Anda di halaman 1dari 10

Lex Privatum Vol. X/No.

1/Jan/2022

SUATU TINJAUAN TERHADAP BATALNYA JUAL membatalkan Akta jual beli tanpa adanya
BELI TANAH KARENA TIDAK TERJADNYINYA kehendak kedua bela pihak atau atas kehendak
PERALIHAN HAK1 salah satu pihak
Oleh : Cindy Claudia Rondonuwu2
Roy V. Karamoy3 B. Perumusan Masalah
Marthin Doodoh4 1. Bagaimana Peralihan Hak Atas Tanah
2. Bagaiman Fungsi PPAT dalam Peralihan
ABSTRAK Hak Atas Tanah serta Cara Pembatalan
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk Akta Jual Beli Atas Tanah
mengetahui bagaimana Peralihan Hak Atas
Tanah dan bagaiman Fungsi PPAT dalam C. Metode Penelitian
Peralihan Hak Atas Tanah serta Cara Metode Penelitian Kepustakaan (library
Pembatalan Akta Jual Beli Atas Tanah yang researct method).
dengan metode penelitian hukum normatif
disimpulkan: 1. Akta jual beli tanah menurut PEMBAHASAN
sistem hukum yang berlaku tidak dapat di A. Peralihan Hak Atas Tanah dan Jual Beli
batalkan ole PPAT tanpa ada kehendak kedua 1. Peralihak Hak Milik Atas tanah
belah pihak yang mengadakan transaksi jual Di dalam Pasal 20 ayat (2) Undang -undang
beli tanah. 2. Dalam pelaksnaannya transaksi Pokok Agraria (UUPA) telah ditenttukan bahwa
jual beli tanah terlebih dahuku harus diketahui Hak Milik dapat beralih dan dialihkan kepada
benar tentang riwayat tanah yang pihak lain. Dengan kata lain “beralih”
bersangkutan, jaga dapat di minta menunjuk pada berpindahnya hak karena
penjelasannya di Kantor Dinas Luar/PEDA yang hukum, bukan karena perbuatan hukum.
dahulunya disebut Lanrente atau pada zaman Dalam hal ini peralihan hak itu terjadi karena
Jepang disebut pajak bumi dan pada tahun peristiwa hukum, karena warisan atau karena
1950 Jaman RI Pajak Pendaftaran Penghasilan perkawinan (menjadi kepunyaan suami-isteri).
Tanah Milik Indonesia yang kemudian diubah Jadi dengan kata “beralih” menunjukan
namanya menjadi pendaftaran Tanah milik pada adanya perbuatan hukum yang
dan/atau Pajak Hasil Bumi dan pada dikehendali oleh pemilik/empunya hak dengan
keesemuanya itu yang menyangkut tanah milik tujuan untuk memindahkan hak atas tanah
adat. kepada pihak lain. Dalam hal ini peralihan hak
Kata kunci: jual beli tanah; peralihan hak; terjadi karena jual beli tukar menukar, hibah,
juga karena lelang.
PENDAHULUAN Pasal 20 ayat (2) ini menjelaskan sifat
A. Latar Belakang “zakelijk” dari hak milik.5 Karena hak milik itu
Salah satu arana pokok yang diperlukan tidak bersifat pribadi (persoonlijk), maka hak ini
dalam penataan kembali penggunaan, dapat ialihkan dan beralih kepada pihak lain.
penguasaan dan pemilikan tanah ini adalah Karena bersifat kebendaan, maka hak milik itu
melalui jual beli. Akan tetapi masalahnya yaitu perlu didaftarkan.6
mebatalkan Akat Jual Beli tanpa adanya keedak Perlu kiranya dijelaskan, bahwa dalam
kedua belah pihak, atau atas keendak salah hukum adat ( yang berdasarkan pasal 5 UUPA
satu pihak. dalam praktek sering menjumpai menjadi dasar daripada hukum agrarian ) tidak
adanya Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) mengenal adanya perbedaan hak-hak
misalnya Camat yang diangkat berdasarkan kebendaan ( zakelijke rechten”) dan hak-hak
Pasal 5 Peraturan Menteri Agraria No. 10 tahun perorangan ( persoonlijke rechten”). “Zakelijke
1961 sebagai pelaksana Pasal 19 Peraturan rechten” adalah hak atas sesuatu barang yang
Pemerintah No. 10 Tahun 1961 yang bersifat ”Zakelijk” yaitu berlaku terhadap tiap-
tiap orang. “Persoonlijk recht” adalah hak
1
orang-orang atas sesuatu objek yang hanya
Artikel Skripsi
2 Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM :
berlaku terhadap seseorang tertentu.
18071101276
3 Fakultas Hukum Unsrat, Magister Ilmu Hukum 5 Sudargo Gautama, Op. Cit,hal.125.
4 Fakultas Hukum Unsrat, Magister Ilmu Hukum 6 Ibid.

