Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

PENDIDIKAN ERA RASULULLAH DI MAKKAH DAN MADINAH

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Sosial Pendidikan Islam

Dosen Pengampu :

Prof. Dr. H. Abd. Haris, M.Ag

Disusun Oleh:

Zarkasyi Fattah Yasin (220101220025)

MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM


MALANG

2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menilik perjalanan sejarah pendidikan islam merupakan bentuk


evaluasi dalam merekontruksi pendidikan saat ini. Dengan perjalanan yang
penuh dengan gelombang dan arus permasalahan, dunia pendidikan
khususnya pendidikan islam memiliki pengalaman yang dapat dijadikan
sebagai bentuk motivasi untuk keberlangsungan pendidikan kedepannya.

Sejarah Peradaban Islam telah menjelaskan bahwa pada mulanya


pendidikan hadir melalui Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam
yang menjadi pelopor utama khususnya dalam pendidikan islam.
Pendidikan islam yang merupakan upaya dalam menyiapkan manusia
untuk mengenal, memahami dan memercayai ajaran agama islam telah
mengajarkan bahwa dalam keberhasilan pendidikan islam terdapat sistem
pendidikan yang dibutuhkan untuk keberlangsungan perkembangan
pendidikan islam kedepannya. 1

Pendidikan yang dikenalkan oleh Nabi Muhammad merupakan


suatu sub sistem yang mengacu pada nilai-nilai keislaman. Pada masa
Nabi Muhammad sejarah pendidikan terbagi menjadi dua periode, yaitu
periode Mekkah dan periode Madinah. Dalam setiap periode pendidikan
yang dilakukan oleh Nabi disesuaikan dengan kondisi masyarakat
disekitarnya. 2

Pendidikan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad pada periode


Mekkah lebih dititik beratkan pada pembinaan moral dan akhlak serta
pengenalan tentang ketauhidan. Sedangkan pada periode Madinah Nabi
Muhammad menitik beratkan pendidikan dalam bidang sosial. Adanya

1
Setyarama, H. (2022). Alquran dan Kenabian Muhammad: Philip K. Hitti (1866-1978). January,
27-34. https://www.researchgate.net/Publication/357569453
2
Chaeruddin, B. (2013b). Pendidikan Islam Masa Rasulullah SAW. Jurnal Diskursus Islam, 1 (3),
421-436.
perbedaan antara keduanya dikarenakan melihat kondisi sosial masyarakat
yang ada.

Gambaran dan pola pendidikan islam yang diajarkan oleh Nabi


Muhammad pada periode Mekkah dan Madinah merupakan sejarah masa
lalu yang perlu disingkap kembali sebagai bahan perbandingan, sumber
gagasan, gambaran strategi dalam mensukseskan pelaksanaan proses
pendidikan. Hal tersebut juga tidak terlepas dari konsep dan nilai-nilai
pendidikan yang didalamnya terdapat sistem, metode, materi, kurikulum,
evaluasi, lembaga, dasar dan tujuan dari pendidikan yang saling
berhubungan sehingga terlaksana dengan sukses baik secara teoritis
maupun praktis.3

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep pendidikan era Rasulullah di makkah ?

2. Bagiamana konsep pendidikan era Rasulullah di madinah ?

3. Apa kelebihan dan kekurangan pendidikan di era Rasulullah ?

4. Bagaimana perkembangan pendidikan di madinah ?

5. Bagaimana transpormasi pola pendidikan Rasulullah SAW dalam


pendidikan islam masa kini ?

6. Apa hikmah pendidikan era Rasulullah terhadap pendidikan modern ?

3
Rasyidah, A. (2020). Pendidikan Pada Masa Rasulullah SAW. Jurnal Al-Hikmah, 2 (1)
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pendidikan Era Rasulullah di Mekkah

1. Kondisi Sosial Masyarakat Mekkah

Masyarakatn Arab umumnya dikenal sebagai bangsa nomaden


dengan budaya fanatisme kesukuan yang tinggi. Peperangan antar suku
sering kali terjadi akibat berbagai kelompok kepentingan yang berebut
untuk menguasai sumber daya suku. Ciri-ciri orangnya kasar, keras
dan temperamental. Lingkungan di mana suatu negara berada dapat
memiliki dampak yang signifikan terhadap perekonomiannya dan
membuat persaingan yang sangat ketat antar suku.4

Masyarakat Arab menempatkan nilai tinggi pada hierarki sosial.


Perbudakan merupakan praktik yang lumrah dalam kehidupan sosial
pada masa itu. Seorang budak tidak akan dapat menikmati hak yang
sama sebagai manusia. Cara hidup orang Arab menyesatkan dan tidak
sejalan dengan nilai-nilai moral contohnya seperti perjudian, minuman
keras, perzinahan, perkelahian, dan pembunuhan anak perempuan yang
dianggap sebagai aib keluarga.

Agama yang dianut mayoritas masyarakat Mekah pada waktu itu


adalah Paganisme, meskipun sebagian dari mereka masuk agama
Yahudi dan Kristen. Paganisme biasanya melibatkan bergaul dengan
atau menyembah benda atau makhluk sebagai perantara atau
representasi Tuhan, berhala-berhala dapat ditemukan ditempat
keramat. Adapun fungsi ka’bah adalah sebagai tempat suci umat islam
dan sering diziarahi oleh para peziarah. 5

4
Nurdiyati, W., Mufidah, E., Addaai, N., Ishom, A., & Mahfud, C. (2019). Sejarah Sosial
Pendidikan Islam Pada Era Kenabian. Hikmah: Jurnal Pendidikan Islam, 8 (1), 3.
5
Ibid
Masyarakat di Mekah terkenal dengan kemampuan sya’irnya di
bidang bahasa dan sastra. Karya sya’ir sangat dihargai oleh orang-
orang sezamannya, sehingga mereka yang unggul dalam seni sering
diberi posisi bergengsi. Bangsa ini terkenal dengan kemampuannya
mengingat sesuatu dengan mudah. Pengaruh Nabi Muhammad dapat
dilihat di semua aspek masyarakat Mekah pada masanya. Telah terjadi
perubahan cara pandang masyarakat tentang ketuhanan yang
mempengaruhi semua aspek kehidupan sosial, kehidupan budaya, dan
masalah hukum. Dalam waktu yang relatif singkat, Muhammad SAW
telah mampu membawa bangsa Arab dari masyarakat primitif menjadi
masyarakat yang beradab dan saleh di bawah naungan Islam. 6 Kondisi
pranata sosial bangsa Arab sebelum dan awal kelahiran Islam secara
umum dikenal sebagai ‘zaman jahiliah’ atau zaman kebodohan.
Dinamakan demikian disebabkan kondisi sosial, politik, moralitas dan
keagamaan di sana berada dalam kondisi kesesatan yang nyata. Pada
saat itu, tingkat keberagamaan mereka tidak jauh dengan masyarakat
primitive. 7

