Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat
dan bimbingannya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas PKn tentang pilkada DKI Jakarta
dengan lancar. Sholawat dan salam semoga tercurah kepada nabi besar junjungan kita yaitu Nabi
Muhammad SAW, yang kita nantikan safaatnya pada hari kiamat nanti. Dan karena atas jasanya kita
menjadi manusia yang berilmu.

Tujuan dari pembuatan kliping PKn tentang Pilkada DKI Jakarta adalah sebagai tugas mata
pelajaran PKn. Selain itu, tugas kliping PKn ini juga dapat menambah wawasan kita tentang Pilkada
DKI Jakarta. Serta sebagai bahan pembelajaran.

Tak lupa kami menyampaikan terima kasih kepada pihak yang telah membantu menyusun
tugas kliping PKn ini.

Semoga laporan yang saya buat dapat memberikan manfaat bagi para pembaca. Saya menyadari
bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, saya mengharap kritik dan saran
dari pembaca untuk perbaikan laporan ini nantinya.
Debat Pertama Putaran Kedua Pilkada DKI Jakarta
(12 April 2017)

Jakarta - KPU DK terus berbenah diri menjelang debat putaran


kedua Pilgub Jakarta. KPU DKI telah menetapkan jadwal debat putaran
kedua, yakni 12 April 2017.
"Debat putaran dua tanggal 12 April 2017," ujar Ketua KPU DKI Sumarno
dalam perbincangan, Senin (20/3/2017).
Meski sudah menetapkan tanggal debat, KPU DKI belum menentukan
lokasinya. KPU DKI berjanji dalam tempo 1 minggu ke depan keseluruhan
elemen acara debat akan ditetapkan, dari tempat hingga tema debat.

"Ya, (rapat) dalam minggu ini. Minggu ini sudah putus (tempat,
moderator, hingga tema debat). Insyaallah (minggu ini diputuskan)," ucap
Sumarno.
Pada Pilgub Jakarta putaran pertama lalu, debat kandidat berlangsung
dalam 3 tahap. Debat pertama berlangsung pada 13 Januari, debat kedua
pada 27 Januari, dan debat terakhir pada 11 Februari.

Presenter Ira Koesno menilai suasana debat putaran kedua Pilkada DKI Jakarta
yang digelar di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Rabu (12/4/2017) malam, seharusnya bisa
lebih "panas".
Terlebih debat tersebut memiliki segmen khusus untuk head to headantar-cagub dan antar-
cawagub.
"(Debat putaran kedua) harusnya bisa lebih panas ya, terutama kami mencoba
memberikan ruang itu di segmen 4-5 adalah debat terbuka," ujar Ira, seusai acara debat.
Ira yang menjadi moderator dalam debat putaran kedua tersebut menilai acara debat
perdana pada putaran pertama lebih panas dibanding acara debat pada putaran kedua.
Dalam debat perdana putaran pertama, Ira juga menjadi moderator.
Menurut Ira, debat perdana Pilkada DKI Jakarta 2017 itu cukup panas karena untuk
pertama kalinya ketiga pasangan cagub-cawagub DKI berada dalam satu panggung yang
sama untuk beradu gagasan.
"Itu menjadi sesuatu yang panas karena memang sebelumnya belum pernah ada yang
seperti itu. Kalau sekarang sudah berapa kali diadakan debat juga oleh TV," kata Ira.
Meski begitu, Ira menilai kedua pasangan calon yang lolos putaran kedua Pilkada
DKI sudah mengeluarkan performa terbaik dalam debat putaran kedua.
Menurut Ira, kedua pasangan calon mengetahui bahwa debat tersebut akan berpengaruh
besar terhadap perolehan suara pada pencoblosan 19 April 2017.
Selain itu, Ira mengapresiasi penyelenggaraan debat terakhir padaPilkada DKI
Jakarta 2017 yang memberikan ruang adu gagasan antar-cagub dan antar-cawagub.
"Debat aturannya juga lebih kaku, tapi dari segala regulasi yang mengkungkung itu, KPU
berani mencoba mengambil inisiatif supaya publik bisa melihat ada crossing fire-nya dan
siapa yang terbaik itu bisa muncul," ucap Ira.
DEBAT KEDUA PUTARAN PERTAMA

Debat calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta yang


kedua, Jumat (27/01) malam, tak menunjukkan perbedaan terlalu
jauh dengan debat bertama.

