Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1. Sejarah Singkat Perusahaan


Bank Central Asia berdiri pada tanggal 21 Februari 1957 di pusat perniagaan kota

Jakarta dengan nama “Bank Central Asia, N.V “. Dalam perkembangan selanjutnya, tiga

Bank merger dengan BCA yaitu Bank Sarana Indonesia (31 Januari 1973), Bank Gemari (30

Juni 1976) dan Bank Commercial (30 Maret 1979). Setelah go public tahun 2002, BCA

bernama ”PT. Bank Central Asia, Tbk”. Banyak hal yang telah dilalui sejak saat berdirinya

itu, dan yang paling signifikan adalah saat terjadinya krisis moneter pada tahun 1997.

Krisis ini membawa dampak yang luar biasa pada keseluruhan finance perbankan

Indonesia. Namun secara khusus kondisi ini mempengaruhi aliran dana tunai di BCA, bahkan

sempat mengancam kelanjutan kegiatan operasional. Banyak nasabah menjadi takut, lalu

beramai-ramai menarik dana mereka sehingga terjadilah Rush. Akibatnya, Bank terpaksa

meminta bantuan dari pemerintah. Sebagai konseksuensinya, pada bulan Mei 1998, Badan

Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) mengambil alih BCA sehingga BCA menjadi Bank

Take Over (BTO).

Pada tahun 1998, BCA menjalani program rekapitalisasi dan restrukturisasi yang

dijalankan oleh BPPN, dimana pemerintah menjadi pemegang saham mayoritas melalui

BPPN. Sampai tahun berikutnya BCA selesai direkapitulasi dan BPPN menguasai 92,8%

kepemilikan saham BCA.

Pada tahun 2000, BCA telah menyatakan “sehat”, sehingga BPPN meyerahkan kembali BCA

kepada Bank Indonesia. Pada tahun tersebut pula melakukan penawaran umum 22,5% saham

kepada masyarakat (go public). Dimana pada saat itu, asset BCA mencapai 96.168 triliun

rupiah.

1
Pada tahun 2002, pemerintah melakukan divestasi (pelepasan) 51% dari sahamnya di

BCA melalui tender penempatan privat yang strategis. Farindo Investmen, Ltd, yang berbasis

di Mauritius, memenangkan tender tersebut. Dan tiap tahun BCA mengalami peningkatan

asset.

Saat ini BCA terus memperkokoh tradisi tata kelola perusahaan yang baik, kepatuhan

penuh pada regulasi, pengelolaan resiko secara baik dan komitmen kepada nasabahnya, baik

sebagai bank transaksional maupun sebagai lembaga intermediasi financial.

1.1 Visi, Misi dan Tata nilai Bank Central Asia

Bank Central Asia mempunyai visi sebagai Bank pilihan utama masyarakat yang

memegang pilar penting perekonomian Indonesia.

Misi dari Bank Central Asia yaitu :

 Untuk membangun institusi yang unggul di bidang penyelesaian pembayaran dan solusi

keuangan bagi masyarakat yang baik bisnis maupun perorangan,

 Memahami beragam kebutuhan nasabah seperti pembukaan rekening untuk tabungan di

masa depan, memberikan kredit pinjaman untuk modal usaha , memberikan kredit

kendaraan bermotor dan rumah , memberikan tabungan kesehatan untuk masa depan ,

memberikan tabungan pendidikan untuk anak agar jika sudah besar nanti anak

mendapatkan pendididkan yang baik , memberikan fasilitas transaksi yang mudah

nyaman dan efisien , memberikan investasi yang menguntungkan.

 Meningkatkan nilai “Franchise” dan nilai “stakeholdres”

 Memberikan pelayanan yang terbaik bagi nasabah dengan mengunakan tata cara sopan

santun standar layanan SMART SOLUTION. Simak sendiri kepanjangan dari Sigap,

Menarik, Antusias, Ramah, dan Teliti. Sedangkan SOLUTION panjangan dari Simak,

2
Open Mind, Lengkap, Utamakan Kebutuhan Nasabah, Telling, Inisiatif, On Time Follow

Up.

