Anda di halaman 1dari 7

Storyline Film Pendek “LANCANG"

SCENE MESSAGE Pengambilan gambar


Scene 1 Pemandangan Sunset/matahari terbenam
Teks Matahari mulai terbenam
(4 orang) Putri, Ayin, Umam dan Sopo sedang
Bersiap untuk pulang.
“Fix yo berarti?” – Putri
“Jam piro?” – Ayin
“Jam 4 nutut ga?” -Umam
“Nutut, pokok ga guyon” – Sopo
“Yowes gass” -Umam, Ayin, Putri serentak
Berpamitan kepada Putri selaku sang pemilik
rumah dan pulang dengan kendaraan masing-
masing
Scene 2 Keesokan harinya, pukul 4 sore mereka sudah
berkumpul di sawah dan mengambil video
untuk tugas kuliah mereka

Teks -
Scene 3 Matahari mulai terbenam, senja pun hadir
Teks “Ayo gancang mari lare selak maghrib” -Ayin
“Sek to ngeringkesi kamera ki lo,” - Umam
Setelah merapikan kamera mereka berjalan
bersama kembali ke rumah putri.
“Eh, sulung-sulung” -Sopo
“Paen?” -Putri
“Iki umah e sopo put?” -Sopo
“Iki umah e wong, tapi hang nyekel kuncine
apak hun” -Putri
“Isine opo?” -Umam
“Isine? Sg ono se lukisan lukisan tok” -Putri
“Apwo weh? Nak mlebu ta?” -tawar putri
“Ayok” -Umam menoleh kearah kedua
temannya Ayin dan Sopo.
Sopo segera mengangguk sedangkan Ayin
masih mencoba untuk menolak.
“Sulung yah hun tinggal njuwut kunci” – Putri
“Duh larek ono byaen ak” -Ayin
Scene 4 Putri membuka pintu dan memperlihatkan isi
didalam rumah tua itu, mereka berpencar
melihat lukisan lukisan dengan gambar yang
sedikit menyeramkan.
Teks “Wihh apik-apik ngene lukisan e” -Sopo
“Jre bapakku setiap lukisan iku enek
nyowone,” -Umam
“Hehh lare uweh ayo moleh maghrib ak,” –
Ayin
“Apwo weh? Riko wedi? Wedi paen? Sg ono
paen paen a yo, weh mesisan ngenteni mari
maghrib ng kene sulung,” – Sopo
“He lare mending ngenteni ng umah hun,” -
Putri
“Westo kene ae, ra oleh adzan adzan mlaku
mlaku ng njobo” – umam
Karena merasa kesal, Ayin duduk di kursi dan
melipat kedua tangannya. Bukan apa, saat ini
ia hanya merasa takut karena atmosfir rumah
ini terasa begitu pengap.
Scene 5 Umam dan Sopo mengeluarkan sebuah rokok
dan menyalakannya, sembari sedikit bersiul
Teks “Heh ojo sisilan maghrib maghrib,” -Ayin
Umam dan Sopo saling menoleh dan
menggoda ayin dengan meneruskan siulan
mereka karena ayin terlihat lebih ketakutan
dari sebelumnya.
“Heh uweh lare, ojo pati sisilan ngko ta yoh,” -
Putri
“Deh dasar wanita2 penakut, wedi opo to?
Demit? Sisilan iku mek mitos, saiki wes jaman
maju rausah nurutin konokan,” -Umam
“Hmm bener, kene kan yo apal ayat kursi, kari
diwocokno byaen ak” -Sopo
Scene 6 Saat sedang asik berbincang, pintu tiba-tiba
tertutup dengan kencang membuat keempat
orang itu saling bertatapan
Teks “Kok kan, ayok moleh gancang” -Ayin berbisik
dan matanya sudah berair
“Ojo wedi rek, ga enek opo opo kuwi mek
angin, njajal cek en” -umam menenangkan
teman-temannya dan menyuruh Sopo untuk
mengecek.
“Deh ceret oro kucing ak,” -Sopo
“Weh weh ayo moleh, ws mari maghrib ngko
selakan tambah bengi,” -putri
Mereka mengemas tas dan keluar dari rumah
tua itu. Putri mengunci pintu dan ikut
berjalan dibelakang teman-temannya.
