PENDAHULUAN
Jakarta dengan nama “Bank Central Asia, N.V “. Dalam perkembangan selanjutnya, tiga
Bank merger dengan BCA yaitu Bank Sarana Indonesia (31 Januari 1973), Bank Gemari (30
Juni 1976) dan Bank Commercial (30 Maret 1979). Setelah go public tahun 2002, BCA
bernama ”PT. Bank Central Asia, Tbk”. Banyak hal yang telah dilalui sejak saat berdirinya
itu, dan yang paling signifikan adalah saat terjadinya krisis moneter pada tahun 1997.
Krisis ini membawa dampak yang luar biasa pada keseluruhan finance perbankan
Indonesia. Namun secara khusus kondisi ini mempengaruhi aliran dana tunai di BCA, bahkan
sempat mengancam kelanjutan kegiatan operasional. Banyak nasabah menjadi takut, lalu
beramai-ramai menarik dana mereka sehingga terjadilah Rush. Akibatnya, Bank terpaksa
meminta bantuan dari pemerintah. Sebagai konseksuensinya, pada bulan Mei 1998, Badan
Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) mengambil alih BCA sehingga BCA menjadi Bank
Pada tahun 1998, BCA menjalani program rekapitalisasi dan restrukturisasi yang
dijalankan oleh BPPN, dimana pemerintah menjadi pemegang saham mayoritas melalui
BPPN. Sampai tahun berikutnya BCA selesai direkapitulasi dan BPPN menguasai 92,8%
Pada tahun 2000, BCA telah menyatakan “sehat”, sehingga BPPN meyerahkan kembali BCA
kepada Bank Indonesia. Pada tahun tersebut pula melakukan penawaran umum 22,5% saham
kepada masyarakat (go public). Dimana pada saat itu, asset BCA mencapai 96.168 triliun
rupiah.
1
Pada tahun 2002, pemerintah melakukan divestasi (pelepasan) 51% dari sahamnya di
BCA melalui tender penempatan privat yang strategis. Farindo Investmen, Ltd, yang berbasis
di Mauritius, memenangkan tender tersebut. Dan tiap tahun BCA mengalami peningkatan
asset.
Saat ini BCA terus memperkokoh tradisi tata kelola perusahaan yang baik, kepatuhan
penuh pada regulasi, pengelolaan resiko secara baik dan komitmen kepada nasabahnya, baik
Bank Central Asia mempunyai visi sebagai Bank pilihan utama masyarakat yang
Untuk membangun institusi yang unggul di bidang penyelesaian pembayaran dan solusi
masa depan, memberikan kredit pinjaman untuk modal usaha , memberikan kredit
kendaraan bermotor dan rumah , memberikan tabungan kesehatan untuk masa depan ,
memberikan tabungan pendidikan untuk anak agar jika sudah besar nanti anak
Memberikan pelayanan yang terbaik bagi nasabah dengan mengunakan tata cara sopan
santun standar layanan SMART SOLUTION. Simak sendiri kepanjangan dari Sigap,
Menarik, Antusias, Ramah, dan Teliti. Sedangkan SOLUTION panjangan dari Simak,
2
Open Mind, Lengkap, Utamakan Kebutuhan Nasabah, Telling, Inisiatif, On Time Follow
Up.
Integritas
PT. Bank Central Asia,Tbk memiliki sejumlah keunggulan yang menjadi kunci
keberhasilan dalam menjadi Bank yang terpecaya dan menyediakan layanan yang berguna,
Tim manajemen yang profesional dan selalu mengikuti kebijakan maupun regulasi
Sumber Daya Manusia yang terlatih baik dengan mengadakan learning centre untuk
pembelajaran sumber daya manusia dengan dosen dosen unggulan juga mengadakan
pelatihan pelatihan untuk meingkatakan kualitas dan ilmu potensi yang di miliki.
Produk dan jasa yang selalu inovatif dengan menciptakan ide ide yang kreatif demi
Kantor cabang baik utama maupun pembantu yang tersebar luas di Indonesia dan jaringan
ATM yang selalu tersedia di tempat tempat yang di butuhkan seperti rumah sakit , hotel,
3
bandara dan mesin mesin EDC yang ada di tempat tempat yang ramai atau banyak di
Kantor Cabang yang selalu terlihat rapi bersih dan menerapkan standart layanan SMART
4
BAB II
Banyak cara bagi pelaku kejahatan untuk melakukan pencucian uang. Salah satunya
dengan cara menggunakan sistem perbankan untuk menyembunyikan asal-usul dana yang
berasal dari kegiatan yang sah, dengan harapan sulit dilacak oleh para penegak hokum.
