Anda di halaman 1dari 4

RUANG KOLABORASI

Nama Kelompok: Heri Kussyairi


Elisabet Lia Rosanti
Nurbaiti

KASUS 1

Bayangkan jika Anda adalah seorang guru matematika di kelas VII. Saat ini Anda hendak
menyampaikan materi mengenai matematika sosial yakni mencari nilai rata-rata (mean). Untuk
memudahkan peserta didik dalam memahami pembelajaran, Anda mencoba untuk membuat urutan atau
langkah-langkah yang perlu diikuti oleh peserta didik agar dapat mencari nilai rata-rata pada sebuah soal.
Anda meminta kepada peserta didik untuk mengerjakan soal yang Anda berikan. Hasilnya, peserta didik
mampu mengerjakan dengan benar, sesuai dengan langkah yang telah Anda siapkan. Beberapa saat
kemudian, Anda meminta kepada peserta didik untuk mengulangi soal yang sama tanpa melihat urutan
pengerjaan soal, dan peserta didik mampu mengerjakannya dengan benar.

 Menurut Anda, apa yang membuat peserta didik mampu mengerjakan soal dengan baik
padapercobaan kedua (tanpa melihat urutan/langkah pengerjaan soal)?
 Sebagai seorang calon guru, dalam kegiatan belajar yang seperti apa metode di atas
dapatditerapkan? Elaborasi jawaban Anda dengan menyertakan teori yang berkaitan.

JAWAB:

Kemungkinan besar, peserta didik mampu mengerjakan soal dengan baik pada percobaan kedua
tanpa melihat urutan/langkah pengerjaan soal karena mereka telah memahami konsep dasar dalam
mencari nilai rata-rata. Terdapat beberapa alasan yang mungkin menjelaskan mengapa hal tersebut terjadi.

1. Pemahaman Konsep
Pada percobaan pertama, Saya telah memberikan urutan/langkah-langkah yang jelas untuk
mencari nilai rata-rata. Peserta didik telah memahami konsep dasar tentang bagaimana menghitung
rata-rata dari sekumpulan angka. Setelah pemahaman ini terbentuk, mereka dapat menerapkannya
kembali pada percobaan kedua.
2. Praktik
Dengan mengerjakan soal pada percobaan pertama, peserta didik telah berlatih dalam
mengaplikasikan konsep rata-rata. Praktik ini membantu mereka menginternalisasi proses tersebut,
sehingga mereka dapat mengingat dan menerapkannya tanpa harus mengikuti langkah-langkah
secara khusus pada percobaan kedua.
3. Pengenalan Pola
Setelah mengerjakan beberapa soal rata-rata, peserta didik mungkin mulai mengenali pola atau
aturan yang mendasari penghitungan rata-rata. Mereka dapat menghubungkan antara jumlah data,
pembagian, dan konsep rata-rata tanpa harus mengikuti langkah-langkah tertentu.
4. Penyadaran tentang Fleksibilitas
Pada percobaan kedua, Saya telah menunjukkan bahwa konsep rata-rata dapat diaplikasikan
dalam berbagai situasi atau konteks, bukan hanya dengan mengikuti langkah-langkah tertentu. Ini
mendorong peserta didik untuk memahami fleksibilitas konsep dan bagaimana menggunakannya
dalam berbagai situasi.
5. Pengembangan Kemampuan Berpikir Abstrak
Dengan pemahaman yang kuat tentang konsep rata-rata, peserta didik juga dapat mulai
mengembangkan kemampuan berpikir abstrak. Mereka mungkin dapat melihat kesamaan antara
berbagai masalah yang melibatkan rata-rata dan mengaplikasikan pengetahuan mereka dengan lebih
luas.

Metode yang digunakan adalah metode pembelajaran berbasis langkah-langkah atau prosedur.
Pendekatan ini membantu peserta didik memahami suatu konsep atau keterampilan matematika dengan
mengikuti urutan langkah-langkah yang terstruktur. Menurut Komalasari (2013:58-59) pembelajaran
berbasis masalah adalah Model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu
konteks bagi siswa utuk belajar tentang berfikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk
memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari mata pelajaran. Dalam hal ini siswa terlibat dalam
penyelidikan untuk pemecahan masalah yang mengintegrasikan keterampilan dan konsep dari berbagai isi
materi pelajaran.

