D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
Berlian Telaumbanua (0506203155)
Manajemen 7 E
1. Faktor Manusia
2. Faktor Organisasi
E. Pengelolaan Konflik
1. Disiplin
2. Pertimbangan Pengalaman dalam Tahapan Kehidupan
3. Komunikasi
4. Mendengarkan secara aktif
F. Metode Konflik
Dalam situasi tertentu perusahaan atau suatu organisasi memerlukan terjadinya
konflik dengan batas-batas yang tertentu.
G. Studi Kasus
Studi kasus konflik non-fungsional di perusahaan Djarum mungkin mencakup
situasi di mana ada ketidaksepakatan antara manajemen dan serikat pekerja terkait
kondisi kerja, upah, atau masalah lainnya. konfliknya sebagai berikut:
Situasi: Serikat pekerja di perusahaan Djarum meminta kenaikan gaji yang signifikan
untuk semua pekerja pabrik tembakau, sementara manajemen berpendapat bahwa
perusahaan menghadapi tekanan ekonomi yang signifikan dan tidak mampu
memberikan kenaikan gaji besar-besaran.
Solusi:
Negosiasi: Pihak manajemen dan perwakilan serikat pekerja harus duduk
bersama untuk negosiasi gaji dan manfaat yang adil. Membuka saluran
komunikasi yang efektif dapat membantu mencapai kesepakatan yang dapat
diterima.
2. Paling tidak timbul pertentangan antara dua pihak secara perorangan maupun
kelompok dalam mencapai tujuan, memainkan peran dan ambigius atau adanya nilai-
nilai atau norma yang saling berlawanan.
E. Studi Kasus
Tim pemasaran dan tim pengembangan produk di PT Paragon berada dalam
konflik yang berkepanjangan. Tim pemasaran berpendapat bahwa produk yang
dikembangkan oleh tim pengembangan tidak sesuai dengan kebutuhan dan preferensi
pelanggan. Tim pengembangan merasa bahwa pemasaran tidak memberikan panduan
yang cukup jelas dan sering kali mengubah permintaan mereka.
Evaluasi Kinerja Bersama: Manajemen harus mendukung proses evaluasi kinerja yang
melibatkan kedua tim, sehingga mereka dapat memberikan umpan balik satu sama lain.
Manajemen Konflik: Jika konflik tetap berlanjut, perusahaan dapat mempertimbangkan
melibatkan seorang mediator atau konsultan yang ahli dalam manajemen konflik.
Penting untuk diingat bahwa setiap konflik memiliki nuansa dan penyebab yang
berbeda, jadi solusi yang diterapkan harus disesuaikan dengan konteks yang spesifik.
MATERI 3
“Sumber Gejala Dan Proses Terjadinya Konflik”
Peraturan dan Kebijakan Pemerintah: Konflik eksternal juga dapat timbul akibat
peraturan atau kebijakan pemerintah yang mempengaruhi operasional
perusahaan.
Tahap 1 : Oposisi
Kondisi oposisi atau ketidakcocokan potensial bisa dimanfaatkan dalam tiga
kategori:
Komunikasi
Struktur
Variabel Pribadi
Tahap 3 : Maksud
Tahap 4 : Perilaku
Tahap perilaku ini mencakup pernyataan, tindakan, dan reaksi yang dibuat oleh pihak-
pihak yang berkonflik. Perilaku konflik biasanya terang-terangan berupaya untuk
melaksanakan maksud-maksud setiap pihak.
Tahap 5 : Hasil
Pihak–pihak yang berkonflik akan menghasilkan konsekuensi baik yang fungsional
dan disfungsional.
D. Studi Kasus
PT Freeport mempekerjakan karyawan lokal sebanyak dua ribu karyawan dan
kontraktor yang hampir mendekati tiga puluh ribu karyawan. Kendati demikian, di
dalam perjalanan proses produksi yang di lakukan oleh perusahaan dan para buruh
yang merupakan mitra utama dalam menggerakan roda produksi ada saja gejala-
gejala konflik yang timbul dari adanya sebuah tuntutan yakni mengenai
pengupahan,jaminan sosial buruh, dan lain sebagainya. Tuntutan ini sejak lima tahun
belakangan ini dilakukan oleh buruh terhadap manajemen yang berperilaku korup
dan kotor dalam menjalankan program perusahaan.
