Anda di halaman 1dari 23

Nama : Yayang Rosdiana

NIM : 2020125010143
Tempat Tugas : SMP Negeri 10 Denpasar

PROPOSAL PTK

1. Judul penelitian
Penggunaan Metode Drill dan Penugasan Mind Mapping untuk Meningkatkan
Motivasi dan Hasil Belajar Siswa PAI Materi Zakat Kelas IX di SMP Negeri 10
Denpasar Tahun Pelajaran 2023/2024.
2. Pendahuluan
a. Latar belakang
Menurut KBBI, pendidikan merupakan proses mengubah sikap dan tata
laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Berdasarkan pengertian tersebut dapat
ditarik kesimpulan terkait harapan yang sebaiknya ada saat pembelajaran ialah
para peserta didik mampu untuk menjadi tahu setelah tidak tahu, atau menjadi
lebih paham terkait sesuatu yang tidak diketahui. Menjadi lebih terdidik entah
itu dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotorik.
Berdasarkan hasil observasi di kelas, masih terdapat beberapa peserta
didik yang belum mampu memahami materi yang diajarkan, beberapa siswa
yang masih berani berkata kasar padahal ada guru di dalam kelas, mengobrol,
tidak aktif saat dikelas. Namun peserta didik terlihat antusias saat pelajaran PAI
karena banyak yang masuk kelas tepat waktu, langsung duduk dengan rapi, dan
saat pulang selalu pamit dan merapikan kembali kursi-kursi yang selesai
digunakan, mengucap salam saat masuk dan keluar kelas yang menandakan
bahwasanya penyampaian guru saat hari pertama pengenalan PPL yang memberi
aturan bahwasanya ketika keluar dan masuk kelas sebaiknya mengucapkan
salam.

1
Kesenjangan antara harapan dan realita yang ada ialah peserta didik yang
masih kurang paham materi dikarenakan daya konsentrasi yang sudah menurun,
atau dari kurang minatnya peserta didik dengan materi yang ada.
Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti mencoba untuk mencari jalan
keluar terkait permasalahan yang ada. Daya konsentrasi yang kurang
dikarenakan jam pelajaran yang dapat dikatakan "jam-jam rawan" menjadi
penyebab konsentrasi dan motivasi peserta didik yang semakin menurun,
sehingga peneliti mencari siasat dengan menggunakan metode drill atau
pengulangan materi materi penting sehingga peserta didik daya ingatnya menjadi
lebih kuat karena pengulangan tersebut. Sebagaimana penelitian yang dilakukan
oleh Lestari Dwi Ariyani dengan judul Pengaruh Penggunaan Metode Drill
Terhadap Tingkat Pemahaman Dan Daya Ingat Siswa Dalam Pembelajaran
Kosakata Bahasa Arab Di Kelas 2 Mi Sabilil Islam Ketandan Madiun Tahun
Ajaran 2018/2019 . Terkait metode drill. Pada hasil penelitiannya dijabarkan
bahwa terdapat pengaruh terhadap pemahaman dan daya ingat peserta didik di
kelas 2 MI Sabilil Islam Ketandan Madiun, dengan pengaruh 55%, sedangkan
45% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti.
Selain itu peneliti juga memberi penugasan mind mapping kepada peserta
didik untuk meningkatkan motivasi belajar serta memperkuat pemahaman
terkait materi zakat kelas IX di SMPN 10 Denpasar tahun ajaran 2023/2024.
Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Devi Afriani Yunanda dengan
judul Peningkatan Pemahaman Siswa Mata Pelajaran Pkn Tentang Sistem
Pemerintahan Melalui Metode M2m (Mind Mapping) Kelas IV MI Mambaul
Ulum, Tegalgondo, Karangploso, Malang. Hasil penelitian tersebut
menyimpulkan bahwa peningkatan proses belajar berakibat positif pada
pemahaman siswa yang mengalami peningkatan setiap siklusnya. Pada Siklus 1
hasil kegiatan kelompok pembuatan Mind Mappingdiperoleh 50 % dan pada
siklus 2 meningkat menjadi 75 %, hal ini menunjukkan adanya peningkatan
pemahaman siswa tentang sistem pemerintahan melalui kegiatan kelompok.
Sedangkan hasil evaluasi individu pada akhir pembelajaran (siklus), pada siklus
1 diperoleh nilai 59 % dan pada siklus 2 meningkat menjadi 82 %, hal ini
menunjukkan adanya peningkatan pemahaman siswa tentang sistem

2
pemerintahan melalui latihan soal pada akhir pembelajaran. Jadi dapat
disimpulkan bahwa melalui metode Mind Mapping pemahaman siswa pada mata
pelajaran PKn tentang sistem pemerintahan mengalami peningkatan yang
signifikan dari siklus 1 ke siklus 2.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti di atas,
maka peneliti tertarik untuk mencoba strategi tersebut untuk meningkatkan
motivasi dan hasil belajar peserta didik kelas IX di SMP Negeri 10 Denpasar
pada materi zakat.

