Disusun
OLEH:
JURUSAN SENDRATASIK
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagsalah satu acuan, petunjuk maupun
pedoman bagi pembaca.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun
isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2
A. Bentuk-Bentuk Aktivitas Budaya Yang Ada Dalam Mayarakat Surabaya..2
B. Para Pelaku Kesenian ..................................................................................4
C. Tokoh Yang Berpengaruh Dalam Kesenian Topeng Maulud Di Surabaya. 5
D. Urutan Penyajian Pertunjukan Topeng Muludan.........................................5
E. Properti Yang Digunakan Dan Peran Dalam Pertunjukan Topeng Mulud. 6
F. Posisi Kesenian Dalam Masyarakat Surabaya.............................................7
G. Peranan Sistem Keyakinan Masyarakat Terhadap Keberadaan Kesenian...8
H. Faktor Pendukung Dan Penghambat Kesenian............................................9
a. Cara-cara Melestarikan Budaya Daerah................................................9
b. Cara Menghargai Keberagaman Budaya Daerah..................................9
BAB III PENUTUP................................................................................................10
A. Kesimpulan................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kota surabaya memiliki banyak macam kesenian tradisional antara lain tari
remo yaitu tarian selamat datang khas jawa timur yang menggambarkan karakter
dinamis masyarakat surabaya atau jawa timur yang dikemas sebagai gambaran
keberanian seorang pangeran. Biasanya tari ini ditampilkan sebagai tari
pembukaan dari seni ludruk atau wayang kulit jawa timuran. Diantara kesemua
kesenian yang berkembang dikota surabaya terdapat satu kesenian yang menjadi
maskot khas budaya kota surabaya yaitu kesenian Topeng muludan.
Topeng muludan adalah topeng anak-anak yang terbuat dari kertas daur ulang
serta kertas bufalo untuk melapisi permukaan kertas daur ulang tersebut. Tahap
pertama untuk membuat topeng muludan adalah beberapa lembar kertas daur
ulang direkatkan dengan lem. Kemudian lembaran-lembaran kertas tersebut
dicetak dengan cetakan dari batu yang sudah dibentuk serupa kepala aneka jenis
binatang, lalu dijemur di bawah sinar matahari. Jika cuaca panas maka dalam
setengah hari topeng dapat kering dengan baik.
Topeng muludan mulai eksis pada tahun 60-an digunakan anak-anak untuk
menyambut hari kelahiran Nabi Muhammad SAW atau Maulid Nabi. Maulid
dalam logat Jawa khususnya di Surabaya biasa disebut muludan. Maka dari itulah
makan topeng ini disebut dengan Topeng Muludan karena dipakai pada saat
memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Seiring perkembangan jaman,
topeng ini mengalami pergeseran bentuk dan fungsinya. Jika zaman dahulu
topeng muludan hanya megadopsi bentuk-bentuk binatang, saat ini bentuk topeng
semakin bervariasi mengikuti perkembangan. Misalnya sedang musim robot maka
topeng muludan banyak yang berbentuk robot. Biasanya tokoh-tokoh atau bentuk
mengikuti perkembangan psikologis anak-anak yang banyak mengambil dari
tokoh film di televisi yang sedang tren saat ini. Alasannya adalah agar anak-anak
tetap loyal membeli dan memainkan topeng muludan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
1. Seni Dan Budaya, misalnya Ludruk
Ludruk merupakan salah satu genre teater di Jawa Timur. Ini adalah bentuk
kinerja tradisional yang disajikan oleh serombonganaktor (atau komedian) di
atas panggung, kembali menceritakan kisah kehidupan seseorang sehari-hari dan
perjuangan mereka.
3
Cak merupakan sosok pemuda pria Surabaya yang ceplas ceplos
sehingga lebih suka mengatakan sesuatu secara spontan dan penuh
pertimbangan. Sosok Cak Surabaya adalah sosok pelindung dan memiliki
loyalitas yang tinggi. Hal ini dapat kita lihat melalui kemanapun Ning pergi, Cak
selalu mendampingi.