Kemajuan kebudayaan mereka dalam bidang syair tidak diwarnai


dengan semangat kebangsaan Arab, melainkan diwarnai dengan
semangat kesukuan Arab. Pujangga-pujangga sya’ir zaman jahiliah
membanggakan suku, kemenangan dalam suatu pertempuran,
membesarkan nama tokoh-tokoh dan pahlawan serta leluhur mereka.
Selanjutnya kesesatan dalam bidang ilmu pengetahuan antara lain
terlihat pada sikap mereka yang memandang bahwa ilmu pengetahuan
merupakan hak istimewa dan prerogatif kaum elit. Ilmu pengetahuan
tidak boleh dibocorkan kepada rakyat jelata. Yang boleh pintar
hanyalah orang-orang terhormat, sedangkan rakyat jelata dibiarkan
bodoh. Dengan kebodohan tersebut mereka dapat dibodohi dan
ditindas. Sehubungan dengan kenyataan ini, maka di dalam al-Qur’an

6
Ibid
7
Satir, M. (2019). Kehidupan Sosial Masyarakat Arab Masa Awal Kehadiran
maupun hadis banyak dijumpai ayat-ayat maupun hadis-hadis yang
menganjurkan menuntut ilmu dan keutamaan orang-orang yang
berilmu. Kemudian terdapat pula ayat dan hadits yang menekankan
bahwa pendidikan adalah untuk semua (education for all), dan
berlangsung seumur hidup (long life education).8

2. Ajaran Rasulullah di Mekkah

Latar belakang masyarakat Arab yang kurang akan pemahaman


mengenai keimanan dan ketauhidan mempengaruhi pendidikan di
Makkah. Oleh karena itu, Rasulullah melahirkan sebuah visi
pendidikan di Makkah yaitu “unggul dalam bidang akidah dan akhlak
sesuai dengan nilai-nilai Islam”.9 Menurut Zuhairini dkk, konten atau
materi yang diajarkan Rasullah di Mekkah yaitu:

a. Pendidikan Tauhid

Materi pendidikan tauhid ini dititikberatkan pada


penghapusan ajaran agama tauhid yang dibawa oleh Nabi Ibrahim
yang telah disalah gunakan oleh masyarakat jahiliah. Ajaran tauhid
yang diajarkan dan dibawa oleh Nabi Muhammad terkandung
dalam Q.S. al-Fatihah ayat 1-7 dan Q.S. al-Ikhlas ayat 1-4.
Rasulullah mengajarkan tauhid pada masyarakat Arab di Makkah
dengan cara yang bijaksana, dan mengajarkan umatnya untuk
membaca, melihat, mengamati, serta memahami atas kebesaran
dan kekuasaan yang dimiliki oleh Allah Swt.

Tidak hanya itu, beliau juga memberikan contoh dalam


menerapkan ajaran tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Seperti
halnya mengerjakan pekerjaan dimulai dengan bacaan basmallah,
kemudian mengerjakan suatu pekerjaan niatnya karena Allah Swt.,
mengerjakan pekerjaan dengan keinginan agar mendapatkan

8
Ibid
9
Ibid
pertolongan serta petunjuk dari Allah Swt., tidak melakukan hal-
hal yang telah dilarang Allah Swt.

Adapun pokok-pokok ajaran tauhid yang terkandung dalam


Q.S. al-Fatihah diantaranya yaitu:

1) Bahwa Allah lah sang pencipta alam semesta yang


sesungguhnya, dan Dialah satu-satunya penguasa alam dengan
sedemikian rupa

2) Bahwa Allah Swt adalah pemberi nikmat segala kebutuhan


makhluk-Nya, khususnya kepada manusia

3) Bahwa Allah Swt. adalah “raja” hari akhir, maksudnya adalah


segala amal dan perbuatan manusia ketika di dunia akan
diperhitungkan di yaumul hisab

4) Bahwa Allah Swt. adalah satu-satunya yang harus disembah

5) Bahwa Allah Swt. hanya satu-satunya penolong

6) Bahwa hanya Allah lah yang membimbing dan memberi


petunjuk kepada hamba-Nya.

b. Pengajaran Al-Qur’an

Selain mengajarkan tauhid kepada masyarakat Arab di


Makkah, Rasulullah juga mengajarkan mengenai al-Qur’an. Materi
yang diberikan yaitu baca tulis al-Qur’an, menghafal ayat-ayat al-
Qur’an, dan pemahaman terhadap al-Qur’an (tafsir al-Qur’an).10

c. Lembaga dan Metode Pendidikan di Mekkah

Periode Mekkah juga disebut sebagai periode sebelum Nabi


hijrah. Sistem kelembagaan dan metode Pendidikan yang dibangun
Nabi pada periode Mekkah menurut Nourouzzaman Shiddiqi
berawal dari dakwa secara sembunyi-sembunyi. Melalui dakwah

10
Zuhairini. (1986). Sejarah Pendidikan Islam. Ditjen Binbaga Islam Depag RI.
tersebut Nabi mulai menghimpun anggota dan umatnya untuk
menjadi pengikutnya.

Sejarah mencatat setelah Nabi menghimpun para


pengikutnya, Nabi menyediakan tempat untuk pertemuan Nabi
dengan pengikutnya. Tempat pertama yang dimanfaatkan sebagai
wadah pelaksanaan pendidikan adalah rumah seorang pengikut
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang bernama Al-
Arqam ibn Abi al-Arqam. Rumah tersebut menurut catatan ada di
dekat kaki bukit Safa. 11 Kemudian dalam beberapa literatur, rumah
sahabat Arqam tersebut disebut sebagai cikal-bakal lembaga
pendidikan Islam.

Rumah al-Arqam atau bisa disebut sebagai Darul Arqam


merupakan lembaga pendidikan islam yang secara “formal”
dibentuk secara diam-diam oleh Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam. Beliau mengumpulkan pengikut setianya dari
para sahabat dan mempercayainya untuk belajar Islam. Pada tahap
pertama ini secara perlahan beliau mulai mengajarkan ayat-ayat al-
qur’an yang telah diterimanya. Disisi lain beliau juga mulai
menanamkan ideologi yang sesuai dengan ajaran islam. Selain
rumah Arqam Nabi juga menggunakan rumah sahabat yang lainnya
secara bergantian.

Proses dan metode yang diajarkan Nabi pada periode


Mekkah ini lebih dititik beratkan pada pemahaman dan hafalan al-
Qur’an. Nabi mengajarkan dengan metode yang sederhana yakni
dengan berhadap-hadapan (face to face) antara pendidik dan
peserta didiknya. Metode ini lebih efektif dan cepat dipahami

11
Asari, H. (2018). Sejarah Pendidikan Islam Membangun Relevansi Masa Lalu dengan Masa
Kini dan Masa Depan (cet. 1). Perdana Publishing. Chaeruddin. (2013a). Pendidikan Islam Masa
Rasulullah SAW. Jurnal Diskursus Islam, 1 (3), 421-436
sehingga pelajaran yang diajarkan Nabi bisa langsung sampai ke
sanubari. 12

Metode lainnya yang digunakan Nabi pada materi selain al-


Quran adalah bentuk ketauladanan. Dalam materi aqidah Nabi
mengajak pengikutnya untuk memperhatikan dan memikirkan
kekuasaan dan kebesaran Allah kemudian Nabi mengajarkan
bagaimana cara merealisasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Selanjutnya dalam pembelajaran akhlaq Nabi menitik beratkan
terhadap ketauladan baik dari segi ucapan maupun perbuatan. 13

B. Pendidikan Era Rasulullah di Madinah

1. Kondisi Sosial Masyarakat Madinah

Ada perbedaan yang sangat signifikan antara masyarakat Mekah


dan Madinah, jika dikampung halaman Nabi yaitu di Mekah dakwah
ataupun seruannya ditolak oleh kaumnya, maka di Madinah Nabi
diterima dengan hangat dan disambut oleh seluruh masyarakat
Madinah.14 Kota Madinah merupakan tempat dimana Nabi Muhamad
Saw mulai membangun peradaban Islam untuk pertama kalinya. Pada
era ini Nabi Muhammad Saw menggunakan legitimasi kenabiannya
untuk membawa masyarakat Madinah kejalan tauhid.