209
Lex Privatum Vol. X/No. 1/Jan/2022

Selain peralihan hak milik itu diatur dalam temukan dariobservasi/pengamatan dalam
pasal 20 ayat (1) dan (2), juga di atur dalam praktek, menurut pengamatan penulis adalah
pasal 21 ayat (3) yaitu peralihan karena sesuai dengan pendapat para sarjana tersebut
pewarisan tanpa wasiat atau mendaftarkan di atas, misalnya seorang ibu membeli ikan,
peralihan haknya dan artti daripada apabila harganya sudah dibayar kepada si
pendaftaran itu, dan pasal 26 UUPA: penjual maka seketika itu juga ibu tersebut
pengawasan serta akibat akibat apabila hak menerima ikan dari si penjual.
milik dialihkan kepada pihak yang tidak Hal yang sama juga terjadi pada
memenuhi syarat sebagai subjek. Supermarket (Pasar Swalayan) Manado,
Seperti telah diuraikan diatas bahwa manakalah kita ingin membeli sesuatu barang
peralihan hak milik dapat terjadi “karena yang menjadi kehendak kita, dapat secara
hukum” (peralihan hak karena pewaridan = langsung kita pegang atau berada pada
“beralih”), dan “karena perbuatan hukum yang kekuasaan kita, walaupun pembayaran tersebut
disengaja = dialihkan”, yaitu jual beli,tukar dilakukan kemudian. Di sini nampaklah bahwa
menukar, hibah atau pemberian wasiat (lazim barang sudah berada pada si pembeli.
juga di sebut “hibah wasiat” atau “legaat” yang Lain lagi prakteknya pada Toko Aneke
dalam KUHPerdata diatur dalam pasal 957 dan Dharma, dimana barang akan akan dibeli sudah
pasal-pasal berikutnya), dan sesuai dengan dibayar melalui kasir, dan sebagai gantinya
pokok pembahasan dalam skripsi ini, maka yakni kertas yang sering disebut nota
yang perlu di uraikan lebih lanjut adalah pembelian, dalam hal mana nota ini digunakan
mengenai peralihan hak karena perbuatan sebagai bukti untuk mengambil barang yang
hukum, khususnya transaksi jual beli tanah hak sudah dibeli, pada bagian pengambilan barang.
milik dan acara pemindahan haknya. Dalam hal ini memang unsur dari tradiotobrevi
Peralihan Hak Secara Nyata manu ada, namun sudah disisipi dengan cara
Dalam hal pemindahan barang bergerak, yaitu pembelian. Lebih jauh pemilik toko
oleh Pasal 612 KUH Perdata menyatakan bahwa menjelaskan bahwa cara yang ditempuh adalah
penyerahan kebendaan bergerak, terkecuali untuk sekedar menertibkan lalulintas
yang tidak bertubuh dilakukan dengan pembelian dan memperlancar pengawasan dari
menyerahkan yang nyata akan kebendaan itu sisi keamanan serta untuk meringankan
oleh atau atas nama pemilik , atau dengan pembeli dalam hal mengambil barang yang
penyerahan kunci-kunci dari bangunan dalam sudah dibelinya.
mana kebendaan itu berada. Penyerahan tidak Penulis beranggapan bahwa praktek
perlu dilakukan apabila kebendaan yang harus semacam itu, perlu diberikan bobot yuridis,
diserahkan dengan alasan hak lain telah dalam arti bahwa pembeli dapat mengambil
dikuasai oleh orang yang hendak menerimanya. barang yang dibelinya dengan menunjukkan
Dari pasal tersebut di atas nampaklah dua nota pembelian tersebut, dan apabila tidak
cara yaitu: ditunjukkan nota tersebut maka barang
- Penyerahan dengan tangan pendek; termaksud tidak dapat diambil atau dengan
- Penyerahan dengan simbolis kata lain barang tersebut hanya dapat diambil
Penyerahan dengan tangan pendek ini dengan menunjukkan nota tersebut, walaupun
maksudnya adalah suatu penyerahan kepada yang mengambilnya sebenarnya bukanlah
pembeli terhadap suatu barang yang secara pembeli yang asli/dapat diambil oleh orang
nyata telah dikuasai, atau barang yang pada lain.
saat pembayaran berlangsung diterima oleh Oleh sebabnya sejak nota pembelian
pembeli. diserahkan kepada pembeli, maka jual beli
Soebekti R, mengatakan untuk barang serta penyerahan/pemindahan hak milik tanah
bergerak dapat dilakukan dengan “traditi brevi selesai. Jelasnya dalam hal ini penyerahan
manu” apabila barang defakto sudah dikuasai nyata atas barang yang dibeli tidak begitu
oleh si pembeli. nampak, tetapi sebagian dikatakan diatas
Memang kalau disadari bahwa hal tersebut bahwa dalam soal itu juga mengandung unsur
dari sisi teori berlainan, namun ada juga yang traditio brevi manu, yakni barang yang akan
sesuai dengan teori di atas. Hal ini penulis dibeli benar-benar nampak dihadapan kita dan

