Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehamilan adalah urutan kejadian yang secara normal terdiri

atas pembuahan, implantasi, pertumbuhan embrio, pertumbuhan janin

dan berakhir pada kelahiran bayi. Ketika spermatozoa bertemu

dengan ovum maka dimulailah awal kehamilan, setiap kehamilan

selalu diawali dengan konsepsi yaitu pembuahan ovum oleh

spermatozoadan nidasi dari hasilkonsepsi. (Yongky, dkk, 2012)

Ibu yang sedang hamil harus mengkomsumsi makanan yang

berkualitas. Kehamilan yang tidak dibarengi dengan konsumsi

makanan yang baik akan menjadikan kehamilan yang lemah, beresiko

dan bahkan bias berakibat buruk terhadap janin.

Selain itu, Seorang ibu hamil harus memahami sumber-sumber

protein terkaya dengan kandungan asam amino yang sempurna yakni

protein hewani seperti daging sapi, kambing, ayam, ikan dan susu.

Disamping itu juga ada sumber-sumber protein nabati. Diantara yang

terpenting adalah sayuran : kacang-kacangan, buah-buahan kering

dan lainnya. Sekalipun tidak mengandung seluruh asam amino namun

memiliki kandungan protein yang cukup tinggi. (Athif, 2011)

Protein merupakan zat gizi yang sangat penting bagi

tubuh .karena selain sebagai sumber energy, protein berfungsi

sebagai zat pembangun tubuh dan zat pengatur di dalam tubuh.

1
2

Sebagai zat pembangun, fungsi utamanya bagi tubuh adalah

membentuk jaringan baru (misalnya membesarkan janin pada masa

kehamilan seorang ibu, atau membentuk jaringan baru pada proses

pertumbuhan anak), disamping untuk memelihara jaringan yang telah

ada (mengganti bagian-bagian yang rusak).

Akan tetapi, kelebihan mengkonsumsi protein tidak baik untuk

kesehatan ginjal, kearena apabila protein (asam amino) digunakan

sebagai sumber energy, maka grup NH 3-nya harus dilepaskan melalui

proses deaminasi, dan kemudian disintesis menjadi urea. Urea yang

berlebihan dalam darah akan membahayakan kesehatan, sehingga

harus dibuang melalui ginjal (dalam urine). Makin banyak protein yang

dikonsumsi, makin banyak urea yang terbentuk, dan makin keras kerja

ginjal untuk membuang urea tersebut.

Dan kekurangan komsumsi protein banyak terjadi dikalangan

bayi dan anak-anak kecil, terutama akibat dari kemiskinan.

Kekurangan kalori-protein (KKP) yang muncul dalam bentuk

“marasmus” atau “kwashiorkor” pada bayi dan anak-anak kecil masih

banyak terjadi di Negara-negara berkembang termasuk di Indonesia.

Hal ini tidak saja menyebabkan pertumbuhan badan bayi dan anak

kecil terhambat, tetapi juga perkembangan otaknya, sehingga akan

berakibat pada terbentuknya sumber daya manusia dengan kualitas

rendah. (Deddy, 2009)


3

Karena banyaknya perbedaan kebutuhan energi selama hamil,

maka WHO manganjurkan jumlah tambahan sebesar 150Kkal sehari

pada trimester I, 350 Kkal sehari pada trimester II dan III. Dimana

jumlah kebutuhan protein meningkat, bahkan mencapai 68% dari

sebelum hamil, jumlah protein yang harus tersedia sampai akhir

kehamilan diperkirakan sebanyak 925g yang tertimbun dalam jaringan

ibu, plasenta serta janin. Jika asupan protein yang dikomsumsi

berlebihan karena tak dimanfaatkan bagi tubuh dapat membahayakan

keselamatan ibu dan janinnya. (Waryana, 2010).

Pemeriksaan terhadap protein termasuk pemeriksaan rutin.

Kebanyakan cara rutin untuk menyatakan adanya protein dalam urine

berdasarkan kepada timbulnya kekeruhan. Karena padatnya atau

kasarnya kekeruhan itu menjadi satu ukuran untuk jumlah protein

yang ada, maka menggunakan urine yang jernih betul menjadi syarat

penting pada test-test terhadap protein.

Untuk itu hasil pemeriksaan protein hendaknya diperiksakan

dengan cara semikuantitatif seperti test dengan asam sulfosalisilat

tidak bersifat spesifik, meskipun sangat peka adanya protein dalam

konsentrasi 0,002% dapat dinyatakannya. Kalau hasil test itu negative

maka kemungkinan tidak adanya proteinuria. (Gandasoebrata, 2010)

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik melakukan

penelitian “perbandingan hasil pemeriksaan protein urine pada ibu

hamil sebelum dan sesudah melahirkan di RSUD Haji Kota Makassar.


4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan suatu

masalah penelitian sebagai berikut, perbandingan hasil pemeriksaan

protein urine pada ibu hamil sebelum dan sesudah melahirkan di

Laboratorium D-III Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur

Makassar?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hasil pemeriksaan protein urine pada ibu

hamil sebelum dan sesudah melahirkan dengan metode asam

sulfosalisilat 20%.

2. Tujuan Khusus

Untuk menentukan hasil pemeriksaan protein urine pada

ibu hamil sebelum dan sesudah melahirkan dengan metode asam

sulfosalisilat 20%.

D. Manfaat Penelitian

1. Peneliti

Sebagai bahan dan aplikasi ilmu pengetahuan dan

teknologi yang diperoleh selama proses perkuliahan.

2. Institusi

Sebagai bahan acuan bagi perkembangan kurikulum

pendidikan analis kesehatan dan dapat dijadikan referensi bagi

peneliti selanjutnya.
5

3. Masyarakat

Memberikan informasi tambahan dalam rangka

penyempurnaan mutu terhadap pemeriksaan tes saring dalam hal

pemeriksaan protein dalam urine.

