UNIVERSITAS PADJADJARAN
DESEMBER 2023
1
PENGESAHAN LAPORAN RENCANA PROYEK AKSI SOSIAL
Kota, Tanggal-Bulan-Tahun
Menyetujui,
2
.
1. Subhan Saladin 170410230035 Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Pemerintahan
2. Evelyn Kangdra 130110233014 Kedokteran Kedokteran
3. Najla Tsuraya 140210230033 Matematika dan Kimia
Ilmu Pengetahuan
Alam
4. Muhammad Rafel 150510230208 Pertanian Agroteknologi
Arazi
5. Nadine Ayu Larasati 110110230309 Hukum Ilmu Hukum
6. Hanna Mikhayla 110110230115 Hukum Ilmu Hukum
Sitindaon
7. Shafira Tricantika 170810230009 Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Politik
8. Alifya Shaumi Adib 180410230024 Ilmu Budaya Sastra Inggris
Muhammad
9. Yosia Petersen Sigar 230110230039 Perikanan dan Perikanan
Ilmu Kelautan
10. Khaerul Jundi 240110230091 Teknologi Teknik
Industri Pertanian
Pertanian
11. Muhammad Ujab Rafii 270110230044 Teknik Geologi Geologi
Sulaiman
3
ABSTRAK
Salah satu tanggapan terhadap masalah pernikahan dini yang masih cukup merajalela
di Indonesia adalah proyek aksi sosial edukasi pernikahan dini ini. Proyek ini mendukung
Visi Indonesia Emas 2045 dengan mempromosikan pendidikan yang lebih baik dan
menciptakan generasi muda yang lebih mandiri dan berkualitas. Mengurangi pernikahan dini
akan membantu mencapai tujuan perkembangan berkelanjutan dan kesejahteraan sosial yang
direncanakan oleh Visi Indonesia Emas 2045.
Beberapa luaran yang diharapkan dari aksi sosial ini meliputi peningkatan
pemahaman siswa-siswi SMP tentang konsekuensi pernikahan dini, pengurangan angka
pernikahan dini di kalangan siswa-siswi SMP, dan peningkatan akses siswa-siswi SMP ke
informasi dan sumber daya terkait pernikahan dini. Tahapan-tahapan dalam aksi sosial ini
diimplementasikan dalam berbagai bentuk seperti pemaparan materi melalui media presentasi
yang berisi tentang definisi, sebab-akibat, cara mencegah terjadinya pernikahan dini pada
siswa-siswi SMP kemudian ada juga dalam bentuk drama, ice breaking, dan juga games.
Kegiatan ini tentunya diharapkan dapat mengatasi masalah pernikahan dini dan memberikan
manfaat yang signifikan bagi siswa-siswi SMP serta kontribusi positif terhadap Visi
Indonesia Emas 2045.
Kata kunci: pernikahan dini, Indonesia Emas 2045, aksi sosial, siswa-siswi SMP, informasi
4
DAFTAR ISI
5
BAB I
ANALISIS SITUASI DAN IDENTIFIKASI MASALAH
Beberapa masalah relevan yang melatarbelakangi proyek ini meliputi tingginya angka
pernikahan dini pada anak, tahun 2021 tercatat 65 ribu kasus dan tahun 2022 tercatat 55 ribu
pengajuan. Pengajuan permohonan menikah pada anak lebih banyak disebabkan oleh faktor
pemohon perempuan sudah hamil terlebih dahulu dan faktor dorongan dari orangtua yang
menginginkan anak mereka segera menikah karena sudah memilik teman dekat atau
berpacaran.
Analisis survei penduduk antara sensus (SUPAS) 2005 dari Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) didapatkan angka pernikahan di perkotaan lebih
rendah dibandingkan di pedesaan, untuk kelompok umur 15-19 tahun perbedaannya cukup
tinggi yaitu 5,28% di perkotaan dan 11,88% di pedesaan (Sari Pediatri dalam Eddy Fadlyana,
Shinta Larasaty, 2016.)
