Anda di halaman 1dari 14

Anti Pencucian Uang & Pencegahan Penandaan Terorisme

APU-PPT
Tahukah kamu,
Perusahaan pembiayaan
menjadi salah satu tempat
untuk melakukan pencucian
uang?

Secara lebih lanjut, hasil pencucian uang yang dilakukan pelaku


pada sebuah perusahaan pembiayaan akan digunakan sebagai
sumber dana kegiatan terorisme.
Lalu bagaimana cara kita mencegahnya?

Kenali konsumennya
Pantau pola transaksinya
Laporkan ketika mencurigakan
PENCUCIAN UANG
Proses menyembunyikan asal-usul harta kekayaan yang awalnya
kotor sehingga seolah-olah menjadi harta kekayaan yang sah.
(UU Tindak Pidana Pencucian Uang No. 8 Tahun 2010)

Uang Kotor Pengajuan Kredit Mobil Pribadi

pembayaran DP harta kekayaan


pembayaran angsuran "seolah sah"
pelunasan
DASAR KEBIJAKAN

POJK NO.12/POJK.01/2017
Tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan
Pencegahan Pendanaan Terorisme di Sektor Jasa
Keuangan

POJK NO.23/POJK.01/2019
Tentang Perubahan atas Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan Nomor 12/POJK.01/2017 tentang Penerapan
Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan
Pendanaan Terorisme di Sektor Jasa Keuangan

SEOJK NO.37/SEOJK.05/2017
Tentang Pedoman Penerapan Program Anti Pencucian
Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme di Sektor
Industri Keuangan Non-Bank

Kewajiban
karyawan.
LAPOR KE PPATK!
Beberapa dasar kebijakan di atas menjadi
landasan kewajiban bagi karyawan untuk PUSAT
menjalankan Program Anti Pencucian Uang PELAPORAN
dan Pencegahan Pendanaan Terorisme di
& ANALISIS
BCA Finance sebagai salah satu industri
keuangan non bank. TRANSAKSI
KEUANGAN
BUKAN
menuduh konsumen sebagai pelaku
pencucian uang dan pendanaan
terorisme

MELAINKAN
menjalankan kewajiban pelaporan
kepada PPATK atas transaksi keuangan
yang mencurigakan sesuai dengan
kategori yang ditentukan
LAPORAN TRANSAKSI
Menurut Undang-Undang Tindak Pidana Pencucian Uang No 8 Tahun 2010,
kewajiban pelaporan kepada PPATK harus dilakukan apabila konsumen
melakukan transaksi yang masuk ke dalam jenis transaksi dibawah ini.

1. Transaksi Keuangan Mencurigakan


Transaksi keuangan yang menyimpang dari profil, karakteristik, atau
kebiasaan pola transaksi konsumen tersebut.
Transaksi keuangan oleh konsumen yang patut diduga dengan tujuan
untuk menghindari pelaporan.
Transaksi keuangan yang dilakukan atau batal dilakukan dengan
menggunakan harta kekayaan yang diduga dari hasil tindak pidana.
Transaksi keuangan yang diminta oleh PPATK untuk dilaporkan oleh
lembaga keuangan karena melibatkan harta kekayaan yang diduga dari
hasil tindak pidana

2. Transaksi Keuangan Tunai


Paling sedikit Rp500 juta atau dengan mata uang asing yang nilainya setara,
yang dilakukan baik dalam 1 kali transaksi maupun beberapa kali transaksi
dalam 1 hari kerja

3. Transaksi Keuangan Transfer Dari dan Ke Luar Negri

4. Transaksi Keuangan Mencurigakan terkait Pendanaan Terorisme

ANTI TIPPING OFF


Laporan Transaksi Direksi, komisaris, pengurus atau pegawai pihak pelapor
Keuangan dilarang memberitahukan kepada nasabah/pengguna
Mencurigakan jasa atau pihak lain, baik secara langsung maupun
(LKTM) Bersifat tidak langsung dengan cara apapun mengenai laporan
Rahasia transaksi keuangan mencurigakan baik terkait dengan
Pencucian Uang maupun terkait dengan Pendanaan
Terorisme yang sedang disusun atau telah disampaikan
kepada PPATK

PPATK, Penyidik, Penuntut Umum atau Hakim wajib merahasiakan


identitas Pihak Pelepor dan Pihak Terlapor (Pasal 83 UU No 8 Tahun 2010)

Pelapor tidak dapat dituntuk balik, baik secara perdata maupun pidana
atas penyusunan laporan TKM tersebut, karena hanya melakukan
kewajiban pelaporan bukan sebuah tuduhan sebagai pelaku pencucian
uang.
TAHAPAN PENCUCIAN UANG