.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Protein

1. Pengertian Protein

Protein adalah kumpulan dari asam amino yang mengandung

unsure umum N, disamping unsur lain seperti C,H, dan O. (Panil

Zulbadir, 2008)

Protein sangat penting sebagai sumber asam amino yang

digunakan untuk membangun struktur tubuh, dimana protein juga

bisa digunakan sebagai sumber energi bila terjadi defisiensi energi

dari karbohidrat atau lemak. Selain itu protein merupakan zat gizi

yang sangat penting karena yang paling erat hubungannya dengan

proses-proses kehidupan. Semua hayat hidup sel berhubungan

dengan zat gizi protein.(Sediaoetama Djaeni Ahmad, 1985).

2. Fungsi Protein

Fungsi utama protein adalah mensintesis jaringan untuk

membangun (pertumbuhan ) dan memperbaiki sel yang rusak.

Pada keadaan tertentu protein menjadi sumber energi. Tiap gram

protein menghasilkan 4 Kkal. Protein juga sebagai regulator pH

darah.

Sebagai cadangan protein dapat mengkontribusi ion hydrogen

sehingga pH darah terpelihara antara 7,35-7,45. Peran lainprotein

juga mengatur keseimbangan cairan dalam darah. Pada keadaan

6
7

kekurangan albumin darah dan kadar globulin rendah seperti pada

kasus defesiensi protein, akan terjadigangguan tekanan osmosis

yang menyebabkan keluarnya cairan dari darah menuju jaringan

tubuh yang mengakibatkan udema. (Irianto Kus, 2004).

Peran penting lain dari protein juga membentuk antibodi yang

terbentuk dari “beta limfasetis” yang akan membentuk anbodi

antigen kompleks untuk melawan infeksi. Fungsi sfesifik protein

lainnya adalah sintesis vitamin dan pembentukan neurotransmitter.

(Irianto Kus, 2004).

3. Jenis-Jenis Protein

Klasifikasi protein dapat dilakukan berdasarkan berbagai cara

a. Berdasarkan komponen-komponen yang menyusun protein

1) Protein Sederhana (simple protein)

Hasil hidrolisa total protein jenis ini merupakan campuran

yang hanya terdiri atas asm-asam amino.

2) Protein komlpleks (complex protein, conjugated protein)

Hasil hidrolisa total dari protein jenis ini, selain terdiri atas

berbagai jenis asam amino, juga terdapat komponen lain,

misalnya unsur logam, gugusan phosphate dan sebagainya

(contoh : hemoglobin, lipoprotein, dan glikoprotein)

3) Protein derivate (protein derivate)

Ini merupakan ikatan antara (intermediate product) sebagai

hasil hidrolisa parsial dari protein native, misalnya albumosa,


8

peptone, dan sebagainya.(Sediaoetama Djani Ahmad,

1985).

b. Berdasarkan sumbernya, protein di klasifikasikan menjadi:

1) Protein Hewani

Yaitu protein dalam bahan makanan yang bersal dari

binatang, seperti protein dari daging, protein susu, dan

sebagainya.

2) Protein Nabati

Ialah protein yang berasal dari bahan makanan tumbuhan,

seperti protein dari jagung (zein), dari terigu, dan

sebagainya.

3) Klasifikasi protein dapat pula dilakukan berdasarkan fungsi

fisiologisnya, berhubungan dengan daya dukungan bagi

pertumbuhan badan dan bagi pemeliharaan jaringan:

a) Protein Sempurna

Bila protein sanggup mendukung pertumbuhan badan

dan pemeliharaan jaringan

b) Protein Setengah Sempurna

Bila sanggup mendukung pemeliharaan jaringan, tetapi

tidak dapat mendukung pertumbuhan badan.

c) Protein Tidak Sempurna


9

Bila sama sekali tidak sanggup menyokong pertumbuhan

badan, maupun pemeliharaan jaringan. (Sediaoetama

Djaeni Ahmad, 1985).

4. Proses Pencernaan Protein dalam makanan

Di dalam rongga mulut, protein makanan belum mengalami

proses pencernaan. Baru didalam lambung terdapat enzim

pepsinme dan HCl yang bekerja sama memecah protein makanan

menjadi metabolite intermediate tingkat polypeptida, yaitu peptone

albumosa dan proteosa.

Didalam duodenum protein makanan yang sudah mengalami

pencernaan parsial itu di cernah lebih lanjut oleh enzim yang

berasal dari cairan pankreas dan dari dinding usus halus. Pankreas

menghasilkan enzim-enzim proteolitik trypsine dan chemotrypsine,

sedangkan sekresi dinding usus mula-mula disangka hanya terdiri

atas satu enzim yang diberi nama erepsine, tetapi kemudian

erepsin tersebut merupakan campuran dari sejumlah enzim-enzim

oligopeptidase, yaitu yang memecah ikatan-ikatan oligopeptida.

Oleh erepsine, oligopeptida dipecah lebih lanjut menjadi asam-

asam amino. Cairan empedu tidak mengandung enzim yang

memecah protein. (Sediaoetama Djaeni Ahmad, 1985)

5. Penyakit Gizi Kekurangan dan Kelebihan Protein

Di kota-kota besar memang sudah sukar ditemukan tanda-

tanda nyata yang menunjukkan keadaan defisiensi protein akibat


10

salah diet, namun. Kita tidak mengetahui sampai sejauh mana

defisiensi ringan dapat terjadi dan bertanggung jawab atas

gangguan pertumbuhan serta kesehatan yang buruk. Masukan

protein yang pas-pasan harus dihindari, terutama pada masa-masa

di mana terdapat peningkatan kebutuhan akan protein, seperti

pertumbuhan, kehamilan, laktasi dan selama masa kesembuhan

dari cedera karena kekurangan protein dapat memperlambat

kesembuhan luka dan meningkatkan kerentanan terhadap infeksi.