Tata nilai Bank Central Asia :

 Fokus kepada nasabah

 Integritas

 Kerjasama tim yang baik dan saling mendukung

 Berusaha mencapai target dan tujuan yang terbaik

 Menciptakan inovasi yang baru

 Mengembangkan potensi sumber daya manusia yang ada

1.2 Keunggulan PT. Bank Central Asia,Tbk.

PT. Bank Central Asia,Tbk memiliki sejumlah keunggulan yang menjadi kunci

keberhasilan dalam menjadi Bank yang terpecaya dan menyediakan layanan yang berguna,

efisien, aman dan terpercaya.

Keunggulan dari Bank Central Asia :

 Tim manajemen yang profesional dan selalu mengikuti kebijakan maupun regulasi

perbankan nasional dan internasional.

 Sumber Daya Manusia yang terlatih baik dengan mengadakan learning centre untuk

pembelajaran sumber daya manusia dengan dosen dosen unggulan juga mengadakan

pelatihan pelatihan untuk meingkatakan kualitas dan ilmu potensi yang di miliki.

 Produk dan jasa yang selalu inovatif dengan menciptakan ide ide yang kreatif demi

memenuhi kebutuhan dan pelayanan kepada nasabah.

 Mengupayakan terus menerus untuk mempertahankan keamanan perbankan.

 Kantor cabang baik utama maupun pembantu yang tersebar luas di Indonesia dan jaringan

ATM yang selalu tersedia di tempat tempat yang di butuhkan seperti rumah sakit , hotel,

3
bandara dan mesin mesin EDC yang ada di tempat tempat yang ramai atau banyak di

kunjungi untuk memudahkan transaksi bagi nasabah.

 Kantor Cabang yang selalu terlihat rapi bersih dan menerapkan standart layanan SMART

dari security sampai pimpinan.

4
BAB II

ANTI PENCUCIAN UANG dan PENCEGAHAN PENDANAAN

TERORISME (APU dan PPT)

2. ANTI PENCUCIAN UANG dan PENCEGAHAN PENDANAAN

TERORISME (APU dan PPT)

Banyak cara bagi pelaku kejahatan untuk melakukan pencucian uang. Salah satunya

dengan cara menggunakan sistem perbankan untuk menyembunyikan asal-usul dana yang

berasal dari kegiatan yang sah, dengan harapan sulit dilacak oleh para penegak hokum.

2.1 Hasil Tindak Pidana Menurut UU PP-TPPU

Hasil tindak pidana menurut UU Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian

Uang (PP-TPPU) adalah harta kekayaan yang di peroleh dari tindak pidana berikut ini, yang

dilakukan di wilayah Negara Republik Indonesia atau di luar wilayah Negara Republik

Indonesia dan tindak pidana tersebut juga merupakan tindak pidana menurut hukum

Indonesia.

 Korupsi

 Penyuapan

 Narkotika

 Psikotropika

 Penyelundupan tenaga kerja

 Penyelundupan imigran

 Di bidang perbankan

 Di bidang perasuransian

5
 Kepabeanan

 Cukai

 Perdagangan orang

 Perdagangan senjata gelap

 Terorisme

 Penculikan

 Pemalsuan uang

 Perjudian

 Prostitusi

 Di bidang perpajakan

 Di bidang kehutanan

 Di bidang lingkungan hidup

 Di bidang kelautan dan perikanan

 Tindak pidana lainnya yang di ancam dengan penjara 4 (empat) tahun atau lebih

2.1.1 Proses Pencucian Uang

Sekalipun terdapat berbagai macam modus operan di pencucian uang, namun pada dasarnya

proses pencucian uang dapat dikelompokkan ke dalam 3 tahap kegiatan, yaitu :

 Placement, yaitu upaya menempatkan dana yang dihasilkan dari suatu kegiatan tindak

pidana ke dalam system keuangan, termasuk sistem keuangan, termasuk system

perbankan.

 Layering, yaitu upaya memisahkan hasil tindak pidana dari sumbernya melalui beberapa

tahap transaksi untuk menyembunyikan atau menyamarkan sumber dana tersebut.

6
 Intregation, yaitu menggunakan dana yang telah masuk ke system keuangan dan telah

melalui tahap placement dan atau layering, sehingga seolah-olah tampak menjadi yang

halal (tampak sah).

2.1.2 Modus pencucian uang

Beberapa modus pencucian uang yang banyak digunakan oleh pelaku pencucian uang adalah:

 Smurfing, yaitu upaya untuk menghindari pelaporan dengan memecah-mecah transaksi

yang dilakukan oleh banyak pelaku.