b. Rumusan masalah
1) Bagaimana peningkatan motivasi dan hasil belajar PAI materi zakat melalui
metode drill dan penugasan mind mapping di kelas IX SMP Negeri 10
Tahun Pelajaran 2023/2024
2) Apakah metode drill dan penugasan mind mapping di kelas IX dapat
meningkatkan motivasi belajar PAI pada materi zakat di SMP Negeri 10
Denpasar Tahun Pelajaran 2023/2024
3) Apakah metode drill dan penugasan mind mapping di kelas IX dapat
meningkatkan hasil belajar PAI pada materi zakat di SMP Negeri 10
Denpasar Tahun Pelajaran 2023/2024

c. Tujuan penelitian
1) Tujuan Umum
Untuk menggambarkan peningkatan motivasi dan hasil belajar PAI
materi zakat melalui metode drill dan penugasan mind mapping pada siswa
kelas IX SMP Negeri 10 Denpasar Tahun Pelajaran 2023/2024
2) Tujuan Khusus
a) Untuk meningkatan motivasi belajar PAI materi zakat melalui metode
drill dan penugasan mind mapping pada siswa kelas IX SMP Negeri 10
Denpasar Tahun Pelajaran 2023/2024
b) Untuk meningkatan hasil belajar PAI materi zakat melalui metode drill
dan penugasan mind mapping pada siswa kelas IX SMP Negeri 10
Denpasar Tahun Pelajaran 2023/2024

3
d. Manfaat penelitian
1) manfaat teoritis
Hasil penelitian tindakan kelas ini dapat menambah khazanah keilmuan
terutama terkait materi zakat dengan penerapan metode drill dan penugasan
mind mapping di kelas IX SMP Negeri 10 Denpasar Tahun Pelajaran
2023/2024.
2) manfaat praktis
a) Bagi peserta didik dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta
didik, pembelajaran lebih bermakna sehingga siswa memahami
pembelajaran dengan baik.
b) Bagi guru dapat menjadi solusi terkait problem yang dihadapi saat proses
pembelajaran dan meningkatkan profesionalitas guru.
c) Bagi sekolah dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran.

3. Kajian teori/tinjauan pustaka


a. Motivasi Belajar
Menurut KBBI motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang
secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan
tertentu. Huitt,W. (2001) mengatakan motivasi adalah suatu kondisi atau status
internal (kadang-kadang diartikan sebagai kebutuhan, keinginan, atau hasrat)
yang mengarahkan perilaku seseorang untuk aktif bertindak dalam rangka
mencapai suatu tujuan. Ditambahkan Gray (Winardi, 2002)
mengemukakan bahwa motivasi merupakan sejumlah proses, yang bersifat
internal atau eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya
sikap antusiasme dan persistensi, dalam hal melaksanakan kegiatan- kegiatan
tertentu. Sedangkan menurut Nurul Hidayah & Fikki Hermansyah. (2016)
motivasi belajar merupakan dorongan internal dan eksternal pada peserta didik
yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar
adalah terciptanya keinginan yang dilakukan oleh seseorang untuk melakukan
suatu tujuan secara sadar ataupun tidak sadar yang mana hal ini dapat

4
dipengaruhi oleh faktor intrinsik yang berasal dari dalam diri maupun ekstrinsik
yang berasal dari lingkungan sekitar misalnya.
Terdapat prinsip-prinsip motivasi belajar yang sebaiknya diketahui dan
dipahami terlebih dahulu baik oleh guru maupun peserta didik agar proses
pembelajaran dibanjiri oleh motivasi. Prinsip-prinsip tersebut meliputi :
1) Motivasi sebagai Dasar Penggerak yang Mendorong Aktivitas Belajar.
Seseorang melakukan aktivitas belajar karena ada yang mendorongnya
yakni motivasi. Minat merupakan potensi psikologi yang dapat
dimanfaatkan untuk menggali motivasi. Bila seseorang sudah termotivasi
untuk belajar, maka dia akan melakukan aktivitas belajar dalam rentang
waktu tertentu. Oleh karena itulah, motivasi diakui sebagai dasar penggerak
yang mendorong aktivitas belajar seseorang. Keberhasilan belajar siswa
dapat ditentukan oleh motivasi yang dimilikinya. Siswa yang memiliki
motivasi belajar tinggi cenderung prestasinya pun akan tinggi pula,
sebaliknya motivasi belajarnya rendah, akan rendah pula prestasi
belajarnya, yang mana hal ini dapat kita tekankan kepada peserta didik jika
ingin berprestasi maka motivasi sebaiknya diperbaiki.
2) Motivasi Intrinsik Lebih Utama daripada Motivasi Ekstrinsik
Dalam proses pembelajaran, biasanya guru lebih banyak memutuskan
memberikan motivasi ekstrinsik kepada setiap anak didik. Anak didik yang
malas belajar sangat berpotensi untuk diberikan motivasi ekstrinsik oleh
guru supaya dia rajin belajar. Efek yang tidak diharapkan dari pemberian
motivasi ekstrinsik secara berlebihan ialah kecenderungan peserta didik
untuk mengalami ketergantungan pada sesuatu di luar dirinya. Selain
kurang percaya diri, anak didik juga bermental pengharapan dan mudah
terpengaruh. Oleh karena itu guru sebaiknya memberi motivasi ekstrinsik
yang secukupnya namun dapat mengarahkan peserta didik agar mampu
memiliki motivasi intrinsik yang lebih kuat seperti memberi pemahaman
bahwasanya jika kita ingin berprestasi makan bisa dimulai dengan memiliki
motivasi, motivasi untuk banyak mencari tahu terhadap suatu hal yang
belum dikuasai misalnya.

