Anda di halaman 1dari 10

PERIKATAN YANG BERSUMBER DARI UNDANG-UNDANG

Dosen Pengampu:
Dr. I Wayan Wiryawan, S.H., M.H.

Disusun Oleh:
Kelompok 5

1. I Kadek Rey Aditya Putra (2204551407)


2. Lubana Fatmahriza Ubaidillah (2204551411)
3. I Putu Ade Jaya Wiguna (2204551413)
4. I Kadek Agus Aristya Jaya (2204551414)
5. Ni Komang Della Erya Lestari (2204551415)
6. I Made Agus Dwi Karna (2204551416)
7. Putu Agus Rhanda Putra (2204551417)

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Sistem hukum merupakan suatu kerangka kerja yang mengatur perilaku masyarakat dan
individu dalam suatu negara atau wilayah tertentu. Dalam setiap sistem hukum, perikatan yang
bersumber dari undang-undang memiliki peran dan fungsi yang sangat vital dalam membentuk
dasar hukum dan menjaga kestabilan serta keadilan dalam masyarakat. Oleh karena itu,
pemahaman yang mendalam terkait peran dan fungsi perikatan yang bersumber dari undang-
undang serta mekanisme pembentukannya sangatlah penting untuk memahami landasan
hukum suatu negara.1
Pertanyaan mendasar yang muncul adalah "Apa peran dan fungsi perikatan yang
bersumber dari undang-undang dalam kehidupan masyarakat dan sistem hukum?" Perikatan
yang bersumber dari undang-undang menjadi instrumen utama dalam membentuk kewajiban
dan hak-hak antara individu, perusahaan, dan entitas hukum lainnya. Peran ini mencakup
regulasi hubungan kontrak, tanggung jawab perdata, serta aturan-aturan yang menjamin
keadilan dalam transaksi dan interaksi sehari-hari. Selain itu, perikatan yang bersumber dari
undang-undang juga berperan sebagai sarana untuk menyelesaikan sengketa dan melindungi
kepentingan bersama masyarakat.
Pentingnya pemahaman mengenai peran dan fungsi perikatan yang bersumber dari
undang-undang juga muncul dalam konteks globalisasi, di mana interaksi antarnegara dan
perusahaan multinasional semakin kompleks. Dalam hal ini, hukum perikatan menjadi
landasan yang memastikan keberlanjutan dan keamanan dalam transaksi dan investasi lintas
batas.
Selanjutnya, pertanyaan kedua, "Bagaimana mekanisme pembentukan perikatan yang
bersumber dari undang-undang dalam sistem hukum tertentu?" menjadi fokus utama dalam
mengkaji bagaimana perikatan hukum tersebut diciptakan dan diakui. Mekanisme
pembentukan perikatan dapat bervariasi antara berbagai sistem hukum, yang dapat mencakup
proses legislasi, putusan pengadilan, atau bahkan kebiasaan dan praktik hukum yang telah
berkembang.

1
Subekti, 1999 , Aspek Aspek Hukum Perikatan, Alumni , Bandung , hlm. 12.
Pemahaman terkait mekanisme pembentukan perikatan juga mencakup analisis
terhadap aspek-aspek hukum yang mempengaruhi proses tersebut, seperti aspek historis,
politis, dan sosial. Dengan memahami konteks ini, kita dapat mengidentifikasi faktor-faktor
yang membentuk perikatan hukum dan merumuskan kebijakan yang sesuai untuk
meningkatkan efektivitas dan keadilan dalam sistem hukum.
Dengan merinci peran, fungsi, dan mekanisme pembentukan perikatan yang bersumber
dari undang-undang, penelitian ini bertujuan untuk memberikan wawasan mendalam terhadap
bagaimana hukum memainkan peran penting dalam membentuk struktur masyarakat dan
sistem hukum. Melalui pemahaman yang lebih baik terhadap dasar-dasar ini, diharapkan dapat
ditemukan cara-cara untuk meningkatkan keadilan, kepastian hukum, dan kesejahteraan
masyarakat secara keseluruhan.2

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, dapat ditarik bahwa Rumusan Masalah yang akan dibahas
pada makalah ini adalah:

1. Apa peran dan fungsi perikatan yang bersumber dari undang-undang dalam kehidupan
masyarakat dan sistem hukum?
2. Bagaimana mekanisme pembentukan perikatan yang bersumber dari undang-undang
dalam sistem hukum tertentu?