(Mary, 2011)

Meskipun secara teoritis dapat disusun campuran protein

nabati sehingga nilai gizinya sama dengan protein hewani. Namun,

konsumsi pangan hewani memberikan beberapa keuntungan

tambahan antara lain : membantu penyerapan zat gizi lain

(misalkan zat besi), dan dapat mencukupi kebutuhan tubuh akan

vitamin dan mineral karena produk pangan hewani juga merupakan

sumber vitamin dan mineral yang baik. Kecukupan protein per

orang per hari yang dianjurkan untuk orang Indonesia tercantum

dalam angka kecukupan gizi (AKG) tahun 2004 tabel 2.0 (Deddy,

2009).
11

Tabel 2.0. Kecukupan Protein yang di anjurkan Indonesia

No Kelompok Kecukupan No Kelompok Kecukupan


Umur protein/hari Umur protein/hari
(g) (g)
Bayi/Anak Wanita

1 0 – 6 bln 10 13 10 – 12 th 50

2 7- 12 bln 16 14 13 – 15 th 57

3 1 – 3 tahun 25 15 16 – 18 th 50

4 4 – 6 tahun 39 16 19 – 29 th 50

5 7 – 9 tahun 45 17 30 – 49 th 50

Laki-laki 18 50 – 64 th 50

6 10 - 12 tahun 60 19 60 + th 50

7 13 - 15 tahun 65 Hamil
(tambahan)
8 16 - 18 tahun 60 20 Trimester I 0

9 19 - 29 tahun 60 21 Trimester II 0

10 30 - 49 tahun 60 22 Trimester III 0

11 50 - 64 tahun 60 Menyusui
(tambahan)

12 60 + tahun 60 23 6 bln pertama 0

Akan tetapi, kelebihan mengkonsumsi protein tidak baik untuk

kesehatan ginjal, karena apabila protein (asam amino) digunakan

sebagai sumber energy, maka grup NH3-nya harus dilepaskan

melalui proses deaminasi, dan kemudian disintesis menjadi urea.


12

Urea yang berlebihan dalam darah akan membahayakan

kesehatan, sehingga harus dibuang melalui ginjal (dalam urine).

Makin banyak protein yang dikonsumsi, makin banyak urea yang

terbentuk, dan makin keras kerja ginjal untuk membuang urea

tersebut.

Dan kekurangan konsumsi protein banyak terjadi dikalangan

bayi dan anak-anak kecil, terutama akibat dari kemiskinan.

Kekurangan kalori-protein (KKP) yang muncul dalam bentuk

“marasmus” atau “kwashiorkor” pada bayi dan anak-anak kecil

masih banyak terjadi di Negara-negara berkembang termasuk di

Indonesia. Hal ini tidak saja menyebabkan pertumbuhan badan

bayi dan anak kecil terhambat, tetapi juga perkembangan otaknya,

sehingga akan berakibat pada terbentuknya sumber daya manusia

dengan kualitas rendah. (Deddy, 2009

B. Tinjauan Umum Tentang Kehamilan

1. Pengertian Kehamilan

Kehamilan adalah urutan kejadian yang secara normal terdiri

atas pembuahan, implantasi, pertumbuhan embrio, pertumbuhan

janin dan berakhir pada kehamilan bayi. Ketika spermatozoa

bertemu dengan ovum maka mulailah awal kehamilan, setiap

kehamilan selalu di awali dengan konsepsi yaitu pembuahan ovum

oleh spermatozoa dan nidasi dari hasil konsepsi tersebut. Wanita

setiap bulan melepaskan 1 atau 2 sel telur (ovum) dari indung telur
13

(ovarium), yang ditangkap oleh umbai-umbai (fimbriae) dan masuk

kedalam saluran telur. Seorang wanita biasanya mengovulasi

(menghasilkan ovum dari ovary) hanya menghasilkan 450 ovum

selama masa reproduksinya.

2. Nutrisi yang dibutuhkan ibu hamil

Kualitas makanan yang di komsumsi sebelum dan selama

kehamilan sangat mempengaruhi kesehatan bayi. Pada

kenyataannya kebututuhan akan zat besi, protein, dan kalsium

paling besar pada 8-12 minggu terakhir, dimana semua sel

dibentuk dari protein. Karena kehamilan melibatkan pertumbuhan

yang cepat pada janin, plasenta, rahim, dan volume darah serta

cairan ketuban, kebutuhan protein meningkat kira-kira 14 gram

diatas normal. (Simki Penny dkk, 2001).

Seperti halnya energi, pertumbuhan pada awal kehidupan

membutuhkan protein dengan proporsi yang tepat. Pada periode

pesat tumbuh ini, kebutuhan akan protein lebih diperhitungkan

pada tiap unit masukan energi daripada unit pertambahan berat

badan. (Irianto Kus, 2004).

3. Preeklampsia dan Eklampsia

Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria

dan atau udema setelah kehamilan 20 minggu atau segera setelah

persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum umur kehamilan 20

minggu. (Rahmawati Nur Eni, 2011)


14

Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam

dalam persalinan atau masa nifas yang ditandai dengan timbulnya

kejang atau koma dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-

gejala preeklampsia. (Rahmawati Nur Eni, 2011)

Preeklamsia adalah tekanan darah tinggi pada ibu hamil dan

kelebihan kadar protein dalam urine (proteinuria). Namun, tekanan

darah tinggi (biasanya di atas 130/90, normalnya 120/80) baru

disebut preeklamsia bila usia kehamilan sudah menginjak 20

minggu ke atas. Pada kondisi hamil, tekanan darah ibu seharusnya

normal atau justru lebih rendah. Ketika seorang wanita hamil, maka

tubuhnya secara otomatis akan mengencerkan dan menambah

volume darahnya. Gunanya adalah agar bisa lebih banyak

mengalirkan oksigen dan sari makanan ke janin. Selain itu,

penambahan volume darah juga sebagai persiapan untuk proses

melahirkan (dimana si ibu akan mengeluarkan banyak darah)

sehingga kelak tidak kekurangan darah. Selain pengukuran

tekanan darah dan tes urine, ibu hamil yang menalami preeklamsia

akan merasakan gejala seperti pusing, kaki bengkak, mata

berkunang-kunang. Jika  kondisi ini tanpa penanganan, akan

mengalami kejang atau bahkan koma disebut eklampsia.

