Nim : 1192030037
Al-Ghazali.
A. Riwayat Singkat Hidup Al-Ghozali
Karena demikian banyak keahlian yang secara prima dikuasai al-Ghazali, maka
tidaklah mengherankan jika kemudian ia mendapat berbagai macam gelar yang
mengharumkan namanya, seperti gelar Hujjatul Islam (Pembela Islam), Syaikh as-Sufiyyin
(Guru Besar dalam Tasawuf), dan Imam al-Murabin (Pakar Bidang Pendidikan).
Dalam pada itu sejarah filsafat mencatat bahwa al-Ghazali pada mulanya dikenal
sebagai orang yang ragu terhadap berbagai ilmu pengetahuan, baik ilmu yang dicapai melalui
panca indera maupun akal pikiran. Ia misalnya ragu terhadap ilmu kalam (teologi) yang
dipelajarinya dari al-Juwainy. Hal ini disebabkan karena dalam ilmu kalam terdapat beberapa
aliran yang saling bertentangan, sehingga dapat membingungkan dalam menetapkan aliran
mana yang betul-betul benar di antara semua aliran.
Lebih lanjut al-Ghazali tidak hanya menentang pengetahuan yang dihasilkan akal
pikiran, tetapi ia juga menentang pengetahuan yang dihasilkan panca indera. Menurutnya
panca indera tidak dapat dipercaya karena mengandung kedustaan. Ia misalnya mengatakan
“bayangan (rumah) kelihatannya tidak bergerak, tetapi sebenarnya bergerak dan pindah
tempat.” Demikian pula bintang-bintang di langit kelihatannya kecil, tetapi hasil perhitungan
mengatakan bahwa bintang-bintang itu lebih besar dari bumi.
Pendidikan, yang kata itu dilekatkan pada kata islam didefinisikan secara
berbeda-beda oleh orang yang berbeda-beda sesuai dengan pendapatnya masing-masing.
Tetapi semuapendapat itu bertemu dalam satu pandangan, bahwa pendidikan adalah suatu
proses dimana suatu bangsa mempersiapkan generasi mudanya untuk menjalankan kehidupan
dan untuk memenuhi tujuan hidup secara efektif dan efisien. Selain mewariskan nilai-nilai
budaya dari generasi ke generasi untuk memelihara identitas masyarakat, pendidikan juga
bertugas mengembangkan potensi manusia untuk dirinya sendiri dan masyarakatnya. Dalam
kitab Ihya’ ‘Ulumuddin, alGhazali memulai pandangannya dengan nada provokatif tentang
keutamaan bagi mereka yang memiliki ilmu pengetahuan dengan mengutip al-Qur’an surat al-
Mujadilah ayat 11.
Ibnu Khaldun.
Nama lengkapnya adalah Abdullah al-Rahman Abu Zayd Ibn Muhammad Ibn
Khaldun. Ia dilahirkan di Tunisia pada bulan Ramadhan pada tanggal 27 mei 1332 M. ia
berasal dari keluarga politis, intelectual, dan aristocrat. Sebelum pindah ke Afrika,
keluarganya adalah para pemimpin politik di Moorish (Spanyol) selama beberapa abad.
Pada tahun 1382 M ibnu khaldun berniat pergi haji, tetapi dalam perjalanan
hajinya ia singgah di Mesir. Raja dan rakyat mesir yang cukup mengenal reputasi
Khaldun menyebabkan ia tidak melanjutkan perjalanan hajinya. Di daerah ini ia ditawari
jabatan guru kemudian ketua Mahkamah agung dibawah pemerintahan dinasti Mamluk.
pada tahun 1387 M. setelah pulang haji ia ingin hidup tenang di Kairo tetapi tidak
tercapai. Sebab, kemampuannya yang luas itu telah mengundang sultan Mamluk untuk
memanfaatkannya. Bersama-sama dengan hakim dan ahli-ahli hukum lainnya ia dibawa sultan
ke Damaskus, kota yang terancam gempuran tentara Timur Lenk. Damaskus tidak dapat
dipertahankan dan Sultan bersama dengan tentaranya mundur ke Mesir. Namun, Khaldun dan
beberapa orang terkemuka lainya tetap tidak pulang. ia diserahi tugas berunding mengenai
penyerahan kota itu ke tangan Timur Lenk. Di tangan Timur Lenk, Damaskus dihancurkan.
