Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KONFLIK BERDARAH POSO


Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Pelajaran PKN

Oleh :
Nama : Ardiansyah
Kelas :

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT


SMK NEGERI 1 CIKALONG KULON
Jl. Raya Cikalongkulon Desa Cinangsi Kec.Cikalongkulon
Kab. Cianjur 42391Telp/Fax : (0263) 3188 25
E-mail : smkncikalongkulon@yahoo.co.id
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan atas kehadiran Allah SWT, atas
segala limpahan rahmat dan karunianya lah sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas makalah saya yang masih jauh dari kesempurnaan
ini yang berjudul “Konflik Berdarah Poso.
Makalah ini di buat agar pembaca dapat memperluas ilmu pengetahuan
tentang Sejarah Konflik di Poso dari makalah ini saya dapat dari berbagai sumber,
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan sebagai sumbangsih
pemikiran khususnya untuk para pembaca dan tidak lupa saya mohon maaf
apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat kesalahan baik dalam kosa kata
ataupun isi dari keseluruhan makalah ini.
Saya sebagai penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan
demi perbaikan dan bahan acuan bagi kami untuk menulis makalah kami yang
selanjutnya.

Cianjur, Desember 2018


Penulis

MAKALAH PKN
Konfik Berdarah Poso i
DAFTAR ISI

COVER Hal
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan .............................................................................................. 1
1.3 Tujuan ................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Latar Belakang ..................................................................................... 2
2.2 Kronologi ............................................................................................. 9
2.3 Penyelesaian ........................................................................................ 10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ......................................................................................... 11
3.2 Saran .................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA

MAKALAH PKN
Konfik Berdarah Poso ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tahun 1997 Indonesia dilanda krisis moneter disertai dengan fluktuasi
kondisi ekonomi dan politik yang tidak menentu, telah mengiring Indonesia
menuju konflik nasional, baik secara struktural maupun horizontal. semenjak
runtuhnya rezim orde baru tahun 1998 yang di gantikan oleh oleh B.H habibie
yang diharapakan dapat menata sisitem politik yang demokrasi berkeadilan.
Pada waktu itu Indonesia sangat rentan dengan perpecahan, terjadi berbagai
gejolak konflik di berbagai daerah, salah satunya konflik yang terjadi di poso yang
di sinyalir oleh banyak kalangan adalah konflik bernuansa SARA. Adalah
pertikaian suku dan pemeluk agama Islam dan Kristen.
Secara umum konflik di poso sudah berkangsung tiga kali. Peristiwa pertama
terjadi akhir 1998, kerusuhan pertama ini denga cepat di atasi pihak keamanan
setempat kemudian di ikuti oleh komitmen kedua belah pihak yang berseteru agar
tidak terulang lagi, akan tetapi berselang kurang lebih 17 bulan kemudian tepatnya
pada 16 april 2000 konflik kedua pun pecah. Pada kerusuhan ini ada dugaan
bahwa ada oknum yang bermain di belakang peristiwa ini yaitu: Herman Parimo
dan Yahya Patiro yang beragama kristen. Kedua oknum ini adalah termasuk elite
politik dan pejabat pemerintah daerah kabupaten poso.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana terjadinya Konflik Berdarah di Poso

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui kronologi Kasus Berdarah di Poso.

MAKALAH PKN
Konfik Berdarah Poso 1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Latar Belakang Konflik Poso