Para manajer melakukan tindakan menyimpang yakni salah satunya dengan
memotong pengupahan buruh, dan tidak memenuhi perjanjian buruh yang sudah ada
dengan pemilik modal atau perusahaan. Para buruh diwajibkan pajak setiap kali
menerima gaji atau upah, Tat kala sikap dan perlakuan tidak Manusiawi ditunjukan
oleh manager dengan berusaha menyingkirkan buruh yang memberontak atau
melawan. Ironisnya permasalahan PT. Freeport sudah sangat berlarut-larut dan
selalu menemui jalan buntu. Ketika dilakukan suatu upaya untuk menyelesaikan
pertikaian yang sama halnya dengan perselisihan hubungan industrial antara pekerja
dan pihak managemen hal itu bak momok, dengan kata lain saat akan dilakukan
mediasi pekerja seperti tidak mendapatkan titik terang yang pada akhirnya membuat
pekerja (karyawan) seperti terkekang dan berjuang di bawah tekanan dari para
pemangku kepentingan. Perjuangan yang dilakukan adalah semata-mata untuk
menyelesaikan konflik atau perselisihan industrial dalam perusahaan, namun para
manager dan pihak kedua diperusahan seperti mengesampingkan tugas mereka yang
seharusnya menjadi pelindung bagi anak buahnya (karyawan), pihak manager atau
managemen, seakan gelap mata dan tidak peduli dengan para pekerja dan
memperlakukan para pekerja seperti bukan manusia dengan kata lain tidak
manusiawi.
Mediasi: Salah satu langkah pertama adalah mencoba mediasi antara pihak
manajemen dan buruh. Mediator independen dapat membantu memfasilitasi
pembicaraan dan mencari solusi bersama.
Negosiasi: Pihak manajemen dan buruh perlu duduk bersama untuk bernegosiasi
mengenai tuntutan gaji, jaminan sosial, dan masalah lainnya. Penentuan kesepakatan
bersama harus dilakukan dengan adil dan transparan.
Penting untuk mencari solusi yang adil dan menghormati hak-hak karyawan
serta kepentingan perusahaan. Memahami masalah ini dari kedua sudut pandang dan
bekerja sama untuk menemukan solusi yang bermanfaat bagi semua pihak adalah
langkah penting dalam menyelesaikan konflik ini.
MATERI 4
“Tahapan-Tahapan Perkembangan Kearah Terjadinya Konflik”
A. Hubungan Antara Conflict Dan Organizational Effectiveness
1. Semakin tinggi konflik, organisasi akan menjadi lebih efektif
2. Konflik berkelanjutan akan membuat organisasi tidak efektif
C. Studi Kasus
Konflik di PT. Metromini ini terjadi adanya perbedaan presepsi tentang
kekuasaan dan kedua adanya aturan dan norma yang dilanggar. Perbedaam presepsi
inilah yang menjadi salah satu mengapa konflik itu terjadi lantaran banyak nya
pengakuan bahwasanya salah satu pihak adalah dirut yang sah tanpa adanya
pembuktian yang jelassehingga membuat konflik di PT. Metromini ini terjadi.
Semua pihak mempunyai pendapatnya sendiri yang dikuatkan oleh bukti agar
pendapat atau presepsinya dapat dipercaya.
Adanya perbedaan pendapat dari semua pihak mengakibatkan terjadinya
perpecahan kepengurusan yang ditandai oleh adanya dua kubu didalam satu
kepengurusan metromini. Kedua kubu itu akhirnya berkonflik karena tidak adanya
kesepakatan untuk bersatu kembali demi Metromini. Adanya aturan dan norma yang
dilanggar adalah alasan selanjutya penyebab konflik itu terjadi. Pihak Panjaitan yang
tadinya sudah menjabat di PT Metromini yang di bentuk oleh RUPS tahun 2009
tidak
sah dikarenakan RUPS yang dilaksanakannya tidak sesuai aturan yang
berlaku.Ketidakpatuhan dalam melaksanakan RUPS oleh salah satu pihak yang tidak
sesuai UUPT merupakan suatu tindakan pelanggaran karena tidak sesuai aturan yang
berlaku. RUPS yang dilakukan oleh salah satu pihak cenderung tanpa aturan yang
berlaku sehingga hasil dari RUPS tidak bisa diakui oleh Kementrian hukam dan ham
yang berujung adanya konflik di PT. Metromini. Kelompok pejuang yang
mempunyai
kesamaan nasib diantara mereka dan mempunyai kepentinganan. Kedua pihak
mempunyai kelompok pejuang masing-masing sehingga hal ini terjadinya konflik.
Kelompok pejuang ini juga mempunyai seorang pemimpin yaitu Novrialdi dan TH.
Panjaitan.