5
3) Motivasi Berupa Pujian Lebih Baik daripada Hukuman
Meski hukuman tetap diberlakukan dalam memicu semangat belajar anak
didik, tetapi masih lebih baik penghargaan berupa pujian. Setiap orang
senang dihargai dan tidak suka dihukum dalam bentuk apa pun juga.
Memuji orang lain berarti memberikan penghargaan atas prestasi kerja
orang lain. Hal ini akan memberikan semangat kepada seseorang untuk
lebih meningkatkan prestasi kerjanya. Tetapi pujian yang diucap itu tidak
asal ucap, harus sesuai npada tempatnya.
4) Motivasi dapat Memupuk Optimisme dalam Belajar
Siswa yang mempunyai motivasi dalam belajar selalu yakin dapat
menyelesaikan setiap pekerjaan.Dia yakin bahwa belajar bukan kegiatan
yang sia-sia. Hasilnya akan berguna tidak hanya kini, tetapi juga di hari
mendatang (Rahmah, 2002: 239).1

Terdapat upaya untuk meningkatkan motivasi belajar sebagaimana


menurut Slameto, (2010) bahwasanya motivasi belajar bersifat tidak tetap,
terkadang meningkat dan terkadang menurun. Motivasi belajar sebaiknya tetap
dapat stabil pada tingkat yang baik, hal ini memerlukan upaya-upaya dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa. “Upaya-upaya dalam meningkatkan
motivasi belajar siswa diantaranya menggairahkan siswa dalam belajar,
memberikan harapan yang realistis, memberikan insentif, memberikan
pengarahan”.

Motivasi memiliki peranan dalam proses pembelajaran. Proses


pembelajaran merupakan kegiatan yang melibatkan seseorang individu
(jasmani dan rohani), kegiatan pembelajaran tidak pernah dilakukan tanpa
adanya dorongan atau motivasi yang kuat dari dalam diri individu ataupun dari
luar individu yang mengikuti kegiatan pembelajaran. Adapun peranan motivasi
dalam pembelajaran menurut Wasty, (2006: 12-15) sebagai berikut :
1) Peran motivasi sebagai motor penggerak atau pendorong kegiatan
pembelajaran. Motivasi dalam hal ini berperan sebagai motor penggerak

1
Rahman, Sunarti. Pentingnya Motivasi Belajar Dalam Meningkatkan Hasil Belajar. 2021. Gorontalo, hal
: 294.

6
terutama sebagai siswa untuk belajar, baik berasal dari dalam dirinya
(internal) maupun dari luar diri (eksternal) untuk melakukan proses
pembelajaran.
2) Peran motivasi memperjelaskan tujuan pembelajaran.
Motivasi berkaitan dengan suatu tujuan, tanpa ada tujuan, maka tidak akan
ada ada motivasi seseorang. Oleh sebab itu motivasi sangat berperan
penting dalam mencapai hasil pembelajaran siswa menjadi optimal. Dengan
demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan bagi siswa (peserta
didik) yang harus dikerjakan sesuai dengan tujuan tersebut.
3) Peran motivasi internal dan eksternal dalam pembelajaran.
Dalam kegiatan pembelajaran, motivasi internal biasanya muncul dari
dalam diri siswa, sedangkan motivasi eksternal siswa dalam pembelajaran
umum didapat dari guru (pendidik).
4) Peran motivasi melahirkan prestasi.
Motivasi sangat berperan dalam pembelajaran siswa dalam meraih prestasi
belajar. Tinggi rendahnya prestasi belajar seorang siswa (peserta didik)
selalu dihubungkan dengan tinggi rendahnya motivasi pembelajaran
seorang siswa tersebut.2

b. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah “apa yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan
kegiatan belajar”, (Tohirin, 2011). Selain itu, hasil belajar juga dapat diartikan
sebagai “hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi
guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi
siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar”,
(Dimyati dan Mudjiono, 2013). Adapun menurut pendapat lain, hasil belajar
adalah “kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar”,
(Mulyono Abdurrahman, 2012).
Maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan bentuk yang
terjadi setelah adanya proses pembelajaran yang diperoleh oleh masing-masing
individu.

2
Ibid, hal : 296

7
Berhasil atau tidaknya proses belajar seseorang dipengaruhi oleh banyak
faktor, baik faktor yang berasal dari dalam diri (faktor internal) individu,
maupun faktor yang berasal dari luar diri (faktor eksternal) individu. Pengenalan
terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar sangat penting
dilakukan dalam rangka membantu para siswa dalam mencapai hasil belajar
yang sebaik-baiknya.
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa yang
bersumber dari faktor internal berkaitan dengan karakter siswa, sikap terhadap
belajar, motivasi belajar, konsentrasi belajar, kemampuan mengolah bahan
belajar, kemampuan menggali hasil belajar, rasa percaya diri, dan kebiasaan
belajar. Sedangkan dari faktor eksternal, dipengaruhi oleh guru, lingkungan
sosial termasuk teman sebaya, kurikulum sekolah, dan
sarana dan prasarana, (Aunurrahman, 2012).
Keberhasilan belajar merupakan prestasi peserta didik yang dicapai dalam
proses belajar mengajar. Untuk mengatahui keberhasilan belajar tersebut
terdapat beberapa indikator yang dapat dijasikan petunjuk bahwa proses belajar
mengajar tersebut dianggap berhasil atau tidak. Syaiful Bahri Djamarah dan
Aswan Zain mengemukakan bahwa indikator keberhasilan belajar, di antaranya
meliputi daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai
prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok, dan perilaku yang
digariskan dalam tujuan pengajaran/instruksional khusus (TIK) telah dicapai
oleh peserta didik, baik secara individual maupun kelompok, (Syaiful Bahri
Djamarah, Aswan Zain, 2002).