Scene 7 Setelah sampai di rumah putri, mereka
langsung berpamitan pulang.
Teks -
Scene 8 Setelah membersihkan diri Putri beranjak
menuju kamarnya dan berbaring sembari
memainkan hpnya. Hingga terdengar suara
ibunya.
Teks “Nduk, sembayang o sulung” -ibu
“Ngko byaen buk putri mageh kesel” -putri
Putri kembali meneruskan bermain hpnya.
Scene 9 Sedang asik tertawa karena hal lucu di hpnya,
tiba-tiba sebuah benda diatas meja riasnya
terjatuh. Putri menoleh lalu
mengembalikkannya kembali. Belum sempat
ia berbaring benda benda di atas meja
riasnya kembali berjatuhan. Hingga
membuatnya bingung
Teks “Anjir opo ae se?” -putri
“Gausah ganggu, aku kesel” -putri
Scene 10 Belum habis emosinya, Kembali ia merasakan
hal ganjal yaitu sebuah cairan merah
mengalir di kaca meja riasnya.
Putri terbangun dan membanting hp nya ke
kasur lalu ia berlari menuju kamar orang
tuanya
Teks “Anjir!”
Scene 11 Pagi hari di kampus. Mereka Kembali
berkumpul dan membahas kelanjutan dari
tugas proyek yang sedang mereka kerjakan.
Selang beberapa menit Iyan dating. Teman-
temannya menatapnya dengan tatapan yang
tidak bisa diartikan.
Teks “Nyapo yan kok ketok luesuh ngunu kuwi?
Rung mangan to?” – Umam
“Loro ta yan? Pucet lo dirimu,” -Putri
“Ogak ki aku sehat-sehat ae, cuma pundakku
rasane loro, kyk e kabotan isine tasku” -Iyan
“Yo ayowes pindah tempat ae, kantin pie?” -
umam
“gass” kompak jak telu
Scene 12 Saat membereskan barang-barangnya, Ayin
melihat ke arah kaca dan melihat bayangan
iyan yang diatasnya ada sesosok makhluk, lalu
ia menoleh kea rah Iyan untuk
memastikannya lagi, lalu mereka turun
menuju kantin
Teks “Yin?” -putri sembari menepuk kecil pundak
ayin, membubarkan lamunannya.
“Nyapo? Ayo ndang selak sore ngko,” -umam
Scene 13 Setelah selesai mengerjakan tugas projeknya,
mereka pulang menuju ke rumah masing-
masing. Putri dan Ayin berpamitan terlebih
dahulu meninggalkan umam dan iyan.
Teks “Nginep kos ora?” -umam
“Ogak wes aku pengen langsung balek,” -iyan
“Awkmu tenan gapopo to yan? Ojo-ojo gara
gara…” -umam terpotong.
“Wes wes ojo dibahas, jaremu kan ga perlu
mikiri ngunuan,” -iyan
“Yowes ayo muleh ae,” -umam
Scene 14 Umam sampai di kosnya tepat pukul 18.00
malam. Ia meletakkan sepatunya dan tasnya
lalu membersihkan dirinya. Setelah itu
bermain game di Kasur kosnya dengan pintu
tertutup. Namun Ketika ia sedang asik
bermain pintu tiba-tiba terbuka. Umam
melepas earphone yang dikenakannya dan
terduduk melihat kearah pintunya yang
terbuka tanpa ada seorang pun. Ia menelan
ludahnya, matanya berselancar menelusuri
setiap sudut kamar kosnya hingga pintu
kamar mandi tertutup dengan sendirinya
membuatnya terkejut dan langsung
mengenakan selimutnya.
Teks “Sopo yo?” -Umam (Pas lawang mbuka)
“Ampun ojo ngganggu aku, wes wes ojo
ngganggu aku ngalihoo” -Umam (pas jeding
nutup)
Scene 15 Keesokan harinya, harusnya projek yang
mereka kerjakan sudah bisa dipresentasikan.
Namun karena iyan tak kunjung dating maka
presentasi mereka harus diundur minggu
depan.