Madinah saat sebelum kehadiran Nabi Muhammad SAW ialah


suatu kota yang bernama Yastrib yang terdiri dari 2 kelompok besar,
ialah kelompok Yahudi serta kelompok Arab. Kelompok Yahudi
terdiri dari 3 suku utama, ialah Bani Qainuqa, Bani Quraizah, Bani
Nadir. Sementara itu, kelompok warga Arab terdiri dari 2 suku ialah,
suku Aus serta suku Khazraj. Kehidupan 2 kelompok ini tidak begitu

12
Hafiddin, H. (2015). Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah. Tarbiya: Jurnal Ilmu Pendidikan
Islam, 1 (1), 17-30.
13
Annisa Rasyidah. (2020). Pendidikan Pada Masa Rasulullah Saw Di Makkah dan Di Madinah.
Al-Hikmah: Jurnal Pendidikan dan Pendidikan Agama Islam Jurnal, 2(1), 32-44.
14
Ali, K., & Masadi, G. A. (1997). Sejarah Islam dari Awal hingga Runtuhnya Dinasty Usmani
(Tarikh Pramodern).
harmonis, mereka kerap bertikai. Umumnya, permasalahan itu timbul
sebab perebutan daerah kekuasaan.15 Belum lagi sahabat Anshor dan
Muhajirin yang masing-masing memiliki daerah asal yang berbeda dan
adat istiadat kebiasaan yang berbeda pula, tentu ini semuanya
berpeluang untuk saling menjatuhkan jika tidak segera dibina dan
mengembangkan rasa persatuan dan kesatuan atau ukhuwah Islamiyah
pada masyarakat Islam yang baru terbentuk tersebut.16

W. Montgomery Watt dalam bukunya “Muhammad Propet and


State Man” menjelaskan kondisi sosial politik Madinah sebelum
peristiwa hijrah. Watt menulis bahwa keadaan di Madinah berbeda
dengan keadaan di Makkah. Di Makkah dan daerah sekitarnya tidak
ada lahan pertanian, konsekuensinya eksistensi kota tersebut
tergantung pada perdagangan, sebaliknya Madinah adalah sebuah oasis
pertanian. Sebagaimana Makkah, Madinah merupakan perkampungan
yang disibukkan oleh konflik horisontal antar suku. Selanjutnya
berbeda dengan Makkah, Madinah senantiasa mengalami perubahan
sosial yang meninggalkan bentuk kemasyarakatan absolut model
Badui. 17

Kebijakan pertama kali yang dilakukan oleh Nabi setelah hijrah ke


kota Madinah adalah membangun sebuah masjid yang kelak akan
dijadikan sebagai pusat peradaban dan kebudayaan. Kebijakan kedua
yang dilakukan Nabi adalah menyelesaikan konflik antar suku dengan
mengumpulkan semua potensi yang berserakan dan saling

15
Amiruddin, M. F. (2018). Dakwah Nabi Muhammad Di Madinah (Analisis Keberhasilan
Dakwah Nabi Dalam Tinjauan Sosiologi). El-Ghiroh: Jurnal Studi Keislaman. 15 (2), 1-16.
16
Ramayulis, H. (2011). Sejarah Pendidikan Islam: napak tilas perubahan konsep, filsafat, dan
metodologi pendidikan Islam era nabi SAW sampai ulama Nusantara. Kalam Mulia.
17
Lapidus, I. M., & Masadi, G. A. (2000). Sejarah Sosial Ummat Islam: Bagian kesatudan
dua/Ira. M. Lapidus.
bermusuhan. 18 Strategi yang digunakan Nabi adalah mendirikan negara
Madinah.19

2. Ajaran Rasulullah di Madinah

Jika materi yang diajarkan Rasulullah saat di Makkah lebih


menitikberatkan pada tauhid dan al-Qur’an maka berbeda dengan di
Madinah. Materi yang diajarkan beliau lebih menitikberatkan pada
sosial-politik. Adapun visi pendidikan di Madinah yaitu “unggul dalam
bidang keagamaan, moral, sosial ekonomi, daan kemasyarakatan, serta
penerapannya dalam kehidupan”. Pada dasarnya, materi yang diajarkan
di Madinah kelanjutan dari Makkah, di Madinah juga diajarkan
mengenai tauhid dan pengajaran al-Qur’an hanya saja cakupannya
lebih meluas.

Adapun materi pendidikan sosial-politik di Madinah yang


diajarkan Rasulullah, diantaranya yaitu:

a. Pendidikan ukhuwah sesama umat dan meningkatkan ukhuwah.


Dalam mengimplementasikan pendidikan ini, Rasulullah
menitikberatkan terhadap struktur kekeluargaan yang ada pada
masa itu. Beliau berusaha untuk mengikatnya menjadi satu
kesatuan yang kuat.

b. Pendidikan kesejahteraan sosial. Rasulullah memberikan motivasi


agar selalu semangat dalam mencari nafkah yang halal. Seperti
halnya kaum Muhajirin dan kaum Anshar untuk bekerjasama dan
saling bahu membahu agar terwujudnya masyarakat yang sejahtera.

c. Pendidikan kesejahteraan keluarga kaum kerabat. Rasullah


memberikan dan menjadi teladan dalam menerapkan sistem
kekerabatan yang berdasarkan taqwa kepada Allah swt.

18
Kodir, A. (2015). Sejarah Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia.
19
Ifendi, M. (2021). Pendidikan Islam Rasulullah Saw Periode Madinah: Strategi, Materi dan
Lembaga Pendidikan. Al-Rabwah, 15 (01), 9-15.
d. Pendidikan pertahanan dan keamanan.20

3. Lembaga dan Metode Pendidikan di Madinah

Periode Madinah merupakan periode pasca Nabi hijrah. Periode


Madinah juga merupakan kelanjutan Pendidikan yang telah diterima
pada periode Mekkah yang lebih menyempurnakan proses Pendidikan
sebelumnya.21

