Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH HUKUM ADMINISTRASI DAERAH

SELUK BELUK JABATAN


WAKIL DKI JAKARTA YANG KOSONG

Tugas Hukum Administrai Daerah


Dosen Pengajar : Joost Pandeleke SH., MH

NAMA : Desi Marito Natalia


NIM : 2101160002
KELAS : 6 IHP 1

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BUNG KARNO
JAKARTA
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga
makalah ini bisa selesai pada waktunya.

Terima kasih juga saya ucapkan kepada teman-teman yang telah


berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun
dengan baik dan rapi.

Saya berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para


pembaca. Namun terlepas dari itu, saya memahami bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna, sehingga saya sangat mengharapkan kritik serta saran
yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik
lagi.

Jakarta, 31 juli 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakag Masalah ................................................................... 1

B. Pokok Permasalahan ....................................................................... 3

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN

A. Alasan saat ini kedudukan wakil Gubernur DKI Jakarta masih


kosong ………………...…......................................................................... 5

B. Cara Gubernur melaksanakan tugas-tugasnya tanpa dibantu oleh seorang Wakil


Gubernur .................................................................................................... 8

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan.......................................................................................9

B. Saran.................................................................................................9
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Wakil Gubernur DKI Jakarta adalah posisi kedua yang memerintah Provinsi DKI
Jakarta di bawah Gubernur DKI Jakarta. Pada kurun tahun 1984 hingga 2002, posisi wakil
gubernur dijabat oleh lebih dari satu orang. Contoh pada 1997-2002, wakil gubernur dijabat
oleh Abdul Kahfi di Bidang Pemerintahan, Boedihardjo Soekmadi di Bidang Pembangunan,
Fauzi Alvi Yasin di Bidang Ekonomi Keuangan, dan Djailani (bidang kesejahteraan
masyarakat).

Berdasarkan perkembangan hukum dan politik untuk mewujudkan penyelenggaraan


pemerintahan daerah yang lebih efektif dan akuntabel sesuai dengan aspirasi masyarakat,
Pemilihan umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah perlu dilakukan secara lebih
terbuka dengan melibatkan partisipasi masyarakat.

Peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai mekanisme pengisian


kekosongan jabatan Wakil Kepala Daerah yang mengundurkan diri dari masa jabatannya
yang dipilih melalui jalur perseorangan (independent) yang diatur dalam PP No. 49 Tahun
2008 perubahan ketiga dari PP No. 6 Tahun 2005 tentang pemilihan, pengesahan
pengangkatan, dan pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah masih belum
jelas dan menimbulkan multitafsi.

permasalahan dicontohkan ketika pengunduran diri pada masa jabatan yang dilakukan
oleh Wakil Gubenur DKI Jakarta Sandiaga Uno yang berasal dari jalur partai yang
berpasangan dengan Gubenur terpilih periode masa jabatan 2017-2022. Pengunduran diri
yang dilakukan Wakil Gubenur DKI Jakarta pada waktu itu masih menyisakan waktu 50
(lima puluh) bulan. Ini artinya bahwa pengisian kekosongan jabatan Wakil Kepala Daerah
yang masih tersisa masa jabatan dari 18 (delapan belas) bulan atau lebih, Kepala Daerah
mengajukan 2 (dua) orang calon Wakil Kepala Daerah untuk dipilih oleh Rapat
Paripurna DPRD. Redaksional dari pasal 26 ayat (7) UU No.12 Tahun 2008 tersebut
menimbulkan multitafsir.

Dari UU No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah yaitu UU No 12 Tahun


2008. Sejak saat itu banyak pengajuan pasangan calon Kepala Daerah dan Wakilnya
dari perseorangan. Tidak sedikit pasangan calon perseorangan tersebut terpilih sebagai
pemenang dalam pemilihan umum Kepala Daerah.

B. POKOK PERMASALAHAN
Dari latar belakang masalah tersebut, penulis menemukan beberapa pokok
permasalahan, yang diantara nya:

1. Mengapa sampai saat ini kedudukan wakil Gubernur DKI Jakarta belum
ada yang menggantikan?
2. Bagaimana cara Gubernur melaksanakan tugas-tugasnya tanpa dibantu oleh
seorang Wakil Gubernur?

C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dari dilakukannya penulisan ini, yaitu:

1. Untuk mengetahui kedudukan wakil Gubernur DKI Jakarta yang sampai


saat ini belum ada yang menggantikan.

2. Untuk mengetahui cara Gubernur melaksanakan Tugas-Tugasnya tanpa


dibantu oleh seorang Wakil Gubernur.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Alasan sampai saat ini kedudukan wakil Gubernur DKI Jakarta


belum ada yang menggantikan (masih kosong)
Warga DKI Jakarta harus bersabar menunggu wakil gubernur baru, pengganti
Sandiaga Uno yang mundur karena maju sebagai calon wakil presiden pada Pemilu Presiden
2019. Belum diketahui sampai kapan posisi wakil gubernur (wagub) itu kosong.