Teks “Iyan ki ng ndi se? wayah e mingdep
awakdewe ws ga masuk” -umam
“Iyo ak, lare iku ws wa ne centang siji” – ayin
“seng nginep kos e riko ta mam?” -putri
“Wingi ws tak jak tapi ora gelem arek e” -
umam
“Eh enek wa teko iyan” -ayin
“Sepurane rek, aku gaiso tangi sumpah
pundakku luoro poll kyk e aku kudu pijet deh”
-Ayin
“Pie? Dijenguk ga?” -Ayin
“Yo ayo wes aku no pokok enek tebengan e” -
umam
“Yowes ayo” -Putri
Scene 16 Mereka bertiga mendatangi rumah iyan
berniat untuk menjenguk temannya.
Sesampainya disana mereka mengobrol dan
menanyakan keadaan iyan, namun mereka
dibuat terkejut dengan keadaan pundak iyan
pada saat itu.
Teks “Pie yan, ws enak an?” -Umam
“Lumayan se ws ga pati keroso loro, tapi..” -
Iyan
“Tapi apwo yan?” -Putri
Iyan membbuka oundaknya sedikit. Terlihat
cap merah seperti bekas pukulan disana.
Ayin. Putri dan Umam pun terkejut dengan
apa yang mereka lihat.
Scene 17 Karena hari yang semakin sore, mereka
bertiga pun berpamitan untuk pulang. Umam
sempat mengobrol sebentar dengan iyan.
Teks “Yan,” -umam
“Gausah mam, aku gapopo” -Iyan
Scene 18 Mereka pun pulang ke rumah masing-masing.
Begitu juga dengan Ayin. Sesampainya
dirumah ia segera membersihkan diri,
melaksanakan sholat maghrib dan sembari
menunggu isya ia memainkan hpnya di atas
Kasur, hingga tidak terasa ia tertidur.
teks -
Scene 19 Ayin bermimpi didalam mimpinya ia sedang
duduk sendiri didepan rumah tua putri, lalu ia
didatangi oleh sesosok kakek-kakek
bertongkat.
Teks “Nduk, omongono kanca-kancamu! Ojo
lancang! Balekno opo seng uduk duwene!”
“Awakmu karo konco-koncomu, ws
sembarangan ngomong ndk tempatku, wes
ngganggu tempatku!”
“Balekno barang iku! Lek sampek ga mbalek,
Kudu enek seng dikorbano teko kowe kabeh!”
Scene 15 Ayin segera terbangun dari tidurnya dan
mendapati dirinya masih dalam balutan
mukenanya. Ia melihat jam masih
menunjukkan pukul 21.00. ia memilih untuk
mengambil wudhu dan melakukan ibadah
sholat. Saat berdoa ia merasakan sebuah
tangan menyentuh pundaknya. Dan tiba-tiba
terdengar suara yang tidak asing baginya.
Ayin berteriak dan ia menemukan dirinya
masih diatas Kasur tidurnya, dengan hp yang
masih menyala dan jam yang menunjukkan
pukul 00.00 wib.
Teks “BALEKNO OPO SENG UDUK BARANGMU
HAHAHAHAHA”
Scene 16 Ia mencubit tangannya dan merasa sakit. Saat
itu juga ia yakin bahwa ini sudah bukan
mimpi. Ini adalah kehidupan nyatanya. Ia
segera mengambil wudhu dan melakukan
sholat isya. Kali ini ibadahnya terasa begitu
menegangkan. Ia masih terus teringat akan
mimpinya tadi. “mimpi didalam mimpi,
dengan sosok yang sama?” batinnya. Hingga
sholatanya selesai tidak ada yang terjadi.
Akhirnya ia memutuskan untuk segera tidur
dan bersembunyi di balik selimutnya.
Scene 17 Pagi harinya, Ayin segera menghubungi
teman-temannya dan mengajak mereka
berkumpul di perpustakaan kampus. Ia ingin
meluruskan apa yang sudah terjadi
belakangan ini
Teks “Rek jujur ndk aku, lapo ae wingi ndk omah
tuek iku?” -Ayin
“Yin, opoo?” -Putri
“Jawaben rek!” -Ayin menaikkan nada
bicaranya
"Sek sek sabar, Yan mungkin saiki wayah e,
aku ws kesel ben bengi di ganggu yan, awkmu
opo ga kesel diganggu smpek loro-loroen
ngene?” -Umam
“Sek sek sek, awakmu diganggu? Iyan?
