Anda di halaman 1dari 116

SPESIFIKASI TEKNIS

OPTIMALISASI LUMBUNG AIR SUKODONO DI


KABUPATEN GRESIK

TAHUN ANGGARAN 2024


DAFTAR ISI

BAB I. ......................................................................................................................... 1
SPESIFIKASI UMUM ................................................................................................. 1
1.1 GAMBARAN UMUM KEGIATAN .......................................................................... 1
1.2 LINGKUP PEKERJAAN ........................................................................................ 6
1.3 KLASIFIKASI DAN KUALIFIKASI PENYEDIA JASA .......................................... 6
1.4 TENAGA AHLI KONSTRUKSI .............................................................................. 7
1.5 PERALATAN YANG DIGUNAKAN ....................................................................... 8
1.6 DAFTAR PEKERJAAN YANG SUB KONTRAKKAN .......................................... 8
1.7 KETENTUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI ............................ 9
1.8 KETENTUAN REKAYASA .................................................................................. 25

BAB II. .......................................................................................................................34


SPESIFIKASI TEKNIS..............................................................................................34
2.1. MOBILISASI DAN DEMOBILISASI ..................................................................... 34
2.2. SURVEY PENGUKURAN .................................................................................... 35
2.3. DIREKSI KEET, GUDANG DAN BARAK PEKERJA ......................................... 39
2.4. PENYELENGGARAAN KEGIATAN SMKK ........................................................ 41
2.5. PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN PERLINDUNGAN LINGKUNGAN .... 44
2.6. PEKERJAAN TANAH .......................................................................................... 46
2.7. PEKERJAAN COUNTERWEIGHT ...................................................................... 53
2.8. PEKERJAAN JALAN INSPEKSI ........................................................................ 69
2.9. PEKERJAAN DRAINASE PERMUKAAN ........................................................... 97
2.10. PEKERJAAN SABUK HIJAU DAN PENERANGAN JALAN ........................ 111

ii
BAB I.
SPESIFIKASI UMUM

1.1 GAMBARAN UMUM KEGIATAN


A. INFORMASI KEGIATAN
1. Kegiatan : Optimalisasi Lumbung Air Sukodono di
Kabupaten Gresik
2. Kategori Kegiatan : Prasarana Bidang Air Tanah dan Air Baku yang
dibangun
3. Pemrakarsa : Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Kegiatan Rakyat
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo
SNVT Air Tanah dan Air Baku BBWS Bengawan
Solo
3. Waktu Pelaksanaan : 7 bulan (210 Hari Kalender)
4. Lokasi : di Desa Sukodono, Kecamatan Panceng,
Kabupaten Gresik, Propinsi Jawa Timur
5. Koordinat : 6°56'48,4'' (Lintang) dan 112°28'02,4'' (Bujur)
6. Pagu : Rp. 26.840.000.000
7. Nilai HPS : Rp. 26.840.000.000
8. Sumber Dana : APBN
9. Output : 1,0 km
10. Outcome : 30 ltr/dt

B. LATAR BELAKANG
Pembangunan Lumbung Air Sukodono merupakan sinergi perencanaan dan
pembangunan infrastruktur SDA antara BBWS Bengawan Solo dengan
Pemerintah Kabupaten Gresik untuk mendukung penyediaan air baku dan
pengembangan jaringan irigasi hortikultura di Kabupaten Gresik. Lokasi
lumbung berada di Kecamatan Panceng dan sebagian Kecamatan Dukun, untuk
jalur pipa transmisi dan jalur pipa distribusi. Lokasi Intake berada di tepi sungai
Bengawan Solo desa Sekargadung Kecamatan Dukun Kabupaten Gresik yang
berfungsi untuk mensuplesi embung. Pembangunan lumbung air Sukodono
dilakukan secara bertahap mulai tahun 2016 dan pekerjaan konstruksi Tahap 1
tahun 2017-2019 dan akan dilakukan pembangunan Tahap II pada tahun 2022
dan akan dilakukan Optimalisasi pada tahun 2024
1. Deskripsi permasalahan teknis Lumbung Air Sukodono:
a) Berdasarkan hasil uji laboratorium diperoleh nilai Indeks (PI)
berkisar 64,97 – 72,3% sehingga memiliki sifat kembang susut
yang tinggi
b) Berdasarkan hasil pengujian MASW, area Kolam Penenang,
Lumbung 2, dan Lumbung 3 menunjukan adanya lapisan tanah
lunak

1
c) Quick Assessment Direktorat Bina Teknik Sumber Daya Air :
- Pada tanggul Kolam Penenang longsor disebabkan
kombinasi kenaikan tekanan air pori akibat adanya infiltrasi
air hujan yang terperangkap pada badan tebing, beban
timbunantanah berlebih (excessive load) pada belakang
tanggul, dan jenis tanah dengan nilai parameter kembang
susut yang tinggi;
- Tanggul Lumbung 2 terjadi longsoran karena kualitas tanah
timbunan yang kurang sesuai untuk tampungan air serta
proses pemadatan tanah yang kurang optimal
- Berdasarkan analisis spasial, pola keruntuhan tebing
merupakan longsoran dangkal

2. Hasil Analisa penaganan longsor lumbung air sukodono dengan


metode back analysis, sesuai rekomendasi teknis dari Direktorat
Bina Teknik:
a) Back analysis pada kedua titik longsoran yaitu Kolam Penenang
dan Lumbung 2 dengan parameter undrained (phi=0) dan nilai
kohesi (c) sebesar 26,95 Kpa;
b) Berdasarkan hasil pendekatan geometri bidang gelincir pada
kedua titik longsoran, didapatkan nilai SF Kolam Penenang
0,979 dan Lumbung 2 sebesar 0,774
c) Rekomendasi Teknis Penanganan : Melakukan pemasangan
perkuataan menggunakan Terramesh System sebagai
pelindung tebing dan Bronjong (Gabion) lapis Polimac sebagai
struktur counterweight
d) Berdasarkan hasil analisis pemodelan, penanganan longsoran
tanggul Kolam Penenang dan Lumbung 2 dengan perkuatan
lereng berupa struktur Terramesh System dan Gabion pada
kondisi kritis, yaitu air dalam lumbung surut cepat (rapid
drawdown), menghasilkan nilai SF>1
- Lokasi Kolam Penenang : SF tanpa gempa= 2,795 (SF
dengan beban gempa 1,996, AMAN)
- Lokasi Lumbung 2 : SF tanpa gempa= 2,679 (SF dengan
beban gempa 2,059, AMAN)
e) Pemodelan menunjukkan perlu peningkatan nilai parameter
tanah dengan cara blending antara material lama dengan
material baru
f) Untuk mengurangi beban berlebih di belakang tanggul akibat dari
jenuhnya timbunan disposal ketika hujan, maka diperlukan
saluran drainasi di atas tanggul Kolam Penenang yang
diletakkan pada kaki timbunan disposal
g) Perlu dipasang patok geser

2
3. Pada Tanggal 5 Oktober 2023 dilakukan diskusi/pembahasan hasil
kajian pada point 2 diatas bersama Tim Unit Desain, dengan hasil:
a) Perlu ditinjau ulang mengenai penambahan pile dolken pada
counterweight
b) Direkomendasikan penambahan titik penyelidikan tanah

4. Hasil tinjauan ulang penambahan pile dolken pada counterweight:


a) Hasil pemodelan menunjukkan adanya deformasi lateral yang
terjadi sebesar 0.195 m ke arah genangan dengan sedikit uplift
pada bagian kaki gabion. Indikasi deformasi akan terjadi semakin
besar apabila tidak dilakukan tindakan preventif dengan
perkuatan lain;
b) Penambahan pancang (pile) dibawah lantai gabion bertujuan
untuk meneruskan beban gabion ke lapisan tanah keras,
mereduksi potensi guling pada susunan gabion akibat adanya
tekanan lateral di sepanjang bidang kontak dengan tanah
timbunan, dan tindakan prefentif terhadap sifat tanah asli yang
swelling
c) Hasil perhitungan daya dukung pancang dolken dengan
diameter rangkap total 0.4 m menghasilkan tiang pancang
dolken mampu menahan beban gabion di atasnya
d) Pemodelan ulang untuk meninjau secara pemodelan untuk
mengetahui potensi deformasi dengan adanya pancang dolken.
Hasil adalah sebagai berikut:
- Deformasi lateral arah x tanpa dolken adalah 0.195 m, dengan
dolken 0.01 m
- Settlement di bagian kaki arah y tanpa dolken - 0.140 m,
dengan dolken - 0.007 m
- Tanpa dolken ada penurunan vertikal sekitar 20 cm dan
horizontal 15 cm, setelah ada dolken hampir tidak ada
deformasi (hanya hitungan mm)

C. MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud pelaksanaan proyek ini adalah untuk mendukung tercapainya ketahanan
air Baku dengan melaksanakan kegiatan proyek Optimalisasi Lumbung Air
Sukodono di Kabupaten Gresik. Sedangkan tujuan dari pelaksanaan proyek ini
adalah untuk Mencukupi kebutuhan air baku untuk masyarakat sebesar 30
liter/detik dan irigasi hortikultura sebesar 200 liter/detik.

3
D. LOKASI PEKERJAAN
Lokasi pekerjaan proyek terletak di Desa Sukodono, Kecamatan Panceng,
Kabupaten Gresik, Propinsi Jawa Timur. Posisi astronomi 6°56'48,4'' (Lintang)
dan 112°28'02,4'' (Bujur)

E. DATA TEKNIS

Desain lumbung air/lumbung air direncanakan dibuat dalam 3 (tiga) bagian yang
terpisah, namun saling terkoneksi dengan pintu air. Pembuatan 3 (tiga) lumbung
air ini adalah untuk kemudahan konstruksi dan juga kemudahan saat
operasional.

Data Teknis Lumbung Air/ Lumbung air Sukodono :

 Elevasi Mercu Lumbung Air/Lumbung air : + 46,00


 Elevasi Dasar Lumbung Air/Lumbung air : + 38,50
 Elevasi Muka Air Tertinggi : + 45,10
 Elevasi Minimum operasi : + 39,00
 Tinggi Lumbung Air/Lumbung air tertinggi: 7,00 m
 Bentang Mercu : 3,00 m
 Kemiringan Lereng Hulu dan Hilir : 1:2
 Tipe Lumbung Air/Lumbung air : Urugan Homogen
 Volume Tampungan Air Maksimum : 1.547.014,36 m 3
 Volume Tampungan Minimum : 111.972,54 m 3

Lumbung Air/Lumbung air 1

 Volume Tampungan : 570.873,76 m3


 Luas Genangan : 8,71 Ha
 Volume Galian : 604.844,70 m3
 Volume Timbunan : 7.172,21 m3

Lumbung Air/Lumbung air 2

 Volume Tampungan : 541.861,90 m3


 Luas Genangan : 8,71 Ha
 Volume Galian : 465.169,00 m3
 Volume Timbunan : 69.404,49 m3

Lumbung Air/Lumbung air 3

 Volume Tampungan : 434.278,70 m3


 Luas Genangan : 7,23 Ha
 Volume Galian : 372.186,96 m3
 Volume Timbunan : 52.565,24 m3

4
Peta situasi dan potongan lumbung air/lumbung air dan rencana
penempatan tiap kolam tampungan lumbung air/lumbung air disajikan pada
gambar-gambar berikut

Lumbung air
Situasi
Gambar 1.
Sumber : Analisa Konsultan

5
1.2 LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan Konstruksi terdiri dari;
1. PEKERJAAN PERSIAPAN
2. PENYELENGGARAAN KEGIATAN SMK3
3. PEKERJAAN PERKUATAN TEBING KOLAM PENENANG (MSE WALL SYSTEM)
a. Pekerjaan Tanah
b. Pekerjaan Counterweight
4. PEKERJAAN PERKUATAN TEBING LUMBUNG 2 (MSE WALL SYSTEM)
a. Pekerjaan Tanah
b. Pekerjaan Counterweight
5. PEKERJAAN SURFACE SLIDINGLUMBUNG 2 dan 3
a. Pekerjaan Tanah
b. Pekerjaan Counterweight
6. JALAN INSPEKSI LUMBUNG SUKODONO
a. Laston Aus (AC)
7. PEKERJAAN DRAINASE PERMUKAAN
a. Galian
b. Pekerjaan Beton
c. Pekerjaan U-ditch
d. Pekerjaan Pembesian
8. PEKERJAAN PENGHIJAUAN DAN PENERANGAN
a. Gabalan rumput
b. Pengadaan dan Pemasangan PJU Solar Cell

1.3 KLASIFIKASI DAN KUALIFIKASI PENYEDIA JASA


Klasifikasi dan Kualifikasi Penyedia Jasa yang dibutuhkan untuk menangani
pekerjaan konstruksi Pembangunan Lumbung Air Sukodono di Kabupaten Gresik
Tahap II ini adalah sebagai berikut :
Klasifikasi : Bangunan Sipil
Sub Klasifikasi : Pekerjaan Bangunan Sipil Sub Klasifikasi Jasa Pelaksana
Konstruksi Saluran Air, Pelabuhan, Dam dan Prasarana
Sumber Daya Air (SI 001)
Lingkup Pekerjaan : Pekerjaan pelaksanaan Pembangunan Embung beserta
bangunan pelengkapnya
Kualifikasi : Kualifikasi Usaha Menengah

Memiliki Sertifikat Manajemen Mutu, Sertifikat Manajemen Lingkungan, serta


Sertifikat Keselamatan dan Kesehatan Kerja, hanya disyaratkan untuk Pekerjaan

6
Konstruksi yang bersifat Kompleks/Berisiko Tinggi dan/atau diperuntukkan bagi
Kualifikasi Usaha Menengah;

1.4 TENAGA AHLI KONSTRUKSI


Tenaga yang dibutuhkan untuk menangani pekerjaan Optimalisasi Lumbung Air
Sukodono di Kabupaten Gresik adalah sebagai berikut :

a. Kebutuhan Personel Manajerial untuk Paket Pekerjaan Konstruksi


Tabel 1.(1) Kebutuhan Kompetensi dan Jumlah Tenaga Ahli Konstruksi
JABATAN TINGKAT SERTIFIKAT
PENGALAMAN
DALAM PENDIDIKAN KOMPETENSI JUMLAH
MINIMAL
PROYEK MINIMAL KERJA
Manajer S1 Teknik Sipil/T. 4 Tahun SKA Ahli Muda 1 Orang
Pelaksanaan/P Pengairan Teknik SDA dan
royek Ijazah
Manajer Teknik S1 Teknik Sipil/ T. 4 Tahun SKA Ahli Muda 1 Orang
Bidang Struktur Pengairan Teknik SDA dan
Bangunan SDA Ijazah
Manajer S1 Ekonomi 3 Tahun Ijazah Sarjana 1 Orang
Keuangan Ekonomi
Ahli K3 S1/D3 Teknik 3 Tahun (untuk SKA Ahli Muda K3 1 Orang
Konstruksi Sipil SKA Ahli Muda) Konstruksi atau SKA
atau 0 Ahli Madya K3
Tahun (untuk Konstruksi
SKA Ahli Madya)

b. Kebutuhan Personel Lapangan untuk Paket Pekerjaan Konstruksi


Tabel 1.(2). Kebutuhan dan Jumlah Tenaga Lapangan
TINGKAT PENGALA
JABATAN SERTIFIKAT
PENDIDIKAN MAN JUMLAH
DALAM PROYEK KOMPETENSI KERJA
MINIMAL MINIMAL
Pelaksana S1/D3 Teknik SKTK Pelaksana
Bangunan Air Sipil/STM 3 Tahun Bangunan Irigasi 3 Orang
Baku Bangunan (TS032) dan Ijazah
D3 Teknik
Sipil/STM SKTK Juru Ukur/Teknisi
Juru Ukur/Teknisi
Bangunan/ 3 Tahun Survey Pemetaan (TS 2 Orang
Survey Pemetaan
SMK Survey 004) dan Ijazah
Pemetaan
Juru S1/D3 Teknik SKTK Juru Gambar/
Gambar/Draftman- Sipil/STM 3 Tahun Draftman-Sipil (TS 003) 1 Orang
Sipil Bangunan dan Ijazah
Teknisi SKTK Teknisi
Penghitung S1/D3 Teknik Penghitung Kuantitas
Kuantitas Sipil/STM 3 Tahun Pekerjaan Sumber 1 Orang
Pekerjaan Sumber Bangunan Daya Air (TS 035) dan
Daya Air Ijazah
S1 Teknik SKTK Mekanik Alat-Alat
Mekanik Alat-Alat
Mesin/D3 3 Tahun Berat (TM 027) dan 2 Orang
Berat
Teknik Mesin Ijazah

7
1.5 PERALATAN YANG DIGUNAKAN
Peralatan utama yang harus disiapkan dalam pekerjaan Optimalisasi Lumbung Air
Sukodono di Kabupaten Gresik adalah :

Tabel 1.(3) Daftar Peralatan Utama


NO JENIS KAPASITAS JUMLAH
A. PERALATAN UTAMA
1 Excavator Standar Min 0,8 m3 2
3 Vibro Roller Min 10 ton 2
5 Buldozer Min 95 HP 2
6 Dump Truck Min 7 m3 3

Tabel 1.(4). Daftar Peralatan Lapangan


NO JENIS KAPASITAS JUMLAH
1 pompa submersible 3 m³ /h 5
2 Concrete Vibrator 45 mm 5
3 Bar Bender & Cutter Machine 52 mm 2
4 Concrete Pump Truck 60 M3/j 1
5 Theodolite 1
6 Waterpass 1

Kontraktor diharuskan mengajukan daftar peralatan secara terperinci, yang akan


digunakan untuk melaksanakan pekerjaan. Daftar tersebut harus disetujui oleh
Direksi dalam hal pembuatannya, pabrik pembuatannya, nomor pengenal, kondisi
dan rencana waktu tiba ditempat pekerjaan.
Kontraktor dalam keadaan apapun tidak dibenarkan untuk memindahkan alat-alat
tersebut, sebagian atau seluruhnya tanpa persetujuan Direksi. Kontraktor diharuskan
untuk mempersiapkan alat-alat yang diperlukan untuk melaksanakan tiap tahap dari
pekerjaan sebelum tahap dari pekerjaan tersebut dimulai. Penyediaannya ditempat
pekerjaan, dan persiapan harus terlebih dahulu mendapat penelitian dan persetujuan
dari Direksi.
Kerusakan yang timbul pada sebagian atau keseluruhan alat-alat tersebut yang akan
mengganggu pelaksanaan pekerjaan harus segera diperbaiki atau diganti sedemikian
rupa, sehingga Direksi menganggap pekerjaan dapat dimulai.

1.6 DAFTAR PEKERJAAN YANG SUB KONTRAKKAN


Bagian pekerjaan yang wajib disubkontrakkan yaitu:
1) Sebagian pekerjaan utama yang disubkontrakkan kepada penyedia jasa spesialis,
yaitu:
- Laston Lapis Aus (AC) SP014 (KBLI 2015 atau KK008 (KBLI 2020
2) Pekerjaan bukan pekerjaan utama (kepada penyedia jasa pekerjaan kontruksi
kualifikasi kecil)
- Pekerjaan Pengadaan dan Pemasangan PJU Solar Cell

8
1.7 KETENTUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI

1. KETENTUAN PERSIAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI

a) PENYERAHAN LOKASI KERJA


1. Penyerahan lokasi kerja dilakukan sebelum penerbitan SPMK, dengan
terlebih dahulu melaksanakan Peninjauan Lapangan Bersama;
2. Peninjauan lapangan bersama bertujuan untuk memastikan kesiapan
lokasi kerja yang akan diserahterimakan, serta untuk melakukan
inventarisasi seluruh bangunan yang ada serta seluruh aset milik
pengguna jasa;
3. PPK wajib menyerahkan lokasi kerja sesuai dengan kebutuhan
Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi yang tercantum dalam rencana
kerja yang telah disepakati dalam Rapat Persiapan Penandatanganan
Kontrak;
4. Hasil peninjauan dan penyerahan dituangkan dalam Berita Acara
Penyerahan Lokasi Kerja.

b) SURAT PERINTAH MULAI KERJA


1. Penerbitan SPMK dilakukan paling lambat 14 hari sejak tanggal
penandatanganan kontrak atau 14 (empat belas) hari kerja sejak
penyerahan lokasi kerja pertama kali;
2. Dalam SPMK dicantumkan Tanggal Mulai Kerja;
3. Penetapan Tanggal Mulai Kerja setelah serah terima lapangan
dilaksanakan atau paling cepat dilaksanakan bersamaan dengan
tanggal SPMK.

c) RAPAT PERSIAPAN PELAKSANAAN KONTRAK


1. Rapat persiapan pelaksanaan kontrak merupakan rapat awal antara
PPK, Pengendali Pekerjaan (Direksi Lapangan/Konsultan MK),
Pengawas Pekerjaan (Direksi Teknis/Konsultan Pengawas), Penyedia
Jasa Pekerjaan Konstruksi, tim perencana serta pihak terkait;
2. Rapat persiapan pelaksanaan kontrak atau Pre Construction Meeting
(PCM) harus sudah dimulai maksimal 7 (tujuh) hari setelah terbitnya
SPMK dan sebelum dimulainya pelaksanaan pekerjaan;

3. Tujuan rapat persiapan pelaksanaan kontrak:


a. Persamaan pandangan dan pemahaman terkait hal-hal yang
mendasar pada pelaksanaan proyek, seperti: jadwal, alur
komunikasi dan koordinasi, alur persetujuan, kebijakan
pengendalian mutu dan Keselamatan Konstruksi serta mekanisme
pelaporan dan pembayaran hasil pekerjaan;
b. Untuk mendapatkan kesepakatan terhadap pelaksanaan kontrak;
c. Penyesuaian seluruh kegiatan dalam RMPK dengan persyaratan-
persyaratan dalam dokumen kontrak;
d. Pemenuhan terhadap kebutuhan data dan informasi terkait
proyek;

9
e. Untuk melakukan perubaahan kontrak apabila diperlukan.

4. Agenda pembahasan dalam rapat persiapan pelaksanaan kontrak


sebagai berikut:
a. Struktur organisasi proyek
b. Pendelegasian kewenangan
c. Alur komunikasi dan persetujuan
d. Mekanisme pengawasan
e. Jadwal pelaksanaan
f. Mobilisasi
g. Metode pelaksanaan
h. Pembahasan Rencana Mutu Pekerjaan Konstruksi (RMPK)
i. Pembahasan pelaksanaan Rencana Keselamatan Konstruksi
(RKK)
j. Rencana pemeriksaan lapangan bersama
k. Informasi yang dibutuhkan
l. Dukungan fasilitas

2. KETENTUAN PENGENDALIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN


KONSTRUKSI
a) TANGGUNG JAWAB DAN WEWENANG PENYEDIA JASA
Struktur organisasi penyedia pekerjaan konstruksi sesuai Surat Edaran
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat SE/15/M/2019 tentang
Tata Cara Penjaminan Mutu dan Pengendalian Mutu Pekerjaan Konstruksi
di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, adalah sebagai
berikut :
1) Kepala Proyek
Kepala proyek bertanggung jawab atas seluruh pelaksanaan
pekerjaan kontruksi dan memiliki tugas:
- Memastikan tercapainya sasaran pekerjaan dari segi mutu, biaya,
waktu, Keselamatan Konstruksi dan lingkungan kerja;
- Menyelesaikan masalah yang terjadi termasuk merencanakan
tindakan pencegahan terhadap masalah yang mungkin terjadi;
- Mengkoordinasikan pelaksanaan pekerjaan yang di perlukan;
- Melaporkan pelaksanaan pekerjaan.

2) Manajer Pelaksana
Manajer pelaksana memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai
berikut:
- Merencanakan metode pelaksanaan, pemeriksaan dan pengujian
terkait mutu pekerjaan; dan
- Melaksanakan pekerjaan konstruksi sesuai dengan sasaran mutu,
biaya, waktu, dan Keselamatan Konstruksi dan lingkungan kerja.

3) Unit Pengendali Biaya


Unit pengendali biaya berfungsi membantu kepala proyek dalam hal:
- Mengendalikan biaya, pelaksanaan pekerjaan; dan

10
- Melakukan evaluasi biaya terkait dengan upaya percepatan
pelaksanaan pekerjaan.

4) Unit Penjamin Mutu


Unit penjamin mutu bertugas:
- Menetapkan Rencana Pemeriksaan dan Pengujian;
- Mengembangkan dan memantau pelaksanaan prosedur
pengendalian mutu;
- Berkoordinasi dengan Direksi Lapangan/Konsultan MK terkait
dengan rencana pemeriksaan dan pengujian serta prosedur
pengendalian mutu;
- Melakukan audit internal atas kesesuaian pelaksanaan pekerjaan
yang dilaksanakan tim konstruksi dan kesesuaian pelaksanaan
pemeriksaan dan pengujian yang dilakukan tim pengendali mutu;
- Menyusun Rencana Mutu Pekerjaan Konstruksi (RMPK).

5) Unit Pengendali Mutu


Unit Pengendali mutu bertugas:
- Melakukan pemeriksaan;
- Merekomendasikan tindakan perbaikan yang di perlukan;
- Membuat laporan hasil pemeriksaan.

6) Unit Administrasi
Unit administrasi memberikan dukungan administrasi terhadap
kegiatan proyek yang meliputi:
- Penata usahaan; dan
- Pemeliharaan dokumen proyek.

3. RENCANA MUTU PEKERJAAN KONSTRUKSI


a) Umum
1. Tata cara penyusunan RMPK ini berlaku pada seluruh pelaksanaan
pekerjaan konstruksi di Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat;
2. RMPK disusun oleh Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi segera
setelah penandatanganan kontrak;
3. RMPK diserahkan dan dipresentasikan pada saat Rapat Persiapan
Pelaksanaan Kegiatan (Pre Construction Meeting/PCM), kemudian
dibahas dan disetujui oleh PPK;
4. Pembahasan RMPK mencakup kecukupan terkait persyaratan
penyusunan RMPK serta kesesuaian dengan lingkup dan persyaratan
dalam kontrak; dan
5. RMPK adalah dokumen yang dinamis, dalam arti dapat dikaji
ulang/direvisi disesuaikan dengan perubahan lingkup pekerjaan dan
metode pelaksanaan dengan tetap memperhatikan kaidah-kaidah
penyusunan dan perubahan tersebut harus disepakati kedua belah
pihak.

b) Tanggung Jawab Dan Wewenang Penyedia Jasa Konstruksi Pada RMPK:

11
1. Menyampaikan RMPK sesuai ketentuan penyusunan serta lingkup dan
persyaratan dalam kontrak;
2. Menjelaskan RMPK dalam rapat persiapan pelaksanaan pekerjaan
(PCM);
3. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan RMPK; dan
4. Melakukan perubahan/kaji ulang dokumen RMPK sesuai dengan
perubahan lingkup pekerjaan yang ada.

c) Implementasi RMPK
1. Pada Rapat Persiapan Pelaksanaan Pekerjaan (PCM)
RMPK yang disudah dibuat oleh Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi
dibahas pada saat Rapat Persiapan Pelaksanaan Pekerjaan secara
detail sesuai dengan komponen yang sudah ditetapkan dan sesuai
dengan spesifikasi teknis maupun syarat-syarat yang telah disepakati
bersama saat penandatanganan kontrak.
2. Pada saat Pelaksanaan Konstruksi
- RMPK yang sudah disetujui oleh pengguna jasa secara resmi
dapat dipakai oleh seluruh stakeholder yang ada di Proyek
konstruksi.
- RMPK menjadi acuan kerja bagi konsultan pengawas proyek
konstruksi dalam melaksanakan kewajibannya di proyek
konstruksi
- Method Statement dan Rencana Pemeriksaan dan Pengujian
(Inspection and Test Plan/ITP) yang merupakan komponen pada
RMPK digunakan sebagai salah satu persyaratan dalam
permohonan izin memulai pekerjaan

d) Komponen RMPK
1. Struktur Organisasi Penyedia Jasa
Penyedia jasa Pekerjaan Konstruksi harus memberikan uraian
mengenai struktur organisasi tim internal serta sub-penyedia jasa-nya,
beserta penjelasan terkait kualifikasi, kompetensi dan tanggung jawab
yang dimiliki oleh masing-masing personil/divisi/bagian yang
dimaksud. Struktur organisasi penyedia jasa juga dilengkapi
denganstruktur organisasi dari Sub Penyedia Jasa.
2. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
Jadwal yang mencakup seluruh tahapan yang ada dalam proyek
tersebut sehingga dapat memberikan gambaran terkait rencana
kegiatan mulai tahap persiapan sampai tahap penyelesaian.
3. Gambar Desain dan Spesifikasi Teknis
Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi harus melampirkan gambar
desain (DED) yang sudah disepakati saat penandatanganan kontrak
dan memberikan uraian singkat dan jelas mengenai persyaratan
spesifikasi teknis sesuai kontrak. Contohnya: Persyaratan proses
produk/hasil produk, Persyaratan mutu material, Standard/aturan yang
dipakai, Mutu produk akhir.
4. Tahapan Pekerjaan

12
Rangkaian pekerjaan yang sistematis dari awal sampai akhir untuk
mewujudkan suatu bangunan konstruksi yang dapat di pertanggung
jawabkan secara teknis

e) Rencana Kerja Pelaksanaan (Method Statement)


Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi harus memberikan uraian mengenai
daftar standar, prosedur, pedoman pelaksanaan dan/atau instruksi kerja
yang digunakan untuk setiap pekerjaan, baik yang terkait dengan
teknis/pelaksanaan pekerjaan maupun terkait penjaminan mutu dan
pengendalian mutu dan analisis K3 untuk setiap pekerjaan di lapangan.
Rencana Kerja Pelaksanaan terdiri dari komponen:
1. Metode Kerja
Suatu rangkaian kegiatan pelaksanaan konstruksi yang mengikuti
prosedur dan telah dirancang sesuai dengan pengetahuan maupun
standar yang telah diujicobakan;
2. Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang dimaksud adalah uraian personil dan tanggung
jawab dari setiap tahap pekerjaan. Uraian personil yang dimaksud
adalah jabatan apa saja yang berhubungan dengan metode pekerjaan
tersebut dan jumlah personil tiap jabatannya;

3. Material
Material yang dimaksud adalah uraian material yang akan dipakai
pada pekerjaan tersebut dan sudah disetujui oleh pengguna jasa.
Uraian material yang dimaksud ialah penjabaran dari merek materail
yang telah disetujui oleh pengguna jasa dan spesifikasi material sesuai
dengan yang tertulis dalam kontrak;
4. Alat
Alat yang dimaksud adalah uraian seluruh alat yang akan dipakai
dalam pekerjaan tersebut. Mulai dari alat berat hingga alat yang paling
kecil. Uraian alat yang dimaksud ialah mulai dari nama alat yang
dipakai, detil spesifikasi alat (produktifitas dan sumber daya), serta
jumlah unit setiap alat tersebut; dan
5. Aspek Keselamatan Konstruksi
Hal-hal yang harus diperhatikan dari segi K3 yang berhubungan
dengan metode kerja.

f) Rencana Pemeriksaan dan Pengujian/RPP (Inspection and Test Plan/ITP)


Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi harus memberikan penjelasan
mengenai prosedur dan rencana inspeksi dan pengujian di lapangan untuk
memastikan agar mutu produk yang dihasilkan tetap terjaga, mencakup
poin-poin sebagai berkut:
1. Kriteria keberterimaan (termasuk toleransi penerimaan);
2. Cara pengujian/pemeriksaan; dan
3. Jadwal pengujian (frekuensi pengujian), dan Penanggung
jawab/pelaksana pengujian.
Rencana pelaksanaan ITP harus disesuaikan dengan uraian tahapan
pekerjaan yang disampaikan pada poin sebelumnya.