Menteri Dalam Negeri ( Mendagri) Tjahjo Kumolo menyebut kekosongan kursi


Wakil Gubernur (Wagub) DKI Jakarta bukanlah kesalahan dari Gubernur DKI Anies
Baswedan melainkan partai pengusung yang hingga saat ini belum mengajukan nama. Seperti
diketahui kekosongan posisi Wagub DKI ini terjadi sejak Sadiaga Uno mengundurkan diri
karena maju sebagai calon wakil presiden (Cawapres) pada pemilihan Presiden 2019.

Harusnya partai pengusung kompak dulu mengajukan satu atau dua nama gabungan
partai politik kepada Gubernur, mengajukan ke DPRD, diputuskan mau voting kah atau mau
aklamasi, baru diserahkan kepada Mendagri, soal kapan itu bukan wewenang kami bukan
wewenangnya Pak Anies tetapi kewenangan koalisi gabungan partai itu.

Diberitakan sebelumnya saat ini partai pengusung, yakni PKS dan Gerindra tengah
menentukan sosok pengganti Sandiaga Uno. Kedua partai itu sepakat bahwa dua calon wakil
gubernur yang akan diajukan ke DPRD DKI untuk dipilih berasal dari PKS. Namun kedua
calon itu harus lolos fit and proper test atau uji kelayakan dan kepatuhan terlebih dulu.

DPD Gerindra DKI dan DPW PKS DKI akan membentuk badan untuk melakukan tes
tersebut. Badan tersebut nantinya yang akan memutuskan kader yang lolos sebagai kandidat
wagub.

Partai Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) belum menemukan kata sepakat
soal sosok yang akan menggantikan Sandiaga Uno sebagai wakil gubernur DKI Jakarta.

partai yang mendapatkan jatah untuk mengisi posisi itu, rencananya akan kembali
melaksanakan uji kelayakan tertutup untuk ketiga kali.

Posisi kursi wakil gubernur DKI Jakarta kosong sejak Agustus 2018. PKS dan
Gerindra masih tarik menarik. Kini, tiga nama dari PKS telah mengerucut untuk diseleksi
sebagai pendamping Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Mereka ialah Abdurrahman Suhaimi, Agung Yulianto, dan Ahmad Syaikhu.


Ketiganya masih mengikuti uji kelayakan dan kepatutan untuk memperebutkan DKI-2.
Namun di tengah uji tes dan kelayakan, Gerindra DKI menyebut tiga nama tersebut bisa
gagal di ajang uji tes dan kelayakan.

Sebagai Gubernur yang 'menjomblo', Anies berharap pendamping barunya adalah


orang yang sevisi dengannya bukan yang maju membawa visi sendiri. Kekosongan kursi
tersebut tentu menjadi perebutan dua partai pengusung yang masing-masing merasa berhak
atas posisi tersebut.

Mekanisme pengisian kekosongan jabatan wakil gubernur DKI Jakarta itu diatur
dalam Pasal 176 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang Pemilihan Kepala Daerah.
Bunyinya “Dalam hal wakil gubernur DKI Jakarta berhenti karena permintaan sendiri,
pengisian wakil gubernur DKI Jakarta dilakukan melalui mekanisme pemilihan oleh DPRD
Provinsi DKI Jakarta berdasarkan usulan dari partai politik atau gabungan partai politik
pengusung.”

Sebenarnya terdapat beberapa nama berpotensi, salah satu contoh dari kubu Gerindra
yang juga wakil ketua DPRD Provinsi Jakarta, M. Taufik, yang berpotensi menjadi cawagub
pengganti. Sosok ini terlihat lebih berpengalaman karena telah berkelut di Jakarta sejak lama.
Namun kembali lagi dengan kompromi politik dan kehausan kekuasaan PKS, sosok ini dan
sosok lainnya akan tersingkirkan dari bursa cawagub pengganti.
Jika kader PKS yang benar menjadi wagub DKI nantinya maka kinerja optimal dan
perubahan signifikan untuk Jakarta lebih baik pasti tidak akan terasa oleh masyarakat.
Mengapa demikian? Karena sudah jelas “Dia” yang mewakili PKS tersebut akan
mementingkan kepentingan partainya. Bukan kerja seperti kriteria Anies dan harapan rakyat
Jakarta.

B. Cara Gubernur melaksanakan tugas-tugasnya tanpa dibantu oleh seorang


Wakil Gubernur
Menjadi seorang Gubernur tentu bukan merupakan hal yang mudah. Banyak tanggung
jawab besar yang perlu diemban oleh seorang Gubernur. Di Indonesia Gubernur dipilih 5
tahun sekali dalam satu paket pasangan bersama Wakil Gubernur. Dengan masa jabatan lima
tahun, tentu saja Gubernur memiliki tanggung jawab penuh bagi rakyat yang berada dalam
wilayah pemerintahannya.