 Structuring, yaitu untuk menghindari pelaporan dengan memecah-mecah transaksi

sehingga jumlah transaksi menjadi lebih kecil.

 U-turn, yaitu upaya untuk mengaburkan asal usul hasil kejahatan dengan

memutarbalikkan transaksi untuk kemudian dikembalikan ke rekening asalnya.

 Cuckoo Smurfing, yaitu upaya mengaburkan asal usul sumber dana dengan

mengirimkan dana dari hasil kejahatan melalui rekening pihak ketiga yang menunggu

kiriman dana dari luar negeri dan tidak menyadari bahwa dana yang diterimanya

merupakan “proceed of crime”.

 Mingling, yaitu mencampurkan dana hasil tindak pidana dengan dana dari hasil kegiatan

usaha yang legal. Hal ini bertujuan untuk mengaburkan sumber asal dana yang illegal.

 Penggunaan identitas palsu, yaitu transaksi yang dilakukan dengan menggunakan

identitas palsu sebagai upaya untuk mempersulit terlacaknya identitas dan pendeteksian

keberadaan pelaku pencucian uang.

2.1.3 Pendanaan Terorisme

Pendanaan Terorisme adalah segala perbuatan dalam rangka menyediakan, mengumpulkan,

memberikan, atau meminjamkan dana, baik langsung maupun tidak langsung, dengan

7
maksud untuk digunakan dan/atau yang diketahui akan digunakan untuk melakukan kegiatan

terorisme, organisasi teroris, teroris.

Pendanaan terorisme pada dasarnya merupakan jenis tindak pidana yang berbeda dari Tindak

Pidana Pencucian Uang (TPPU). Namun demikian, keduanya mengandung unsur kesamaan,

yaitu menggunkan jasa keuangan sebagai sarana atau sasaran untuk melakukan suatu tindak

pidana.

Tujuan tindak pidana pendanaan terorisme adalah membantu kegiatan terorisme baik dengan

harta kekayaan yang dihasilkan dari suatu tindak pidana maupun harta kekayaan yang

diperoleh secara sah.

2.2 Kebijakan dalam Penerapan Pogram Anti Pencucian Uang dan Pencegahan

Pendanaan Terorisme

Untuk mengetahui profil dan tingkat risiko nasabah, Bank perlu melakukan Customer Due

Dilligence (CDD) dan mengelompokkan profil nasabah ke dalam kelompok risiko dengan

menggunakan pendekatan berdasarkan risiko (Risk Based Approach/RBA).

2.2.1 Kewajiban Customer Due Dilligence

Customer Due Dilligence (CDD) merupakan berupa identifikasi, verifikasi, dan pemantauan

yang wajib dilakukan Bank untuk memastikan bahwa transaksi sesuai dengan profil Calon

nasabah, atau WIC.

1. Bank wajib melakukan prosedur CDD pada saat :

1. Melakukan hubungan usaha dengan calon Nasabah, antara lain : pembukaan rekening,

pemilikan kartu kredit, atau penyewaan safe deposit box.

2. Melakukan transaksi dengan Walk In Customer (WIC).

8
3. Bank meragukan kebenaran informasi yang diberikan oleh Nasabah, penerima kuasa,

dan/atau Beneficial Owner.

4. Terdapat transaksi keuangan yang tidak wajar yang terkait dengan pencucian uang

dan atau pendanaan terorisme.

2. Prosedur CDD (khusus identifikasi dan verifikasi) dapat diwakili oleh pihak lain

sepanjang Bank memenuhi ketentuan sebagai berikut:

1. Bank wajib memberikan informasi mengenai prosedur CDD kepada pihak lain.

2. Bank wajib memberikan pelatihan mengenai pelaksanaan CDD kepada pihak lain

tersebut.

3. Kerja sama antar Bank dengan pihak lain dilakukan atas dasar perjanjian kontrak yang

salah satu materi perjanjiannya adalah mewajibkan pihak lain menerapkan prosedur

CDD sesuai dengan prosedur Bank. Tanggung jawab akhir atas hasil CDD yang

dilakukan oleh pihak lain menjadi tanggung jawab Bank.