4
C. Tokoh Yang Berpengaruh Dalam Kesenian Topeng Maulud Di
Surabaya
Topeng muludan adalah topeng anak-anak yang terbuat dari kertas daur ulang
serta kertas bufalo untuk melapisi permukaan kertas daur ulang tersebut. Tahap
pertama untuk membuat topeng muludan adalah beberapa lembar kertas daur
ulang direkatkan dengan lem. Kemudian lembaran-lembaran kertas tersebut
dicetak dengan cetakan dari batu yang sudah dibentuk serupa kepala aneka jenis
binatang, lalu dijemur di bawah sinar matahari. Jika cuaca panas maka dalam
setengah hari topeng dapat kering dengan baik.
Topeng muludan mulai eksis pada tahun 60-an digunakan anak-anak untuk
menyambut hari kelahiran Nabi Muhammad SAW atau Maulid Nabi. Maulid
dalam logat Jawa khususnya di Surabaya biasa disebut muludan. Maka dari itulah
makan topeng ini disebut dengan Topeng Muludan karena dipakai pada saat
memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Seiring perkembangan jaman,
topeng ini mengalami pergeseran bentuk dan fungsinya. Jika zaman dahulu
topeng muludan hanya megadopsi bentuk-bentuk binatang, saat ini bentuk topeng
semakin bervariasi mengikuti perkembangan. Misalnya sedang musim robot maka
topeng muludan banyak yang berbentuk robot. Biasanya tokoh-tokoh atau bentuk
mengikuti perkembangan psikologis anak-anak yang banyak mengambil dari
tokoh film di televisi yang sedang tren saat ini. Alasannya adalah agar anak-anak
tetap loyal membeli dan memainkan topeng muludan.
Daerah Girilaya dan Dukuh Kupang, Surabaya, Jawa Timur adalah sentra
pengrajin topeng muludan sehingga banyak orang menyebut daerah tersebut
sebagai Kampung Topeng. Sedangkan tempat untuk menjual dan
menyebarluaskan topeng ini berada di Pasar Wonokromo. Saat ini penjual topeng
muludan tinggal beberapa orang saja, meskipun pada dahulu banyak sekali
pedagang topeng yang membuka lapak untuk berjualan topeng.
5
sedikit gerak lucu dan dinamis. Gerakan tari cukup mudah dihafal dan ditirukan
anak-anak.
Mereka mengenakan kostum dari sanggar masing-masing ditambah dengan
topeng. Kali ini topeng yang digunakan juga bukan topeng singa seperti tahun-
tahun sebelumnya, melainkan bebas.
Lagu yang digunakan dalam tarian berisi syair mengajak untuk beribadah,
mengenalkan hari dan tahun lahirnya nabi serta di kota mana beliau dilahirkan.
Menari bersama ini berlangsung mulai pukul 06.30 WIB dibuka dengan doa
bersama, hingga pukul 09.00 WIB. Acara berlangsung pagi hari untuk
menghindari terik sinar matahari, mengingat peserta didominasi anak-anak.
Tentu saja tidak hanya menari, mereka juga saling bertukar jajan pasar atau
jajanan tradisional yang dibawa dari rumah. Misalnya ongol-ongol dan putu ayu
kemudian menyantapnya bersama.
6
F. Posisi Kesenian Dalam Masyarakat Surabaya
Seni bukan hanya diciptakan dari satu tempat tertentu, melainkan berbagai
wilayah yang berbeda. Akibatnya, seni memiliki keragaman di setiap daerah
berdasarkan pemikiran dan kebudayaan masing-masing.
Misalnya, terdapat satu suku yang mempunyai karya seni atau kesenian berupa
patung sebagai simbol kehidupan budaya mereka. Di suku lain, sudah pasti akan
terdapat patung yang berbeda karena mereka pada dasarnya memiliki pandangan
lain dalam menghayati arti kehidupan.
