Anda di halaman 1dari 6

Nama : Nurul Hidayati

Kelas : XII IPS 1

No : 30

Peran Mahasiswa dan Tokoh Masyarakat dalam Perubahan Politik dan Ketatanegaraan
Indonesia

Reformasi secara umum berarti perubahan terhadap suatu sistem yang telah ada pada suatu
masa. Di Indonesia sendiri, kata Reformasi umumnya merujuk kepada gerakan mahasiswa pada
tahun 1998 yang menjatuhkan kekuasaan Presiden Soeharto atau era setelah Orde Baru. Reformasi
Indonesia jika dipandang secara umum diakibatkan karena krisis ekonomi dunia pada akhir abad
20, Indonesia salah satu negara yang terkena dampak krisis ini. Dimulai pada tanggal 22 Januari
1998 angka rupiah tembus 17.000,- per dolar AS dan IMF (Dana Moneter Internasional) tidak
menunjukkan rencana bantuannya untuk Indonesia. Kemudian awal Maret terdapat dua puluh
mahasiswa Universitas Indonesia mendatangi Gedung DPR/MPR untuk menyatakan penolakan
terhadap pidato pertanggungjawaban presiden yang disampaikan pada Sidang Umum MPR dan
menyerahkan agenda reformasi nasional.

Hal tersebut ditanggapi Presiden Soeharto tepatnya Pada 15 April 1998 agar mahasiswa
mengakhiri protes dan kembali ke kampus karena sepanjang bulan ini mahasiswa dari berbagai
perguruan tinggi swasta ataupun negeri melakukan unjuk rasa menuntut dilakukannya reformasi
politik. Awal Mei 1998 mulailah terjadi puncak aksi dari mahasiswa, akibat krisis ekonomi yang
semakin carut marut pada tanggal 2 Mei sampai dengan 21 Mei 1998 terjadi banyak demonstrasi
dan bentrok antara mahasiswa dengan militer atau kepolisian, akibatnya tidak kurang 11
Mahasiswa meninggal dunia dan puluhan lainnya mengalami cidera. Peristiwa tersebut sungguh
memilukan bagi Bangsa Indonesia saat itu. Sebagai klimaksnya yakni tanggal 21 Mei 1998 Ketua
Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah Amien Rais dan cendekiawan Nurcholish Madjid
(almarhum) pada pagi dini hari menyatakan, "Selamat tinggal pemerintahan lama dan selamat
datang pemerintahan baru". Setelah itu Presiden Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya
pada pukul 09.00 WIB dan beliau mengucapkan terima kasih serta mohon maaf kepada seluruh
rakyat Indonesia lalu meninggalkan halaman Istana Merdeka didampingi ajudannya.

Era reformasi yang dimulai pada tahun 1999, membawa perubahan-perubahan yang
mendasar dalam sistem pemerintahan dan ketatanegaraan kita sebagaimana nampak pada
perubahan yang hampir menyeluruh atas Undang Uundang Dasar 1945. Perubahan undang-
undang dasar ini, sebenarnya terjadi demikian cepat tanpa dimulai oleh sebuah perencanaan
panjang. Hal ini terjadi karena didorong oleh tuntutan perubahan-perubahan yang sangat kuat pada
awal reformasi antara lain tuntutan atas kehidupan negara dan penyelenggaraan pemerintahan yang
lebih demokratis, penegakan hukum yang lebih baik, penghormatan atas hak-hak asasi manusia
dan berbagai tuntutan perubahan lainnya.

Terhadap berbagai tuntutan tersebut para anggota MPR meresponsnya dengan memulai
perubahan terhadap sesuatu yang mendasar yaitu perubahan Undang Undang Dasar 1945. Hal ini
didasarkan pada pemikiran bahwa salah satu sumber permasalahan yang menimbulkan problem
politik dalam penyelenggaraan pemerintahan negara selama ini adalah karena kelemahan Undang
Undang Dasar 1945. Oleh karena itu, perubahan UUD 1945 yang pertama pada sidang umum
tahun 1999, terjadi dalam waktu yang sangat singkat yaitu hanya sekitar satu minggu perdebatan
pada tingkat Panitia Ad Hoc, menghasilkan perubahan penting terhadap 9 pasal yang terkait
dengan penyeimbangan kedudukan Presiden dengan DPR.