c. Metode Drill
Salahuddin (1987: 100) mengatakan bahwa metode drill adalah suatu
kegiatan dalam melakukan hal yang sama secara berulang-ulang dan sungguh-
sungguh dengan tujuan untuk memperkuat suatu asosiasi atau menyempurnakan
suatu keterampilan supaya menjadi permanen. Menurut Syaiful Sagala (2009:
21), metode drill adalah metode latihan, atau metode training yang merupakan
suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan
tertentu. Juga sebagai sarana untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan,

8
kesempatan dan keterampilan. Sementara Roestiyah mengungkapkan bahwa
metode drill adalah suatu cara mengajar di mana peserta didik melaksanakan
kegiatan kegiatan latihan, peserta didik memiliki ketangkasan atau keterampilan
yang lebih tinggi dari apa yang telah dipelajari (Roestiyah, 1985: 125).
Maka berdasarkan pengertian di atas dapat peneliti simpulkan bahwa
metode drill merupakan cara penyajian atau penyampaian materi ajar yang
dilakukan secara berulang ulang dalam bentuk latihan untuk memperoleh hasil
yang diinginkan.

Setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.


Adapun kelebihan metode drill meliputi :
1) Pengertian peserta didik lebih luas melalui latihan berulang-ulang.
Kelebihan ini menggambarkan bahwa dengan penggunaan metode drill
peserta didik dalam mengikuti pembelajaran PAI akan memiliki pengertian
lebih luas karena latihan yang dilakukan dengan berulang. Tentu bila materi
yang diajarkan seorang guru PAI dilakukan secara berulang-ulang akan
membuat pemahaman peserta didik lebih luas dan tepat.
2) Peserta didik siap menggunakan keterampilannya karena udah dibiasakan.
Metode drill yang dilaksanakan oleh guru PAI membuat ketarampilan para
peserta didik lebih siap dia pergunakan. Bila pengetahuan terkait dengan
aktivitas fisik yang menuntut pada suatu keterampilan,maka harus dikuasai
latihan tertentu yang dilakukan secara berulang- ulang akan lebih mudah
dikuasai dibanding dengan pembelajaran yang bersifat verabalistik semata.
3) Peserta didik memperoleh kecakapan motoris.Salah satu aspek penting yang
perlu diperhatikan oleh guru PAI dalam penggunaan metode drill ini adalah
adanya kecakapan motoris yang dimiliki dan dukuasai oleh peserta didik.
Kecakapan motoris sangatlah penting dimiliki oleh para peserta didik
karena hal itu dapat dilihat realitasnya tanpa ada permainan penilaian yang
kurang tepat. Ukuran kecakapan motoris hanyalah pada dua hal saja, yaitu
bisa atau tidak bisa saja. Maka dengan penggunaan metode drillhal ini dapat
dilakukan dengan jelas, danpengetahuan peserta didikpun dapat diukur
dengan jelas pula. Hal yang dapat dilihat dari kecakapan motorik yang

9
diperoleh peserta didikadalah menulis, melafalkan huruf, membuat dan
menggunakan alat-alat.
4) Peserta didik memperoleh kecakapan mental.Kecakapan mental sangat
penting artinya bagi peserta didikdalam proses perkembangan dirinya
menjadi manusia terpelajar dan sukses di masa depan. Penggunaan metode
drilldalam kaitan ini dapat membina kecakapan mental peserta didikhingga
pengetahuannyadapat member dampak yang besar dalam hidupnya. Terkati
dengan hal ini dapat dilihat dalam perkalian, penjumlahan, pengurangan,
pembagian, tanda-tanda/simbol, dan sebagainya.
5) Menghindarkan ketegangan. Metode driil yang dilakukan oleh guru PAI
dapat menghindarkan ketegangan peserta didik. Menurut Muntasir seperti
dikutip Akbarizan, penggunaan metode drill dalam pembelajaran dapat
menghindarkan ketegangan dan suasana yang menakutkan pada anak didik
dengan menggunakan pelatihan-pelatihan yang intensif, memberikan
contoh tingkah laku yang baik, partisipasi yang memadai pada anak didik,
serta memandang bahwa segala aktivitas yang dilakukan merupakan ibadah
(Akbarizan, 2008: 53-54).
Di samping kelebihan yang telah diuraikan di atas, terdapat pula beberapa
kelemahan dan sekaligus hal ini menjadi perhatian yang perlu dihindari oleh
guru PAI dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam.
1) Peserta didik cenderung belajar secara mekanis. Disebabkan metode ini
dengan penggunaan latihan yang berulang-ulang maka peserta didik dalam
pembelajarannya cenderung seperti mekanis. Hal dikarenakan peserta didik
hanyalah mengikuti pembelajaran sesuai dengan teori-teori yang ada.
Membentuk kebiasaan yang kaku. Kebiasaan yang kaku artinya seolah-olah
peserta didik melakukan sesuatu secara mekanis, saat pemberian stimulus
peserta didik bertindak secara otomatis.
2) Dapat menyebabkan kebosanan. Penggunaan metode drill bila kurang dapat
dikuasai oleh guru PAI akan membuat peserta didik merasa bosan dalam
pembelajaran, karena bentuknya hanya itu-itu saja.
3) Dapat mematikan kreasi peserta didik. Penggunaan metode drill bagi guru
yang kurang mampu dapat membuat peserta didik kurang senang karena

