arkeologi dengan konsep dan teori dari ilmu-ilmu sosial, seperti antropologi,
sosiologi, dan sejarah sosial. Tujuan utama arkeologi sosial adalah memahami
hubungan antara masyarakat, budaya, dan lingkungan sosial di masa lalu. Arkeologi
sosial berupaya melihat interaksi antara masyarakat masa lalu, pembentukan struktur
serta pemahaman mengenai kehidupan sosial, ekonomi, dan politik masyarakat masa
lalu melalui bukti-bukti arkeologis, serta memahami dampak dari perubahan sosial
Arkeologi sosial berkembang sekitar abad ke-19 dan awal abad ke-20.
Kelahiran arkeologi sosial tidak dapat dilepaskan dari munculnya tradisi New
kebudayaan, namun dalam hal ini seringkali mengabaikan aspek manusia. Hal ini
benda’ (fetishistic). Oleh karena itu, arkeolog penganut tradisi arkeologi baru beralih
dari konsepsi kebudayaan yang normatif dan mencari jalan lain untuk dapat
menjelaskan benda-benda yang diperoleh dari masa lalu. Arkeolog mulai menyadari
bahwa benda-benda dan struktur-struktur fisik lain di dalam situs arkeologi memiliki
dimensi sosial yang sangat penting untuk diungkap. Para arkeolog mulai tertarik
ilmu antropologi. Beberapa konsep dan teori-teori antropologi diadopsi ke dalam ilmu
arkeologi sebagai alat yang dapat membantu memahami kehidupan sosial masyarakat
masa lalu.
merupakan aspek utama terbentuknya ‘socius’ atau ‘pertemanan’ atau interaksi antara
evolusi manusia. Lewis Morgan seorang antropolog dari Amerika sekitar abad ke-19,
mengemukakan teori evolusi sosial dengan membagi masyarakat menjadi tiga tahap
perkembangan, yaitu savana, barbarisme, dan peradaban. Friedrich Engels seorang
filsuf dan ahli politik asal Prussia sekitar abad ke-19, memberikan teori transisi
seorang Sosiolog asal prancis sekitar abad ke- 18 hingga abad ke-19 mengemukakan
teori evolusi tentang pemikiran manusia mulai dari masyarakat teologis hingga
masyarakat positif. Elman Service seorang antropolog asal Amerika sekitar abad ke-
19, mengemukakan teori evolusi sosial masyarakat mulai dari masyarakat band,
1. Masyarakat savana
kelompok kecil yang biasa disebut ‘band’. Masyarakat pada tahapan ini
2. Masyarakat barbarisme
Masyarakat barbarisme adalah masyarakat yang hidup dengan
ini masyarakat mulai berkumpul di dalam suku-suku yang lebih besar dan
ini juga pemimpin mulai muncul, dengan demikian strata sosial sudah terlihat
3. Masyarakat beradab
kota, negara, dan sistem pemerintahan yang jelas dan terpusat. Pada tahap ini
masyarakat hidup dengan sistem hukum yang jelas, sudah dikenalnya tulisan,
1. Masyarakat Teologis
tampak melalui mitos dan legenda. Penjelasan mengenai asal usul penciptaan
manusia dan alam semesta didasarkan pada kekuatan yang bersifat gaib yang
2. Masyarakat metafisis
Pada tahapan ini, masyarakat mulai skeptis dan mulai menanyakan hal-hal
yang bersifat supranatural dan mulai mencari jawaban yang bersifat rasional.
alam semesta.
3. Masyarakat positif
diterapkan secara praktis. Pada tahapan masyarakat ini, agama dan spekulasi
objektif.
Teori Evolusi Elman Service
1. Masyarakat Band
Di dalam teori evolusi Elman Service, pada tingkatan ini masyarakat hidup di
beberapa ratus orang. Masyarakat band umumnya hidup secara nomaden dan
2. Masyarakat Segmentary
kelompok keluarga dan keturunan yang terkait satu sama lain. Masyarakat
3. Masyarakat chiefdom
pemimpin (seperti kepala suku) yang memiliki otoritas yang lebih besar. Pada
tahap ini masyarakat mulai menetap dan hidup dari pertanian dan peternakan.
timur.