Diganggu pisan? Berarti bener, dugaanku” -
Putri
“Awakmu diganggu?” -Ayin
“Aku emang ws biasa diganggu tapi ga
seekstrim nguncalno barang dan lain-lain!” -
Putri sedikit emosi.
“Opo seng mbok lakoni rek? Jawab!” -pecah
sudah emosi putri
Scene 18 Mereka semua masih terdiam hingga Iyan,
yang sedari tadi hanya menunduk angkat
bicara. Ia menceritakan semua yang terjadi
pada saat itu. (iki scene isine pas iyan njupuk
barang e dan umam ngerti).
Teks “Yan?!?!” -putri berteriak pasrah.
“Aku njaluk sepuro put, yin, aku khilaf aku
terlalu lancang gawe..” -Iyan terpotong
“iyo emang kon lancang yan! Kon mikir ga se?
efek e ga cuma ndk kon anjing!” -Putri berdiri
dari kursinya
“Wes-wes mending saiki awakdewe mbalek
ng omah iku, mbok gowo kan barang e?” -
Umam
“Iyo tak gowo kok mam,” jawab iyan
Putri mengusak kepalanya kasar, begitu juga
dengan ayin yang sudah kacau dengan air
matanya yang tak henti-hentinya mengalir.
Scene 19 Mereka Kembali ke rumah tua itu, Putri
Kembali membuka pintu rumah itu. Suasana
kali ini berbeda dengan suasana awal mereka
masuk. Seperti sudah ada hal buruk yang
menyambut mereka. Mereka duduk di kursi
yang tersedia. Dengan formasi, iyan dan
umum berseberangan dengan ayin dan putri.
Mereka masih terdiam, hingga tiba-tiba pintu
tertutup dengan sendirinya, Umam berlari
dan mencoba untuk membukanya namun
nihil pintu tetap tidak bisa terbuka. Mereka
bisa merasakan kehadiran sesosok makhluk
yang terlihat marah kepada mereka. Benar
saja, dengan hitungan menit, putri berdiri
dari duduknya lalu mencekik Iyan dengan
sangat kuat. Umam segera berlari menolong
Ayin untuk memisahkan iyan dan putri.
Mereka berdua merasa sangat Lelah menarik
putri, pdhl dengan tubuh sekecil itu tenaga
umam saja harusnya cukup
Teks “Balekno opo sg mbok jupuk le!”
“Iki uduk tempatmu! Ojo macem” ng kene!”
“Lek ga Mbok balekno, koncomu iki seng tak
gowo! HAHAHAHA”
Scene 20 Dengan yakin umam dan ayin membacakan
putri ayat kursi hingga pada akhirnya putri
pingsan. Saat ini umam dan ayin menatap
iyan yang masih kesakitan bekas cengkraman
putri yang ternyata begitu kuat hingga
meninggalkan bekas cakaran dileher iyan.
Teks “Ndang yan, balekno saiki, delehen ndk
tempat e maneh,” -Umam
“Yo ayo terno, awakmu kan yo eroh, ndang
ayo terno” -Iyan
“Cepetan iso ga?” -ayin tangisnya sudah
pecah, kini ia hanya bisa duduk dan melihat
sahabatnya yang pingsan.
Scene 21 Iyan pun mengembalikan apa yang ia ambil ke
tempat semula. Pintu yang mulanya tertutup
kini sudah sedikit menampakkan keadaan di
luar. Putri pun sudah mulai sadar dari
pingsannya. Tanpa menunggu lama, mereka
pun segera menopang putri dan keluar dari
rumah itu dengan iayn yang ada di bagian
paling belakang.
Teks “Ayo cepetan cepetan” -Umam
“Ayo ayo,” Ayin membawa tas Putri dan
umam.
Scene 22 Namun belum sempat iyan keluar dari rumah
itu, pintu Kembali tertutup dengan
sendirinya. Ayin, Putri dan Umam menoleh
secara bersamaan dan berteriak “IYANNN”
Scene 23 (Closing) Didalam sebuah ruangan, terdapat
sosok iyan diujung ruangan dengan keadaan
pingsan. Terdapat sosok kakek kakek
bertongkat yang mirip dengan mimpi ayin,
sedang tersenyum memandangi iyan, dan
pintu pun tertutup.

Anda mungkin juga menyukai