Konflik di poso adalah salah satu konflik yang ada di Indonesia yang belum
terpecahkan sampai saat ini. Meskipun sudah beberapa resolusi ditawarkan,
namun itu belum bisa menjamin keamanan di Poso. Berbagai macam konflik terus
bermunculan di Poso. Meskipun secara umum konflik-konflik yang terjadi di
Poso adalah berlatar belakang agama, namun kalau kita meneliti lebih lanjut,
maka kita akan menemukan berbagai kepentingan golongan yang mewarnai
konflik tersebut.
Kalau dilihat dari konteks agama, Poso terbagi menjadi dua kelomok agama
besar, Islam dan Kristen. Sebelum pemekaran, Poso didominasi oleh agama Islam,
namun setelah mengalami pemekaran menjadi Morowali dan Tojo Una Una, maka
yang mendominasi adalah agama Kristen. Selain itu masih banyak dijumpai
penganut agama-agama yang berbasis kesukuan, terutama di daerah-daerah
pedalaman. Islam dalam hal ini masuk ke Sulawesi, dan terkhusus Poso, terlebih
dahulu. Baru kemudian disusul Kristen masuk ke Poso.
Keberagaman inilah yang menjadi salah satu pemantik seringnya terjadi
berbagai kerusuhan yang terjadi di Poso. Baik itu kerusuhan yang berlatar
belakang sosial-budaya, ataupun kerusuhan yang berlatar belakang agama, seperti
yang diklaim saat kerusuhan Poso tahun 1998 dan kerusuhan tahun 2000. Agama
seolah-olah menjadi kendaraan dan alasan tendesius untuk kepentingan masing-
masing.
Awal konflik Poso terjadi setelah pemilihan bupati pada desember 1998.
Ada sintimen keagamaan yang melatar belakangi pemilihan tersebut. Dengan
menangnya pasangan Piet I dan Mutholib Rimi waktu tidak lepas dari identitas
agama dan suku (Sangaji, 2006: 9-10). Untuk seterusnya agama dijadikan tedeng
aling-aling pada setiap konflik yang terjadi di Poso. Perseturuan kecil, semacam
perkelahian antar personal pun bisa menjadi pemicu kerusuhan yang ada di sana.
Semisal, ada dua pemuda terlibat perkelahian. Yang satu beragama Islam dan
yang satunya lagi beragama Kristen. Karena salah satu pihak mengalami

MAKALAH PKN
Konfik Berdarah Poso 2
kekalahan, maka ada perasaan tidak terima diantara keduanya. Setelah itu salah
satu, atau bahkan keduanya, melaporkan masalah tersebut ke kelompok masing-
masing, dan timbullah kerusuhan yang melibatkan banyak orang dan bahkan
kelompok.
Sebelum meletus konflik Desember 1998 dan diikuti oleh beberapa
peristiwa konflik lanjutan, sebenarnya Poso pernah mengalami ketegangan
hubungan antar komunitas keagamaan (Muslim dan Kristen) yakni tahun 1992
dan 1995. Tahun 1992 terjadi akibat Rusli Lobolo (seorang mantan Muslim, yang
menjadi anak bupati Poso, Soewandi yang juga mantan Muslim) dianggap
menghujat Islam, dengan menyebut Muhammad nabinya orang Islam bukanlah
Nabi apalagi Rasul. Sedangkan peristiwa 15 Februari 1995 terjadi akibat
pelemparan masjid dan madrasah di desa Tegal Rejo oleh sekelompok pemuda
Kristen asal desa Mandale. Peristiwa ini mendapat perlawanan dan balasan
pemuda Islam asal Tegalrejo dan Lawanga dengan melakukan pengrusakan rumah
di desa Mandale. Kerusuhan-kerusuhan ”kecil” tersebut kala itu diredam oleh
aparat keamanan Orde Baru, sehingga tak sampai melebar apalagi berlarut-larut.
Memang, setelah peristiwa 1992 dan 1995, masyarakat kembali hidup
secara wajar. Namun seiring dengan runtuhnya Orde Baru, lengkap dengan
lemahnya peran ”aparat keamanan” yang sedang digugat disemua lini melalui
berbagai isu, kerusuhan Poso kembali meletus, bahkan terjadi secara beruntun dan
bersifat lebih akif. Awal kerusuhan terjadi Desember 1998, konflik kedua terjadi
April 2000, tidak lama setelah kerusuhan tahap dua terjadi lagi kerusuhan ketiga
di bulan Mei-Juni 2000. konflik masih terus berlanjut dengan terjadinya
kerusuhan keempat pada Juli 2001; dan kelima pada November 2001. Peristiwa-
peristiwa tersebut memperlihatkan adanya keterkaitan antara satu dengan yang
lain, sehingga kerusuhan-kerusuhan dicermati dalam konteks jilid satu sampai
lima (Basueki,194:123).
Konflik pada Desember 1998 dan April 2000 kecenderungannya hanya tepat
disebut ”tawuran”, sebab konflik hanya dipicu oleh bentrokan pemuda antar
kampong, intensitas dan wilayah konflik sangat terbatas di sebagian kecil
kecamatan kota. Solidaritas kelompok memang ada, tapi belum mengarah pada
keinginan menihilkan kelompok lain. Bahkan, setelah tahu bahwa penyebab