Solusi :
Mekanisme yang dipilih untuk menyelesaikan konflik adalah kesepakatan
tentang cara menentukan pemenang. Mekanisme tersebut dipilih karena paling
memungkinkan untuk dilakukan dibandingkan dengan mekanisme kompromi dan
solusi integratf. Kompromi dan solusi integratif tidak bisa dipilih karena pihak-pihak
yang berkonflik enggan menurunkan ego untuk mendengar kepentingan masing-
masing agar dapat kembali bersatu. Kompromi dan Solusi integratif mempunyai
kelebihan yaitu dapat memberi satu kesempatan kepada para pihak-pihak agar
kepentingannya dapat terwujud walaupun tidak dapat semua diwujudkan mengingat
harus mempertimbangkan kepentingan pihak lain. Selain itu mekanisme Kompromi
dan Solusi Integratif dapat memperkuat hubungan kelompok yang berkonflik.
MATERI 5
“ Dampak Konflik Dalam Organisasi”
Perbedaan asal usul, termasuk perbedaan budaya, agama, suku, pendidikan, pengalaman,
dan lain-lain .
Perbedaan kepentingan, termasuk perbedaan tujuan, nilai, harapan, kebutuhan, dan motif
Perubahan lingkungan yang cepat, yang meliputi perubahan teknologi, pasar, konsumen,
regulasi, dan lain-lain. Perubahan lingkungan dapat menimbulkan ketidakpastian,
ketegangan, atau ketakutan antara anggota organisasi.
Penyebab di luar organisasi, antara lain pihak yang ingin menghancurkan organisasi atau
pihak yang tidak puas terhadap organisasi.
Gangguan kesehatan fisik dan mental. Konflik dapat menyebabkan seseorang mengalami
stres, kecemasan, depresi atau gangguan mental yang berdampak pada gangguan fungsi
imun, pencernaan, pernafasan, kardiovaskular atau neurologis.
Penurunan kualitas hidup. Konflik dapat membuat seseorang merasa tidak bahagia, tidak
puas, tidak berdaya, atau tidak berharga.
Konflik dapat memberikan dampak positif terhadap kelompok dan kelompok kerja apabila
dikelola dengan baik dan tepat. Beberapa dampak positif konflik antara lain:
Peningkatan kreativitas dan inovasi. Konflik dapat merangsang pemikiran kritis, diskusi
dan pertukaran ide untuk menciptakan solusi baru dan lebih baik terhadap permasalahan
yang dihadapi suatu kelompok atau kelompok.
Hindari konflik.
Manajemen konflik.
Meningkatkan komunikasi
Meningkatkan kerjasama.
Peningkatan integrasi
Meningkatkan partisipasi.
I. Studi Kasus
H&M merupakan salah satu perusahaan yg menjual kebutuhan fashion dengan merek
sendiri, toko ini cukup terkenal karena kualitas produknya, karena ketenaran nya lah toko ini
mempunyai banyak karyawan untuk melayani para konsumen yang datang. Ketenaran perusahaan
ini tidak selalu berdampak baik bagi perusahaan maupun bagi karyawan Perusahaan H&M
mempunyai jumlah karyawan sebanyak enam puluh empat orang dengan usia mulai dari sembilan
belas tahun sampai dua puluh lima tahun,dari perbadaan usia itu seringkali merugikan
bagi karyawan yang lebih muda dan suka di remehkan, selain itu juga, jam kerja yang
berbeda beda bisa menimbulkan rasa tidak adil bagi karyawan, Di perusahaan tersebut banyak
sekali fenomena yang terjadi seperti karyawan yang baru masuk dan keluar silih berganti, banyak
nya keluhan dari karyawan, banyak juga karyawan yang merasa dirinya mudah tersinggung di
kritik dan ada yang kurang puas bekerja di sana, apakah faktor penyebab nya konflik yang terjadi
di perusahaan tersebut ?Tentu saja fenomena banyak karyawan yang baru masuk dan keluar silih
berganti mengakibatkan karyawan harus beradptasi terus menerus selama fenomena ini terjadi,
dan ini bisa menjadi suatu masalah jika di biarkan ini. Ketika masalah terjadi, seorang manager
harus mampu mengatasinya supaya tidak berdampak terhadak aktivitas perusahaan.
Dari banyak nya keluhan dari karyawan tentu saja ada sebab nya, penyebab dari keluhan
karyawan bisa dari berbagai macam faktor. Dengan adanya keluhan ini sangat bisa menjadi faktor
turunnya produktivitas perusahaan, penulis merasakan di perusahaan tersebut banyak sekali
terjadi konflik antar karyawan dengan atasan maupun dengan karyawan lain nya, tentu sudahlah
wajar jika dalam suatu perusahaan adanya konflik. Tetapi jika di biarkan, masalah ini akan
berdampak negative bagi karyawan maupun perusahan.Banyak nya karyawan yang mengalami
masalah pribadi diluar pekerjaan nya, seringkalii mereka membawa masalah pribadinya ke dalam
pekerjaan nya. Tentu itu merupakan salah satu penyebab konflik yang sering terjadi diperusahaan
perusahaan yang mempunyai banyak karyawan. Dari situ jiwa profesional dari karyawan
masihlah kurang.