Permasalahan ini juga terdapat di wilayah yang dijadikan sebagai lokasi aksi sosial
yaitu Kabupaten Sumedang. Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPK)
Kabupaten Sumedang khawatir dengan dampak dari pernikahan dini yang mencapai 1% dari
1,1 juta penduduk. Kepala DPPK Kabupaten Sumedang, Nasam, menyebutkan walaupun
angka di atas tergolong kecil namun ditakutkan akan berpotensi memicu ledakan penduduk.
Berdasarkan sumber lain, dalam data Pengadilan Agama Sumedang pada 2022, tercatat ada
246 kasus yang mengajukan pernikahan anak namun yang dikabulkan hanya 229 pernikahan
anak. Apabila dikalkulasi secara lebih rinci, singkatnya per 2 hari ada anak yang menikah.
Jumlah ini menurun dibandingkan pada tahun 2019 yaitu sebanyak 10,09%. Kabid
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P3A) DPPKBP3A Kabupaten Sumedang,
Ekki Riswandiyah, menyebutkan bahwa berbagai upaya terus dilakukan oleh Pemkab
Sumedang untuk menurunkan dan mencegah terjadinya pernikahan anak. Sesuai dengan Visi
Indonesia Emas 2045, mencapai perkembangan berkelanjutan dan kesejahteraan sosial,
tentunya pernikahan dini ini harus dicegah dan dikurangi sebisa mungkin.
6
BAB II
USULAN SOLUSI DAN TUJUAN AKSI SOSIAL
Permasalahan yang ingin diselesaikan melalui proyek aksi sosial ini adalah
mengurangi insiden pernikahan dini di kalangan SMP. Beberapa permasalahan tersebut
diantaranya kurangnya pemahaman tentang konsekuensi pernikahan dini, tekanan sosial dan
budaya yang mendorong pernikahan dini, serta kurangnya akses siswa SMP ke informasi
yang tepat tentang pernikahan dini. Hal tersebut kemudian melatarbelakangi pelaksanaan
proyek sosialisasi ini dan kemudian melahirkan usulan solusi serta tujuan dari aksi sosial itu
sendiri. Adapun rinciannya yaitu sebagai berikut:
7
2. Membantu mengurangi angka pernikahan dini pada siswa-siswi dengan
memberikan informasi dan pemahaman singkat.
3. Peningkatan akses siswa-siswi ke informasi dan sumber daya terkait
pernikahan dini.
Adapun tujuan perwujudan nilai-nilai dalam proyek aksi sosial ini mencakup
tiga nilai yaitu nilai agama, nilai Pancasila, dan nilai kewarganegaraan.
1. Dalam agama, pernikahan dapat dilakukan jika memiliki kesiapan ilmu, kesiapan
materi/harta, dan kesiapan fisik/kesehatan. Tentunya hal ini belum dimiliki oleh
siswa-siswi SMP. Aksi sosial ini juga bertujuan untuk mengurangi pernikahan dini
yang merupakan suatu kegiatan yang bertentangan dengan nilai agama yaitu
menghargai manusia dan kemanusiaan.
2. Dalam nilai Pancasila, sesuai dengan sila kedua dan sila kelima, bahwa seluruh
masyarakat harus mendapatkan hak-haknya sebagai manusia termasuk anak-anak
Indonesia. Adapun, pernikahan dini ini menghambat anak-anak tersebut untuk
mendapatkan hak-hak yang semestinya mereka dapatkan. Oleh karena itu, dengan
aksi sosial ini, kita dapat mewujudkan sila kedua dan kelima dari Pancasila.
3. Dalam nilai kewarganegaraan, tentunya tidak berbeda jauh dengan nilai Pancasila
yaitu menyangkut hak dan kewajiban setiap pribadi. Dengan aksi sosial ini diharapkan
setiap anak dapat mendapatkan hak-hak yang memang semestinya mereka dapatkan
sebagai manusia.
