PENDAHULUAN
Indonesia memiliki berbagai jenis bahan baku bioetanol, termasuk tetes tebu,
sagu, ubi jalar, dan ubi kayu. Sebagai bahan baku bioetanol, ubi kayu memiliki
banyak keuntungan, seperti dapat tumbuh di tempat yang tidak subur, sangat
tahan terhadap penyakit, dan dapat mengatur masa panen. Dari tahun 2000 hingga
2008, produksi ubi kayu di Indonesia meningkat sekitar 23% dari 16 ton menjadi
20 ton.
Sumber energi bahan bakar fosil dapat mencemari lingkungan. Gas rumah kaca
seperti CO2, CH4, dan NO2 adalah penyebab pencemaran lingkungan tersebut,
serta pemanasan global. Gas rumah kaca ini dapat membentuk lapisan di atmosfir
untuk menahan panas yang keluar dari Bumi. Akibatnya, atmosfir bumi semakin
panas.
Etanol, bahan bakar energi, dapat dihasilkan dari limbah kulit singkong.
Ethanol semakin dibutuhkan sebagai pelarut, desinfektan, bahan baku pabrik
kimia, dan sumber energi alternatif untuk menggantikan bahan bakar minyak
(BBM). Ethanol (C2H5OH) adalah cairan yang dihasilkan dari fermentasi gula
dari sumber karbohidrat dengan bantuan mikroorganisme. Bioetanol adalah bahan
kimia yang dibuat dari bahan pangan yang mengandung pati, seperti jagung, sagu,
ubi kayu, dan ubi jalar. Bioetanol juga dapat digunakan sebagai bahan bakar dari
minyak nabati yang memiliki sifat mirip dengan minyak premium. Produk
fermentasi sumber hayati adalah etanol. Ada kemungkinan bahwa bahan yang
mengandung selulosa, polisakarida, dan monosakarida berfungsi sebagai bahan
baku untuk membuat etanol. Ada empat komponen utama yang berperan dalam
pembuatan bioetanol: bahan baku, teknologi konversi, dan proses hidrolisis.
Bioetanol (C2H5OH) adalah salah satu biofuel alternatif yang terbarukan dan
ramah lingkungan. Bioetanol dapat dibuat dari berbagai bahan baku yang mudah
ditemukan di Indonesia. Karena bahan bakunya populer di masyarakat, sangat
potensial untuk diolah dan dikembangkan. Tanaman dengan kadar karbohidrat
tinggi, seperti tebu, nira, aren, sorgum, ubi kayu, jambu mete (juga disebut jambu
mete), garut, batang pisang, ubi jalar, jagung, bonggol jagung, dan jerami, adalah
tanaman yang dapat menghasilkan bioetanol.
Karena sel ragi tidak dapat hidup pada konsentrasi etanol yang lebih tinggi,
etanol yang dihasilkan dari fermentasi glukosa ini berkisar antara 12 persen dan
15 persen. Kadar etanol yang lebih tinggi juga dapat diperoleh melalui pemekatan
melalui destilasi. Destilasi ini dapat menghasilkan alkohol hingga 95,5%. etanol
dapat digunakan sebagai bahan dasar untuk membuat senyawa lain, seperti asam
ulfat, pelarut organik, parawatan kimia (dalam industri kosmetik, farmasi, dll.),
dan minuman beralkohol.Etanol berkadar 100 % dapat diperoleh dengan
memekadestilasi dengan menggunakan zat pengikat air, seperti CaO. Etanol
berkadar 100 % disebut etanol absolut.