13
g) Pengendalian Sub-Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi dan Pemasok
Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi harus dapat menunjukkan bentuk
pengendalian pekerjaan yang dikerjakan pihak ke-3 (Sub Kontraktor dan
pemasok) yang menjadi acuan dalam proses pelaksanaan pekerjaan dan
hasil produk pekerjaan yang harus dicapai.

4. PEMERIKSAAN BERSAMA (MUTUAL CHECK/MC-0)


1. Pemeriksaan Bersama dilaksanakan dengan cara melakukan pengukuran
dan pemeriksaan detail kondisi lapangan, mencakup:
a. Pemeriksaan terhadap desain awal dilakukan untuk menilai
kesesuaian desain dengan kondisi lapangan;
b. Jika diperlukan penyesuaian terhadap desain, maka dilakukan review
desain; dan
c. Penyesuaian terhadap kuantitas (volume) awal berdasarkan review
desain yang dilakukan.
2. Penyesuaian pada gambar desain dan volume awal, harus dicantumkan
dalam berita acara hasil pemeriksaan bersama dan selanjutnya dilakukan
perubahan/adendum kontrak.
3. Prosedur Perubahan di Lapangan mengacu pada Prosedur (P-07).

5. RENCANA KERJA
Kontraktor harus menyiapkan suatu rencana kerja dan harus disampaikan
kepada Direksi. Rencana kerja tersebut harus mencakup:
a) Tanggal dimulai, serta selesainya pelaksanaan pekerjaan konstruksi dan
atau pemasangan instalasi dari berbagai bagian pekerjaan, termasuk
pengujiannya.
b) Jam kerja bagi tenaga – tenaga yang disediakan Pemborng.
c) Jumlah dari tenaga kerja yang dipakai pada setiap tahap pekerjaan dengan
disertai latar belakang pendidikan serta pengalamannya.
d) Macam serta jumlah mesin–mesin dan alat–alat yang akan dipakai pada
pelaksanaan pekerjaan.
e) Cara pelaksanaan pekerjaan.
6. PENGAJUAN PERSYARATAN UNTUK MEMULAI KEGIATAN SETIAP
PELAKSANAAN PEKERJAAN
1. Untuk memulai setiap kegiatan pekerjaan, Penyedia Jasa Pekerjaan
Konstruksi harus menyampaikan permohonan izin memulai pekerjaan
(Request of Work).
2. Prosedur memulai kegiatan adalah :
a. Kontraktor mengajukan permohonan memulai pekerjaan kepada
Direksi Lapangan/ Konsultan MK untuk mendapatkan persetujuan
pelaksanaan pekerjaan di lapangan minimal 2 hari sebelum
pelaksanaan;
b. Direksi Lapangan/ Konsultan MK memeriksa dokumen permohonan
memulai pekerjaan;
c. Kontraktor mengajukan permohonan memulai pekerjaan kepada
pengawas pekerjaan/konsultan pengawas yang menginformasikan
bahwa telah mendapat persetujuan dari pengendali proyek

14
d. Pengawas pekerjaan/konsultan pengawas memberi izin kepada
kontraktor untuk memulai pekerjaan apabila seluruh aspek telah
lengkap dan disetujui
e. Kontraktor mulai melaksanakan pekerjaan sesuai dengan dokumen
pengajuan yang telah disetujui pengendali dan pengawas pekerjaan
3. Prosedur permohonan izin memulai pekerjaan sesuai dengan Prosedur
pada point 2 dan mengisi Formulir Pengajuan Memulai Pekerjaan dengan
paling sedikit melampirkan:
a. Gambar Kerja
Prosedur pengajuan persetujuan dan perubahan gambar kerja (shop
drawing) mengacu pada Prosedur :
 Kontraktor membuat shop drawing atas dasar spesifikasi, basic
desain, material yang akan digunakan serta metode kerja
 Usulan gambar kerja disampaikan kepada Direksi Lapangan/
Konsultan MK
 Direksi lapangan/ Konsultan MK memeriksa gambar, memberi
koreksi atau persetujuan
 Dokumen asli yang telah ditandatangani dikembalikan kepada
kontraktor
 Pelaksanaan pekerjaan dilapangan dilakukan dengan
menggunakan gambar kerja yang telah disetujui
 Apabila terdapat kebutuhan perubahan di lapangan, kontraktor
menyampaikan usulan perubahan melalui prosedur perubahan di
lapangan

b. Rencana Pelaksanaan Pekerjaan (Method Statement), mencakup:


- Metode Kerja
- Tenaga kerja yang dibutuhkan;
- Peralatan yang dibutuhkan;
- Aspek Keselamatan Konstruksi (mengacu pada analisis
Keselamatan dan kesehatan Kerja/K3 per pekerjaan); dan
- Jadwal mobilisasi tiap-tiap sumber daya.
- Material yang digunakan;
c. Pengajuan persetujuan material sesuai dengan Prosedur :
- Pengajuan sampel material disertai kelengkapan dokumen :
o Deskripsi material, data teknis dan brosur
o Data hasil pengujian (hasil pengujian yang dilaksanakan
pemasok dan kontraktor)
o Referensi penggunaan pada pekerjaan sejenis dan proyek-
proyek sebelumnya
o Data pendukung lainnya
- Direksi teknis/konsultan pengawas memeriksa kesesuaian
spesifikasi material yang diajukan dengan persyaratak nontrak
- Direksi teknis/konsultan pengawas akan menginstruksikan
apabila diperlukan pemeriksaan atau pengujian lebih lanjut
- Kontraktor mengatur jadwal pengujian dan menginformasikan
kepada Direksi teknis/konsultan pengawas

15
- Pelaksanaan pengujian dihadiri Direksi teknis/konsultan
pengawas atau atas sepengetahuan Direksi teknis/konsultan
pengawas
- Kontraktor melaporkan disertai dengan kesimpulan hasil
pengujian
- Direksi teknis/konsultan pengawas memeriksa laporan hasil
pengujian
- Direksi teknis/konsultan pengawas memberikan persetujuan dan
menyerahkan dokumen kepada kontraktor serta melaporkan (cc)
kepada PPK
- PPK memonitor untuk memastikan proses persetujuan telah
dilaksanakan dengan baik
- Kontraktor menyimpan sampel material di kantor kontraktor/site
dan memelihara dokumen asli persetujuan material
Dalam metode kerja perlu disampaikan titik-titik tunggu (hold point)
terkait pengendalian mutu pekerjaan. Titik-titik tunggu ini perlu
dipantau dan diawasi (jika diperlukan dapat pula dilakukan pengujian).
d. Rencana Pemeriksaan dan Pengujian (Inspection and Test Plan/ ITP)
Jadwal pelaksanaan pemeriksaan bahan, material, serta titik tunggu
(hold point) pada metode kerja.

4. Pemeriksaan terhadap persyaratan untuk izin memulai pekerjaan


dilakukan oleh Direksi Teknis/Konsultan Pengawas kemudian disampaikan
kepada Pengendali untuk mendapatkan persetujuan, mencakup:

No Persyaratan pengajuan Kriteria Persetujuan


Izin Kerja
1 Gambar Kerja Kesesuaian gambar kerja terhadap gambar
desain dan kondisi lapangan
2 Rencana Pelaksanaan Kesesuaian dengan spesifikasi dalam kontrak
Pekerjaan dan gambar desain

a. Metode Kerja Kelaikan dan keandalan metode kerja yang


digunakan
b. Tenaga kerja yang Kesesuaian kompetensi tenaga kerja dengan
terlibat; rencana pekerjaan yang diajukan

c. Peralatan yang 1) Kesesuaian peralatan dengan rencana


dibutuhkan; pekerjaan yang diajukan termasuk kelaikan
peralatan
2) Adanya Surat Izin Laik Operasi (SILO) juga
Surat Izin Operator (SIO) untuk operator
masing-masing alat
d. Material yang digunakan; Kesesuaian material dengan spesifikasi
e. Aspek Keselamatan Kesesuaian analisis K3 yang mengacu pada
Konstruksi Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)

16
No Persyaratan pengajuan Kriteria Persetujuan
Izin Kerja
f. Jadwal mobilisasi tiap-tiap Kesesuaian jadwal mobilisasi dengan
sumber daya kebutuhan pengadaan dalam rencana
pekerjaan yang diajukan
3 Rencana Pemeriksaan dan Kesesuaian item-item pemeriksaan dan
Pengujian pengujian dengan pengendalian mutu yang
mencakup pemeriksaan material, dan hasil
pekerjaan

7. PENGAWASAN MUTU PEKERJAAN


a. Pengawasan mutu pekerjan dilakukan melaui pemeriksaan dan pengujian
terkait hal-hal berikut:
1. Metode Kerja
- Pelaksanaan Pekerjaan sesuai dengan metode kerja yang telah
disetujui oleh Direksi Lapangan/Konsultan MK;
- Memperhatikan titik tunggu, dimana pekerjaan dapat dilanjutkan
bila tahap pekerjaan sebelumnya telah disetujui.
2. Tenaga kerja yang terlibat
Pemeriksaan terkait jumlah tenaga kerja sesuai dengan rencana.
3. Peralatan yang dibutuhkan
Pemeriksaan terkait keteersediaan SILO (Surat Izin Laik Operasi) dan
SIO (Surat Izin Operator) untuk operator masing-masing alat
4. Material yang digunakan
Pengawasan terkait spesifikasi dan jumlah material dasar dan material
olahan sesuai dengan dokumen pengajuan material.

b. Keselamatan Konstruksi (mengacu analisis K3 tiap pekerjaan)


1. Dokumen analisis K3 sudah disetujui oleh Direksi Lapangan/Konsultan
MK; dan
2. Implementasi keselamatan konstruksi per pekerjaan.
c. Jadwal mobilisasi tiap-tiap sumber daya
Pemeriksaan terkait ketersedian sumber daya tiap pekerjaan sesuai jadwal
mobilisasi.
d. Rencana Pemeriksaan dan Pengujian (Inspection and Test Plan/ITP)
Pengawasan terhadap kegiatan pemeriksaan dan pengujian sesuai
dengan rencana pada metode kerja.
e. Hasil Pekerjaan
Pengawasan tekait hasil tiap-tiap kegiatan pekerjaan sesuai dengan
persyaratan. Jika ditemukan hasil pekerjaan yang tidak sesuai spesifikasi,
Pengawas Pekerjaan dapat memberikan peringatan dan teguran tertulis
kepada pihak pelaksana pekerjaan dan mengusulkan kepada pengguna
jasa untuk menghentikan pelaksanaan pekerjaan sementara jika
pelaksana pekerjaan tidak memperhatikan peringatan yang diberikan.
f. Pengawasan terhadap proses tiap-tiap kegiatan dilakukan berdasarkan
spesifikasi dan metode kerja yang diajukan.
g. Pengawasan terhadap hasil pekerjaaan dilakukan berdasarkan spesifikasi.

17
h. Pemeriksaan material pada saat penerimaan dilakukan sesuai Prosedur
(P-04).
Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi jasa melakukan pemeriksaan secara
visual dan pengukuran (bila diperlukan), dan disaksikan Pengawas
Pekerjaan, untuk memastikan agar material yang dikirim ke lapangan
sesuai dengan material yang telah distujui.
Prosedur Pemeriksaan Material di Lapangan
 Kontraktor mengajukan permintaan pemeriksaan material on site
 Direksi teknis/konsultan pengawas meemriksa status dan
kelengkapan dokumen
 Pelaksanaan pemeriksaan material onsite oleh kontraktor
 Direksi Teknis/konsultan pengawas menghadiri dan/atau melakukan
verifikasi serta menadatangani BA pemeriksaan atau hasil
pemeriksaan
 Kontraktor melengkapi dokumen pemeriksaan dan menyerahkan
kepada direksi lapangan/konsultan MK
 Direksi lapangan/konsultan MK melakukan evaluasi dan menyetujui
dokumen pemeriksaan
 Dokumen asli dikembalikan kepada kontraktor untuk dipelihara serta
untuk bukti pembayaran. Cc kepada PPK dan Direksi
teknis/konsultan pengawas
i. Pemeriksaan dan Pengujian berkala material dilaksanakan sesuai dengan
rencana pengujian pada dokumen Pemeriksaan dan Pengujian (ITP) yang
terkait dengan material tersebut. Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi Jasa
harus memastikan pengujian berkala memenuhi persyaratan pada kontrak
dan sesuai dengan peraturan yang berlaku sesuai dengan prosedur
pemeriksaan ulang material :
 Kontraktor mempersiapkan pelaksanaan pengujan berdasarkan ITP,
yaitu :
1) frekuensi pengujian;
2) jenis pengujian
3) jumlah sampel
4) lembaga pelaksana pengujian terakreditasi
5) alat uji terakreditasi
 Direksi teknis/konsultan pengawas mmeriksa kelengkapan dokumen
pengajuan dan diverifikasi kesesuaiannya dengan ITP
 Pelaksanaan pengujian dilaksanakan oleh kontraktor dan disaksikan
oleh Direksi teknis/konsultan pengawas (bila diperlukan)
 Direksi teknis/konsultan pengawas memverifikasi hasil pengujian
berdasarkan rekaman hasil pengujian dan bukti foto/video (bila direksi
teknis/konsultan pengawas tidak menyaksikan pengujian
 Dokumen pemeriksaan berkala material yang asli disimpan oleh
kontraktor dan salinan dikirim kepada Direksi Teknis/konsultan
pengawas dan direksi lapangan/konsultan MK
j. Pemeriksaan hasil pekerjaan dilakukan pada setiap pekerjaan maupun sub
pekerjaan. Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi Jasa harus melakukan
pemeriksaan pekerjaan baik fisik maupun administrasi. Jika hasil pekerjaan

18
sudah sesuai spesfikasi, maka Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi Jasa
mengajukan permohonan pemeriksaan kepada PPK sesuai dengan
prosedur pelaksanaan inspeksi sebgai berikut:
 Kontraktor melakukan pemeriksaan internal terlebih dahulu
 Direksi teknis/konsultan pengawas memeriksa kelengkapan dokumen
yang dibutuhkan seperti hasil pemeriksaan intarnel, dll
 Kontraktor melaksanakan pemeriksaan/pengujian. Direksi
teknis/konsultan pengawas hadir menyaksikan dan memeriksa
laporan pelaksanaan pemeriksaan/pengujian
 Direksi lapangan/konsultan MK mengevaluasi hasil pemeriksaan
pengujian dan memberikan persetujuan
k. Jika dalam pelaksanaan pekerjaan diperlukan adanya penyesuaian atau
perubahan di lapangan, maka perubahan di lapangan dilaksanakan sesuai
Prosedur perubahan lapangan sebagai berikut:
 Direksi teknis/konsultan pengawas menerima dan mengecek
kelengkapan dokumen usulan perubahan yang terdiri dari
formulir/daftar ketidaksesuaian, informasi detail perubahan, metode
perbaikan, dasar perimbangan perubahan, gambar konstruksi.
Kemudian melaksanakan inspeksi bersama di lapangan dengan
kontraktor
 Dokumen usulan perubahan asli disimpan oleh kontraktor dan
salinan dikirim kepada direksi teknis/konsultan pengawas dan direksi
lapangan/konsultan MK
 Status progress pelaksanaan perubahan di lapangan harus
disampaikan pada laporan mingguan dan laporan bulanan
 Pelaksanaan perubahan dilapangan harus sesuai dengan rencana
perubahan yang disetujui
 Direksi teknis/konsultan pengawas memastikan perubahan di
lapangan telah selesai
l. Jika penyesuaian dan perubahan di lapangan menyebabkan perubahan
volume pekerjaan dan item pekerjaan maupun spesifikasi teknis, maka
perubahan tersebut harus disetujui PPK untuk dilakukan addendum
kontrak.
m. Pengendalian ketidaksesuaian hasil pekerjaan dilakukan oleh Penyedia
Jasa Pekerjaan Konstruksi Jasa dan Pengawas Pekerjaan. Jika dalam
pelaksanaan pekerjaan ditemukan ketidaksesuaian dengan spesifikasi,
Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi Jasa dan Pengawas Pekerjaan
membuat laporan ketidaksesuaian sesuai Ketidak sesuaian.
Prosedur laporan ketidak sesuaian oleh penyedia jasa konstruksi
 Kontraktor menyusun rencana perbaikan dengan cara mengisi form
laporan ketidaksesuaian yang mencakup detail ketidaksesuaian,
usulan metode perbaikan, target tanggal penyelesaian dan usulan
pencegahan agar ketidaksesuaian tersebut tidak terulang kembali
 Kontraktor menyampaikan dokumen rencana perbaikan kepada
pengawas untuk diverifikasi
 Pengawas menverifikasi kelengkapan dokumen rencana perbaikan

19
 Pengawas memberikan izin kepada kontraktor untuk memeulai
pekerjaan setelah dokumen rencana perbaikan dinyatakan lengkap
 Kontraktor melakukan pekerjaan perbaikan sesuai usulan metode
perbaikan yang diajukan
 Kontraktor melengkapi dokumen dengan bukti penyelesaianpekerjaan
berupa checklist rekam jejak maupun foto dokumentasi dan
menyerahkan kepada pengawas
 Pengawas mengkonfirmasi penyelesaian pekerjaan berdasarkan
dokumen yang diterima dan menandatangani dokumen
 Pengawas mengarsipkan dokumen dan mengirimkan salinannya ke
kontraktor dan pengendali pekerjaan

Prosedur laporan ketidak sesuaian oleh direksi teknis/konsultan pengawas


 Pengawas menginstruksikan kontraktor untuk menerbitkan laporan
ketidaksesuaian saat menemukan ketidaksesuaian kualitas pekerjaan
di lapangan
 Kontraktor mengisi form ketidaksesuaian dan menyerahkan kepada
pengawas
 Kontraktor menganalisa ketidak sesuaian yang terjadi dan selalnjutnya
menjalankan prosedur laporan ketidaksesuaian

8. PEKERJAAN TAMBAH KURANG


Pekerjaan tambah dan kurang hanya boleh dilakukan oleh Penyedia Jasa
atas persetujuan tertulis PPK yang dituangkan dalam Addendum Kontrak.
Pekerjaan tambah yang dilakukan oleh Penyedia diluar ketentuan
ayat ini sepenuhnya menjadi tanggungan Penyedia.

9. MONITORING DAN EVALUASI


Kegiatan monitoring dan evaluasi dilaksanakan oleh pelaksana proyek baik
oleh Direksi Pekerjaan, BBWS Bengawan Solo Direktorat Jenderal Sumber
Daya Air maupun instansi pemerintah daerah terkait untuk memantau
perkembangan proyek. Untuk itu kontraktor pelaksana harus menyiapkan
fasilitas yang memadai untuk pelaksanaan kunjungan lapangan atau monitoring
ke lokasi proyek diantaranya kendaraan dan akomodasi ruangan di proyek.
Kontraktor juga harus menyiapkan bahan informasi pelaksanaan proyek. Untuk
pelaporan e-monitoring, kontraktor harus menyampaikan laporan progress
mingguan dan harian jika diperlukan.

10. PENERIMAAN DAN PEMBAYARAN HASIL PEKERJAAN


1. Penerimaan hasil pekerjaan dilakukan setelah seluruh ketentuan mutu
pekerjaan dalam kontrak dipenuhi;
2. Persetujuan dokumen penagihan didahului dengan pemeriksaan mutu dan
volume hasil pekerjaan yang telah selesai dikerjakan;
3. Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi menyampaikan dokumen tagihan
sesuai dalam kontrak;
4. Jika hasil pemeriksaan menunjukkan ketidaksesuaian spesifikasi dan
volume yang tertulis dalam dokumen penagihan, maka PPK berhak untuk
tidak menyetujui dokumen tersebut dan Penyedia Jasa Pekerjaan

20
Konstruksi wajib melakukan perbaikan terhadap hasil pekerjaan maupun
dokumen penagihannya;
5. Pembayaran dapat dilakukan setelah hasil pemeriksaan telah disetujui.

11. KONTRAK KRITIS (PENJELASAN MENGENAI SHOW CAUSE MEETING)


1. Pemberlakuan ketentuan kontrak kritis dilakukan sesuai dengan ketentuan
sebagaimana diatur dalam dokumen kontrak;
2. Penanganan kontrak kritis dilakukan melalui rapat pembuktian (Show
Cause Meeting/SCM) sesuai dengan tahapan/skenario sebagaimana
diatur dalam dokumen kontrak;
3. Konsekuensi hasil rapat pembuktian dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan kontrak;
4. Pemutusan kontrak dilakukan sebagai pilihan terakhir jika tidak ada
alternatif penyelesaian lain.

12. KETENTUAN PENYELESAIAN PEKERJAAN KONSTRUKSI


A. SERAH TERIMA PERTAMA PEKERJAAN (PROVISIONAL HAND
OVER/PHO)
1. Serah Terima Pekerjaan adalah kegiatan penyerahan pekerjaan yang
telah selesai 100% (seratus perseratus) dari Penyedia Jasa Pekerjaan
Konstruksi kepada Pengguna Jasa dalam kondisi dan standar
sebagaimana disyaratkan dalam kontrak;
2. Pernyataan pekerjaan selesai 100% berdasarkan rekomendasi dari
Direksi Lapangan/Konsultan MK yang disampaikan kepada PPK;
3. Rekomendasi Direksi Lapangan/Konsultan MK dikeluarkan
berdasarkan hasil verifikasi lapangan dari Direksi Teknis/Konsultan
Pengawas serta hasil pemeriksaan kelengkapan dokumen mutu
pekerjaan dan dokumen administrasi kontrak;
4. Isi surat rekomendasi Direksi Lapangan/Konsultan MK mencakup
tanggal tentatif pekerjaan selesai 100%, daftar cacat mutu dan
kekurangan (jika ada), serta hasil pemeriksaan kelengkapan dokumen
mutu pekerjaan dan dokumen administrasi kontrak;
5. Berdasarkan rekomendasi dari Direksi Lapangan/Konsultan MK, PPK
melakukan Serah terima Pertama Pekerjaan. Hasilnya dituangkan
dalam berita acara serah terima pertama pekerjaan.
6. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses Serah Terima Pertama
Pekerjaan adalah:
a. Pengujian Akhir Pekerjaan (Test on Completion)
b. Dalam rangka menerima hasil pekerjaan, PPK memerintahkan
Direksi Teknis/Konsultan Pengawas untuk melakukan
pemeriksaan dan pengujian terhadap hasil pekerjaan.
c. Sebelum pelaksanaan pengujian akhir pekerjaan, Direksi
Teknis/Konsultan Pengawas harus memberitahukan kepada PPK
tentang jadwal pelaksanaan pengujian yang telah disepakati
dengan Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi.

21
d. Sebelum tanggal pelaksanaan pengujian, Penyedia Jasa
Pekerjaan Konstruksi harus memeriksa dokumentasi
pengendalian mutu (quality control-QC).
e. Kegiatan yang harus dilaksanakan oleh Direksi Teknis/Konsultan
Pengawas dalam pengujian pada akhir pekerjaan adalah sebagai
berikut:
 Mengecek kesesuaian kinerja secara keseluruhan dari
pekerjaan final yang telah selesai dengan seluruh persyaratan
dalam kontrak maupun kesesuaian maksud dari
desain/gambar, sebagai contoh dimensi, ketinggian, dll;
 Pengujian sampel random minimum oleh Direksi
Teknis/Konsultan Pengawas (bila diperlukan);
 Evaluasi dari semua dokumen terlaksana (as-built document)
yang menunjukkan bahwa seluruh pekerjaan telah sesuai
dengan persyaratan pekerjaan dan seluruh laporan
ketidaksesuaian (Non-Conformance Reports/NCR) telah
diselesaikan;
 Direksi Teknis/Konsultan Pengawas mengevaluasi
dokumentasi dari quality assurance (QA) Penyedia Jasa
Pekerjaan Konstruksi untuk menyakinkan bahwa seluruh
pekerjaan telah selesai sesuai dengan persyaratan pekerjaan
dan seluruh laporan ketidaksesuaian telah diselesaikan.
7. Untuk pemeriksaan dan uji fungsi, PPK dan Direksi Teknis/Konsultan
Pengawas dapat mengacu spesifikasi yang ada. Apabila hasil
pemeriksaan terhadap cacat mutu dan uji fungsi belum sesuai dengan
spesifikasi yang ada, maka PPK berhak menunda persetujuan berita
acara serah terima pekerjaan dan Penyedia Jasa Pekerjaan
Konstruksi wajib melakukan perbaikan terhadap hasil pekerjaan
hingga sesuai dengan spesifikasi yang sudah tercantum dalam
kontrak.
8. Untuk pemeriksaan dokumen andministrasi kontrak, PPK dan Direksi
Teknis/Konsultan pengawas dapat mengacu pada SSUK, SSKK,
Dokumen yang disyaratkan pada spesifikasi teknis serta dokumen
yang diperlukan untuk keperluan proses tagihan;
9. Apabila dalam pemeriksaan hasil pekerjaan telah sesuai dengan
ketentuan yang tercantum dalam Kontrak maka PPK dan Penyedia
Jasa Pekerjaan Konstruksi menandatangani Berita Acara Serah
Terima (BAST) Pertama Pekerjaan (berita Acara PHO).
10. Setelah penandatanganan BAST Pekerjaan (BAST PHO), PPK
menyerahkan hasil pekerjaan kepada PA/KPA. Serah terima tersebut
dituangkan dalam berita acara.
B. RENCANA PEMELIHARAAN
1. Setelah pelaksanaan PHO, Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi harus
menjaga kondisi hasil pekerjaan selama masa pemeliharaan dalam
kurun waktu yang telah ditentukan dalam kontrak.
2. Selama masa pemeliharaan, dibentuk Tim Pemeliharaan yang terdiri
dari Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi dan Direksi
Teknis/Konsultan Pengawas.

22
3. Sebelum dimulainya masa pemeliharaan, Penyedia Jasa Pekerjaan
Konstruksi harus menyerahkan program kerja/rencana kegiatan yang
akan dilakukan dalam rangka melaksanakan pemeliharaan, paling
sedikit mencakup kegiatan:
a. Pemeriksaan
Kegiatan/tindakan yang dilakukan untuk memastikan apakah
komponen/item/fungsi hasil pekerjaan masih sesuai dengan
spesifikasi.
b. Pelaksanaan Pemeliharaan dan Perbaikan
Kegiatan/tindakan yang dilakukan untuk mencegah dan
memperbaiki kerusakan suatu komponen/item/ fungsi hasil
pekerjaan.
4. Komponen-komponen yang harus dipelihara serta mekanisme
pemeliharaannya, disesuaikan dengan yang tercantum dalam Manual
Operasi & Pemeliharaan yang harus diserahkan pada saat PHO.
5. Dokumen rencana pemeliharaan diperiksa dan disetujui oleh Direksi
Lapangan/Konsultan MK.

C. PENERBITAN BERITA ACARA SERAH TERIMA (BAST) PERTAMA


PEKERJAAN
1. Pada saat pekerjaan telah selesai 100%, Penyedia Jasa Pekerjaan
Konstruksi mengajukan permohonan Berita Acara Serah Terima
Pekerjaan kepada Direksi Teknis/Konsultan Pengawas.
2. PPK akan memeriksa hasil pekerjaan terlebih dahulu, sebelum
mengeluarkan/menandatangi BAST Pekerjaan.
3. Hasil pemeriksaan akan ditindaklanjuti dengan pemberitahuan kepada
Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi hal-hal yang harus
diselesaikan/diperbaiki oleh Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi agar
hasil pekerjaan sesuai dengan persyaratan dalam kontrak.
4. Sebelum mengeluarkan BAST pekerjaan, Direksi Teknis/Konsultan
Pengawas harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi telah menyerahkan
dokumen-dokumen yang dipersyaratkan (antara lain: manual
operasi dan pemeliharaan); dan
b. Telah dilakukan pengujian terhadap hasil pekerjaan sesuai
dengan persyaratan dalam kontrak (baik pengujian terhadap
standard mutu maupun kinerja/fungsi).
5. Setelah Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi menyelesaikan
kewajibannya, Direksi Teknis/Konsultan Pengawas melaporkan hasil
pemeriksaan kepada PPK.
6. Apabila dalam pemeriksaan hasil pekerjaan telah sesuai dengan
ketentuan yang tercantum dalam Kontrak, maka PPK dan Penyedia
Jasa Pekerjaan Konstruksi menandatangani Berita Acara Serah
Terima (BAST) Pertama Pekerjaan.
7. Berita acara serah terima pertama pekerjaan paling sedikit berisi:
a. Tanggal difinitif pekerjaan selesai 100%;
b. Rencana tanggal serah terima akhir pekerjaan;
c. Tanggal berita acara serah terima pertama pekerjaan; dan

23
d. Lain-lain yang diperlukan antara lain rencana pemeliharaan
selama masa pemeliharaan.