1. Sebagai hiburan bagi masyarakat
2. Penunjuk eksistensi norma yang sesuai
3. Meningkatkan rasa solidaritas kelompok masyarakat
4. Simbol komunikasi dengan masayarakat lain
7
H. Faktor Pendukung Dan Penghambat Kesenian
Adapun faktor penghambat dalam melestarikan budaya lokal adalah
lingkungan, manusia, kemajuan zaman, minat penonton dan dana ataupun bantuan
untuk tetap tampil dan eksis disetiap kegiatan
Pada masa globalisasi saat ini banyak perubahan yang dialami secara
global yang melanda dunia. Dampak dari globalisasi yang terjadi sangatlah
berpengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan masyarakat dan berbagai bidang
seperti sosial, ekonomi, budaya, politik, dan sebagainya. Adanya hal ini
disebabkan karena semakin maju dan berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi informasi komunikasi yang masuk dalam kehidupan masyarakat. Pada
kondisi semakin berkembangnya zaman saat ini, budaya yang ada di setiap daerah
mulai ditinggalkan bahkan sebagian masyarakat Indonesia merasamalu untuk
mengakuinya sebagai identitas dari bangsa Indonesia.
Hal ini yang seperti inilah yang akan semakin membuat hilang dan
lunturnya keanekaragaman budaya yang ada disetiap daerah di Indonesia secara
perlahan-lahan. Karena budaya merupakan suatu hasil, karya, cipta, rasa, dan
karsa dari suatu suku ataupun daerah di Indonesia, maka seharusnya masyarakat
dapat menjaga supaya tidak diklaim oleh negara lain dan mampu melestarikan
budaya lokal untuk memperoleh pengakuan yang sah sebagai bentuk kearifan
lokal yang dapat memperkaya budaya nasional. Serta terdapat hubungan yang erat
antara budaya dan seni. Sementara kesenian tradisional biasanya menjadi suatu
gambaran pergantian atau pergeseran pewarisan nilai-nilai dari generasi ke
generasi.
Kini kesenian tradisional akan kalah bersaing dengan kesenian populer
modern yang dapat dibuktikan dengan semakin menurunnya minat masyarakat
untuk menyaksikan ataupun mempelajari kesenian tradisional karena semakin
besar pengaruh dari luar yang diterima oleh masyarakat melalui teknologi
informasi. Ludruk sebagai kesenian tradisional masyarakat Indonesia, mulai
kurang diminati dan kurang terlihat eksistensinya seiring dengan semakin
majunya dan berkembangnya zaman.
8
Banyak kalangan generasi muda yang kurang menyukai kesenian
tradisional topeng mulud ini karena mereka menganggap topeng mulud itu ndeso
atau ketinggalan zaman. Topeng mulud adalah salah satu kesenian tradisional asli
dari daerah Jawa Timur yang biasa terkenal di Surabaya. Topeng mulud
merupakan warisan budaya daerah yang masih hidup ditengah masyarakat modern
saat ini terkhususnya di Jawa Timur yang harus dan perlu dipertahankan atau
dilestarikan, karenanya topeng mulud bukan hanya sekedar media hiburan saja
melainkan sebuah karya budaya
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Topeng muludan merupakan salah satu budaya kearifan lokal yang ada di
Surabaya. Pemerintah Kota Surabaya telah melakukan berbagai upaya untuk
merawat budaya lokal tersebut agar tetap ada dan dikenal oleh generasi muda. Di
adakannya sebuah tradisi perayaan Maulud Nabi Muhammad SAW dimana
anakanak akan memakai topeng muludan. Pemerintah Kota Surabaya memiliki
kepedulian untuk ikut merawat budaya kearifan lokal agar tidak lenyap dan
tergusur oleh modernitas zaman. Salah satu upaya Pemerinta Kota Surabaya untuk
melestarikan kearifan lokal adalah dengan menggelar festival topeng muludan
yang digelar setiap 4 bulan sekali.
Pengaruh kerajinan topeng ini kepada masyarakat membawa dampak yang
cukup baik karena dengan topeng muludan ini kita dapat mengenalkan kepada
anak-anak dengan hari besar islam yaitu maulid Nabi Muhammad SAW.
keberadaan topeng muludan ditengah masyarakat zaman sekarang adalah dengan
adanya teknologi yang lebih canggih membuat keberadaan topeng muludan
menjadi hilang padahal posisi topeng ini memberi warna atau benteng budaya
masyarakat kota surabaya dan dengan adanya hal seperti itu beliau berharap agar
topeng ini hidup lagi keberadaannya dan menjadi lebih luas sehingga surabaya
yang dulu kota budaya makin menunjukkan karakternya .
10
DAFTAR PUSTAKA
11