Solusi untuk mengatasi konflik dan masalah di perusahaan H&M dapat mencakup
beberapa langkah berikut:
Kebijakan yang Adil: Memastikan kebijakan perusahaan yang adil terkait dengan
jam kerja, penggajian, promosi, dan perlakuan terhadap karyawan dari berbagai
usia.
Evaluasi dan Umpan Balik: Melakukan evaluasi rutin terhadap iklim kerja dan
mendengarkan umpan balik dari karyawan untuk terus meningkatkan lingkungan
kerja.
Promosi Budaya Kerja yang Sehat: Mendorong budaya kerja yang positif,
inklusif, dan kolaboratif di mana karyawan merasa dihargai dan didukung.
Kepemimpinan yang Berkualitas: Menanamkan kepemimpinan yang efektif dan
berempati dari pihak manajemen, yang dapat memotivasi karyawan dan
mengatasi masalah secara konstruktif.
Solusi untuk konflik antara driver Gojek dan perusahaan, dalam hal ini PT Go-Jek, dapat
melibatkan beberapa langkah berikut:
Mediasi: Melanjutkan upaya mediasi antara kedua belah pihak untuk mencari
kesepakatan bersama. Mediator independen dapat membantu dalam proses ini.
Pembahasan Kontrak: Membahas ulang kontrak kemitraan antara driver Gojek dan PT
Go-Jek untuk memperbaiki kondisi yang memenuhi kepentingan kedua belah pihak.
Kepemilikan Saham: Membuka kesempatan bagi driver Gojek untuk memiliki saham
perusahaan dapat membantu memperbaiki hubungan dan memenuhi tuntutan untuk
menjadi karyawan.
Solusi ini harus mencakup kompromi dari kedua belah pihak untuk mencapai
kesepakatan yang adil dan berkelanjutan. Dengan demikian, akan lebih mungkin
menghindari gangguan dalam pelayanan PT Go-Jek kepada driver dan memperbaiki
hubungan antara perusahaan dan buruh driver Gojek.
MATERI 7
“STRATEGI MENGELOLA KONFLIK”
A. Strategi Konflik
Untuk menciptakan suasana kerja menjadi lebih kondusif diperlukan suatu strategi
dalam mengelola konflik (Kaushal and Kwantes, 2006) mendefinisikan bahwa strategi
merupakan rencana kerja suatu perusahaan yang bertujuan untuk menciptakan
keunggulan bersaing strategi dapat dipandang sebagai suatu alat yang dapat
menentukan langkah organisasi baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Menurut Wirawan (2016) langkah-langkah penyusunan strategi konflik adalah:
1. Analisis SWOT (Strength Weakness Opportunity dan Threat mengenai diri sendiri
dan lawan konflik.
Analisis SWOT mengenai diri sendiri akan mencerminkan kekuatan (strength) dan
kelemahan (weakness) diri sendiri dalam menghadapi lawan konflik. Analisis SWOT
mengenai lawan konflik akan mencerminkan peluang (opportunity) dan ancaman
(threat) dari lawan konflik.
2. Menentukan tujuan konflik
Tujuan konflik adalah sesuatu yang ingin dicapai saat menghadapi dan menyelesaikan
konflik Lebih spesifik tujuan konflik adalah target keluaran konflik yang diharapkan.
Pola interaksi konflik merupakan bentuk interaksi dengan pihak lawan konflik dalam
upaya mencapai keluaran konflik yang diharapkan.
Faktor-faktor yang memengaruhi pola interaksi konflik menurut (Wirawan, 2016)
adalah sebagai berikut:
a. Metode resolusi konflik yang digunakan dalam interaksi konflik
b. Gaya manajemen konflik yang digunakan oleh pihak-pihak yang terlibat konflik
c. Perkembangan situasi konflik bisa berkembang dari konflik konstruktif menjadi
konflik destruktif atau sebaliknya Situasi konflik tersebut sangat memengaruhi
pola interaksi konflik.
B. Taktik Konflik
Dalam menghadapi konflik pihak yang terlibat konflik bisa menggunakan
berbagai taktik. Beberapa taktik konflik menurut (Wirawan, 2016) adalah:
2. Taktik legitimasi
Taktik yang digunakan oleh pejabat yang menduduki posisi tertentu secara sah
(dipilih atau diangkat secara sah).