210
Lex Privatum Vol. X/No. 1/Jan/2022

dapat secara langsung dipegang oleh kita dibuatkan akta jual beli oleh dan dihadapan
(pembeli, atau dengan sangat mudah barang PPAT (Pasal 19 PP No. 10 tahun 1961) dan Pasal
tersebut dikuasai oleh pembeli). 37 PP No. 24 tahun 1997 menyebutkan:
Dalam penyerahan secara simbolis (1) Peralihan hak atas tanah dan hak milik atas
dimaksudkan bahwa penyerahan ini yaitu suatu satuan rumah susun melalui jual beli, tukar
perbuatan dari menjual kepada pembeli yang menukar, hibah, pemisahan dalam
berupa penyerahan barang, namun dalam perusahaan dan perbuatan hukum
bentuk simbol, misalnya sesorang membeli pemindahan hak lainnya, kecuali
beras satu gudang, maka penjualan hanya pemindahan hak melalui lelang hanya
memberikan atau menyerahkan kunci gudang dapat didaftarkan jika dibuktikan dengan
tempat menyimpan beras tersebut. akta yang dibuat oleh PPAT yang
Di samping dua hal tersebut di atas, traditio berwenang menurut peraturan perundang-
brevi manu dan traditio clavium, didalam undangan yang berlaku.
kaitannya dengan penyerahan barang bergerak, (2) Dalam keadaan tertentu sebagaimana yang
maka Ny. Sri Soedewi Masjchun Sofwan ditentukan oleh Menteri, Kepala Kantor
mengetakan bahwa: Pertanahan dapat mendaftarkan
“Hukum Belanda mencantumkan suatu pemindahan hak atas bidang tanah hak
bentuk penyerahan yaitu contitutum milik, yang dilakukan di antara perorangan
perssessorium (penyerahan dengan warga negara Indonesia yang dibuktikan
melanjutkan penguasaan atas bendanya), dengan akta yang tidak dibuat oleh PPAT,
dengan contoh: tetapi yang menurut Kepala Kantor
A eigenaar dari sebuah buku karena Pertanahan tersebut kadar kebenarannya
membutuhkan uang menjual bukunya dianggap cukup untuk mendaftarkan
kepada B, akan tetapi karena A masih pemindahan hak yang bersangkutan.
membutuhkan untuk mempelajarinya, Selanjutnya dalam hal ini tidak akan
maika A kemudian meminjam buku tersebut mengulangi atau menjelaskan kembali pasal-
dari B. A tadi sebagai eigenaar berubah pasal tersebut karena Ny. Sri Soedewi Masjchun
menjadi peminjam.1) Sofyan, mengatakan:
Dari uraian di atas penulis berpendapat “Tetapi di Indonesia levering daripada benda
bahwa bukan selamanya tak bergerak itu tidak menurut ketentuan
penyerahan/pemindahan hak milik barang pasal 616-620 KUH Perdata itu melainkan
bergerak dilakukan secara nyatadalam arti secara lisan. Ketentuan-ketentuan pasal
bahwa barang bergerak tersebut sudah berada tersebut tidak diperlakukan di Indonesia
di tempat dan dapat dipegang secara langsung berdasarkan pasal 24 OV: yang pokoknya
oleh pembeli, atau dengan hanya menyerahkan mengatakan bahwa levering terhadap
kunci dari tempat penyimpanan barang yang benda-benda tak bergerak itu tidak
dibeli, tetapi ada juga penyerahan/pemindahan mengikuti cara yang ditentukan dalam pasal
hak milik sebagaimana telah dikemukakan di 616 s/d 620 KUH Perdata.2)
atas. Pada PP No. 10 tahun 1961 jo PP No. 24
Peralihan Hak Atas Tanah Secara Nyata dan tahun 1997 yang memberikan pegangan atas
Yuridis pemindahan hak milik barang tidak bergerak
Peralihan hak atas tanah secara yuridis yang dalam hal ini adalah tanah, dirasa untuk
tidaklah sama dengan peralihan secara nyata perlu kita baca/memperhaikan pasal 19 dan
dan penyerahan secara simbolis. pasal 26 dari UUPA No. 5 tahun 1960. adapun
Peralihan hak atas tanah secara simbolis pasal-pasal tersebut berbunyi sebagai berikut:
misalnya untuk menyerahkan barang yang ada Pasal 10 : (1) Untuk menjamin kepastian
dalam gudang, cukup menyerahkan kunci hukum oleh pemerintah
gudang saja. diadakan pendaftaran tanah
Untuk peralihan hak atas tanah secara diseluruh wilayah Indonesia,
yuridis dimaksudkan bahwa dengan telah menurut ketentuan-ketentuan

2) Ny. Sri Soedewi Masjchun Sofyan, Hukum Perdata


1) R. Subekti, Hukum Perjanjian, Op-Cit, hal 94. Hukum Benda, Cet. IV, Liberty, Yogyakarta, 1975, hal. 66.

211
Lex Privatum Vol. X/No. 1/Jan/2022

yang diatur dengan Peraturan menanggungkan hak atas tanah itu tidak
Pemerintah. berwenang berbuat demikian.
Pasal 26 : (1) Jual beli, penukaran, penghibaan, d. Dalah hal jual beli, penukaran, penghibaan,
pemberian dengan wasiat, pemberian dengan wasiat , pemberian
pemberian menurut adat dan menurut adat dan perbuatan-perbuatan
peraturan-peraturan lain yang lain yang dimaksud untuk memindahkan
dimaksud untuk memindahkan hak milik tidak diperbolehkan izin dari
hak milik serta pengawasannya Menteri Agraria atau pejabat yang ditunjuk.
diatur dengan PP. Yang menjadi permasalahan disini adalah
Menurut PP 24 tahun 1997, menunjukkan berkenaan dengan kapankah hak atas tanah
pada tanah-tanah yang sudah dibukukan juga yang menjadi obyek perbuatan hukum tersebut
pada tanah-tanah yang belum dibukukan, untuk beralih, apakah pada saat dilaksanakannya
hal itu sepantasnyalah pihak berkepentingan pendaftaran peralihan hak di Kantor
mengajukan permohonan secara tertulis Pertanahan Kabupaten/Kotamadya setempat
kepada Kepala Kantor Pendaftaran Tanah ataukah pada saat akta jual belinya selesai
(KKPT) ini secara tegas dinyatakan dalam Pasal dibuat dan ditanda tangani.
3 ayat (1), UMA No. 14 tahun 1961 tentang Seperti dikatakan bahwa tujuan daripada
permintaan dan pemberian isin pemindahan balik nama atas tanah, sebagaimana yang
hak atas tanah (diubah dan ditambah dengan ditentukan dalam Pasal 19 ayat (1) dan (2)
Peraturan Dirjen Agraria No. 4 tahun 1968 dan UUPA adalah
PMDN No. SK. 59/DDA/1970) yang berbunyi: 1) Untuk menjamin adanya kepastian hukum
Izin pemindahan hak atas tanah diminta yang oleh pemerintah diadakan pendaftaran
berkepentingan secara tertulis dengan bantuan tanah di seluruh wilayah RI menurut
dan perantaraan pejabat pembuat akta tanah, ketentuan-ketentuan yang diatur dalam
oleh dan dihadapan siapa akta pemindahan peraturan.
haknya dibuat. 2) Pendaftaran tersebut dalam ayat (1) pasal
PP No. 24 tahun 1997 yang menyatakan ini meliputi
Kepala Desa dilarang menguatkan perjanjian a. Pengukuran surat-surat tanda bukti hak
yang dibuat tanpa akta oleh pejabat, serta yang berlaku sebagai alat pembuktian
Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 27 tahun yang kuat.
1973 tentang Pengawasan Pemindahan Hak- b. Pendaftaran hak-hak atas tanah dan
hak Atas Tanah, bagian pertama point 3 yang peralihan hak-hak tersebut.
berbunyi Kepala Desa atau pejabat dan c. Pemberian surat-surat tanda bukti hak
setingkat dengan itu, dilarang untuk yang berlaku sebagai alat pembuktian
menguatkan setiap bentuk perjanjian yang yang kuat.
dimaksud untuk memindahkan hak atas tanah Kepastian berkenaan dengan haknya atau
yang dibuat tanpa akta pejabat. Juga subyeknya akan dapat dicapai dengan
disebutkan bahwa Kepala Kantor Pendaftaran pendaftaran tanah/pendaftaran hak, khususnya
Tanah menolak untuk mendaftarkan peralihan suatu recht kadaster dimana setiap orang dapat
suatu hak atas tanah, jika salah satu syarat dengan mudah memperoleh data sehubungan
dibawah ini tidak dipenuhi: dengan status tanah yang bersangkutan.
a. Akta yang dimaksud dalam Pasal 19 Oleh karena itu sudah semestinya recht
disampaikan tanpa sertifikat atau surat kadaster harus disusun secara teliti dan cermat
keterangan atau pernyataan dan warkah karena akan digunakan untuk keperluan
lainnya. pembuktian andaikata terjadi sengketa
b. Sertifikat dan surat keterangan tentang terhadap tanah yang bersangkutan dikemudian
keadaan hak atas tanah tidak sesuai lagi hari.
dengan daftar-daftar yang ada pada Kantor Pendaftaran tanah ditujukan untuk adanya
Pendaftaran Tanah. kepastian hukum hak atas tanah (recht
c. Jika orang yang memindahkan, kadaster), yaitu dalam arti suatu pendaftaran
memberikan hak baru menggadaikan atau tanah yang bertujuan untuk menjamin
kepastian hukum sekaligus juga merupakan alat