Ketiga kandidat, berturut-turut Agus Harimurti Yudhoyono -


Sylviana Murni, Basuki Tjahaya Purnama - Djarot Saiful Hidayat, dan
Anies Baswedan - Sandiaga Uno, kali ini membahas tema utama:
reformasi birokrasi, pelayanan publik, serta pengelolaan perkotaan.

Topik-topik ini tak jarang memunculkan pertanyaan dan


jawaban yang sama dengan tema debat pertama yang meliputi
sosial-ekonomi, pendidikan dan transportasi.

Reformasi birokrasi malah terasa seperti menjadi tema utama


dalam debat pertama 13 Januari. Dan pasangan Ahok-Djarot
kembali mengungkapkan pendekatannya selama ini dalam
membereskan birokrasi yang diklaim efisien, efektif dan bersih.
Sementara kedua calon lain, Agus-Sylvi dan Anies-Sandi kembali
menyerang pendekatan Ahok-Djarot, khususnya pendekatan Ahok
yang dianggap keras, marah-marah, menciptakan ketakutan,
mempermalukan, dan 'memukul, bukan merangkul.'

Disinggung juga persoalan Jakarta yang utama, yakni


kemacetan. Dan para calon mengulang lagi gagasan yang mereka
tawarkan -dalam konteks Agus-Sylvi dan Anies-Sandi, dan yang
sudah dijalankan dan akan dijalankan -dalam konteks Ahok-Djarot.
ntar
an sungai di Jatinegara -penggusuran dan normalisasi sungai selalu jadi topik panas di
debat calon gubernur Jakarta.

Yang juga topik ulangan adalah reklamasi: Ahok-Djarot dicecar


dua pasangan lain, dituding melakukan pendekatan yang tidak
adil.Dan yang juga merupakan ulangan -yang tampak klise adalah
penggunaan pantun -dari Ketua KPU Jakarta Sumarno- dalam
menutup pidatonya saat membuka debat ini.

Dipandu oleh presenter Tina Talisa dan pakar reformasi


birokrasi Universitas Indonesia, Eko Prasojo, debat kali ini
berlangsung dua jam, 30 menit lebih lama dari debat pertama.

-Sylvi tampil
lebih santai dibanding saat debat pertama.

Eko Prasojo juga merangkap panelis, bersama pakar politik UI,


SIti Zuhro, Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI)
Tulus Abadi, dan ahli tata kota Universitas Indonesia, Gunawan
Tjahjono.

Hal lain yang terus terjadi adalah, Ahok menjadi bulan-bulanan


serangan dua pasangan calon lain -yang barangkali karena Ahok-
Djarot adalah petahana. Bahkan sekali waktu, pasangan Anies-
Sandy, dalam giliran bertanya kepada pasangan Agus-Sylvy,
pertanyaannya mengarahkan Sylviana Murni untuk, sebagai birokrat
di bawah sejumlah gubernur, menilai Ahok.

Peristiwa menarik lain, saat giliran pasangan calon nomor satu


bertanya kepada pasangan calon tiga, cawagub Sylviana Murni
mengawali paparan begitu panjang sehingga pertanyaan tak
tersampaikan ketika waktu habis. Sampai-sampai Silvy harus
menghampiri Sandy untuk melontarkan pertanyaannya di luar waktu
yang ditentukan, dan moderator menghentikannya. Lalu Ahok
melucu dengan maju melakukan gerakan lucu seakan-akan melerai.

Bagaimana debat ini di mata pengamat? Berikut pengamatan


pakar perkotaan Johan Silas dari Universitas Airlangga Surabaya
dan Agus Dwiyanto, pakar kebijakan publik dari Universitas Gadjah
Mada Yogyakarta.