Gubernur bukan merupakan seorang atasan dari bupati ataupun wali kota. Namun,
Gubernur sebatas yang akan membina, mengoordinasi, dan mengawasi dari penyelenggaraan
pemerintah daerah.

Berdasarkan ketentuan Pasal 91 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang


Pemerintah Daerah menyatakan bahwa Presiden dibantu oleh gubernur dalam melakukan
pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan urusan pemerintahan menjadi
kewenangan daerah. Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat , tugas dan wewenangnya
diperkuat oleh PP Nomor 33 Tahun 2018.

Penguatan tugas dan wewenang gubernur sebagai kepala daerah dan sekaligus sebagai
wakil Pemerintah Pusat di wilayah provinsi dimaksudkan untuk memperkuat hubungan antar
tingkatan pemerintahan.

Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat harus bisa mengoordinasi dan memberikan
pengawasan terhadap penyelenggaraan tugas pembantuan di daerah kota atau kabupaten.
Seorang Gubernur harus bisa mengoordinasikan kegiatan pemerintahan dan pembangunan
anatar daerah kota atau kabupaten yang termasuk ke dalam wilayah pemerintahannya.
Wewenang terkait yang dimiliki oleh Gubernur yaitu, melantik bupati dan wali kota,
membatalkan peraturan bupati dan wali kota, menyelesaikan perselisihan dalam
penyelenggaraan fungsi pemerintahan antardaerah kota dan kabupaten yang termasuk dalam
satu daerah provinsi.

Tugas Gubernur sejatinya sangatlah banyak, karena Gubernur merupakan Wakil dari
Pemerintah Pusat yang bertanggung jawab terhadap wilayahnya. Gubernur memiliki tugas
untuk memimpin penyelenggaraan dan pelaksanaan setiap urusan pemerintahan yang
termasuk ke dalam kewenagan daerah provinsi sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan dan disepakati DPRD Provinsi.

Gubernur perlu menyusun dan mengajukan Rancangan Peraturan Daerah mengenai


Rencana Jangka Panjang Daerah (RJPD) dan rancangan Rencana Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) kepada DPRD Provinsi yang nantinya akan dibahas bersama dengan DPRD, serta
menyusun juga menetapkan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD).

Dengan adanya Gubernur, Wakil Gubernur, serta seluruh perangkatnya dalam


menjalankan semua tugas-tugasnya tidak lain yaitu sebagai usaha untuk mencapai tujuan
nasional. Sebagai masyarakat dan warga Indonesia yang baik kita perlu mendukung segala
usaha Pemerintah untuk menjadikan Negara kita menjadi lebih baik dan memberikan kritik
yang membangun jika diperlukan.

Selain itu, Gubernur perlu menyusun dan mengajukan rancangan Perda mengenai
APBD, rancangan Perdang tentang perubahan APBD, dan rancangan Perda mengenai
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD yang nantinya akan dibahas bersama.

APBD adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang merupakan rencana
keuangan tahunan dari pemerintah daerah yang ada di Indonesia yang harus disetujui oleh
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Tahun anggaran dari APBD yaitu meliputi masa satu
tahun mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember.

Tugas selanjutnya yaitu, mewakili Daerah Provinsi di dalam dan luar pengadilan,
serta dapat menunjuk kuasa hukum yang mewakili dirinya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Jadi, alangkah lebih baik jika kedudukan wakil Gubernur yang kosong segera diisi
atau digantikan dengan yang baru. Karna tugas tugas Gubernur akan sangat sulit
dilaksanakan tanpa ada nya bantuan dari seorang Wakil Gubernur.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kontroversi keberadaan wakil kepala daerah sebenarnya bukan hal yang baru,
mengingat peran wakil kepala daerah yang sering dipandang hanya sebagai pelengkap saja di
dalam pemerintahan. Dari berbagai penyusunan peraturan perundang-undangan tentang
desentralisasi, kontroversi tersebut selalu muncul dan umumnya menyangkut beberapa
pertanyaan filosofis seperti, apakah jabatan wakil kepala daerah diperlukan, proses
pengisiannya, jumlahnya pembagian kerjanya dan bahkan sampai pertanyaan seperti apa
prospeknya.

Dalam situasi “darurat” semacam itu, dibutuhkan secepatnya ada


penggantinya(sampai sisa masa jabatannya), supaya terhindar dari kekosongan jabatan.
Jabatan Wakil Kepala Daerah tersebut disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-masing
yang mempertimbangkan aspek besar/kecilnya jumlah penduduk, luas wilayah, dan
kompleksitas permasalahan di setiap daerah.

B. Saran

Dari semua yang sudah dijelaskan dan dibahas. Penulis mengharapkan untuk ada nya
segera pengganti wakil Gubernur yang baru. Dan semoga siapapun yang menjabat atau yang
terpilih menjadi wakil Gubernur, bisa membuat DKI Jakarta jauh lebih baik lagi. 

Anda mungkin juga menyukai