FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BUNG KARNO
JAKARTA
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga
makalah ini bisa selesai pada waktunya.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................9
B. Saran.................................................................................................9
BAB I
PENDAHULUAN
Wakil Gubernur DKI Jakarta adalah posisi kedua yang memerintah Provinsi DKI
Jakarta di bawah Gubernur DKI Jakarta. Pada kurun tahun 1984 hingga 2002, posisi wakil
gubernur dijabat oleh lebih dari satu orang. Contoh pada 1997-2002, wakil gubernur dijabat
oleh Abdul Kahfi di Bidang Pemerintahan, Boedihardjo Soekmadi di Bidang Pembangunan,
Fauzi Alvi Yasin di Bidang Ekonomi Keuangan, dan Djailani (bidang kesejahteraan
masyarakat).
permasalahan dicontohkan ketika pengunduran diri pada masa jabatan yang dilakukan
oleh Wakil Gubenur DKI Jakarta Sandiaga Uno yang berasal dari jalur partai yang
berpasangan dengan Gubenur terpilih periode masa jabatan 2017-2022. Pengunduran diri
yang dilakukan Wakil Gubenur DKI Jakarta pada waktu itu masih menyisakan waktu 50
(lima puluh) bulan. Ini artinya bahwa pengisian kekosongan jabatan Wakil Kepala Daerah
yang masih tersisa masa jabatan dari 18 (delapan belas) bulan atau lebih, Kepala Daerah
mengajukan 2 (dua) orang calon Wakil Kepala Daerah untuk dipilih oleh Rapat
Paripurna DPRD. Redaksional dari pasal 26 ayat (7) UU No.12 Tahun 2008 tersebut
menimbulkan multitafsir.
B. POKOK PERMASALAHAN
Dari latar belakang masalah tersebut, penulis menemukan beberapa pokok
permasalahan, yang diantara nya:
1. Mengapa sampai saat ini kedudukan wakil Gubernur DKI Jakarta belum
ada yang menggantikan?
2. Bagaimana cara Gubernur melaksanakan tugas-tugasnya tanpa dibantu oleh
seorang Wakil Gubernur?
C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dari dilakukannya penulisan ini, yaitu:
PEMBAHASAN
Harusnya partai pengusung kompak dulu mengajukan satu atau dua nama gabungan
partai politik kepada Gubernur, mengajukan ke DPRD, diputuskan mau voting kah atau mau
aklamasi, baru diserahkan kepada Mendagri, soal kapan itu bukan wewenang kami bukan
wewenangnya Pak Anies tetapi kewenangan koalisi gabungan partai itu.
Diberitakan sebelumnya saat ini partai pengusung, yakni PKS dan Gerindra tengah
menentukan sosok pengganti Sandiaga Uno. Kedua partai itu sepakat bahwa dua calon wakil
gubernur yang akan diajukan ke DPRD DKI untuk dipilih berasal dari PKS. Namun kedua
calon itu harus lolos fit and proper test atau uji kelayakan dan kepatuhan terlebih dulu.
DPD Gerindra DKI dan DPW PKS DKI akan membentuk badan untuk melakukan tes
tersebut. Badan tersebut nantinya yang akan memutuskan kader yang lolos sebagai kandidat
wagub.
Partai Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) belum menemukan kata sepakat
soal sosok yang akan menggantikan Sandiaga Uno sebagai wakil gubernur DKI Jakarta.
partai yang mendapatkan jatah untuk mengisi posisi itu, rencananya akan kembali
melaksanakan uji kelayakan tertutup untuk ketiga kali.
Posisi kursi wakil gubernur DKI Jakarta kosong sejak Agustus 2018. PKS dan
Gerindra masih tarik menarik. Kini, tiga nama dari PKS telah mengerucut untuk diseleksi
sebagai pendamping Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Mekanisme pengisian kekosongan jabatan wakil gubernur DKI Jakarta itu diatur
dalam Pasal 176 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang Pemilihan Kepala Daerah.
Bunyinya “Dalam hal wakil gubernur DKI Jakarta berhenti karena permintaan sendiri,
pengisian wakil gubernur DKI Jakarta dilakukan melalui mekanisme pemilihan oleh DPRD
Provinsi DKI Jakarta berdasarkan usulan dari partai politik atau gabungan partai politik
pengusung.”