Perubahan Undang-Undang Dasar 1945 yang telah dilakukan selama 4 kali. Perubahan
Pertama tahun 1999, Perubahan Kedua tahun 2000, Perubahan Ketiga tahun 2001 dan Perubahan
Keempat tahun 2002, telah membawa implikasi politik yang sangat luas dalam sistem
ketatanegaraan Indoneisa. Kalau dilihat dengan cermat perubahan tersebut, akan nampak bahwa
empat kali perubahan merupakan satu rangkaian perubahan yang dilakukan secara sistematis
dalam rangka menjawab tantangan baru kehidupan politik Indonesia yang lebih demokratis sesuai
dengan perkembangan dan perubahan masyarakat.

Tuntutan perubahan sistem politik dan ketatanegaraan dalam bentuk perubahan Undang
Undang Dasar 1945, adalah pesan yang sangat jelas disampaikan oleh gerakan reformasi yang
dimulai sejak tahun 1998. Substansi perubahan menyentuh hal-hal yang sangat mendasar dalam
sistem politik dan ketatanegaraan yang berimplikasi pada perubahan berbagai peraturan
perundangan dan kehidupan politik Indonesia di masa depan. Dalam kerangka inilah berbagai
perundang-undangan baru bidang politik disusun, yaitu UU Partai Politik, UU Pemilu Legislatif
dan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden serta UU Susunan Kedudukan Majelis Permusyawaratan
Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD).

Pemerintahan Orde Baru yang pada tahun 1980an merupakan pemerintahan yang cukup
stabil ternyata memasuki tahun 1990an mulai memperlihatkan kekurangankekurangannya. Sejak
terjadinya krisis moneter pada bulan Juli 1997, aksi mahasiswa yang terjadi di kampus-kampus
menjadi semakin menggelora. Kampus yang sebelumnya tenang karena keberhasilan pemerintah
dalam membungkam suara kritis mahasiswa. Beban berat kehidupan masyarakat yang diakibatkan
daya beli masyarakat yang menurun karena mahalnya kebutuhan pokok, kemudian ditambah
dengan rasa ketidakpuasan terhadap terpilihnya kembali Presiden Soeharto untuk memimpin
Indonesia semakin meningkatkan rasa kekecewaan berbagai elemen masyarakat.

Sistem pemerintahan sentralisasi kekuasaan yang ditandai dengan GOLKAR sebagai partai
pendukung pemerintahan sehingga menjadikan eksekutif begitu kuat peranannya merupakan
faktor-faktor yang kemudian menjadi kekuatan untuk membuka kran demokrasi yang selama
pemerintahan ORBA tersumbat. Akibat dari tersumbatnya kran demokrasi kebebasan berpendapat
dan pelanggaran HAM sering terjadi, dan menjadi bara api yang sewaktu waktu dapat
menimbulkan konflik dalam kehidupan bermasyarakat.

Tidak cukup disini, kesenjangan sosial antara si kaya dan si miskin, juga sebagai
kekurangan-kekurangan rezim orba kalau tidak boleh dikatakan sebagai kegagalan pemerintahan
Soeharto dalam mengawal keamanan perekonomian nasional. Semua itu merupakan pemicu
terjadinya ketidakpuasan dan kemarahan masyarakat terhadap pemerintah. Ketidak puasan
tersebut akhirnya menjadi gelombang protes ketika kemudian beberapa tokoh nasional ikut terlibat
didalamnya.

Tokoh-tokoh reformasi belakang menjadi tokoh yang menggemparkan dunia politik


Indonesia. Mereka hadir dengan berbagai cara pandang baru yang sedikit banyak mengubah haluan
dunia politik Indonesia. Tokoh-tokoh Reformasi muncul karena mereka gelisah akan keadaan
perekonomian Indonesia yang tak kunjung membaik, malahan semakin terpuruk karena dihantam
badai krisis moneter yang melanda Asia Tenggara.
Tidak mungkin dalam peristiwa besar seperti Reformasi Indonesia tanpa dipelopori oleh
tokoh-tokoh besar bangsa. Tokoh ini sangatlah kritis dalam menyikapi era orde baru atau masa
Presiden Soeharto, mereka juga sanggup menggerakkan ribuan mahasiswa untuk melakukan
protes dan demo kepada Pemerintahan walaupun dibayang-bayangi pihak keamanan Indonesia.
Demi semangat perubahan untuk Indonesia maka reformasi pun tidak bisa terelakkan lagi, dan
berikut tokoh-tokoh penting dalam Reformasi Indonesia :