PLACEMENT
Proses menempatkan dana yang diperoleh
dari hasil tindak pidana ke dalam lembaga
Penyedia Jasa Keuangan (PJK)

PJK dapat berupa Lembaga Keuangan Bank


maupun Lembaga Keuangan Non Bank
seperti multifinance atau perusahaan
pembiayaan

LAYERING
Proses memisahkan hasil tindak pidana
(setelah tahapan placement) dalam beberapa
transaksi dengan tujuan mulai menyamarkan
asal usul dananya

Secara sederhana, dana yang sudah


ditempatkan pada sebuah PJK akan dipindah-
pindahkan ke PJK lainnya

INTEGRATION
Proses menggunakan dana yang telah melalui
tahapan placement dan layering berbagai
kepentingan, karena telah dianggap sebagai
harta kekayaan yang sah

Dana bisa digunakan untuk modal usaha,


pembelian aset dan barang konsumtif lainnya
atau paling diperangi adalah untuk
membiayai tindak pidana lainnya termasuk
terorisme.
Pendanaan Terorisme
Metode pengumpulan dana antara lain
Penarikan dana dari masing-masing
Segala perbuatan dalam rangka
anggota
menyediakan, mengumpulkan, Penjualan barang-barang
memberikan atau meminjamkan dana, baik Atraksi budaya
langsung maupun tidak langsung, dengan Kegiatan-kegiatan sosial
maksud untuk digunakan dan/atau Sosialisasi “door to door” antar
diketahui akan digunakan untuk melakukan komunitas
Donasi dari anggota komunitas yang
tindak pidana terorisme, organisasi teroris
tergolong mampu Sumber : Keputusan
atau teroris. Kepala PPATK tahun
Sumber: UU No. 9 tahun 2013 tentangPencegahan dan 2008)
Pemberantasan Tidak Pidana Pendanaan Terorisme

Karakteristik Pendanaan Terorisme


Pendanaan terorisme berasal dari dua sumber utama, yaitu
Organisasi yang mengumpulkan dan menjadikan dana tersebut untuk
organisasi teroris.
Pendapatan yang dihasilkan langsung dari beberapa kegiatan yang
menghasilkan dana.

Misalnya, melalui penculikan, pemerasan, perampokan, penggelapan pajak,


penipuan, perdagangan narkotika dan lainnya berasal dari tindak kejahatan atau
melawan hukum

Risiko Utama TPPT dapat diklasifikasi kan menjadi 4 hal


yaitu :
Pada tahap pengumpulan dana berupa : sponsor pribadi
(terrorist financier/ fundraiser), penyimpangan
pengumpulan donasi melalui ormas, dan usaha bisnis
yang sah.
Modus Pendanaan
Pada tahap pemindahan dana berupa : melalui Penyedia
Terorisme Jasa Keuangan, pembawaan uang tunai lintas batas, dan
menggunakan metode pembayaran baru.
Pada tahap penggunaan dana berupa : pembelian
senjata dan bahan peledak, pelatihan pembuatan senjata
dan bahan peledak, pelatihan penggunaan senjata bahan
peledak, dan biaya perjalanan dari dan ke lokasi aksi
terorisme.

Pengusaha/ wiraswasta, pegawaiswasta, pedagang, PT,


Profil Pelaku Berisiko
Yayasan, perkumpulan dan persekutuan komanditer (CV).
Pendanaan Terorisme
Wilayah DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, dan Jawa
tengah termasuk kedalam kategori wilayah dengan risiko
Wilayah Berisiko tinggi pendanaan terorisme. Sementara Sulawesi Tengah,
Pendanaan Terorisme Papua, Banten dan Papua Barat termasuk kedalam kategori
menengah pendanaan terorisme.

a. Pendanaan yang menggunakan atau menyalahgunakan


korporasi/ badan hukum
Emerging Threat atau b. Obat-obatan terlarang
c. Aset virtual
Ancaman Baru
d. Pinjaman online
e. Aktivitas kelompok criminal bersenjata di dalam negeri

Sumber : Bulletin Penilaian Risiko Indonesia Terhadap Tindak Pidana Pendanaan


Terorisme dan Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal Tahun 2021 (Tim
Pelaksana NRA TPPT dan PPSPM 2021)

Menurut UU No 9 Tahun 2013, berikut upaya


pencegahan pendanaan terorisme :
1. Penerapan prinsip mengenali Pengguna Jasa Keuangan.
2. Pelaporan dan pengawasan kepatuhan perusahaan pembiayaan.
3. Pengawasan kegiatan pengiriman uang melalui sistem transfer/melalui system lainnya.
4. Pengawasan pembawaan uang tunai dan/atau instrument pembayaran lain ke dalam atau
keluar daerah pabean Indonesia.