D. PEMELIHARAN HASIL PEKERJAAN


1. Masa Pemeliharaan paling singkat untuk pekerjaan ini selama 12 (dua
belas) bulan,
2. Setelah tahap PHO, PPK melakukan pembayaran sebesar 95%
(sembilan puluh lima perseratus) dari harga kontrak, sedangkan yang
5% (lima perseratus) merupakan retensi selama masa pemeliharaan
(jaminan pemeliharaan).
3. Hal-hal yang perlu dilakukan dan diperhatikan selama kurun waktu
masa pemeliharaan sebagai berikut:
a. Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi wajib melakukan kegiatan
pemeliharaan (pemeriksaan, pemeliharaan dan perbaikan)
sebagaimana yang disampaikan dalam dokumen rencana
pemeliharaan sehingga kondisi tetap seperti pada saat
penyerahan pertama pekerjaan;
b. Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi wajib melaksanakan
pemeriksaan berkala sesuai rencana yang disampaikan;
c. Jika dalam rentang masa pemeliharaan terdapat kerusakan maka
Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi wajib memperbaiki dan
segala biaya yang dibutuhkan untuk perbaikan menjadi
tanggungjawab Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi;
d. Jika kerusakan yang terjadi disebabkan oleh unsur suatu keadaan
yang terjadi diluar tanggung jawab para pihak dan tidak dapat
diperkirakan sebelumnya (keadaan kahar) maka perbaikan
dilakukan atas perintah PPK dan dilaksanakan oleh Penyedia
Jasa Pekerjaan Konstruksi serta biaya perbaikan ditanggung oleh
PPK;
e. Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi menyampaikan laporan
pemeliharaan yang mencakup kegiatan-kegiatan yang telah
dilaksanakan selama masa pemeliharaan kepada PPK;
f. Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi dapat mengajukan
permintaan secara tertulis kepada PPK untuk penyerahan akhir
(FHO) setelah seluruh tanggung jawab selama masa
pemeliharaan telah dilaksanakan sebelum berakhirnya masa
pemeliharaan; dan
g. Gambar terlaksana harus diserahkan sebelum dilakukan serah
terima akhir pekerjaan.

E. SERAH TERIMA AKHIR PEKERJAAN (FINAL HAND OVER/FHO)


1. Setelah masa pemeliharaan berakhir, Penyedia Jasa Pekerjaan
Konstruksi menyampaikan laporan pemeliharaan serta mengajukan
permintaan secara tertulis kepada PPK untuk penyerahan akhir.
2. Dalam rangka menerima hasil pekerjaan, PPK memerintahkan Direksi
Teknis/Konsultan Pengawas untuk melakukan pemeriksaan terhadap
hasil pekerjaan pemeliharaan.

24
3. Permohonan pengajuan penerimaan hasil akhir pekerjaan
dilaksanakan sesuai Prosedur (P-10) dan mengisi Form Pemeriksaan
Kelayakan (F-09).
4. Apabila dari hasil pemeriksaan, selama masa pemeliharaan Penyedia
Jasa Pekerjaan Konstruksi telah sesuai dengan ketentuan yang
tercantum dalam Kontrak, maka PPK dan Penyedia Jasa Pekerjaan
Konstruksi menandatangani Berita Acara Serah Terima Akhir
Pekerjaan.
5. PPK wajib melakukan pembayaran uang retensi atau mengembalikan
jaminan pemeliharaan.
6. Setelah penandatanganan Berita Acara Serah Terima Akhir
Pekerjaan, PPK menyerahkan hasil pekerjaan kepada PA/KPA. Serah
terima tersebut dituangkan dalam berita acara.
7. administratif dituangkan dalam Berita Acara.
8. Dalam rangka pelaksanaan FHO, Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi
harus menyerahkan seluruh dokumentasi Terlaksana (As-Built
Document) pelaksanaan pekerjaan yang mencakup paling sedikit
dokumen sebagai berikut:
a. Dokumen terkait dengan mutu:
1) Laporan Uji Mutu dibuat oleh pengendali mutu;
2) Desain mix formula dan job mix formula;
3) Uji mutu material;
4) Dokumen penjaminan mutu dan pengendalian mutu; dan
5) Dokumen terkait penghitungan kuantitas/volume yang
disiapkan oleh Direksi Teknis/Konsultan Pengawas.
b. Dokumen administrasi
1) Perjanjian kontrak termasuk adendumnya (jika ada);
2) Dokumen kontrak lainnya;
3) Dokumen terkait dengan pelaksanaan kontrak;
4) Dokumen pembayaran;
5) Dokumen Perhitungan penyesuaian harga;
6) Berita acara pemeriksaan oleh intitusi/lembaga pemeriksa;
7) Laporan ketidaksesuaian dan tindak lanjut (status harus
diatasi);
8) Foto-foto pelaksanaan (0% sebelum pelaksanaan, sedang
dilaksanakan dan 100% telah dilaksanakan); dan
9) Gambar terlaksana (as built drawing).
c. Dokumen-dokumen lainnya, meliputi:
1) Laporan pengelolaan lingkungan;
2) Laporan pelaksanaan Keselamatan Konstruksi; dan
3) Laporan pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan.
d. Document pengoperasian dan pemeliharaan berupa manual/
pedoman pengoperasian dan perawatan/pemeliharaan.

1.8 KETENTUAN REKAYASA


A. TATA LETAK
1. Tata letak bangunan yang ada pada Dokumen Lelang sebagai acuan untuk
tata letak dari Pekerjaan Pembangunan Lumbung Air Sukodono di

25
Kabupaten Gresik Tahap II Provinsi Jawa Timur
2. Pekerjaan sipil akan dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana.
3. Kontraktor akan menyediakan serta memasang semua pekerjaan seperti
yang diuraikan di spesifikasi ini.
4. Kontraktor harus melakukan sesuai dengan peletakan bangunan dengan
struktur, seperti yang ditunjukkan pada gambar tata letak proyek yang
sudah disetujui Pemberi tugas.

B. GAMBAR-GAMBAR
1. Gambar- Gambar yang Disediakan Oleh Direksi
Gambar-gambar yang disediakan oleh Direksi hanyalah semata-mata
untuk maksud penawaran. Setelah perjanjian Kontrak ditandatangani,
berdasarkan gambar tersebut, Kontraktor dapat mempersiapkan dan
membuat gambar pelaksanaan (construction drawing). Kontraktor harus
bekerja berdasarkan pada gambar pelaksanaan.

2. Gambar- Gambar yang Dibuat Oleh Kontraktor Pelaksana


a) Umum
Semua gambar yang dibuat oleh Kontraktor, harus menurut sesuai
dengan ukuran yang ditetapkan oleh Direksi. Kontraktor harus
menyerahkan gambar-gambar tersebut kepada direksi untuk dikoreksi
dan disahkan sebelum pekerjaan yang dimaksud dimulai. Sebagai
koreksi dari Direksi dapat menghasilkan gambar-gambar yang sama
atau berbeda sama sekali dengan Dokumen Tender. Tidak ada
tambahan biaya khusus untuk maksud tersebut diatas.
b) Gambar- Gambar Pelaksanaan (Construction Drawing)
Paling lambat 15 (lima belas) hari setelah Surat Perintah
Melaksanakan Kerja (SPMK) diterbitkan, Kontraktor harus membuat
gambar pelaksanaan berdasarkan gambar kontrak atau dengan
perubahan-perubahan seperlunya sesuai dengan pelaksanaan di
lapangan nantinya.
c) Gambar Kerja (Shop Drawing)
Kontraktor dapat membuat gambar kerja berdasarkan gambar
pelaksanaan. Gambar kerja dibuat untuk mengetahui rangkaian urutan
kerja suatu kegiatan, di dalam gambar kerja antara lain harus
memperlihatkan bentuk bangunan yang akan dicor, penulangannya,
material yang digunakan, letak bangunan, dimensi dan detail-detail lain
yang diperlukan.
d) Gambar Tata Letak Bangunan-Bangunan Sementara
Tiga Puluh (30) hari setelah SPMK, Kontraktor harus mengajukan
kepada Direksi Lay-out (tata letak) bangunan-bangunan pendukung
sebanyak 3 (tiga) set untuk mendapat koreksi dan persetujuannya.
Gambar lay-out tersebut harus mencantumkan, letak kantor Direksi,
letak Gudang, bangunan, penimbunan, bengkel dan fasilitas-fasilitas
lain yang diperlukan selama dalam pelaksanaan.
e) Gambar Purnalaksana (As Built Drawing)
Selama dalam pelaksanaan/pekerjaan berjalan, Kontraktor dapat
mempersiapkan gambar purnalaksana (as built drawing) yang

26
mencakup semua jenis pekerjaan yang dikerjakan. Format gambar
purnalaksana harus disetujui oleh Direksi. Gambar purnalaksana
dapat digunakan oleh Direksi sebagai alat untuk memeriksa pekerjaan
yang dilaksanakan di lapangan.
f) Penandatangan dan Persetujuan Gambar
Dalam waktu 30 (tiga puluh) hari setelah penerimaan copy dari
Kontraktor, satu copy dikembalikan kepada Kontraktor dengan diberi
suatu keterangan sebagai berikut :
1) Disetujui
2) Disetujui dengan catatan
3) Dapat disetujui setelah direvisi
4) Ditolak
Bila gambar dicap dengan tanda a) atau b) sebagaimana tersebut
diatas, Kontraktor sudah dapat memesan atau memulai pekerjaan
sesuai dengan gambar. Satu set copy gambar yang telah disetujui oleh
Direksi dapat diletakan pada Direksi Keet Kontraktor.
Bila Gambar dicap dengan tanda c), Kontraktor harus mengadakan
perbaikan-perbaikan/revisi dan kemudian menyerahkan hasil revisi
tersebut sebanyak 3 copy kepada Direksi, guna mendapat
persetujuannya. Waktu yang diberikan kepada Kontraktor untuk
mengadakan revisi maximum 15 hari setelah gambar dikembalikan
dari Direksi.

C. LAPORAN DAN JADWAL PELAKSANAAN


1. Rencana Kerja
Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi rencana kerja secara rinci
sesuai dengan apa yang telah tercantum dalam Kontrak dan Gambar,
untuk dikoreksi dan disahkan sebagai pedoman pelaksanaan. Penyerahan
rencana kerja harus dilakukan oleh Kontraktor selama 60 (enam puluh) hari
setelah Surat Perintah Mulai Kerja diterima Kontraktor.
Rencana kerja harus dengan Critical Path Methode dan Bar Chart
Schedule untuk setiap kegiatan. Kegiatan yang terlihat dalam CPM (alur
lintas kritis) dan diagram garis (bar chart) harus sudah diperhitungkan
waktu untuk penyiapan gambar, proses asistensi gambar, pengadaan
material, waktu kosong akibat cuaca, hari libur nasional dan sebagainya.
Sewaktu-waktu Kontraktor dapat mengusulkan perubahan program kerja
yang telah dibuat secara tertulis kepada Direksi untuk mendapat
persetujuannya. Perubahan program kerja yang mengakibatkan
keterlambatan dalam pelaksanaan pekerjaan, menjadi tanggung jawab
Kontraktor.

2. Progres Pekerjaan dan Statistik Laporan


Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi yang dituangkan dalam
sebuah formulir yang ditentukan oleh Direksi, laporan-laporan kemajuan
pekerjaan (progress) dan statistik pekerjaan sebagai berikut :
a. Laporan progres fisik tiap bulan dan perkiraan proyek (kemajuan)
untuk bulan berikutnya, termasuk tahap pekerjaan yang nyata dari
semua jenis selama saat pembuatan (manufacture) dan pekerjaan di

27
lapangan.
b. Jadwal Penyelesaian (target dan aktual) berdasarkan persetujuan dari
Program Pelaksanaan/CPM.
c. Perkiraan pengeluaran bulan berikutnya.
d. Inventarisasi Construction Plant, peralatan dan material yang
pembiayaanya dilakukan Proyek.
e. Laporan harian periodik pada tiap bagian pekerjaan seperti diminta
oleh Direksi yang berisi tidak terbatas pada hal berikut, kondisi cuaca,
satf supervisi dan jumlah pekerja yang dipakai, material di lapangan
dan yang dalam pemesanan, peralatan yang dipesan, kemajuan
pekerjaan dan persiapan pekerjaan, kecelakaan dan informasi lain
yang berkaitan dengan kemajuan pekerjaan.
f. Daftar Kemajuan yang menunjukan Staf Supervisi, dan jumlah dari
beberapa tingkatan pekerjaan yang dipakai oleh Kontraktor dalam satu
bulan.
g. Daftar peralatan dan jenis alat yang dibutuhkan untuk pelaksanaan
pekerjaan dan Kontrak selama satu bulan.
h. Data berikut, kondisi cuaca, material dilapangan, material yang
dipesan, pekerjaan-pekerjaan, kecelakaan dan semua informasi
lainnya yang diminta oleh Direksi.
i. Daftar atau catatan prestasi mengenai jumlah yang telah dibayar, yang
belum dibayar dan yang masih ditangguhkan.
j. Daftar atau catatan klaim yang telah disetujui oleh Direksi.
k. Foto-foto pelaksanaan fisik sampai dengan periode laporan ditulis.
Laporan harus ditandatangani oleh Kontraktor atau perwakilannya dan 5
(lima) salinan harus dibuat untuk Direksi yang setelah ada persetujuan atas
laporan tersebut akan menandatangani dan mengembalikan satu salinan
kepada Kontraktor.

3. Rencana Kerja Harian dan Mingguan


Kontraktor harus menyerahkan rencana kerja harian kepada Direksi
sebanyak dua copy setiap hari sebelum mulai kerja. Rencana kerja harian
harus menyebutkan uraian kegiatan secara rinci yang akan dikerjakan
dalam hari itu.
Kontraktor harus menyerahkan rencana kerja mingguan kepada Direksi
sebanyak dua copy pada setiap awal minggu. Schedule mingguan harus
menyebutkan rencana kerja yang akan dilakukan oleh Kontraktor dalam
minggu ini dengan menyebutkan uraian kegiatan secara rinci, sesuai
petunjuk Direksi.

4. Rapat Kemajuan Pekerjaan


Rapat rutin antara Kontraktor dan Direksi dapat dilakukan sekali setiap
minggu atau bila perlu tiga hari sekali (sesuai keperluan). Rapat mingguan
membahas tentang progres yang telah dicapai, pemecahan keterlambatan
progres, masalah yang timbul, rencana kerja pada periode yang akan
datang. Direksi dapat menerima/menolak segala macam usulan yang
disampaikan oleh Kontraktor, tergantung dari jenis usulannya. Notulen

28
rapat harus dibuat oleh Kontraktor dan diserahkan kepada Direksi paling
lambat tiga hari setelah rapat.

5. Dokumentasi Kemajuan Pekerjaan


Kontraktor harus menyerahkan foto-foto berwarna dengan ukuran post
card (9 cm x 12 cm) kepada Direksi untuk setiap kemajuan pekerjaan fisik
di lapangan.
Pengambilan gambar/foto dapat dilakukan pada awal, selama dalam dan
akhir pelaksanaan setiap jenis kegiatan. Foto ini harus ditempelkan pada
laporan bulanan dan triwulanan yang diserahkan kepada Direksi. Setiap
hasil cetakan foto harus diberi tanggal pengambilan pada lokasinya.
Pada akhir pelaksanaan Kontraktor harus menyerahkan dua cetakan foto
berwarna disusun album beserta file foto berupa soft copy.

D. STANDAR DAN PERATURAN


a. Kontraktor harus tunduk dan mengikuti semua yang disebutkan pada
standar dan peraturan yang ada pada spesifikasi ini.
b. Semua bahan dan mutu pekerjaan harus sesuai dengan ketentuan-
ketentuan dari Normalisasi Standar Indonesia.
c. Apabila ada pasal-pasal pekerjaan yang tidak ada standard Indonesia,
maka dapat dipakai British Standard, JIS, ACI yang sesuai dengan
spesifikasi ini.
d. Semua bahan dan mutu pekerjaan yang tidak sepenuhnya dirinci disini
atau dicakup oleh Standar Nasional haruslah bahan dan mutu pekerjaan
klas utama.
e. Direksi akan menetapkan apakah semua atau sebagian yang dipesan atau
diantarkan untuk penggunaan dalam pekerjaan, sesuai untuk pekerjaan
tersebut dan keputusan Direksi dalam hal ini pasti dan menentukan.
f. Standar dan peraturan yang dikeluarkan oleh Organisasi atau Badan, yang
spesifik dan disetujui oleh Pemberi tugas harus diikuti untuk suatu desain
maupun pabrikasi dan pelaksanaan testing selama pelaksanaan
pekerjaan, juga adalah bagian dari spesifikasi ini.

E. MATERIAL BANGUNAN/STRUKTUR
Kontraktor harus berusaha untuk memakai produksi lokal sebanyak mungkin
dan material harus sesuai dengan yang disyaratkan di Standar Industri
Indonesia (SII).
Pada proposal harus dibuat daftar dari produksi lokal yang akan dipakai.

F. SPESIFIKASI, BROSUR DAN DATA YANG HARUS DISEDIAKAN OLEH


KONTRAKTOR
Kontraktor supaya menyerahkan kepada Direksi tiga set spesifikasi yang
lengkap, brosur dan data bahan dan perlengkapan untuk mendapat
persetujuan, dan harus disediakan sesuai dengan Dokumen Kontrak dalam
waktu 30 (tiga puluh) hari dari sejak penerimaan Surat Perintah Kerja.
Persetujuan dari spesifikasi, brosur dan data bagaimanapun juga tidak

29
meringankan Kontraktor dari tanggung jawabnya dalam hubungannya dengan
Dokumen Kontrak.

G. MUTU DAN KUALITAS


Mutu dan kualitas harus sesuai dengan yang disyaratkan dan diminta sesuai
seperti yang disyaratkan di spesifikasi teknis.

H. TENAGA KERJA
a. Tenaga kerja yang dilibatkan dalam pelaksanaan harus memakai tenaga
bersertifikat keterampilan yang sesuai dengan tingkat keahlian,
pengalaman, serta tidak melanggar ketentuan-ketentuan perburuhan yang
berlaku di Indonesia.
b. Kontraktor harus menggunakan tenaga yang ahli dalam bidang
pelaksanaan (skilled Labour), baik tenaga pelaksana, mandor maupun
tukang.
c. Tenaga inti minimal terdiri dari : Project manager, Site Manager, Pelaksana
Lapangan, Tenaga Logistik, Tenaga Drafter dan Tenaga Administrasi
Proyek.
d. Semua tenaga kerja dipimpin oleh seorang Project Manager atau Site
Manager sebagai wakil Kontraktor di lapangan.
e. Tenaga kerja pelaksana sub kontraktor harus dipilih yang sudah
berpengalaman dan mampu menangani pekerjaan yang disub-kontrakkan
dengan aman, kuat, rapi dan memenuhi persyaratan teknis.
f. Hubungan kontraktor dengan sub-kontraktor dalam menyangkut secara
keseluruhan pekerjaan tetap menjadi tanggung jawab kontraktor.

I. PERALATAN KERJA
a. Alat-alat untuk melaksanakan pekerjaan harus disediakan oleh kontraktor
dalam keadaan baik dan siap pakai dalam jumlah cukup.
b. Guna kelancaran pekerjaan, alat-alat mekanis/mesin, harap disiapkan
tenaga operator yang mampu mengoperasikan dan memperbaiki bila
mengalami gangguan operasional.
c. Peralatan Inti Minimal terdiri dari : Butt Fussion, Set Alat Bor, Pick Up,
Theodolite, Waterpass Levelling, Vibrator dan Beton Molen, dan Peralatan
tukang lainnya.
J. PEMAKAIAN MERK DAGANG DAN PERIJINAN
a. Penggunaan merk dagang maupun jenis bahan diutamakan produksi
Dalam Negeri seperti diatur dalam Perpres No. 70 tahun 2012.
b. Apabila dalam RKS ini hanya disebutkan satu merk bahan, bukan berarti
hanya dapat dipakai merk tersebut, melainkan dapat dipakai merk lain
dengan standart mutu dan ciri-ciri fisik yang sama dan mendapat
persetujuan Direksi.
c. Kontraktor dapat mengusulkan perubahan pemakaian merk dagang secara
tertulis apabila merk dagang tersebut tidak tersedia di pasaran, sepanjang
kontraktor dapat membuktikan kesetaraan kualitas dan ciri-ciri fisik yang
dituntut RKS, dan untuk mempergunakannya harus ada persetujuan tertulis
dari Konsultan Pengawas dan/atau Pengelola Kegiatan.

30
K. PEKERJAAN LAIN
a. Menghubungi Aparat Desa
Kontraktor sebelum memulai pekerjaan, bersama Direksi harus
menghubungi lebih dahulu para Kepala Desa/Aparat Desa lainnya yang
berwenang dari wilayah kerjanya untuk memberitahukan kehadiran dan
menjelaskan semua rencana kerjanya sehubungan dengan pelaksanaan
pembangunan yang akan dilaksanakan.
b. Papan Nama Proyek
1. Kontraktor wajib membuat 2 (dua) buah papan nama Proyek, yang
ditempatkan di lokasi-lokasi tertentu menurut petunjuk Direksi
selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah terbitnya Surat
Pemenang Pelelangan.
2. Papan nama tersebut harus dibuat dengan ketentuan sebagai berikut:
- Ukuran papan 100 x 150 cm harus dibuat dari bahan kayu kamper
yang dilapisi dengan seng BWG. 30.
- Tiang penyangga terdiri dari 2 (dua) batang, sedang sebuah
peyokong yang berukuran 3 x 7 cm dibuat dari bahan kayu kruing
atau sejenis yang diserut halus.
1. Pemasangan papan sedemikian rupa sehingga tepi bawah papan terletak
setinggi 150 cm dari tanah, bawah tiang penyangga dan penyokong
ditanam dalam lobang-lobang yang kemudian di cor dengan beton
tumbuk campuran 1:3:5 sedalam 40 cm di dalam tanah dan 10 cm di atas
tanah.
2. Pengecetan papan nama tersebut harus dilakukan dengan cat meni
sekali, cat dasar sekali dan cat penutup sekali. Warna-warna diatur
menurut ketentuan sebagai berikut :
- Warna dasar biru laut (dominan)
- Tulisan Putih dengan garis penutup kuning.
- Lambang Kementerian P.U. Kuning dan Hitam
3. Tulisan-tulisan yang akan dimuat, dari atas ke bawah adalah sebagai
berikut:
- Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
- Direktorat Jendral Sumber Daya Air.
- BBWS Bengawan Solo
- Judul Pekerjaan dan Lingkup Pekerjaan.
- Tanggal-tanggal permulaan dan akhir pekerjaan.
- Besarnya nilai kontrak.
- Nama Konsultan
- Nama Kontraktor.
Kontraktor wajib memelihara dan merawat papan nama dan
menjaganya agar tetap dalam keadaan baik sampai dengan
penyerahan pekerjaan yang terakhir kalinya kepada Direksi.

L. DATA TEKNIS LAPANGAN KERJA


1. Titik-titik Ukur

31
Seluruh titik ukur sehubungan dengan pekerjaan ini didasarkan pada
ukuran setempat, yaitu titik-titik ukur yang ada di lapangan proyek seperti
yang disetujui oleh Konsultan Pengawas.
2. Data Fisik
Data-data sehubungan dengan ketinggian-ketinggian tanah yang ada,
Hidrogeologi (Geolistrik), tinggi muka air tanah, dan lain-lain diterapkan
pada gambar-gambar dimaksudkan sebagai informasi umum bagi
Pemborong dalam melaksanakan pekerjaan.
Keterangan sifat-sifat tanah serta ketinggian tanah yang diperlihatkan
dalam gambar-gambar hendaknya tidak dianggap hal yang pasti atas dasar
penyusunan harga penawaran. Untuk itu Pemborong melihat dan
memeriksa sendiri keadaan tanah di tempat pekerjaan.
Apabila dianggap perlu Kontraktor Pelaksana bisa melakukan penyelidikan
Hidrogeologi ulang (Metode Geolistrik dan sejenisnya) sebagai bahan
evaluasi dan metode dalam pelaksanaan pekerjaan.
Penawaran yang diserahkan Pemborong, harus sudah meliputi semua
biaya untuk pelaksanaannya sesuai dengan ketinggian-ketinggian dan
sifat-sifat yang ditentukan pada gambar-gambar atau hasil peninjauan ke
tempat pekerjaan.
Setelah dibuat Kontrak tidak dibenarkan adanya ganti rugi yang diakibatkan
karena kesalahan taksiran tentang jarak angkut, kubikasi dan macam
tanah.

M. PEMERIKSAAN LAPANGAN
1. Prinsip Dasar
a). Kontraktor harus menyediakan personil ahli teknik yang diperlukan dan
disyaratkan untuk memperlancar pelaksanaan pekerjaan sehingga
diperoleh mutu, dan dimensi bangunan sesuai yang disyaratkan dalam
ketentuan.
b). Pada awal pelaksanaan pekerjaan, personil tersebut harus disertakan
dalam pelaksanaan suatu survei lapangan yang lengkap, dan
menyiapkan laporan hasil survei lapangan untuk menentukan kondisi
fisik, jenis tanah sepanjang trase jalur perpipaan, struktur perkerasan
jalan yang kemungkinan terlintasi Jalur Pipa, serta menginventarisasi
fasilitas atau infrastruktur eksisting yang bersangkutan. Dengan
demikian akan memungkinkan Direksi Pekerjaan melaksanakan revisi
minor, dan menyelesaikan serta menerbitkan detail pelaksanaan
sebelum kegiatan pelaksanaan dimulai. Selanjutnya personil tersebut
harus disertakan dalam pematokan (staking out), survei seluruh
proyek, investigasi dan pengujian tanah apabila diperlukan, investigasi
dan pengujian campuran beton (job mix design), dan rekayasa serta
penggambaran untuk menyimpan dokumen rekaman proyek. Direksi
Teknis dan Direksi Pekerjaan harus disertakan pada saat survei.
c). Survei harus dilaksanakan dibawah pengawasan Direksi Teknis, yang
harus menjamin bahwa semua kondisi yang ada telah dicatat dengan
baik dan teliti. Formulir pelaporan kondisi tersebut harus dalam format
yang dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan.

32
N. Pekerjaan Survei Lapangan untuk Peninjauan Kembali Rancangan
Selama 30 (tiga puluh) hari pertama sejak periode mobilisasi, Kontraktor harus
mengerahkan personil tekniknya untuk melakukan survei lapangan yang
lengkap, dan menyiapkan laporan hasil survei lapangan untuk menentukan
kondisi fisik, jenis tanah sepanjang trase jalur perpipaan, struktur perkerasan
jalan yang kemungkinan terlintasi Jalur Pipa, serta menginventarisasi fasilitas
atau infrastruktur eksisting yang bersangkutan. Pekerjaan survei lapangan ini
harus dilaksanakan pada seluruh lokasi dalam lingkup kontrak, tetapi tidak
terbatas pada:

1. Pengkajian Terhadap Persiapan dan Gambar

a) Kontraktor harus mempelajari gambar rencana yang terdapat dalam


dokumen kontrak dan berkonsultasi dengan Direksi Pekerjaan dan
Direksi Teknis sebelum pekerjaan survei dimulai. Gambar ini harus
diantisipasi terhadap perubahan kecil dan detail yang mungkin terjadi
selama pelaksanaan.
b) Kontraktor harus melaksanakan pekerjaan sesuai dengan gambar
rencana dan spesifikasi, dan tidak boleh mengambil keuntungan atas
setiap kesalahan atau kekurangan dalam gambar rencana atau
perbedaan antara gambar rencana dan spesifikasi. Kontraktor harus
menandai dan memperbaiki setiap kesalahan atau kekurangan pada
gambar rencana dengan persetujuan Direksi Pekerjaan.
c) Direksi Pekerjaan akan melakukan perbaikan dan interpretasi untuk
melengkapi gambar rencana. Setiap perbedaan dari gambar rencana
yang berhubungan dengan kondisi lapangan yang tidak terantisipasi,
akan ditentukan dan disetujui secara tertulis oleh Direksi Pekerjaan.
d) Kontraktor dan Direksi Pekerjaan harus mencapai kesepakatan
terhadap ketepatan atas setiap perubahan terhadap gambar rencana
dalam kontrak ini.
e) Apabila diminta oleh Direksi Pekerjaan, maka Kontraktor akan
melakukan pengujian tanah baik itu berupa pemeriksaan dengan test pit
atau dengan metode uji yang disepakati.

O. Survey dan Inventarisasi Prasarana dan Sarana Eksisting


Kontraktor wajib melakukan inventarisasi kondisi lapangan eksisting sebelum
melaksanakan pekerjaan, hal ini dimaksudkan apabila terjadi kerusakan sarana
dan prasarana umum yang dikarenakan pelaksanaan pekerjaan maka
Kontraktor harus melakukan perbaikan sesuai dengan kondisi semula.