Hasil tindak pidana menurut UU Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian
Uang (PP-TPPU) adalah harta kekayaan yang di peroleh dari tindak pidana berikut ini, yang
dilakukan di wilayah Negara Republik Indonesia atau di luar wilayah Negara Republik
Indonesia dan tindak pidana tersebut juga merupakan tindak pidana menurut hukum
Indonesia.
Korupsi
Penyuapan
Narkotika
Psikotropika
Penyelundupan imigran
Di bidang perbankan
Di bidang perasuransian
5
Kepabeanan
Cukai
Perdagangan orang
Terorisme
Penculikan
Pemalsuan uang
Perjudian
Prostitusi
Di bidang perpajakan
Di bidang kehutanan
Tindak pidana lainnya yang di ancam dengan penjara 4 (empat) tahun atau lebih
Sekalipun terdapat berbagai macam modus operan di pencucian uang, namun pada dasarnya
Placement, yaitu upaya menempatkan dana yang dihasilkan dari suatu kegiatan tindak
perbankan.
Layering, yaitu upaya memisahkan hasil tindak pidana dari sumbernya melalui beberapa
6
Intregation, yaitu menggunakan dana yang telah masuk ke system keuangan dan telah
melalui tahap placement dan atau layering, sehingga seolah-olah tampak menjadi yang
Beberapa modus pencucian uang yang banyak digunakan oleh pelaku pencucian uang adalah:
U-turn, yaitu upaya untuk mengaburkan asal usul hasil kejahatan dengan
Cuckoo Smurfing, yaitu upaya mengaburkan asal usul sumber dana dengan
mengirimkan dana dari hasil kejahatan melalui rekening pihak ketiga yang menunggu
kiriman dana dari luar negeri dan tidak menyadari bahwa dana yang diterimanya
Mingling, yaitu mencampurkan dana hasil tindak pidana dengan dana dari hasil kegiatan
usaha yang legal. Hal ini bertujuan untuk mengaburkan sumber asal dana yang illegal.
identitas palsu sebagai upaya untuk mempersulit terlacaknya identitas dan pendeteksian
memberikan, atau meminjamkan dana, baik langsung maupun tidak langsung, dengan
7
maksud untuk digunakan dan/atau yang diketahui akan digunakan untuk melakukan kegiatan
Pendanaan terorisme pada dasarnya merupakan jenis tindak pidana yang berbeda dari Tindak
Pidana Pencucian Uang (TPPU). Namun demikian, keduanya mengandung unsur kesamaan,
yaitu menggunkan jasa keuangan sebagai sarana atau sasaran untuk melakukan suatu tindak
pidana.
Tujuan tindak pidana pendanaan terorisme adalah membantu kegiatan terorisme baik dengan
harta kekayaan yang dihasilkan dari suatu tindak pidana maupun harta kekayaan yang
2.2 Kebijakan dalam Penerapan Pogram Anti Pencucian Uang dan Pencegahan
Pendanaan Terorisme
Untuk mengetahui profil dan tingkat risiko nasabah, Bank perlu melakukan Customer Due
Dilligence (CDD) dan mengelompokkan profil nasabah ke dalam kelompok risiko dengan
Customer Due Dilligence (CDD) merupakan berupa identifikasi, verifikasi, dan pemantauan
yang wajib dilakukan Bank untuk memastikan bahwa transaksi sesuai dengan profil Calon
1. Melakukan hubungan usaha dengan calon Nasabah, antara lain : pembukaan rekening,
8
3. Bank meragukan kebenaran informasi yang diberikan oleh Nasabah, penerima kuasa,
4. Terdapat transaksi keuangan yang tidak wajar yang terkait dengan pencucian uang
2. Prosedur CDD (khusus identifikasi dan verifikasi) dapat diwakili oleh pihak lain
1. Bank wajib memberikan informasi mengenai prosedur CDD kepada pihak lain.
2. Bank wajib memberikan pelatihan mengenai pelaksanaan CDD kepada pihak lain
tersebut.
3. Kerja sama antar Bank dengan pihak lain dilakukan atas dasar perjanjian kontrak yang
salah satu materi perjanjiannya adalah mewajibkan pihak lain menerapkan prosedur
CDD sesuai dengan prosedur Bank. Tanggung jawab akhir atas hasil CDD yang
kemungkinan pencucian uang dan pendanaan terorisme atau bertransaksi dengan Negara
berisiko tinggi, maka bank wajib melakukan prosedur CDD yang lebih mendalam yang
1. Sift, kualitas, dan kuantitas informasi Nasabah yang perlu diperoleh harus memberikan
gambaran mengenai tingkat risiko yang timbul dari hubungan usaha yang terjadi.