(http://www.femina.co.id/isu.wanita kesehatan preeklampsia bisa

membahayakan ibu dan janin/005/005/214 ).


15

C. Tinjauan Umun Tentang Urine

1. Pengertian Urine

Urine adalah bahan buangan tubuh yang berupa cairan yang

dikeluarkan melalui sistem urogenital.Urine yang normal tampak

jernih atau sedikit keruh dengan bau yang karakteristik warna

kuning muda pada urine normal berasal dari pigmen urokrom

(produk dari pecahan urobilinogen). Urine segar yang baru

dikeluarkan mempunyai pH sekitar 6,0 dimana pH tersebut akan

menjadi alkalis jika urine didiamkan karena adanya pelepasan

ammonia dari urea. (Hardjono , 2003)

2. Mekanisme Pembentukan Urine

Tahap pembentukan urine ada tiga:

a. Tahap penyaringan (filtrasi)

Tahap filtrasi terjadi di badan Malpighi yang di dalamnya

terdapatglomerulus yang dikelilingi sangat dekat oleh kapsula

Bowman. Proses filtrasi : Ketika darah yang mengandung air,

garam, gula, urea dan zat-zat lain serta sel-sel darah dan

molekul protein masuk ke glomerulus, tekanan darah menjadi

tinggi sehingga mendorong air dan komponen-komponen yang

tidak dapat larut, melewati pori-pori endotelium kapiler

glomerulus, kecuali sel-sel darah dan molekul protein.

Kemudian menuju membran dasar dan melewati lempeng

filtrasi, masuk ke dalam ruang kapsula Bowman. Hasil filtrasi


16

dari glomerulus dan kapsula Bowman disebut filtrat glomerulus

atau urine primer. Urine primer ini mengandung: air, protein,

glukosa, asam amino, urea dan ion anorganik. Glukosa, ion

anorganik dan asam amino masih diperlukan tubuh.

b. Tahap penyerapan kembali (reabsorpsi)

Filtrat glomerulus atau urine primer mengalami tahap

reabsorpsi yang terjadi di dalam tubulus kontortus

proksimal,dan lengkung Henle. Proses tahap ini dilakukan oleh

sel-sel epitelium di seluruh tubulus ginjal. Banyaknya zat yang

direabsorpsi tergantung kebutuhan tubuh saat itu. Zat-zat yang

direabsorpsi antara lain adalah: glukosa, asam amino, ion-ion

Na+, K+, Ca, 2+, Cl-, HCO3-, dan HbO42-, sedangkan kadar

urea menjadi lebihtinggi.

Proses reabsorpsi : mula-mula urine primer masuk dari

glomerulus ke tubulus kontortus proksimal, kemudian mulai

direabsorpsi hingga mencapai lengkung Henle. Zat-zat yang

direabsorpsi di sepanjang tubulus ini adalah glukosa, ion Na +,

air, dan ion Cl-. Setiba di lengkung Henle, volume filtrat telah

berkurang. Hasil tahap reabsorpsi ini dinamakan urine sekunder

atau filtrat tubulus. Kandungan urine sekunder adalah air,

garam, urea, dan pigmen empedu yang berfungsi memberi

warna dan bau pada urine. Urine sekunder masuk ke dalam


17

tubulus kontortus distal dan terjadi lagi penyerapan zat-zat yang

tidak digunakan dan kelebihan air diserap sehingga terbentuk

urine.

c. Tahap Pengeluaran (Augmentasi)

Urine sekunder dari tubulus kontortus distal akan turun

menuju saluran pengumpul (tubulus kolektivas). Dari tubulus

kolektivas, urine dibawa ke pelvis renalis, lalu ke ureter menuju

kantung kemih (vesika urinaria).  Kantung kemih merupakan

tempat penyimpanan sementara urine. Jika kantung kemih

sudah penuh oleh urine, maka urine harus dikeluarkan dari

tubuh, melalui saluran uretra. (Anonim. 2013)

3. Urinalisis

Urinalisis merupakan tes saring yang persiapannya tidak

membebani pasien seperti pengambilan darah, cairan otak atau

punksi sum-sum tulang. Dimana tes urine ini dapat secara

makroskopik yang dapat diterima panca indra dan kimiawi serta

makroskopik untuk mengevaluasi sedimen urine. Analisa

makroskopisecara kimiawi meliputi tes protein, keton, darah,

bilirubin, urobilinogen, nitrin . Beberapa indikasi tes urin adalah: tes

saring pada kesehatan patologik ataupun sebelum operasi,

menetukan infeksi saluran kemih, menentukan kemungkinan

adanya gangguan metabolisme misalnya diabetes mellitus dan


18

komplikasi kehamilan, dan menentukan berbagai jenis penyakit

ginjal. (Hardjoeno, 2003).

Pada ginjal dilakukan banyak fungsi metabolik serta

mempermudah pengeluaran produk sampingan nitrogenosa dan

metabolik lain dari tubuh. Ginjal mempertahankan homeostasis

cairan elektrolit dan status asam basa. Organ ini menerima sekitar

20% dari curah jantung, setara dengan hampir satu liter darah

setiap menit. Melalui filtrasi, reabsorpsi dan sekresi, ginjal

mengekskresikan 1,6 sampai 1,8 liter urine per hari pada orang

dewasa, 2 sampai 5 ml/kg perjam pada anak. (Sacher A Ronald,

dkk, 2002).