P. Cara Pengukuran dan Pembayaran


Pengadaan tenaga kerja, bahan dan peralatan untuk kegiatan survei lapangan,
pekerjaan pelaksanaan survei, penetapan titik pengukuran, tenaga ahli dan
pengendalian mutu, harus dipenuhi tanpa pembayaran tambahan dan semua
biaya tersebut harus termasuk dalam harga satuan yang telah dimasukkan
dalam berbagai mata pembayaran yang tercantum dalam daftar kuantitas dan
harga.

33
BAB II.
SPESIFIKASI TEKNIS

2.1. MOBILISASI DAN DEMOBILISASI

A. UMUM
Yang dimaksud dengan mobilisasi adalah pengangkutan peralatan konstruksi,
peralatan pengujian dan personil sesuai yang tercantum dalam kontrak, dari tempat
aslinya ke lokasi pekerjaan dimana akan digunakan. Sedangkan yang dimaksud
dengan demobilisasi adalah pengangkutan kembali, peralatan konstruksi, peralatan
pengujian dan personil dari lapangan pekerjaan ke tempat semula.

B. PERSYARATAN PELAKSANAAN
a) Penyediaan Peralatan dan Personil
- Kontraktor harus menyediakan peralatan dan personil sesuai kebutuhan
kontrak yang diperlukan untuk meyelesaikan pekerjaan.
- Sebelum mobilisasi dilaksanakan, maka Kontraktor harus segera
melaporkan kepada direksi untuk mendapatkan persetujuan, dan bila
dipandang perlu, direksi dapat meminta tambahan peralatan, maupun
personal atas tanggungan Kontraktor.
b) Program Kerja dan Pemberitahuan
- Kontraktor harus membuat schedule mobilisasi peralatan dan personal
yang dilengkapi dengan keterangan akan jenis, kuantitas, kapasitas yang
akan didatangkan.
- Kontraktor harus membuat pemberitahuan tertulis kepada direksi perihal
kedatangan maupun pengangkutan kembali peralatan dan personal.
- Kontraktor harus meminta persetujuan direksi atas setiap perubahan
jadwal peralatan dan penyediaan personal.
- Semua peralatan yang telah berada di lokasi pekerjaan, bila sudah tidak
diperlukan, dapat dipindahkan dari areal pekerjaan dengan seijin direksi.

C. CARA PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN


a) Pengukuran pembayaran dilakukan sebagai berikut:
- Dibayar 50% (lima puluh persen) apabila peralatan dan personil telah
berada seluruhnya di lapangan dan diterima baik oleh direksi.
- Dibayar 50% (lima puluh persen) sisanya setelah pekerjaan demobilisasi
telah selesai seluruhnya dan diterima baik oleh direksi.
b) Pembayaran didasarkan atas satuan lump sum (LS) sesuai yang tercantum
dalam Daftar Kuantitas dan Harga.
Jenis Satuan Pengukuran
Uraian
Pembayaran
1 Mobilisasi dan Demobilisasi Lumpsum

34
2.2. SURVEY PENGUKURAN

A. UMUM
Spesifikasi ini mengatur pekerjaan pengukuran (survey) dan setting out yang
diperlukan guna penentuan titik / lokasi yang akurat selama pekerjaan utama
berlangsung
Tanda dasar Proyek merupakan Bench Mark yang terletak berdekatan dengan
pekerjaan. Ketinggian dari Bench Mark ini adalah didasarkan pada titik tetap utama.
Bench Mark yang lain dan titik referensi yang terlihat pada gambar yang diberikan
kepada Kontraktor sebagai referensi. Sebelum menggunakan suatu Bench Mark
dan titik referensi kecuali Bench Mark dasar untuk setting out pekerjaan, Kontraktor
perlu melakukan pengukuran pemeriksaan untuk kepuasan ia sendiri atas
ketelitiannya. Pemberi tugas tidak akan bertanggung jawab atas ketelitian Bench
Mark yang lain begitu juga dengan titik referensinya. Kontraktor perlu mendirikan
Bench Mark tambahan sementara untuk kemudahannya, tetapi tiap Bench Mark
sementara yang didirikan merupakan rencana dan tempatnya disetujui oleh Direksi
dan akan merupakan ketelitian yang berhubungan dengan Bench Mark yang
didirikan oleh Direksi.

B. LINGKUP KERJA
Pekerjaan pengukuran dan Ueitzet yang harus dilaksanakan meliputi antara lain :
- Pembuatan tambahan benchmark dan survey control point yang diperlukan
- Melakukan pengukuran titik tempat kedudukan yang diperlukan selama
pelaksanaan pekerjaan,
- Membuat dan menyerahkan laporan-laporan pengukuran kepada Direksi,
- Kelengkapan pekerjaan guna mendukung terlaksananya pekerjaan
pengukuran dan setting out.
-
C. KODE DAN STANDAR
Dalam melaksanakan pekerjaan pengukuran dan Ueitzet, Kontraktor harus selalu
mengacu pada kode / standar dan publikasi yang lazim dipakai yang dikeluarkan
oleh badan / institusi antara lain sebagai berikut :
BAKOSURTANAL : Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional

D. SUBMITTAL
Sebelum melaksanakan pekerjaan pengukuran dan setting out, kontraktor harus
membuat rencana kerja untuk diajukan kepada Direksi guna mendapat persetujuan.
Rencana kerja yang dibuat harus mencakup penjelasan antara lain :
- Metode pengukuran;
- Daftar alat yang akan digunakan;
- Kualifikasi dan daftar personil.

35
E. PERSYARATAN UMUM
a) Tenaga Kerja
Pekerjaan pengukuran dan setting out harus dilakukan oleh pekerja yang
kompeten dan berpengalaman, yang memenuhi kualifikasi untuk menjamin
terlaksananya pekerjaan ini dengan baik.
b) Peralatan
- Kontraktor harus menyediakan semua peralatan dan kelengkapan yang
diperlukan yang memenuhi syarat untuk melaksanakan pekerjaan ini.
- Peralatan berupa (Total Station/Theodolite) dan Waterpass beserta
kelengkapannya.
- Semua peralatan dan kelengkapan yang disediakan Kontraktor harus
mendapat persetujuan dari Direksi.
- Semua peralatan pengukuran secara periodik harus diperiksa dan
dikalibrasi oleh badan / institusi yang berwenang.
c) Akurasi Pengukuran
- Keakuratan data pengukuran harus dalam batas-batas yang lazim dipakai.
- Standard akurasi traverse harus memenuhi batasan yang ditentukan pada
tabel 4.1.

Traverse for Traverse for


Item
additional fixed point setting out
Perbedaan azimut pada dua
waktu pengamatan 25 50
Kesalahan penutup azimut 2”0 5”0

Kesalahan penutup sudut 20 n 30 n


Kesalahan penutup koordinat
1 : 10,000 1 : 5,000
/jarak

Tabel 4.1. Standard akurasi traverse


- Leveling harus diukur pada 2 (dua) arah (pulang – pergi) di antara 2 (dua)
titik elevasi tetap dari basic survey loop closure dengan benchmark yang
sama.
- Perbedaan 2 (dua) pengukuran terhadap titik tetap tidak boleh lebih besar

dari 12 mm k , dengan K = total jarak leveling (Km).


- Semua hitungan dan gambar untuk pekerjaan triangulasi termasuk data
pengukuran harus disimpan dengan baik oleh Kontraktor.

36
F. BENCHMARK
a) Apabila Kontraktor menggunakan benchmark yang ada di lapangan sebagai
dasar pengukuran, maka kebenaran data benchmark tersebut adalah menjadi
tanggung jawab Kontraktor.
b) Kontraktor harus membuat kontrol point yang diperlukan untuk penetapan titik /
lokasi pada pekerjaan utama.
c) Kontraktor harus menjaga keutuhan benchmark dan kontrol point yang ada di
lapangan selama masa konstruksi.
d) Benchmark yang dibuat oleh kontraktor harus dari bahan baja galvanis atau
baja tuang. Titik tetap harus dibuat dari baut baja yang ditanam pada patok
beton yang cukup stabil dan harus mendapat persetujuan Direksi. Benchmark
yang dibuat harus diberi tanda deskripsi dengan jelas.

G. SETTING OUT
a) Sebelum memulai pekerjaan pengukuran, Kontraktor harus menyerahkan
kepada Proyek untuk mendapatkan persetujuan metode dan peralatan yang
akan digunakan untuk pengukuran situasi dan detail letak tampung melintang.
b) Pekerjaan Pengukuran harus dilakukan bersama-sama dengan pengawas
pengukuran. Hasil pengukuran harus disetujui oleh Assisten Survey dan
Desain.
c) Patok-patok dan hurufnya harus dicat dengan warna sesuai dengan ketentuan
Proyek dan Petunjuk Direksi.
d) Patok-patok harus dibuat dari kayu kelas 2 dengan ukuran diameter 10 cm,
dipancang ke dalam tanah 60 cm, di atas tanah 40 cm, kecuali patok poligon
dan Water Pass diameter 6 cm, dipancang 50 cm, diatas tanah 25 cm.
e) Patok As
- Untuk pekerjaan galian pipa, Kontraktor harus memasang patok-patok as
sepanjang trase pipa.
- Ukuran dari patok-patok as paling kecil harus : diameter 6 cm, panjang 75
cm dan dipancangkan ke dalam tanah 60 cm. Patok-patok dicat dan setiap
patok diberi kode nomor.
f) Patok petunjuk
- Harus dibuat patok petunjuk dari kayu kelas 2 yang dikaitkan berdasarkan
patok as tanggul.
- Ukuran dari patok-patok petunjuk ini paling kecil harus: diamater 10 cm,
panjang 100 cm, dan dipancangkan ke dalam tanah 60 cm, dicat biru dan
harus diberi keterangan-keterangan dengan warna putih sebagai berikut :
(i) Nomor Patok;
(ii) elevasi dari uncak patok;
(iii) jarak dari as rencana;
(iv) elevasi dari pekerjaan rencana.
- Patok-patok petunjuk ini harus dilindungi selama pelaksanaan pekerjaan
dan tidak akan dipindahkan atau ditimbun.
- Profil-profil melintang tanggul rencana harus dibuat tiap 50 meter. Profil-
profil harus dibuat dari bambu utuh lurus dan dengan diameter paling kecil
40 mm dan sambungan-sambungan dikuatkan dengan paku atau tali.

37
g) Untuk pekerjaan, Kontraktor harus melakukan setting out dengan
menempatkan patok-patok bantu pada setiap sudut dan – bouw plank/papan
pembantu pada bagian-bagian yang membutuhkan.
h) Untuk Tapak Bangunan, dan Jaringan Pipa paling sedikit harus memperlihatan:
- Jarak patok bantu maupun papan bantu terhadap bangunan.
- As Bangunan.
- Elevasi rencana, pondasi, reservoir.
- Profil-profil bangunan yang berbentuk tegak, miring, maupun lengkung
diperlihatkan dengan papan-papan bantu paling sedikit 3 (tiga) tempat
(Kanan, kiri, tengah).
-
1. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN
a) Pengukuran
Pengukuran pembayaran dilakukan mengikuti prosentase kumulatif progres
pekerjaan dengan ketentuan akan dibayar 100% bilamana keseluruhan data-
data ukur, hasil perhitungan dan gambar-gambar hasil pengukuran yang
disyaratkan telah diserahkan kepada direksi.
b) Pembayaran
Pembayaran didasarkan atas satuan lump sum (LS) sesuai yang tercantum
dalam Daftar Kuantitas dan Harga.

Jenis Satuan Pengukuran


Uraian
Pembayaran
1 Survey Pengukuran Uietzet m1

2.2.1. Investigasi Geoteknik


2.2.1.1. Umum
Pekerjaan ini meliputi Penyelidikan tanah di lokasi Pekerjaan, dengan pekerjaan
sebagai berikut :
a) Bor inti sebanyak 8 titik dengan kedalaman 4 meter (total 32 m)
b) Hand bor 5 titik
c) Analisa Labolatorium 8 Sample

2.2.1.2. Pengajuan Kesiapan Kerja


Kontraktor harus menyerahkan pengajuan kesiapan pekerjaan kepada Direksi
Pekerjaan sebelum dimulainya pekerjaan, yaitu :
- Gambar detail titik lokasi pengeboran untuk pengambilan sample.
- Menyerahkan daftar peralatan yang akan digunakan dalam pekerjaan
Investigasi Geoteknik Daftar personil/tenaga kerja dan perlatan minimal yang
digunakan untuk melakukan pekerjaan.
- Menentukan lokasi untuk melakukan uji labolatorium dan harus dengan
persetujuan direksi

2.2.1.3. Peralatan
Peralatan yang digunakan disesuaikan dengan pekerjaan yang dilaksanakan.

38
2.2.1.4. Prosedur Pelaksanaan

- Pengambilan sample tanah disesuaikan dengan gambar rencana atau sesuai


dengan arahan Direksi Pekerjaan.
- Pengambilan sample Tanah sebanyak 8 titik sample dengan kedalaman masing-
masing titik 4 meter

2.2.1.5. Pengukuran dan Pembayaran

Ukuran pembayaran Investigasi Geoteknik berdasarkan harga satuan yang telah


ditetapkan dalam Bill Off Quantity (BOQ). Harga satuan tersebut telah termasuk
seluruh biaya pekerja, bahan-bahan dan peralatan yang dipergunakan.

Jenis Satuan Pengukuran


Uraian
Pembayaran
1 Investigasi Geoteknik Ls

2.3. DIREKSI KEET, GUDANG DAN BARAK PEKERJA

A. Umum
Kontraktor harus menyediakan kantor lapangan dan Direksi keet, gudang, barak
pekerja serta fasilitasnya dengan cara melakukan sewa bangunan/rumah
penduduk di sekitar lokasi pekerjaan dengan memperhatikan kapasitas kecukupan
ketersediaan ruang dan kelayakan bangunan. Kontraktor juga bisa melakukan
pembangunan sendiri untuk penyediaan fasilitas di atas. Penyediaan sarana
prasarana tersebut memperhatikan prinsip dasar sebagai berikut:
a) Kontraktor harus mentaati semua peraturan Pemerintah Pusat maupun
Pemerintah Daerah.
b) Kantor dan fasilitasnya harus ditempatkan sesuai dengan lokasi umum dan
denah lapangan, penempatannya harus diusahakan sedekat mungkin dengan
daerah kerja (site) dan telah mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
c) Bangunan yang dibuat harus mempunyai kekuatan struktural yang baik, tahan
cuaca, dan elevasi lantai yang lebih tinggi dari tanah di sekitarnya.
d) Bangunan untuk penyimpanan bahan harus diberi bahan pelindung yang cocok
sehingga bahan-bahan yang disimpan tidak akan mengalami kerusakan.
e) Kantor lapangan dan gudang sementara harus didirikan di atas fondasi yang
mantap dan dilengkapi dengan penghubung untuk pelayanan utilitas.
f) Bahan, peralatan dan perlengkapan yang digunakan untuk bangunan dapat
menggunakan yang baru, atau yang bekas, tetapi dengan syarat harus dapat
berfungsi, cocok dengan maksud pemakaiannya sesuai dengan persetujuan
Direksi Pekerjaan.
g) Lahan untuk kantor lapangan dan semacamnya harus layak untuk ditempati
bangunan, bebas dari genangan air, diberi pagar keliling, dan minimum
dilengkapi dengan jalan masuk berkerikil serta tempat parkir.
h) Kontraktor harus menyediakan alat pemadam kebakaran dan kebutuhan P3K
yang memadai di seluruh barak, kantor, gudang, dan bengkel.

39
B. Persyaratan Pelaksanaan
1. Direksi Keet dan Kantor Kontraktor
Untuk menunjang pelaksanaan pekerjaan jalan, Kontraktor harus menyediakan
kantor dan fasilitas penunjang yang menenuhi ketentuan sebagai berikut:
a) Kontraktor harus menyediakan akomodasi dan fasilitas kantor yang cocok
dan memenuhi kebutuhan proyek.
b) Ukuran kantor dan fasilitasnya sesuai untuk kebutuhan umum Kontraktor
dan harus menyediakan ruangan yang digunakan untuk rapat kemajuan
pekerjaan.
c) Kontraktor harus memiliki alat komunikasi yang dapat berkomunikasi
dengan jelas dan dapat diandalkan antara kantor pemilik, kantor Tim
Konsultan Supervisi Lapangan dan titik terjauh di lapangan.
d) Tempat penyimpanan gambar dan arsip untuk dokumentasi proyek
ditempatkan di dalam atau dekat dengan ruang rapat.
e) Disediakan tempat untuk memasang panel/papan informasi pelaksanaan
pekerjaan
f) Mempunyai Lahan parkir yang memadai untuk direksi, kontraktor dan
konsultan serta tamu undangan ketika dilakukan monitoring dan evaluasi
pekerjaan
g) Memiliki Prasarana dan sarana sanitasi yaitu toilet dengan air bersih yang
memadai.
2. Gudang dan Barak Pekerja
Untuk menunjang pelaksanaan pekerjaan jalan, Kontraktor harus menyediakan
Gudang dan Barak Pekerja dengan menenuhi ketentuan sebagai berikut:
a) Bangunan gudang dan barak pekerja harus ditempatkan berada tidak jauh
dari lokasi pekerjaan.
b) Perkampungan/barak staf kontraktor dan pemondokan buruh harus
dilengkapi dengan semua pelayanan yang perlu seperti kamar mandi,
saluran pembuang, penerangan, jalan, gang tempat parkir, pemagaran,
kesehatan, ruang masak, pencegahan kebakaran dan peralatan
pencegahan api sesuai dengan batas yang ditentukan dalam kontrak.
c) Kontraktor supaya juga melengkapi keperluan air bersih dan penerangan
yang cukup untuk, perkampungan stafnya, pemondokan buruh, bengkel
dan tempat lainnya di daerah kerja.
d) Kontraktor harus menyiapkan beberapa shelter atau tenda untuk
melindungi pekerja dari cuaca hujan dan beristirahat, jika lokasi pekerjaan
yang sedang dilaksanakan jauh dari lokasi barak pekerja

C. Cara Pengukuran dan Pembayaran


Kegiatan yang diuraikan dalam seksi ini akan dibayar dengan cara lumpsum,
pembayaran tersebut merupakan kompensasi penuh untuk pembuatan,
penyediaan, pelayanan, pemeliharaan, pembersihan, dan pembongkaran semua
bangunan tersebut setelah pekerjaan selesai.
Pembayaran biaya lumpsum ini akan dilakukan dalam dua angsuran sebagai
berikut:
a) 80% (delapan puluh persen) apabila semua item sudah disediakan oleh
Kontraktor dan sarana prasarana berfungsi dengan baik serta mendapat
persetujuan dari Direksi.

40
b) 20% (dua puluh persen) apabila pekerjaan dinyatakan telah selesai oleh
Direksi dan telah dilakukan demobilisasi peralatan dan tenaga kerja oleh
Kontraktor.

Jenis Satuan Pengukuran


Uraian
Pembayaran
Penyediaan Direksi Keet,
1 m2
Gudang Dan Barak Pekerja

2.4. PENYELENGGARAAN KEGIATAN SMKK

A. Umum
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK) merupakan bagian
dari sistem manajemen pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi dalam rangka menjamin
terwujudnya Keselamatan Konstruksi. Keselamatan Konstruksi diartikan segala
kegiatan keteknikan untuk mendukung Pekerjaan Konstruksi dalam mewujudkan
pemenuhan standar keamanan, keselamatan, kesehatan dan keberlanjutan yang
menjamin keselamatan dan kesehatan tenaga kerja keselamatan publik, harta
benda, material, peralatan, konstruksi dan lingkungan.
Sesuai Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Republik
Indonesia Nomor 10 Tahun 2021 Tentang Pedoman Sistem Manajemen
Keselamatan Konstruksi, Setiap Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa dalam
penyelenggaraan Jasa Konstruksi harus menerapkan SMKK. Penyedia Jasa yang
harus menerapkan SMKK merupakan Penyedia Jasa yang memberikan layanan:
a. Konsultasi manajemen penyelenggaraan konstruksi;
b. Konsultansi Konstruksi pengawasan;
c. Pekerjaan Konstruksi; dan
d. Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi.

Penerapan SMKK sebagaimana harus memenuhi Standar Keamanan,


Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan. Penerapan SMKK dimuat dalam
dokumen SMKK yang terdiri atas:
a. Rancangan konseptual SMKK;
b. Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK);
c. Rencana Mutu Pekerjaan Konstruksi (RMPK);
d. Program Mutu;
e. Rencana Kerja Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan (RKPPL)
f. Rencana Manajemen Lalu Lintas Pekerjaan (RMLLP).

Komponen kegiatan penerapan SMKK merupakan penjelasan penerapan SMKK


yang paling sedikit terdiri atas:
a. Risiko Keselamatan Konstruksi;
b. UKK; dan
c. Biaya Penerapan SMKK.

B. Resiko Keselamatan Konstruksi


1. Penetapan Resiko Keselamatan Konstruksi

41
Risiko Keselamatan Konstruksi untuk pekerjaan ini adalah resiko besar karena
memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Pekerjaan system penyediaan air baku, mempunyai kedalaman galian >1,5
m mempunyai resiko besar
b. Berdasarkan nilai pekerjaan senilai 90 – 100 Milyar dengan jangka waktu
pelaksanaan lebih dari 8 bulan

Berdasarkan lampiran Permen PUPR Nomor 10/PRT/M/2021, Dalam hal


Pekerjaan Konstruksi memiliki Risiko Keselamatan Konstruksi besar
sebagaimana dimaksud perbandingan jumlah personil Keselamatan Konstruksi
dengan jumlah tenaga kerja konstruksi berupa 1:40 (satu banding empat puluh)
sehingga harus mempunyai personel Keselamatan Konstruksi paling sedikit 2
(dua) orang yang terdiri atas:
a. 1 (satu) orang Ahli Utama K3 Konstruksi dan/atau Ahli Madya K3 Konstruksi
dengan pengalaman paling singkat 3 (tiga) tahun; dan
b. 1 (satu) orang Ahli Muda K3 Konstruksi dengan pengalaman paling singkat
3 (tiga) tahun.

1. Identifikasi Bahaya K3
Berdasarkan analisis resiko pada pekerjaan ini, terdapat beberapa identifikasi
bahaya sebagai berikut:

Tabel 1. Identifikasi Bahaya Pekerjaan Optimalisasi Lumbung Air Sukodono di


Kabupaten Gresik
No Tahapan Pekerjaan Identifikasi Bahaya Dampak/Resiko
1 Pekerjaan Persiapan identifikasi bahaya ringan, Terganggunya kesehatan
terjepit, terpeleset tubuh
2 Pekerjaan tanah identifikasi bahaya sedang, Terganggunya kesehatan
terluka karena peralatan gali, tubuh
terpeleset, terjepit
3 Pekerjaan identifikasi bahaya ringan, Terganggunya kesehatan
pemasangan terpeleset, terjepit,tertimpa batu tubuh
Bronjong
4 Pekerjaan Inspeksi identifikasi bahaya ringan, Terganggunya kesehatan
Jalan terpeleset, terjepit tubuh
5 Pekerjaan Drainase identifikasi bahaya sedang, Cacat pada bagian badan,
terkena percikan las, tertindih Terganggunya kesehatan
pipa, terjepit, terpeleset tubuh

D. Unit Keselamatan Konstruksi


Dalam menerapkan SMKK, Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi harus membentuk
UKK. UKK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab kepada unit
yang menangani Keselamatan Konstruksi di bawah pimpinan tertinggi Penyedia
Jasa. UKK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. Pimpinan, harus memiliki kompetensi kerja yang dibuktikan dengan Sertifikat
Kompetensi Kerja di bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi
dan/atau Keselamatan Konstruksi.

42
b. Anggota. harus memiliki kompetensi kerja yang dibuktikan dengan
kepemilikan Sertifikat Kompetensi Kerja Konstruksi. Untuk pekerjaan ini terdiri
paling tidak petugas Keselamatan Konstruksi atau Petugas K3 Konstruksi,
petugas tanggap darurat dan petugas pengatur lalu lintas.
Tanggung jawab penerapan pengendalian mutu Pekerjaan Konstruksi melekat pada
pimpinan tertinggi Penyedia Jasa dan pimpinan UKK. Dalam hal Pekerjaan
Konstruksi berisiko Keselamatan Konstruksi sedang atau besar, Penyedia Jasa
Pekerjaan Konstruksi harus membentuk UKK yang terpisah dari struktur organisasi
Pekerjaan Konstruksi.

E. Biaya Penerapan SMKK


Biaya Penerapan SMKK adalah biaya SMKK yang diperlukan untuk menerapkan
SMKK dalam setiap Pekerjaan Konstruksi. Ketentuan biaya penerapan SMKK
sesuai Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Republik
Indonesia Nomor 10/PRT/M/2021 Tentang Pedoman Sistem Manajemen
Keselamatan Konstruksi adalah sebagai berikut:

1. Biaya penerapan SMKK harus dimasukkan pada daftar kuantitas dan harga
dengan besaran biaya sesuai dengan kebutuhan berdasarkan pengendalian
dalam RKK.
2. Biaya penerapan SMKK sebagaimana dimaksud pada ayat menjadi bagian
dari RKK.
3. Biaya penerapan SMKK sebagaimana dimaksud pada ayat paling sedikit
mencakup rincian:
a. Penyiapan RKK, RKPPL, dan RMLLP;
b. sosialisasi, promosi, dan pelatihan;
c. alat pelindung kerja dan alat pelindung diri;
d. asuransi dan perizinan;
e. personel Keselamatan Konstruksi;
f. fasilitas sarana, prasarana, dan alat kesehatan;
g. rambu dan perlengkapan lalu lintas yang diperlukan atau manajemen lalu
lintas); h. konsultasi dengan ahli terkait Keselamatan Konstruksi; dan
h. kegiatan dan peralatan terkait dengan pengendalian Risiko Keselamatan
Konstruksi, termasuk biaya pengujian/pemeriksaan lingkungan.
4. Rincian kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c, huruf f, huruf
g, dan huruf i merupakan barang habis pakai.
5. Pengguna Jasa harus memastikan seluruh komponen biaya penerapan SMKK
dianggarkan dan diterapkan oleh Penyedia Jasa.
6. Biaya penerapan SMKK harus disampaikan oleh Penyedia Jasa dalam
dokumen penawaran.

F. Cara Pengukuran dan Pembayaran


Kegiatan SMK3 ini dibayar secara lumpsum, dengan perincian sebagai berikut :
(1) Dibayarkan 50 % (lima puluh persen) jika semua peralatan APD, rambu-
rambu, papan peringatan, safety line, kotak P3K dan obat-obatannya, dan
semua peralatan dan instrumen untuk mendukung SMK3 sudah diadakan dan
tersedia di lokasi pekerjaan.
(2) Dibayarkan 20 % (dua puluh prosen) jika semua perlatan APD dipakai oleh
semua personil dan tenaga kerja, rambu-rambu, papan peringatan dan safety

43
line dipasang di lokasi pekerjaan selama pekerjaan berlangsung dan atau
selama kondisi pekerjaan dinilai kurang aman jika peralatan tersebut tidak
dipasang.
(3) Dibayarkan 30 % (tiga puluh persen) jika pekerjaan sudah selesai dikerjakan
dan Kontraktor tidak pernah mendapatkan surat teguran terkait
penyelenggaraan SMK3 baik dari konsultan pengawas maupun Direksi Teknis
Pekerjaan. Jika ada surat teguran terkait penyelenggaran SMK3, maka yang
30% (tiga puluh prosen) ini tidak dibayarkan.

Jenis
Uraian Satuan Pengukuran
Pembayaran
Penyelenggaraan Kegiatan
1 Lumpsum
SMK3

2.5. PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN PERLINDUNGAN LINGKUNGAN

A. Pengawasan Pencemaran
1. Umum
a. Kontraktor harus membuat rencana, membangun, mengoperasikan dan
memelihara Fasilitas Pengendalian Pencemaran yang diperlukan untuk
mencegah terjadinya pencemaran air oleh limbah yang masuk ke dalam
sistem drainase yang ada. Fasilitas dan prasarana yang harus mendapatkan
persetujuan dari Direksi dapat berupa sebagian atau keseluruhan dari yang
berikut ini :
 Pengendalian air permukaan dilakukan dengan :
- Bangunan pembelokan saluran untuk mencegah air hujan masuk ke
tempat yang tidak boleh terkena air.
- Pembuatan saluran air yang terletak sejajar garis ketinggian.
- Pembuatan saluran air yang tegak lurus garis ketinggian sebagai
saluran pengumpul.
- Pembuatan kolam penahan sedimen / kantong lumpur.
- Pembuatan bangunan kolam lumbung air.
 Pembatasan lalu lintas kendaraan dan alat-alat berat.
 Meminimalkan luas lahan yang terbuka dengan :
- Operasi pekerjaan secara bertahap.
- Melakuan pekerjaan perlindungan segera setelah selesainya suatu
pekerjaan.
- Melakukan penggebalan rumput atau perlakuan lainnya pada muka
tanah yang terganggu.
 Pembuatan Penangkap Lumpur
- Menggunakan tumpukan jerami di sepanjang saluran drainase atau
tempat-tempat lainnya.
- Pembuatan galengan-galengan.

b. Semua air yang dibelokan atau dipompa harus dibuang pada lokasi yang telah
disetujui Direksi dengan ketentuan tidak kembali lagi ketempat kerja dan tidak
menimbulkan erosi, pencemaran dan gangguan suara bagi pemilik lahan,

44
buruh, pekerja Kontraktor lain dan orang lain disekitar lokasi proyek.
c. Pembuangan sisa bahan bakar dan pelumas dari Barak/Bengkel kerja harus
tidak menimbulkan pencemaran air saluran irigasi.
d. Sebelum pekerjaan dilaksanakan diberbagai lokasi, semua peralatan
pencegah pencemaran yang telah disetujui harus sudah ditempatkan di lokasi
dan siap dioperasikan.