Kisah Nabi saat peristiwa hijrah ke Madinah merupakan awal akan


munculnya pusat pendidikan selanjutnya. Mengingat bahwa hal
pertama yang dilakukan Nabi saat hijrah adalah membangun masjid
maka tidak heran jikalau masjid tersebut disebut sebagai lembaga
pendidikan islam yang bercorak lebih besar yang sebelumnya. Masjid
pertama yang dibangun Nabi adalah Masjid Nabawi. Masjid ini
kemudian menjalankan berbagai fungsi karena keterbatasan sarana
prasarana yang dimiliki umat Islam kala itu. Rasulullah menggunakan
masjidnya sebagai tempat mengajari para pengikutnya tentang
berbagai aspek ajaran Islam yang terus berkembang sejalan dengan
turunnya wahyu Al-Quran. Tidak hanya Nabi, akan tetapi para
pengikutnya juga saling belajar dan mendiskusikan berbagai hal di
Masjid Nabawi. Dengan demikian tradisi menggunakan masjid sebagai
tempat pendidikan diawali di Masjid Nabawi sendiri.22

Sebagai tempat pertama yang dijadikan sebagai sekolah dalam


peradaban islam. Masjid tidak hanya dijadikan tempat ibadah saja
melainkan juga merupakan sekolah, yang mana umat muslim dapat
belajar baca-tulis al-Qur`an, ilmu-ilmu syariat, bahasa dan berbagai
cabang ilmu lainnya. 23

20
Setiawan, A. I., & Pratama, M. A. –Q. (2018). Karakteristik Pendidikan Islam Periode Nabi
Muhammad Di Makkah dan Madinah. NALAR: Jurnal Peradaban dan Pemikiran Islam, 2 (2),
130. https://doi.org/10.23971/njppi.v2i2.958
21
Ibid
22
Ibid
23
Ibid
Selain terjadi kemajuan dalam kelembagaan Pendidikan. Juga
terdapat perkembangan dalam metode Pendidikan pasca Nabi hijrah.
Pada periode ini dalam mengajarkan al-Qur’an Nabi menganjurkan
kepada umatnya untuk menghafal dan menulis ayat-ayat al-Qur’an
yang telah dipelajari. Nabi juga sering mengadakan evaluasi berupa
ulangan-ulangan dalam pembacaan al-Qur’an yaitu dalam sholat,
pidato dan dalam pelajaran lainnya. 24

Selain hal tersebut dalam kelembagaan Pendidikan juga terdapat


kuttab yang menjadi pusat terjadinya pendidikan. Pada masa Nabi
kuttab merupakan sebuah tempat di samping sebuah Masjid, yang
mana tempat ini juga dijadikan sebagai lembaga pendidikan.
Pembelajaran yang dilaksanakan di kuttab yaitu pembelajaran al-
Qur’an mencakup baca tulis al-Qur’an.25

Pada dasarnya metode yang digunakan pada periode Madinah tidak


jauh berbeda dengan periode Mekkah dan terdapat beberapa
penyempurnaan seperti metode ceramah, diskusi, musyawarah, tanya
jawab, bimbingan, teladan, demonstrasi, bercerita, hafalan, penugasan
dan bermain peran. Selain metode tersebut Nabi juga menggunakan
beberapa pendekatan fitrah yakni memberikan ajaran sesuai dengan
kemampuan intelektual dan kecerdasan peserta didik, latar belakang
profesi, serta situasi dan kondisi yang menyertainya.26

C. Kelebihan dan Kekurangan Pendidikan Era Rasulullah

Sejarah perkembangan Pendidikan di era Rosullah SAW sangat


penting untuk kita teladani hari ini, karena banyak manfaat dan ibrah yang
bisa kita ambil. Berbicara Pendidikan di masa terdahulu, masa sekarang
dan masa yang akan datang masih sangat relevan untuk kita pelajari.

24
Ibid
25
Ibid
26
Ibid
Setiap waktu perubahan demi perubahan itu pasti terjadi seiring
berkembangnya zaman.

Proses Pendidikan sebenarnya telah berlangsung secara lama,


begitupun juga di zaman Rosullah yang mana banyak hambatan yang
dilaluinya, karena pada saat itu tidak banyak orang yang mempercayai
adanya Pendidikan islam. Pendidikan pada periode Makkah lebih
mengedepankan akhlak dan moral dalam pengajarannya, sedangkan pada
periode Madinah lebih menggunakan metode pendekatan sosial. Kedua
periode ini merupakan gambaran masa lalu yang masih sangat relevan kita
ajarkan di masa hari ini dan masa yang akan datang.

Pada zaman Rosulullah tidak menggunakan metode pembelajaran


didalam kelas, karena pada saat itu masih belum adanya sekolah ataupun
Lembaga formal. Melakukan pembelajaran melalui masjid, perkampungan
dan dimanapun tempat. Metode yang diajarkan Rosullullah hari ini
dijadikan perbandingan dan kajian untuk diterapkan di pendidikan hari ini.
Pola Pendidikan yang ada pada masa Rasulullah tidak terlepas dari
metode, evaluasi, materi, kurikulum, pendidikan, peserta didik, lembaga,
dasar, tujuan dan sebagainya yang berhubungan dengan pelaksanaan
pendidikan Islam baik secara teoritis maupun praktis. 27

Masyarakat Arab menerapkan Pendidikan akhlak melalui hidup


bebas, di mana pada saat itu masih banyak perbudakan yang terjadi, zina,
perjudian, dll. Karena semua menuruti hawa nafsunya dan syahwatnya.
Karena tidak ada ketentuan yang mengaturnya. Beda dengan pendidikan
hari ini yang dalam dunia pendidikan dilindungi oleh undang-undang.
Walaupun hari ini masih banyak terjadi perjudian, orang mabuk dan
bahkan melakukan perzinaan. Semua itu sudah dilindungi oleh undang-
undang yang mengaturnya, sehingga akhlak dan moral para peserta didik
masih bisa diselamatkan, tidak seperti dulu lagi yang semua dilakukan
secara bebas. Sedangkan pada bidang ekonomi bertumpu pada aspek

27
Ibid
perdagangan yang hingga hari masih ada dan akan terus ada dan
berkembang lebih luas dan merata. Kondisi masyarakat Arab saat itu
masih menggunakan sistem kasta yang apa-apa dilakukan masih dalam
rumpun keturunanya. Pendidikan hari ini juga masih ada yang
menggunakan metode itu dibeberapa lemabaga, sehingga dalam proses
pendidikan belum bisa maksimal dan berkembang secara merata.

Dalam dunia Budaya orang Arab dikatakan sebagai masyarakat


Jahiliah yang mana di sini tidak diartikan sebagai ketertinggalan dalam
dunia tekhnologi, melainkan masyarakat yang penuh akan pendusta,
pendurhakaan, dll. Dalam hal ini menjadikan Rosulullah Hijrah dan
mengajarkan kebenaran dalam masyarakat Arab saat itu.

Dalam bidang ekonomi masyarakat Arab menggunakan sistem


perdagangan, yang mana didalamnya menggunakan sistem liberal dan
politik. Hari ini, itu masih digunakan dan dijadikan pacuan dalam
memenuhui kebutuhan hidup. Seiring berkembangnya zaman tidak
berubah keranah yang lebih baik, justru berubah menjadi lebih parah
dengan menggunakan politik secara kotor dan hamper dilakukan oleh
semua kalangan masyarakat pada umumnya. Pendidikan Islam di Mekah
sangat mengalami degradasi dalam segi keimanan dan ketauhidan, karena
di masa itu keimanan dan ketauhidan melemah, beda dengan hari ini yang
sudah mengalami peningkatan. Maka dapat dirumuskan menjadi 3 misi, di
antaranya sebagai berikut:

1. Memperkukuh status dan kepribadian Muhammad sebagai Nabi dan


Rasulullah yang memiliki akidah dan keyakinan yang kukuh terhadap
pertolongan Allah SWT, berbudi pekerti mulia, dan memiliki
komitmen yang tinggi untuk menegakkan kebenaran di muka bumi.