KASUS 2
Rina adalah seorang guru di kelas 1 SD. Sebagian besar peserta didiknya belum bisa
berhitung dengan lancar. Rina sedang memikirkan cara yang sesuai untuk membantu setiap
peserta didik menyelesaikan tantang belajarnya.
1. Menurut Anda, apa yang dapat Rina lakukan untuk membantu peserta didiknya sesuai
dengan tahapan perkembangan usia?
2. Mengapa Anda menyarankan hal tersebut? Elaborasi jawaban Anda dengan menyertakan
teori yang berkaitan.
Jawaban:
1. Untuk membantu peserta didiknya sesuai dengan perkembngan usai Rina perlu
melakukan Memahami Tahapan Perkembangan Usia: Rina perlu memahami bahwa anak-
anak di kelas 1 SD umumnya berada dalam rentang usia 6-7 tahun. Pada tahapan ini,
mereka sedang mengalami perkembangan kognitif, sosial, dan emosional yang khas.
Anak-anak di usia ini cenderung memiliki perhatian yang singkat, belum memiliki
pemahaman matematika yang kompleks, dan memerlukan bimbingan yang lebih konkret.
 Menerapkan Pendekatan Konkret: Rina dapat menggunakan pendekatan belajar yang
konkret. Misalnya, menggunakan benda-benda fisik seperti mainan atau kartu angka
untuk membantu anak-anak memahami konsep matematika seperti penjumlahan,
pengurangan, atau pengenalan angka.
 Pembelajaran Bermain: Anak-anak di usia ini cenderung belajar lebih efektif melalui
permainan dan aktivitas yang interaktif. Rina bisa mengintegrasikan permainan
matematika yang sesuai dengan tingkat perkembangan mereka untuk membuat
pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan.
 Berikan Dukungan Individual: Setiap anak memiliki tingkat perkembangan yang
berbeda. Rina perlu memberikan dukungan individual kepada setiap peserta didik. Ini
termasuk memberikan tambahan waktu dan bimbingan kepada siswa yang
memerlukan lebih banyak bantuan dalam berhitung.
 Latihan yang Berulang: Anak-anak di kelas 1 perlu latihan yang berulang untuk
menguatkan pemahaman mereka. Rina dapat memberikan latihan yang beragam,
tetapi sederhana, yang sesuai dengan kemampuan mereka. Gradasi dari soal yang
mudah ke yang lebih sulit seiring dengan perkembangan peserta didik.
 Komunikasi dengan Orang Tua: Rina juga dapat berkomunikasi secara rutin dengan
orang tua peserta didik untuk mendiskusikan perkembangan belajar anak-anak di
rumah. Orang tua dapat membantu dengan memberikan dukungan tambahan dalam
pembelajaran matematika di rumah.
 Menyediakan Umpan Balik Positif: Penting untuk memberikan umpan balik positif
kepada peserta didik ketika mereka berhasil menyelesaikan tugas matematika. Ini
akan meningkatkan motivasi dan rasa percaya diri mereka dalam belajar matematika.
 Kesabaran dan Pemahaman: Terakhir, Rina perlu bersabar dan memahami bahwa
setiap anak berkembang dengan kecepatan yang berbeda. Tidak semua anak akan
memahami konsep matematika dengan cepat, dan Rina harus siap untuk memberikan
dukungan ekstra jika diperlukan.
Dengan mengikuti langkah-langkah di atas, Rina dapat membantu peserta
didiknya sesuai dengan tahapan perkembangan usia mereka dan membantu mereka
membangun dasar yang kuat dalam berhitung.
2. Mengapa Anda menyarankan hal tersebut? Elaborasi jawaban Anda dengan menyertakan
teori yang berkaitan.
Jawaban: Saya menyarankan langkah-langkah tersebut berdasarkan pemahaman tentang
tahapan perkembangan usia anak-anak dalam konteks pendidikan dan teori-teori
perkembangan kognitif serta pendidikan. Berikut adalah beberapa teori yang berkaitan
dengan saran-saran tersebut:
 Teori Perkembangan Kognitif Piaget: Menurut Jean Piaget, anak-anak mengalami
tahapan perkembangan kognitif yang berbeda, dan di usia 6-7 tahun, anak-anak
biasanya berada pada tahapan operasi konkret. Pada tahapan ini, mereka lebih
mampu memahami konsep-konsep konkret, tetapi masih kesulitan dengan konsep
abstrak. Oleh karena itu, pendekatan yang konkret dan penggunaan objek fisik dapat
membantu mereka memahami konsep matematika dengan lebih baik.
 Teori Belajar Konstruktivis Piaget: Teori ini mengemukakan bahwa anak-anak
membangun pemahaman mereka sendiri melalui pengalaman dan interaksi dengan
lingkungan. Dengan demikian, memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk
bermain dan berinteraksi dengan konsep matematika dalam konteks yang konkret
dapat membantu mereka membangun pemahaman yang lebih baik.
 Teori Belajar Sosial Vygotsky: Lev Vygotsky menekankan pentingnya interaksi
sosial dalam pembelajaran. Rina dapat menggunakan pendekatan kolaboratif dan
berinteraksi secara sosial dengan anak-anak untuk membantu mereka belajar
matematika. Ini dapat dilakukan melalui permainan bersama teman-teman sekelas
atau kerja kelompok.
 Teori Konstruktivis Sosial Bruner: Jerome Bruner mengusulkan pendekatan
pembelajaran yang lebih konkret, di mana anak-anak memahami konsep-konsep
melalui tiga tahap: tindakan fisik, representasi visual, dan representasi simbolik.
Dengan memberikan benda-benda fisik dan pengalaman praktis, Rina memfasilitasi
tahapan-tahapan ini.
 Teori Pembelajaran Bermain: Teori ini menekankan bahwa anak-anak belajar
melalui permainan. Menerapkan permainan matematika yang sesuai dengan usia
anak-anak dapat membuat pembelajaran menjadi pengalaman yang lebih positif dan
menyenangkan.
Dengan mempertimbangkan teori-teori ini, saran-saran yang saya berikan dapat
membantu Rina menciptakan lingkungan pembelajaran yang sesuai dengan tahapan
perkembangan usia anak-anak di kelas 1 SD dan memfasilitasi pemahaman mereka
terhadap konsep matematika dengan lebih efektif.
KASUS 3