2.2.2 Kewajiban Enhanced Due Dilligence

Apabila calon Nasabah/Nasabah/WIC tergolong berisiko tinggi (termasuk PEP) terhadap

kemungkinan pencucian uang dan pendanaan terorisme atau bertransaksi dengan Negara

berisiko tinggi, maka bank wajib melakukan prosedur CDD yang lebih mendalam yang

disebut Enhanced Due Dilligence (EDD).

1. Sift, kualitas, dan kuantitas informasi Nasabah yang perlu diperoleh harus memberikan

gambaran mengenai tingkat risiko yang timbul dari hubungan usaha yang terjadi.

2. Informasi yang diperoleh harus dapat diverifikasi dan menberikan keyakinan terhadap

profil Nasabah sesungguhnya.

9
2.3 Penentuan Tingkat Risiko Nasabah

Penentuan tingkat risiko nasabah dilakukan dengan cara :

1. Menilai profil nasabah ke dalam kategori risiko Rendah, Sedang, atau Tinggi, sesuai

Matriks Profil Risiko.

2. Tingkat risiko nasabah merupakan nilai akhir dari seluruh komponen penilaian yang

ditetapkan berdasarkan rating tertinggi dari seluruh komponen.

2.3.1 Kriteria Nasabah Risiko Tinggi

Bank wajib menentukan criteria calon nasabah yang berisiko tinggi (NRT) terhadap

pencucian uang/pendanaan terorisme, yaitu :

1. Nasabah berisiko tinggi (high risk customer), yaitu orang yang berpotensi melakukan

tingkat pidana pencucian uang/ pendanaan terorisme, termasuk di dalamnya

penyelenggara Negara/Politically Exposed Person (PEP)

Catatan :

1. Khusus Nasabah Risiko Tinggi yang tergolong PEP, bank wajib mendokumentasikan

dalam daftar tersendiri.

2. Nasabah Risiko Tinggi yang tergolong PEP termasuk keluarganya (anak/menantu,

istri/suami, orangtua./mertua, cucu), perusahaan yang dimiliki PEP dan pihak-pihak

yang berhubungan dekat dengan PEP apabila diketahui.

2. Bidang usaha berisiko tinggi (high risk business), yaitu bidang usaha yang potensial

digunakan sebagai sarana pencucian uang/ pendanaan terorisme.

3. Negara berisiko tinggi (high risk countries), yaitu Negara yang dikategorikan berisiko

tinggi dalam masalah pencucian uang/ pendanaan terorisme.

10
2.3.2 Yang Termasuk Ke Dalam Nasabah Risiko Tinggi

Berikut ini adalah kriteria nasabah / beneficial owner yang termasuk berisiko tinggi dalam

penerapan program APU dan PPT.

Nasabah berisiko tinggi (high risk customer ), yaitu :

Nasabah /beneficial owner yang dikategorikan berisiko tinggi terkait dalam kegiatan

pencucian uang, termasuk penyelanggaraan Negara / politically exposed person (PEP),

seperti :

1. Pejabat Negara pada Lembaga Tertinggi Negara dan Lembaga Tinggi Negara (MPR,
Presiden & Wakil Presiden, MA, BPK, & DPR, DPD dan Dewan Pertimbangan
Presiden/Watimpres).
2. Menteri, Wakil Menteri dan jabatan setingkat Menteri.
3. Duta Besar RI di luar negeri.
4. Gubernur, Wakil Gubernur, Bupati, Wakil Bupati,Walikota, Wakil Walikota.
5. Anggota DPRD I dan II atau lembaga sejenis di daerah.
6. Hakim, Panitera, Jaksa, dan Penyidik.
7. Anggota Komisi Yudisial dan Pimpinan Komisi yang dibentuk berdasarkan peraturan
perundangan.
8. Dewan Gubernur BI dan Dewan Komisioner OJK.
9. Auditor Pajak/BPK/BPKP.
10. Pimpinan Perguruan Tinggi Negeri.
11. Pegawai Negeri Sipil eselon I dan II.
12. Direksi/Komisaris BUMN dan BUMD.
13. Kepala Kantor di lingkungan Departemen Keuangan.
14. Pengawas Bea Cukai
15. Perwira Tinggi pada TNI / Polisi.