SANKSI
Sanksi Tindak Pidana Pencucian Uang
Sanksi Tindak Pidana Pendanaan Terorisme

Sanksi Pelaku Anti Tipping Off

TINDAK LANJUT APU-PPT


Sebagai bentuk tindak lanjut dari penerapan APU-PPT, maka peranan
karyawan adalah :
1. Identifikasi Calon Konsumen
Uji Tuntas Nasabah (customer due diligence/CDD)
Uji Tuntas Lanjut (Enhanced due diligence (EDD)
2. Pemantauan dan Pengkinian Data Nasabah
3. Pemantauan Transaksi

1. IDENTIFIKASI CALON KONSUMEN

Uji Tuntas Nasabah (customer due diligence/CDD)


Identifikasi Calon Nasabah untuk mengetahui Profil Calon Nasabah,
dilakukan melalui permintaan data dan informasi yang paling kurang
meliputi :

Bagi Calon Nasabah orang perseorangan :


1. Identitas yang memuat : Nama lengkap termasuk nama alias; Nomor dokumen identitas;
alamat tempat tinggal sesuai dokumen identitas; tempat dan tanggal lahir;
kewarganegaraan; pekerjaan; alamat dan nomor telepon tempat kerja; jenis kelamin; dan
status perkawinan.
2. Identitas Pemilik Manfaat (Beneficial Owner); jika ada
3. Sumber dana;
4. Penghasilan rata-rata per tahun; dan
5. Maksud dan tujuan hubungan usaha atau transaksi yang akan dilakukan Calon Nasabah.
Bagi Calon Nasabah Korporasi :
1. Nama;
2. Nomor izin dari instansi berwenang;
3. Bidang usaha atau kegiatan;
4. Alamat kedudukan;
5. Tempat dan tanggal pendirian;
6. Bentuk badan hukum atau badan usaha;
7. Identitas Pemilik Manfaat (Beneficial Owner) apabilaCalon Nasabah memiliki Pemilik
Manfaat (Beneficial Owner);
8. Sumber dana; dan
9. Maksudan tujuan hubungan usaha atau transaksi yang akan dilakukan Calon Nasabah;

Bagi Calon Nasabah berbentuk Perikatan lainnya :


1. Nama;
2. Nomor izin dari instansi berwenang (jika ada);
3. Alamat Kedudukan;
4. Bentuk perikatan (legal arrangement);
5. Identitas Pemilik Manfaat (Beneficial Owner) apabila Calon Nasabah memiliki Pemilik
Manfaat (Beneficial Owner);
6. Sumber dana; dan
7. Maksud dan tujuan hubungan usaha atau transaksi yang akan dilakukan oleh Calon
Nasabah.

Melakukan verifikasi atas informasi dan dokumen pendukung calon nasabah

Verifikasi kebenaran identitas calon nasabah :


1. Pertemuan langsung (face to face) dengan calon nasabah pada awal melakukan
hubungan usaha dalam rangka meyakini kebenaran identitas calon nasabah.
2. Verifikasi melalui sarana elektronik milik PJK (contohnya video banking yang sifatnya
langsung online).

Verifikasi face to face dapat dikecualikan dengan ketentuan :


1. Verifikasi dilakukan melalui proses dan sarana elektronik milik PJK dan/atau milik calon
nasabah
2. Verifikasi wajib memanfaatkan data kependudukan yang memenuhi 2 faktor otentifikasi
(what you have & what you are).

Uji Tuntas Lanjut (Enhanced due diligence (EDD)