2. Taktik mengoptimasi
3. Taktik pertukaran
D. Studi Kasus
E. Secara faktual, sampai saat
ini belum ada solusi normatif
yang berperspektif sosio-
kultural
F. untuk menyelesaikan
persoalan sengketa lahan
antara masyarakat dengan
perusahaan yang ada di
G. Kabupaten Kuantan Singingi.
Konflik tersebut masih terus
berlanjut dan sangat
merugikan berbagai
H. pihak, serta belum adanya
kesadaran yang kuat dari
negara (pemerintah) terhadap
konsep
I. pembangunan yang lebih
berkeadilan dan berperspektif
hak azazi manusia. Terlebih
khususnya lagi,
J. pembuatan, pengaturan
hukum, dan penyelesaian
hukum atas konflik agraria
yang lebih berkeadilan
K. bagi kelompok masyarakat
lokal.
L. Penyelesaian konflik
persoalan sengketa lahan antara
masyarakat dengan perusahaan
yang ada
M. di Kabupaten Kuantan
Singingi melalui instrumen
hukum negara yang
legalistik-positivistik kerap
N. kali menimbulkan
ketidakadilan hukum bagi
kelompok masyarakat lokal.
Soetandyo
O. Wignyosoebroto,
mengatakan bahwa hukum
yang berkeadilan adalah
hukum nasional yang dalam
P. terapannya dari kasus ke
kasus mampu menyapa
kaidah-kaidah moral yang
berlaku di masyarakat
Masalah :
Secara faktual, sampai saat ini belum ada solusi normatif yang berperspektif
sosio-kultural untuk menyelesaikan persoalan sengketa lahan antara masyarakat
dengan perusahaan yang ada di Kabupaten Kuantan Singingi. Konflik tersebut
masih terus berlanjut dan sangat merugikan berbagai pihak, serta belum adanya
kesadaran yang kuat dari negara (pemerintah) terhadap konsep pembangunan
yang lebih berkeadilan dan berperspektif hak azazi manusia. Terlebih khususnya
lagi, pembuatan, pengaturan hukum, dan penyelesaian hukum atas konflik agraria
yang lebih berkeadilan bagi kelompok masyarakat lokal.
Solusi :
Penyelesaian yang untuk kepentingan pemerintah, dan berpotensi akan merugikan
kepentingan masyarakat. Hal semacam itu malam dapat menimbulkan konflik.
Oleh karenanya diperlukan strategi pendekatan sosiologi hukum. Solusi terhadap
permasalahan yang terjadi, selain menggunakan aturan-aturan hukum positif maka
sosiologi hukum juga dapat menjadi salah satu referensi dalam menyelesaikan
sengketa lahan antara masyarakat dengan perusahaan yang ada di Kabupaten
Kuntan Singingi.
MATERI 8
“Pendekatan-Pendekatan Dalam Manajemen Konflik”
B. Sumber Konflik
Tinjauan awal di bidang resolusi konflik mengidentifikasi sejumlah besar skema
untuk menggambarkan sumber atau jenis konflik yakni : Ekonomi, Tata Nilai,
Kekuasaan.
Dalam jenis organisasi ini, pembagian tugas dan wewenang terdapat perbedaan yang
tegas antarapimpinan dan pelaksanaan. Peran pimpinan dalam hal ini sangat dominan dimana
semuakekuasaan di tangan pimpinan. Oleh sebab itu dalam pelaksanaan kegiatan yang utama
adalah wewenang dan perintah. Memang bentuk organisasi semacam ini, khususnya didalam
institusi-institusi yang kecil sangat efektif karena keputusan-keputusan cepat diambil dan
pelaksanaankeputusan juga cepat. Kelemahannya jenis organisasi semacam ini kurang
manusiawi, lebih-lebih para pelaksana tugas bawahan hanya dipandang sebagai robot yang
senantiasa siapmelaksanakan perintah.
B. Organisasi Staff
Dalam organisasi ini, tidak begitu tegas garis pemisah antara pimpinan dan staf
pelaksana. Peranstaf bukan sekedar pelaksana perintah pimpinan namun staf berperan
sebagai pembantupimpinan. Bentuk organisasi semacam ini muncul karena makin
kompleksnya masalah-masalah organisasi sehingga pimpinan sudah tidak dapat lagi
menyelesaikan semuanya dan memerlukanbantuan orang lain (biasanya para ahli) yang
dapat memberikan masukan pemikiran-pemikiranterhadap masalah-masalah yang
dihadapi.
E. STUDI KASUS
Contoh Studi Kasus:
Masalahnya:
Sumber konflik yang terjadi pada BKD Kab. Sanggau cenderung merupakan
konflik disfungsional karena terdapat pergesekan antar pribadi pada pegawai yang
menyebabkan menurunnya rasa saling pengertian Perdebatan yang terjadi terkait
dengan tugas dan tanggung jawab yang harus dilakukan oleh pegawai dapat
menyebabkan ketidakpastian dalam kejelasan tentang tugas dan tanggung jawab
masing-masing bagian. Selain itu juga terjadi konflik kepribadian walaupun tidak
sebesar konflik disfungsional sebenarnya bukan hanya dapat terjadi di BKD Kab.