1.3 Metode Penelitian

Secara umum Penelitian hukum merupakan suatu proses analisis yang meliputi metode,
sistematika, dan pemikiran tertentu dengan tujuan mempelajari tanda-tanda hukum tertentu
guna mencari solusi atas permasalahan yang muncul, oleh karena itu diperlukan metode
penelitian yang tepat. Adapun metode yang digunakan di dalam penulisan makalah ini, penulis
menggunakan metode penelitian hukum normatif. Menurut Soerjono Soekanto dan Sri
Mamudji, menjelaskan penelitian hukum normatif sebagai “penelitian hukum yang dilakukan
dengan mengkaji bahan kepustakaan (data sekunder).

2
J.Satrio, 1999, Hukum Perikatan Perikatan Pada Umumnya, Alumni, Bandung, hlm. 32
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Peran dan Fungsi Perikatan yang Bersumber Dari Undang-Undang Dalam
Kehidupan Masyarakat dan Sistem hukum.

A. Peran dan Fungsi Perikatan yang Bersumber Dari Undang-Undang Dalam


Kehidupan Masyarakat

Perikatan yang lahir dari Undang-Undang itu diatur dalam Pasal 1352 KUHPerdata
yang menyebutkan bahwa: “Perikatan-perikatan yang dilahirkan demi undang-undang, timbul
dan undang-undang sebagai undang-undang atau dan undang-undang sebagai akibat perbuatan
orang.” Perikatan yang bersumber dari undang-undang memiliki peran dan fungsi penting
dalam kehidupan masyarakat dan sistem hukum. Undang-undang menjadi tiang pancang bagi
penyelenggaraan negara yang sangat mempengaruhi konstelasi sistem hukum nasional. 3 Fungsi
perikatan yang bersumber dari undang-undang dalam kehidupan masyarakat dan sistem hukum
meliputi:

● Pengatur masyarakat: Undang-undang membagi kepentingan dan tanggung jawab


kepada individu, kelompok, dan golongan dalam masyarakat, serta memberikan
jaminan keadilan dan kepastian hukum mengenai hak-hak, kewajiban, status, atau
disposisi dalam berbagai aspek kehidupan.

● Pembatas kekuasaan: Undang-undang membatasi kekuasaan yang dimiliki oleh organ-


organ negara dengan aturan yang jelas agar tidak terjadi penyalahgunaan kekuasaan.

● Alat rekayasa sosial: Undang-undang digunakan sebagai alat rekayasa sosial untuk
mengatur hubungan antara individu dan masyarakat serta mengatur perilaku sosial yang
tidak seimbang.

● Sarana pembaharuan masyarakat: Undang-undang menjadi sarana pembaharuan


masyarakat dengan menjaga hak-hak dan keadilan serta menghormati perbedaan
budaya, agama, dan kebutuhan masyarakat.

3
Ricca Anggraeni, “memaknakan fungsi undang-undang dasar secara ideal dalam pembentukan undang-
undang” Jilid 48 No.3, Juli 2019, Halaman 283-293
● Penyelenggaraan negara: Undang-undang menjadi tiang pancang bagi penyelenggaraan
negara dan sangat mempengaruhi konstelasi sistem hukum nasional.