212
Lex Privatum Vol. X/No. 1/Jan/2022

pembuktian yang kuat. Recht kadaster tanah di muka dan oleh Kepala Kantor
dibedakan dengan “Fiscaal kadaster”, yang Pendaftaran Tanah selalu overschrijvings
pendaftaran tanahnya adalah untuk ambtenaar menurut overschrijvings
kepentingan pemungutan pajak, bukan Ordonanties 1934 No. 27 dan Pasal 1459 KUH
kepentingan hak atas tanah. Perdata.
Dengan dibuatnya akta jual beli tanah oleh Perlaihan hak milik atas tanah hanya dapat
pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Dalam dibuktikan dengan akta. Perbuatan hukum itu
Negeri, maka selesailah sudah perbuatan lazim disebut (overschrijtings) aktanya disebut
hukum/transaksi jual beli tanah tersebut. “Akta Balik Nama”, sedang pejabatnya disebut
Dari uraian tersebut diatas dapat kita “Pejabat Balik Nama”. Sebelum dilakukan
ketahui bahwa perbuatan hukum jual beli tanah penyerahan yiridis maka bukan pembeli
adalah merupakan suatu perbuatan melainkan penjual yang masih merupakan
memindahkan hak atas tanah tersebut sudah pemilik atas tanah yang bersangkutan biarpun
beralih kepada pembeli dan selanjutnya tanah yang diperjualbelikan tersebut sudah
pembeli sudah berwenang untuk mendaftarkan dikuasai oleh pembeli.
peralihan hak tersebut di Kantor Pertanahan Menurut hukum adat jual beli tanah bukan
Kabupaten/Kotamadya dimana tanah tersebut merupakan perjanjian seperti pasal 1457 KUH
terletak. Perdata, tetapi suatu perbuatan hukum yang
Berbeda dengan sistem yang dianut dalam berupa penyerahan tanah yang bersangkutan
KUH Perdata (BW), dimana dalam sistem BW oleh penjual kepada pembeli untuk selama-
jual beli tanah dilakukan dengan membuat akta lamanya pada saat mana pihak pembeli
perjanjian jual beli tanah di hadapan notaris,. menyerahkan harganya kepada penjual.
Dimana para pihak saling berjanji untuk Dengan dilakukan jual beli tersebut, maka hak
melakukan sesuatu prestasi dengan tanah yang milik atas tanah itu beralih kepada pembeli.
menjadi obyek jual beli tersebut, dimana Walaupun misalnya harga tanah belum dibayar
penjual menerima harganya dan menyerahkan penuh, dianggap telah dibayar penuh. Jual beli
tanahnya pada pembeli, dan pembeli tanah menurut hukum adat bersifat “contant”
membayar harganya dan menerima tanahnya. atau “tunai”.
Peralihan Hak Atas Tanah secara Hukum Adat Dengan dilakukannya jual beli itu dihadapan
Dalam UUPA tidak terdapat penjelasan Kepala Desa/Adat, maka jual beli itu menjadi
mengenai apa yang dimaksud dengan terang, bukan perbuatan hukum yang gelap.
pengertian jual beli itu. Oleh karena itu pembeli mendapat pengakuan
Menurut hukum barat yang pengaturannya dari masyarakat sebagai pemilik yang baru dan
terdapat dalam pasal 1457 KUH Perdata, jual akan mendapat perlindungan bukum apabila
beli adalah suatu perjanjian dengan mana pihak dikemudian hari ada gugatan terhadapnya.
yang satu (penjual) mengikatkan dirinya untuk Bagimana pengertian jual beli menurut
menyerahkan (hak milik atas) suatu benda dan hukum agraria yang sekarang berlaku?
pihak yang lain (pembeli) untuk membayar Boedi Harsono, dengan menunjuk hukum
harga yang telah dijanjikan. Menuerut Pasal agraria sekarang yang dan memakai sisrtem
1458 jual beli itu dianggap telah mencapai kata dan azas-azas hukum adat berpendapat bahwa:
sepakat mengenai benda yang diperjualbelikan Pengertian jual beli sekarang harus pula
itu serta harganya, biarpun benda tersebut diartikan sebagai perbuatan hukum yang
belum disserahkan dan harganya belum berupa penyerahan hak milik (penyerahan
dibayar. tanah untuk selama-lamanya oleh penjual
Tetapi dengan adanya jual beli saja, hak kepada pembeli yang pada saat itu juga
milik atas benda yang dijualbelikan, belumlah menyerahkan harganya kepada penjual.3)
beralih kepada pembeli, walaupun harganya Peralihan Hak Atas Tanah Dibawah Tangan
sudah dibayar, sebab hak milik atas tanah Jual beli hak atas tanah dibawah tangan
tersebut baru beralih kepada pemiliknya merupakan jual beli tanah tanpa melalui
apabila telah dilakukan apa yang disebut prosedur yang ditetapkan oleh Undang-undang
penyerahan yuridis (juridische levering), yang
wajib diselenggarakan dengan pembuatan akta
3) Boedi Harsono, Op-Cit, hal. 135.