Sanggau, banyak organisasi juga mengalami hal yang sama. Yang menarik adalah
munculnya konflik fungsional, hal ini dapat disebabkan sebagian pegawai berusaha
memendam konflik yang ada, sehingga konflik yang muncul bukan merusak usaha
untuk pencapaian organsasi, tetapi justru meningkatkan kinerja para pegawai. Hal ini
disebabkan karena pemendaman konflik dalam beberapa waktu justru menngurangi
munculnya konflik disfungsional.
Solusinya:
Berintegrasi (Memecahkan Masalah), adalah cara yang sering dilakukan oleh
pegawai BKD Kab. Sanggau dalam menangani konflik yang muncul. Dengan gaya ini
pihak-pihak yang tertarik dihadapkan pada masalah dan dengan bekerjasama
mengenali masalah, menghasilkan dan memberikan bobot solusi-solusi alternatif, dan
memilih solusi. Penanganan konflik memang dapat melibatkan banyak pihak dalam
bentuk kerja sama dari hasil berinteraksi dengan pihak lain, melibatkan bantuan diri
sendiri ataupun memalui bantuan pihak ketiga. Hal ini juga yang terjadi pada para
pegawai. Hasil dari konflik yang diinginkan adalah:
1. Kesepakatan. Kesepakatan atau perjanjian yang adil dan wajar adalah yang terbaik.
Perjanjian yang membuat satu pihak merasa dieksploitasi atau dikalahkan cenderug akan
menghasilkan kemarahan dan konflik berikutnya.
2. Hubungan yang lebih kuat. Kesepakatan yang baik memungkinkan pihak-pihak yang
berkonflik dapat membangun jembatan niat baik dan kepercayaan untuk digunakan jika nanti
dibutuhkan.
3. Pembelajaran. Konflik dapat meningkatkan kesadaran diri lebih besar dan pemecahan
masalah yang kreatif
MATERI 10
“KOMUNIKASI EFEKTIF DALAM KONFLIK”
a. Komunikasi Konflik
Komunikasi merupakan medium penting bagi pembentukan atau pengembangan
pribadi dan untuk kontak sosial. Dalam komunikasi, memiliki banyak macam atau jenis.
Theodorson (dalam Rohim, 2009) selanjutnya mengemukakan pula bahwa,
komunikasia dalah proses pengalihan informasi dari satu orang atau sekelompok orang
dengan menggunakan simbol-simbol tertentu kepada satu orang atau kelompok lain yang
mengandung pengaruh tertentu. Komunikasi yang efektif ditandai dengan hubungan
interpersonal yang baik, karena setiap kali kita melakukan komunikasi, kita tidak saja sekedar
menyampaikan isi pesan tetapi kita juga menentukan kadar hubungan interpersonal, bukan
saja menentukan content tetapi juga relationships.
Solusinya:
Sementara cara penyelesaian konflik yang dilakukan pada umumnya, pegawai
kelurahan lain juga hanya memberikan saran-saran kepada keduanya, untuk segera
mengakhiri dan segera sadar atas konflik yang selama ini terjadi akibat masalah
perbedaan pilihan dalam Pilkada. Melihat cara penyelesaian yang dilakukan, maka gaya
penyelesaian konflik yang dilakukan oleh sebagian besar pegawai kelurahan termasuk
juga dalam gaya konsultasi. Tujuannya untuk memperbaiki hubungan antar kedua pihak
serta mengembangkan kemampuan mereka sendiri untuk menyelesaikan konflik.
Konsultan tidak mempunyai wewenang untuk memutuskan dan tidak berusaha untuk
menengahi. la menggunakan berbagai teknik untuk meningkatkan persepsi dan kesadaran
bahwa tingkah laku kedua pihak terganggu dan tidak berfungsi, sehingga menghambat
proses penyelesaian masalah yang menjadi pokok sengketa.
MATERI 11
“STRATEGI PENANGANAN DAN MEWUJUDKAN KONFLIK YANG
KONTRUKSI”
Strategi Penanganan
Menangani konflik antara dua tim di sebuah perusahaan teknologi yang sedang bekerja pada
proyek pengembangan produk inovatif memerlukan pendekatan yang hatihati dan strategis.
Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil untuk
Identifikasi Akar Masalah: Pertama, identifikasi dengan jelas sumber konflik antara tim A dan
tim B. Apakah itu perbedaan pendekatan desain, visi produk, atau masalah lainnya? Memahami
akar masalah akan membantu dalam merancang solusi yang efektif.
C. STUDI KASUS
Masalah :
Pertama, yayasan dengan masyarakat. Perseteruan pihak yayasan dengan masyarakat
tidak terlepas dari kekecewaan masyarakat terhadap pihak yayasan itu sendiri.