4. Proses keluarnya protein Urine

Mekanisme keluarnya protein melalui urine adalah

peningkatan permeabilitas di tingkat glomelurus yang

menyebabkan protein lolos masuk kedalam filtrate glomelurus,

dimana protein melebihi kemampuan sel-sel tubulus ginjal

mereabsopsi dan memprosesnya. (Sacher A Ronald, McPherson A

Richard, 2002).

5. Jenis-Jenis Sampel Urine

a. Urine sewaktu

Untuk bermacam-macam pemeriksaan dapat digunakan

urine sewaktu, yaitu urine yang dikeluarkan pada satu waktu

yang tidak ditentukan dengan khusus. Urine sewaktu ini


19

biasanya cukup baik untuk pemeriksaan rutin tanpa yang

menyertai pemeriksaan badan tanpa pendapat.

b. Urine pagi

Yang dimaksud urine pagi ialah urine yang pertama-tama

dikeluarkan pada pagi hari setelah bangun tidur. Urine ini lebih

ini lebih pekat daripada urine yang dikeluarkan pada siang hari

c. Urine postprandial

Sampel urine ini berfungsi untuk pemeriksaan glukosaria.

Urine ini merupakan urine yang pertama kali dilepaskan 1½ - 3

jam sehabis makan.

d. Urine 24 jam

Untuk mengumpulkan urine 24 jam diperlukan botol besar,

bervolume 1½ liter atau lebih yang dapat ditutup dengan baik.

Botol itu harus bersih dan biasanya memelukan sesuatu zat

pengawet. Ada kalanya urine 24 jam itu ditampung terpisah-

pisah dalam beberapa botol dengan maksud tertentu. Hal itu

dapat dilakukan pada diabetes melitus untuk melihat banyaknya

glukosa yang dikeluarkan. Sampel pertama ialah urin dari

makan pagisampai makan siang, sampel kedua dari makan

siang sampai makan malam, dan yang ketiga dari makan

malam sampai makan pagi esok harinya.

e. Urine 3 gelas dan urine 2 gelas pada orang lelaki


20

Penampungan secara ini dipakai pada pemeriksaan urologi

dan dimaksudkan untuk mendapat gambaran tentang letaknya

radang atau lesi lain yang mengakibatkan adanya nanah atau

darah dalam urine seorang lelaki. (Gandosoebrata, 2010)

D. Tinjauan Umum Tentang Pemeriksaan Protein Urine

Pemeriksaan terhadap protein termasuk pemeriksaan rutin.

Kebanyakan cara rutin untuk menanyakan adanya protein dalam urine

berdasarkan pada timbulnya kekeruhan. Karna padatnya atau

kasarnya kekeruhan itu akan menjadi satu ukuran untuk jumlah protein

yang ada, maka menggunakan urine yang jernih betul menjadi syarat

penting yang ada pada tes-tes protein. Dalam pemeriksaan protein

pada urine dapat dilakukan dengan metode asam sulfosalicyl 20%

metode Bonce Jones. (Gandosoebrata, 2010)

E. Tinjauan Umum Tentang Asam Sulfosalicyl

1. Asam Sulfosalicyl

Tes dengan asam sulfosalicyl 20% tidak bersifat spesifik,

meskipun sangat peka terhadap adanya protein dalam konsentrasi

0,002%, dapat dinyatakannya kalau hasil tes itu negatif, tidak perlu

lagi memikirkan kemungknannya adanya proteinuria.

Penilaian dari semi kuantitatif dari tes ini diterangkan

kemudian yang diuji ialah derajat kekeruhan sebelum dilakukan

pemanasan. (Gandosoebrata, 2010)


21

a. Kelehihan dari asam sulfosalicyl, yaitu harganya murah, dan

mudah dilakukan pemeriksaan serta pembacaan hasil lebih

cepat, karna perubahan warna pada saat dipanaskan cepat

bereaksi dengan urin.

b. Kekurangan dari asam sulfosalicyl, yaitu tidak akurat digunakan,

serta jika disimpan lama dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan

2. Protein Bence Jones

Protein bence jones didapat pada 50% penderita myeloma

multiple, tetapi tidak spesifik untuk penyakit itu : kadang-kadang

didapat juga pada beberapa macam tumor tulang, pada leukemia

dan manahun,dll.

Protein bence jones mungkin ada dalam urine tanpa albumin

atau globulin tetapi sering terdapat sama-sama. Dalam hal terakhir

itu, cara Osgood dapat membedakan antara protein tadi.

Jika tes terhadap protein hanya dilakukan saja dengan cara

pemanasan memakai asam acetat, ada kemungkinan adanya

protein bence jones tidak dilihat. Seperti sudah dicantumkan

terlebih dahulu, pemeriksaan memakai carik celup tidak dapat

menemukan protein bence jones. Jika test dengan asam

sulfosalisilat berhasil negative, pasti tidak ada protein bence jones.

(Gandasoebrata, 2010)

3. Asam Asetat
22

Pemeriksaan protein urin dengan metode asam asetat

presifitasi pemanasa dengan asam asetat protein dalam keadaan

kloid dipresitasikan. Pemberian asam asetat untuk mencapai titik

isoelektrik protein, pemanasan selanjutnya mengadakan denaturasi

dan akhirnya terjadi presifitasi. Proses presifitasi dibantu oleh

adanya garam garam yang ada dalam urin atau yang sengaja

ditambahkan konsentrasi protein 0.004% dapat dinyatakan dengan

tes ini. Konsentrasi asam asetat yang digunakan konsentrasi antara

3-6%, yang penting diperhatikan pH yang dicapai dengan

pemberian asam asetat. Ada yang lebih suka memakai larutan

penyangga pH 4,5 sebagai pengganti larutan asam asetat. Urin

encer yang mempunyai berat jenis renda tidak baik dipakai untuk

tes ini, jika berat jenis berkisar antara 1003 dan 1006 tambahlah

larutan NaCl jenuh sebanyak 1/5 dari volume urin. Jika

menggunakan penyangga seperti disebut diatas, pemberian NaCl

tidak perlu lagi. Urin dengan reaksi asam akan memberikan hasil

yang baik.