213
Lex Privatum Vol. X/No. 1/Jan/2022

Pokok Agraria khususnya PP No. 24 Tahun bersangkutan biarpun tanah yang diperjual
1997. jual beli tanah dibawah tangan banyak belikan tersebut sudah di kuasai oleh pembeli.
terjadi di kampung-kampung/desa-desa yang Menurut hukum adat jaul beli tanah bukan
hanya atas dasar kepercayaan saja bahwa merupakan perjanjian sepertti apsal 1457
tanah yang dijual adalah benar-benar pemilik KUHPerdata, tetapi suatu perbuatan hukum
yang diketahui oleh penduduk kampung/desa. yang berupa penyerahan tanah yang
Jual beli telah terjadi hanya dihadapan bersangkutan oleh penjual kepada pembeli
(dikatehui) oleh Kepala Desa dimana sebagai untuk selama-lamanya pada saat yang mana
bukti yaitu pembayarannya hanya dengan pihak pembeli menyerahkan harganya kepada
kwitansi pembayaran dan penyerahan surat- penjual. Dengan dilakukan jual beli tersebut,
surat bukti kepemilikan sekaligus dengan maka hak milik atas tanah itu beralih kepada
identitas tanah kepada pembeli. pembeli. Walaupun misalnya baru dianggap
Kepala Desa atas dasar itu membukukan telah dibayar penuh. Jual beli tanah menurut
pada Buku Register Desa. Saat itu juga maka hukum adat bersifat “Contant” atau “tunai”.
hak milik atas tanah sudah beralih. Dengan dilakukannya jual beli itu dihadapan
2. Jual Beli Tanah Hak Milik Kepala Desa/Adat, maka jual beli itu menjadi
Di dalam UUPA tidak terdapat penjelasan “terang”, bukan perbuatan hukum yang gelap.
mengenai apa yang dimaksud dengan Oleh karena itu prmbeli mendapat pengakuan
pengertian jual beli itu. darii masyarakat sebagai pemilik yang baru dan
Menurut hukum barat yang pengaturannya akan mendapat perlindungan hukum apabila di
terdapat dalam pasal 1457 KUHPerdata, jaul kemudian hari ada gugatan terhadapnya.
beli adalah suatu perjanjian dengan mana pihak Bagaimana pengertian jual beli menurut
yang satu (penjual) mengikatkan dirinya untuk hukum agraria sekarang berlaku?
menyerahkan (hak miliknya) suatu benda dan Boedi Harsono, SH, dengan menunjuk
pihak yang ain (pembeli) untuk membayar hukum agraria sekarang yang memakai system
harga yang telah dijanjikan. Menurut pasal dan azas-azas hukum adat berpendapat bahwa
1458 jual beli itu dianggap telah mencapai kata :
sepakat mengenai benda yang diperjualbelikan Pengertian jual beli sekarang harus pula
itu seta harganya, biarpun benda tersebut diartikan sebaggai perbuatan hukum yang
belum diserahkan dan harganya belum dibayar. berupa penyerahan hak milik (penyerahan
Tetapi dengan adanya jual beli saja, hak tanah untuk selama-lamanya) oleh penjual
milik atas benda yang diperjual belikan, kepada pembeli yang pada saat itu juga
beumlah beralih kepada pembeli, walaupun menyerahkan harganya kepada penjual.7
harganya sudah dibayar, sebab hak milik atas
tanah tersebut baru beralih kepada pemiliknya B. Fungsi Ppat Dalam Kaitan Dengan Peralihan
apabila telah dilakukan apa yang disebut Hak Atas Tanah S Serta Pembatalan Akta
penyerahan yuridis ( juridische levering), yang Jual Beli Tanah
wajib diselenggarkan dengan pembuatan akta Yang menjadi permasalahan disini adalah
tanah dimuka dan oleh Kepala Kantor berkenaan dengan kapankah hak atas tanah
Pendaftaran tanah selaku overschrijvings yang menjadi objek perbuatan hukum tersebut
ambtenaar menurut Overschrijvings beralih, apakah pada saat dilaksanakan
Ordonnanties 1934 No. 27 dan pasal 1459 pendaftaran peralihan hak di Kantor
KUHPerdata. Pertanahan kabupaten/Kotamadya setempat
Beralihnya hak milik atas tanah hanya dapat
di buktikan dengan akta.
Perbuatan hukum itu lazim di sebut 7 Sekarang, dengan SK Kepala BPN No. 1/1989 tentang
(overschrijying) aktanya disebut “Akta balik Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah BPN di propinsi
nama”, sedang pejabatnya disebut “Pejabat dan Kantor Pertanahan di Kabupaten/Kotamadya KKPT
balik nama”. Sebelum dilakukan penyerahan tersebut harus dibaca Kepala Kantor Pertanahan
kabupaten/Kotamadya, Seksi Pengukuran dan
yuriidis, melainkan penjual yang masih Pendaftaran Tanah, yang membawahi 3 Sub seksi, yaitu
merupakan pemilik atas tanahh yang Pengukuran, Pemetaan dan Konversi, Pendaftaran Hak
dan Informasi pertanhan dan Sub Seksi Peralihan Hak,
Pembebasan Hak dan PPAT.