10
drill hanya akan mengulangi pelajaran dengan tugas-tugas yang telah
ditentukan oleh guru. Peserta didik kurang dapat mengembangkan
kreativitasnya akibat dari bentuk pembelajaran atau materi yang diajarkan
hanya dapat dilakukan dengan latihan saja dan cenderung monoton.
4) Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan. Proses
pembelajaran yang sesungguhnya adalah terjadinya penyesuaian diri
dengan lingkungannya secara alamiah dan baik. Tugas-tugas yang
dilakukan hanya mengikuti aturan dari perintah guru PAI dimana peserta
didik menyelesaikan tugas secara statis sesuai dengan apa yang diinginkan
oleh guru.
Adapun langkah-langkah dari metode drill ialah :
1) Asosiasi. Langkah pertama yang harus dilakukan oleh guru dalam proses
penggunaan metode drill dalam pembelajaran PAI adalah guru memberikan
gambaran antara materi yang akan dipelajari dengan pengetahuan yang
sudah di miliki oleh peserta didik tersebut. Pemberian gambaran
pengetahuan ini sangat penting di mana guru PAI harus sudah mengetahui
bagaimana pengetahuan yang dimiliki oleh peserta didik sebelumnya
terhadap materi yang akan diajarakan berkut tersebut.
2) Menyampaikan tujuan yang hendak dicapai. Tujuan pembelajaran terkadang
sering terabaikan oleh guru PAI dalam setiap pembelajarannya, padahal hal
itu sangatlah penting untuk memberikan gambaran pada peserta didik ke
mana arah mereka dalam pembelajaran tersebut. Oleh karena itu agar
pembelajaran dapat berjalan dengan lancar maka guru PAI harus
menyampaikan tujuan dari pembelajaran tersebut.
3) Memotivasi peserta didik, menjadi bagian terpenting dalam proses
pembelajaran, karena dari sinilah awal pembelajaran dapat diikuti oleh
peserta didik yang kemudian nantinya berdampak pada penguasaan peserta
didik terhadap materi pembelajaran yang diajarkan.
4) Melakukan latihan dengan pengulangan secara bertahap, latihan hendaknya
dilakukan secara bertahap, dimulai dari yang sederhana kemudian ke taraf
yang lebih kompleks atau sulit.

11
5) Aplikasi. Jika suatu latihan telah dikuasai anak-anak, tahap berikutnya adalah
aplikasi. Setelah peserta didik mampu memahami bahan pembelajaran
dengan baik melalui proses pengulangan dalam latihan tersebut, maka tahap
selanjutnya adalah mereka mampu mengaplikasikannya dalam realitas.
6) Evaluasi, dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan peserta
didik pada materi.
7) Tindak lanjut, sangat penting sebagai realisasi dari tahap aplikasi yang
sebelumnya yang telah dilalui oleh peserta didik. Pada tahap ini seorang guru
PAI harus meminta peserta didik untuk melakukan pengulangan di luar kelas
terkait materi yang telah dipelajari dan menyarankan peserta didik untuk
terus mengembangkan materi yang telah dipelajari melalui metode drill
tersebut.

d. Mind Mapping
Mind Mapping atau peta pikiran adalah suatu tekhnik pembuatan catatan-
catatan yang dapat digunakan pada situasi, kondisi tertentu, seperti dalam
pembuatan perencanaan, penyelesaian masalah, membuat ringkasan, membuat
struktur, pengumpulan ide-ide, untuk membuat catatan, kuliah, rapat, debat dan
wawancara (Svantesson, 2004:1). Mind map adalah sistem penyimpanan,
penarikan data, dan akses yang luar biasa untuk perpustakaan raksasa, yang
sebenarnya ada dalam otak manusia yang menakjubkan (Buzan, 2008: 12).
Mind Mappingmerupakan teknik yang paling baik dalam membantu proses
berfikir otak secara teratur karena menggunakan teknik grafis yang berasal dari
pemikiran manusia yang bermanfaat untuk menyediakan kunci-kunci universal
sehingga membuka potensi otak. (Prayudi: 2008).
Maka dapat disimpulkan mind mapping adalah teknik yang digunakan
untuk mencatat hal-hal diperlukan menggunakan grafis disertai dengan poin-
poin penting.
Adapun langkah-langkah teknik mind mapping sebagai berikut:
1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2) Guru menyajikan materi sebagaimana biasa.

12
3) Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua
orang.
4) Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi yang
baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat
catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok
lainnya.
5) Menugaskan siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil
wawancaranya dengan teman pasangannya. Sampai sebagian siswa sudah
menyampaikan hasil wawancaranya
6) Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang kiranya belum dipahami
siswa.
7) Kesimpulan/penutup.

Setiap model dan strategi pembelajaran pasti ada kelebihan dan


kekurangannya. Begitu pun dengan Mind Mapping. Adapun kelebihan dari
mind mapping yaitu :
1) Merupakan cara yang mudah dalam menggali informasi dari dan ke otak
peserta didik. Catatan yang dibuat dalam bentuk Mind Mapping akan
mempermudah penulisnya untuk lebih memahami hal tersebut, dikarenakan
mereka menulis menggunakan dengan bahasa mereka sendiri.
2) Peserta didik dapat mengemukakan pendapat secara bebas. Dikarenakan
peserta didik dapat membuat ide kreatif berdasarkan ide mereka sendiri dan
menggunakan bahasa mereka sendiri yang tentu saja akan lebih mudah
mereka pahami.
3) Catatan yang dibuat oleh peserta didik lebih focus pada inti materi. Dalam
pembuatan mind mapping tidak semua materi yang diberikan oleh guru akan
dicatat oleh para peserta didik. Hanya inti pokok atau bagian-bagian penting
dari materi saja. Selain itu, karena mind mapping hanya disajikan pada satu
lembar kertas saja, maka pengkajian ulang materi akan lebih mudah.
4) Kreativitas individu maupun kelompok akan semakin meningkat. Mind
mapping memungkinkan peserta didik menuangkan ide yang mereka miliki
ke dalam bentuk visualisasi kreatif. Penggunaan gambar, symbol, dan kata