● Pembentukan sistem hukum: Pembentukan hukum dalam konteks peraturan


perundang-undangan memegang peranan penting di dalam pembangunan sistem
hukum nasional.4

Ketentuan umum: Undang-undang menjadi ketentuan umum yang mengatur hubungan antara
pihak-pihak dan menjaga keseimbangan dalam masyarakat. Secara keseluruhan, perikatan
yang bersumber dari undang-undang memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam
kehidupan masyarakat dan sistem hukum, sehingga memainkan peran yang vital dalam
menjaga keseimbangan, hak-hak, dan keadilan serta menghormati perbedaan budaya, agama,
dan kebutuhan masyarakat.5

B. Sistem Hukum Perikatan

Sistem hukum perikatan adalah terbuka. Artinya, KUH Perdata memberikan


kemungkinan bagi setiap orang mengadakan bentuk perjanjian apapun, baik yang telah diatur
dalam undang- undang, peraturan khusus maupun perjanjian baru yang belum ada
ketentuannya. Sepanjang tidak bertentangan dengan Pasal 1320 KUH Perdata. Akibat
hukumnya adalah, jika ketentuan bagian umum bertentangan dengan ketentuan khusus, maka
yag dipakai adalah ketentuan yang khusus, misal: perjanjian kos-kosan, perjanjian kredit, dll.
Pasal 1320 KUH Perdata mengatur tentang syarat sahnya perjanjian yaitu :

1) Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya; (tidak ada paksaan, tidak ada keleiruan dan tidak
ada penipuan)
2) Kecakapan untuk membuat suatu perikatan ; (dewasa, tidak di bawah pengampu)
3) Suatu hal tertentu (objeknya jelas, ukuran, bentuk, dll)
4) Suatu sebab yang halal; (tidak bertentangan dengan ketertiban, hukum/UU, dan kesusilaan.

2.2 Mekanisme Pembentukan Perikatan Yang Bersumber Dari Undang-Undang Dalam


Sistem Hukum Tertentu

4
Arief, Barda Nawawi. (2012). Pembangunan Sistem Hukum Nasional (Indonesia). Semarang: Pustaka
Magister.
5
Rohi, Sofia L. (2013). Implikasi UndangUndang Dasar 1945 Terhadap Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional. Jurnal Politika. Volume 4. (Nomor 1, April), pp. 82-92, p. 82-83.
Sumber perikatan sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1233 KUH Perdata adalah
perjanjian dan undang-undang. Sumber perikatan yang berasal dari perjanjian dapat berupa
perjanjian tertulis dan perjanjian tidak tertulis. Sedangkan sumber perikatan yang berasal dari
undang-undang terdiri dari undang-undang saja dan undang-undang karena perbuatan manusia
(Pasal 1352 KUH Perdata). Berdasarkan ketentuan Pasal 1313 KUH Perdata, suatu perjanjian
adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu
orang lain atau lebih. Hal ini berarti dalam perjanjian tedapat paling sedikit dua pihak yang
saling mengikatkan diri satu sama lain.
Pasal 1320 KUH Perdata menentukan adanya 4 (empat) syarat sahnya suatu perjanjian
yang meliputi syarat subyektif dan obyektif. Menurut Subekti, syarat tersebut yaitu, adanya
kata sepakat bagi mereka yang mengikatkan dirinya dan kecakapan para pihak untuk membuat
suatu perikatan. Kedua syarat tersebut berkaitan dengan subyek perjanjian sehingga disebut
syarat subyektif. Sedangkan syarat yang berkaitan dengan obyek perjanjian atau disebut syarat
obyektif meliputi suatu hal tertentu dan suatu sebab (causa) yang halal. Apabila syarat objektif
dalam perjanjian tidak terpenuhi maka perjanjian tersebut batal demi hukum atau perjanjian
yang sejak semula sudah batal, hukum menganggap perjanjian tersebut tidak pernah ada.
Apabila syarat subjektif tidak terpenuhi maka perjanjian tersebut dapat dibatalkan atau
sepanjang perjanjian tersebut belum atau tidak dibatalkan pengadilan maka perjanjian yang
bersangkutan masih terus berlaku.6
Ketentuan tentang perikatan yang dilahirkan dari undang-undang diatur dalam Buku
Ketiga Bab III KUH Perdata, dalam Pasal 1352 sampai dengan Pasal 1380. Selain itu juga
mendasarkan pada ketentuan Pasal 1233 KUH Perdata yang menyatakan, “Tiap-tiap perikatan
dilahirkan baik karena persetujuan, baik karena undang-undang”. Hal ini bermakna bahwa
hubungan hukum yang terjadi dalam lapangan harta kekayaan dapat terjadi setiap saat, baik itu
dikarenakan kehendak dari para pihak, maupun tanpa dikehendaki oleh para pihak dikarenakan,
suatu peristiwa, hubungan antara para pihak maupun suatu keadaan dapat berubah menjadi
hubungan hukum, baik dikehendaki ataupun tidak dikehendaki oleh para pihak, dan oleh
undang-undang hubungan/keadaan ataupun peristiwa tersebut diberikan kewajiban atau
prestasi untuk dipenuhi.7