214
Lex Privatum Vol. X/No. 1/Jan/2022

ataukah pada saat akta jual belinya selesai di hukum Agraria untuk semua warga Negara di
buat dan di tanda tangani. seluruh wilayah Negara Republik Indonesia.
Seperti diketahui bahwa tujuan daripada Unifikasi Hukum Agraria tersebut didasarkan
balik nama atas tanah, sebagiamana yang di pada hukum adat sebagaimana yang ditentukan
tentukan dalam pasal 19 ayat (1) dan Ayat (2) dalam Pasal 5 UUPA :“Hukum Agraria yang
Undang-undang Pokok Agraria adalah : berlaku atas bumi, air dan ruang angkasa ialah
1) Untuk menjamin adanya kepastian hukum adat, sepanjang tidak bertentangan
hukum oleh pemerintah di adakan dengan kepentingan nasional dan Negara, yang
pendaftaran tanah di seluruh Wilayah berdasarkan atas persatuan bangsa, dengan
Republik Indonesia Menurut Ketentuan- sosialisme Indonesia serta dengan peraturan-
ketentuan yang diatur dalam peraturan. peraturan perundangan lainnya segala sesuatu
2) Pendaftaran tersebut dalam ayat (1) dengan mengindahkan unsur-unsur yang
pasal ini meliputi : berdasarkan pada hukum agama”.
a. Pengukuran, pemetaan dan Kensekwensi dari ketentuan Pasal 5 Undang-
pembukuan tanah; undang Pokok Agraria tersebut adalah
b. Pendaftaran hak-hak atas tanah dan berkenaan dengan balik nama atas tanah,
peralihan hak-hak tersebut. dimana tentunya pengertian balik nama atas
c. Pemberian surat-surat tanda bukti hak tanah dalam system yang dianut oleh Undag-
yang berlaku sebagai alat pembuktian undang Pokok Agraria adalah pengertian yang
yang kuat. didasarkan pada hukum adat, misalnya saja
Kepastian berkenaan dengan haknya atau dalam hal perbuatan hukum jual beli tanah (jual
subjeknya akan dapat dicapai dengan lepas), dimana jual lepas ini adalah merupakan
pendaftaran tanah/pendaftaran hak, khususnya transaksi riil dan tunai atas tanah. Penyerahan
suatu recht kadaster dimana setiap orang dapat hak atas tanah dan pembayaran harga atas
dengan mudah memperoleh data sehubungan tanah yang menjadi objek perbuatan hukum
dengan status tanah yang bersangkutan. tersebut dilaksanakan pada saat yang sama.
Oleh karena itu sudah semestinya recht Dengan dilaksanakannya akta jual beli tanah
kadaster8 harus disusun secara teliti dan cermat oleh pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Dalam
karena akan digunakan untuk keperluan Negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19
pembuktian andaikata terjadi sengketa Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1961 junto
terhadap tanah yang bersangkutan dikemudian Peraturan Menteri Agraria No. 10 tahun 1961,
hari. maka selesailah sudah perbuatan
Pendftaran tanah ditujukan untuk adanya hukum/transaksi jual beli tanah tersebut.
kepastin hak atas tanah (recht kadaster), yaitu Dari uraian tersebut di atas dapat kita
dalam arti suatum pendaftaran yang bertujuan ketahui bahwa perbuatan hukum jual beli tanah
untuk menjamin kepastian hukum sekaligus adaahh merupakan suatu perbuatan
juga merupakan alat pembuktian yang kuat. pemindahan hak, diamana sejak itu hak atas
Recht kadaster dibedahkan “Fiscaal kadaster”, tanah tersebut sudah beralih kepada pembeli
yang pendaftaran tanahnya adalah untuk dan selanjutnya pembeli sudah berwewenang
kepentingan pemungut pajak, bukan untuk medaftarkan peralihan hak tersebut di
kepentingan hak atas tanah. Kantor Pertanahan Kota/Kabupaten dimana
Dengan berlakunya UUPA dualisme dalam tanah tersebut terletak.
bidang Agraria (huum adat dan hukum perdata Berbeda dengan sisteem yang dianut oleh
barat), telah berakhir, dan sejak itu diciptakan Kitab Undang-undang Hukum Perdata (BW),
sutu unifikasi atau kesatuan huam yaitu dimana dalam system BW jual beli tanah
berlkunya suatu (system) hukum dalam bidang dillakukan dengan membuat akta perjanjian
jual beli tanah di hadapan notaries, dimana
para pihak saling berjanji untuk melakukan
8
suatu prestasi berkenan dengan tanah menjadi
Istilah “Kadaster”, berasal dari bahasa latin “Castasis”,
dalam bahasa Perancis berubah menjadi “Cadastre”yang
objek jual beli tersebut, dimana penjual
berarti suatu daftar yang melukiskan semua parsil tanah menerima harganya dan menyerahkan
yang ada dalam suatu daerah berdasarkan pemetaan dan
pengukuran yang cermat.