Tetapi Khaldun berhasil menyelamatkan bukan hanya dirinya, melainkan juga beberapa orang
terkemuka, anggota tim perundingan ke Mesir. Di Mesir, ia tetap seorang yang terhormat.
Sebab, tidak lama kemudian ia kembali pada jabatannya semula, sebagai ketua Mahkamah
Agung. Ia meninggal pada tahun 1406 M dalam usia 74 tahun, bersama jabatan yang
dipegangnya.
Semasa hidup, Ibnu Khaldun banyak menghasilkan karya ilmiah, antara lain
dalam bidang ilmu manthiq, ringkasan filsafat Ibnu Rusyd, fiqh, matematika, kesastraan arab,
sejarah dan ilmu hitung. Namun karya Ibnu Khaldun yang sampai sekarang masih beredar
adalah Muqaddimah. Sebuah karangan terkenal yang telah mengkaji tentang ungkapan dan
pranata dasar dari masyarakat arab dan non-arab serta para pemegang kekuasaan besar pada
masanya.
Menurut Ibnu Khaldun ilmu pendidikan bukanlah suatu aktivitas yang semata-
semata bersifat pemikiran dan perenungan yang jauh dari aspek-aspek pragmatis di dalam
kehidupan, akan tetapi ilmu dan pendidikan tidak lain merupakan gejala sosial yang menjadi
ciri khas jenis insani.
Tradisi penyeledikan ilmiah yang dilakukan oleh ibnu khaldun dimulai dengan
menggunakan tradisi berfikir ilmiahdengan melakukan kritik atas cara berfikir “model lama”
dan karya-karya ilmuwan sebelumnya, dari hasil penyelidikan mengenai karya-karya
sebelumnya, telah memberikan kontribusi akademik bagi pengembangan ilmu pengetahuan
yang sahih, pengetahuan ilmia auat pengetahuan yang otentik Adapun tujuan pendidikan
menurut Ibnu Khaldun yaitu:
Pandangan Ibnu Khaldun tentang Pendidikan Islam berpijak pada konsep dan
pendekatan filosofis-empiris. Menurutnya ada tiga tingkatan tujuan yang hendak dicapai
dalam proses pendidikan yaitu:
Ibnu Miskawaih
A. Riwayat Singkat Hidup Ibnu Miskawaih.
Nama lengkapnya adalah Abû ‘Alî al-Khasim Ahmad bin Ya’kûb bin Miskawaih.
Ialebih dikenal dengan nama Ibn Miskawaih. Beliau dilahirkan di kota Ray (Iran) padatahun
320 H/932 M. Setelah menyelesaikan pendidikan dasarnya, Ibn Miskawaih mempelajari kitab
Tarîkh al-Thabarî kepada Abû Bakar Ahmad ibn Kamîl al-Qadhî (350 H/960 M). Selain
belajar sejarah, beliau pun mempelajari filsafat kepada Ibn al-Khammar, salah seorang
komentator Aristoteles dan al-Hasan ibn Siwar, seorang ‘ulama pengkaji filsafat, kedokteran
dan logika. Tidak hanya sebatas itu, beliau pun mempelajari ilmu bahasa, ilmu kedokteran,
ilmu fiqih, hadis, matematika, musik, ilmu militer, dan lainnya. Karena beliau memiliki tingkat
kecerdasan yang sangat tinggi, maka beliau pun dapat melahap habis semua pelajaran yang
diberikan kepadanya. Walhasil, beliau pun menjadi salah seorang filsuf Islam terkemuka di
zamannya.