Bidang usaha berisiko tinggi (high risk business), yaitu :

Bidang usaha yang dikategorikan berisiko tinggi untuk digunakan sebagai sarana pencucian

uang, seperti :

1. Pedagang Barang Seni dan Antik


11
2. Perusahaan Money Changer

3. Jasa Pengiriman Uang (Perusahaan/Perorangan)

4. Jasa Akuntan, Pengacara, Kurator, Notaris, dan Pejabat Akta Tanah (termasuk seluruh

karyawan pada kantor profesi tersebut)

5. Pedagang Batu Permata/ Logam Mulia (Perusahaan/Perorangan)

6. Perusahaan Investasi berbasis emas/ logam Mulia

7. Usaha di bidang properti

8. Perusahaan Jasa Surveyor

9. Usaha perdagangan kendaraan bermotor yang merupakan barang mewah

10. Agen perjalanan yaitu agen yang menyediakan Tour and Travel

11. Usaha formal yang melakukan penjualan kapal

12. Perusahaan pengelolaan hasil hutan atau kehutanan

13. Konsultan di bidang hukum/ pajak/ Keuangan (termasuk seluruh karyawan dalam profesi

tersebut)

14. Kasino dan Excecutive Club

15. Usaha di bidang jasa pengangkutan / pengkapalan

16. Usaha perdagangan ekspor atau impor dibidang minyak, mineral, batubara

17. Usaha berbasis tunai, pengelola parkir, SPBU, dan minimarket

18. Koperasi yang melakukan kegiatan simpan pinjam dengan nilai asset Rp 1 Milyar atau

lebih

2.3.3 Permintaan Informasi Calon Nasabah/WIC

Sebelum melakukan usaha dengan nasabah, Bank wajib meminta informasi yang

memungkinkan Bank dapat mengetahui profil calon Nasabah/Walk In Customer

12
1. Calon nasabah wajib diidentifikasi dan diklarifikasikan ke dalam kelompok perorangan

dan perusahaan.

2. Dalam hal calon nasabah adalah nasabah perusahaan maka dalam kelompok nasabah

tersebut mencakup pula Beneficial Owner.

3. Informasi yang wajib diminta dari calon nasabah sesuai ketentuan dalam program APU

dan PPT.

4. Dalam hal yang melakukan transaksi adalah Walk In Customer/WIC maka informasi

yang diminta oleh Bank harus sesuai dengan ketentuan dalam program APU dan PPT

2.3.4 Permintaan Dokumen Calon Nasabah/WIC

Permintaan dokumen wajib dilakukan sebelum melakukan hubungan usaha dengan calon

Nasabah/WIC

1. Untuk Nasabah perorangan informasi wajib didukung dengan dokumen identitas yang

masih berlaku yang mencantumkan foto diri dan diterbitkan oleh pihak yang berwenang

2. Dokumen pendukung utama bagi identitas Nasabah perorangan yang berkewarganegaraan

Indonesia adalah Kartu Tanda Penduduk (KTP), Surat Izin Mengemudi (SIM) atau paspor

yang masih berlaku

3. Untuk calon nasabah perorangan yang berkewarganegaraan asing (WNA) perusahaan

maka dokumen identitas adalah passport yang disertai dengan Kartu Izin Tinggal

Sementara sesuai dengan dokumen keimigrasian

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Karya tulis yang saya susun ini berdasarkan hasil program kerja. Dari karya tulis ini, maka

dapat saya ambil kesimpulan sebagai berikut :

1. BCA mengadakan program permagangan bakti BCA dalam rangka membantu

pemerintah mengurangi jumlah pengangguran di Indonesia.

2. BCA mengadakan program pemagangan bakti BCA dalam rangka menciptakan

kesempatan kerja dan memberikan bantuan beasiswa.

3. BCA memberikan pengalaman tentang dunia pekerjaan, khususnya dunia

perbankan.

Mengenal pribadi banyak orang lewat nasabah yang beraneka ragam sifat dan

perilakunya.

3.2 Saran

Saran saya untuk PT. Bank Central Asia Tbk :

1. Dengan adanya Program permagangan Bakti BCA dapat menciptakan tenaga kerja

yang berpengalaman di bidang perbankan.

2. Kualitas pelayanan BCA harus terus di tingkatkan, guna membangun kepercayaan

dan rasa kepuasan nasabah terhadap BCA.

14

Anda mungkin juga menyukai