BCA Finance wajib melakukan EDD terhadap calon nasabah dan nasabah
yang dianggap mempunyai risiko tinggi terhadap praktik pencucian uang
dan/atau pendanaan terorisme, serta wajib memiliki sistem manajemen
risiko yang memadai untuk menentukan apakah calon nasabah, nasabah,
pemilik manfaat termasuk kriteria berisiko tinggi.
Risiko Tinggi didasarkan pada:
2. PEMANTAUAN DAN PENGKINIAN
DATA NASABAH 1. Latar belakang/profil
2. Produk berisiko tinggi untuk pencucian
uang dan/atau pendanaan terorisme
3. Transaksi dengan pihak Negara Risiko
Pengkinian (updating) data
Tinggi
nasabah yaitu penyesuaian data
4. Transaksi tidak sesuai profil
maupun informasi nasabah lama
5. Termasuk kategori Politically Exposed
yang telah ada pada BCA Finance,
Person (PEP)
dengan kondisi data terbaru dari
6. Bidang usaha berisiko tinggi
nasabah ybs
7. Asal daerah termasuk Negara Berisiko
Tinggi
Mendokumentasikan upaya
8. Konsumen masuk daftar terduga
pengkinian data dan wajib :
1. Melakukan pemantauan terhadap teroris dan organisasi teroris
informasi dan dokumen nasabah 9. Transaksi diduga terkait TPPU dan/atau
2. Menyusun laporan rencana pengkinian TPPT
data
3. Menyusun laporan realisasi pengkinian Parameter Risiko Tinggi
data
Detail pelaksanaa da penentuan risiko
Memelihara database daftar terduga
tinggi dapat dilihat pada
teroris dan memastikan secara
SK NO. 022/sk/dir/2020
berkala nama nasabah yang memiliki
kesamaan dengan nama yang
tercantum pada daftar terduga
terorisme

Informasi/data terbaru (hasil


pengkinian data) wajib diinput ke
dalam aplikasi Loan System yang
tersedia

Catatan : Data nasabah baru harus


lengkap dan akurat
3. PEMANTAUAN TRANSAKSI

KONSUMEN BERISIKO TINGGI


a. Politically Exposed Person (PEP), meliputi
Kepala Negara atau Kepala Pemerintahan
Wakil Kepala Negara atau wakil Kepala Pemerintahan
Anggota MPR, DPR, DPRD, DPD, BPK, Mahkamah Agung, Dewan Komisioner OJK, Dewan
Gubernur Bank Indonesia, Komisi Yudisial, Dewan Pertimbangan Presiden
Menteri, Wakil Menteri, Gubernur, Wakil Gubernur, Bupati/Walikota
Direksi, Komisaris dan pejabat struktural lainnya pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)
Pimpinan KPK, Pimpinan Perguruan Tinggi Negeri, Pimpinan dan Bendaharawan Proyek
Ketua Umum, Pengurus dan Anggota Partai Politik
Perwira Tinggi di Bidang Militer/Polisi
Hakim Agung pada Mahkamah Agung serta hakim pada semua badan peradilan, Hakim
Konstitusi
Jaksa, Panitera Pengadilan
Pejabat yang membidangi sektor minyak dan gas, sektor mineral dan batu bara
Pemeriksa Bea Cukai, Pajak
Auditor
Pejabat yang mengeluarkan perijinan, pejabat unit pelayanan masyarakat, pejabat
pembuat regulasi
Suami istri, pihak-pihak yang mempunyai hubungan dekat dengan PEP
Kepala Perwakilan RI di luar negeri yang berkedudukan sebagai Duta Besar/berkuasa
penuh
b. Profesi, mencakup Pengacara, Advokat, Kurator, Notaris, PPATK, Akuntan, Akuntan Publik,
Perencana/Konsultan Keuangan, Konsultan Pajak dan termasuk karyawan yang bekerja di
kantor profesi tersebut

c. Orang-orang yang tinggal dan atau mempunyai dana yang berasal dari Beneficial Owner
yang berada di negara berisiko tinggi dan atau dari negara yang diidentifikasi oleh sumber-
sumber terpercaya memiliki standar anti pencucian uang yang tidak mencukupi atau
mewakili tindak pidana tingkat tinggi dan korupsi

d. Pihak-pihak yang disebutkan dalam daftar PBB atau daftar lainnya yang dikeluarkan oleh
organisai internasional sebagai teroris, organisasi teroris, ataupun organisasi yang melakukan
pendanaan atau melakukan penghimpunan dana untuk kegiatan terorisme

e. Pejabat, pegawai, petugas dan setiap orang yang bekerja di bidang pelayanan public
khususnya di bidang perizinan, pengadaan dan penyaluran barang dan jasa public,
penerimaan Negara atau daerah

f. Pejabat, pegawai atau setiap orang yang bekerja untuk dan atas nama penyedia jasa
keuangan

g. Pihak yang terkait dengan PEP meliputi :


