Anda di halaman 1dari 12

KONFLIK

POSO
Nadiyah Kibriya Amran, Mukoyyah, Samsul Romli.
LATAR
BELAKANG
KONFLIK ?
Pada tahun 1992 terjadilah Pertikaian social dan sentimen social yang Dipercaya perbedaan agamalah sebagai
Pemicu konflik social di daerah Poso. Dominansi agama di Poso Adalah Kristen dan Islam yang dimana
Perbedaan tersebut sangat ekslusif untuk Dijadikan pemicu konflik oleh beberapa Pihak dan menjadi jembatan
untuk Mendapatkan posisi politik.

Kemudian dilanjut Lagi pertikaian pada tahun 1995. Dimana Dua peristiwa tersebut dilabeli atas nama Agama
sehingga membuat beberapa orang Tidak terima dan merasa harus ikut campur. sampai akhirnya pada Tahun 24
Desember 1998 ketika rezim orde Baru jatuh dimana pada saat ini Indonesia Mengalami krisis dan pergantian pola
Pemerintahan demokratis sehingga hal ini Juga menjadi pemicu konflik Poso kembali Memanas dan lebih masiv.

Salah satu penyebab konflik Poso Adalah permasalahan yang berkaitan dengan Problema historis yang
menyangkut masalah Penduduk asli Poso yang merasa Termarjinalkan dengan keberadaan penduduk Pendatang
dari luar Poso.
PERAN DAN ISU
KONFLIK AGAMA
DI POSO
Peran dan isu konflik agama di Poso melibatkan sejumlah faktor, termasuk ketegangan antara
kelompok agama, politik lokal, dan faktor ekonomi. Konflik ini seringkali melibatkan
konfrontasi antara umat Muslim dan umat Kristen.
Beberapa peran utama konflik agama di Poso antara lain:
• Pembagian Sosial
• Pertentangan Identitas
• Ketidaksamaan dan Pengungsian
• Kerusakan Ekonomi dan Pembangunan
• Polarisasi Politik
• Pentingnya Perantara dan Dialog
• Pengaruh Ekstremisme
ISU UTAMA
DALAM KONFLIK
AGAMA DI POSO
Isu Utama Konflik Agama di Poso Melibatkan:
• Ketegangan Agama
• Kepentingan Politik Lokal
• Perebutan Sumber Daya
• Pengaruh Ekstremisme
• Kurangnya Pembangunan
• Kurangnya Keamanan
• Peran Media
• Tantangan Rekonsiliasi
PERDAMAIAN
DAN
REKONSILIASI
Salah satu upaya perdamaian yang paling penting dan berpengaruh adalah
Deklarasi Damai Malino I pada Desember 2001. Proses mediasi yang dipimpin
oleh Jusuf Kalla melahirkan deklarasi bersama yang ditandatangani oleh semua
pihak dari kedua belah pihak yang menghadiri pertemuan di Poso, pejabat tinggi
Sulawesi, dan beberapa aparat yang berwajib. Deklarasi tersebut kemudian dikenal
dengan “Deklarasi Malino”.
ISI PERJANJIAN
MALINO
Kesepuluh poin yang disepakati adalah:

1. Menghentikan semua bentuk konflik dan perselisihan


2. Mematuhi proses penegakan hukum
3. Meminta apparat negara untuk bertindak tegas dan adil untuk menjaga keamanan
4. Menolak memberlakukan darurat sipil dan campur tangan dari pihak asing
5. Menghilangkan seluruh fitnah dan ketidakjujuran
6. Setiap warga negara memiliki hak untuk hidup, datang, dan tinggal secara damai dan menghormati
adat istiadat setempat.
7. Semua hak-hak dan kepemilikan harus dikembalikan kepada pemiliknya yang sah.
8. Mengembalikan seluruh pengungsi ke tempat asalnya masing-masing.
9. Melakukan rehabilitasi sarana prasarana ekonomi secara menyeluruh.
10. Menjalankan syariat agama masing masing dengan cara dan prinsip saling menghormati.
SEKIAN
TERIMAKA
SIH

Anda mungkin juga menyukai