215
Lex Privatum Vol. X/No. 1/Jan/2022

tanahnya kepada pembeli, sedangkan pembeli mungkin tidak bias dilakukan jual beli
membayar harganya dan menerima tanahnya. dihadapan PPAT”.10 Beliau juga menyatakan
Perjanjian jual beli yang dibuat oleh para bahwa pendaftaran peralihan hak bukanlah
pihak dihadapan Notaris ini bersifat (obligatoire berupakan syarat tejadinya peralihan hak atas
overenskomst), yakni dengan d. tanah.
Buatnya akta notaries tersebut, hak atas Pada kesempatan ini penulis merasa
tanah yang menjadi objek jual beli belumlah mengetegahkan judul tersebut di atas karena
lagi beralih kepada pihak pembeli dan untuk dalam prakte sering menjumpai adanya Pejabat
peralihak hak masih harus dilakukan Pembuat Akta Tanah (PPAT) misalnya Camat
penyerahan secara yuridis (juridis levering) yang diangkat berdasarkan Pasal 5 Peraturan
menurutt perbuatan yang berlku sebgaimana Menteri Agraria No. 10 tahun 1961 sebagai
yang ditentukan dalam Overscrijvings pelaksana Pasal 19 Peraturan Pemerintah No.
Ordonnantie STb. 1934 No. 27. Dengan 10 Tahun 1961 yang membatalkan Akta jual beli
demikian dengan sistem BW , Perrjanjian jual tanpa adanya kehendak kedua bela pihak atau
beli (tanah) bukanlah merupakan pemindahan atas kehendak salah satu pihak.
hak, tetapi yang merupakan perbuatan Apabila kita simak isi PP No. 10 tahun 1961
pemindahan haknya adalah penyerahan jelas yang membatalkan akta jual beli tanah
yuridisnya sebagaimana yang diatur dalam hanyalah para pihak dihadapan PPAT atau
Overscrijvings Ordonnantie STb. 1934 No. 27 di apabila salah satu pihak hendak meembatalkan
atas. akta jual beli harus mengajukan permohonan
Kembali kepada pengertian balik nama (gugatan) melalui Pengadilan Negeri.
(mutasi hak atas tanah), dalam sistem yang Sebagai perbandingan dikemukakan
dianut oleh Undang-undang Pokok Agraria yang pendapaat oleh Boedi Harsono yang dengan
ddiddasarkan pada Hukum Adat (vide Pasal 5 tegas menyatakan bahwa jual beli sudah
UUPA), dimana jula beli tanah telah sah dan dibuat aktanya tidak dapat dibatalkan
selesai dengan pembuatan aktanya oleh PPAT.. walalupun atas kehendak dari kedua belah
akta PPAT tersebut merupakan bukti perolehan pihak.
hak atas tanah tersebut dan ddengan demikian Selanjutnya beliau berpendapat, bahwa
dapat didaftarkan peralihan haknya di Kantor menurut sisitim hukum tanah yang sekarang
Pertanahan Kota/Kabupaten yang berlaku, jual beli merupakan sustu perbuatan
bersangkutan. Tetapi perdaftaran peralihan hukum, dimana pemilik selaku penjual,
hak tersebut bukanlah merupakan tuk mungsi menyerahkan hak atas tanah yang dijualnya itu
un bagi sahnya transaksi jual beli tanah, karena kepada pembeli dan pembeli seketika itu juga
itu pendaftaran disini hanya berfungsi untuk membayar harganya kepada penjual dan
memperkuat pembuktiannya terhadap pihak transaksinya dilakuakn di hadapa P.P.A.T;
kettiga/umum. Dengan dibuatnya akta jual beli itu
Sejalan dengan itu Boedi Harsono, selesailah jual-beli tersebut, yang berrti
berpendapat bahwa “pendaftaran bukan pembeli telah menjadi pemilik tanah dan
merupakan syarat terjadinya pemindahan hak penjual telah melepaskan haknya atas tanah;
atas tanah, karena peralihan hak atas tanah Bapak Prof. Budi Harsono, SH membedakan
telah terjadi pada saat akta jual beli telah pula antara jual beli tanah menurut sistim yang
selesai dibaut oleh Pejabat Pembuat Akta berlaku sekarang dengan jual beli tanah
Tanah (PPAT).9. menurut pasal 1457 KUHPerdata, yang pada
Selanjutnya Boedi Harsono pokoknya mengatur, bahwa pembatalan jual
mempertanyakan, “bagaimana halnya apabila beli berarti membebaskan kedua belah pihak
jual beli terebut tidak dilakukan dihadapan dari kewajibannya untuk melakukan prestasi
PPAT.? Dalam hal ini beliau menyayatakan yang telah diperjanjikan.
sebagai pendaptnya bahwa “jual beli tersebut Sebagaimana kita ketahui, bahwa dalam hal
adalah sah, sepanjang syarat-syarat materiilnya jual beli tanah menurut peraturan sekarang,
telah terpenuhi, sebab di daerah-daerah tentu pada saat ditanda tanganinya Akte jual beli di

9 Boedi Harsono, Op-Cit hal. 167 10 Ibid hal 168.

216
Lex Privatum Vol. X/No. 1/Jan/2022

hadapan PPAT masing masing pihak telah tanahnya sebagai jaminan utang dengan hak
melakukan prestasinya sebagaimana telah di hipotik atau gadai, karena PPAT pun akan
setujui bersama, maka oleh karena itu apabila menolak untuk membuat aktanya;
si penjual menghendaki agar tanahnya kembali Kemudian untuk menolong si pembeli keluar
padanya, ia harus membeli kembali tanah yang dari kesulitan yang di hadapinya itu, maka
pernah dijualnya, setelah peralihan haknya dibukalah kemungkinan terjadinya pembatalan
didaftarkan di Kantor Agraria dan dicatat dalam jual beli yang telah diaktakan itu, kendati pun
buku tanah dan dalam sertifikat yang sebenarnya bertentangan dengan system yang
bersangkutan. berlaku, maka agar supaya tanahnya kembali
Kalau kita teliti dalam Akta jual beli yang di kepada pemilik semula (penjual) tanpa melalui
buat di depan PPAT tercantum syarat dalam cara pembelian kembali, sering terjadi bahwa
pasal 3 yang berbunyi : “Jika pembeli tidak kedua belah pihak menghadap kepada Instansi
mendapat izin dari Instansi pemberi izin yang Agraria yang berwenang dan meminta agar
berwenang, untuk membeli tanah tersebut, permintaan izin pemindahan haknya ditoak
sehingga jual beli ini menjadi batal, maka si oleh Instansi tersebut; dan biasanya
pembeli dengan ini oleh penjual diberi kuasa permintaan semacam itu diluluskan oleh
penuh, yang tidak dapat ditarik kembali, Instansi tersebut, oleh karena dianggap tidak
dengan hak memindahkan kuasa itu untuk merugikan salah satupihak;
mengalihkan hak atas tanah itu kepada pihak Dengan adanya penolakan tersebut, maka
lain atas nama penjual, dengan dibebaskan dari berlakulah apa yang diperjanjikan dalam pasal 3
pertanggung jawab sebagai kuasa dan jika ada, Akta jual beli dan selanjutnya si pembeli
berhak menerima uang ganti kerugiannya yang mengembalikan kuasanya kepada penjual;
menjadi hak sepenuhnya dari pembeli. Adapun Untuk menghindarkan kesulitan kesulitan
uang yang diberikan kepada penjual tersebut di seperti apa yang diuraikan diatas, maka dalam
atas, tidak akan dituntut kembali oleh pembeli. praktek banyak di antara mereka yang
Syarat tersebut bersifat fakultatif, tetapi mengadakan jual beli tanah, sebelum
kenyataannya selalu dicantumkan dalam tiap- mengadakan transaksi di depann PPAT dan
tiap Akta Jual Beli Tanah; belum ada izin dari Instansi yang berwenang,
Dengan adanya syarat tersebut masih kedua belah pihak banyak yang mengadakan
memungkinkan, bahwa Akta Jual Beli tanah perjanjian akan jual beli di hadapan Notaritas,
tersebut dimintakan pembatalannya, walaupun dimana secara phisik tanahnya sudah di
sebenarnya bertentangan dengan system yang serahkan kepada calon pembeli dan harganya
sekarang berlaku. Syarat tersebut pun telah di terimakan kepada calon penjual.
sesungguhnya memang perlu untuk melindungi Disamping itu ada juga nampaknya
pihak pembeli yang mungkin tidak memperoleh penyimpangan penyimpangan yang menyolok,
izin pemindahan haknya menurut Peraturan antara lain, tanpa izin lebih dahulu dari Instansi
Menteri Agraria No. 14 tahun 1981; yang berwenang, ternyata pembalikan nama
Sesungguhnya walaupun si pembeli sudah sudah dilakukan dan diterbitkan pula sertifikat.
menjadi pemilik dari tanah tersebut, namun Selainn dari pada itu serig pula penuis
apabila izin tidak diperoleh untuk pemindahan jumpai, apabila ada tanah yang di jual belikan
haknya, maka jelas si pembeli akan menghadapi dan tercatat dalam akta jual beli yang di buat di
kesulitan yang tak ada akhirnya, karena tanpa hadapan camat selaku PPAT ternyat menjadi
ada izin yang dimaksud maka Kepala Kantor sengketa diluar Pengadilan, maka Camat yang
agrarian akan menolak untuk melakukan bersangkutan sering kali menarik kembali akta
pencatatan perlihan haknya dalam buku tanah tersebut dan menyatakan akta itu batal.
dan sertifikat (perhatikan pasal 28 PP 10 tahun Tindakan tersebut jelas tidak sesuai dengan
1961); wewenangnya dan yang berhak membatalkan
Sebagai akibatnya apabila pengalihan hak hanyalah Pengadilan Negeri atas pengajuan
belum tercatat dalam buku tanah dan sertifikat, dari pihak yang merasa dirugikan.
maka si pembeli selaku pemilik tidak akan Menurut Yurisprudensi Mahkamah Agung RI
dapat mengalihkan lagi haknya kepada pihak sebagaimana kita jumpai dalam putusannya
lain dan diapun tidak akan menjadikan tanggal 25 september 1980 Nomor 147