2. Memberikan bimbingan kepada Rasulullah dalam melaksanakan


tugasnya sebagai pendidik dan pengemban misi kebenaran.
3. Memberikan peringatan dan bimbingan akhlak mulia kepada keluarga
dan kerabat dekat Rasulullah.28 Dengan tujuan membentuk karakter
masyarakat Arab pada saat itu, agar lebih beriman dan bertakwa
kepada Allah SWT.

Rosulullah SAW tidak mengajarkan umatnya dengan kesalihannya,


melainkan mengajarkannya melalui teladan sebagai seorang Rosul yang
tawadu, mengajak umatnya untuk beribadah, mengajak umatnya untuk
terus menyembah kepada Allah SWT. Dan itu dilakukan Rosul dalam
bidang sosial, ekonomi dan budaya yang selalu mengedepankan
akhlaknya.

Rosulullah juga mengajarkan Alquran kepada sahabatnya dengan cara


sembunyi-sembunyi dan membentuk suatu kelompok dalam belajar,
Alquran merupakan pokok inti sari dari semua pelajaran yang ada di
dunia. Dengan membacakannya selama tiga kali hingga sahabatnya
mampu menghafalkannya. Cara itu dilakukan untuk membiasakan umat
Mekah agar mengganti syair-syair indah yang biasa dilantunkannya.

Ketika di Makkah yang menjadi pendidik pada saat itu adalah


Rasulullah sendiri. Hal ini sesuai dengan perintah Allah SWT
sebagaimana terdapat dalam firmannya, yang artinya: “Ya Tuhan kami,
utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka yang akan
membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada
mereka al-Kitab (Alquran) dan hikmah serta menyucikan mereka.
Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (QS.
Al-Baqarah: 129).

D. Sejarah Perkembangan Pendidikan di Madinah

Hijrahnya Rosulullah ke Madinah tidak lain karena ketakutan


ancaman dari kaum Quraisy, melainkan mempunyai maksud dan tujuan
tersendiri. Yang mana dalam itu untuk mengukur potensi masyakat
Madinah dan untuk memperluas Pendidikan.

28
Abuddin, N. Sejarah Pendidikan Islam.
Penduduk Madinah sangat senang dengan kedatangan Rosulullah
beserta rombongan kaum muslimin pada saat itu, karena, kebanyakan
penduduk Madinah pada saat itu menyembah berhala dan mengganggap
apa yang ada di Mekah itu adalah Tuhannya. Kurikulum pendidikan di
Madinah selain berisi materi pengajaran yang berkaitan dengan akidah dan
akhlak, juga pendidikan ukhuwah (persaudaran) antar kaum Muslimin,
pendidikan kesejahteraan sosial dan kesejahteraan keluarga kaum kerabat,
pendidikan anak-anak, pendidikan tauhid, pendidikan salat, pendidikan
adab sopan santun, pendidikan kepribadian, dan pendidikan pertahanan
keamanan.

Model kurikulum yang dipakai Rosulullah di Madinah samapai


saat ini masih sangat relevan untuk digunakan, karena model tersebut akan
terus berkembang dengan menggunakan formulasi baru dan tentunya lebih
terarah. Pendidikan zaman dahulu masih dilakukan didalam masjid, namun
hari ini sangat tidak relevan jika Pendidikan itu dilakukan di dalam masjid.
Hanya saja ada beberapa pelajaran yang dirasa relevan untuk diajarkan
didalam masjid.

Jika di Makkah Rosulullah melaksanakan Pendidikan itu secara


mandiri, maka di era hari ini tidak bisa dilakukan, karena banyaknya
Lembaga Pendidikan yang tersebar diseluruh penjuru desa. Namun, di
Madinah Rosulullah sudah mulai mengalami berkembangan dengan
mengajak sahabatnya, tabiin dan yang lainnya untuk mengajarkan
Pendidikan Islam.

E. Transformasi Pola Pendidikan Rasulullah SAW dalam Pendidikan


Islam Masa Kini

Secara epistemologi keilmuan, konsepsi dasar pendidikan Islam


berpijak pada pendidikan seumur hidup.29 Pendidikan Islam tidak dipilah-
pilah secara dikotomis. Baik antara pendidikan formal dengan non formal,
atau pendidikan agama dengan umum maupun memilah-milah antara
29
Suhartono. (2017). Konsep Pendidikan Seumur Hidup Dalam Tinjauan Pendidikan Islam. Jurnal
Pendidikan Islam Al I’tibar, 03 (01), 17-26.
aspek logika, etika maupun estetika. Karena agama Islam mencakup
seluruh aspek kehidupan. Rasulullah SAW sebagai mu’allim mendidik
ummatnya dengan kepribadian yang luhur dan ajaran yang ia ajarkan
terhindar dari kesia-siaan, apa yang beliau ajarkan senantiasa selaras
dengan akhlaq yang beliau tampilkan. Rasulullah memiliki tujuan yang
sangat mulia yakni membebaskan umatnya dari kesulitan dan penderitaan
hidup sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. At-Taubah 128 :

‫علَ ْي ُك ْم بِّا ُم ْؤ ِّمنِّي َْن‬ َ ‫علَ ْي ِّه َما‬


ُ ‫عنِّتُّ ْم َح ِّري‬
َ ‫ْص‬ ِّ ُ‫س ْو ٌل ِّم ْن أَ ْنف‬
َ ‫س ُك ْم ع َِّزي ٌْز‬ ُ ‫لَقَ ْد َجا َء ُك ْم َر‬
‫وف َر ِّح ْي ٌم‬
ٌ ‫َر ُء‬
Artinya : “Sungguh Telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu
sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat
menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas
kasihan lagi Penyayang terhadap orang-orang mukmin.”

Sebagai mu’allim, beliau tidak pernah menuntut kepada ummatnya


untuk memahami ajarannya dengan cepat. Beliau akan selalu mengajarkan
kepada siapapun yang mau berusaha belajar tentang Islam, beliau
senantiasa sabar lagi rendah hati terhadap ummatnya yang memiliki daya
penalaran lemah sekalipun. Pendidikan adalah perancang kepribadian
manusia, maka diperlukan adanya pemahaman tentang tentang pribadi
manusia seperti keadaan yang terpancar dari tingkah lakunya. Rasulullah
telah mengajarkan pada kita dengan menjadi sosok yang sangat memahami
keadaan psikologi para peserta didiknya. Sebagaimana sikap beliau dalam
hadits:

Artinya : “Kami golongan pemuda yang berumur sebaya pernah datang


kepada Rasulullah SAW dan tinggal bersama beliau selama 20
malam. Kami mendapati beliau adalah seorang yang amat
penyayang lagi santun. Ketika beliau mengira kami telah
merindukan keluarga kami di kampung halaman, beliau
menanyakan siapa saja yang kami tinggal dirumah. Kami pun
menceritakannya kepada beliau dan beliau bersabda:
‘Sekarang, silahkan kalian pulang kepada keluarga kalian;
tinggallah bersama mereka; ajarilah mereka; anjurkanlah
mereka berbuat kebajikan; dan kerjakanlah sholat sebagaimana
kalian melihat aku sholat. Jika telah datang waktu sholat,
hendaklah kalian mengumandangkan adzan dan hendaknya
yang menjadi imam adalah orang yang paling dewasa diantara
kalian.”

