Anda di halaman 1dari 2

KONFLIK POSO

Kerusuhan Poso atau konflik komunal Poso, adalah sebutan bagi serangkaian kerusuhan yang terjadi di
Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, Indonesia. Peristiwa ini awalnya bermula dari bentrokan kecil
antarkelompok pemuda sebelum berkembang menjadi kerusuhan bernuansa agama. Beberapa faktor
berkontribusi terhadap pecahnya kekerasan, termasuk persaingan ekonomi antara penduduk asli Poso
yang mayoritas beragama Kristen dengan para pendatang seperti pedagang-pedagang Bugis dan
transmigran dari Jawa yang memeluk Islam, ketidakstabilan politik dan ekonomi menyusul jatuhnya Orde
Baru, persaingan antarpejabat pemerintah daerah mengenai posisi birokrasi, dan pembagian kekuasaan
tingkat kabupaten antara pihak Kristen dan Islam yang tidak seimbang. Situasi dan kondisi yang tidak
stabil, dikombinasikan dengan penegakan hukum yang lemah, menciptakan lingkungan yang menjanjikan
untuk terjadinya kekerasan.

A.Penyebab utama konflik ini antara lain;

1. Persaingan politik: Persaingan politik lokal antara kelompok-kelompok yang mewakili berbagai
kepentingan, termasuk agama, suku, dan etnis, memicu ketegangan antara umat Islam dan umat Kristen.

2. Isu SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan): Manipulasi politik dan ketegangan antara
kelompok-kelompok agama memicu konflik berdarah di wilayah tersebut.

3. Ketidaksetaraan ekonomi: Ketidaksetaraan dalam distribusi sumber daya ekonomi dan akses terhadap
kesempatan membuat ketegangan antara kelompok-kelompok agama.

B. Akibat dari konflik Poso antara lain:

1. Ribuan orang tewas dan terluka.

2. Puluhan ribu orang mengungsi.

3. Kerusakan infrastruktur dan properti.

4. Terhentinya kegiatan ekonomi dan pendidikan di daerah konflik.

C. Upaya penyelesaian konflik Poso melibatkan:

1. Mediasi dan dialog antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, tokoh agama, dan masyarakat sipil
untuk mencari solusi damai.

2. Pengiriman pasukan keamanan untuk menjaga ketertiban dan mencegah eskalasi konflik.
3. Program rekonsiliasi dan reintegrasi untuk membangun kembali hubungan antar-etnis dan antar-agama
yang rusak akibat konflik.

4. Pembangunan ekonomi dan sosial untuk mengurangi ketimpangan dan meningkatkan stabilitas di
wilayah tersebut.

Konflik Poso ini diakhiri dengan penandatangan Deklarasi Malino, 20 Desember 2001. Deklarasi Malino
adalah perjanjian damai antara pihak Kristen dan Islam. Sebelum penandatanganan, dirinci bahwa
terdapat 577 korban tewas, 384 terluka, 7.932 rumah hancur, dan 510 fasilitas umum terbakar.

Meskipun konflik Poso telah reda sejak awal 2000-an, tetapi upaya rekonsiliasi dan pembangunan masih
terus dilakukan untuk memastikan perdamaian dan stabilitas berkelanjutan di wilayah tersebut.

Anda mungkin juga menyukai