B. Perencanaan Pemantauan Pencemaran


a. Kontraktor diharuskan menyiapkan dan menyampaikan Perencanaan
Pemantauan Pencemaran, selambat-lambatnya 30 hari sebelum memulai
pekerjaan di lapangan. Penekanan penting terutama pada disain dan
pemeliharaan peralatan pencegahan sedimen, erosi dan polusi suara.
Bersamaan dengan penyusunan rencana tersebut, Kontraktor diharapkan
mengurus ijin dari instansi yang berwenang guna membuang air di lokasi
proyek.

b. Perencanaan Pollution Control harus merinci lokasi, metode kerja, jalur


saluran drainase, peralatan penangkap lumpur termasuk pemerliharaan
peralatan sesuai tahapan kontrak. Setelah mendapat persetujuan dari instansi
terkait, maka rencana tersebut harus dilaksanakan secara ketat.

C. Kualitas Limbah
a. Kualitas limbah yang dialirkan ke dalam lumbung air melalui saluran
inflow/saluran mata air untuk jaringan pemenuhan kebutuhan air baku sesuai
standard baku mutu yang telah ditetapkan.
b. Satu copy standar baku mutu limbah harus sudah disampaikan kepada Direksi
sebelum dilaksanakan pembuangan limbah.

D. Pengujian
a. Kontraktor diminta melakukan pengujian kualitas limbah sesuai standard baku
mutu. Hasil pengujian tersebut harus sudah disampaikan dalam waktu 7 hari
setelah diterimanya hasil test.
b. Jika Direksi mempertimbangkan bahwa kualitas limbah dirasakan
memburuk/disebabkan berbagai kegiatan di lapangan, maka Kontraktor harus
melakukan pengujian tambahan terhadap kualitas limbah, sesuai pengarahan
Direksi.
c. Pengujian yang dilakukan harus meliputi, tetapi tidak hanya terbatas pada
pengujian kandungan bahan padat, PH tes yang dilaksanakan langsung oleh
Kontraktor dan kandungan oxygen (DO) dan Biological Oxigen Demand
(BOD) yang dilakukan laboratorium yang diakui.

E. Pemeliharaan Gudang Bahan Bakar dan Mesin


1. Persyaratan
Kontraktor diharuskan membuat Tembok pembatas disekitar lokasi
penyimpanan bahan bakar. Tinggi tembok dibuat cukup memadai, menampung
1 atau 1,5 kali isi fasilitas penyimpanan bahan bakar.

45
2. Drainase
Drainase dari tempat gudang bahan bakar dan pemeliharaan harus diolah untuk
menghilangkan bahan bakar/pelumas. Dimana drainase melewati tembok
pembatas Kontraktor harus melengkapi peralatan untuk mencegah aliran
sehingga tumpahan bahan bakar atau bahan cair lainnya dapat ditahan didalam
tembok pembatas.
3. Pencemaran Tanah
Tanah yang tercemar akibat kebocoran minyak harus dibuang ketempat
pembuangan yang disetujui oleh Direksi.

F. Cara Pengukuran dan Pembayaran


Kegiatan yang diuraikan dalam seksi ini akan dibayar dengan cara lumpsum,
pembayaran tersebut merupakan kompensasi penuh untuk pengawasan,
pengelolaan dan pemantauan pencemaran yang dilakukan .
Pembayaran biaya lumpsum ini akan dilakukan dalam tiga angsuran sesuai
laporan pemantauan lingkungan yang diserahkan kepada Direksi sebagai berikut:
a. 30% (tiga puluh persen) apabila telah dilakukan pemantauan awal kondisi
lingkungan kerja oleh tim ahli lingkungan dan semua laporan perencanaan
pemantauan lingkungan sudah diterima dengan baik serta mendapat
persetujuan dari Direksi.
b. 70% (tujuh puluh persen) apabila pekerjaan pemantauan dan pengelolaan
lingkungan dinyatakan telah selesai oleh Direksi dan laporan pelaksanaan
pemantauan dan pengelolaan lingkungan telag diterima dengan baik oleh
Direksi.

Jenis
Uraian Satuan Pengukuran
Pembayaran
Pemantauan dan Pengelolaan
1 Ls
Lingkungan

2.6. PEKERJAAN TANAH


2.6.1. Galian Tanah Dengan Alat Dimuat Dalam DT dibuang sejauh 1KM
2.6.1.1. Umum
Pekerjaan ini harus mencakup penggalian dan pembentukan profil yang akan
dibuat. Penggalian disesuaikan dengan gambar rencana atau menurut perintah Direksi
Pekerjaan atau Konsultan Supervisi (bila ada).
Semua pekerjaan tanah dari beberapa bagian harus dilaksanakan menurut ukuran
ketinggian yang ditunjukkan dalam gambar, atau menurut ukuran dan ketinggian lain,
yang mungkin akan diperintahkan oleh Direksi. Ukuran yang berdasarkan atau
berhubungan dengan ketinggian tanah, atau jarak terusan harus ditunjukkan kepada
Direksi lebih dahulu, Seluruh galian dikerjakan sesuai dengan garis-garis dan bidang-
bidang yang ditunjukkan dalam gambar atau sesuai dengan yang ditunjukkan dalam
gambar kerja atau sesuai dengan yang diarahkan/ditunjukkan oleh Direksi, bila ada
galian yang perlu disempurnakan seharusnya diinformasikan ke Direksi untuk ditinjau.
Tidak ada galian yang langsung/ ditutupi dengan tanah/beton tanpa diperiksa terlebih
dahulu oleh Direksi. seluruh proses pekerjaan menjadi tanggung-jawab Penyedia Jasa.
Kemiringan yang rusak atau berubah, karena kesalahan pelaksanaan harus diperbaiki

46
oleh dan atas biaya Penyedia Jasa. Apabila pada saat pelaksanaan penggalian terdapat
batu-batu besar dengan diameter lebih besar dari 1.00 m yang tidak dapat disingkirkan
dengan alat Excavator, maka penyedia jasa melapor kepada direksi pekerjaan untuk
menindak lanjuti pekerjaan tersebut atas keputusan bersama.
Pengukuran untuk pembayaran pada galian tanah biasa akan dibuat dalam meter
kubik dimana tanah galian dari permukaan tanah sampai yang sesuai ditunjukan dalam
garis-garis bidang yang sesuai dalam gambar. Pembayaran untuk galian tanah biasa
dibuat dalam meter kubik untuk item dalam BOQ. Selama proses penggalian tanah agar
secara langsung dipisahkan dan ditumpuk pada suatu tempat yang disetujui Direksi,
material yang layak / bisa dipakai untuk timbunan dan material yang tidak layak. Material
yang layak selanjutnya akan dipakai untuk timbunan tanah biasa dan timbunan kembali,
sedangkan material yang tidak layak selanjutnya akan dibuang keluar. Penyedia Jasa
harus menguasai medan kerja sehingga penumpukan material yang bisa dipakai untuk
timbunan ditempatkan pada lokasi yang sedekat-dekatnya dengan lokasi yang
memerlukan timbunan.Harga satuan termasuk upah buruh, bahan dan peralatan yang
diperlukan untuk penggalian, perapihan dan kemiringan talud temasuk usaha
pencegahan biaya longsor, pembuatan tanggul kecil pada bahu galian dan timbunan
kecil apabila dianggap perlu oleh Direksi. Pengaturan, pembuangan tanah yang tak
terpakai ataupun yang berlebihan kecuali ditetapkan lain dalam bagian yang terpisah
dalam daftar volume dan biaya pekerjaan misalnya item pemompaan atau pembuatan
buatan dan pemeliharaan penampungan air yang dilaksanakan dengan baik selama
pelaksanaan pekerjaan.
Penggalian tanah termasuk untuk galian struktur dan saluran, penggalian untuk
bangunan harus dilaksanakan dengan cara yang paling aman hingga mencapai elevasi
yang disetujui Direksi. Kecuali ditunjukan dengan jelas pada gambar atau telah
ditetapkan oleh Direksi. Pekerjaan galian tanah untuk bangunan harus dilaksanakan
dengan kemiringan dan dimensi sebagai berikut :

Uraian Bangunan diatas Tanah Pasir

Kemiringan Galian 1V : 2H

Jarak Datar dari Tepi Pondasi 1m


Lebar Berm pada saat ketinggian 3
2m
m

Selama pelaksanaan pekerjaan ada kemungkinan oleh Direksi pekerjaan


bilamana dianggap perlu atau diinginkan untuk mengubah kemiringan galian atau
dimensi galian dari ketentuan yang telah ditetapkan, setiap penambahan ataupun
pengurangan dari total volume galian sebagai akibat dari perubahan tersebut akan
diperhitungkan dalam pembayaran dasar dan kemiringan tepi galian dimana konstruksi
akan ditempatkan/harus diselesaikan dengan rapih dan teliti dengan ukuran-ukuran
yang tepat seperti yang ditetapkan dalam gambar atau ditetapkan Direksi, dan
permukaan dasar galian disiapkan sedemikian rupa menj amin pondasi yang kuat.
Apabila terdapat material alam pada lokasi galian pondasi yang mengganggu selama
pelaksanaan penggalian, maka hal tersebut harus dipadatkan ditempat atau disingkirkan

47
atau diganti dengan tanah timbunan pilihan yang sesuai atau beton atas biaya Penyedia
Jasa. Pekerjaan galian tanah untuk bangunan akan diukur sebagai dasar pembayaran.

2.6.1.2. Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk pekerjaan galian tanah dengan alat adalah excavator,
dan alat bantu seperti keranjang, gerobak atau kereta dorong, dan alat-alat lainnya.

2.6.1.3. Prosedur Penggalian


 Kontraktor harus menyerahkan gambar detail penampang bangunan yang
menunjukan elevasi tanah asli dan elevasi rencana sebelum pelaksanaan
penggalian dilaksanakan.
 Sebelum penggalian, kontraktor harus membuat bouplank dari kayu dengan ukuran
sesuai gambar atau sesuai yang diperintahkan Direksi Pekerjaan atau Konsultan
Supervisi (bila ada).
 Penggalian dilakukan dengan menggunakan alat excavator.
 Tanah hasil galian harus dibuang, dibentuk dan dirapikansesuai perintah Direksi
Pekerjaan atau Konsultan Supervisi (bila ada).
 Hasil galian harus dibuang dari lokasi bangunan.

2.6.2. Mengangkut Tanah Dengan Dumptruck Sejauh 1 Km


2.6.2.1. Umum
Tanah hasil galian harus dibuang keluar lokasi dengan jarak pembuangan sejauh 1,00
Km.
2.6.2.2. Peralatan
Menggunakan alat antara lain Excavator dan DumpTruck.
2.6.2.3. Pengajuan Kesiapan Kerja
Kontraktor harus menyerahkan pengajuan kesiapan pekerjaan kepada Direksi
Pekerjaan atau Konsultan Supervisi (Bila ada) sebelum dimulai pekerjaan:
 Gambar detail penampang melintang dan memanjang yang menunjukan elevasi
tanah asli sebelum pembuangan tanah dilaksanakan.
 Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan atau Konsultan Supervisi
(Bila ada) suatu catatan tertulis tentang lokasi dan kondisi tanah, peralatan yang
digunakan untuk melakukan pembuangan tanah, bila belum ada penyerahan catatan
tersebut kontraktor tidak diperkenankan melakukan pembuangan tanah).
 Kontraktor harus menyerahkan daftar dan jumlah peralatan yang digunakan untuk
melakukan pekerjaan pembuangan tanah. Minimal alat yang digunakan diantaranya
Excavator, Dump Truck dan lain-lain. Jumlah alat disesuaikan kebutuhan lapangan
dan batas waktu pelaksanaan proyek.
 Kontraktor harus menyerahkan rencana K3 untuk pekerjaan pembuangan tanah.
 Setelah mendapatkan persetujuan dari Direksi Pekerjaan atau Konsultan
Supervisi(Bila ada) baru dilaksanakan pekerjaan tersebut.

48
2.6.2.4. Pembuangan Bahan Galian
 Bahan galian yang mengandung tanah yang sangat organik, tanah gambut, sejumlah besar
akar atau bahan tetumbuhan lainnya dan tanah kompresif yang menurut pendapat Direksi.
Pekerjaanakan menyulitkan pemadatan bahan diatasnya atau mengakibatkan setiap
kegagalan atau penurunan yang tidak dikehendaki, harus diklasifikasikan sebagai bahan
yang tidak memenuhi syarat untuk digunakan sebagai timbunan dalam pekerjaan
permanent.
 Setiap bahan yang tidak disetujui oleh Direksi Pekerjaan harus dibuang oleh Kontraktor di
luar lokasi yang telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan atau Konsultan Supervisi (Bila ada).
2.6.2.5. Prosedur Pembuangan Tanah
 Pembuangan tanah harus dilaksanakan menurut kelandaian, garis dan elevasi yang
ditentukan dalam gambar rencana atau ditunjukanoleh Direksi Pekerjaandan harus
mencakup pembuangan semua bahan dalam bentuk apapun yang dijumpai, termasuk
tanah, batu, batu bata, beton, pasangan batu dan bahan perkerasan lain, yang tidak
digunakan untuk pekerjaan permanent.
 Pekerjaan pembuangan tanah harus dilaksanakan dengan gangguan seminimal mungkin
terhadap bahan dibawah dan diluar batas galian.
 Tanah hasil galian harus dibuang keluar lokasi dengan menggunakan alat DumpTruck
sejauh 1-5 km dari lokasi penggalian.
 Tanah hasil pembuangan tanah harus dirapikan atau dibentuk sesuai dengan gambar
rencana atau menurut persetujuan Direksi Pekerjaan atau Konsultan Supervisi (Bila ada).
2.6.2.5. Pengukuran dan Pembayaran Untuk Galian
Pengukuran untuk pembayaran dari setiap klasifikasi material galian harus dibuat
menurut batas, tingkatan dan ukuran yang ditunjukkan dalam gambar atau sesuai dengan
petunjuk Direksi dan pengukuran tersebut didasarkan pada permukaan tanah asli sebelum
galian, yang disetujui oleh Direksi. Kelas material galian akan ditentukan berdasarkan analisa
dan pertimbangan Direksi sendiri.
Sebelum dimulainya dan segera setelah penyelesaian penggalian, pembayaran akan
dilaksanakan sesuai dengan kuantitas yang diukur dengan metode survey, Penyedia Jasa
harus melaksanakan survey pengukuran yang memadai untuk menentukan dimensi / ukuran
dan elevasi permukaan asli dan permukaan akhir. Pengukuran ini akan diperiksa secara
bebas oleh Direksi. Tak kurang dari 7 hari kerja sebelum dimulainya survey pengukuran
tersebut, Penyedia Jasa harus menyerahkan plan / rencana yang menunjukkan referensi lay
out, bagian melintang dan metode survey yang digunakan kepada Direksi untuk mendapat
persetujuan.
Referensi batas dan titik diatur pada tanah dan stasiun survey permanen. Tidak
kurang dari dua puluh empat (24) jam sebelum dimulainya pekerjaan survai, Direksi harus
diberitahu. Catatan lapangan asli harus diserahkan kepada Direksi bersama dengan catatan
pengukuran kuantitas actual. Setiap pengukuran yang merupakan dasar kuantitas untuk klaim
pembayaran harus dengan kehadian Direksi. Penyedia Jasa harus memberitahukan tujuan
pengukuran tersebut kepada Direksi.
Pembayaran untuk setiap klasifikasi galian dilakukan sesuai dengan harga satuan
per m3 seperti dicantumkan pada Daftar Kuantitas dan Harga. Harga satuan tersebut sudah
termasuk biaya semua tenaga kerja, peralatan dan material yang diperlukan untuk pekerjaan

49
galian termasuk kontrol erosi dan pekerjaan lainnya yang diperlukan untuk menjaga
penggalian dalam susunan yang baik selama konstruksi.
Harga satuan dalam Daftar Kuantitas dan Harga bagi setiap klasifikasi material untuk
galian, sudah termasuk semua biaya pemindahan material dan penempatan galian ke tempat
pembuangan (spoil bank), material yang dipindah dari galian terbuka yang cocok untuk
digunakan dalam konstruksi permanen akan ditempatkan pada stock pile yang ditunjukkan
pada Gambar untuk digunakan diwaktu yang akan datang atau ditimbun untuk selanjutnya
langsung ditempatkan pada konstruksi permanen, sesuai dengan petunjuk Direksi.
Pengukuran pekerjaan pembuangan galian tanah bekas galian harus diukur untuk
pembayaran sebagai volume ditempat dalam meter kubik bahan yang digali/dipindahkan.
Dasar perhitungan ini haruslah gambar penampang melintang profil tanah asli sebelum digali
yang telah disetujui dan gambar pekerjaan akhir dengan garis, kelandaian dan elevasi yang
disyaratkan atau diterima.
Ukuran pembayaran galian tanah dibuang keluar lokasi dengan alat dibuat
berdasarkan harga satuan setiap permeter kubik (M3) yang telah ditetapkan dalam Bill Of
Quantity. Harga satuan tersebut telah termasuk seluruh biaya pekerja, peralatan, bahan-
bahan dipergunakan, peralatan K3 dan upaya perlindungan keselamatan kerja.

Jenis Satuan
Uraian
Pembayaran Pengukuran
Galian tanah dengan alat di angkut ke
1 M3
disposal/ deposit area sejauh 1 km

2.6.3. PEKERJAAN TIMBUNAN TANAH


2.6.3.1. Timbunan Tanah Embung
2.6.3.1.1. Umum
Pekerjaan timbunan mencakup semua pekerjaan penimbunan untuk meninggikan
tubuh embung, pelandaian atau perbaikan lereng muka hulu dan lereng muka hilir, peninggian
tanggul saluran, penimbunan muka jalan masuk/jalan inspeksi embung, serta bagian-bagian
lain sebagaimana ditunjukkan pada gambar desain. Bahan timbunan harus diambil dari borrow
area yang telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
Pekerjaan penimbunan kembali yaitu penimbunan kembali pada sisi suatu
bangunan/struktur akibat adanya penggalian-pengalian dalam pelaksanaan pembangunan
struktur tersebut. Bahan untuk penimbunan kembali harus diambil dari borrow area terutama
untuk sisi struktur yang berhubungan langsung dengan tubuh embung. sedangkan bahan
untuk penimbunan kembali sisi struktur yang tidak berhubungan langsung dengan tubuh
embung boleh menggunakan bahan galian di sekitarnya yang telah disetujui oleh Direksi
Pekerjaan.
Semua timbunan harus dikerjakan pada garis dan elevasi seperti yang ditunjukkan
dalam gambar yang telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Material untuk timbunan harus
terhindar dari batang pohon, akar, semak, rumput dan benda organik lainnya yang dapat
membusuk.
Timbunan harus dipadatkan dengan alat pemadat seperti sheep foot roller, vibration
roller, stamper dan lain-lain sesuai dengan jenis klasifikasi pekerjaannya, sehingga dapat
mencapai kepadatan yang disyaratkan, Pemakaian alat pemadat harus mendapat persetujuan

50
dari Direksi Pekerjaan. Pekerjaan timbunan harus sudah termasuk pekerjaan pengeringan
genangan air dan pengalian sementara aliran air.

2.6.3.1.2. Lokasi Tanah Timbunan


Bahan untuk timbunan harus diambil dari borrow area atau Stock Pile dan
mendatangkan bahan timbunan dari luar dengan komposisi campuran 50% tanah setempat
dan 50% pendatangan dari luar untuk mendapatkan bahan timbunan sesuai yang
dipersyaratkan seperti ditunjukkan dalam gambar atau ditunjukkan oleh Direksi Pekerjaan.
Kontraktor harus membuat rincian metode pengambilan bahan timbunan, pencampuran dan
pengangkutan dari tempat pengambilan tanah dan harus disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

Kontraktor tidak diperkenankan memulai setiap pekerjaan yang perlu untuk


penyediaan bahan sebelum disetujui oleh Direksi Pekerjaan.Tempat pengambilan tanah harus
dibersihkan terlebih dahulu dari bahan organik seperti akar-akar, rumput, semak, dan benda-
benda lainnya yang dapat membusuk.

2.6.3.1.3. Pengangkutan Bahan Timbunan


Material timbunan harus diangkut ke tempat timbunan dari tempat pengambilan
dan/atau tempat penyimpanan sementara material timbunan, seperti ditunjukkan dalam
gambar atau ditentukan oleh Direksi Pekerjaan.

2.6.3.1.4. Pekerjaan Timbunan, Lantai Kerja Dan Permukaan


Pemadatan timbunan harus dilakukan perlapis dengan maksimum tebal lapisan 20
cm setelah dipadatkan dengan sempurna.
Lapisan tanah permukaan (top soil), tumbuh-tumbuhan, atau bahan organik lainnya
harus dipisahkan dari bahan untuk timbunan. Sebelum memulai penimbunan, permukaan
tempat yang akan ditimbun harus dibersihkan dari rerumputan (distriping minimal 10 cm)
dengan membuang semua material sisa galian dan pekerjaan sementara lainnya. Hasil
pembersihaan harus disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
Bahan timbunan harus di tempatkan sedemikian rupa sehingga dapat dipadatkan
dengan baik tanpa merusak bangunan termasuk instalasi peralatan pemantau perilaku
embung. Pemadatan dekat setiap bangunan harus dilakukan dengan alat pemadat yang
disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Permukaan timbunan yang dipadatkan harus menghasilkan
bentuk yang agak miring untuk memungkinkan mengalirnya air.
Bahan timbunan harus dijaga dan dipertahankan kadar airnya untuk pemadatan.
Kecuali ada ketentuan lain yang diberikan oleh Direksi Pekerjaan, bahan timbunan harus
ditempatkan dan dipadatkan setelah 14 (empat belas) hari sejak pengecoran beton.
Pemadatan material timbunan di atas beton yang dicor tidak boleh dilakukan dengan vibration
roller kecuali ada ijin sebelumnya dari Direksi Pekerjaan.

2.6.3.2. Pemadatan Tanah Dengan Alat


2.6.3.2.1. Umum
Pekerjaan ini harus mencakup penimbunan, pengangkutan, penghamparan
pemadatan dan pembentukan. Penimbunan disesuaikan profil dan elevasi rencana gambar
atau menurut perintah Direksi Pekerjaan atau Konsultan Supervisi (Bila ada).

51
Urugan Tanah dipadatkan tiap ketinggian urugan tanah maksimal 30 cm, secara
berulang-ulang sampai density yang dikehendaki dengan moisture content tertentu, kemudian
dilanjutkan urugan tanah sampai ketinggian 30 cm dan selanjutnya dipadatkan lagi. Kegiatan
ini dilakukan secara menerus sampai ketinggian yang telah direncanakan.
Dalam keadaan dimana moisture content material di lapangan dan distribusi
dari penebaran material tidak memuaskan material tersebut hendaknya dicampur kembali
dengan menggunakan dozer atau grader diperciki atau dikeringkan sebelum pemadatan
sesuai dengan petunjuk tenaga ahli.
Bila moisture content serta distribusi yang dikehendaki dapat dicapai, core material
pada bagian utama hendaknya dikompak lebih dari 12 kali dengan sheep foot roller 20
ton.Jumlah kompaksi bisa diubah bila dikehendaki sesuai dengan saran dan persetujuan
tenaga ahli supaya tidak terjadi over compact pada material inti.
Di dekat batas antara material core dan material filter, kompaksi hendaknya betul-
betul sesuai dengan pendapat dan petunjuk dari tenaga ahli.

2.6.3.2.2. Bahan
Bahan tanah timbunan menggunakan tanah hasil galian dan dicampur dengan
bahan timbunan dari luar dengan komposisi 50% tanah setempat dan 50% tanah dari
luar untuk mendapatkan parameter sesuai dengan desain yang memenuhi syarat teknis
dan mendapat persetujuan oleh Direksi Pekerjaan atau Konsultan Supervisi (Bila ada)
sebagai bahan timbunan.
Material timbunan menggunakan material hasil galian dan mendatangkan dari luar
yang memenuhi syarat untuk dipergunakan sebagai timbunan, setelah diperiksa sifat-sifat
karakteristiknya di laboratorium untuk mendapatkan standar proktor, kemudian dilakukan uji
coba lapangan dengan mempergunakan peralatan yang sesungguhnya untuk mendapatkan
perkiraan jumlah lintasan dan ketebalan pada setiap lapis pemadatan.
Material timbunan diambil dari hasil galian dan mendatangkan dari luar dan angkut
dengan menggunakan dump truck, kemudian dihampar dengan menggunakan Bulldozer,dan
dipadatkan dengan Vibrator Roller. Selama proses pemadatan kadar air tanah timbunan terus
diperhatikan, apabila tanah tampak kering maka dilakukan penyiraman dengan
menggunakan Water tank, dan apabila tanah tampak basah maka proses pemadatan harus
dihentikan sampai kondisi tanah sudah memungkinkan untuk dipadatkan. Proses pemadatan
dilakukan secara bertahap / per lapis minimal 6 lintasan.
Setelah proses pemadatan diperkirakan cukup, kemudian dilakukan pengetesan
dengan menggunakan alat sand cone test, dimana hasil pemadatan harus menunjukkan dry
density mencapai 95 % dari standar proktor. Apabila hasil test pemadatan tidak memenuhi
maka proses pemadatan diulang kembali sampai hasil test memenuhi. Timbunan lapis
berikutnya baru dapat dilakukan setelah test pemadatan lapis sebelumnya memenuhi
kepadatan yang disyaratkan.
Tabel Parameter Bahan Timbunan
Kuat Geser
Bahan Unit Weight
No Timbunan (kN/m3) C Phi 𝞍 Keterangan
(deg) (Kpa) (°)
Bahan Campuran (50%
Timbunan
1 18 15 27-28 25° tanah setempat dan 50%
Embung
dari luar)

52
2.6.3.2.3. Peralatan
Peralatan yang digunakan diantaranya alat pemadat excavator, wheel loader, bulldozer dan
compactor atau sejenisnya, dumptruct, gerobak, keranjang,dan lain-lain.

2.6.3.2.4. Prosedur Pemadatan


 Kontraktor harus menyerahkan gambar detail yang menunjukan elevasi tanah asli dan
elevasi rencana sebelum pelaksanaan penimbunan dilaksanakan.
 Kontraktor harus menunjukan jenis tanah urugan yang akan digunakan dan harus sesuai
dengan speksifikasi syarat teknis sebagai bahan timbunan.
 Tanah timbunan harus dipadatkan secara bertahap atau berlapis dengan alat bantu
pemadat yang sudah mendapat persetujuan Direksi.
 Tinggi batas timbunan pasir harus sesuai dengan gambar rencana atau menurut petunjuk
Direksi.

2.6.3.3. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN


2.6.3.3.1. Pengukuran

Pengukuran kuantitas timbunan dilakukan di tempat dimana pengukuran untuk pekerjaan


timbunan dilakukan sesuai dengan garis batas, tingkatan/elevasi, dan dimensi seperti
diperlihatkan pada gambar atau menurut perintah Direksi Pekerjaan.

2.6.3.3.2. Pembayaran

Pembayaran dihitung menurut harga satuan untuk per m3 timbunan padat yang terdapat
dalam Daftar Kuantitas dan Harga
Harga satuan sebagai yang diajukan dalam Kontrak harus sudah mencakup biaya untuk
mengangkut bahan timbunan, serta pengupasan, penggalian di lokasi pengambilan bahan
timbunan, pengangkutan sampai di lokasi penimbunan, penyiraman bila terlalu kering,
pemadatan serta, biaya lain-lain yang dikeluarkan.

Jenis Satuan
Uraian
Pembayaran Pengukuran
1 Timbunan Tanah dipadatkan M3

2.7. PEKERJAAN COUNTERWEIGHT


2.7.1. BRONJONG MATRAS
2.7.1.1. Umum
Bronjong Matras yang digunakan sebagai pengontrol erosi lereng dan proteksi gerusan lokal.
Jaring kawat anyaman ganda pada unit Bronjong Matras harus diproduksi sesuai dengan EN
10223-3, yang dilapisi dengan dengan Zinc atau Galvanized Class A dan Polimer Tahan
Abrasi Tinggi. Bagian alas, diafragma depan, ujung dan samping unit bronjong matras
merupakan satu kesatuan panel jaring kawat anyaman ganda yang berkesinambungan; yang
dapat dilipat sehingga memudahkan penyimpanan pada fasilitas produksi. Unit Bronjong
Matras disediakan bersama dengan Bracing Vertikal untuk menghubungkan sisi dasar matras
ke sisi penutup selama proses pemasangan di lokasi.

53
Penyedia Bronjong Matras harus memiliki sistem kendali mutu sesuai ISO 9001:2008 yang
disertifikasi oleh Badan sertifikasi eksternal. Penyedia Bronjong Matras juga harus memiliki
sertifikasi produk (atau kualifikasi produk) yang menyatakan bahwa Bronjong Matras
memenuhi standar kualifikasi secara nasional dan internasional yang mengindikasikan
kecocokan terhadap kegunaan produk. Bronjong Matras yang diproduksi adalah produksi
dalam negeri (Bukan Import) yang telah tersertifikasi TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri)
oleh Kementerian Perindustrian.
Bronjong Matras merupakan elemen yang memiliki lebar 2 meter, panjang 6 meter, dan tinggi
bervariasi antara 0.17 meter, 0.23 meter, dan 0.30 meter. Bronjong Matras terbuat dari kawat
anyaman segienam dengan lilitan ganda dengan tipe anyaman 6x8, diameter kawat anyaman
(ID/OD) 2.2/3.2 mm sesuai peraturan pada EN 10223-3:2013.