13
kunci yang terkait akan memicu dan merangsang pola piker kreatif peserta
didik.
5) Memudahkan peserta didik untuk mengingat. Karena catatan dalam mind
mapping sifatnya spesifik dan bermakna khusus bagi para pembuatnya. Mind
mapping mem[unyai cirri khas tertentu sesuai pembuatnya. Hal-hal penting
terangkum dan tercatat dalam kata kunci yang tertulis pada selembar
kertasdengan berbagai warna dan gambar. Sehingga memudahkan para
peserta didik untuk mengingat dan mempelajari suatu informasi dengan
melihat hubungan yang terbentuk dari kata kunci.
6) Mengaktifkan seluruh bagian otak. Dalam penyusunan Mind Mapping kedua
belahan otak akan dimaksimalkan penggunaannya. Peserta didik tidak hanya
menggunakan belahan otak kiri yang terkait dengan pemikiran logis. Akan
tetapi juga menggunakan belahan otak kanan dengan menngunakan perasaan
dan emosi mereka dalam warna dan symbol tertentu.

Sedangkan kekurangannya meliputi :


1) Jumlah detail informasi yang diterima peserta didik tidak diketahui.
Memerlukan banyak alat tulis. Mind mapping yang baik akan
memerlukan banyak warna, karena symbol simbol, gambar serta garis
yang dicantumkan dalam mind mapping akan atraktif dan menarik.
2) Memerlukan waktu yang lama. Para siswa ketika belum terbiasa dan
mahir menulis serta menggambar, mereka akan ragu-ragu. Bagi para
pemula rasa takut salah dan merasa tidak mampu, akan mendominasi.
3) Memerlukan waktu yang panjang untuk memeriksa. Ketika para peserta
didik membuat mind mapping, maka guru akan kewalana untuk
memeriksanya apabila dalam satu pokok pelajaran akan ada lebih dari
satu mind mapping.
4) Pembuatan lumayan sulit. Kekurangan ini akan bisa diatasi apabila
pengajar benar-benar memahami mind mapping. Dalam pembuatannya
pengajar diharapkan untuk senantiasa mendampingi dan membantu
peserta didik agar tidak merasa kesulitan dan merasa tertarik dalam
membuat mind map

14
e. Penelitian lain yang relevan
1) Penelitian yang dilakukan oleh Devi Afriani Yunanda dengan judul
Peningkatan Pemahaman Siswa Mata Pelajaran Pkn Tentang Sistem
Pemerintahan Melalui Metode M2m (Mind Mapping) Kelas IV MI Mambaul
Ulum, Tegalgondo, Karangploso, Malang. Hasil penelitian tersebut
menyimpulkan bahwa peningkatan proses belajar berakibat positif pada
pemahaman siswa yang mengalami peningkatan setiap siklusnya. Pada
Siklus 1 hasil kegiatan kelompok pembuatan Mind Mappingdiperoleh 50 %
dan pada siklus 2 meningkat menjadi 75 %, hal ini menunjukkan adanya
peningkatan pemahaman siswa tentang sistem pemerintahan melalui
kegiatan kelompok. Sedangkan hasil evaluasi individu pada akhir
pembelajaran (siklus), pada siklus 1 diperoleh nilai 59 % dan pada siklus 2
meningkat menjadi 82 %, hal ini menunjukkan adanya peningkatan
pemahaman siswa tentang sistem pemerintahan melalui latihan soal pada
akhir pembelajaran. Jadi dapat disimpulkan bahwa melalui metode Mind
Mapping pemahaman siswa pada mata pelajaran PKn tentang sistem
pemerintahan mengalami peningkatan yang signifikan dari siklus 1 ke siklus
2.
2) Penelitian yang dilakukan oleh Lestari Dwi Ariyani dengan judul Pengaruh
Penggunaan Metode Drill Terhadap Tingkat Pemahaman Dan Daya Ingat
Siswa Dalam Pembelajaran Kosakata Bahasa Arab Di Kelas 2 Mi Sabilil
Islam Ketandan Madiun Tahun Ajaran 2018/2019 . Terkait metode drill.
Pada hasil penelitiannya dijabarkan bahwa terdapat pengaruh terhadap
pemahaman dan daya ingat peserta didik di kelas 2 MI Sabilil Islam
Ketandan Madiun, dengan pengaruh 55%, sedangkan 45% dipengaruhi oleh
faktor lain yang tidak diteliti.