MAKALAH PKN
Konfik Berdarah Poso 3
bentrokan adalah minuman keras, kelompok yang berbenturan justru sempat
sepakat mengadakan operasi miras bersama.
Mulai Mei-Juni 2000 dilanjutkan dengan Juli 2001 dan November-
Desember 2001 konflik telah mengindikasikan ciri-ciri perang saudara. Konflik
sudah mengarah pada upaya menghilangkan eksistensi lawan, terlihat dari realitas
pembunuhan terhadap siapa pun, termasuk perempuan dan anak-anak, yang
dianggap sebagai bagian lawan. Telah terbangun solidaritas kelompok secara
tegas melalui ideologisasi konflik berdasar isu agama dan etnisitas, sehingga
konflik menjadi bersifat sanagt intensif (kekerasan dan korban) dan ekstensif
(wilayah dan pelaku ). Bahkan berbeda dengan dua konflik sebelumnya yang
umumnya menggunakan batu dan senjata tajam, sejak konflik ketiga pada Mei
2000 mereka telah mempergunakan senjata api, yang terus berlanjut hingga
konflik keempat dan kelima, serta beberapa kekerasan sporadis ”pascakonflik”.
Fakta pergeseran komunitas keagamaan ini pada akhirnya berpengaruh pula
pada konstelasi politik Poso. Dengan digalakkannya program pendidikan era
kemerdekaan, kaum terdidik dari kalangan Muslim bermunculan, dan berikutnya
mulai ikut bersaing dalam lapangan birokrasi. Di sinilah, politik komunitas
keagamaan mulai bermain pula dalam dunia kepegawaian, antara lain: (1). Kristen
yang semula dominan mulai dihadapkan pada saingan baru kalangan Islam. (2).
Jabatan strategis yang semula didominasi Kristen, secara alamiah terjadi peralihan
tangan. Dalam situasi inilah politik agama dalam konteks birokrasi kepegawaian
mulai merasuk dalam kehidupan masyarakat Poso. Perspektif komunitas
keagamaan dalam konteks persaingan politik birokrasi, lengkap imbasnya berupa
pembagian berbagai proyek pada orang-orang dekat, telah menjadi wacana
penting dalam mencermati konflik Poso.
Dari situ tampak sekali bahwa aktor-aktor terlibat dalam konflik sebenarnya
sangat kompleks melibatkan elemen-elemen birokrat, para pelaku ekonomi,
disamping kelompok kultur keagamaan, yang pada gilirannya melibatkan pula
kekuatan-kekuatan dari luar Poso dengan segala kepentingannya, mulai dari para
laskar, aparat keamanan, birokrat pada level propinsi ataupun pusat yang
memanfaatkan persoalan Poso untuk kepentingan.