4. Carik Celup

Pemeriksan protein urin metode carik celup, Carik celup

yang dipakai untuk menemukan proteinnuria berdasarkan

fenomena, kesalahan penetapan Ph oleh adanya protein indikator

tertentu memperhatikan warna lain dari cairan yang bebas protein

dan cairan yang berisi protein pada pH tertentu. Derajat perubahan


23

warna ditentukan oleh kadar protein dalam cairan sehingga

perubahan warna itu menjadi ukuran semikuantitatif pada

proteinuria.

Biasanya indikator yang terdapat pada carik celup ialah

tetrabromphenolblue yang berwarna kuning pada pH 3 dan

berubah warna menjadi hijau biru sesuai dengan banyaknya protein

dalam urin. Ini lebih penting jika hendak menilai derajat kepositifan

dari warna yang terjadi. Ingat pula bahwa derajat kepositifan pada

carik celup tidak perlu sama dengan yang ditentukan untuk cara

cara untuk menilai derajat kekeruhan. Ketidak sesuaian antara hasil

dengan memakai cariik celup dengan test test kekeruhan juga

terjadi karna carik celup itu hanyak sensitif terhadap albumin saja.

Test carik celup merupan reagen kering dalam

penyimpanannya harus tertutup rapat karna sifatnya yang

mikroskopik harga lebih mahal dan tidak ekonomis, tetapi

mempunyai kelebihan yaltu dalam pemantauan proteinuria tidak

memerlukan waktu yang lama.

F. Kerangka Pikir

Kehamilan yang dapat basal glomelurus. hal ini ditandai dengan

pengeluaran urine secara berlebihan yag disebut proteinuria, yang

dikeluarkan dalam bentuk urine. Oleh karena itu, pemeriksaan

kesehatan selama masa kehamilan sangat penting untuk mencegah

terjadinya preeklampsia yang dapat menyebabkan kematian pada ibu


24

hamil dan janinnya, sehingga dianjurkan bagi ibu hamil untuk

malakukan pemeriksaan protein urine secara rutin

Ibu Hamil

Sampel Urine

Urine Ibu Hamil Urine Ibu Hamil


Sebelum Melahirkan Setelah Melahirkan

Pemeriksaan Laboratorium
(Protein Urin)

Hasil

Gambar 2.1. Skema Kerangka Pikir

G. Hipotesa

1. Hipotesa nol (Ho)

Tidak ada perbandingan protein dalam urine ibu hamil

sebelum dan sesudah melahirkan.

2. Hipotesa Alternatif (Ha)

Terdapat perbandingan protein dalam urin ibu hamil

sebelum dan sesudah melahirkan.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini dilakukan dengan cara observasi laboratorik

yang disajikan secara deskriptif, dimana perbandingan hasil

pemeriksaan protein urine pada ibu hamil sebelum dan sesudah

melahirkan dengan menggunakan asam sulfosalisilat 20%.

B. Alur Penelitian
Pasien Ibu Hamil

Sampel Urine

Urine Ibu Hamil Urine Ibu Hamil


Sebelum Melahirkan Sesudah Melahirkan

Pemeriksaan Protein Urine Metode


Asam Sulfosalisilat 20%

Hasil

Pembahasan

Kesimpulan

Gambar 3.1. Skema Desain Penelitian

25
26

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah pasien ibu hamil yang

akan melakukan proses persalinan Di RSUD Haji Makassar.

2. Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah urine

pasien ibu hamil yang sebelum dan sesudah melahirkan sebanyak

5 sampel. Sampel yang diambil menggunakan teknik accidental

sampling. Teknik Accidental adalah suatu teknik pengambilan

sampel yang didasarkan atas keperluan penelitian yang

digunakan dengan jumlah sampel yang tidak berdasarkan

pertimbangan yang dapat dipertanggung jawabkan tanpa

direncanakan terlebih dahulu.

D. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas

Pemeriksaan protein urine ibu hamil sebelum dan sesudah

melahirkan menggunakan asam sulfosalisilat 20%

2. Variabel Terikat

Hasil Pemeriksaan Protein Urine Ibu hamil sebelum dan

sesudah melahirkan menggunakan asam sulfosalisilat 20%.

E. Definisi Operasional

1. Urine adalah bahan buangan tubuh yang berupa cairan yang

dikeluarkan melalui system urogenital.


27

2. Protein adalah kumpulan dari asam amino yang mengandung

unsure umum N, disamping unsur lain seperti C,H, dan O

3. Asam Sulfosalisilat adalah reagen yang digunakan sebagai

pereaksi untuk pemeriksaan urine protein

4. Kehamilan adalah urutan kejadian yang secara normal terdiri atas

pembuahan, implantasi, pertumbuhan embrio, pertumbuhan janin

dan berakhir pada kehamilan bayi.

5. Pemeriksaan Protein urine dengan asam sulfosalisilat 20% adalah

protein yang ada dalam keadaan koloid (tidak membentuk larutan)

pada urine dengan penambahan asam sulfosalisilat akan

diprespitasikan jika terjadi kekeruhan artinya protein urine positive.

6. Teknik Accidental adalah suatu teknik pengambilan sampel yang

didasarkan atas keperluan penelitian yang digunakan dengan

jumlah sampel yang tidak berdasarkan pertimbangan yang dapat

dipertanggung jawabkan tanpa direncanakan terlebih dahulu.

7. Ibu hamil sebelum melahirkan adalah ibu hamil yang diambil

protein urinnya sebelum melahirkan.

8. Ibu hamil setelah melahirkan adalah ibu hamil yang diambil protein

urinnya setelah melahirkan.