15
f. Kerangka berpikir
Berdasarkan latar belakang dan penelitian terdahulu di atas, maka dapat
digambarkan kerangka berpikir sebagaimana di bawah ini:

Guru mengobservasi
motivasi dan hasil
suasa kelas dan belum
belajar peserta
Kondisi menerapkan strategi
didik rendah
Awal untuk menindaklanjuti
permasalahan yang ada

Siklus I
Guru menerapkan metode
drill dan memberikan
Tindaka penugasan mindmapping
n pada kelas IX materi zakat
Siklus II

Kondisi Motivasi dan hasil


Akhir belajar peserta didik
meningkat

g. Hipotesis tindakan
1) Metode drill dan penugasan mind mapping dapat meningkatkan motivasi dan
hasil belajar siswa kelas IX pada materi zakat di SMP Negeri 10 Denpasar
Tahun Pelajaran 2023/2024
2) Metode drill dan penugasan mind mapping dapat meningkatkan motivasi
belajar siswa kelas IX pada materi zakat di SMP Negeri 10 Denpasar Tahun
Pelajaran 2023/2024
3) Metode drill dan penugasan mind mapping dapat meningkatkan hasil belajar
siswa kelas IX pada materi zakat di SMP Negeri 10 Denpasar Tahun
Pelajaran 2023/2024

4. Metode penelitian
a. Setting penelitian
1) Tempat, PTK dilaksanakan di SMP Negeri 10 Denpasar yang berlokasi di Jalan
Gatot Subroto Barat, Dauh Puri Kaja, Kec. Denpasar Utara, Kota Denpasar, Bali

16
2) Waktu, penelitian ini dilakukan selama empat bulan dari bulan Agustus
sampai dengan Desember pada semester ganjil tahun pelajaran 2022/2023.
3) Subjek, subjek yang dikenai tindakan dalam penelitian ini adalah peserta
didik PAI kelas IX sebanyak 12 orang, dengan rincian peserta didik laki-
laki 8 orang dan perempuan 4 orang.
b. Prosedur penelitian
Prosedur dari penelitian ini melewati dua siklus, yang mana setiap siklusnya
melalui empat tahapan (perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi).
Sebagaimana hak tersebut merupakan prosedur dari penelitian tindak kelas
(PTK). Adapun tahapan-tahapan dari masing masing siklus sebagai berikut :
1) Perencanaan Tindakan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan tindakan yaitu:
a) Menyiapkan bahan ajar
b) Merancang RPP siklus I (pertemuan I dan II)
c) Menyiapkan media pembelajaran berupa video pembelajaran
d) Menyiapkan instrumen penilaian:
 Tes (bentuk pilihan ganda)
 Angket motivasi belajar (bentuk pernyataan dengan skala likert)
 Lembar observasi aktivitas peserta didik dan guru
e) Menyiapkan daftar hadir peserta didik
2) Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan.
Siklus I pertemuan pertama dilaksanakan pada 11 September 2023 dan
pertemuan kedua pada 18 September 2023. Berikut uraian pada masing-
masing pertemuan dalam siklus I:
a) Siklus I pertemuan 1
Siklus I pertemuan pertama dilaksanakan pada 11 September 2023
selama 3 jam pelajaran dari pukul 15.00 – 17.00. Adapun langkah-
langkah pembelajaran pada pertemuan pertama yakni:
 Kegiatan pendahuluan
 Kegiatan inti
 Kegiatan penutup

17
b) Siklus I pertemuan 2
Siklus I pertemuan kedua dilaksanakan pada 18 September 2023
selama 3 jam pelajaran dari pukul 15.00 – 17.00. Adapun langkah-
langkah pembelajaran pada pertemuan pertama yakni:
 Kegiatan pendahuluan
 Kegiatan inti
 Kegiatan penutup
c) Siklus II pertemuan I dan II
Tahap pelaksanaan tindakan pada siklus II sesuai dengan tahapan
pada siklus I. Perbaikan pelaksanaan tindakan pada siklus II
disesuaikan dengan hasil refleksi aktivitas belajar peserta didik dan
guru pada siklus I.
3) Pengamatan
Pengamatan dilakukan jauh sebelum metode drill dan mind mapping
dilaksanakan. Pengamatan dilakukan untuk menimbang-nimbang, sekiranya
metode apa yang tepat digunakan untuk menopang motivasi belajar siswa kelas
IX yang mana konsentrasi mereka sudah mulai menurun dan bagaimana cara
meningkat hasil belajar dengan situsi peserta didik yang jam pembelajarannya
berada di jam-jam pulang. Pengamatan dilakukan secara langsung saat
pembelajaran tatap muka di ruang kelas.
4) Refleksi
Pada tahap refleksi yang mana merupakan tahapan yang sudah melalui proses
perencanaan, pelaksanaan, dan pengamatan. Refleksi dilakukan oleh guru mata
pelajaran untuk dapat mengevaluasi bagaimana keefektifan dari penggunaan
metode drill dan mind mapping. Dengan melihat bagaimana perkembangan
peserta didik saat sudah melewati proses pembelajaran menggunakan metode
drill dan mind mapping tersebut. Pada tahap I terlihat peserta didik sudah
mampu untuk menjawab pertanyaan yang dilemparkan oleh guru, dan kelanjutan
terkait metode dan penugasan ini dapat dilihat pada siklus II.
c. Teknik dan alat pengumpul data
Data yang diteliti pada penelitian ini adalah data terkait variabel masalah
dan tindakan. Dimana variabel masalah pada penelitian ini adalah motivasi dan