Gambar Gambar Isometrik Bronjong Matras

Untuk pengaplikasian Bronjong Matras dalam pekerjaan proteksi pada sungai, nilai tegangan
geser (Shear Stress) yang diizinkan dalam kondisi tidak bervegetasi adalah:

Tabel Nilai Tegangan Geser Ijin Bronjong Matras


Tebal Tegangan Geser Ijin (*)
(cm) (N/m2)
17 445
23 534
30 637

* Nilai Uji Flume - Nilai desain bergantung pada prosedur


pemasangan (penggunaan Bracing Vertikal) dan karakteristik batu (D50,
Cu).

Nilai tegangan geser yang diizinkan akan diberikan oleh penyedia tetapi harus disertai dengan
uji skala penuh yang dilakukan di laboratorium terakreditasi pihak ketiga mengikuti metodologi
uji ASTM D6460.
Kekuatan tarik nominal jaring kawat yang dihasilkan harus lebih besar sama dengan 37
kN/m; berdasarkan tes yang dilakukan sesuai dengan EN 10223-3:2013.

54
2.7.1.2. BAHAN
Material Bronjong Matras tersusun atas jaring kawat heksagonal ayaman ganda (Double
Twisted Wire Mesh) berlapis 230 g/m2 Zinc (Galvanized) dan polimer tahan abrasi tinggi
berdasarkan pada standar EN 10244-2, EN 10245-1, ASTM A975-21, dan ISO 7989-2
dengan tipe anyaman 6x8 dan diameter kawat 2.20 mm (EN 10223-3:2013). Inti kawat
berlapis galvanized harus dilindungi dengan lapisan polimer tahan abrasi tinggi berwarna
abu-abu, dengan ketebalan 0.5 mm, yang menghasilkan diameter keseluruhan nominal 3.20
mm.

1. Lapisan Polimer
Lapisan polimer tidak boleh mengandung logam berat dan tahan terhadap:
 Radiasi UV, sesuai dengan ISO 4892-3, tipe 1A: setelah 2.500 jam terpapar QUV-
A, kekuatan tarik dan elongasi saat putus komponen dasar tidak boleh berubah
lebih dari 25% dari hasil pengujian awal. Lapisan polimer tidak boleh melepaskan
phthalates selama proses degradasi.
 Ketahanan terhadap bahan kimia: polimer harus dapat menahan konsentrasi
bahan kimia yang terdapat dalam tanah dan air yang biasanya ditemukan
dalam pekerjaan sipil.
 Pengujian terhadap percepatan penuaan lapisan luar (Outwearing Accelerated
Aging Test): Ketika terpapar Neutral Salt Spray Tests (EN ISO 9227) selama
6000 jam terekspos kawat tidak menunjukan karat coklat gelap lebih dari 5%
DBR (Dark Brown Rust).
 Ketahanan percepatan penuaan saat diuji di lingkungan Sulfur dioksida (EN ISO
6988): setelah 28 siklus pengujian, jaring kawat tidak boleh menunjukkan lebih
dari 5% DBR (Dark Brown Rust),
 Uji abrasi, sesuai dengan prosedur yang dijelaskan pada standar ASTM A975-21,
setelah minimal 400 siklus, lapisan polimer tidak boleh mengekspos kawat logam.

2.7.1.3. Lacing
Cincin baja yang digunakan sebagai pengikat harus terbuat dari baja tahan karat dan
memiliki karakteristik sebagai berikut:

Diameter : 3.00 mm
Kuat Tarik > 1,550 MPa

Kuat Pisah > 2.0 kN


Gambar Kawat Pengikat dan Cincin Baja
2.7.1.4. Bracing Vertikal
Bracing Vertikal memiliki fungsi untuk menghubungkan sisi dasar dan sisi penutup
Bronjong Matras, dan sebagai pengaku unit sehingga isian batu pada matras dapat lebih
rapat. Bracing Vertikal dikirimkan Bersama dengan unit Bronjong Matras yang akan dirakit
di lokasi (1 unit /m2).

55
2.7.1.5. Deklarasi Produk Lingkungan (EPD)
Unit Bronjong Matras harus memiliki Deklarasi Produk Lingkungan / Environmental
Product Declaration (EPD) yang terdaftar dan bersertifikat sesuai dengan ISO 14025 dan
EN 15804 dan harus memenuhi persyaratan minimum dalam hal sustainability yang
diberikan pada Tabel 2. Kinerja/persyaratan sustainability tersebut harus dilaporkan dalam
sertifikat EPD; sertifikasi dari badan yang tidak berwenang atau sertifikat mandiri yang
dikeluarkan oleh pabrik tidak diperbolehkan.

Tabel 2. Environmental and sustainability properties


ISO 14025
Global Warming Potential (GWP 100 years) ≤ 9.99E-01 [kg CO2-
EN 15804 Equiv./kg]

2.7.1.6. PEMASANGAN

Setelah unit Bronjong Matras dirakit dan area pemasangan telah disiapkan, unit yang telah
dirakit sebelumnya harus diletakkan dengan posisi kosong, yang kemudian diikat ke
Bronjong Matras yang berdekatan pada sepanjang tepinya, untuk membentuk unit
struktural monolitik yang terhubung terus menerus. Semua sambungan harus sesuai
dengan EN 10223-3.
Jika diaplikasikan pada lereng, Bronjong Matras harus diletakkan dengan lebar unit tegak
lurus terhadap lereng, kecuali untuk saluran yang sangat kecil. Bronjong Matras harus
ditempatkan dan dipasang dengan aman saat kosong.

Pengisian unit Bronjong Matras dengan batu kemudian dapat dimulai. Bahan pengisi batu
harus disediakan dalam ukuran dan kualitas yang tepat. Batu yang digunakan harus keras,
bersudut, tahan lama, dan dengan kualitas sedemikian rupa sehingga tidak akan hancur
jika terkena air atau pelapukan selama umur struktur. Pengisian harus dilakukan unit demi
unit, tetapi beberapa unit harus siap diisi pada satu waktu. Pastikan bahwa bagian atas
diafragma dapat diakses untuk pemasangan kawat pengikat. Setelah batu ditempatkan di
unit Bronjong Matras, batu disusun hingga mencapai kepadatan maksimum untuk
meminimalkan rongga dan mencapai kepadatan maksimum di Bronjong Matras.

2.7.1.7. Ukuran Standar


Ukuran Bronjong Matras yang akan digunakan dalam konstruksi harus sesuai dengan Tabel
4.

Table 4. Ukuran Standar Bronjong Matras


Ukuran Standar Bronjong Matras
Panjang Lebar Tinggi
(m) (m) (m)
3 2 0.30
4 2 0.30
5 2 0.30
6 2 0.30

2.7.1.8. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN


Ukuran pembayaran Bronjong Matras berdasarkan harga satuan setiap per Meter kubik yang
telah ditetapkan dalam Bill Off Quantity (BOQ). Harga satuan tersebut telah termasuk seluruh
biaya pekerja, bahan-bahan dan peralatan yang dipergunakan.

56
Jenis
Uraian Satuan Pengukuran
Pembayaran
Bronjong Matras Lapis
1 M3
Polimac

2.7.2. BRONJONG
2.7.2.1. Umum
Jaring kawat anyaman ganda pada unit Bronjong harus diproduksi sesuai dengan EN
10223-3:2013, yang dilapisi dengan dengan Zinc atau Galvanized Class A dan Polimer
Tahan Abrasi Tinggi. Bagian alas, diafragma depan, ujung dan samping unit bronjong
merupakan satu kesatuan panel jaring kawat anyaman ganda yang berkesinambungan;
yang dapat dilipat sehingga memudahkan penyimpanan pada fasilitas produksi.
Penyedia Bronjong harus memiliki sistem kendali mutu sesuai ISO 9001:2008 yang
disertifikasi oleh Badan sertifikasi eksternal. Penyedia Bronjong juga harus memiliki
sertifikasi produk (atau kualifikasi produk) yang menyatakan bahwa Bronjong memenuhi
standar kualifikasi secara nasional dan internasional yang mengindikasikan kecocokan
terhadap kegunaan produk. Bronjong yang diproduksi adalah produksi dalam negeri
(Bukan Import) yang telah tersertifikasi TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri) oleh
Kementerian Perindustrian.
Bronjong merupakan elemen yang memiliki lebar 1 meter, panjang 2 meter, dan tinggi
0.50-1.00 meter. Bronjong terbuat dari kawat anyaman segienam dengan lilitan ganda
dengan tipe anyaman 8x10, diameter kawat anyaman (ID/OD) 2.70/3.70 mm sesuai
dengan EN 10223-3:2013.

Gambar 1. Gambar Isometrik Bronjong

Karakterisitik Fungsional

Untuk memungkinkan desain pada kondisi batas Ultimate (ULS) dan Serviceability (SLS),
penyedia bronjong harus menyediakan karakteristik sebagai berikut:

- Tahanan pukul jaring kawat: dilakukan pengujian pada sampel berukuran 1x1 m secara
lateral mengikuti standar ASTM A975;
- Efek degradasi jangka panjang (120 tahun) pada jaring kawat akibat efek kimia dan
57
lingkungan, kerusakan instalasi, paparan sinar UV, dan abrasi;
- Kuat Tarik Nominal: 50 kN/m, dengan pengujian mengikuti standar EN 10223-3:2013

2.7.2.2. BAHAN
Material bronjong tersusun atas jaring kawat heksagonal anyaman ganda berlapis 245
g/m2 Zinc (Galvanized) dan polimer tahan abrasi tinggi berdasarkan pada EN 10244-2,
EN 10245-1, ASTM A975-21, dan ISO 7989-2 dengan tipe anyaman 8x10 dan diameter
kawat 2.70 mm (EN 10223-3:2013). Inti kawat berlapis galvanized harus dilindungi dengan
lapisan polimer tahan abrasi tinggi berwarna abu-abu, dengan ketebalan 0.5 mm, yang
menghasilkan diameter keseluruhan nominal 3.70 mm.

2.7.2.2.1. Lapisan Polimer


Lapisan polimer tidak boleh mengandung logam berat dan tahan terhadap:
 Ketahanan percepatan penuaan saat diuji di lingkungan Sulfur dioksida (EN ISO
6988): setelah 28 siklus pengujian, jaring kawat tidak boleh menunjukkan lebih dari
5% DBR (Dark Brown Rust),
 Pengujian terhadap percepatan penuaan lapisan luar (Outwearing Accelerated
Aging Test): Ketika terpapar Neutral Salt Spray Tests (EN ISO 9227) selama 6000
jam terekspos kawat tidak menunjukan karat coklat gelap lebih dari 5% DBR (Dark
Brown Rust).
 Uji abrasi, sesuai dengan prosedur yang dijelaskan pada standar ASTM A975-21,
setelah minimal 400 siklus, lapisan polimer tidak boleh mengekspos kawat logam.
 Radiasi UV, sesuai dengan ISO 4892-3, tipe 1A: setelah 2.500 jam terpapar QUV-A,
kekuatan tarik dan elongasi saat putus kompon dasar tidak boleh berubah lebih dari
25% dari hasil pengujian awal. Lapisan polimer tidak boleh melepaskan phthalates
selama proses degradasi.
 Ketahanan terhadap bahan kimia: polimer harus dapat menahan konsentrasi
bahan kimia yang terdapat dalam tanah dan air yang biasanya ditemukan dalam
pekerjaan sipil.

2.7.2.2.2. Lacing
Cincin baja yang digunakan sebagai pengikat harus terbuat dari baja tahan karat dan
memiliki karakteristik sebagai berikut:

Diameter : 3.00 mm
Kuat Tarik > 1,550 MPa

Kuat Pisah > 2.0 kN

Gambar 2. Kawat Pengikat dan Cincin Baja

2.7.2.2.3. Deklarasi Produk Lingkungan (EPD)


Unit Bronjong harus memiliki Deklarasi Produk Lingkungan / Environmental Product
Declaration (EPD) yang terdaftar dan bersertifikat sesuai dengan ISO 14025 dan EN

58
15804 dan harus memenuhi persyaratan minimum dalam hal keberlanjutan (sustainability)
yang diberikan pada Tabel 1.
Kinerja/persyaratan keberlanjutan tersebut harus dilaporkan dalam sertifikat EPD;
sertifikasi dari badan yang tidak berwenang atau sertifikat mandiri yang dikeluarkan oleh
pabrik tidak diperbolehkan.

Tabel 1. Properti Ketahanan dan Keberlanjutan Lingkungan


Environmental and sustainability properties
ISO 14025
Global Warming Potential (GWP 100 years) ≤ 9.06E-01 [kg CO2-
EN 15804
Equiv./kg]

2.7.2.3. PEMASANGAN

Setelah unit bronjong dirakit dan fondasi telah disiapkan, unit pra-rakitan harus
ditempatkan pada posisi dalam keadaan kosong dan harus diikat ke bronjong yang
berdekatan untuk membentuk unit struktural monolitik yang terhubung secara terus
menerus. Semua sambungan harus sesuai dengan EN 10223-3; kemudian pengisian
bronjong, baik mekanis maupun manual, dapat dimulai.

Batu harus disediakan dalam ukuran dan kualitas yang tepat. Batuan harus keras,
bersudut, tahan lama dan dengan kualitas sedemikian rupa sehingga tidak akan hancur
jika terkena air atau pelapukan selama umur struktur. Peletakan batu harus dilakukan
sedemikian rupa untuk memastikan bahwa lapisan polimer tidak rusak.

Setelah lapisan batu ditempatkan di dalam boks bronjong, batu harus ditata untuk
meminimalkan rongga dan mencapai kepadatan maksimum di bronjong. Batuan pada
permukaan vertikal yang terbuka harus ditempatkan dengan tangan untuk mengurangi
rongga pada permukaan luar. Unit harus ditimbun hingga sekitar 25-40 mm untuk
memungkinkan penurunan alami.

2. Ukuran Standar
Ukuran bronjong yang akan digunakan dalam konstruksi harus sesuai dengan Tabel 2.

Tabel 2. Ukuran Standar Bronjong


Ukuran Standar Bronjong Matras
Panjang Lebar Tinggi (m)
(m) (m)
1.5 1.0 0.50 – 1.00
2.0 1.0 0.50 – 1.00
3.0 1.0 0.50 – 1.00

2.7.2.4. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN


Ukuran pembayaran Bronjong berdasarkan harga satuan setiap per Meter kubik yang telah
ditetapkan dalam Bill Off Quantity (BOQ). Harga satuan tersebut telah termasuk seluruh
biaya pekerja, bahan-bahan dan peralatan yang dipergunakan.

59
Jenis
Uraian Satuan Pengukuran
Pembayaran
1 Bronjong Polimac M3

2.7.3. BRONJONG ANGKUR


2.7.3.1. UMUM
Bronjong angkur tersusun dari jaring kawat heksagonal anyaman ganda dengan ukuran
jaring 8x10, diameter kawat 2.70/3.70 mm yang berlapis Zinc (Galvanized) dan Lapisan
Polimer Tahan Abrasi Tinggi sesuai dengan EN 10223-3:2013. Lapis polimer tahan abrasi
tinggi yang diaplikasikan memiliki ketebalan 0.50 mm pada kedua sisi kawat sesuai
dengan EN 10245-1 sehingga diameter kawat menjadi 3.70 mm. Lapis polimer tahan
abrasi tinggi mampu memberikan proteksi tambahan pada lingkungan yang tercemar, air,
maupun terhadap risiko korosi. Sistem produksi dan manajemen harus tersertifikasi sesuai
dengan ISO 9001. Penyedia Bronjong Angkur juga harus memiliki sertifikasi produk (atau
kualifikasi produk) yang menyatakan bahwa Bronjong Angkur memenuhi standar
kualifikasi secara nasional dan internasional yang mengindikasikan kecocokan terhadap
kegunaan produk. Bronjong Angkur yang diproduksi adalah produksi dalam negeri (Bukan
Import) yang telah tersertifikasi TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri) oleh
Kementerian Perindustrian. Bronjong angkur diisi dengan batu pada lokasi pekerjaan
untuk membentuk struktur yang fleksibel, permeabel, dan monolitik. Unit bronjong angkur
harus diperkuat dengan kawat tepi yang memiliki diameter lebih besar daripada ukuran
jaring kawat bronjong angkur sesuai dengan EN 10223- 3:2013. Bronjong angkur terbagi
menjadi boks yang terpartisi secara seragam dengan diafragma internal seperti pada
Gambar 1.

Gambar 1. Gambar Isometri Bronjong Angkur

Tabel 1. Ukuran Standar Jaring Kawat


Ukuran Jaring Diameter Jaring Kawat Diameter Jaring Kawat
Tipe Toleransi (mm)
Kawat M (mm) Internal (mm) Eksternal (mm)
8x10 80 ±0.10 2.70 3.70

60
2.7.3.2. BAHAN
2.7.3.2.1. Kawat

Jaring kawat yang digunakan untuk menyusun Bronjong Angkur harus sesuai dengan
spesifikasi sebagai berikut (pengujian pada kawat harus dilakukan sebelum disusun
menjadi jaring kawat):

- Kuat tarik: 350-550 N/mm2, sesuai dengan EN 10223-3:2013;


- Pemanjangan (elongation): tidak kurang dari 8%, sesuai pada EN 10223-3:2013;
- Toleransi kawat: sesuai dengan EN 10218-2 (Class T1) dan ISO 22034-2 (Tabel 2);
- Lapis Zinc (Zn): massa lapisan Zinc minimal harus sesuai EN 10244-2 (Class A) dan
ISO 7989-2 (Tabel 2); Lapisan Zinc harus memiliki lekatan sedemikian sehingga
ketika kawat di ketika kawat dililitkan selama enam putaran di sekitar mandrel yang
memiliki diameter empat kali lipat dari kawat, itu tidak mengelupas atau retak ketika
digosok dengan jari;
- Ketahanan percepatan penuaan saat diuji di lingkungan Sulfur dioksida (EN ISO
6988): setelah 28 siklus pengujian, jarring kawat tidak boleh menunjukkan lebih dari
5% DBR (Dark Brown Rust).

Kawat tepi dan kawat yang digunakan untuk pengikatan bronjong angkur harus memiliki
persyaratan yang sama (kuat tarik dan pelapisan) dengan jaring kawat. Kombinasi
diameter dari jaring kawat, kawat tepi, dan kawat pengikat ditampilkan pada Tabel 2.

3. Tabel 2. Standar diameter kawat

Mesh Wire Selvedge Wire Lacing Wire


Diameter jaring ø mm Int.2.70/Eks. Int.3.40/Eks.4.40 Int.2.20/Eks.3.2
kawat 3.70 0
Toleransi kawat (±) ø mm 0.06 0.07 0.06
Lapisan Galvanis
(Z) minimal g/m2 245 265 230

2.7.3.2.2. Jaring Kawat Heksagonal

Jaring kawat heksagonal anyaman ganda bronjong angkur harus memenuhi persyaratan
sesuai spesifikasi sebagai berikut:
- Kuat tarik: ≥ 50 kN/m; pengujian dilakukan berdasarkan EN 10223-3:2013;
- Tahanan pukul ≥ 67 kN; pengujian dilakukan berdasarkan UNI 11437 dan ISO 17746.

2.7.3.2.3. Lapisan Polimer

- Karakteristik teknis lapisan polimer sesuai dengan EN 10245-1;


- Warna: Abu-abu RAL 7037;
- Radiasi UV, sesuai dengan ISO 4892-3, tipe 1A: setelah 2.500 jam terpapar QUV-A,
kekuatan tarik dan elongasi saat putus kompon dasar tidak boleh berubah lebih dari
25% dari hasil pengujian awal. Lapisan polimer tidak boleh melepaskan phthalates
selama proses degradasi.
- Ketahanan terhadap bahan kimia: polimer harus dapat menahan konsentrasi
bahan kimia yang terdapat dalam tanah dan air yang biasanya ditemukan
dalam pekerjaan sipil.
61
- Pengujian terhadap percepatan penuaan lapisan luar (Outwearing Accelerated
Aging Test): Ketika terpapar Neutral Salt Spray Tests (EN ISO 9227) selama 6000
jam terekspos kawat tidak menunjukan karat coklat gelap lebih dari 5% DBR (Dark
Brown Rust).
- Saat jaring kawat diuji dengan nilai 50% dari kuat tarik nominal berdasarkan pada
EN 10223-3:2013, jaring kawat tidak menunjukkan retakan pada lapisan organis di
area anyaman ganda;
- Uji abrasi, sesuai dengan prosedur yang dijelaskan pada standar ASTM A975-21,
setelah minimal 400 siklus, lapisan polimer tidak boleh mengekspos kawat logam.

2.7.3.2.4. Lacing

Proses pengikatan dapat dilakukan menggunakan kawat pengikat sebagai alternatif dari
cincin baja, dengan jarak maksimal 200 mm.
Cincin baja yang berlapis Zinc (Zn) dengan spesifikasi sebagai berikut dapat digunakan
sebagai alternatif kawat pengikat:
- Diameter: 3.00 mm
- Kuat tarik > 1720 Mpa
- Kuat pisah > 2.0 kN
Ketika cincin baja digunakan, penggunaan alat bantu mekanis atau pneumatik diperlukan.
Prosedur untuk penggunaan kawat pengikat terdiri dari pemotongan kawat, dan memutar
kawat ke jaring kawat. Putaran kawat bergantian antara putaran ganda dan putaran
tunggal sepanjang bukaan jaring kawat, lalu ditarik dengan kuat dan ditutup dengan
pengikatan pada ujung kawat.

3. Gambar 2. Kawat Pengikat dan Cincin Baja

2.7.3.3. PEMASANGAN

Unit bronjong angkur harus dibuka dan ditekan ke bentuk aslinya. Panel depan, belakang,
dan ujung harus diangkat ke posisi vertikal dan diikat bersama. Panel diafragma bagian
dalam harus diangkat ke posisi vertikal dan diikat di bagian depan dan belakang bagian
muka (Gambar 3). Setelah fondasi disiapkan, unit Sistem Terramesh yang telah dirakit
sebelumnya harus ditempatkan pada posisinya dan harus diikat ke unit yang berdekatan
di sepanjang tepinya untuk membentuk unit struktural monolitik yang terhubung terus
menerus.

62
2. Gambar 3. Instalasi Bronjong Angkur

Isian batu untuk bronjong angkur harus disediakan dalam ukuran dan kualitas yang tepat.
Batuan harus keras, bersudut, tahan lama dan dengan kualitas sedemikian rupa sehingga
tidak akan hancur jika terkena air atau pelapukan selama umur struktur; rekomendasi
ukuran batu pengisi adalah 150-250 mm. Variasi ukuran memiliki toleransi 5% lebih besar
atau 5% lebih kecil, dengan peletakan tidak pada bagian bronjong angkur yang terekspos.
Ukuran batu tidak boleh lebih dari 300 mm, dan tidak boleh lebih kecil dari 100 mm. Batuan
harus diletakkan setiap 300 mm untuk bronjong angkur dengan tinggi 1 m, dan diletakkan
setiap 250 mm untuk bronjong angkur dengan tinggi 0.50 m. Isian batu tidak boleh lebih
dari 300 mm melebihi sisi atas dari boks bronjong angkur (Gambar 4).

63
2. Gambar 4. Isian batu
pada bronjong angkur
Setelah batuan diletakkan pada bronjong angkur, batuan harus ditata
sedemikian rupa untuk meminimalisir rongga dan mendapat kepadatan batuan
maksimal pada bronjong angkur. Pengaku internal (bracing) dipasang
menyambungkan sisi depan dan belakang dari muka (facing) setiap sepertiga
dari tinggi bronjong angkur selama bronjong angkur diisi dengan batu.
Bronjong angkur yang dipasang pada ujung struktur, memiliki dua sisi yang
terekspos, harus dilengkapi dengan satu set ikatan silang yang dipasang tegak
lurus ke permukaan lateral yang terbuka (Gambar 4). Ketika lebih dari satu
lapis vertikal bronjong angkur dipasang, unit bronjong angkur dapat diisi lebih
dari kapasitas sekitar 20-40 mm untuk memungkinkan terjadinya penurunan
alami. Bronjong angkur harus disambungkan pada pinggirnya secara
horizontal dan vertikal supaya terbentuk struktur yang monolitik.

2. Ukuran standar dan toleransi

Ukuran bronjong angkur yang digunakan dalam konstruksi harus sesuai


dengan Tabel 3. Semua ukuran dan dimensi adalah nominal; dengan toleransi
± 5% pada lebar, panjang, dan tinggi.

64
Tabel 3. Ukuran Bronjong Angkur
Panjang (m) Lebar (m) Tinggi (m)
7.0 3.0 0.5

2.7.3.4. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN


Ukuran pembayaran Bronjong Matras berdasarkan harga satuan setiap per
Meter kubik yang telah ditetapkan dalam Bill Off Quantity (BOQ). Harga satuan
tersebut telah termasuk seluruh biaya pekerja, bahan-bahan dan peralatan yang
dipergunakan.

Jenis
Uraian Satuan Pengukuran
Pembayaran
1 Bronjong Angkur M3

2.7.4. GEOTEKSTILE SPARATOR


2.7.4.1. Umum
Geotekstil Separator adalah material geosintetik yang terbuat dari filamen-
filamen Polyester (PET) yang terikat secara mekanis. Filamen-filamen tersebut
diekstrusi secara langsung dengan proses Spun Bond yang menghasilkan
material yang stabil dengan kekuatan tarik yang lebih tinggi. Material ini memiliki
fungsi proteksi dari dampak kerusakan instalasi, fungsi filtrasi dengan
permeabilitas yang tinggi untuk air dan disaat bersamaan tidak mengijinkan
butiran tanah untuk melaluinya, dan fungsi separasi sebagai pemisah antara dua
material yang berbeda. Geotekstil Separator memiliki berat sebesar 250
gram/m2. Geotekstil Separator harus memenuhi dan sesuai dengan Spesifikasi
Umum Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Indonesia -
Direktorat Bina Marga, dengan kelas Geotekstil yaitu Kelas 1.

Table 1. Spesifikasi Geotekstil Separator 250 gr/m2

Properti Mekanis
Kuat Grab SNI 4417:2017
N ≥ 900
(Grab Strength - MD) (ASTM D4632)
SNI 4417:2017
Elongasi (MD) % ≥ 50
(ASTM D4632)
Kuat Grab SNI 4417:2017
N ≥ 900
(Grab Strength -CD) (ASTM D4632)
SNI 4417:2017
Elongation (CD) % ≥ 50
(ASTM D4632)
SNI 08-4644-
Kuat Sobek
1998 N ≥ 350
(Tear Strength - MD)
(ASTM D4533)
SNI 08-4644-
Kuat Sobek
1998 N ≥ 350
(Tear Strength - CD)
(ASTM D4533)
Kuat Tusuk
ASTM D6231 N ≥ 1,925
(Puncture Strength)
Stabilitas Ultraviolet
ASTM D4355 % ≥ 50
(Kekuatan Sisa)

65
Properti Hidraulik
SNI 08-6511-
Permitivitas 2001 detik-1 ≥ 0.02
(ASTM D4491)
Ukuran Pori-Pori Geotekstil SNI 08-4418-
(Apparent Opening Size, AOS - 1997 mm ≤ 0.60
O95) (ASTM D4751)

Ukuran Material
Massa ASTM D5261 g/m2 ≥ 250
Lebar m 4/6
Panjang m 100 /150
400 / 600 /
Luas m2
900

2.7.4.2. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN


Ukuran pembayaran Geotekstil Separator berdasarkan harga satuan setiap per
Meter Persegi yang telah ditetapkan dalam Bill Off Quantity (BOQ). Harga
satuan tersebut telah termasuk seluruh biaya pekerja, bahan-bahan dan
peralatan yang dipergunakan.

Jenis
Uraian Satuan Pengukuran
Pembayaran
1 Geotekstile Sparator M2

2.7.5. GEOTEKSTIL KOMPOSIT DRAINASE


2.7.5.1. Umum
Geotekstil Komposit Drainase adalah material yang diproses secara pelekatan
termal dan terbuat dari mono filamen yang diekstrusi sebagai inti drainase dan
dua lapis geotekstil separator. Inti drainase pada Geotekstil Komposit Drainase
memiliki struktur tiga dimensi dengan konfigurasi berbentuk huruf W sebagai
saluran longitudinal untuk mengalirkan air.

Table 2. Spesifikasi Geotekstil Komposit Drainase


Properti Geokomposit

Ketebalan pada 2 kPa EN 9863-1 mm 7.0 +/- 10%

Ketebalan pada 20 kPa EN 9863-1 mm - -

Massa EN ISO 9864 g/m2 660 +/- 10%

Kuat Tarik
EN ISO 10319 kN/m 18 Tipikal
(Tensile Strength - MD)

Kapasitas Aliran
EN ISO 12958 l/(m.s) +/- 30%
(In plane flow capacity - MD)

66
Kemiringan
0.03 1.0
(Gradient - i) =

kontak lunak/lunak 20 kPa - 1.90

kontak kaku/lunak 20 kPa 0.32 2.10

50 kPa 0.18 1.30

100 kPa 0.07 0.70

Properti Filter Eksternal

Struktur: Geotekstil Separator

Material: Polyolefin stabil terhadap UV

Massa EN ISO 9864 g/m2 120 +/- 15%

Ketebalan pada 2 kPa EN ISO 9863-1 mm 0.75 +/- 20%

Kuat Tarik
EN ISO 10319 kN/m 8.0 -1.3
(Tensile Strength – MD & CD)

Kuat Tusuk Statis


EN ISO 12236 N 1400 +/- 20%
(Static Puncture Strength)

Kuat Tusuk Dinamis


EN ISO 13433 mm 33 +15
(Dynamic Puncture Strength)

Fluks tegak lurus terhadap


EN ISO 11058 l/(m2.s) 100 -30%
bidang

Ukuran Pori O90

(Apparent Opening Size, AOS - EN ISO 12956 micron 110 +/- 50


O90)

Properti Inti Drainase

Struktur: Geosintetik tiga dimensi terbuat dari monfilamen yang diekstrusi

Material: Polypropylene stabil terhadap UV berwarna hitam

Massa EN ISO 9864 g/m2 420 +/- 10%

Ukuran Material

Lebar m 1.95

Panjang m 75

Luas m2 146.25

67
2.7.5.2. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN
Ukuran pembayaran Geotekstil Komposit Drainase berdasarkan harga satuan
setiap per Meter Persegi yang telah ditetapkan dalam Bill Off Quantity (BOQ).
Harga satuan tersebut telah termasuk seluruh biaya pekerja, bahan-bahan dan
peralatan yang dipergunakan.