1. Abdurrahman Wahid

Abdurrahman Wahid atau yang akrab dipanggil Gus Dur, adalah pemimpin Nahdhatul
Ulama, sebuah ormas Islam terbesar di Indonesia. Gus Dur memiliki karisma yang kuat. Selain
ulama, beliau juga negarawan yang memiliki wawasan tentang pentingnya pluralisme bangsa. Gus
Dur adalah salah satu dari tokoh-tokoh reformasi yang membawa dampak banyak bagi Indonesia.
Gus Dur juga yang mencentuskan pertemuan Ciganjur yang dihadiri oleh Megawati, Sir Sultan
Hamengkubuwono X, dan Amien Rais. Selanjutnya, tokoh-tokoh reformasi yang hadir di Ciganjur
menamai dirinya sebagai kelompok Poros Tengah yang bertekad menggulirkan agenda reformasi
di Indonesia. Pada masa pemilu pertama di awal orde reformasi, Gus Dur dijagokan menjadi
calon presiden RI oleh tokoh-tokoh reformasi dari PKB dan disokong penuh oleh kelompok Poros
Tengah. Akhirnya, Gus Dur ditunjuk sebagai Presiden RI menggantikan BJ Habibie, sedangkan
Megawati diangkat menjadi wakil presiden mendampingi Gus Dur. Namun di tengah masa
pemerintahnya, Gus Dur dicopot mandatnya oleh MPR. Dengan didukungnya Gus Dur oleh Amin
Rais berimbang pada semakin eratnya hubungan NU dengan Muhammadiyah, namun ketika Gus
Dur harus lengser karena kasus Brune Gate dimana Amin Rais salah satu tokoh yang getol dalam
pelengseran Gus Dur, hubungan NU dan Muhammadiyah kembali tidak baik dalam waktu yang
cukup lama.

2. Sri Sultan Hamengkubuwono X

Sri Sultan Hamengkubuwono X merupakan sosok Raja Yogyakarta yang memiliki peran
penting mempersatukan bangsa ini agar tetap bersatu, karena sejak krisis moneter Indonesia
mengalami ancaman disintregrasi. Apalagi, sejak Timor Timur lepas dari pangkuan ibu pertiwi,
memicu timbulnya separatisme di beberapa tempat di Indonesia. Banyak yang tidak tahu, bahwa
beliau juga merupakan bagian dari tokoh-tokoh reformasi. Pada masa menjelang reformasi, Sri
Sultan sering turun ke jalan menenangkan demonstran agar tak bertindak anarkis, terutama di
Yogyakarta sehingga membawa dampak baik bagi masyarakat Yogyakarta sendiri.

Sebagai salah satu tokoh yang tergabung dalam tokoh-tokoh reformasi, beliau lebih berperan
sebagai pengendali massa. Berkat itulah, setelah reformasi, Sri Sultan ditunjuk menjabat Gubernur
Daerah Istimewa Yogyakarta bersama Sri Paku Alam IX menggantikan gubernur sebelumnya Sri
Paku Alam VIII yang telah wafat.

3. Amien Rais

Amien Rais merupakan salah satu dari tokoh-tokoh reformasi yang hadir dari dunia
kampus. Amien Rais juga punya andil dalam menggulingkan rezim Soeharto. Beliau merupakan
sosok pencetus berdirinya kelompok Poros Tengah yang dideklarasikan di Ciganjur, tempat
kediaman Gus Dur. Awal-awal menjelang rezim orde baru runtuh, Amien Rais selalu turun ke
jalan bergabung dengan demonstran mahasiswa. Orasi-orasi yang dilontarkan Amien Rais begitu
cerdas. Beliau menawarkan perubahan demokrasi Indonesia yang lebih modern. Saat banyak
partai bermunculan, Amien Rais juga mendeklarasikan partainya, yakni Partai Amanat Nasional.
Pada era reformasi, PAN merupakan salah satu partai papan atas sehingga beliau juga sempat
menjabat sebagai ketua MPR.