217
Lex Privatum Vol. X/No. 1/Jan/2022

K/sip/1979, akta jual beli No.154 dan No.146 Harsono Boedi,, Undang-undang Pokok Agraria
tanggal 21 september 1961 dinyatakan batal, Sejarah Penyusunan Isi dan
karena ternyata dari kesaksian kuasa penjual Pelaksanaannya, Djambatan, Jakarta, Cet.
sendiri, para tergugat asal bukan pembeli yang Kedua.1968.
sebenarnya, melainkan hanya dipinjam ----------------., Undang-undang Pokok Agraria
namanya saja, sedangkan pembeli yng Sejarah Penyusunan Isi dan
sebenarnya adalah penggugat asal, yang pada Pelaksanaannya, Bagian Pertama Jilid
waktu itu masih seorang Warga Negara Asing. Kedua, Djambatan, Jakarta, 1971
Dengan demikian perjanjial jual beli tersebut ---------------., Beberapa Analisa tentang Hukum
mengandung suatu sebab yang dilarang oleh Agraria, bagian Pertama, Kelompok Belajar
Undang-Undang (ongecorloofde oorzaak) yaitu Esa, Jakarta,1978.
ingin menyelundupi ketentuan larangan ---------------., Hukum Agrariia Indonesia
tersebut dalam pasa5 Jo pasal 21 Undang- Himpunan Peraturan-peraturan Hukum
Undang Pokok Agraria – vide Yurisprudensi Tanah, Djambatan, Jakarta, Cet, Keenam,
Indonesia terbitan tahun 1981-1 halaman 216. 1986
Kartasaputro, dkk., Masalah Pertanahan di
PENUTUP Indonesia, Bina Aksara, Jakarta, 1986
A. Kesimpuan Mariam Darus Badrulzaman., Perjanjian Kreditt
1. Akta jual beli tanah menurut sistem Bank, Alumni, Bandung, 1983
hukum yang berlaku tidak dapat di Saleh Adiwinata., SH., Bunga Rampai Hukum
batalkan ole PPAT tanpa ada kehendak Perdata, dan Tanah, Ramadja Karya,
kedua belah pihak yang mengadakan Bandung, 1984.
transaksi jual beli tanah. --------------., Pengertian Hukum Adat Menurut
2. Dalam pelaksnaannya transaksi jual beli Undang-undang Pokok Agraria, Alumni,
tanah terlebih dahuku harus diketahui Bandung, cet. Pertama.
benar tentang riwayat tanah yang Sudargo Gautama., Tapsiran Undang-undang
bersangkutan, jaga dapat di minta Pokok Agraria, Alumni, Bandung, 1976
penjelasannya di Kantor Dinas Luar/PEDA Parlindungan,AP., DR., Berbagai Aspek
yang dahulunya disebut Lanrente atau Pelaksanaan UUPA. Alumni, Bandung,
pada zaman Jepang disebut pajak bumi 1975.
dan pada tahun 1950 Jaman RI Pajak
Pendaftaran Penghasilan Tanah Milik
Indonesia yang kemudian diubah
namanya menjadi pendaftaran Tanah
milik dan/atau Pajak Hasil Bumi dan pada
keesemuanya itu yang menyangkut tanah
milik adat.

B. Saran
Dalam Pelaksanaan/Penerapan Peraturan
Pemerintah (PP) No. 10 tahun 1961, maka
dengan ini PPAT harus benar-benar harsu
menghayati makna dari PP tersebut agar
supaya tidak terjadilagi pembatalan jual beli
atas tanah di masa yang akan dating.

DAFTAR PUSTAKA
Abdurachman,, Tebaran Pikiran Menganai
Hukum Agraria, Alumni, Bandung, 1985.
Bachtiar Effendi,,, Kumpulan Tulisan Tentang
Hukum Tanah, Alumni, Banding, 1982

218

Anda mungkin juga menyukai