Jenis
Uraian Satuan Pengukuran
Pembayaran
Geotekstile Komposit
1 M2
Drainase

2.7.6. REKONDISI RIP-RAP UNTUK PROTEKSI LERENG LUMBUNG 2


DAN 3
2.7.6.1. Umum
Material untuk rekondisi batu rip-rap adalah batu Rip-Rap akibat longsorang
pada lereng bendungan
Pondasi untuk Zona rip-rap ditunjukkan pada gambar. Untuk Zona rip- rap, tidak
perlu ada pemadatan. Ukuran dan gradasi material Zona rip-rap ditentukan di
lapangan oleh Direksi. Penyedia Jasa akan menyediakan dan menempatkan
batu riprap di lokasi seperti yang ditunjukkan pada Gambar atau sesuai petunjuk
Direksi.
Operasi Penyedia Jasa dalam pengangkutan, penempatan dan penyelesaian
riprap batu akan dilakukan sedemikian rupa untuk mendistribusikan fragmen
batu yang lebih besar atau kecil untuk mengisi spasi antar batuan yang lebih
besar untuk menghasilkan sambungan dan permukaan yang baik. Kluster
partikel yang lebih kecil dan ruang kosong yang bear tidak diperbolehkan.

2.7.6.2. Pemasangan Riprap


Operasi penyedia jasa dalam pengangkutan, pemasangan dan penyelesaian
permukaan kemiringan harus sedemikian sehingga menghasilkan fragmen batu
besar menyebar rata dengan ukuran maksimum membesar ke arah luar
kemiringan dan fragmen batu yang lebih kecil akan mengisi tempat-tempat di
antara fragmen batu yang lebih besar agar menghasilkan ikatan saling
mengunci yang baik serta menghasilkan permukaan yang cukup kasar. Adanya
kelompok partikel-partikel yang lebih kecil dan adanya rongga-rongga yang
besar tidak diijinkan.
Material untuk Zona rip-rap harus dihampar secara terus menerus, kurang lebih
berupa lapisan mendatar untuk mencegah terjadinya pemisahan butiran
(segregation), dan formasi rongga besar yang membahayakan. Tebal pasangan
riprap adalah 30 (tiga puluh) cm.

2.7.6.2. Pengukuran dan Pembayaran


Pengukuran untuk pembayaran rekondisi rip-rap pada timbunan bendungan
dibuat berdasarkan pada semua material yang sudah dihampar di lapangan pada
garis, ukuran dan dimensi yang ditunjukkan pada Gambar atau seperti ditentukan
oleh Direksi.

68
Pembayaran untuk pelaksanaan rekondisi rip-rap pada timbunan bendungan
akan dibuat pada harga satuan tender per meter kubik tender seperti tercantum
pada Kuantitas Pekerjaan. Harga satuan ini merupakan kompensasi penuh untuk
semua tenaga kerja, material dan alat yang perlu dipakai untuk melaksanakan
pekerjaan termasuk pengadaan material ke tempat timbunan, pengangkutan,
penghamparan, dan penyebaran sebagaimana ditunjuk oleh Direksi.
Ukuran pembayaran rekondisi rip-rap dibuat berdasarkan harga satuan setiap
permeter kubik (M3) yang telah ditetapkan dalam Bill Of Quantity. Harga satuan
tersebut telah termasuk seluruh biaya pekerja, peralatan, bahan-bahan
dipergunakan, peralatan K3 dan upaya perlindungan keselamatan kerja.

Jenis Satuan
Uraian
Pembayaran Pengukuran
1 Rekondisi Batu Riprap M3

2.8. PEKERJAAN JALAN INSPEKSI


2.8.1. Laston (Asphalt-Concrete)
2.8.1.1. Umum
(1) Uraian
Pekerjaan ini mencakup pengadaan lapis permukaan atau lapis perata atau
lapis pondasi atas padat yang awet, yang terdiri dari agregat dan material
aspal dicampur di pusat pencampur, serta menghampar dan memadatkan
campuran tersebut, diatas lapis pondasi atau permukaan jalan yang telah
disiapkan, sesuai dengan persyaratan ini dan memenuhi bentuk sesuai
Gambar Rencana dalam hal ketinggian, penampang memanjang dan
melintang atau sesuai dengan yang diperintahkan Direksi Teknik.

(2) Campuran Beraspal AC (Laston)


AC (Asphaltic Concrete) / Laston (Lapis Aspal Beton), yang selanjutnya
disebut AC (Laston), digunakan untuk jalan-jalan dengan lalu lintas berat,
tanjakan, pertemuan jalan dan daerah-daerah lainya dimana permukaan
menanggung beban roda yang berat.
Jenis-jenis campuran AC (Laston) :
a) AC ( Convensional ), untuk lapis permukaan.
b) AC – WC 1, untuk lapis permukaan.
c) AC – WC 2 / AC – Binder, untuk lapis antara.
d) AC – Base, untuk lapis pondasi atas.

Jenis campuran AC (Laston) harus seperti yang ditentukan pada gambar


rencana atau seperti yang diperintahkan oleh Direksi Teknik.

(3) Tebal Lapisan dan Toleransi


(a) Tebal dari AC (Laston) yang dihampar harus diamati dengan benda uji
“inti” (cores) perkerasan yang diambil oleh Kontraktor dibawah
pengawasan Direksi Teknik. Selang antara dan lokasi pengambilan
benda uji harus sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Teknik,
tetapi paling sedikit dua buah diambil arah melintang dari masing-
masing setengah lebar penampang yang diselidiki dan selang antara
potongan melintang ke arah memanjang yang diselidiki tidak boleh
lebih dari 200 m, dan harus sedemikian rupa sehingga jumlah total
benda uji yang diambil pada setiap segmen yang diukur untuk
69
pembayaran tidak boleh kurang dari batas-batas yang diberikan dalam
Tabel 2.17.3 (1).
Tabel 2.17.3 (1). Jumlah Minimum Benda Uji Inti
Koefisien keragaman dari tebal Jumlah minimum benda uji
benda uji untuk semua benda yang harus diambil dari bagian
uji dari bagian jalan yang diukur jalan yang diukur untuk
untuk pembayaran pembayaran
< 30 % 6
30 – 40 % 10
41 – 50 % 14
51 – 60 % 20
61 – 70 % 28
71 – 80 % 40
> 80 % 50

(b) Tebal AC (Laston) kecuali untuk lapisan perata, yang sesungguhnya


dipasang di setiap bagian dari pekerjaan didefinisikan sebagai tebal
rata-rata dari benda-benda uji inti yang diambil dari bagian tersebut.

(c) Tebal AC (Laston) yang sesungguhnya dipasang, sebagaimana


ditetapkan dalam Sub-bab 2.17.3.1 (3)(b) diatas, harus sama atau
lebih besar dari tebal rancangan nominal pada Tabel 2.17.3 (2) untuk
lapis permukaan atau lapis antara, dan untuk lapisan perata atau lapis
pondasi harus sama dengan atau lebih besar dari tebal yang
ditentukan dalam Gambar Rencana dari Dokumen Kontrak. Dalam
beberapa hal, Direksi Teknik atas dasar kerataan perkerasan atau
ukuran maksimum atau data rancangan yang lain boleh menyetujui
atau menerima tebal rata-rata yang kurang dari tebal rancangan
nominal, asalkan AC (Laston) yang dipasang pada ketebalan tersebut
baik dalam segala hal lainnya, meskipun begitu, sama sekali tidak ada
bagian dari AC (Laston) yang dipadatkan yang kekurangan
ketebalannya melebihi 5 mm dari ketebalan nominal rancangannya.

Tabel 2.17.3 (2) Tebal Rancangan Nominal AC (Laston)


Jenis Tebal Rancangan Nominal (cm)
Campuran
AC 4
AC – WC 1 4
AC – WC 2 5
AC – Base >6

(d) Untuk semua campuran AC (Laston), baik yang dibayarkan menurut


luas maupun berat sesungguhnya dari material yang dihamparkan,
berat campuran AC (Laston) yang benar-benar dipakai harus dipantau
oleh Kontraktor dengan menimbang setiap muatan truk pengangkut
material yang meninggalkan pusat pencampur. Dalam hal bagian yang
manapun yang sedang diukur untuk menentukan pembayarannya,
berat material yang benar-benar dihamparkan yang dihitung dari
timbangan muatan truk adalah kurang dari ataupun lebih dari lebih
besar 5 % dari berat yang dihitung dari ketebalan dan rata-rata
kepadatan contoh lapisan (cores), Direksi Teknik harus mengambil
tindakan untuk menyelidikinya agar bisa memastikan sebab terjadinya
70
selisih berat tersebut sebelum menyetujui pembayaran material yang
telah dihamparkan itu.

Penyelidikan Direksi teknik bisa meliputi, tetapi tidak perlu terbatas


pada hal-hal berikut ini :
(i) Memerintahkan Kontraktor untuk lebih sering atau lebih banyak atau
mencari lokasi-lokasi cores yang lain.
(ii) Memeriksa kalibrasi dan ketepatan timbangan serta prosedur dan
peralatan percobaan laboratorium.
(iii) Memperoleh hasil-hasil pemeriksaan lapangan dan laboratorium yang
independen tentang kepadatan campuran AC (Laston) yang dicapai
setelah dihamparkan.
(iv) Menetapkan suatu sistem penghitungan dan pencatatan truk secara
terinci.

Penyelidikan detail belum tentu menghasilkan nilai-nilai baru untuk


dimensi geometris yang memastikan jumlah material yang harus
dibayar. Meskipun begitu dalam segala kasus, tak peduli tenggang
beratnya dilampaui atau tidak, pembayaran harus didasarkan atas
ukuran-ukuran nominal dari AC (Laston) seperti yang tercantum dalam
Artikel 6.8.10 dan bukan atas berat material itu.
Biaya untuk segala penambahan atau lebih seringnya mengambil
coring, untuk tambahan survei geometris ataupun pengujian
laboratorium, penerapan sistem pencatatan muatan truk ataupun
tindakan lainya yang dianggap perlu oleh Direksi Teknik untuk
memastikan alasan kelebihan toleransi beratnya, harus ditanggung
oleh Kontraktor sendiri, sesuai dengan yang tercantum dalam Artikel
6.8.10.

(e) Variasi kerataan permukaan AC (Laston) yang telah selesai ditangani


diukur dengan mistar penyipat yang panjangnya 3 meter harus tidak
boleh lebih dari 5 mm pada setiap titik. Keleluasaan harus dibuat untuk
masing-masing kasus terutama untuk perubahan bentuk yang
disebabkan perubahan rancangan punggung perkerasan dan
lengkung vertikal pada profil memanjang.

(f) Pada keadaan dimana campuran AC (Laston) digunakan sebagai


lapisan perata atau lapisan penguat dan bukan sebagai lapisan
permukaan, maka tebal lapisan tidak boleh lebih dari 2,5 kali tebal
rancangan nominal yang diberikan pada Tabel 2.17.3 (2).

(4) Lapisan Perata

Dalam hal campuran AC (Laston) digunakan sebagai Lapisan Perata,


semua persyaratan dari Seksi ini harus berlaku, kecuali:
(a) Material harus disebut ACL (Laston Levelling)
(b) Ukuran butir maksimum yang lebih kecil dapat digunakan.

(5) Standar Rujukan

Standar AASHTO
T 50 - 78 Penguji daya apung dari material aspal

71
T 164 – 76 Quantitative Extraction dari aspal dalam campuran
perkerasan aspal
T 166 - 78 Berat isi dari campuran aspal yang dipadatkan
T 168 - 55 Pengambilan campuran perkerasan aspal
T 209 - 74 Berat jenis maksimum dari campuran perkerasan aspal
T 176 - 73 Plastisitas partikel halus agregat bergradasi dan tanah
menggunakan pengujian ekivalen pasir.
M 17 - 77 Bahan pengisi (filler) mineral untuk campuran
perkerasan aspal
M 226 - 78 Tingkat kekentalan (viscosity) aspal

Standar Indonesia

PA.0301-76 Penetrasi dari material aspal


PB.0206-76 Daya tahan terhadap gerusan dari agregat kasar
berukuran kecil dengan menggunakan Mesin Los Angeles.
SNI-03-3407-1994 Kelapukan Agregat menggunakan Sodium Sulfat atau
Magnesium Sulfat
Pd M-06-1997-03 Pengaruh dari air pada kohesi campuran aspal yang
dipadatkan
Pd M-03-1996-03 Memperoleh kembali aspal dari larutan dengan metode
Abson
SNI-06-2440-1991 Pengaruh panas dan udara pada material aspal
SNI-03-2439-1991 Penyelaputan dan pengelupasan aspal pada campuran
agregat.
SNI-06-2489-1991 Daya tahan terhadap leleh (flow) plastis dari campuran aspal
menggunakan peralatan Marshall
Pd S-15-1996-03 Tingkat penetrasi aspal semen

(1) Pembatasan oleh Cuaca


Campuran AC (Laston) hanya bisa dihampar bila permukaannya kering,
bila tidak akan hujan turun atau sedang hujan dan bila dasar jalan yang
sudah disiapkan dalam kondisi yang memuaskan.

(2) Perbaikan dari Pekerjaan AC (Laston) yang tidak Memuaskan


Lokasi-lokasi dengan tebal atau kepadatan yang kurang dari yang
dipersyaratkan atau angka-angka yang disetujui dan juga lokasi-lokasi
yang tidak memuaskan dalam hal lainya tidak akan dibayar sampai
diperbaiki oleh Kontraktor seperti yang diperintahkan oleh Direksi Teknik.
Perbaikan dapat meliputi pembongkaran dan penggantian, penambahan
lapisan AC (Laston) dan atau tindakan lain yang dianggap perlu oleh
Direksi Teknik. Bila perbaikan telah diperintahkan, maka jumlah volume
yang diukur untuk pembayaran haruslah volume yang seharusnya dibayar
bila pekerjaan aslinya dapat diterima. Tidak ada pembayaran tambahan
yang akan dilakukan untuk pekerjaan atau volume tambahan yang
diperlukan untuk perbaikan.

(3) Pengembalian Bentuk Perkerasan setelah Pengujian


Seluruh lubang uji yang dibuat dengan mengambil benda uji inti atau
lainnya, harus segera ditutup kembali dengan material campuran AC
(Laston) oleh Kontraktor dan dipadatkan hingga kepadatan serta kerataan

72
permukaan sesuai dengan toleransi yang diperkenankan yang
dipersyaratkan dalam Seksi ini.

2.8.1.2. Material
(1) Agregat – Umum
(a) Agregat yang akan digunakan dalam pekerjaan harus sedemikian rupa
agar campuran AC (Laston) yang proporsinya dibuat sesuai dengan rumus
campuran kerja akan memiliki kekuatan sisa yang tidak kurang dari 75 %
bila diuji untuk hilangnya kohesi akibat pengaruh air sesuai dengan Pd M-
06-1997-03 dan SNI-06-2489-1991.
(b) Agregat tidak boleh digunakan sebelum disetujui terlebih dahulu oleh
Direksi Teknik. Material harus ditimbun sesuai dengan persyaratan pada
Seksi 1.10 – Material dan Penyimpanan.
(c) Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor harus sudah menimbun paling
sedikit 40 % dari jumlah agregat pecah yang dibutuhkan untuk campuran
AC (Laston) dan selanjutnya timbunan persediaan harus dipertahankan
paling sedikit 40% dari sisa kebutuhanya.
(d) Tiap-tiap agregat harus diangkut ke pusat pencampuran lewat cold bin
yang terpisah. Pencampuran terlebih dahulu agregat dari jenis atau sumber
agregat yang berbeda, tidak diperbolehkan.

(2) Agregat Kasar


(a) Agregat kasar pada umumnya harus memenuhi gradasi yang disyaratkan
seperti tabel dibawah dan harus terdiri dari batu pecah atau campuran yang
memadai dari batu pecah dengan kerikil besi.

Ukuran Saringan Persen Berat Lolos

Campuran Lapisan
(ASTM)
(mm) Normal Perata

20 3/4" 100 100


12,7 1/2" 30 - 100 95 - 100
9,5 3/8" 0 - 55 50 - 100
4,75 #4 0 - 10 0 - 50
0,075 # 200 0-1 0-5

Agregat kasar yang digunakan untuk campuran dapat diterima oleh Direksi
Teknik hanya bila bahan tersebut diperagakan dengan pengujian
laboratorium dan semua ketentuan sifat campuran dalam Tabel dapat
dipenuhi.
Dalam keadaan apapun, agregat kasar yang kotor dan berdebu dan
mengandung partikel halus lolos ayakan no. 200 lebih besar dari 1 %, tidak
boleh digunakan. Bahan-bahan seperti ini biasanya dapat memenuhi
persyaratan bila dilakukan pencucian dengan alat pencuci yang memadai.

(b) Agregat kasar harus terdiri dari material yang bersih, keras, awet yang
bebas dari kotoran atau bahan yang tidak dikehendaki dan harus memiliki
persentase keausan yang tidak lebih dari 40 % pada 500 putaran seperti
yang ditetapkan oleh PB. 0206-76. Bila diuji sebanyak 5 putaran dengan
pengujian keausan dengan sodium sulfat menurut SNI-03-3407-1994,
73
kehilangan berat pada agregat kasar tidak lebih besar dari 12%.

(c) Bila diuji dengan pengujian-pengujian penyelaputan dan pengelupasan


(Coating and Stripping Tests), SNI-03-2439-1991, agregat tersebut harus
memiliki luas yang terselaput tidak kurang dari 95 %.

(d) Agregat kasar harus mempunyai angularitas sebagaimana disyaratkan


dalam tabel dibawah ini. Angularitas agregat kasar diartikan sebagai butir
agregat yang lebih besar dari 4,76 mm (No.4) dan mempunyai paling
sedikit satu bidang pecah, yang dinyatakan dalam satuan persen berat

Standar
Pengujian Lalu Lintas Nilai
Pengujian

Angularitas < 1.000.000 SST 85/80


(Kedalaman <100 mm) > 1.000.000 SST DoT, Pensylvania 95/90

Test Method, PTM


Angularitas < 1.000.000 SST No. 621 60/50
(Kedalaman >100 mm)
> 1.000.000 SST 80/75

Agregat pipih dan lonjong ASTM D-4791 Maks 10 %

Catatan : SST = Setara Sumbu Standar Tunggal


85/80 =85% mempunyai satu bidang pecah dan 80%n
mempunyai dua bidang pecah.
(3) Agregat Halus
(a) Biasanya diperlukan sejumlah abu batu hasil pengayakan batu pecah
(“crusher dust”) untuk menghasilkan suatu campuran yang ekonomis dan
memenuhi persyaratan-persyaratan campuran yang dinyatakan dalam
Tabel
Abu batu harus diproduksi melalui pemecahan batu yang bersih dan tidak
mengandung lempung atau lanau dan harus disimpan secara terpisah dari
pasir alam yang akan digunakan campuran. Pemuatan komponen abu
batu dan pasir alam kedalam mesin pencampur harus dipisahkan melalui
“cold bin feed” yang terpisah sehingga perbandingan pasir terhadap abu
batu dapat dikendalikan.

Ukuran Saringan
Persen Berat
Lolos
(mm) (ASTM)

9,5 3/8" 100


4,75 #4 – 100
2,36 #8 – 100
600 mikron # 30 – 100
75 mikron # 200 – 11

74
(b) partikel halus lolos ayakan no. 200 lebih besar dari 8 % dan atau
mempunyai nilai ekivalen pasir kurang dari 50 menurut SNI-03-4428-
1997, tidak boleh digunakan dalam campuran.
(c) Agregat halus harus mempunyai angularitas sebagaimana disyaratkan
dalam tabel dibawah ini.

Standar
Pengujian Lalu Lintas Nilai
Pengujian

Angularitas < 1.000.000 SST Min 40%


(Kedalaman < 100 mm)
> 1.000.000 SST Min 45%

AASHTO TP-33

Angularitas < 1.000.000 SST Min 40%


(Kedalaman > 100 mm)
> 1.000.000 SST Min 40%

Catatan : SST = Setara Sumbu Standar Tunggal

(4) Bahan Pengisi (Filler) - AASHTO M 17


(a) Bahan pengisi harus terdiri dari abu batu, kapur (limestone dust), semen
portland, abu terbang, abu tanur semen atau bahan mineral non plastis
lainnya dari sumber yang disetujui oleh Direksi Teknik. Bahan tersebut
harus bebas dari bahan lain yang tidak dikehendaki.
(b) Harus kering dan bebas dari gumpalan-gumpalan dan bila diuji dengan
pengayakan basah harus mengandung bahan yang lolos saringan 75
mikron tidak kurang dari 75 % beratnya.
(c) Penggunaan kapur tohor sebagai bahan pengisi dapat memperbaiki daya
tahan campuran AC (Laston), membantu penyelaputan dari partikel
agregat dan membantu mencegah pengelupasan. Akan tetapi banyaknya
variasi kualitas dari sumber-sumber kapur dan kecenderungan dari kapur
tersebut untuk membentuk gumpalan-gumpalan terbukti dapat
menimbulkan masalah sewaktu penakaran. Pengembangan kapur karena
hidrasi dapat menyebabkan keretakan campuran AC (Laston) apabila
kadar kapur tersebut terlalu tinggi. Apabila kapur yang dipergunakan maka
proposi maksimum yang diijinkan adalah 1 % dari berat keseluruhan
campuran AC (Laston).

(5) Material Aspal


Material aspal pengikat yang dipakai harus dari jenis aspal semen AC-10
(yang kurang lebih ekivalen dengan Aspal Pen. 80/100), atau AC-20 (yang
kurang lebih ekivalen dengan Aspal Pen. 60/70) dan harus memenuhi
persyaratan-persyaratan sebagaimana tertera dalam tabel dibawah ini (Pd
S-15-1996-03 dan AASHTO M 226-78 (1996)).
Untuk mencapai kekuatan campuran AC (Laston) yang ditetapkan,
disarankan menggunakan aspal semen AC-20.

75
Frekuensi pengujian bahan aspal ditentukan lebih lanjut sesuai petunjuk
Direksi Teknik.

(6) Bahan Tambahan untuk Aspal


Direksi Teknik dapat menetapkan atau menyetujui penggunaan suatu
bahan tambahan untuk mencapai stabilitas yang ditetapkan, stabilitas sisa
atau syarat-syarat sifat lainnya, atau untuk meningkatkan keawetan,
ketahanan terhadap deformasi atau sifat kelelahan.
Bahan tambahan tersebut harus dari jenis yang telah disetujui oleh Direksi
Teknik. Takaran bahan tambahan dan metode pencampuran dengan
bahan tambahan lainnya, harus sesuai dengan petunjuk pabrik dan
petunjuk Direksi Teknik.
Bila diperlukan oleh Direksi Teknik, Kontraktor harus mengirimkan contoh
bahan tambahan tersebut disertai data teknis dan data kimiawinya.

(7) Sumber Pasokan


(a) Persetujuan awal sumber-sumber pengadaan agregat dan bahan pengisi
mineral harus diperoleh dari Direksi Teknik sebelum pengiriman material.
Contoh-contohnya harus diserahkan seperti yang diperintahkan.
(b) Dalam pemilihan sumber-sumber agregat, Kontraktor harus
memperhitungkan aspal yang akan hilang karena absorbsi (penyerapan)
kedalam agregat, untuk memastikan penggunaan agregat setempat yang
mempunyai daya penyerapan yang paling kecil.
Variasi kadar aspal akibat tingkat absorbsi aspal berbeda-beda dari
agregat, tidak akan dapat diterima sebagai dasar untuk merundingkan
(negosiasi) kembali Harga Satuan dari campuran AC (Laston).

2.8.1.3. PERSYARATAN SIFAT CAMPURAN


(1) Campuran AC (Laston) harus memenuhi persyaratan yang ditentukan
dalam Tabel. 2.17.3. (7)

Tabel 2.17.3. (7). Persyaratan Sifat Campuran

76
(2) Jenis campuran yang ditetapkan dalam Gambar Rencana berdasarkan
asumsi kondisi jalan yang datar (atau kemiringan landai) dan kondisi lalu
lintas jalan antar kota. Jenis campuran sebenarnya yang diperlukan pada
setiap bagian jalan, harus sesuai dengan instruksi Direksi Teknik untuk
memenuhi kondisi lalu lintas dan kelandaian jalan.
(3) Bahan aspal yang terkandung dari benda uji pada campuran kerja harus
mempunyai nilai penetrasi tidak kurang dari 70 % terhadap nilai penetrasi
aspal sebelum pencampuran dan nilai daktilitas tidak kurang dari 40 cm,
bila diperiksa masing-masing dengan PA.0301-76 dan AASHTO T 51.

(4) Bahan aspal harus diekstraksi dari benda uji sesuai dengan cara AASHTO
T 164. Setelah konsentrasi bahan aspal yang terekstraksi mencapai 200
mm, partikel mineral yang terkandung harus dipindahkan kedalam suatu
sentrifugal.

2.8.1.4. Rancangan Campuran

(1) Umum
Kontraktor bertanggung jawab atas rancangan campuran. Campuran
harus memenuhi persyaratan yang diberikan pada Tabel
(2) Rongga Terisi Aspal (VFA)
Kadar aspal dalam campuran harus sedemikian rupa sehingga mengisi 60-
80 % dari rongga pada kombinasi agregat dan bahan pengisi.
(3) Bahan-bahan Pengisi
Bahan pengisi dengan kadar tidak kurang dari 1% harus ditambahkan
kedalam campuran dan harus memenuhi ketentuan
(4) Gradasi Campuran Optimum
Gradasi dari kombinasi agregat dengan bahan pengisi harus sedemikian
rupa sehingga memenuhi persyaratan dalam Tabel Kurva gradasi
kombinasi harus sedemikian rupa sehingga bila digambarkan tidak
menunjukkan adanya penyimpangan yang tajam dan terletak dengan baik
diantara batas-batas gradasi. Selanjutnya, bentuk kurva pada bagian
bawah kurva gradasi kombinasi (bahan yang lolos saringan 2,36 mm),
harus sedemikian rupa sehingga tidak terdapat bagian yang mempunyai
persentase lolos ayakan tertentu menyimpang dari satu batas atau batas
terdekat, ke satu batas atau batas terdekat lainnya.
(5) Pemeriksaan Variasi Kadar Aspal
Suatu campuran yang mengandung agregat bergradasi terpilih harus
diperiksa dengan tidak kurang dari 5 variasi kadar aspal. Variasi kadar
aspal harus dipilih dengan penambahan 0,5% menurut berat. Sekurang-
kurangnya harus terdapat 2 variasi diatas dan dua variasi dibawah kadar
aspal yang diperkirakan. Benda uji harus diperiksa untuk Stabilitas
Marshall, Marshall Flow, Berat Satuan dan Kadar Rongga Udara.
Pemeriksaan berikut harus digambarkan :
(a) Stabilitas terhadap kadar aspal
(b) Flow terhadap kadar aspal
77
(c) Berat satuan terhadap kadar aspal
(d) Kadar rongga udara terhadap kadar aspal
(e) Kadar rongga pada agregat terhadap kadar aspal

(6) Penentuan Kadar Aspal Optimum Sementara


Kadar aspal optimum sementara adalah rata-rata dari nilai-nilai berikut
yang ditentukan dari penggambaran data-data :
- Kadar aspal yang memberikan stabilitas maksimal.
- Kadar aspal yang memberikan berat satuan maksimal.
- Kadar aspal yang memberikan kadar rongga udara 4,5 %.
Dalam hal dimana kadar aspal optimum sementara sangat berbeda dari
yang diperkirakan, Direksi Teknik dapat memerintahkan penambahan
jumlah pengujian. Campuran yang dipilih dengan cara ini disebut campuran
kerja sementara.

(7) Penyesuaian Sifat Campuran


Campuran kerja sementara harus diperiksa untuk meyakinkan bahwa
campuran tersebut memenuhi sifat yang ditentukan. Jika campuran
menyimpang dari setiap sifat yang ditentukan, variasi gradasi, jenis
agregat, kadar bahan yang mengisi atau jenis dan kadar bahan tambahan
harus diselidiki secara sistimatis hingga diperoleh suatu campuran yang
ekonomis dan memenuhi syarat.
(8) Evaluasi terhadap Batas-batas Penyimpangan Produksi
Direksi Teknik akan menyiapkan, atau akan memerintahkan kepada
Kontraktor untuk menyiapkan, benda uji tambahan untuk menilai
kerentanan campuran kerja sementara terhadap penyimpangan gradasi
kombinasi dan kadar aspal yang mungkin terjadi selama produksi
campuran
Untuk keperluan ini harus disiapkan tiga benda uji tambahan untuk setiap
penyimpangan berikut terhadap campuran kerja sementara :
(a) Rancangan gradasi kombinasi agregat dan bahan pengisi ditambah
penyimpangan maksimum yang diperbolehkan dan rancangan kadar
aspal ditambah penyimpangan maksimum yang diperbolehkan.
(b) Rancangan gradasi kombinasi agregat dan bahan pengisi ditambah
penyimpangan maksimum yang diperbolehkan dan rancangan kadar
aspal dikurangi penyimpangan maksimum yang diperbolehkan.
(c) Rancangan gradasi kombinasi agregat dan bahan pengisi dikurangi
penyimpangan maksimum yang diperbolehkan dan rancangan kadar
aspal ditambah penyimpangan maksimum yang diperbolehkan.
Sifat-sifat dari setiap variasi campuran ini harus memenuhi semua batas sifat
yang disyaratkan. Jika campuran kerja sementara tidak dapat memenuhi
ketentuan ini, harus diselidiki penyesuaian/modifikasi rancangan campuran
selanjutnya. Campuran yang paling memenuhi semua syarat yang ditetapkan
dipilih sebagai campuran kerja.