8
BAB III
METODE PELAKSANAAN AKSI SOSIAL
Program ini mengadopsi metode pelaksanaan kegiatan aksi sosial yang sederhana dan
memungkinkan untuk diimplementasikan, namun diprediksi dan diharapkan dapat
memberikan dampak positif serta manfaat yang signifikan bagi siswa-siswi MTs Al-Irfan
Tanjungsari. Pendekatan pengimplementasian tersebut dilakukan lewat penyajian materi yang
berkaitan dengan pernikahan dini secara menarik dan informatif kepada siswa-siswi MTs Al-
Irfan Tanjungsari. Adapun rincian tahapan metode dari aksi sosial yang dilakukan ialah
sebagai berikut:
9
Berdasarkan sistem pre-test dan post-test dalam metode ini, data hasil pr-test dan pos-
test dianalisis secara kuantitatif untuk mengevaluasi efektivitas sosialisasi pernikahan
dini. Analisis dilakukan dengan menghitung presentase pemahaman audiens pada
masing-masing tahap. Dari total 84 audiens yang berpartisipasi, 70% atau sebanyak
58 orang memahami materi pernikahan dini pada sesi pre-test. Sisanya, sebanyak 26
orang (30%), belum sepenuhnya memahami materi tersebut. Namun, setelah
sosialisasi, terjadi peningkatan pemahaman pada audiens. Presentase kemampuan
memahami materi pernikahan dini meningkat menjadi 85% (71 orang) pada sesi pos-
test. Meskipun terjadi peningkatan, sebanyak 13 orang (15%) masih belum
sepenuhnya memahami materi.
Berdasarkan analisis data pre-test dan post-test, dapat disimpulkan bahwa sosialisasi
pernikahan dini memiliki dampak positif terhadap pemahaman audiens. Meskipun
masih terdapat sebagian kecil audiens yang belum sepenuhnya memahami materi,
peningkatan presentase kemampuan pemahaman mencerminkan efektivitas metode
sosialisasi yang digunakan. Peningkatan ini dapat dijadikan dasar untuk perbaikan dan
pengembangan metode sosialisasi di masa mendatang.
2. Drama
Metode lain yang digunakan dalam aksi sosial ini yaitu penampilan video drama lewat
media youtube yang berjudul “Drama Sunda: Film Pendek Pernikahan Dini” di sela-
sela penyampaian materi lewat salindia. Drama tersebut bercerita tentang seorang
tokoh bernama Wati yang menikah dini dengan kekasihnya namun kemudian
menyesal sebab menyadari bahwa pernikahannya tidak sejahtera akibat ketidaksiapan
keduanya baik secara fisik, emosional, maupun finansial. Penampilan video drama ini
bertujuan untuk memaparkan materi secara tersirat lewat alur drama yang disajikan
agar audiens dapat memahami dampak dari pernikahan dini dan memetik hikmah dari
kisah drama tersebut.
3. Ice breaking
Metode pencairan suasana yang kami adopsi adalah metode ice breaking yang
bertujuan untuk mengurangi ketegangan di tengah penyampaian materi agar mencipta
kan kesan dan suasana yang lebih ramah. Metode ice breaking dilaksanakan lewat
game sederhana berjudul Simon Says. Sistem kerja permainan ini yaitu audiens hanya
boleh mengikuti apapun intruksi yang diberikan oleh moderator jika moderator
10
berkata “Simon says” sebelum mengeluarkan instruksi. Game ini bertujuan untuk
meningkatkan konsentrasi audiens sehingga diharapkan dapat mencerna materi
dengan baik. Selain itu, metode ice breaking juga mencakup pertanyaan humor dan
santai yang dilemparkan kepada audiens dengan tujuan untuk membangun interaksi
yang lebih dekat antara pemateri dan audiens serta mendorong kepercayaan diri
audiens agar ikut terlibat dalam diskusi interaktif.
4. Games
Pendekatan terakhir yang dilakukan dalam aksi sosial ini adalah metode game
Undercover dan True or False. Metode ini dilaksanakan di penghujung acara karena
bertujuan untuk menilai seberapa paham audiens akan definisi dari kata-kata kunci
yang berkaitan dengan materi yang telah dipaparkan. Dalam permainan Undercover,
audiens dibagi menjadi beberapa tim yang terdiri dari 5 orang. Secara acak, diberikan
dua kata berbeda seputar topik pernikahan dini, namun masih dengan kategori yang
sama. 4 orang mendapat kata yang sama, sedangkan 1 orang lainnya mendapat kata
yang berbeda. Tanpa saling mengetahui kata yang didapat, audiens diminta
mendeskripsikan kata tersebut dalam hanya dua kata. Tim yang berhasil menebak 1
orang yang mendapat 1 kata berbeda tersebut adalah tim yang menang. Sedangkan
game True or False, kami mengombinasikannya ke dalam pematerian lewat
pertanyaan-pertanyaan sederhana yang diajukan pemateri di sela-sela presentasi.