MAKALAH PKN
Konfik Berdarah Poso 4
2.2 Kronologi Konflik Poso
Konflik Poso meletus karena suhu politik memanas pada saat musim
kampanye enam kandidat bupati. Mereka menjadikan agama sebagai alat untuk
memperoleh kekuasaan. Tepatnya pada Desember 1998, di tengah hujan selebaran
dan intrik politik yang bertopeng kepentingan agama, terjadi perkelahian pemuda
yang berbeda agama yakni, Islam dan Kristen.
Peristiwa tersebut terjadi tepatnya pada Jum’at, 25 Desember 1998 bulan
Ramadhan 1419 H, sekelompok pemuda yang mengadakan pesta miras (minuman
keras) membuat keributan saat Shalat Tarawih berlangsung. Oleh karena itu,
pengurus masjid berusaha mengingatkan mereka. Akhirnya, para pemuda Kristen
tersebut pergi meninggalkan area masjid.
Pukul. 02.00 Wita Terjadi penganiayaan di mesjid Darusalam Kel. Sayo
terhadap Korban yang bernama Ridwan Ramboni, umur 23 tahun, agana Islam,
suku Bugis palopo, pekerjaan mahasisiwa, alamat Kel. Sayo, yang dilakukan oleh
Roy Runtu Bisalemba, umur 18 tahun, agama Kristen protestan, suku pamona,
pekerjaan, tidak ada, alamat jalan tabatoki – sayo. Akibat penganiayaan korban
mengalami luka potong dibagian bahu kanan dan siku kanan,selanjutnya dirawat
di RSU Poso.
Pukul 02.30. Timbul reaksi dari pemuda/ pemuda Remaja mesjid terhadap
kasus yang dimaksud dan beredar isu –isu sebagai berikut: Pelaku penganiayaan
(Roy Bisalemba) terpengaruh minuman keras, sehabis minum di toko lima di jalan
Samratulangi, anak kandung pemilik toko lima (Akok) WNI keturunan cina di
isukan telah melontarkan kata-kata “Umat Islam kalau buka puasa pake RW saja,
Imam masjid di Sajo telah dibacok didalam masjid hingga di Opname I Rumah
Sakit.
Pukul 14.30 Wita Sekelompok pemuda/remaja Islam Masjid Ke Kayamanya
berjumlah 50 orang mengendarai truk turun di muka RSU Poso, menengok
Korban Lk. LUKMAN RAMBONI, selanjutnya berjalan menuju took LIMA
dijalan Samratulangi melakukan pelemparan took tersebut dengan batu dan kayu.
Pukul 14.45 Wita. Sasaran pengrusakan diarahkan kerumah tempat tinggal
penduduk milik tersangka (ROY BISALEMBA) dijalan Yos Sudarso Kel.
Kasintuwu dan beberapa rumah keluarga tersangka di jalan Tabatoki Kel.Sayo.

MAKALAH PKN
Konfik Berdarah Poso 5
Massa merusak bangunan dan isi perabot rumah tangga dengan batu,kayu, dan
senjata tajam.
Pukul 15.15 Wita. Sekelompok pemuda/ remaja berjumlah sekitar 300 orang
merusak penginapan dan diskotik DOLIDI NDAWA di jalan .P.Nias Kel.
Kayamanya, menggunakan batu dan kayu.
Pukul 18.45. Wita. Massa berjumlah 300 orang merusak tempat Billyard
dijalan P.Sumatra Poso. Selanjutnya massa dari ummat Islam kel.Kayamanya
bergabung dengan massa kelurahan Moenko berjumlah sekitar 1000 orang
melakukan pengrusakan losmen/diskotik LASTI dijalan P.Seram Kel.Gebang
Rejo,hingga bangunan rumah dan diskotik serta isi rumah dan beberapa ratus
botol minuman keras dihancurkan.
Pukul 19.00 Wita. Pasukan PAM PHH memblokade massa dijembatan
penyembrangan kuala Poso yang bermaksud untuk bergabung dengan massa
remaja Islam Masjid kel. Bone Sompe dan Kel.Lawanga . Terjadi sedikit
ketegangan antara aparat dengan massa yang tetap memaksakan kehendaknya
menembus barisan PHH, namun massa dapat dikendalikan .
Pukul. 20.20 Wita. Sebagian massa yang terbendung pasukan PHH kembali
menuju kompleks pertokoan dan tempat-tempat hiburan yang biasanya dijadikan
tempat menjual miras dan membawa prostitusi, selanjutnya massa melakukan
pengrusakan dengan cara melempar dengan batu dan merusak dengan pentungan
kayu, pentungan besi dan senjata tajam /parang:
1. Toserba intisari lantai II dilempar hingga etalas toko pecah.
2. Toko Hero diJln.P.Irian dilempar hingga kaca toko pecah.
3. Pabrik Minuman Keras merek SAR di Kel.Kayamanya dilempar mengenai
atap Seng.
4. Toko Asia di Jln.P.Irian dilempar hingga kaca toko pecah.
5. Hotel Kartika dirusak dan kasur busa hotel dibakar diJalan Raya.
6. Hotel Anugrah Inn di rusak meliputi kaca dan isi perabotan Hotel diruang
Resepsionis dan ruang penerima tamu hotel.
7. Penginapan Wati Lembah di jln.P.Batam dilempar hingga kaca bangunan
tempat/hotel pecah.