Made adalah seorang guru yang mengajar di salah satu sekolah negeri wilayah Bali. Ia
mengampu mata pelajaran bahasa Indonesia. Ia hendak mengajarkan materi teks deskripsi pada
peserta didiknya. Pada buku cetak yang menjadi panduannya saat mengajar, terdapat beberapa
contoh teks deskripsi menceritakan tentang bangunan-bangunan pencakar langit yang ada di Ibu
Kota. Dengan memperhatikan latar belakang setiap peserta didiknya, Made pun mencoba untuk
memberikan contoh berbeda. Ia memberikan contoh teks deskripsi tentang pantai dan makanan
khas di Bali.

 Menurut Anda, apakah pertimbangan dan keputusan Made sudah sesuai? Mengapa
demikian?
 Prinsip apa yang Made gunakan dalam kasus tersebut? Elaborasi jawaban Anda dengan
menyertakan teori yang berkaitan.

Jawaban :

1. Menurut kelompok kami, langkah yang diambil made sudah sesuai. Dikarenakan seorang
guru sudah memahami latar belakang peserta didik entah dari etnis, budaya dan sosial.
Dengan menjelaskan atau harus menyangkutpautkan dengan daerah setempat bisa
membuat peserta didik mampu memahami materi yang di ajarkan dengan baik.

2. Prinsip yang Made digunakan dalam penanganan kasus diatas menggunakan prinsip
Pembelajaran dirancang dengan mempertimbangkan tahap perkembangan dan tingkat
pencapaian peserta didik saat ini, sesuai dengan kebutuhan belajar, serta mencerminkan
karakteristik, lingkungan, dan budaya peserta didik, dan perkembangan peserta didik
yang beragam sehingga pembelajaran menjadi bermakna dan menyenangkan.
 Menggunakan teori belajar kontekstual. Teori belajar ini menekankan bahwa
pembelajaran yang terjadi ketika siswa dapat mengaitkan pelajaran dengan konteks
mereka sendiri. Dengan memberi contoh tentang makanan khas Bali, Made
menciptakan konteks yang relevan untuk siswa.
 Teori pembelajaran konstruktivisme. Teori ini menekankan bahwa siswa dapat
membangun pengetahuan mereka sendiri melalui pengalaman dan interaksi dengan
lingkungan mereka. Oleh karena itu, mengaitkan pembelajaran dengan pengalaman
dan budaya local siswa dapat meningkatkan pemahaman mereka.

Anda mungkin juga menyukai