2. Informasi yang diperoleh harus dapat diverifikasi dan menberikan keyakinan terhadap
9
2.3 Penentuan Tingkat Risiko Nasabah
1. Menilai profil nasabah ke dalam kategori risiko Rendah, Sedang, atau Tinggi, sesuai
2. Tingkat risiko nasabah merupakan nilai akhir dari seluruh komponen penilaian yang
Bank wajib menentukan criteria calon nasabah yang berisiko tinggi (NRT) terhadap
1. Nasabah berisiko tinggi (high risk customer), yaitu orang yang berpotensi melakukan
Catatan :
1. Khusus Nasabah Risiko Tinggi yang tergolong PEP, bank wajib mendokumentasikan
2. Bidang usaha berisiko tinggi (high risk business), yaitu bidang usaha yang potensial
3. Negara berisiko tinggi (high risk countries), yaitu Negara yang dikategorikan berisiko
10
2.3.2 Yang Termasuk Ke Dalam Nasabah Risiko Tinggi
Berikut ini adalah kriteria nasabah / beneficial owner yang termasuk berisiko tinggi dalam
Nasabah /beneficial owner yang dikategorikan berisiko tinggi terkait dalam kegiatan
seperti :
1. Pejabat Negara pada Lembaga Tertinggi Negara dan Lembaga Tinggi Negara (MPR,
Presiden & Wakil Presiden, MA, BPK, & DPR, DPD dan Dewan Pertimbangan
Presiden/Watimpres).
2. Menteri, Wakil Menteri dan jabatan setingkat Menteri.
3. Duta Besar RI di luar negeri.
4. Gubernur, Wakil Gubernur, Bupati, Wakil Bupati,Walikota, Wakil Walikota.
5. Anggota DPRD I dan II atau lembaga sejenis di daerah.
6. Hakim, Panitera, Jaksa, dan Penyidik.
7. Anggota Komisi Yudisial dan Pimpinan Komisi yang dibentuk berdasarkan peraturan
perundangan.
8. Dewan Gubernur BI dan Dewan Komisioner OJK.
9. Auditor Pajak/BPK/BPKP.
10. Pimpinan Perguruan Tinggi Negeri.
11. Pegawai Negeri Sipil eselon I dan II.
12. Direksi/Komisaris BUMN dan BUMD.
13. Kepala Kantor di lingkungan Departemen Keuangan.
14. Pengawas Bea Cukai
15. Perwira Tinggi pada TNI / Polisi.
Bidang usaha yang dikategorikan berisiko tinggi untuk digunakan sebagai sarana pencucian
uang, seperti :
4. Jasa Akuntan, Pengacara, Kurator, Notaris, dan Pejabat Akta Tanah (termasuk seluruh
10. Agen perjalanan yaitu agen yang menyediakan Tour and Travel
13. Konsultan di bidang hukum/ pajak/ Keuangan (termasuk seluruh karyawan dalam profesi
tersebut)
16. Usaha perdagangan ekspor atau impor dibidang minyak, mineral, batubara
18. Koperasi yang melakukan kegiatan simpan pinjam dengan nilai asset Rp 1 Milyar atau
lebih
Sebelum melakukan usaha dengan nasabah, Bank wajib meminta informasi yang
12
1. Calon nasabah wajib diidentifikasi dan diklarifikasikan ke dalam kelompok perorangan
dan perusahaan.
2. Dalam hal calon nasabah adalah nasabah perusahaan maka dalam kelompok nasabah
3. Informasi yang wajib diminta dari calon nasabah sesuai ketentuan dalam program APU
dan PPT.
4. Dalam hal yang melakukan transaksi adalah Walk In Customer/WIC maka informasi
yang diminta oleh Bank harus sesuai dengan ketentuan dalam program APU dan PPT
Permintaan dokumen wajib dilakukan sebelum melakukan hubungan usaha dengan calon
Nasabah/WIC
1. Untuk Nasabah perorangan informasi wajib didukung dengan dokumen identitas yang
masih berlaku yang mencantumkan foto diri dan diterbitkan oleh pihak yang berwenang
Indonesia adalah Kartu Tanda Penduduk (KTP), Surat Izin Mengemudi (SIM) atau paspor
maka dokumen identitas adalah passport yang disertai dengan Kartu Izin Tinggal
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Karya tulis yang saya susun ini berdasarkan hasil program kerja. Dari karya tulis ini, maka
perbankan.
Mengenal pribadi banyak orang lewat nasabah yang beraneka ragam sifat dan
perilakunya.
3.2 Saran
1. Dengan adanya Program permagangan Bakti BCA dapat menciptakan tenaga kerja
14