MAKALAH PKN
Konfik Berdarah Poso 6
8. Rumah makan Arisa diJln.P.Batam Kel. Moenko dibakar dan seluruh
minuman keras dikeluarkan dan dipecahkan diJalan Raya dan sebagaian lagi
dibakar.
Sedangkan massa berjumlah 500 orang dari masyarakat Kel.Bonesompe dan
Lawanga juga melakukan pengrusakan Hotel NELCON CYTY HOTEL dan Toko
TIGA DARAH. Pukul. 23.00 Wita. Massa membubarkan diri, situasi dapat
terkendalikan
Sabtu, 26 Desember 1998. Pukul. 07.00 Wita. Massa dan Risma dari arah
Gerbang Rejo, Kayamanya, Moenko bergerak mencari Toko dan Gudang yang
diduga ada Miras . Demikian -bleep- massa dan Risma dari Arah kelurahan
Lawanga , Bonemsompe dan Sayo masing-masing bergerak mencari miras yang
ada diToko dan Gudang.Kemudian semua miras dikumpul pada tempat parkir
lapangn MAROSO, sampai pada pukul 15.30 Wita miras yang terkumpul dari
berbagai jenis sejumlah 15 truk yang diperkirakan puluhan ribu botol yang besar
maupun kecil.
Pukul 16.00 bupati bersama Kapolda Sul-teng Muspida Tingkat II Poso
bersama tokoh Agama dan masyarakat menyaksikan pemberantasan miras dengan
menggunakan alat berat sten wals maka lembah got lapangan Maroso mengalirlah
cairan miras laksana bah air hujan dengan bau yang menusuk hidung sementara
umat Islam sedang berpuasa. Demikianlah selanjutnya miras senentiasa terkumpul
lalu dimusnakan. Kemudian sore itu juga Kapolda Sul-teng kempali kepalu.
Pukul 17.00 Massa dari arah lawangga Bonesompe dan Gebangrejo
bergerak menuju kel. Untuk menuntaskan miras yang ada di Toko lima yang
diduga masih ada sekitar ribuan botol yang terdapat diruang bawah tanah. Pada
waktu massa ingin mengambil miras tersebut maka toko Lima telah dibendung
oleh massa pemuda Kristen dan masyarakatnya. Tidak diizinkan untuk diganggu
termaksuk mengamankan kel. Lombogu dari. Demikianlah keadaan berlangsung
sampai malam hari kerusuhan demi kerusuhan terjadi.
Pukul 19.00 Massa dan Risma kembali berjalan ditambah lagi massa dari
desa Tokorondo Kec. Poso Pesisir sehingga masssa besar ini terpaksa berhadapan
dengan pasukan PPH dijembatan besar sungai Poso di tengah kota dengan massa
yang diduga dipimpin Herman Parimo + 20 truk.