Ketidaksesuaian harapan masyarakat sering kali menjadi pemicu konflik anatara pihak
yayasan dengan masyarakat. Dari persoalan itu pula mengarah pada kekecewaan masyarakat
kepada pihak yayasan.
Kedua, yayasan dengan pengasuh pondok pesantren.
Menurutnya perselisihan antara pengasuh pondok pesantren (Kyai) dengan pengurus
yayasan merupakan hal biasa dalam tatanan organisasi lembaga pendidikan islam. Selain
dominasi kewenangan kekuasan, namun sering kali tatanan komunikasi dalam lembaga
pendidikan islam sering terabaikan yang mengakibatkan kurangnya kesepahaman dalam
mewujudkan tujuan bersama.
Ketiga, Kyai dengan Masyarakat.
Muhaimin Iskandar mengatakan bahwa, Pondok Pesantren hendaknya dapat menjadi
tempat yang nyaman bagi para santri dan juga tempat berbaur dengan masyarakat secara
efektif.
Solusinya:
Konflik merupakan sebuah pertentangan, percekcokan, perselisihan, ketidaksamaan
pandangan atau pendapat di antara individu maupun kelompok. Penyebab terjadinya konflik
biasanya karena faktor manusia, struktur dan komunikasi. Konflik pun dapat berdampak
positif yang membangun dan dapat pula negatif yang bersifat merusak. Hal ini tergantung
pada pengelolaan konflik yang dilakukan. Dalam upaya pengelolaan konflik tersebut, upaya
penanganan konflik dapat dilakukan melaui upaya preventif dan kuratif. Dalam upaya
prefentif, menjadikan penguatan ESQ melalui kultur pesantren sebagai tameng utama agar
tidak terjadi konflik destruktif. Penguatan ESQ melalui kultur pesantren tersebut
terpresentasikan dalam kegiatan mujahadah, istighosah, haul, dan perkawinan antara keluarga
pesantren. Setelah upaya prefentif dilakukan, upaya kuratif menjadi upaya vital dalam
menangani konflik. Ada lima strategi yang dapat diaplikasikan dalam upaya kuratif ini. Yakni
al-tabayun (klarifikasi), al-syura (musyawarah), tahkim (upaya mediasi), al-ishlah
(berdamai), dan sikap al-‘afwu (saling memafkan).
MATERI 12
“INTERVENSI EFEKTIF DALAM MANAJEMEN KONFLIK”
A. Intervensi Konflik
Menurut Jonshon, konflik adalah situasi dimana tindakan dalah satu pihakberakibat
menghalangi, menghambat atau mengganggu tindakan pihak lain.Kendati unsur konflik
selalu terdapat dalam setiap bentuk hubunganantarpribadi, pada umumnya masyarakat
memandang konflik sebagai keadaanburuk dan harus dihindarkan. Konflik dipandang sebagai
faktor yang akanmerusak hubungan, maka harus dicegah.Sedangkan pengertian intervensi
adalah sebuah perbuatan atau tindakancampur tangan yang dilakukan oleh satu lembaga
terhadap sebuah
permasalahan yang terjadi di antara dua pihak atau beberapa pihak sekaligus,di mana
tindakan yang dilakukan tersebut merugikan salah satu pihak yangbermasalah. Intervensi
dalam konflik dilakukan saat proses negosiasi danmediasi gagal menghentikan konflik yang
terjadi. Intervensi dapat dilakukanketika, salah satu aktor yang berkonflik meminta adanya
intervensi, atau pihakyang hendak melakukan intervensi melihat terlebih dahulu seberapa
besar
kepentingan yang mereka miliki untuk melakukan intervensi.
B. Tim Intervensi
Tim intervensi merupakan tim yang membantu dalam menyelesaikansebuah konflik. Tim ini
tidak harus berasal dari luar perusahaan atau organisasi, asalkan kedua belah pihak yang
bertikai, yakni tim ini mempunyaiwibawa dan mampu memecahkan semua persoalan secara
adil. Dalam memilih timm intervensi ini, semua pihak yang terlibat harus memilih tim
intervensi
dengan prosedur sebagai berikut:
1. Tentukan jumlah anggota tim intervensi yang diperlukan atau diinginkan.
2. Buat daftar nama calon anggota. Calon anggota yang terdaftar paling tidak
berjumlah tiga kali lipat jumlah anggota tim yang ditetapkan.
3. Bagikan informasi riwayat setiap calon anggota yang bertikai.
4. Adakan pertemuan dengan wakil kedua belah pihak. Secara bergantian,
kedua belah pihak mencoret satu nama dari daftar calon anggota. Teruskan
proses ini sampai tercapai jumlah anggota tim yang ditetapkan.