Sebagai seorang pemikir besar, Ibn Miskawaih telah melahap seluruh kitab-kitab
filsafat dari warisan peradaban pra-Islam. Pada masanya, beliau banyak membaca dan
menelaah kitab-kitab pemikir dari berbagai peradaban seperti Yunani, Persia, Romawi, dan
lainnya. Karena itu pula, pemikiran-pemikiran tokoh-tokoh dari berbagai peradaban itu
memberikan pengaruh yang tidak kecil bagi Ibn Miskawaih. Hal ini terlihat jelas,ketika Ibn
Miskawaih merumuskan pandangannya, beliau pun mengkombinasikanpemikiran-pemikiran
dari Plato, Aristoteles, Galen dan ajaran Islam.
Ibn Miskawaih hidup pada masa Dinasti Buwaihi. Dinasti Buwaihi adalah salah
satu dinasti yang lahir ke dalam tubuh pemerintahan Bani Abbasiyah di kota Baghdad sebagai
ibu kota Bani Abbasiyah, sehingga tidak berlebihan jika diumpamakan Dinasti Buwaihi
bagaikan benalu yang tumbuh pada sebuah pohon. Pada masa itu sifat-sifat rakus akan
kekuasaan dan harta kekayaan menjadi tabiat para tokoh-tokoh politik, akibatnya dekadensi
moral hampir melanda semua lapisan masyarakat. Semenatara di pihak lain, kaum sufi hidup
dengan berkontemplasi menjauhkan diri dari komunitas masyarakat yang sudah dilanda
dekadensi moral tersebut. Kondisi sosial ini pada perjalanan berikutnya sangat berpengaruh
dalam membentuk pemikiran pendidikan Ibn Miskawaih.
Ibn Miskawaih hidup sebagai seorang Syi‘ah. Para penulis biografi pun
memasukkannya ke dalam daftar ulama dan filosof Syi‘ah karena beberapa pandangannya
menegaskan keharusan kemaksuman para imam. Sebagai seorang filsuf, Ibn Miskawaih
banyak berdebat dengan para filsuf sezamannya seperi Ibn Sînâ. Ibn Miskawaih wafat di
Isfahan pada 9 Shafar 421 H/1030 M.13 Meskipun beliau menduduki jabatan strategis di
pemerintahan Dinasti Buwaihi, namun hal itu tidak membuatnya malas menulis. Hal ini
terbukti karena beliau banyak menulis kitab-kitab bermutu tinggi, antara lain: al-Fauz al-
Akbar; al-Fauz al-Ashghar; Tajarib al-Umâm; Uns al-Farid; Tartib al-Sa’âdah; al-Mustaufa;
Jawidan Khirad; al-Jami’; al-Siya; On the Simple Drugs; On the Compositions of the Bajats;
Kitâb al-Asyribah; Tahdzîb al-Akhlâq; Risâlah fî al-Lazzah wa al-‘Alâm fî jauhar al-Nafs;
Ajwibah wa As’ilah fî al Nafs wa al-‘Aql; al-Jawab fî al-Masâ’il al-Tsalas; Risâlah fî Jawâb fî
Su’al ‘Alî ibn MuhammadAbû Hayyan al-Shufî fî Haqîqah al-‘Aql; dan Thaharah al-Nafs.14
http://digilib.uin-suka.ac.id/8591/1/JUWARIYAH%20IBNU%20KHALDUN%20DAN%20PEMIKIRANNYA
%20TENTANG%20FILSAFAT%20PENDIDIKAN.pdf
https://dakir-wordpress-com.cdn.ampproject.org/v/s/dakir.wordpress.com/2009/05/02/konsep-
pendidikan-ibnu-miskawaih/amp/?amp_js_v=a3&_gsa=1&usqp=mq331AQFKAGwASA
%3D#aoh=15915923964607&_ct=1591592440611&csi=1&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&_tf=Dari%20%251%24s&share=https%3A%2F
%2Fdakir.wordpress.com%2F2009%2F05%2F02%2Fkonsep-pendidikan-ibnu-miskawaih%2F
http://ejournal.unwaha.ac.id/index.php/dinamika/article/download/131/119/
https://media.neliti.com/media/publications/156215-ID-pemikiran-pendidikan-islam-ibn-
miskawaih.pdf