Sebenarnya terdapat beberapa nama berpotensi, salah satu contoh dari kubu Gerindra
yang juga wakil ketua DPRD Provinsi Jakarta, M. Taufik, yang berpotensi menjadi cawagub
pengganti. Sosok ini terlihat lebih berpengalaman karena telah berkelut di Jakarta sejak lama.
Namun kembali lagi dengan kompromi politik dan kehausan kekuasaan PKS, sosok ini dan
sosok lainnya akan tersingkirkan dari bursa cawagub pengganti.
Jika kader PKS yang benar menjadi wagub DKI nantinya maka kinerja optimal dan
perubahan signifikan untuk Jakarta lebih baik pasti tidak akan terasa oleh masyarakat.
Mengapa demikian? Karena sudah jelas “Dia” yang mewakili PKS tersebut akan
mementingkan kepentingan partainya. Bukan kerja seperti kriteria Anies dan harapan rakyat
Jakarta.
Gubernur bukan merupakan seorang atasan dari bupati ataupun wali kota. Namun,
Gubernur sebatas yang akan membina, mengoordinasi, dan mengawasi dari penyelenggaraan
pemerintah daerah.
Penguatan tugas dan wewenang gubernur sebagai kepala daerah dan sekaligus sebagai
wakil Pemerintah Pusat di wilayah provinsi dimaksudkan untuk memperkuat hubungan antar
tingkatan pemerintahan.
Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat harus bisa mengoordinasi dan memberikan
pengawasan terhadap penyelenggaraan tugas pembantuan di daerah kota atau kabupaten.
Seorang Gubernur harus bisa mengoordinasikan kegiatan pemerintahan dan pembangunan
anatar daerah kota atau kabupaten yang termasuk ke dalam wilayah pemerintahannya.
Wewenang terkait yang dimiliki oleh Gubernur yaitu, melantik bupati dan wali kota,
membatalkan peraturan bupati dan wali kota, menyelesaikan perselisihan dalam
penyelenggaraan fungsi pemerintahan antardaerah kota dan kabupaten yang termasuk dalam
satu daerah provinsi.
Tugas Gubernur sejatinya sangatlah banyak, karena Gubernur merupakan Wakil dari
Pemerintah Pusat yang bertanggung jawab terhadap wilayahnya. Gubernur memiliki tugas
untuk memimpin penyelenggaraan dan pelaksanaan setiap urusan pemerintahan yang
termasuk ke dalam kewenagan daerah provinsi sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan dan disepakati DPRD Provinsi.
Selain itu, Gubernur perlu menyusun dan mengajukan rancangan Perda mengenai
APBD, rancangan Perdang tentang perubahan APBD, dan rancangan Perda mengenai
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD yang nantinya akan dibahas bersama.
APBD adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang merupakan rencana
keuangan tahunan dari pemerintah daerah yang ada di Indonesia yang harus disetujui oleh
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Tahun anggaran dari APBD yaitu meliputi masa satu
tahun mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember.
Tugas selanjutnya yaitu, mewakili Daerah Provinsi di dalam dan luar pengadilan,
serta dapat menunjuk kuasa hukum yang mewakili dirinya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Jadi, alangkah lebih baik jika kedudukan wakil Gubernur yang kosong segera diisi
atau digantikan dengan yang baru. Karna tugas tugas Gubernur akan sangat sulit
dilaksanakan tanpa ada nya bantuan dari seorang Wakil Gubernur.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kontroversi keberadaan wakil kepala daerah sebenarnya bukan hal yang baru,
mengingat peran wakil kepala daerah yang sering dipandang hanya sebagai pelengkap saja di
dalam pemerintahan. Dari berbagai penyusunan peraturan perundang-undangan tentang
desentralisasi, kontroversi tersebut selalu muncul dan umumnya menyangkut beberapa
pertanyaan filosofis seperti, apakah jabatan wakil kepala daerah diperlukan, proses
pengisiannya, jumlahnya pembagian kerjanya dan bahkan sampai pertanyaan seperti apa
prospeknya.
B. Saran
Dari semua yang sudah dijelaskan dan dibahas. Penulis mengharapkan untuk ada nya
segera pengganti wakil Gubernur yang baru. Dan semoga siapapun yang menjabat atau yang
terpilih menjadi wakil Gubernur, bisa membuat DKI Jakarta jauh lebih baik lagi.