Menurut saya pasangan calon tiga lebih baik dibandingkan


yang lain. Pertama, mampu memberi data pembanding untuk
membantah klaim kinerja pasangan calon dua dalam reformasi
birokrasi dan juga terkait dengan Indeks Pembangunan Manusia dan
angka partisipasi sekolah. Program yang ditawarkan untuk
reformasi birokrasi, pelayanan air minum.

Kelemahan program reformasi birokrasi inkumben sangat


transaksional, kurang menyentuh perbaikan budaya birokrasi.
Pasangan calon (paslon) dua kurang mampu merespons kritik
dengan memberi data baru yang mampu meyakinkan publik bahwa
apa yang mereka lakukan ada di jalur yang benar. Paslon satu
cenderung sangat normatif dan kurang membumi.
hok-Djarot,
sering mewarnai debat dengan tawa, bahkan canda.

Setelah debat kedua masing-masing paslon perlu mempertajam


perbedaan mereka masing-masing dan warga Jakarta akan
memperoleh informasi yang lebih lengkap tentang kekuatan dan
kelemahan masing-masing paslon sehingga dapat memilih calon
sesuai dengan aspirasinya.

Betapa pun, menurut saya, debat ini mampu memberi informasi


tentang calon kepada warga Jakarta.
Untuk pemilih yang sosiologis dan tradisional debat ini tidak banyak
pengaruhnya, namun saya kira untuk undecided voters pemilih yang
belum menentukan pilihan, yang umumnya pemilih rasional, debat
ini akan berpengaruh terhadap pilihan mereka.

Johan Silas: Masih Dangkal


Secara umum saya lihat masih dangkal, masih normatif.
Misalnya birokrasi. Memperbaiki birokrasi di mana-mana sekarang
adalah penggunaan internet. E-government adalah semacam
pegangan pemerintahan yang efisien.

Jakarta yang begitu besar dan kompleks, tak mungkin tak


menggunakan ini. Tapi ini tak disinggung sama sekali.

Masalah Jakarta yang sama sekali disinggung adalah rencana


kota. Sedikit disinggung sedikit mengenaai koefisien bangunan,
namun tak disinggung dasarnya apa.

Pasangan nomor satu dan tiga banyak menyerang pasangan


nomor dua, namun dengan mudah dibantah oleh pasangan nomor
dua. Karena mereka yang punya data, pengalaman, sistem
pemerintahan yang dijalankan. Bahkan Ahok-Djarot ketawa-ketawa
saja menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, karena sudah merupakan
yang sehari-hari mereka kerjakan. Saya kira ada masalah dengan
tim nomor satu dan tiga.

emulai
debat dengan ucapan selamat tahun baru kepada Ahok warga keturunan Cina: Gong Xie Fat
Chai.

Yang menarik soal reklamasi, misalnya, latar belakang


mendalam reklamasi, tak dikuasai nomor satu dan tiga, sehingga
Ahok mudah membantah. Pasangan satu dan tiga misalnya, tak
mempermasalahkan tentang hal mendasar tentang misalnya,
apakah kalau Jakarta tanpa reklamasi tak bisa -tapi ini tak muncul.

Mereka lebih sibuk melontarkan serangan tapi tidak


menyiapkan solusi atau tawaran alternatif. Pasangan nomor satu
dan tiga hanya ikut 'alirannya' dari yang dikerjakan pasangan nomor
dua.

Ahok-Djarot diuntungkan oleh pengalaman mereka dan


kegiatan dan perencanaan yang sudah dijalankan sendiri.
menguasai data. Kedua pasangan lain tak menguasa, antara lain
kondisi awal Jakarta.

