NIM : 530076967
KONFLIK ORGANISASI
I. Latar Belakang
Salah satu persoalan yang sering muncul selama berlangsungnya perubahan di dalam
organisasi adalah adanya konflik antar anggota atau antar kelompok. Salah satu penyebab
timbulnya konflik adalah adanya penolakan terhadap perubahan. Konflik tidak hanya harus
diterima dan dikelola dengan baik, tetapi juga harus didorong karena konflik merupakan
kekuatan untuk mendatangkan perubahan dan kemajuan dalam lembaga. Dalam suatu organisasi
yang menjalankan aktivitas secara baik dikarenakan unsur-unsur pendukung bekerja secara
terpadu, dimungkinkan terjadinya konflik, karena di dalam suatu organisasi terdapat berbagai
perilaku orang yang berbeda-beda. Konflik yang terjadi pada suatu organisasi karena perilaku
manusia sebagai sumberdaya manusia akan berpengaruh pada efektivitas organisasi, karena itu,
setiap konflik yang terjadi diharapkan dapat diselesaikan melalui manajemen konflik.
Salah satu permasalahan yang dapat menimbulkan konflik dalam orgasnisa adalah
sumber daya manusia (SDM). Sumber daya manusia merupakan salah satu sumber daya yang
paling menentukan sukses tidaknya suatu organisasi. Dalam era globalisasi, masalah sumber
daya manusia menjadi sorotan maupun tumpuan bagi perusahaan untuk tetap dapat bertahan.
Permasalahan yang dihadapi perusahaan adalah sumber daya manusia, sebab sumber daya
manusia ini terdiri dari berbagai individu dengan karakteristik yang berbeda-beda, dengan
bermacam latar belakang, pendidikan, dan sifat yang berbeda sehingga perselisihan dapat
muncul setiap saat. Stres kerja dan konflik kerja merupakan salah satu masalah yang mungkin
Terkait dengan permasalahan sumber daya manusia ini, penulis menemukan penelitian
terkait Pengaruh Konflik Peran, Konflik Kerja dan Stres Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada
PT. Air Manado (Giovanni, et al., 2015). Perusahaan Daerah Air Minum tersebut memiliki salah
satu permasalahan yang dihadapi yaitu manajemen sumber daya manusia. Dalam Giovanni, et al.
(2015) dijelaskan bahwa konflik dan stres dirasakan dan dialami karyawan. Perusahaan dituntut
agar konflik dan stres dapat diatasi dan dikelola dengan sebaik-baiknya agar dapat meningkatkan
kinerja karyawan di perusahaan. Karyawan yang bekerja di perusahaan ini terdiri dari berbagai
individu dengan karakteristik yang berbeda beda, dengan bermacam latar belakang, pendidikan,
dan sifat yang berbeda sehingga perselisihan dapat muncul setiap saat.
Penelitian lain yang berkaitan dengan konflik dalam organisasi adalah penelitian yang
dilakukan oleh Laurence, et al. (2015). Penelitian ini membahas Manajemen Konflik Dalam
konsep perusahaan keluarga, Donnelley (2002) (dalam Nurwantoro, dan Sobirin, 2013) sebuah
perusahaan dinamakan perusahaan keluarga apabila paling sedikit ada keter-libatan dua generasi
dalam perusahaan itu dan kebera-daan mereka berpengaruh terhadap kebijakan perusahaan.
mengetahui bahwa pemilik yang pada umumnya juga menjadi pemimpin perusahaan memiliki
berbagai hak khusus, seperti hak mempekerjakan anggota keluarga tanpa melalui proses seleksi,
menempatkan anggota keluarga pada jabatan tertentu, dan menentukan informasi apa saja yang
boleh diketahui anggota perusahaan lain. Pemilik juga menyadari kedudukan dan hak khususnya.
Oleh karena itu, pemilik sekaligus pemimpin perusahaan biasanya mempertahankan hak tersebut.