- Keluarga inti PEP termasuk anggota keluarga sampai dengan derajat kedua
- Perusahaan yang dimiliki PEP
- Pihak yang diketahui umum dan diketahui public punya hubungan dekat dengan PEP

a. Penukaran valuta asing non banks (money changer)


b. Penyelenggaraan transfer dana non bank
c. Agen perjalanan (travel)
d. Usaha berbasis tunai (minimarket, jasa pengelola parkir, SPBU)
e. Investasi berbasis emas atau logam mulia
f. Usaha di bidang pengelolaan hasil hutan atau kehutanan,
pengangkutan atau pengapalan (freight fowarding)
USAHA g. Usaha di bidang properti, perdagangan kendaraan bermotor
merupakan barang mewah
BERISIKO h. Usaha di bidang perdagangan permatadan perhiasan atau
TINGGI logam mulia
i. Usaha di bidang perdagangan barang seni dan antik (lukisan,
dll)
j. Usaha perdagangan ekspor atau impor di bidang SDA hayati
dan non hayati (minyak, mineral dan batu bara)
k. Koperasi yang melakukan kegiatan simpan pinjam dengan
nilai asset Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) atau lebih
MODUS OPERANDI PENCUCIAN UANG
a. Loan Back, meminjam uang dari perusahaan di luar negeri, semacam perusahaan
bayangan, yang direksinya dan atau pemegang sahamnya adalah diri sendiri, dengan
jaminan certificate of deposit dari perusahaan rekanan

b. Smurfing, memecah transaksi yang dilakukan oleh banyak pelaku dalam upaya
menghindari pelaporan

c. Chukoo Smurfing, upaya mengaburkan asal usul sumber dana dengan mengirimkan
dana-dana hasil kejahatannya melalui rekening pihak ketiga dan pihak ketiga tersebut
tidak menyadari bahwa dana yang diterimanya tersebut merupakan proceed of crime

d. U-turn, mengaburkan asal usul hasil kejahatan dengan memutarbalikan transaksi untuk
kemudian dikembalikan ke rekening asalnya

e. Structing, memecah transaksi sehingga jumlah transaksi menjadi lebih kecil (dibawah
treshold).

f. Pembelian aset atau barang mewah, menginvestasi hasil kejahatan kedalam bentuk
barang mewah

g. Barter, menghindari penggunaan dana tunai atau instrumen keuangan sehingga tidak
dapat terdeteksi oleh sistem keuangan. Misalnya, menukar heroin menjadi emas
batangan.

h. Penggunaan pihak ketiga, transaksi yang dilakukan dengan menggunakan identitas


pihak ketiga dengan tujuan menghindari terdeteksinya identitas dari pihak yang
sebenarnya yang merupakan pemilik dana hasil tindak pidana

i. Mingling, mencampurkan dana hasil tindak pidana dengan dana dari hasil kegiatan
usaha yang legal dengan tujuan untuk menghindari terdeteksinya asal sumber dana
tersebut.

j. Penggunaan Identitas Palsu, transaksi yang dilakukan dengan menggunakan identitas


palsu sebagai upaya untuk mempersulit terlacaknya identitas dan pendeteksian
keberadaan pelaku
Pentingnya Penanganan
APU - PPT
Sektor Jasa Keuangan

1. Risiko Reputasi
Risiko yang disebabkan adanya publikasi negatif yang terkait dengan kegiatan
usaha Penyedia Jasa Keuangan (PJK) atau persepsi negatif terhadap PJK.

2. Risiko Hukum
Risiko akibat tuntutan hukum dan/atau kelemahan aspek yuridis.

3. Risiko Operasional
Operasional PJK terganggu
Masyarakat

1. Kepercayaan terhadap produk dan jasa keuangan positif


2. Meningkatkan rasa aman menggunakan produk dan jasa
keuangan

HIGH RISK
COUNTRY
FATF secara rutin mempublikasikan daftar negara berisiko tinggi dan tidak
kooperatif melalui website tiga kali dalam satu tahun (Februari, Juni, dan
Oktober).

Dalam publikasinya pada periode ini, diinformasikan bahwa sejak publikasi


Februari 2021 terdapat perubahan istilah negara berisiko tinggi, yang
digunakan FATF yakni:
Publikasi Daftar Negara Berisiko
Tinggi dan Yurisdiksi Lain yang
Dipantau oleh FATF

A. Jurisdictions under Increased Monitoring


Daftar negara/yurisdiksi yang masuk kedalam Jurisdictions under
Increased Monitoring periode 24 Februari 2023 adalah sebagai berikut :

Sebagai perbandingan, daftar per Oktober 2022 adalah sebagai berikut:

B. High-Risk Jurisdictions subject to a Call for Action

Daftar negara/yurisdiksi yang masuk kedalam Jurisdictions under


Increased Monitoring adalah sebagai berikut :

Daftar negara yang masuk pada kategori High-Risk Jurisdictions subject


to a Call for Action di periode ini adalah DPRK dan Iran.

Anda mungkin juga menyukai