Tak ada hal yang baru


Jadi nomor dua diuntungkan oleh pengalaman mereka, dan
dalam debat, penguasaan ini membuat mereka memenangkan
perdebatan.
Satu hal lain, pertumbuhan ekonomi Jakarta itu sangat tinggi
tapi konsekuensinya tak disinggung. Salah satunya kebutuhan
tenaga kerja dari segala lapisan. Bagaimana keberadaan mereka di
kota itu tak diwadahi. Ini menimbulkan kawasan kumuh dan
sebagainya. Ini tak disinggung sama sekali oleh ketiga pasangan
calon.
Dalam 3 kali debat, ada 4 moderator yang dihadirkan oleh KPU DKI. Pada
debat pertama, mantan presenter televisi swasta Ira Koesno tampil
memandu jalannya debat. Debat kedua dipandu oleh dua moderator, yakni
Tina Talisa dan Eko Prasodjo. Sedangkan dalam debat terakhir, 3 pasang
calon dipandu oleh news anchor CNNIndonesia Alfito Deannova Gintings.
Sepanjang 3 kali debat dilaksanakan, tak ada perubahan tempat
berlangsungnya acara.
Debat pertama DKI 2017 Putaran 1
Liputan6.com, Jakarta Debat calon gubernur DKI Jakarta putaran pertama
dilaksanakan tepat pada hari ini. Acara berlangsung di Hotel Bidakara, Jakarta. Komisioner KPU
DKI Betty Epsilon Idroos menyatakan akan ada enam sesi dalam debat cagub tersebut.

Tema yang diangkat dalam debat kali ini telah ditentukan oleh KPU DKI Jakarta dan
dibantu para panelis debat. Tema tidak akan jauh dari masalah umum potret Ibu kota. Temanya
yaitu pembangunan sosial ekonomi untuk Jakarta. Di antara tema besar yang akan dibahas,
juga terdapat subtema di antara sesi yang ada.

Debat putaran pertama ini disiarkan langsung oleh tiga stasiun televisi dan siaran tunda
oleh 7 stasiun TV lainnya. Debat selanjutnya akan dilaksanakan pada 27 Januari dan 10
Februari. Liputan6.com juga menayangkan secara live streaming di tautan ini.

Terkait hal keamanan, Polda Metro Jaya telah menyiapkan berbagai strategi
pengamanan. Pendukung yang boleh masuk ke ruang debat juga dibatasi. Setiap pasangan
calon (paslon) hanya boleh membawa 100 orang yang boleh melihat debat secara langsung.

Kapolda Metro Jaya Irjen Mochamad Iriawan mengatakan kemungkinan jumlah


pendukung yang hadir akan membeludak. Oleh karena itu, polisi menyiapkan strategi
pengamanan untuk pendukung yang di luar ruang debat.
Blusukan Ahok Djarot di Lembang
Jakarta - Rumah Lembang telah menjadi tempat aduan warga
sekaligus tempat interaksi warga yang ingin bertemu dengan Basuki
Tjahaja Purnama (Ahok) di putaran pertama Pilgub DKI. Namun
sayang, warga Jakarta tidak lagi bisa mendatangi Rumah Lembang
untuk bertemu dengan Ahok di putaran kedua kali ini.
Sebab, kegiatan Ahok dan Djarot akan berfokus di lapangan
alias blusukan selama putaran kedua PilgubDKI.

"Rumah Lembang tetap akan dibuka seperti biasa, tetapi bukan sebagai
tempat mengumpulkan warga untuk berdialog dengan Pak Ahok dan Pak
Djarot," kata Bendahara Timses Ahok-Djarot, Charles Honoris, di Posko
Pemenangan Ahok-Djarot, Jalan Cemara, Jakarta Pusat, Selasa
(7/3/2017).

"Karena pasangan calon kami akan lebih fokus turun ke masyarakat di


wilayah masing-masing," jelasnya.

Tetapi Charles mengatakan akan ada kegiatan harian di Rumah Lembang.


Sejak besok, Rabu (8/3), Rumah Lembang akan menjadi pusat interaksi
dan komunikasi antar-relawan, antara relawan dan partai pengusung,
serta antara relawan dan tim kampanye.

"Rumah Lembang untuk koordinasi para relawan, komunikasi relawan


dengan parpol, tapi bukan seperti putaran pertama, yakni warga bertemu
dengan paslon," lanjutnya.

Namun, apabila ada warga yang ingin datang untuk memberikan patungan
dana kampanye atau sekadar membeli baju kotak-kotak, tetap
diperbolehkan. Warga juga tetap bisa datang setiap hari meski Ahok tak
selalu ada di sana.

