Anda di halaman 1dari 4

KELOMPOK 5

Anggota Kelompok :
1. Catharina De Ricci Ivony Manek (2364823139)
2. Delcy Jilivera Sunbanu (2364823155)
3. Devy Suhestiningsih (2364823081)
4. Dewi Sri Andayani (2364823064)
5. Dies Ilham (2364823029)
6. Siti Hediyanti (2364823039)

Tugas 1.1. Memberikan Tanggapan Terhadap Kasus di Ruang Kelas

KASUS I

Bayangkan jika Anda adalah seorang guru matematika di kelas VII. Saat ini Anda hendak menyampaikan
materi mengenai matematika ssosial yakni mencari nilai rata-ratn(mean). Untuk memudahkan peserta
didik dalam memahami pembelajaran, Anda mencoba untuk membuat urutan atau langkah-langkah yang
perlu diikuti oleh peserta didik agar dapat mencari nilai rata-rata sebuah soal. Anda meminta kepda
peserta didik untuk mengerjakan soal yang Anda berikan. Hasilnya, peserta didik mampu mengerjakan
dengan benar, sesuai dengan langkah-langkah yang telah Anda siapkan. Beberapa saat kemudia, Anda
meminta kepada peserta didik untuk mengulangi soal yang sama tanpa melihat urutan pengerjaan soal,
dan peserta didik, mampu mengerjakannya dengan benar.

 Menurut kami, yang membuat peserta didik mampu mengerjakan soal dengan baik pada
percobaan kedua (tanpa melihat urutan/langkah pengerjaan soal), adalah sebagai berikut :
Peserta didik merasa dirinya bersemangat dalam mengerjakan suatu hal termasuk soal, pada
bayangannya semua soal yang dihadapi dapat dikerjakan dengan mudah. Namun pada
kenyataannya ketika dihadapi dengan soal yang tidak bias dijawab maka peserta didik
membutuhkan bantuan untuk berdiskusi dalam pemecahan masalah sebagai penjawab pertanyaan
yang belum diketahuinya. Pada kasus peserta didik mampu mengerjakan soal pada percobaan
kedua guru menggunakan teknik scaffolding atau pemberian sejumlah bantuan kepada peserta
didik pada tahap awal pembelajaran, kemudian mengurangi bantuan dan memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk mengerjakan secara mandiri tanpa bantuan. Pada kasus diatas peserta
didik mampu mengerjakan soal dengan baik pada percobaan kedua tanpa melihat urutan yaitu
karena peserta didik telah memahami konsep dasar cara mencari nilai rata-rata (mean) dengan
baik melalui bimbingan dari guru pada awal pembelajaran yaitu dengan membuat langkah-
langkah mencari nilai rata-rata, sehingga mereka dapat menerapkan konsep tersebut dalam
mengerjakan soal matematika pada percobaan kedua secara mandiri. Peserta didik mampu
mengerjakan dikarenakan guru menerapkan langkah-langkah yang sudah jelas sehingga siswa
dapat menangkap pembelajaran dengan baik dan paham tentang pengerjaan soal yang diberikan.
Hal tersebut dapat terjadi karena peserta didik sudah terbiasa berlatih seperti ini bersama guru dan
sudah memiliki gambaran tentang cara mengerjakan soal tersebut. Hal ini sejalan dengan teori
kontruktivisme sosial Vigotsky yag berbunyi “what the child can do in coorperation to day he can
do alone tomorrow” yang artinya “apa yang dilakukan atau dipelajari peserta didik hari ini
dengan bekerja sama (kelompok) dapat dilakukannya secara mandiri pada masa yang akan
dating” Dalam hal ini, sangat memungkinkan bagi guru untuk melakukan pendekatan
pembelajaran secara kontekstual (Contextual Teaching Learning) pendekatan ini akan membantu