MAKALAH PKN
Konfik Berdarah Poso 7
Pukul 19.30 Rapat dan musyawarah Tokoh Agama Kristen dan Islam serta
tokoh pemudanya yang dipimpin oleh bupati bersama Muspida dan ketua DPR
Tingkat II Poso. Dalam musyawarah tersebut diputuskan bahwa semuanya
sepakat dan menyatakan perdamaian. Keadaan itu di sosialisasikan dan
dinyatakan aman. Namun suara massa sudah ribut dan hiruk pikuk karena sudah
terjadi bentrok tawuran.
Pukul 20.00 Toko agama ulama dan pendeta serta toko pemuda Islam dan
Kristen dipimpin oleh Muspida Tingkat II Poso bergerak menuju tempat
kerusuhan untuk mengendalikan massa yang sudah terjadi bentrok tawuran, dalam
keadaan hujan batu tersebut massa tidak bisa diterobos terpaksa pasukan PPH
Brimob dan Polisi melepaskan tembakan peluru hampa dan peluru karet kemudian
massa kembali lalu tokoh memberi nasehat dan berdoa bersama kemudian bubar,
namun dilain pihak massa masih terjadi tauran diarah kelurahan Lawanga dengan
Lombogia masih terjadi tauran sporadis sampai pagi hari.
Minggu, 27 desember 1998, Pukul 08.00 bupati bersama muspida dan tokoh
agama dan tokoh pemuda dan tokoh masyarakat begerak menuju pasar sentral
untuk mensosialisasikan kesepakan damai dan dinyatakan aman. Demikianlah
tiem bergerak dari pasar kemasing-masing kelurahan sampai tuntas kelurahan dan
dinyatakan aman dan damai.
Pukul 18.30 malam hari sesudah buka puasa bupati bergerak bersama
tiemnya menuju desa Tagolu untuk mensosialisasikan perdamaian dengan massa
yang dipimpin oleh Herman parimo (tokoh GPST semasa perang dengan
PERMESTA). Massa tersebut diperkirakan dari 12 desa dari kecamatan Pamona
utara dan lage + 40 truk, namun herman ternyata acuh karena sementara Bupati
berpidato herman meninggalkan tempat sehingga bupati bersama tim pulang
kekota Poso.
Pukul 22.00 Pasukan herman parimo bergerak menuju kota Poso dan
melakukan demonstrasi kekuatan sambil melempar rumah-rumah dan toko-toko
disekitar Jl. P. Kalimantan dan Sumatra sehingga masyarakat gebangrejo kaget
karena sudah damai dan aman mengapa masih ada kerusuhan dengan serangan
tiba-tiba sementara masyarakat sudah tenang istirahat setelah sholat tarawih.

MAKALAH PKN
Konfik Berdarah Poso 8
Pukul 22.30 Pasukan PPH mengundurkan pasukan massa Herman Parimo
dan diundurkan dari arah pasar sentral. Kantor Polres hingga jembatan sampai
dibundaran ujung utara jembatan poso. Massa Gebangrejo yang minus
mengadakan perlawanan hanya puluhan orang hingga pagi hari (Canolly,
2003:138).

2.3 Penyelesaian Konflik Poso


Kesepakatan pertama dalam pertemuan itu, menurut Wapres, adalah tentang
penekanan penyelesaian masalah secara damai melalui dialog yang melibatkan
semua pihak. Untuk mewujudkan ini, antara lain dengan menghidupkan kembali
kelompok kerja Malino dalam rangka meningkatkan silaturahmi dan dialog
antartokoh agama dan masyarakat. Dalam kesepakatan kedua, menurut Wapres,
seluruh pihak menyatakan bahwa aksi teror yang terjadi di Poso dianggap sebagai
musuh bersama yang harus diatasi. “Kita harus atasi secara terbuka, artinya
transparan. Semua harus memberikan saksi. Kita selesaikan secara hukum,” kata
Wapres dalam konferensi pers, kemarin. Ketiga, khusus insiden di Tanah Runtuh,
Wapres mengungkapkan disetujui pembentukan tim investigasi pencari fakta. Tim
ini akan diketuai oleh pejabat dari Kementerian Politik, Hukum, dan Keamanan
dengan melibatkan TNI, Polri, dan MUI (Melis Ulama Indonesia). Sebagai
kesepakatan keempat, demikian Wapres, pemerintah berencana menghidupkan
kondisi sosial dan ekonomi di Poso. Rencananya, pemerintah akan mengirimkan
Menteri Sosial (Mensos) dan Menteri Pekerjaan Umum guna melihat kondisi
sosial dan ekonomi di Poso.
Bahkan, pemerintah pusat akan mengeluarkan dana pendukung untuk hal
ini. “Kita akan memberikan dana yang cukup untuk menggerakkan ekonomi
masyarakat agar generasi muda bisa bekerja,” jelas Wapres. Terkait hal ini,
Departemen Sosial telah menyiapkan dana sebesar Rp18 miliar untuk program
rehabilitasi sosial konflik di Poso. Dana tersebut akan digunakan untuk
pembangunan infrastruktur lingkungan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat
korban konflik. “Sesuai Surat Kuasa Pengguna Anggaran (SKPA) dana yang telah
dianggarkan Rp18 miliar untuk Poso,” kata Direktur Jenderal Jaminan Bantuan
Sosial Departemen Sosial (Depsos) Chazali H Situmorang. Sementara itu, Wapres