Tidak ada peraturan tertulis dan kontrak formal yang menetapkan hal tersebut, tetapi orang yang
bekerja bagi perusahaan keluarga merasa terikat secara psikososial untuk menerima pengaturan
dalam perusahaan keluarga memiliki potensi menimbulkan konflik. Konflik ini tidak lepas dari
Perkembangan bisnis keluarga yang tidak lepas dari pengaruh suksesi kepemimpinan yang
diterapkan dari setiap pemimpin di setiap generasi karena setiap generasi pasti memiliki
pendapat antar generasi tersebut terkadang dapat menimbulkan konflik. Hnatek (2012)
menambahkan bahwa perusahaan keluarga menghadapi masalah khusus terkait suksesi dan
pertukaran generasi. Dalam penelitiannya yang dilakukan di Republik Ceko didapatkan bahwa
perusahaan tidak memiliki tradisi jangka panjang dalam keberlangsungan perusahaan karena
tidak adanya perencanaan dalam suksesi. Dengan demikian, di dalam perusahaan keluarga
suksesi sangat penting. Keberlangsungan perusahaan keluarga dapat bertahan lama tergantung
dari proses suksesi yang berjalan dari generasi ke generasi serta bagaimana menyelesaikan
masalah internal dengan komunikasi yang transparan dan terbuka satu sama lain.
Penelitian lain yang masih berkaitan dengan konflik adalah Analisis Agency Teory dan
(Zakiyah, 2017). Menurut Crutchley, et al. (2010) teori keagenan berasal dari konflik
kepentingan diantara manager perusahaan, pemegang saham dan kreditur. Manajer membentuk
kepemilikan dalam saham perusahaan dan kombinasi biaya keagenan yang berasal dari konflik
ini. Cruthly, et al. (2010) menambahkan bahwa teori keagenan mendiskripkan hubungan antara
pemegang saham (stockholder) sebagai principal dan manajer sebagai agen. Manajer merupakan
pihak yang dikontrak oleh pemegang saham untuk bekerja demi kepentingan pemegang saham.
Karena mereka dipilih maka mereka harus bertanggung jawab terhadap pemegang saham.
Menurut Hamidi (dalam Zakiyah, 2017) Masalah keagenan berpotensi terjadi apabila
bagian kepemilikan manajer atas saham perusahaan kurang dari seratus persen. Hamidi (dalam
Zakiyah, 2017) menambahkan dengan proporsi kepemilikan yang hanya sebagian dari
perusahaan membuat manajer cenderung bertindak untuk kepentingan pribadi dan bukan untuk
kepentingan perusahaan yang akhirnya dapat menyembabkan konflik yaitu: (1) Konflik antara
manajer dan pemegang saham, manajer memilih banyak laba ditahan sedangkan pemilik saham
memilih untuk dividen dibagikan; (2) Konflik pemegang saham minoritas dengan pemegang
yaitu pandangan tradisional (traditional view of conflict), pandangan hubungan manusia (human
untuk tanggap terhadap kebutuhan dan aspirasi para karyawan. Semua konflik adalah
buruk, dipandang secara negatif dan disinonimkan dengan istilah kekerasan, perusakan
dan ketidakrasionalan serta memiliki sifat dasar yang merugikan dan harus dihindari.
konflik merupakan peristiwa yang wajar dalam semua kelompok dan organisasi.
konflik atas dasar bahwa kelompok yang kooperatif, tenang, damai serasi cenderung
menjadi statis, apatis dan tidak tanggap terhadap kebutuhan akan perubahan dan
inovasi. Oleh karena itu, sumbangan utama dari pendekatan interaksionis adalah
berkelanjutan dari konflik. Dengan adanya pandangan ini menjadi jelas bahwa untuk
mengatakan bahwa konflik itu seluruhnya baik atau buruk tidaklah tepat.
Agar konflik yang terjadi tidak semakin meluas dan menjadi sulit terkontrol, maka
diperlukan manajemen konflik. Menurut Hendricks (2004) manajemen konflik yang efektif
dengan hati-hati. Untuk itu, perlu diketahui tahapan-tahapan dalam konflik, karena akan
membantu melukiskan konflik sebagai suatu rangkaian peristiwa yang dapat dikelola.