18
hasil belajar sedangkan variabel tindakan adalah menggunakan metode drill dan
penugasan mind mapping. Teknik dan alat pengumpulan data yang digunakan
pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 1. Teknik dan Instrumen Penelitian
No Variabel Teknik Instrumen
1 Masalah
Motivasi Belajar Angket Lembar angket
Hasil Belajar Tes Butir soal
2 Tindakan
Aktivitas guru Observasi Lembar observasi aktivitas guru
Aktivitas siswa Observasi Lembar observasi aktivitas siswa

d. Analisis data
Analisis data pada penelitian ini yaitu analisis deskriptif komparatif. Data
hasil pada setiap siklus dibandingkan peningkatannya. Data yang diperoleh dan
dianalisis pada penelitian ini yakni data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif
yang dianalisis pada tiap siklus yakni:
1) Data hasil motivasi belajar
Data hasil motivasi belajar diperoleh dari hasil penyebaran angket
kepada peserta didik dengan menggunakan skala likert. Data yang
diperoleh, kemudian dianalisis dengan rumus:
skor yang diperoleh
skor motivasi belajar peserta didik = X 100
skor maksimal
Dari hasil skor motivasi di atas maka diketahui peserta didik
dengan motivasi belajar tinggi, sedang, cukup dan kurang dengan
ketentuan:
Skor Keterangan
0 – 25 Motivasi kurang
26 – 50 Motivasi cukup
51 – 75 Motivasi sedang
76 - 100 Motivasi tinggi
Kemudian data yang diperoleh dideskripsikan dalam bentuk narasi.

19
2) Data hasil belajar
Data hasil belajar diperoleh melalui hasil tes peserta didik. Data
dianalisis dengan mencari nilai masing-masing peserta didik dengan
rumus:

skor yang diperoleh


nilai = X 100
skor maksimal

Dari nilai hasil belajar peserta didik diketahui ketuntasan peserta


didik. Adapun ketuntasan peserta didik dapat ketahui berdasarkan nilai
KKM mata pelajaran kimia kelas X yaitu 75. Setelah mengetahui nilai
masing-masing peserta didik maka nilai dirata-rata dengan rumus:

jumlah nilai yang diperoleh peserta didik


nilai rata − rata = X 100
jumlah nilai maksimal

setelah mengetahui nilai rata-rata peserta didik, maka perlu dianalisis


persentase ketuntasan hasil belajar peserta didik dengan rumus:

jumlah siswa yang tuntas


persentase ketuntasan klasikal = X 100
jumlah siswa

Data nilai rata-rata dan persentase ketuntasan yang diperoleh kemudian


dideskripsikan dalam bentuk narasi.
3) Data aktivitas peserta didik
Data hasil aktivitas peserta didik diperoleh dari hasil observasi
berdasarkan indikator aktivitas belajar peserta didik. Data yang
diperoleh, kemudian dianalisis dengan rumus:

skor yang diperoleh


skor aktivitas belajar peserta didik/guru = X 100
skor maksimal

20
Dari hasil skor aktivitas belajar peserta didik maka diketahui aktivitas
belajar yang baik, sedang, cukup dan kurang dengan ketentuan:
Skor Keterangan
0 – 25 Aktivitas kurang
26 – 50 Aktivitas cukup
51 – 75 Aktivitas sedang
76 - 100 Aktivitas baik

Kemudian data yang diperoleh dideskripsikan dalam bentuk


narasi. Sedangkan data kualitatif yang dianalisis adalah data hasil
pengamatan aktivitas tindakan guru saat pembelajaran. Data kualitatif
pada lembar observasi yang berisikan catatan dari guru kolaborator
diuraikan dan dideskripsikan sebagai bentuk refleksi terhadap tindakan
yang telah dilaksanakan pada proses pembelajaran.
Data motivasi dan hasil belajar yang diperoleh kemudian
dikomparasi pada tiap siklusnya untuk membandingkan peningkatan
yang terjadi pada tiap siklus. Data motivasi dan hasil belajar yang
diperoleh, dapat dibandingkan dengan menggunakan table dari hasil
yang diperoleh pada tiap siklus.
e. Indikator kinerja
Indikator kinerja pada penelitian ini merupakan ukuran keberhasilan
tindakan apakah siklus diberhentikan atau dilanjutkan. Indikator kinerja pada
penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1) Motivasi belajar ditentukan dengan 75% peserta didik yang memiliki
motivasi tinggi
2) Hasil belajar ditetapkan dengan ketuntasan klasikal 75% dengan nilai rata-
rata 75 (sesuai KKM)

5. Daftar pustaka
Dimyati dan Mudjiono. 2015. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Effendi.

21
Gulo, Adenirwati. 2022. Penerapan Model Discovery Learning Terhadap Hasil
Belajar Peserta Didik Pada Materi Ekosistem. Jurnal Pendidikan Educativo,
1(1), 307-313.
Hamalik, Oemar. 2003. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.
Jakarta: Bumi Askara
Jayadiningrat, Made Gautama. 2019. Penerapan Model Pembelajaran Discovery
Learning untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa. Jurnal
Pendidikan Kimia Undiksha, 3(2), 83-89.
Khodijah, Nyanyu. 2013. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers
Nana Sudjana (2006). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Roestiyah. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Sardiman, 2018. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Depok : Rajawali Pers.
Adz-dzakiey.
Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Raja. Grafindo
Persada.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset.
Syah, Muhibbin. 2012. Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Pers
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rineka Cipta.

22
6. Lampiran-lampiran
a. Dokumen bahan ajar
b. Dokumen RPP tiap siklus
c. Instrumen penilaian dalam bentuk tes (pilihan ganda)
d. Lembar angket motivasi belajar
e. Lembar observasi aktivitas peserta didik dan guru
f. Daftar hadir dan nilai peserta didik
g. Surat permohonan melaksanakan penelitian

23

Anda mungkin juga menyukai