Dalam pelaksanaannya, permainan ini berhasil membantu siswa-siswi MTs Al-Irfan
memahami materi yang telah kami paparkan. Selain untuk meningkatkan pemahaman
audiens, tujuan game ini juga untuk menciptakan suasana yang lebih ramah dan
mengurangi kejenuhan.
11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN KEGIATAN AKSI SOSIAL
1. Agama
Pada aksi sosial yang telah kami lakukan sudah memenuhi nilai-nilai yang harus
disampaikan salah satunya yaitu nilai agama dengan cara melakukan doa bersama
sebelum rangkaian kegiatan dimulai
2. Pancasila
Adanya pancasila sebagai pilar utama bagi negara Indonesia sudah seharusnya kita
sebagai warga negara ikut mewujudkan nilai-nilai yang terkandung pada kehidupan
sehari-hari. Maka dari itu pada aksi sosial kami mewujudkan sila pertama dengan
melakukan doa bersama sebelum kegiatan dimulai, lalu pada sila kedua terwujud dengan
adanya aksi sosial yang merupakan implementasi dari rasa kemanusiaan sebagai bentuk
peduli akan kualitas generasi muda dengan memberikan pemahaman tentang pernikahan
dini dan terakhir yaitu sila kelima terwujud dengan adanya pemahaman siswa-siswi MTs
& MA Al-Irfan tentang pernikahan dini dapat memberikan kesadaran untuk menjalankan
hak dan kewajibannya agar mewujudkan kemajuan dan keadilan sosial.
3. Kewarganegaraan
Sebagai warga negara yang baik, tentu kita harus menanamkan sikap
kewarganegaraan di dalam jiwa setiap warga negara Indonesia. Pada kesempatan ini, Kami
telah mengimplementasikan sikap cinta tanah air ini ke dalam jiwa setiap siswa – siswi MTs
Al-Irfan dengan cara memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengikuti Upacara
dalam rangka Memperingati Hari Pahlawan se – Indonesia yang diperingati seluruh Rakyat
Indonesia pada tanggal 10 November 2023.
12
DOKUMENTASI
13
BAB V
KESIMPULAN
Pada pelaksanaan aksi sosial yang telah kami lakukan di MTs & MA Al-Irfan
Tanjungsari kami menemukan permasalahan seperti kurangnya pemahaman bagi siswa-siswi
mengenai bahaya terhadap pernikahan di usia dini. Hal ini kami ketahui dengan memberikan
pertanyaan mengenai pernikahan dini dengan tujuan ingin mengetahui seberapa jauh mereka
tahu akan hal ini. Hampir 90% siswa-siswi menganggap remeh dampak dari pernikahan dini,
bahkan tidak sedikit dari mereka yang berfikir untuk menikah setelah lulus sekolah.
Melihat permasalahan tersebut, akan lebih baik jika adanya pemahaman kepada orang
tua mengenai hal ini, karena keinganan dan pola pikir terbentuk tidak hanya dari pribadi itu
sendiri melainkan juga dari lingkungan sekitar. Maka dari itu perlu diadakannya sosialisasi
lebih lanjut di daerah tersebut dengan melibatkan para orang tua. Berikut juga dengan
diadakannya aksi sosial yang kelompok kami laksanakan membuat pengetahuan yang lebih
luas bagi siswa-siswi MTs & MA Al-Irfan dengan harapan hal ini dapat meningkatkan
kesadaran terhadap bahaya dari dampak pernikahan dini. Hal ini dapat dibuktikan dengan
jawaban soal-soal yang sudah disiapkan hampir seluruh siswa-siswi menjawab soal dengan
benar yang artinya mereka memahami materi yang sudah disampaikan.
14
Daftar Pustaka
Eddy Fadlyana, Shinta Larasaty, 2016. Pernikahan Usia Dini dan Permasalahannya.
Universitas Padjadjaran.
15