MAKALAH PKN
Konfik Berdarah Poso 9
dalam kesempatan itu menegaskan pula, pemerintah melalui kepolisian telah
menangkap banyak pelaku teror di Poso yang terjadi beberapa waktu lalu.
Pernyataan Wapres ini didukung paparan Wakadiv Humas Mabes Polri Brigjen
Pol Anton Bachrul Alam.
Dikatakan Anton, selama ini Polri terus intensif melakukan penyidikan
terhadap kasus-kasus yang terjadi di sana. Anton mengatakan, serangkaian
kerusuhan Poso dan Palu sejak tahun 2001 sampai saat ini dilakukan dua
kelompok kecil: kelompok Tanah Runtuh dan kelompok Kaya Maya Kompak.
'Menurutnya, kedua kelompok inilah yang melakukan serangkaian kerusuhan di
Sulteng selama ini. Dari berbagai aksi kejahatan yang dilakukan kedua kelompok
itu, Polri telah mengungkap 13 kasus dan menangkap 15 tersangka. “Saat ini Polri
tengah mengejar 29 lagi pelaku kerusuhan yang diduga dilakukan dua kelompok
tersebut,” kata Anton kepada SINDO, kemarin. Kasus-kasus yang berhasil di-
ungkap adalah 10 kasus teror bom, perampokan, serta penembakan. Misalnya,
kasus pembunuhan I Wayan Sumaryase yang teIjadi 2001; pembunuhan
Bendahara Gereja GKSP Morante Jaya pada 2003; ledakan bom di Pasar Tentena
dan Pasar Sentral Poso pada 2004; dan mutilasi tiga siswi Poso

MAKALAH PKN
Konfik Berdarah Poso 10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
a. Akar masalah konflik Poso adalah kesenjangan sosial dan ketidakadilan,
terutama terjadinya marjinalisasi politik antara penduduk asli dan para
pendatang.
b. Banyak pihak yang berperan dalam konflik Poso, yang dengan sengaja
menghembuskan isu etnis dan agama untuk kepentingan pribadi dan
kelompoknya, sehingga masyarakat terprovokasi, bersikap anarkis, dan
konflik ini menjadi berlarut-larut..
c. Konflik ini menyebabkan dampak diberbagai bidang, yang tentunya sangat
merugikan khususnya bagi para penduduk Poso sendiri, baik penduduk asli
maupun para pendatang.

3.2 Saran
3.2.1 Saran Pribadi
Pembuatan Makalah ini, yang berjudul Konflik Berdarah di Poso ini dibuat untuk
memenuhi persyaratan tugas yang diberikan oleh guru bidang studi PPKn, semoga
bermanfaat untuk pribadi penulis, dan semoga untuk kedepannya saya akan
meperbaiki kesalahan atau kekurangan yang ada pada tugas-tugas selanjutnya.
3.2.2 Saran Umum
Makalah ini diharapkan dapat memberi kontribusi pada pembelajar Pkn di
Sekolah tentang “Konflik Berdarah di Poso” yang berkaitan dengan pelanggaran
HAM di Indonesia.

MAKALAH PKN
Konfik Berdarah Poso 11
DAFTAR PUSTAKA

Basueki, Soepranata.1984.Jangan Lupakan Poso.Jakarta:Kompas. Dikutif pada


hari Kamis Tanggal 06 Desember 2018 Jam 18.00 WIB

Canolly, Peter.2003.Aneka Pendekatan Study Agama.Yogyakarta:Ksi. Dikutif


pada hari Kamis Tanggal 06 Desember 2018 Jam 18.00 WIB

Dwa, Espul.2006.Tgmatisasi Teniris oleh Aparat.Bandung:Kompas. Dikutif pada


hari Kamis Tanggal 06 Desember 2018 Jam 18.00 WIB

http://hery15061993.blogspot.co.id/2012/01/penyebab-konflik-poso. Dikutif pada


hari Kamis Tanggal 06 Desember 2018 Jam 18.00 WIB

http://munawatianwar.blogspot.com/2016/05/konflik-poso.html Dikutif pada hari


Kamis Tanggal 06 Desember 2018 Jam 18.00 WIB

MAKALAH PKN
Konfik Berdarah Poso 12

Anda mungkin juga menyukai