Menurut Sadam, dalam menyampaikan ajarannya (proses


pembelajaran), Metode yang digunakan oleh Rasulullah dalam mendidik
sahabatnya antara lain: (a) metode ceramah, menyampaikan wahyu yang
baru diterimanya dan memberikan penjelasan-penjelasanserta keterangan-
keterangannya; (b) dialog, misalnya dialg antara Rasulullah dengan Mu’az
ibn Jabal ketika Mu’az akan diutus sebagai kadi ke negeri Yaman; (c)
diskusi ata tanya jawab, sering sahabat bertanya kepada Rasulllah tentang
suatu hukaum, kemudian rsul menjawab; (d) metode perumpamaan,
misalnya orang mukmin itu laksana satutubuh, bila sakit salah satu
anggota tubuh maka anggota tubuh lainnya akan turut merasakannya;
(e)metode kisah, misalnya kisah beliau dalam perjalanan isra’ dan miraj;
(f) metode pembiasaan, membiasakan kaum muskimin shalat berjamaah;
(g) metode hafalan, misalnya para sahabat dianjurkan untuk menjaga al-
Qur’an dengan menghafalnya. 30

Dari metode-metode tersebut, maka kita dapat mengetahui bahwa


Rasulullah SAW melakukan pendidikan yang berhubungan langsung
dengan peserta didik. Komunikasi yang terbangun antara pendidik dan
yang dididik sangatlah erat sehingga motivasi yang dimiliki peserta didik
untuk mengamalkan ilmu lebih besar jika dibandingkan dengan pengajaran
yang tidak dibekali kedekatan psikologis antara guru dan murid.

30
Saddan Husein. (2018). Pendidikan Islam Masa Rasulullah Saw (Kajian Historis Pola
Pendidikan Islam Masa Rasulullah Fase Mekkah dan Madinah Serta Konstribusinya Pada
Pendidikan Islam Masa Kini). Al-Iltizam: Jurnal Pendidikan Agama Islam.
Dari uraian tersebut, maka penulis dapat menarik sebuah konklusi
bahwa pola pendidikan yang dijalankan Rasulullah SAW di masanya
memiliki kontribusi yang begitu besar kepada pendidikan Islam masa kini.
Rasulullah selalu mengedepankan kebutuhan yang mendasar yang pada
akhirnya metode serta kurikulum tersebut sesuai dengan kebutuhannya
ketika itu, dalam artian metode pembelajaran, konsep maupun kurikulum
selalu beradaptasi dengan perubahan zaman. Namun satu hal yang menjadi
catatan penting, bahwa dalam hal pendidikan Rasulullah sangat
mengedepankan akhlakul karimah.

Mentransformasikan nilai-nilai dalam hal ini segala bentuk pola


pendidikan Rasulullah SAW fase Mekkah dan Madinah sangatlah urgen,
sebab ketika diamati, bahwa sesungguhnya segala keteladanan beliau
dalam menyampaikan Ajaran Islam mampu beradaptasi di setiap zaman.
Akhirnya, penulis dapat garis bawahi bahwasanya pola pendidikan Islam
masa Rasulullah SAW dapat ditransformasikan pada Pendidikan Islam
masa Kini melalui kurikulum, proses belajar mengajar serta dalam
mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

F. Hikmah Pendidikan Era Rasulullah SAW terhadap Pendidikan


Modern

Pendidikan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW merupakan


pendidikan terbaik yang pernah dilakukan oleh manusia, bahkan Michael
H. Harts, seorang ahli sejarah Amerika, dalam bukunya The 100, a
Ranking of the Most Influential Persons in History menyebutkan bahwa
urutan pertama orang yang paling berpengaruh di dunia adalah Nabi
Muhammad SAW. 31

Hal tersebut membuktikan bahwa pendidikan yang dilakukan Nabi


Muhammad SAW kepada para sahabatnya telah memberikan dampak
yang luar biasa terhadap kemajuan peradaban umat manusia. Faktor
keberhasilan pendidikan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW
31
Hart, M. H. (2002). Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh Dalam Sejarah (H. M. Djunaidi
9trans.); 20th ed.). PT Surya Multi Grafika.
salah satunya adalah karena mendapatkan bimbingan langsung dari Allah
SWT melalui malaikat Jibril. Walaupun dengan teknologi yang masih
terbatas pada saat itu, namun beliau mampu melahirkan generasi emas
yang namanya masyhur sampai hari ini32 seperti Abu Bakar Ash-Shidiq,
Umar bin Khatab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, dan sahabat-
sahabat yang lainnya.

Keberhasilan pendidikan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW


perlu dijadikan teladan guna meningkatkan kualitas pendidikan pada
zaman modern saat ini. Adapun hikmah yang dapat dipetik dari pendidikan
yang dilakukan oleh Rasulullah SAW terhadap peningkatan pendidikan
modern saat ini yaitu:

1. Hadirnya jiwa pendidik pada setiap diri pendidik

Menjadi pendidik yang berhasil bukanlah hal mudah, dibutuhkan


beberapa keterampilan yang harus dimiliki pendidik supaya materi dan
nilai yang disampaikan dapat terinternalisasikan kepada setiap jiwa
masing-masing peserta didik. Keterampilan tersebut seperti menguasai
materi, karena tidak mungkin seorang pendidik dapat memberikan
pelajaran tanpa menguasai materi yang akan diajarkan.

Keterampilan kedua adalah menguasai metode pembelajaran.


Materi yang baik tidak akan dipahami oleh siswa jika disampaikan
dengan cara monoton dan tidak sesuai dengan kondisi peserta didik
dan hadirnya pendidik di kelas juga merupakan faktor penting dalam
dunia pendidikan, karena tanpa hadirnya seorang guru, metode sebaik
apapun tidak akan ada artinya. Terakhir, yang lebih penting dari itu
semua adalah hadirnya jiwa pendidik pada setiap diri pendidik.
Sebagaimana telah menjadi falsafah pondok pesantren modern Gontor
bahwa:

32
Amin, M. (2018). Pendidikan Islam Era Rasulullah Sebagai Refleksi Pendiidkan Islam
Kekinian. Tafhim Al-‘Ilmi, 10(1), 35-46.
‫وروح األستاذ‬... ‫واألستاذ أهم من الطريقة‬... ‫ا لطريقة أهم من امالدة‬
‫أهم‬
“Metode itu lebih penting dari pada materi, dan guru lebih penting
dari pada metode, tapi yang paling penting adalah jiwa pengajar itu
sendiri”.33 Hadirnya jiwa pengajar maksudnya adalah keikhlasan
untuk mendidik peserta didik dimanapun dan kapanpun, bukan sebatas
pembelajaran di kelas.