6
Sulasi R, PERJANJIAN PENJAMINAN KREDIT ANTARA UMKM DAN LEMBAGA PENJAMIN
BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENJAMINAN, Vol. 7 No. 1,
Jurnal Negara Hukum, 2016, Hlm. 4
7
Nanda Amalia, HUKUM PERIKATAN, (Aceh: Unimal Press: 2013), Hlm. 26
Dalam system hukum Indonesia, hukum perikatan merupakan produk hukum baru,
sedangkan sumber hukum perikatan yang ada di Indonesia adalah hukum perjanjian dan
undang-undang. Dalam hukum perikatan, hubungan hukum tidak bisa timbul dengan
sendirinya, melainkan harus didahului oleh adanya tindakan hukum (recht handeling) yang
dilakukan pihak-pihak, sehingga menimbulkan hak di satu sisi dan kewajiban pada pihak lain.
Suatu perikatan terjadi karena adanya perjanjian/persetujuan atau karena tindakan yang sesuai
atau tidak sesuai dengan undang-undang. Dengan demikian, sumber perikatan itu ada dua,
yakni perjanjian dan undang-undang. Undang-undang yang menjadi sumber hukum perikatan,
dapat dibagi menjadi: a. Undang-Undang Melulu. b. Undang-Undang dan perbuatan manusia
(Perbuatan yang menurut hukum dan Perbuatan yang melawan hukum). Menurut KUH
Perdata, dasar hukum perikatan berasal dari tiga sumber sebagai berikut :

a. Perikatan yang timbul dari persetujuan (perjanjian)


Kedua pihak debitur dan kreditur dengan sengaja bersepakat saling mengikatkan diri,
dalam perikatan mana kedua pihak mempunyai hak dan kewajiban yang harus dipenuhi. Pihak
debitur wajib memenuhi prestasi dan pihak kreditur berhak atas prestasi. Ketentuan Pasal 1313
KUH Perdata menyebutkan bahwa: Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu
orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.

b. Perikatan yang timbul dari undang-undang


Hak dan kewajiban debitur dan kreditur ditetapkan oleh Undang-Undang. Pihak debitur
dan kreditur wajib memenuhi ketentuan Undang-Undang. Undang-Undang mewajibkan
debitur berprestasi dan kreditur berhak atas prestasi. Kewajiban ini disebut kewajiban Undang-
Undang. Jika kewajiban tidak dipenuhi, berarti pelanggaran Undang-Undang. Dalam
Ketentuan Pasal 1352 KUH Perdata menyebutkan bahwa: Perikatan-perikatan yang dilahirkan
demi undang-undang, timbul dari undang-undang saja, atau dari undang-undang sebagai akibat
perbuatan orang.

c. Perikatan terjadi bukan perjanjian, tetapi terjadi karena perbuatan melanggar hukum
(onrecht matigedaad) dan perwakilan sukarela (zaak waarneming).
Dalam ketentuan Pasal 1353 KUH Perdata, menyebutkan bahwa : Perikatan-perikatan
yang dilahirkan dari undang-undang sebagai akibat perbuatan orang, terbit dari perbuatan halal
atau dari perbuatan melawan hukum. Berdasarkan ketentuan Pasal 1353 KUH Perdata tersebut,
jelas disebutkan bahwa perikatan yang lahir atau bersumber dari undang-undangkarena
perbuatan manusia.8