guru dalam menghubungkan materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata atau fakta yang
sesungguhnya terjadi yang akhirnya mendorong siswa dalam membuat hubungan pembelajaran
yang mereka miliki dan penerepannya dengan kehidupan sehari-hari (Fitriani, 2022). Pada kasus
tersebut guru memberikan arahan atau bimbingan kepada peserta didik terlebih dahulu, sehingga
peserta didik bisa mendapatkan atau merekam informasi maupun pengetahuan awal dengan
nyaman karena mereka akan merasa ada dukungan dari guru (melalui arahan diawal). Nah ketika
mereka merasa nyaman maka mereka akan senang untuk belajar dan ketika peserta didik merasa
nyaman dan senang maka mereka akan mudah untuk menerima dan memahami pembelajaran
yang disampaikan oleh guru secara utuh. Sehingga ketika guru langsung memberikan contoh soal
lagi maka peserta didik akan dengan cepat dan tepat mengerjakannya, karena semua Langkah-
langkah dan penjelasan dari guru tadi sudah terekam dengan baik dalam pikiran mereka (terekam
dengan baik karena mereka dalam keadaan bahagia), jadi tinggal mereka mengingat kembali saja.
 Sebagai seorang calon guru, menurut kami dalam kegiatan belajar yang dapat menerapkan
metode di atas, adalah sebagai berikut :
Metode ini dapat diterapkan dalam pembelajaran karena dengan metode ini dapat meningkatkan
motivasi peserta didik untuk belajar, kemudian dapat menciptakan ruang kelas yang nyaman dan
bahagia bagi peserta didik. Dalam kasus ini kita bisa melihat bahwa guru melakukan upaya
dengan memberikan instruksi atau petunjuk kepada peserta didik diawal pembelajaran sehingga
peserta didik akan mulai merekam informasi tersebut, kemudian perlahan guru tersebut
mengurangi bantuan (dalam bentuk instruksi atau petunjuk) dan memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk melakukan sendiri dan ternyata peserta didik mampu untuk melakukan secara
mandiri. Disini kita melihat bahwa peserta didik sangat berperan aktif dalam proses
pembelajarannya karena diberikan ruang sehingga mereka merasa termotivasi untuk belajar dan
juga untuk berdiskusi dengan teman mereka dengan nyaman dan bebas karena lingkungan belajar
yang diciptakan oleh guru disini sangat suportif dan diterima oleh peserta didik.
Setelah melihat kondisi tersebut menurut kami sebagai calon guru metode ini dapat digunakan,
kita hanya perlu menambahkan atau memadukan dengan metode pembelajaran lain yang cocok
dan sesuai dengan keadaan kelas ini. Sehingga menurut kami salah satu metode pembelajaran lain
yang cocok untuk digunakan adalah metode pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif
adalah pembelajaran yang menekankan keterlibatan semua peserta didik melalui diskusi. Metode
ini dapat membantu meningkatkan keterampilan sosial dan Kerjasama siswa, serta mengurangi
persaingan yang tidak sehat diantara mereka. Melihat kondisi ini maka ini akan sesuai dengan
teori belajar konstruktivisme. Teori konstruktivisme adalah salah satu teori belajar yang
menekankan pada peran aktif siswa dalam membangun pengetahuannya sendiri melalui
pengalaman dan refleksi. Dalam konteks pembelajaran, guru dapat menerapkan metode-metode
seperti diskusi kelompok atau proyek kolaboratif untuk membantu siswa membangun
pemahaman mereka sendiri tentang materi pelajaran.
KASUS II

