleh enzim-enzim pencernaan,
dan mengandung asam-asam amino esensial yang lengkap serta
dalam jumlah yang seimbang merupakan protein yang bernilai
gizi tinggi.

Umumnya protein hewani merupakan protein yang bernilai gizi


tinggi, kecuali gelatin. Protein nabati umumnya daya cernanya
lebih rendah dan kekurangan salah satu (sering juga kekurangan
dua macam) asam amino esensial.
FUNGSI PROTEIN
Sebagai Sumber Energi Membentuk Antibodi

Membangun dan Memelihara Membentuk Hemoglobin dan


Jaringan Tubuh Plasma Darah

Mempercepat Reaksi Kimia Menyimpan Nutrisi


CIRI CIRI PROTEIN
BMP-nya besar, ribuan sampai jutaan sehingga
merupakan suatu makromolekul.
Umumnya terdiri dari 20 asam amino, yang berikatan
secara kovalen satu dengan yang lain dalam variasi
yang bermacam-macam, membentuk suatu rantai
polipeptida.
Terdapatnya ikatan kimia lain
Strukturnya tidak stabil terhadap beberapa faktor
seperti pH, radiasi, temperatur, medium pelarut organik
(alkohol atau aseton) dan detergen.
Umumnya reaktif dan sangat spesifik
AKIBAT KELEBIHAN &
KEKURANGAN PROTEIN
Akibat Kelebihan Protein
Menurut Winarno (1993) mengonsumsi protein secara
berlebihan tidak menguntungkan bagi tubuh. Kelebihan asam
amino memberikan ginjal dan hati yang harus
memetabolisme dan mengeluarkan kelebihan nitrogen.
Kelebihan protein akan menimbulkan asidosis, dehidrasi,
diare, kenaikan ammonia darah, kenaikan ureum darah dan
demam.

Akibat Kekurangan Protein


Menurut Winarno (1993) kekurangan konsumsi protein akan
menyebabkan hal-hal sebagai berikut:
Kwashiorkor
Maramus
BAHAN MAKANAN
SUMBER PROTEIN
Penduduk Indonesia mengkonsumsi berbagai jenis bahan makanan
untuk memenuhi kebutuhan protein, yang secara umum
dikelompokkan menjadi dua yaitu hewani dan nabati

Hewani: ikan, udang & makanan hasil laut, daging


unggas, telur, susu, dan daging ternak besar (sapi,
kambing, kerbau, dll).

Nabati: jamur, padi-padian, kacang-


kacangan, serta hasil olahanya (tempe,
tahu, oncom, dll).
PENCERNAAN PROTEIN
a. Pencernaan protein dalam rongga mulut dan kerongkongan

Proses pencernaan protein melibatkan kerja gigi dan ludah di


dalam rongga mulut. Gigi dalam hal ini berfungsi untuk
memperkecil ukuran makanan sedangkan ludah (saliva) berfungsi
untuk melumasi (lubricating) rongga mulut.
PENCERNAAN PROTEIN
b. Pencernaan protein dalam lambung

Protein yang tertampung di dalam lambung akan bereaksi


dengan enzim pepsin yang berasal dari getah lambung.
Enzim pepsin hanya akan terbentuk jika asam lambung (HCl)
menemukan protein dan melakukan penguraian
rangkaiannya.
PENCERNAAN PROTEIN
c. Pencernaan protein dalam usus halus

Polipeptida pendek yang dihasilkan dari reaksi enzim pepsin dan


protein kemudian akan bercampur dengan enzim protease
(erepsin) di dalam usus halus. Protease berasal dari pankreas
yang disalurkan ke usus halus melalui dinding membran. Protease
mengandung beberapa prekursor antara lain prokarboksipeptida,
kimotripsinogen, tripsinogen, proelastase, dan collagenase.
PENCERNAAN PROTEIN
d. Pencernaan protein dalam usus besar dan anus

Jika asam amino yang dihasilkan dari proses pencernaan


protein memiliki jumlah yang berlebih, asam amino tersebut
kemudian akan dirombak menjadi senyawa-senyawa seperti
amoniak (NH3) dan amonium (NH4OH). Pada tahap
selanjutnya, semua senyawa ini kemudian dibuang melalui
saluran kencing atau bersama dengan feses.
VIDEO PROTEIN
TERIMA KASIH
Any question?

Anda mungkin juga menyukai