5. Nama-nama yang tidak tercoret menjadi tim intervensi
1. Dengan informasi yang benar dan bermanfaat dimaksudkan segala bahan keterangan
tentang masalah organisasi yang diperoleh ketika proses
diagnosa.
2. Dengan kebebasan memilih dimaksudkan bahwa tempat pembuatan suatu keputusan itu
terletak pada posisi klien. Klien sama sekali bebas memilih alternatif dalam pembuatan
keputusan. Ia tidak tergantung kepada konsultan.
D. STUDI KASUS
Masalah :
Penyebab konflik yang melibatkan pihak petani dan simpatisan petani Kabupaten
Karawang dengan anak perusahaan PT. APL, yaitu PT. SAMP, adalah ketika para petani
merasa terampas lahan taninya oleh pihak korporasi properti yang telah disebutkan. Selain
itu, tidak adanya ganti rugi dan usaha pemenuhan kebutuhan hidup para petani pasca
“perampasan” lahan tani yang mereka miliki.
Solusinya:
Sebagai intervensi penyelesaian konflik dalam kasus ini, penerapan prinsip win-win
solution seyogyanya diterapkan guna menetralisir permasalahan yang tak kunjung
menemukan titik terang atas keadilan bagi pihak petani. Dengan menimbang manajemen
konflik perlu diperhatikan dalam menanggapi konflik ini, sehingga konflik yang terjadi antara
kedua belah pihak mampu diselesaikan bahkan memberikan dampak positif untuk keduanya.
Diperlukannya mediasi yang benarbenar dimediatorkan pihak yang netral (dalam kasus ini,
PN hingga kepolisian resor Karawang pun tidak menunjukkan kenetralannya). Sebagai
pekerja sosial yang aktif dalam resolusi konflik atau yang bergerak dalam NGO penanganan
konflik, diharapkan mampu menjadi pihak penengah atas konflik yang berlangsung.
Kemudian, pekerja sosial pun dapat membantu pihak petani dalam mengadvokasikan hak-hak
petani (terutama hak untuk hidup dengan kelayakan) dalam mencapai keberfungsian sosial
para petani.
MATERI 13
a. Nilai yang mendasari filosofi penyelesaian sengketa antara lain : nilai kemuliaan,
kehormatan, persamaan, persaudaraan, dan mahabbat.
b. Nilai yang harus dimiliki para pihak yang bersengketa antara lain : nilai toleran,
menghargai hak-hak orang lain, terbuka, rasa hormat, dan kemauan memaafkan.
c. Nilai yang harus dipegang para pihak yang menyelesaikan sengketa antara lain: nilai
adil, keberanian, dermawan, yakin, hikmah, empati, dan menaruh perhatian pada orang
lain.
d. Nilai yang mendasari tujuan akhir penyelesaian sengketa antara lain : nilai
kemuliaan,
keadilan sosial, rahmah, ihsan, persaudaraan, dan martabat kemanusiaan.
C. STUDI KASUS
Studi Kasus di Fakultas Dakwah Uin-suka YOGYAKARTA
Masalahnya:
Mencermati kasus diatas, indikasi adanya konflik tersebut adalah perbedaan pendapat
antara dekan dan dosen Fakultas Dakwah terkait dengan kebijakan perubahan nama
Fakultas Dakwah menjadi Dakwah Dan Komunikasi. Akan tetapi kalau dicermati lebih jauh,
salahsatufaktor ketidakcocokan tersebut adalah kerana perbedaan kepentingan antara individu
atau kelompok. Selain itu kurangnya pengharagaan terhadap keputusan bersama.
Keputusan adalah segala putusan yang telah ditetapkan atau disetujui. Keputusan juga
berarti kesimpulan akhir. Jadi, keputusan bersama adalah segala sesuatu yang telah
disepakati bersama untuk dijalankan bersama. Hasil keputusan bersama menjadi tanggung
jawab bersama. Oleh karena itu siapapun yang terikat dan terkait dengan hasil keputusan
harus mentaatinya. Jadi penyebab konflik antara lain adalah, perbedaan pendapat, salah
paham, salah satu atau kedua belah pihak merasa dirugikan, Perbedaan kepentingan antara
individu atau kelompok, Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-
pribadi yang berbeda, dan terlalu sensitif.
Solusinya:
Menghadapi konflik semacam ini, maka cara yang ditempuh adalah dengan
mempersatukan. Oleh karena itu cara yang ditempuh dalam penyelesaian konflik ini adalah
dengan cara naik banding yaitu meneruskan permasalahan tersebut pada pimpinan yang
lebih tinggi yakni Rektor UIN-SUKA Yogyakarta untuk mendapatkan penyelesaian. Oleh
karena itu sikap yang dapat diambil bukan menghindari konflik yang ada secara.