Hal tersebut telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW, yang


senantiasa memberikan pengajaran kepada para sahabatnya bukan
hanya di masjid melalui khutbah, melainkan senantiasa memberikan
pendidikan kepada para sahabatnya melaliu keseharian beliau. Oleh
sebab itu menghadirkan jiwa pendidik pada diri setiap pendidik
merupakan hal yang sangat penting guna meningkatkan pendidikan
modern saat ini maupun masa yang akan datang.

2. Mendidik sesuai dengan kondisi peserta didik

Rasulullah SAW pernah ditanya oleh para sahabatnya tentang


Ayyul amaali afdhol amalan apakah yang paling utama di sisi Allah
SWT. Rasulullah SAW memberikan jawaban yang berbeda kepada
setiap yang bertanya seperti , berjihad di jalan Allah, Sholat pada
waktunya, berbakti kepada kedua orang tua, belajar dan mengajarkan
Al-quran, banyak sedekah, peduli terhadap anak yatim piatu, dan
banyak jawaban yang lainnya.

Jawaban Rasul tersbut berbeda disesuaikan dengan kondisi dari


orang yang bertanya. 34 Sebagai contoh jika yang bertanya memiliki
badan tegap dan mampu memimpin pasukan, maka rasul menjawab
amalan yang paling utama adalah jihad di jalan Allah SWT. Berbeda

33
Ismail, M. (2011). Sistem Pendidikan Pesantren Modern Studi Kasus Pendidikan Pesantren
Modern Darussalam Gontor Ponorogo. At-Ta’dib, 6 (1).
34
Ibid
jika yang bertanya adalah seorang yang sangat mencintai ibunya, maka
rasul menjawab amalan yang paling utama adalah birul walidain atau
berbakti kepada kedua orang tua.

Tindakan rasulullah SAW tersebut kemudian diadopsi pada


pendidikan modern saat ini bahwa mendidik harus sesuai dengan
bakat, minat dan gaya belajar peserta didik seperti visual, auditory, dan
kinestetik. Mendidik sesuai bakat dan minat peserta didik juga
merupakan cara yang efektif dalam pembelajaran karena akan
membuat peserta didik senang dalam menjalani proses pendidikan.

3. Mendidik diri sendiri sebelum mendidik orang lain

Rasulullah SAW telah memberikan teladan bagi seluruh manusia,


bahkan sebelum menjadi nabi dan rasul, Nabi muhammad SAW telah
diberi julukan al-amin yang memiliki arti jujur dan terpercaya ketika
beliau masih berdagang pada usia 17 tahun. Tidak heran jika dakwah
Rasulullah SAW mudah diterima oleh khalayak luas karena
kepribadian Rasulullah SAW sebelum beliau diutus menjadi nabi dan
rasul.

Allah SWT telah memerintahkan umat Islam untuk mendidik dan


menjaga diri sendiri dan keluarga dari api neraka sebagaimana
termaktub dalam al_Qur’an surah at-Tahrim/66 ayat 6. Adapun konsep
dari mendidik diri sendiri adalah segala cara mendidik diri sendiri
supaya dapat meningkatkan keprinadiannya secara sempurna baik dari
segi keimanan, keilmuan, akhlak, sosial dan lain sebagainya. 35

Dalam dunia pendidikan modern, seorang pendidik diharuskan


untuk meningkatkan kapasitas dirinya baik dari segi keilmuan
pendidikan, metode dan media pembelajaran atau bahkan keimanan
kepada Allah SWT, karena dengan senantiasa meningkatkan kapasitas
diri, mendidik akan menjadi lebih mudah, efektif dan menyenangkan.

35
Amin, N. T. (2015). Konsep Mendidik Diri Sendiri dan Keluarga Menurut Surat At-Tahrim/66
Ayat 6.
4. Mendidik dengan memberikan keteladanan

Keteladanan merupakan metode pendidikan yang sangat efektif,


karena seseorang lebih mudah meniru dibandingkan mempraktekan
apa yang mereka dengarkan. 36 Keteladanan dalam al-Qur’an disebut
sebagai uswah. Rasulullah SAW merupakan contoh pendidik terbaik
karena beliau senantiasa menjadi uswatun hasanah atau suri tauladan
terbaik hingga saat ini sebagaimana termaktub dalam al-Qur’an surah
al-Ahzab/33 ayat 21.

Kehidupan modern saat ini sedang mengalami degradasi moral


dikarenakan kurangnya teladan yang baik yang dapat diakses oleh
peserta didik. Mereka banyak disuguhkan tontonan-tontonan yang
tidak mendidik baik di televisi maupun media sosial. Maka peran guru
saat ini sangat urgen untuk menjadi teladan bagi peserta didik. Maka
selain meningkatkan kapasitas keilmuan dalam bidang pendidikan juga
guru diharapkan mampu menjadi teladan yang baik bagi peserta didik
seperti sabar, ramah, penyayang, adil, dan lain sebagainya.

5. Mendidik dibarengi dengan do’a

Salah satu usaha yang dilakukan Rasulullah SAW supaya


pendidikan atau dakwahnya dapat diterima oleh para sahabatnya
adalah dengan mendoakan mereka. Sebagai contoh ketika Rasulullah
SAW berharap agar umat Islam diperkuat oleh salah satu dari dua
umar yaitu Umar bin Khatab atau Amr bin Hisyam (abu jahal) karena
karakteristik yang dimiliki oleh masing-masing yaitu Umar bin Khatab
yang terkenal dengan ketegasannya dan Amr bin Hisyam yang terkenal
dengan kebijaksanaannya, yang pada akhirnya Allah SWT
memberikan hidayah kepada Umar bin Khatab untuk masuk Islam.

Contoh kedua adalah do’a Rasulullah SAW kepada Ibn Abbas


yang merupakan saudara sepupu Nabi, do’a beliau adalah supaya Ibn

36
Mustofa, A. (2019). Metode Keteladanan Perspektif Pendidikan Islam. Cendekia: Jurnal Studi
Keislaman, 5 (1), 23-42.
Abbas difahakman dalam urusan agama dan diberikan pemahaman
tentang ta’wil. Ibn Abbas tumbuh sebagai seseorang yang cerdas,
banyak meriwayatkan hadits serta menjadi rujukan disaat para sahabat
kurang memahami maksud dari suatu ayat.

Oleh karena itu, sebagai salah satu usaha guna meningkatkan


pemahaman peserta didik, pendidik perlu menggabungkan antara
ikhtiyar mendidik dengan do’a. karena do’a merupakan suatu ajaran
pokok umat Islam dalam kondisi dan situasi apapun sebagaimana
dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW dan para sahabat.37

37
Muhajarah, K. (2016). Konsep Doa: Studi Komparasi Konsep Doa Menurut M. Quraish Shihab
dan Yunan Nasution dan Relevansinya dengan Tujuan Pendidikan Islam. Hikmatuna, 2 (2).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Sejak zaman Nabi Muhammad pendidikan islam mengalami


perkembangan yang signifikan. Pada periode Mekkah tempat yang
dijadikan sebagai lembaga pendidikan adalah rumah sahabat salah
satunya adalah Darul Arqam. Metode yang digunakan pada periode ini
yaitu sistem menghafal, keteladanan dan pembelajaran berhadap-
hadapan antara pendidik dan peserta didik. Materi yang diajarkan oleh
Nabi meliputi pemahaman tauhid dan pengajaran al-Qur’an.