4. Syarwan Hamid

Salah satu yang tidak sedikit perannya Letnan Jenderal TNI Purn Syarwan Hamid. Dapat
dikatakan Syarwan Hamid adalah salah seorang jendral reformis. Ia memiliki peran yang menonjol
dalam mendukung tuntutan mahasiswa, saat itu. Saat reformasi ia menjadi anggota DPR/MPR dan
menjabat sebagai wakil ketua DPR/MPR RI perwakilan Fraksi ABRI (FABRI). Pada hari Senin,
18 Mei 1998 para mahasiswa yang tergabung dalam masa aksi bergerak menuju Gedung
DPR/MPR untuk melakukan audiensi dengan ketua DPR/MPR, Harmoko. Harmoko kemudian
mempersilahkan Syarwan Hamid untuk menyambut langsung kedatangan mahasiswa yang ingin
menyampaikan aspirasinya kepada DPR/MPR sebagai wakil rakyat. Setelah perwakilan
mahasiswa dipersilahkan masuk ke dalam gedung dimulailah dialog antara Syarwan Hamid selaku
pimpinan MPR/DPR dengan perwakilan mahasiswa yang berada diruangan. Dalam pertemuan itu,
salah seorang perwakilan mahasiswa menanyakan kepada pak Syarwan yang inti pertanyaannya
meminta saran kepada Syarwan Hamid Bagaimana cara terbaik melengserkan Pak Harto. Sebuah
pertanyaan yang tidak ia duga sebelumnya. Menanggapi pertanyaan yang disampaikan oleh
perwakilan mahasiswa tersebut, Syarwan memberikan jawaban dengan 2 opsi yang dianggap
konstitusional cara yang tidak melanggar undang-undang, Pertama, melalui sidang istimewa. Jika
sidang istimewa bisa dilaksanakan maka usulan untuk mencabut mandat Pak Harto sebagai
Presiden akan mudah dilaksanakan. Kedua, melalui tekanan gerakan mahasiswa yang semakin
massive dan besar kemudian berpadu dengan kekuatan-kekuatan masyarakat lain Jika mahasiswa
bisa melakukan hal tersebut maka akan memudahkan bagi dewan untuk menggelar sidang
istimewa, karena aksi itu akan di tangkap oleh pimpinan dewan atau legislatif, yang kemudian oleh
pimpinan dewan akan diusulkan diselenggarakan sidang untuk mengusulkan Pak Harto untuk
lengser dari kursi presiden.

Harus diakui bahwa peran Syarwan Hamid di era reformasi dengan mengkonsolidasikan
dirinya, kedalam aksi aksi mahasiswa dengan mengantarkan mahasiswa sampai ke detik-detik
terakhir menjelang lengsernya Soeharto tidaklah bisa dianggap ringan. Mengingat militer pada
masa orba merupakan kelompok yang menempatkan dirinya pada posisi yang selalu berada
dibelakang Soeharto. Maka sangatlah janggal kalau kemudian ada elite politik apalagi dari militer
tidak “loyal” kepada Soeharto yang sangat berpengaruh dan sangat kuat di era Orde baru. Jejak
rekam sejarah sangat jelas, bahwa Syarwan Hamid memiliki andil yang cukup besar ketika ia ikut
serta mengkonsolidasikasi dan ikut mematangkan proses politik yang digelar oleh kelompok pro
reformasi ketika melengserkan Soeharto. Hal inilah yang kemungkinan menjadikan ia tidak di usik
posisinya ketika akhirnya reformasi benar-benar tejadi, bahkan sebaliknya justru ia diberi posisi
cukup penting dalam perpolitikan Indonesia.

http://ppg.spada.ristekdikti.go.id/pluginfile.php/5485/mod_resource/content/1/6.2_POTONGAN
%20MATERI.pdf

http://hildafatmawati.blogspot.com/2016/02/peran-tokoh-masyarakat-pada-masa.html

Anda mungkin juga menyukai