8
Joko Sriwidodo, MEMAHAMI HUKUM PERIKATAN, (Yogyakarta: Kepel Press: 2021), Hlm. 119-121
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Peran dan fungsi perikatan yang bersumber dari undang-undang memiliki dampak
signifikan dalam kehidupan masyarakat dan sistem hukum. Undang-undang memberikan
kerangka kerja untuk mengatur hubungan antar individu, kelompok, dan lembaga dalam suatu
masyarakat. Perikatan yang bersumber dari undang-undang merupakan instrumen hukum yang
memberikan kepastian dan perlindungan bagi pihak-pihak yang terlibat, menciptakan
keseimbangan dalam interaksi sosial, serta mendorong keadilan.
Mekanisme pembentukan perikatan yang bersumber dari undang-undang dalam sistem
hukum tertentu melibatkan proses legislasi dan pembuatan hukum. Langkah-langkah ini
melibatkan penyusunan, pembahasan, dan pengesahan undang-undang oleh badan legislatif.
Pembentukan perikatan yang bersumber dari undang-undang juga dapat melibatkan interpretasi
dan implementasi oleh lembaga peradilan. Dengan demikian, sistem hukum menjadi alat
penting untuk mengatur dan menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban masyarakat.
Secara keseluruhan, perikatan yang bersumber dari undang-undang adalah pilar utama
dalam pembentukan dan pemeliharaan tatanan sosial dan hukum. Dengan memberikan
landasan hukum, undang-undang menciptakan kerangka kerja yang memungkinkan
masyarakat untuk hidup secara teratur, adil, dan berdasarkan prinsip-prinsip hukum yang telah
ditetapkan.

3.2 SARAN
Melalui rangkuman mengenai PERIKATAN YANG BERSUMBER DARI
UNDANG-UNDANG, penulis memiliki harapan agar pembaca memiliki pemahaman lebih
dalam Peran dan Fungsi Perikatan yang Bersumber Dari Undang-Undang Dalam Kehidupan
Masyarakat dan Sistem hukum dan Mekanisme Pembentukan Perikatan Yang Bersumber Dari
Undang-Undang Dalam Sistem Hukum Tertentu. Saat membuat kontrak, pastikan untuk
menyusunnya dengan jelas dan rinci, mencakup semua aspek yang relevan sesuai dengan
ketentuan undang-undang yang berlaku serta pastikan bahwa semua syarat sah pembentukan
perikatan telah terpenuhi sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku dan Jika
memungkinkan, konsultasikan dengan ahli hukum untuk memastikan bahwa perikatan yang
dibentuk mematuhi semua ketentuan hukum yang relevan. Setelah perikatan dibentuk, pastikan
bahwa semua pihak memahami dan mematuhi kewajiban mereka sesuai dengan hukum yang
berlaku.
DAFTAR PUSTAKA

Subekti, 1999 , Aspek Aspek Hukum Perikatan, Alumni , Bandung , hlm. 12.

J.Satrio, 1999, Hukum Perikatan Perikatan Pada Umumnya, Alumni, Bandung, hlm. 32

Ricca Anggraeni, “memaknakan fungsi undang-undang dasar secara ideal dalam


pembentukan undang-undang” Jilid 48 No.3, Juli 2019, Halaman 283-293

Arief, Barda Nawawi. (2012). Pembangunan Sistem Hukum Nasional (Indonesia).


Semarang: Pustaka Magister.

Rohi, Sofia L. (2013). Implikasi UndangUndang Dasar 1945 Terhadap Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional. Jurnal Politika. Volume 4. (Nomor 1, April), pp. 82-92, p. 82-83.

Sulasi R, PERJANJIAN PENJAMINAN KREDIT ANTARA UMKM DAN LEMBAGA


PENJAMIN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG
PENJAMINAN, Vol. 7 No. 1, Jurnal Negara Hukum, 2016, Hlm. 4

Nanda Amalia, HUKUM PERIKATAN, (Aceh: Unimal Press: 2013), Hlm. 26

Joko Sriwidodo, MEMAHAMI HUKUM PERIKATAN, (Yogyakarta: Kepel Press: 2021),


Hlm. 119-121

Anda mungkin juga menyukai