F. Waktu dan Lokasi Penelitian

1. Waktu Penelitian

Waktu penelitian direncanakan pada bulan Juni 2014


28

2. Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian direncanakan di Laboratorium D-III Analis

Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar.

3. Tempat pengambilan sampel di RSUD Haji Makassar.

G. Prosedur Kerja

1. Pra Analitik

a. Persiapan Pasien

Persiapan pasien dalam melakukan pemeriksaan protein urine

1) Menyapa ibu dengan ramah dan sopan

2) Berlaku sopan dalam melakukan pemeriksaan

3) Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan

4) Pasien diminta untuk BAK dan ditampung dalam botol

yang sudah disediakan

5) Memposisikan ibu dengan nyaman selama pemeriksaan

b. Persiapan Sampel

Urinalisis yang akurat yang diawali dengan teknik

sampling yang baik. Wadah penampung hendaknya bersih

dan kering. Pengambilan sampel dilakukan pengumpulan

urine ketika berkemih pada suatu saat.

c. Persiapan Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang diperlukan sebagai berikut :

1) Tabung Reaksi

2) Rak Tabung
29

3) Pipet tetes dan Wadah Urine

4) Lampu Spritus

5) Urine Ibu Hamil Sebelum dan sesudah melahirkan

6) Asam sulfosalisilat 20%

2. Analitik

Cara Kerja

a. Disiapkan alat dan bahan

b. Dua tabung reaksi diisi masing-masing dengan 2 ml urine

jernih yang akan diperiksa

c. Kemudian ditambahkan 8 tetes larutan asam sulfosalisilat

20% pada tabung pertama dan pada tabung kedua yang

sudah didiamkan selama 2 jam ditambahkan 8 tetes asam

sulfosalisilat

d. Diamati hasil reaksi yang terjadi, jika keruh dipanaskan

sampai mendidih dan kemudian didinginkan kembali dengan

air mengalir, jika kekeruhan itu hilang pada saat pemanasan

dan muncul lagi setelah dingin kembali, test terhadap protein

(+) positif

3. Pasca Analitik

Interpretasi Hasil

Negatif (-) : tidak ada kekeruhan sedikit saja


30

Positif (+) atau 1+ : ada kekeruhan ringan tanpa butir-

butir, kadar protein kira-kira 0,01-

0,05%.

Positif (++) atau 2+ : kekeruhan mudah dapat dilihat dan

Nampak butir-butir dalam kekeruhan

itu (0,05-0,2%).

Positif (+++) atau 3+ : urine jelas keruh dan kekeruhan itu

berkeping-keping (0,2-0,5).

Positif (++++) atau 4+ : urine sangat keruh dan kekeruhan

berkeping-keping besar atau

bergumpal-gumpal ataupun

memadat (lebih dari nol 0,5%). Jika

terdapat lebih dari 3% protein akan

terjadi bekuan. (Gandasoebrata,

2010)

H. Analisa Data

Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel untuk melihat

perbandingan hasil pemeriksaan protein urine pada ibu hamil sebelum

dan sesudah melahirkan dengan menggunakan metode asam

sulfosalisilat kemudian dibahas secara deskriptif dengan uji tabel.


31

Statistik inferensial, digunakan untuk menguji hipotesa yang

dikemukakan sebelumnya dengan menggunakan uji statistik

parametrik dengan program SPSS.

Jika t hitung < t tabel, maka “H0 diterima dan Ha ditolak”

Jika t hitung > t tabel, maka “H0 ditolak dan Ha diterima


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan selama 4 hari

di Laboratorium D-III Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur

Makassar tanggal 7 - 10 Juni 2014, maka diperoleh hasil pemeriksaan

sebagai berikut:

Tabel 4.1 : Hasil Pemeriksaan Protein Urin Pada Ibu Hamil


Sebelum Dan Sesudah Melahirkan di Laboratorium
D-III Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur
Makassar

Hasil Pemeriksaan Protein Urin


NO Kode Sampel
Sebelum Melahirkan Sesudah Melahirkan
1 A (+) (-)
2 B (++) (+)
3 C (+) (+)
4 D (+) (+)
5 E (+) (-)

Sumber : Data Primer Juni 2014

Tabel 4.1 menunjukkan kadar protein urin metode asam

sulfosalicyl pada ibu hamil sebelum dan sesudah melahirkan yang

berkunjung di RSUD Haji Makassar dengan Penarikkan kesimpulan

Uji Statistik menunjukkan bahwa dengan menggunakan uji thitung dan uji

ttabel yang diperoleh dari pengukuran 5 Sampel Urine pada Ibu Hamil

sebelum dan sesudah melahirkan maka diperoleh data seperti

tergambar pada tabel dibawah ini :

32
33

Tabel 4.2. Hasil analisa data statistik uji t perbandingan hasil


pemeriksaan protein urin sebelum dan sesudah
melahirkan menggunakan asam sulfosalicin

Urine N Mean SD Uji T


Ibu Hamil
thitung ttabel
Sebeum 5 1,20 0,447
Melahirkan 2,449 2,776
Sesudah 5 0,6 0,548
Melahirkan
Sumber : Data Primer 2014

Dari hasil diatas di peroleh bahwa t hitung(2,449) < ttabel(2,776) H0

Diterima dan Ha ditolak, artinya tidak ada pengaruh perbedaan yang

bermakna pada pemeriksaan protein urin pada ibu hamil sebelum dan

sesudah melahirkan.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Laboratorium

D-III Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur Makassar dengan

uji t SPSS tentang pemeriksaan protein urine pada ibu hamil sebelum

dan sesudah melahirkan menggunakan metode asam sulfosalicyl

ditemukan kadar protein urine tertinggi (++) dan kadar protein terendah

(+) pada ibu hamil sebelum melahirkan dengan nilai rata-rata 1,20.