4. Masyarakat state
dalam teori evolusi Elman Service, pada tingkatan ini masyarakat sudah mulai
lebih luas. Pada umumnya masyarakat pada tingkatan ini terdiri dari beberapa
Evolusi sosial masyarakat yang dijelaskan oleh para ahli tidak selamanya
sesuai dengan semua bentuk masyarakat. Banyak faktor yang dapat memengaruhi
sampai sekarang masih hidup dengan mengandalkan pertanian sederhana dan berburu
hewan di hutan. Perubahan sosial dapat terjadi dari berbagai faktor yang
budaya, maupun interaksi antar individu. Contoh evolusi masyarakat dapat dilihat
pada suku Nautufian di Timur tengah (sekarang wilayah sekitar Israel, Palestina,
mengadopsi gaya hidup menetap. Masyarakat Nautufian hidup sekitar 12.000 hingga
awalnya ditemukan oleh seorang arkeolog asal Inggris yang bernama Dorothy Garrod
pada penggalian yang dilakukan di situs Shuba, Yordania sekitar tahun 1930-an. Situs
bukti produksi bahan makanan berupa roti. Selain itu juga ditemukan bukti adanya
budidaya gandum hitam di situs Tell Abu Hureyra, Suria, dan bukti kemungkinan
adanya pembuatan bir yang ditemukan di situs Raqefet, Israel. Masyarakat Nautufian
awalnya adalah masyarakat berburu dan mengumpul , namun karena beberapa faktor
Menurut Gregory K. Dow dan Clyde G. Reed dalam artikel yang berjudul
Economic Behavior & Organitation pada tahun 2015 menjelaskan faktor yang
masyarakat petani dapat berupa adanya pertumbuhan populasi dan perubahan iklim.
Perubahan iklim yang lebih stabil di masa akhir zaman es membuat ketersediaan
mencukupi bagi masyarakat Nautufian untuk menetap lama. Hal ini juga
kebudayaan, sebagai Contoh dapat dilihat dari migrasi masyarakat Bantu di sub-
sistem pertanian di Afrika. Pada awal migrasi, masyarakat Bantu telah mengenal
masyarakat Pigmi di Afrika Tengah dan Koisan di Afrika Selatan masih berada di
masa peralihan antara zaman batu menuju zaman besi, serta masih hidup dengan
pertanian awal di wilayah Afrika Tengah dan Afrika Selatan. Bukti arkeologis
Bantu. Masyarakat Bantu juga memperkenalkan tanaman dan hewan ternak dari
Afrika selama proses migrasinya ke bagian selatan. Pada awal migrasi, masyarakat
wilayah Afrika Selatan dan Afrika Tengah lebih dekat hubungan genetiknya dengan
sorgum di wilayah Afrika Timur. Selain itu Masyarakat Bantu juga memperkenalkan
hewan-hewan ternak ke wilayah Afrika Selatan seperti sapi dan domba selama masa
migrasi mereka. Dikenalnya sapi dan domba bagi masyarakat di bagian Afrika
Selatan adalah sesuatu yang sangat penting bagi mereka, karena beberapa wilayah di
Afrika selatan terletak di iklim padang yang kering, sehingga tidak cocok untuk
dijadikan lahan pertanian, namun sangat baik jika dijadikan lahan untuk beternak.
Oleh karena itu kedatangan masyarakat Buntu telah memicu perubahan sosial pada
Perubahan sosial pada masyarakat juga dapat dipengaruhi oleh aktor sosial
seperti yang dijelaskan oleh Antony Giddens seorang Sosiolog asal Inggris dalam
konsepnya yang dikenal sebagai ‘agensi’. Konsep Giddens tentang agensi
sebagai aktor yang memiliki pengaruh yang besar dalam munculnya suatu perubahan
sosial di dalam masyarakat. Peran aktor di dalam perubahan sosial masyarakat dapat
dilihat salah satunya pada sosok Nabi Muhammad SAW. Sebelum Nabi Muhammad
yang gemar berperang, namun setelah Nabi Muhammad SAW. Pindah ke Madinah,
oleh Nabi. Pada saat itu dibuat juga konstitusi pertama di dunia yang disebut “Piagam
dalam perubahan sosial bentuk masyarakat Madinah. Hal ini juga sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Elman Service dalam teori evolusi sosialnya yang dapat dilihat
perubahan masyarakat Madinah dari masyarakat yang terdiri dari beberapa suku
dapat dilihat pada sosok To Manurung yang mampu menyatukan beberapa kelompok
masyarakat yang sedang mengalami masa kekacauan yang disebut masa ‘sianre
chiefdom.
Sekian dan Terimakasih.