"Kalau warga mau berkumpul, tetap bisa di Rumah Lembang, tapi tidak
ada jaminan Ahok- Djarot bisa hadir," tutupnya.
Blusukan ke Matraman, Agus
Yudhoyono Janjikan Solusi Masalah
Modal

Jakarta - Calon gubernur DKI Jakarta, Agus Harimurti Yudhoyono


melakukan kunjungan ke warga Pisangan Baru, Jakarta Timur. Agus
menyambangi Pasar untuk mengetahui keluhan dari para warga dan
bertegur sapa.

Agus tiba sekitar pukul 13.30 WIB pada Rabu (16/11/2016), di Jalan
Pisangan Baru, Matraman, Jakarta Timur. Agus sempat berhenti ke tenda
warga yang sedang berbelasungkawa

Yang tabah ya Bu, semoga " tanya Agus pada salah satu pedagang.
"Iya pak, terima kasih doanya, semoga sukses," ujar warga yang bernam
Aminah tersebut.
Jalanan di sekitar Jalan Pisangan Baru sempat tersendat karena
banyaknya warga yang antusias berfoto dengannya. Agus juga berkeliling
ke pasar Jangkrik untuk berdialog dengan pedagang.
"Saya tadi berdialog juga mendengarkan keluhan warga, masalah pada
umumnya adalah permodalan. Saya berjanji akan mencarikan solusi bagi
permasalahn tersbut," katanya.

Agus berkeliling sekitar satu jam bersama warga dan pedagang. Agus
terlihat ramah untuk menyalami dan melayani warga berfoto dengannya.
HASIL PUTARAN KEDUA

TRIBUNNEWS.COM - KPU DKI Jakarta mengesahkan hasil rekapitulasi


penghitungan suara tingkat provinsi, Minggu (30/4/2017) dini hari.
Perolehan suara terbanyak pada putaran kedua Pilkada DKI diraih pasangan
calon nomor pemilihan tiga, Anies Baswedan-Sandiaga Uno, dengan 57,96
persen suara.
Adapun pasangan nomor pemilihan dua, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-
Djarot Saiful Hidayat memeroleh 42,04 persen suara.
"Kami tanda tangani berita acara tingkat Provinsi DKI Jakarta, kami garis
bawahi, perolehan suara paslon dua memperoleh jumlah 2.350.366, sedang
paslon nomor tiga memperoleh suara 3.240.987 dengan total suara sah
5.591.353," kata Ketua KPU DKI Jakarta, Sumarno, di dalam rapat pleno di
Hotel Aryaduta, Jakarta Pusat, Minggu.
Adapun rincian perolehan suara itu, di Kepulauan Seribu, Ahok-Djarot
memeroleh suara sebanyak 5.391 (38 persen), sedangkan Anies-Sandi
unggul dengan perolehan suara 8.796 (62 persen) dengan total 14.187 suara
sah.

Di Jakarta Utara, Ahok-Djarot memeroleh suara sebanyak 418.068 (47


persen), sedangkan Anies-Sandi memeroleh 466.340 suara atau 52 persen
suara dengan total 884.408 suara sah.
Untuk perolehan suara di Jakarta Pusat, Ahok-Djarot memeroleh 243.416
suara atau 42 persen suara, sedangkan Anies-Sandi memeroleh 333.033
suara atau 57 persen suara dengan total 576.449 suara sah.
Di Jakarta Barat, Ahok-Djarot memeroleh 611.759 suara atau 47 persen
suara, sedangkan Anies-Sandi memeroleh 684.980 suara atau 52 persen
suara dengan total 1.296.739 suara sah.
(baca: Ini Aspek yang Disebut Anies Faktor Keunggulannya dalam Pilkada
DKI)
Di Jakarta Timur, Ahok-Djarot memeroleh 612.093 suara atau 38 persen
suara, adapun Anies-Sandi memeroleh 993.174 suara atau 61 persen suara
dengan total 1.605.266 suara sah.
Di Jakarta Selatan, Ahok-Djarot meperoleh 459.639 suara, sedangkan Anies-
Sandi memeroleh 754.665 suara atau 62 persen suara dengan total
1.214.304 suara sah.
Adapun rangking partisipasi pemilih tertinggi pertama berada di Kepulauan
Seribu dengan persentase pemilih 87 persen, kedua di Jakarta Timur dengan
persentase 78 persen, ketiga Jakarta Utara dengan persentase 77 persen,
keempat Jakarta Barat dengan persentase 76 persen, kelima di Jakarta Pusat
dengan persentase 76 persen, dan keenam di Jakarta Selatan dengan
persentase 75 persen warga yang menggunakan hak memilih.
"Sehingga, tingkat partisipasi pemilih secara keseluruhan di tingkat Provinsi
DKI Jakarta sebanyak 77,08 persen," ucap Sumarno.
Blusukan anies sandi