Sedangkan untuk kadar protein setelah melahirkan di dapatkan nilai

tertinggi (+). Dan kadar protein terendah tidak ada (-) negatif dengan

nilai rata-rata 0,8.berdasarkan hasil penelitian dari 5 sampel yang

digunakan terjadi kadar protein setelah melahirkan pada keseluruhan

sampel yang berkunjung di RSUD Haji Makassar.


34

Hasil penelitian didapatkan t hitung 2,449 < t Tabel 2,776 Ho diterima

artinya tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada pemeriksaan

protein urin sebelum dan sesudah melahirkan, analisa dilakukan dalam

taraf signifikansi 95% ( α = 0,05%) yang kemudian dikontrol dengan uji

SPSS.

Perbedaan protein urin sebelum dan sesudah melahirkan

disebabkan karena pada urine ibu hamil yang ditemukan protein

menandakan selama kehamilan terdapat kenaikan hemodinamika

ginjal dan di ikuti dengan tekanan venarenalis. Pembentukan urine

dimulai dalam glomerulus, apabila filtrasi glomerulus mengalami

kebocoran yang hebat, molekul protein besar akan terbuang dalam

urine sehingga menyebabkan proteinuria.

Terjadinya kebocoran pada glomelurus diakibatkan karena

tingginya protein didalam darah yang masuk kedalam ginjal sehingga

sala satu fungsi dari pada ginjal tak mampu melakukan filtrasi karena

tekanan yang besar. Pada pasien yang telah menderita penyakit

parenkhim ginjal, faktor kehamilan yang memasuki usia 20 minggu ini

akan memperberat kebocoran protein melalui urine. Selain itu faktor

gizi juga sangat mempengaruhi terjadinya proteinuria, akibat terjadinya

peningkatan pola makan pada ibu hami sebelum dan sesudah

melahirkan l. Asupan protein yang berlebih dapat menimbulkan suatu

kelainan pada ibu dan janinya salah satunya adalah preeklampsia

yang ditandai dengan penigkatan protein di dalam urine. Sedangkan


35

pada ibu hamil yang kadar proteinnya normal dapat dikatakan tidak

ada tanda terjadinya kelainan pada ginjal dan ciri terjadinya

preeklampsia, dimana preeklamsia adalah suatu penyakit yang dapat

menyebabkan keracunan pada bayi sedangkan serta kejang-kejang

bahkan sampai koma pada ibu hamil.

Pemeriksaan protein pada ibu hamil sangat penting karena

kehilangan protein pada ibu hamil merupakan penyebab utama

terjadinya hipoproteinnemia, protein urine dapat dilakukan dengan cara

manual salah satunya dengan menggunakan asam sulfosalicyl.

Sehingga, pemeriksaan kehamilan pada ibu hamil sejak dini

sangat penting untuk mengetahui gejala dan mencegah terjadinya

preeklampsia.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan

tidak terdapat perbedaan yang bermakna pemeriksaan protein urin

sebelum dan sesudah melahirkan Metode asam sulfosalicyl di RSUD

Haji Makassar dimana didapatkan t hitung 2,449 < t Table 2,776 yang

artinya Ho diterima dan Ha ditolak.

B. Saran

1. Bagi ibu yang hamil dan akan melakukan proses persalinan agar

dapat memperharhatikan kebutuhan gizi dan pola makannya serta

mengontrol secara rutin melakukan pemeriksaan dilaboratorium

untuk memantau kadar protein urinya setiap pekan

2. Disarankan pada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian

tentang pemeriksaan protein didalam darah pada ibu hamil

sebelum dan sesudah melahirkan.

36
37

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2013, Mekanisme Pembentukan Urine (http://www.


psychologymania.com/2013/02) mekanisme–pembentukan-urin.
html. diakses pada tanggal 05 Mei 2014

E.Beck Mary, 2011, Ilmu Gizi Dan Diet, Jogjakarta, Cv.Andi Offset

Gandasoebrata, 2010, Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta, Dian


Rakyat
Hardjoeno, 2003, Interpretasi Hasil Tes Laboratorium Diagnostic.
Makassar, penerbit Universitas Hasanuddin

http://www.femina.co.id/isu.wanita kesehatan preeklampsia bisa


membahayakan ibu dan janin/005/005/214.diakses pada
tanggal 04 mei 2014.
Irianto Kus, 2004, Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia Untuk
Paramedis.Bandung, cv.yrama
Lamadhah Athif, 2011, Buku Lengkap Untuk Ibu Hamil dan Melahirkan,
Jogjakarta,Safirah
Mohamad Judha, Yongki, Rodhyah, dan Sudarti, 2012, Asuhan
Pertumbuhan Kehamilan, Persalinan, Neonates, Bayi, Dan
Balita, Yogyakarta, Nuha medika
Mochtar M, 1998, Obstetric Jilid Synopsis 2 Edisi Ekonomis.Jakarta,
penerbit buku kedokteran EGC.
Muchtadi Deddy, 2009, Gizi Anti Penuaan Dini, Bandung, Alfabeta
Panil Zulbadir, 2008. Memahami Teori Dan Praktis Biokimia Dasar
Medis. Jakarta. Penerbit buku kedokteran EGC.
Rahmawati Nur Eni, 2011. Ilmu Praktis Kebidanan. Surabaya. Victory
Inti Citra
Sacher A Ronald, McPherson A Richard, 2002. Tinjauan Klinis Hasil
Pemeriksaan Laboratorium. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran
EGC

Sediaoetama Djani Ahmad, 1985, Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan


Profesi. Jakarta, Dian Rakyat
38

Simkin Penny, Whalley Janet, Keppler Ann, 2001, Panduan Lengkap


Kehamilan, Melahirkan, dan Bayi. Jakarta, Arcan

Waryana, 2010, Gizi Reproduksi. Yogyakarta, Pustaka Rihama

Anda mungkin juga menyukai