Rina adalah seorang guru di kelas 1 SD. Sebagian besar peserta didiknya hanya bisa berhitung dengan
lancara. Rina sednag memikirkan cara yang sesuai untuk membantu setiap peserta didik menyelesaikan
tantangan belajarnya.

 Menurut kami, yang dapat Rina lakukan untuk membantu peserta didiknya sesuai dengan tahapan
perkebangan usia, adalah sebagai berikut :
Terkait dengan pendapat Piaget, bahwa anak pada usia 7 tahun akan memasuki tahap operasional
konkret, dimana anak sudah mampu berpikir rasional, seperti penalaran untuk menyelesaikan
suatu masalah yang konkret (aktual). Namun, bagaimanapun juga dalam kemampuan berpikir
mereka masih terbatas pada situasi nyata.
Pada tahap operasional konkret ini, anak memiliki kemajuan kognitif atau pemahaman yang lebih
baik dibandingkan dengan anak pada tahap pra-operasional dalam hal hubungan spasial,
kategorisasi, penalaran, dan konversi. Dimana pada tahap Kategorisasi merupakan Suatu
kemampuan untuk mengategorisasikan sesuatu sehingga dapat membantu dalam meningkatkan
kemampuan logika anak. Kategorisasi disini meliputi beberapa keahlian yang rumit, seperti
rangkaian urutan, pengambilan kesimpulan secara lengkap, dan inklusi kelas (keahlian untuk
melihat hubungan antara suatu keseluruhan dengan bagiannya).
Rani bisa menciptakan pembelajaran dengan menerapkan logika pada objek fisik agar bisa
menstimulus kemmapuan anak dalam berpikir. Salah satu cara yang bisa dilakukan dengan
menyediakan benda-benda di sekitar siswa, seperti buku, pensil, spidol, yang setiap harinya
digunakan dalam belajar. Rani bisa menggunakn benda-benda tersebut sebagai media untuk siswa
berhitung. Dengan mengaitkan Pelajaran berhitung dengan kehidupan sehari-hari tentu akan
menjadi salah satu cara belajar berhitung cepat dan mudah karena anak-anak dapat
mempraktikannya secara langsung. Selain itu, Rani juga bisa menyediakan permainan yang
berkaintan dengan hitung-menghitung seperti congklak, dimana dalam permainan tersebut secara
tidak langsung anak telah diajarkan berhitung.
 Menurut Kami, Kegiatan pembelajaran yang kami sarankan diatas erat kaintannya dengan teori
belajar Konstruktivisme. Dengan menyediakan benda-benda di sekitar serta beberapa permainan
yang berhubungan dengan hitung-menghitung secara tidak langsung siswa dihadapkan dnegan
situasi nyata yang ada di lingkungan sekitarnya. Sehingga tercipta pengalaman baru yang bisa
digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadadpinya. Hal ini tentu selaras dengan prinsip
utama Teori Belajar Konstruktivisme, dimana guru menempatkan peserta didik sebagai individu
yang membangun pemahaman dan memahai informasi secara aktif sepanjang proses
pembelajaran.
Berdasarkan kasus diatas, Rina sebagai guru SD kelas 1 harus memahami peserta didik sesuai
tahap perkembangannya, dimana dalam kasus ini peserta didik berada pada tahap perkembangan
praoperasional (2-7th). Berdasarkan pemahan tersebut, maka yang dapat dilakukan Rina adalah
membuat atau menyediakan media ajar dengan menggunakan tanda-tanda, symbol, dan benda
sebagai alat praktik atau media berhitung yang menarik bagi siswa sehingga mempermudah
peserta didik dalam memahami konsep berhitung. Konsep-konsep matematika dasar, baik itu
menghafal angka (tanggal, nomor telepon, atau nomor rumah), menghitung, menegelompokkan
angka serta memahami system penomoran. Istilah ini disebut diskalkulia (ketidakmampuan
belajar kekacauan dalam berhitung).
KASUS III

Made adalah seorang guru yang mengajar di salah satu sekolah negeri wilayah Bali. Ia mengampu mata
pelajaran bahasa Indonesia. Ia hendak mengajarkan materi teks deskripsi pada peserta didiknya. Pada
buku cetak yang menjadi panduannya saat mengajar, terdapat beberapa contoh teks deskripsi
menceritakan tentang bangunan-bangunan pencakar langit yang ada di Ibu Kota. Dengan memperhatikan
latar belakang setiap peserta didiknya, Made pun mencoba untuk memberikan contoh berbeda. Ia
memberikan contoh teks deskripsi tentang pantai dan makanan khas di Bali.

 Menurut Kami, pertimbangan dan keputusan Made sudah tepat, karena Made memberikan contoh
teks deskripsi mengenai sesuatu yang sangat dekat dengan kehidupan peserta didiknya. Made
memberikan contoh teks deskripsi tentang pantai dan makanan khas di Bali karena identitas Bali
tidak lepas dari pantai dan juga makanan khasnya. Hal tersebut dapat memudahkan peserta didik
lebih memahami materi yang diajarkan Made. Berbeda halnya apabila Made tidak memberikan
contoh yang berbeda kepada peserta didiknya, mereka akan kesulitan memahami materi teks
deskripsi karena contoh yang disajikan tentang bangunan-bangunan pencakar langit yang ada di
Ibu Kota. Hal tersebut dikarenakan peserta didik tidak terbiasa atau jarang mengamati contoh
yang disajikan.
 Dalam hal ini, Made menggunakan Prinsip Keterkaitan dalam pendidikan, yang menekankan
betapa pentingnya membuat pembelajaran relevan dengan kehidupan nyata dan pengalaman
peserta didik. Dengan memilih topik yang dekat dengan peserta didik dan lingkungan mereka,
Made menciptakan situasi pembelajaran yang lebih bermakna dan memungkinkan peserta didik
untuk mengaitkan pembelajaran dengan pengalaman pribadi mereka sendiri.
Selain itu, Made menggunakan Prinsip Keterlibatan (Engagement Principle) dengan memilih
topik yang menarik minat peserta didik, seperti pantai dan makanan khas Bali. Ini memiliki
potensi untuk meningkatkan keinginan peserta didik untuk belajar lebih banyak dan
berpartisipasi lebih aktif dalam proses pembelajaran. Dengan mempertimbangkan prinsip-
prinsip ini, Made telah membuat keputusan yang tepat tentang bagaimana membuat
pembelajarannya menarik dan relevan bagi siswanya.

Anda mungkin juga menyukai