TRIBUNNEWS.COM - KPU DKI Jakarta mengesahkan hasil rekapitulasi


penghitungan suara tingkat provinsi, Minggu (30/4/2017) dini hari.
Perolehan suara terbanyak pada putaran kedua Pilkada DKI diraih pasangan
calon nomor pemilihan tiga, Anies Baswedan-Sandiaga Uno, dengan 57,96
persen suara.
Adapun pasangan nomor pemilihan dua, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-
Djarot Saiful Hidayat memeroleh 42,04 persen suara.
"Kami tanda tangani berita acara tingkat Provinsi DKI Jakarta, kami garis
bawahi, perolehan suara paslon dua memperoleh jumlah 2.350.366, sedang
paslon nomor tiga memperoleh suara 3.240.987 dengan total suara sah
5.591.353," kata Ketua KPU DKI Jakarta, Sumarno, di dalam rapat pleno di
Hotel Aryaduta, Jakarta Pusat, Minggu.
Adapun rincian perolehan suara itu, di Kepulauan Seribu, Ahok-Djarot
memeroleh suara sebanyak 5.391 (38 persen), sedangkan Anies-Sandi
unggul dengan perolehan suara 8.796 (62 persen) dengan total 14.187 suara
sah.

Di Jakarta Utara, Ahok-Djarot memeroleh suara sebanyak 418.068 (47


persen), sedangkan Anies-Sandi memeroleh 466.340 suara atau 52 persen
suara dengan total 884.408 suara sah.
Untuk perolehan suara di Jakarta Pusat, Ahok-Djarot memeroleh 243.416
suara atau 42 persen suara, sedangkan Anies-Sandi memeroleh 333.033
suara atau 57 persen suara dengan total 576.449 suara sah.
Di Jakarta Barat, Ahok-Djarot memeroleh 611.759 suara atau 47 persen
suara, sedangkan Anies-Sandi memeroleh 684.980 suara atau 52 persen
suara dengan total 1.296.739 suara sah.
(baca: Ini Aspek yang Disebut Anies Faktor Keunggulannya dalam Pilkada
DKI)
Di Jakarta Timur, Ahok-Djarot memeroleh 612.093 suara atau 38 persen
suara, adapun Anies-Sandi memeroleh 993.174 suara atau 61 persen suara
dengan total 1.605.266 suara sah.
Di Jakarta Selatan, Ahok-Djarot meperoleh 459.639 suara, sedangkan Anies-
Sandi memeroleh 754.665 suara atau 62 persen suara dengan total
1.214.304 suara sah.
Adapun rangking partisipasi pemilih tertinggi pertama berada di Kepulauan
Seribu dengan persentase pemilih 87 persen, kedua di Jakarta Timur dengan
persentase 78 persen, ketiga Jakarta Utara dengan persentase 77 persen,
keempat Jakarta Barat dengan persentase 76 persen, kelima di Jakarta Pusat
dengan persentase 76 persen, dan keenam di Jakarta Selatan dengan
persentase 75 persen warga yang menggunakan hak memilih.
"Sehingga, tingkat partisipasi pemilih secara keseluruhan di tingkat Provinsi
DKI Jakarta sebanyak 77,08 persen," ucap Sumarno.

Anda mungkin juga menyukai