Robinson dan Clifford (dalam Liliweri, 2005) menambahkan bahwa manajemen konflik
secara teratur atas semua usaha demi mengakhiri konflik. Manajemen konflik harus dilakukan
sejak konflik pertama kali tumbuh. Karena itu, sangat dibutuhkan kemampuan manajemen
konflik antara lain melacak berbagai faktor positif pencegah konflik daripada melacak faktor
Semakin berkembangnya sebuah perusahaan, maka semakin tinggi pula tuntutan kinerja
atau standar target kinerja yang ditentukan oleh perusahaan, hal ini akan membawa karyawan
untuk berusaha mencapai target kinerja yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Karyawan akan
memaksimalkan kerja mereka, beradaptasi dengan perubahan lingkungan yang terjadi, sehingga
kondisi ini akan rentan terhadap timbulkan konflik kerja dan tekanan kerja yang dapat
menimbukan stres terhadap karyawan mereka. Selain tekanan yang menimbul konflik dan stress,
Mengacu pada teori konflik yang dikemukakan oleh Robbins, dalam masyarakat
tradisional yang masih dipenuhi dengan nilai-nilai kesopanan, budaya saling membantu yang
masih sangat kental, sangat ramah tamah dan sebagainya akan cenderung untuk menghindari
konflik. Berbeda dengan masyarakat yang bersifat power seekers, mereka cenderung untuk
saling bersaing dalam menghadapi konflik yang muncul dengan berorientasi pada kekuasaan
(power), wewenang (authority) dan kemakmuran secara ekonomis. Sedangkan organisasi atau
seseorang yang berada dalam masyarakat yang bersifat egalitarians lebih menyukai gaya
kesederajatan (equality) dan saling memaafkan (forgiveness). Gaya akomodasi ini lebih
mendahulukan kepentingan pihak lain daripada kepentingan diri sendiri atau kepentingan
golongannya sendiri. Gaya menyelasaikan konflik dengan kolaborasi terdapat pada masyarakat
yang bertipe stimulation seekers, dimana pihak-pihak yang terlibat konflik saling terbuka dan
berbagi pengalaman masing-masing yang pada akhirnya menghasilkan jalan keluar yang saling
menguntungkan.
Mengetahui penyebab atau sumber pemicu stres dan konflik kerja perlu segera dipelajari
oleh para pimpinan perusahaan agar mereka dapat menyusun strategi didalam mengantisipasi
dan mengelola kedua masalah tersebut dalam organisasinya. Organisasi yang professional tentu
akan mencari jalan atas permasalahan yang terjadi tersebut agar karyawan mereka dapat bekerja
maksimal dan berproduktifitas dalam pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
IV. Saran
1. Untuk mengurangi terjadinya konflik dan stres yang dihadapi karyawan, perlu dilakukan
2. Manajemen agar membuat prosedur tugas dan peran serta struktur organisasi yang jelas
agar terjadi kejelasan kerja setiap karyawan, tidak terjadi over load ataupun tekanan yang
berlebihan
3. Membuat skema imbalan, jenjang karir dan training juga perlu mendapat perhatian
pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya dan mereka bekerja untuk tujuan yang
mereka inginkan serta adanya hubungan interpersonal yang sehat serta perawatan
Crutchley, C.E, dan Hansen. 1989. A Test of The Agency Theory of Managerial Ownership,
Corporate Leverage, And Corporate Dividends. Financial Management 18, hal 36-46
Giovanni, T. M., Kojo, C., & Lengkong, V. P. (2015). Pengaruh konflik peran, konflik kerja dan
stres kerja terhadap kinerja karyawan pada PT. Air Manado. Jurnal EMBA: Jurnal
Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi, 3(3).
Hendricks. William. (2004). Bagaimana mengelola konflik: Petunjuk praktis untuk manajemen
konflik yang efektif. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Hnatek, Milan. (2012). Succession Planning and Generational Transition: The Greatest Chal-
lenges for Family-owned Businesses. Journal of Eastern Europe Research in Business
and Economics. Vol. 2012 (2012), pp.1-11
Liliweri, Alo. (2005). Prasangka dan konflik. Yog-yakarta: LKiS Pelangi Aksara
Zakiyah, T. (2017). Analisis konflik Agency Teory dan pengaruhnya terhadap kebijakan Dividen
pada perusahaan yang tergabung dalam LQ 45 (Studi kasus tahun 2011-
2015). Jurnal Ilmiah Akuntansi Dan Keuangan, 6(1), 1-28.