2. Sedangkan pada periode Madinah kelembagaan Pendidikan semakin


berkembang salah satunya yaitu masjid. Metode yang digunakan nabi
pada periode Madinah yaitu sistem baca tulis al-Qu’an, metode
ceramah, diskusi, musyawarah, tanya jawab, bimbingan, teladan,
demonstrasi, bercerita, hafalan, penugasan dan bermain peran. Karena
pada periode Madinah materi yang diajarkan lebih fokus pada sosial-
politik.

3. Dari kedua periode tersebut pada hakikatnya Nabi Muhammad


mengajarkan bahwa dunia Pendidikan memiliki berbagai aspek yang
dapat menjadi transformasi untuk keberlangsungan pendidikan islam
kedepannya. Hal tersebut dapat diterapkan melalui kurikulum, proses
belajar mengajar, imlementasi dalam kehidupan sehari-hari hingga
kreatifitas para pemimpin kita sebagai promotor pendidikan. Serta
hadirnya jiwa pendidik pada setiap diri pendidik, mendidik sesuai
dengan kondisi peserta didik, mendidik diri sendiri sebelum mendidik
orang lain, mendidik dengan memberikan keteladanan dan mendidik
dibarengi dengan do’a juga merupakan hikmah yang dapat diambil
hingga saat ini.
DAFTAR PUSTAKA

Abuddin, N. Sejarah Pendidikan Islam.

Akla, & Muzakki, A. (2019). TRANSMISI NILAI DAN ILMU


PENGETAHUAN : Menilik Eksistensi dan Keberfungsian Lembaga
Pendidikan Islam Akla Ahmad Muzakki Abstrak Pendahuluan Tonggak
pendidikan Islam , untuk kali pertamanya berawal dari proses
pembelajaran dalam Islam . Sementara itu , Goa. Tarbawiyah: Jurnal
Ilmiah Pendidikan, 03(1), 117–130.

Ali, K., & Masadi, G. A. (1997). Sejarah Islam dari Awal hingga Runtuhnya
Dinasty Usmani (Tarikh Pramodern).

Amin, M. (2018). Pendidikan Islam Era Rasulullah Sebagai Refleksi Pendidikan


Islam Kekinian. Tafhim Al-’Ilmi, 10(1), 35–46.

Amin, N. T. (2015). Konsep Mendidik Diri Sendiri dan Keluarga Menurut Surat
At-Tahrim/66 Ayat 6.

Amirudin, M. F. (2018). Dakwah Nabi Muhammad Di Madinah (Analisis


Keberhasilan Dakwah Nabi Dalam Tinjauan Sosiologi). El-Ghiroh: Jurnal
Studi Keislaman, 15(2), 1–16.

Annisa Rasyidah. (2020). Pendidikan Pada Masa Rasulullah Saw Di Makkah Dan
Di Madinah. AL-HIKMAH : Jurnal Pendidikan Dan Pendidikan Agama
Islam Jurnal, 2(1), 32–44.

Asari, H. (2018). SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM Membangun Relevansi


Masa Lalu dengan Masa Kini dan Masa Depan (cet. 1). Perdana
Publishing.

Chaeruddin. (2013a). PENDIDIKAN ISLAM MASA RASULULLAH SAW.


Jurnal Diskursus Islam, 1(3), 421–436.

Chaeruddin, B. (2013b). PENDIDIKAN ISLAM MASA RASULULLAH SAW.


Jurnal Diskursus Islam, 1(3), 421–436.
Hafiddin, H. (2015). Pendidikan Islam pada Masa Rasulullah. TARBIYA: Jurnal
Ilmu Pendidikan Islam, 1(1), 17–30.

Hart, M. H. (2002). SERATUS TOKOH YANG PALING BERPENGARUH


DALAM SEJARAH (H. M. Djunaidi (trans.); 20th ed.). PT Surya Multi
Grafika.

Ifendi, M. (2021). Pendidikan Islam Rasulullah Saw Periode Madinah: Strategi,


Materi Dan Lembaga Pendidikan. Al-Rabwah, 15(01), 9–15.

Ismail, M. (2011). Sistem Pendidikan Pesantren Modern Studi Kasus Pendidikan


Pesantren Modern Darussalam Gontor Ponorogo. At-Ta’dib, 6(1).

Kodir, A. (2015). Sejarah Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia.

Lapidus, I. M., & Masadi, G. A. (2000). Sejarah Sosial Ummat Islam: Bagian
kesatu dan dua/Ira. M. Lapidus.

Muhajarah, K. (2016). Konsep Doa: Studi Komparasi Konsep Do’a Menurut M.


Quraish Shihab dan Yunan Nasution dan Relevansinya dengan Tujuan
Pendidikan Islam. HIKMATUNA, 2(2).

Mustofa, A. (2019). Metode Keteladanan Perspektif Pendidikan Islam.


CENDEKIA: Jurnal Studi Keislaman, 5(1), 23–42.

Nurdiyati, W., Mufidah, E., Addaai, N., Ishom, A., & Mahfud, C. (2019). Sejarah
Sosial Pendidikan Islam Pada Era Kenabian. HIKMAH: Jurnal Pendidikan
Islam, 8(1), 3.

Ramayulis, H. (2011). Sejarah pendidikan Islam: napaktilas perubahan konsep,


filsafat, dan metodologi pendidikan Islam dari era nabi SAW sampai
ulama Nusantara. Kalam Mulia.

Rasyidah, A. (2020). PENDIDIKAN PADA MASA RASULULLAH SAW.


Jurnal AL-HIKMAH, 2(1).

Satir, M. (2019). Kehidupan Sosial Masyarakat Arab Masa Awal Kehadiran


Pendidikan Islam. Al-Fikr: Jurnal Pendidikan Islam, 5(1), 39–48.
Saddam Husein. (2018). Pola Pendidikan Islam Masa Rasulullah Saw (Kajian
Historis Pola Pendidikan Islam Masa Rasulullah Fase Mekkah dan
Madinah Serta Konstribusinya Pada Pendidikan Islam Masa Kini). Al-
Iltizam: Jurnal Pendidikan Agama Islam.

Setiawan, A. I., & Pratama, M. A.-Q. (2018). Karakteristik Pendidikan Islam


Periode Nabi Muhammad Di Makkah dan Madinah. NALAR: Jurnal
Peradaban Dan Pemikiran Islam, 2(2), 130.
https://doi.org/10.23971/njppi.v2i2.958

Setyarama, H. (2022). Alquran dan Kenabian Muhammad: Philip K. Hitti (1866-


1978). January, 27–34.
https://www.researchgate.net/Publication/357569453

Suhartono. (2017). Konsep Pendidikan Seumur Hidup Dalam Tinjauan


Pendidikan Islam. Jurnal Pendidikan Islam Al I’tibar, 03(01), 17–26.

Zuhairini. (1986). Sejarah Pendidikan Islam. Ditjen Binbaga Islam Depag RI.

Anda mungkin juga menyukai