2.8.1.5. Rumus Campuran Kerja

(1) Persetujuan
(a) Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor harus mengajukan kepada
Direksi Teknik secara tertulis suatu Rumus Campuran Kerja yang
diusulkan, untuk campuran AC (Laston) yang akan disediakan untuk
78
Proyek. Rumus yang diajukan demikian harus merinci ukuran partikel
maksimum nominal, sumber-sumber agregat, persentase agregat
kombinasi yang lolos saringan-saringan berukuran 2,36 mm (no. 8)
dan 75 mikron (no. 200), jumlah dan kadar bitumen efektif yang
dinyatakan sebagai persentase berat jumlah campuran, suatu
temperatur tunggal tertentu dimana campuran tersebut harus
dikosongkan dari alat pencampur, dan suatu temperatur tunggal
tertentu dimana campuran tersebut akan dikirim ke tempat
penghamparan, yang semuanya akan berada dalam batas-batas
antara yang ditetapkan dari komposisi umum dan batas-batas
temperatur.
(b) Dalam menyetujui campuran kerja, Direksi Teknik atas dasar
pertimbangannya dapat menggunakan formula yang diserahkan,
secara keseluruhan atau sebagian, atau dapat meminta Kontraktor
untuk melaksanakan pengujian campuran percobaan tambahan atau
untuk menyelidiki alternatif agregat-agregat lainnya.
(c) Sewaktu menyetujui Rumus Campuran Kerja, Direksi Teknik akan
menunjuk agregat tertentu, dan sumber-sumbernya yang mendasari
formula campuran kerja yang diterapkan.
(d) Campuran kerja harus ditetapkan dan kualitas campuran tersebut
harus dikendalikan, dalam bentuk rancangan fraksi untuk agregat yang
berbeda-beda, bukannya dalam bentuk proporsi takaran agregat.

(2) Menyusul Persetujuan atas Rumus Campuran Kerja oleh Direksi


Teknik
Kontraktor harus menghampar percobaan paling sedikit 8 ton campuran
AC (Laston) dengan menggunakan produk, peralatan penghampar dan
prosedur yang diusulkan. Apabila percobaan tersebut gagal memenuhi
persyaratan pada salah satu seginya, perlu dibuat penyesuaian dan
percobaan diulang kembali. Pekerjaan pengaspalan yang permanen belum
dapat dimulai hingga percobaan yang memuaskan telah dilaksanakan dan
disetujui oleh Direksi Teknik.

(3) Penerapan Formula Campuran Kerja dan Toleransi yang diijinkan


(a) Semua campuran AC (Laston) yang disediakan harus sesuai dengan
Rumus Campuran Kerja yang ditetapkan oleh Direksi Teknik, dalam batas
antara toleransi-toleransi yang ditetapkan dibawah :

Toleransi Komposisi Campuran :


Gabungan agregat yang lolos : ± 7 % berat total campuran
Saringan 9,5 mm

Gabungan agregat yang lolos : ± 5 % berat total campuran


Saringan 2,36 mm

Gabungan agregat yang lolos : ± 2 % berat total campuran


Saringan 150 mikron

Gabungan agregat yang lolos : ± 1,5 % berat total campuran


Saringan 75 mikron

Kadar bahan aspal : + 0,3 % berat total campuran


79
Toleransi Temperatur :
Bahan yang meninggalkan tempat pencampuran : ± 10º C.
Bahan-bahan yang diterima di tempat penghamparan : ± 10º C.

(b) Setiap hari Direksi Teknik harus mengambil contoh dari material dan
campuran sebagaimana digariskan dalam Paragraf 6.8.9 (3) dan 6.8.9 (4)
atau contoh-contoh tambahan yang dipandang perlu untuk pengecekan
keseragaman yang diperlukan dari campuran.

(c) Jika terjadi perubahan dalam material atau bila ada perubahan dari sumber
material, suatu formula campuran kerja yang baru harus diserahkan dan
disetujui, sebelum campuran AC (Laston) yang mengandung material baru
dikirimkan. Material kerja akan ditolak bila ternyata mempunyai pori atau
sifat-sifatnya membutuhkan, untuk menghasilkan campuran yang
seimbang, kadar aspal yang lebih tinggi atau lebih kecil dari pada batas
yang dipersyaratkan.

2.8.1.6. Persyaratan Peralatan Pelaksanaan


(1) Umum
Unit pencampuran (Mixing Plant), yang dapat berupa pusat pencampuran
dengan penakaran (batching) atau pusat pencampuran menerus
(continous), harus memiliki kapasitas yang cukup untuk melayani mesin
penghampar secara menerus (tidak terhenti-henti) sewaktu menghampar
campuran pada kecepatan normal dan ketebalan yang disyaratkan. Pusat
pencampur harus dirancang, disyaratkan dan dioperasikan sedemikian
rupa untuk menghasilkan campuran dalam batas toleransi campuran kerja.

(2) Timbangan pada Pusat Pencampur


(a) Timbangan untuk setiap kotak timbangan atau penampung
seharusnya berupa tipe pembacaan jarum tanpa pegas, dan harus
merupakan produksi rancangan standar yang ketepatannya berkisar
antara ½ % dari bahan maksimum yang diperlukan.
(b) Bila timbangan-timbangan tipe pembacaan jarum tanpa pegas
digunakan, ujung dari jarum harus dipasang sedekat mungkin dengan
permukaan dan harus berupa tipe yang bebas dari parallax
(penyimpangan sinar) yang berlebihan. Timbangan harus dilengkapi
dengan petunjuk yang dapat disetel untuk memberi tanda berat-
masing-masing material yang akan ditimbang kedalam campuran.
Timbangan harus memiliki konstruksi yang kokoh, dan timbangan yang
sudah berubah harus diganti. Semua meteran harus diletakkan
sedemikian rupa sehingga selalu dapat terlihat secara mudah oleh
operator.
(c) Timbangan untuk menimbang material aspal harus memenuhi
persyaratan sebagai timbangan agregat. Perbedaan minimum antara
angka-angkanya dalam segala hal harus tidak melebihi dari 1 kg.
Cakram pembacaan timbangan (meteran) untuk menimbang aspal
harus memiliki kapasitas yang tidak lebih dari dua kali material yang
akan ditimbang dan harus dapat dibaca sampai satu kilogram yang
terdekat.
(d) Timbangan harus telah disetujui oleh Direksi Teknik dan akan
80
diperiksa berulang kali, sebagaimana dianggap perlu oleh Direksi
Teknik, untuk selalu menjamin ketepatannya. Kontraktor harus
menyediakan dan siap di tempat tidak kurang dari 10 buah beban
standar seberat 20 kg untuk pengujian-pengujian penimbangan.

(3) Peralatan untuk Penyiapan Bahan Aspal


Tangki untuk penyimpanan material aspal harus dilengkapi dengan
pemanas yang selalu dapat dikendalikan secara efektif dan positif sampai
pada temperatur dalam batas yang dipersyaratkan. Pemanasan harus
dilakukan dengan spiral uap (steam coils), listrik, atau cara lainnya yang
mana api harus tidak berhubungan langsung dengan tangki pemanas.
Sistem sirkulasi untuk material aspal harus mempunyai ukuran yang
memadai untuk menjamin sirkulasi yang tepat serta menerus selama
periode operasi. Suatu cara yang tepat harus disediakan baik dengan
selimut uap (steam jackets) ataupun cara isolasi lainnya, untuk
mempertahankan temperatur yang dipersyaratkan dari material aspal
didalam saluran-saluran pipa, meteran, ember penimbang, batang
penyemprot, dan tempat-tempat lainnya dari saluran pengaliran. Dengan
persetujuan tertulis dari Direksi Teknik, material aspal dapat dipanaskan
dahulu didalam tangki dan kemudian temperatur dinaikkan sampai
temperatur yang dipersyaratkan dengan menggunakan alat pemanas
“booster” (penguat) yang berada diantara tangki dan pengaduk.
Kemampuan penyimpanan tangki harus 30.000 liter dan paling sedikit dua
tangki berkapasitas sama harus disediakan. Tangki-tangki tersebut harus
dihubungkan ke sistem sirkulasi sedemikian rupa agar masing-masing
tangki dapat diisolasi secara terpisah tanpa mengganggu sirkulasi aspal ke
pengaduk.

(4) Pemasok untuk Mesin Pengering (Feeder for Drier)


Harus disiapkan pemasok untuk masing-masing agregat yang akan dipakai
pada pencampuran. Pemasok untuk agregat halus harus dari tipe ban (belt
conveyor). Atas persetujuan Direksi Teknik diperkenankan memakai tipe
lain, hanya jika alat tersebut dapat menyalurkan/mengangkut bahan basah
pada kecepatan yang tetap tanpa menyebabkan terjadinya penyumbatan.
Seluruh pemasok (feeder) harus dikalibrasi dan demikian pula untuk
bukaan pintu dan pengatur kecepatan, untuk setiap campuran kerja yang
telah disetujui, dan harus jelas ditunjukan pada pintu-pintu dan pada panel
mesin pengendali. Sekali ditetapkan, kedudukan dari pemasok tak boleh
dirubah sama sekali tanpa persetujuan dari Direksi Teknik.

(5) Alat Pengering (Drier)


Alat pengering yang berputar dengan rancangan yang baik untuk
pengeringan dan pemanasan agregat harus disediakan. Alat pengering
tersebut harus mampu mengeringkan dan memanaskan agregat mineral
sampai ke temperatur yang disyaratkan.

(6) Ayakan
Ayakan yang mampu menyaring seluruh agregat sampai ukuran dan
proporsi yang disyaratkan dan memiliki kapasitas normal sedikit diatas
kapasitas penuh dari pencampur, harus disediakan. Alat penyaring
tersebut harus memiliki efisiensi pengoperasian yang sedemikian rupa
81
sehingga agregat yang tertampung dalam setiap penampung (bin) harus
tidak boleh mengandung lebih dari 10 % material yang berukuran
terlampau besar atau terlampau kecil.

(7) Penampung / Bin


Perlengkapan harus termasuk penampung-penampung (bins) yang
berkapasitas cukup untuk melayani pencampuran sewaktu beroperasi pada
kapasitas penuh. Penampung harus dibagi paling sedikit dalam tiga bagian
(ruang) dan harus diatur untuk menjamin penyimpanan yang terpisah serta
memadai untuk masing-masing fraksi agregat, tidak termasuk bahan
pengisi. Masing-masing (ruang) harus dilengkapi dengan pipa pengeluar
yang sedemikian rupa agar baik ukuran maupun lokasinya dapat mencegah
masuknya material kedalam penampung lainnya. Penampung harus
dikonstruksi sedemikian rupa agar contoh (sampel) dapat diperoleh dengan
mudah.

(8) Unit Pengontrol Aspal


(a) Harus disediakan suatu cara yang memuaskan, baik dengan
menimbang atau mengukur aliran, untuk memperoleh jumlah yang
tepat dari material aspal didalam campuran dalam batas toleransi yang
disyaratkan untuk campuran kerja itu.
(b) Perangkat pengukur aliran untuk material aspal haruslah tipe pompa
meteran aspal yang berputar dengan sistem pemindahan secara
positif, dengan susunan penyemprot, pada pencampur, yang baik.
Untuk unit pencampuran dengan takaran, harus dapat menyediakan
kualitas aspal yang direncanakan untuk setiap takaran campuran.
Untuk pusat pencampuran menerus, kecepatan operasi dari pompa
harus disinkronkan dengan aliran dari agregat kedalam pencampur
dengan pengendalian penguncian otomatis, dan perangkat ini harus
dapat distel dengan mudah dan tepat. Cara untuk memeriksa kuantitas
atau kecepatan aliran dari material aspal kedalam pencampur harus
disediakan.

(9) Perlengkapan Pengukur Panas


(a) Termometer yang dilindungi yang dapat digunakan dari 100º C sampai
200º C harus dipasang dalam saluran pemasukan aspal pada tempat
yang tepat dekat katup pengeluaran (discharge) pada unit pencampur.
(b) Unit harus juga dilengkapi dengan skala cakram tipe air raksa
(mercury-actuated), pyrometer listrik atau perlengkapan pengukur
panas lainnya yang disetujui, yang dipasang pada corong pengeluaran
dari alat pengering untuk mencatat secara otomatis atau menunjukkan
temperatur dari agregat yang dipanaskan. Sebuah “thermo couple”
(pengukur listrik yang mengukur perbedaan temperatur) atau “tahanan
lampu” (resisteance bulb) harus dipasang dekat dasar penampung
untuk mengukur temperatur agregat halus sebelum memasuki
pencampur.
(c) Untuk pengaturan temperatur agregat yang lebih baik, penggantian
dari setiap termometer dengan alat pencatat temperatur yang disetujui
mungkin diminta oleh Direksi Teknik, dan juga Direksi Teknik dapat
meminta grafik temperatur harian untuk disimpan sebagai arsip.

82
(10) Pengumpul Debu (Dust Collector)
Unit Pencampur harus dilengkapi dengan alat pengumpul debu yang dibuat
sedemikian rupa untuk membuang atau mengembalikan secara merata ke
elevator seluruh atau sebagaian dari material yang dikumpulkannya,
sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknik.

(11) Pengendalian Waktu Pencampuran


Unit Pencampur harus dilengkapi dengan cara yang positif mengontrol
waktu pencampuran dan mempertahankannya terkecuali kalau dirubah
atas perintah Direksi Teknik

(12) Timbangan dan Rumah Timbang


Timbangan dan Rumah Timbang harus disediakan untuk menimbang truk
yang bermuatan material yang siap untuk dikirim ke tempat pekerjaan.
Timbangan tersebut harus memenuhi persyaratan sebagai timbangan
seperti yang diuraikan diatas.

(13) Persyaratan Keselamatan Kerja


(a) Tangga yang memadai serta aman untuk ke landasan (Platform)
pencampur dan tangga berpagar ke unit lainnya harus dipasang pada
seluruh tempat yang diperlukan untuk menuju pengoperasian semua
alat-alat perlengkapan. Untuk mencapai bak dari truk harus disediakan
landasan atau perangkat lainnya yang sesuai untuk memungkinkan
Direksi Teknik memperoleh contoh serta data temperatur campuran.
Untuk memudahkan penanganan perlengkapan kalibrasi (peneraan)
dari timbangan, perlengkapan pengambil contoh dan lain-lain, suatu
kerekan atau sistem penarik harus disediakan untuk menaik-turunkan
perlengkapan tersebut dari tanah ke platform atau sebaliknya. Semua
roda gigi, roda beralur, rantai, rantai gigi dan bagian bergerak lainnya
yang berbahaya harus selalu dipagar dan dilindungi dengan baik.
(b) Lorong yang cukup dan tidak terhalang harus selalu disediakan pada
dan sekitar tempat pemuatan truk. Tempat ini harus selalu dijaga agar
bebas dari jatuhan dari platform pencampur.

(14) Persyaratan Khusus untuk Unit Pencampuran Batch (Bacthing Plant)


(a) Kotak Penimbang atau Penampung. Perlengkapan ini harus
mencakup suatu cara untuk menimbang secara teliti, masing-masing
menampung ukuran agregat tertentu dalam kotak penimbang atau
penadah, yang digantung pada timbangan, berukuran cukup untuk
menampung campuran satu takaran penuh tanpa harus diratakan
dengan tangan atau tanpa tumpah. Lengan timbangan dan sudut (knife
edge) harus dibuat sedemikian rupa agar tidak mudah terlempar keluar
dari kedudukannya atau dari setelannya. Semua pinggiran-pinggiran,
ujung-ujung dan tepi-tepi dari penampung timbangan (weighing
hoppers) harus bebas dari sentuhan dengan batang- batang penahan
dan tiang-tiang atau perlengkapan lainnya yang akan mempengaruhi
fungsi yang sebenarnya dari penampung. Juga harus tersedia ruang
bebas yang cukup antara penampung dan perlengkapan pendukung
untuk mencegah terkumpulnya material-material yang tak dikehendaki.
Pintu pengeluaran (discharge gate) dari kotak penimbang harus
digantung sedemikian rupa agar agregat tidak mengalami segregasi
83
sewaktu ditumpahkan kedalam pencampur dan harus tertutup rapat
bila penampung kosong, sehingga tidak ada material yang bocor
kedalam campuran didalam pencampur sewaktu proses penimbangan
untuk campuran berikutnya.
(b) Pencampur (Mixer).
Pencampur batch harus dari tipe “twin pugmill” (pengaduk putar
ganda) yang disetujui yang mampu menghasilkan campuran yang
merata dalam batas toleransi campuran kerja. Pencampur harus
dipanasi dengan selubung uap, minyak panas, atau cara lainnya yang
disetujui Direksi Teknik. Juga rancangannya (design) harus
sedemikian rupa agar memungkinkan kapasitas pencampuran yang
tidak kurang dari 500 kg dan konstruksinya harus sedemikian rupa
untuk mencegah kebocoran isinya. Jika tidak disertai kotak pencampur
harus dilengkapi dengan penutup debu untuk mencegah hilangnya
debu.
Pencampur harus memiliki pengontrol waktu yang tepat untuk
mengendalikan operasi satu siklus (daur) pencampuran lengkap
dengan penguncian gerbang kotak timbangan setelah pengisian ke
pencampuran sampai penutupan gerbang pencampur pada saat
selesainya siklus tersebut. Pengontrol waktu harus mencapai ember
aspal selama periode pencampuran kering dan basah. Periode
pencampuran kering didefinisikan sebagai selang waktu antara
pembukaan gerbang kotak timbangan dan waktu dimulainya
pemberian aspal. Periode pencampuran basah didefinisikan sebagai
selang waktu antara penghantaran material aspal ke agregat dan saat
pembukaan gerbang pencampur.
Pengendalian waktu harus fleksibel dan dapat disetel untuk suatu
selang waktu tidak lebih dari 5 detik sampai dengan 3 menit untuk
keseluruhan siklus. Penghitung batch secara mekanis untuk campuran
harus dipasang sebagai bagian dari peralatan pengatur waktu dan
harus dirancang sedemikian rupa sehingga hanya mencatat batch
campuran.
Pencampur harus dilengkapi dengan jumlah pengaduk atau pisau
(blade) yang cukup dengan pengaturan yang tepat untuk dapat
menghasilkan batch campuran yang benar dan merata. Ruang bebas
dari pisau-pisau (blades) ke bagian yang tidak bergerak maupun yang
bergerak harus tidak melebihi 2 cm, kecuali dalam hal agregat memiliki
ukuran nominal maksimum lebih dari 1 inci, dalam hal ini ruang bebas
harus disetel sedemikian rupa untuk mencegah agregat kasar selama
operasi pencampuran.

(15) Persyaratan Khusus untuk Unit Pencampuran Menerus (Continuous


Mixing Plant)

(a) Unit Pengontrol Gradasi. Unit harus memiliki suatu alat untuk mengatur
proporsi secara teliti masing-masing penampung dengan ukuran
agregat baik dengan penimbangan atau dengan pengukuran volume.
Bila pengontrol gradasi dengan volume, unit ini harus mempunyai
sebuah pemasok yang dipasang dibawah ruang penampung. Masing-
masing penampung harus memiliki pintu bukaan tersendiri yang
dikontrol secara teliti untuk membentuk lubang guna mengukur volume
84
material yang keluar dari masing-masing ruang/bidang pencampur.
Lubang tersebut harus persegi, kira-kira berukuran 20 x 25 cm, dengan
salah satu dimensinya dapat disetel dengan cara mekanis yang positif
dan dilengkapi dengan pengunci. Petunjuk (indikator) harus disediakan
untuk masing-masing lubang untuk menunjukkan bukaan dalam
centimeter.
(b) Kalibrasi Berat dari Pemasukan Agregat. Unit ini harus mencakup
perlengkapan untuk kalibrasi dari bukaan lubang dengan cara
pengujian penimbangan berat contoh sehingga masing-masing
material yang mengalir keluar dari penampung melalui bukaan dapat
dilewatkan secara memuaskan ke kotak-kotak penguji yang cocok,
masing-masing penampung material dibatasi secara terpisah. Unit
dapat menangani contoh uji seberat 150 kg lebih, berupa gabungan
contoh-contoh dari seluruh penampung, dan tidak kurang dari 50 kg
untuk setiap contoh dari satu penampung. Sebuah timbangan
landasan (platform) yang tepat yang berkapasitas 15 kg atau lebih
harus disediakan.
(c) Sinkronisasi Pemasukan Agregat dan Aspal . Suatu cara yang
memuaskan harus disediakan yang mampu melaksanakan kontrol
saling mengunci antara aliran agregat dari penampung dengan aliran
aspal dari meteran atau sumber pengatur lainnya. Kontrol ini harus
disertai dengan cara penguncian mekanis atau metode positif lainnya
yang memuaskan Direksi Teknik.
(d) Unit Pencampur untuk Metode Menerus. Perlengkapan ini harus
mencakup pencampur menerus tipe pengaduk ganda yang disetujui,
yang mampu menghasilkan campuran yang merata dalam batas
toleransi campuran kerja. Pengaduk harus dari tipe yang dapat disetel
untuk pengaturan sudut dari sumbunya, dan dapat berputar balik untuk
melawan arah aliran dari campuran. Pada pencampur harus terdapat
pelat dari pabrik yang memberikan isi bersih dari pencampur pada
beberapa ketinggian tertentu serta grafik yang disediakan pabrik
pembuat yang menunjukan tingkat pemasukan dari agregat per menit,
pada kecepatan operasi mesin. Penetapan waktu pencampuran harus
dengan metode berat (Beratnya harus ditetapkan untuk pekerjaan itu
dari pengujian yang dilakukan oleh Direksi Teknik), menggunakan
rumus sebagai berikut :

Kapasitas pencampur penuh dalam kg


Waktu pencampuran dalam detik =
Hasil pencampur dalam kg per detik

(e) Penampung. Pencampur harus dilengkapi dengan sebuah penampung


pada bagian pengeluaran, dengan ukuran serta rancangan yang tidak
akan mengakibatkan terjadinya segregasi. Tiap elevator (pengangkat)
yang digunakan untuk memuat campuran keatas kendaraan harus
juga memiliki penampung yang memuaskan juga.

(16) Peralatan Pengangkut


(a) Truk untuk mengangkut campuran AC (Laston) harus mempunyai bak
dari logam yang rapat, bersih dan rata, telah disemprot dengan sedikit
air sabun, minyak yang telah diencerkan, minyak tanah, atau larutan
85
kapur untuk mencegah melekatnya campuran ke bak. Jika ada
genangan minyak di bak truk setelah penyemprotan, harus dibuang
sebelum campuran dimasukkan dalam truk. Tiap muatan harus ditutup
dengan kanvas/terval atau bahan lainnya yang cocok dengan ukuran
yang sedemkian rupa agar dapat melindungi campuran terhadap
cuaca.
(b) Truk yang menyebabkan segregasi yang berlebihan akibat sistem
pegasnya atau faktor lain, atau yang menunjukkan kebocoran oil yang
nyata, atau yang menyebabkan kelambatan yang tidak perlu, atas
perintah Direksi Teknik harus dikeluarkan dari pekerjaan sampai
kondisinya diperbaiki.

(c) Bila dianggap perlu, agar campuran AC (Laston) yang dikirim ke


tempat pekerjaan pada temperatur yang dipersyaratkan, bak truk
hendaknya diisolasi untuk memperoleh temperatur dimana campuran
mudah dikerjakan, dan seluruh penutup harus diikat kencang.

(17) Peralatan Penghampar dan Pembentuk

(a) Peralatan penghampar dan pembentuk harus dari mesin mekanis yang
telah disetujui, mempunyai mesin sendiri yang mampu menghampar
dan membentuk campuran AC (Laston) sampai sesuai dengan garis,
permukaan serta penampang melintang yang diperlukan.
(b) Mesin penghampar harus dilengkapi dengan penadah serta ulir
pembagi dari tipe yang berlawanan untuk menempatkan campuran
secara merata dimuka “ secreed” (sepatu) yang dapat disetel. Mesin
ini harus dilengkapi dengan perangkat kemudi yang cepat dan efesian
dan harus dapat bergerak mundur dan maju.
(c) Mesin penghampar harus mempunyai perlengkapan mekanis seperti
penyeimbang (equalizing runners), pisau (straightedge runners),
lengan perata (evener arms), atau perlengkapan lainnya untuk
mempertahankan kelurusan permukaan dan kelurusan garis tepi
perkerasan tanpa perlu menggunakan pembentuk tepi yang tepat.
(d) Mesin penghampar harus dilengkapi dengan “screed” (sepatu) atau
yang dengan tipe vibrator yang dapat digerakkan dan perangkat untuk
pemanas “screed” pada temperatur yang diperlukan untuk
penghamparan campuran tanpa menggusur atau merusak
permukaan.
(e) Istilah “screed” meliputi memangkasan, penutupan, atau tindakan
praktis lainnya yang efektif untuk menghasilkan permukaan akhir
dengan kerataan atau tekstur yang dipersyaratkan, tanpa terbelah,
tergeser atau beralur.
(f) Jika, selama pelaksanaan diketahui bahwa perlengkapan penghampar
dan pembentuk dalam pengoperasiannya meninggalkan bekas pada
permukaan atau cacat atau ketidak rataan permukaan lainnya yang
tidak diperbaiki dengan memuaskan dengan pelaksanaan yang
dijadwalkan, maka pengunaan peralatan tersebut, harus dihentikan
dan peralatan penghampar dan pembentuk lainnya yang memuaskan
harus disediakan oleh Kontraktor.

86
(18) Peralatan Pemadat
(a) Setiap mesin penghampar harus disertai mesin gilas baja (steel wheel
roller) dan mesin gilas ban bertekanan. Semua mesin gilas harus
mempunyai tenaga penggerak sendiri.
(b) Mesin gilas ban bertekanan (pneumatic tired rollers) harus dari tipe
yang disetujui yang memiliki tidak kurang dari tujuh roda ban halus
dengan ukuran dan konstruksi yang sama yang mampu beroperasi
pada tekanan 8,5 kg/cm2 (120 psi). Roda harus berjarak sama satu
sama lain pada kedua garis sumbu dan diatur sedemkian rupa
sehingga roda pada sumbu yang satu jatuh diantara tanda roda yang
lainnya (tumpang-tindih).
Masing-masing ban harus dipertahankan tekanannya pada tekanan
operasi yang dipersyaratkan sehingga selisih antara dua ban harus tidak
melebihi 350 gram/cm2 (5 psi). Suatu alat harus disediakan untuk
memeriksa dan menyetel tekanan ban di lapangan setiap saat. Untuk
setiap ukuran dan tipe ban yang digunakan, Kontraktor harus memberikan
kepada Direksi Teknik grafik atau tabel yang menunjukan hubungan antara
beban roda, tekanan ban, dan tekanan ban pada bidang penyentuh, lebar
dan luas. Masing-masing mesin gilas harus dilengkapi dengan suatu cara
penyetelan berat keseluruhannya dengan pengaturan beban (ballasting)
sehingga beban per lebar roda dapat diubah dari 1500 sampai 2500 kg.
Dalam operasi, tekanan ban dan beban roda harus disetel sesuai dengan
permintaan Direksi Teknik, untuk memenuhi kebutuhan pemadatan
tertentu. Pada umumnya pemadatan dari setiap lapisan dengan mesin gilas
ban bertekanan harus dengan tekanan yang setinggi mungkin yang dapat
dipikul material.

(c) Mesin gilas yang dapat bergerak sendiri dapat dibagi dalam tiga tipe :
(i) Mesin gilas tiga roda (Three Wheel Roller)
(ii) Mesin gilas roda tandem (Tandem Wheel Roller)
(iii) Mesin gilas tandem dengan tiga sumbu (Three Axle Tandem
Roller).

Mesin gilas harus mampu menimbulkan beban tekanan pada roda


belakang tidak kurang dari 400 kg per 0,1 m kali lebar minimum roda.
Paling sedikit satu dari mesin gilasnya mampu menimbulkan tekanan gilas
sebesar 600 kg per 0,1 m kali lebar. Mesin gilas harus bebas dari
permukaan yang datar (flat), penyok, robek-robek atau tonjolan yang akan
merusak permukaan perkerasan.

2.8.1.7. PEMBUATAN DAN PRODUKSI CAMPURAN


(1) Kemajuan Pekerjaan
Tidak ada pencampuran takaran yang boleh dilakukan bila tidak cukup
tersedia peralatan pengangkutan, penghamparan atau pembentukan, atau
buruh yang cukup, untuk menjamin kemajuan dengan kecepatan tidak
kurang dari 60 % kapasitas alat pencampur.

(2) Penyiapan Material Aspal


Material aspal harus dipanaskan sampai temperatur antara 140º C dan
160º C didalam tangki yang dirancang sedemikian rupa sehingga dapat
mencegah terjadinya pemanasan setempat dan mampu mengalirkan
87
bahan aspal secara berkesinambungan pada temperatur yang merata
setiap saat, ke alat pencampur. Sebelum operasi pencampuran dimulai
setiap hari, harus paling sedikit ada 30.000 liter aspal panas yang siap
untuk dialirkan ke pencampur.

(3) Penyiapan Agregat


(a) Agregat untuk campuran harus dikeringkan dan dipanaskan pada alat
pengering sebelum dimasukkan kedalam alat pencampur. Api yang
digunakan untuk pengeringan dan pemanasan harus diatur secara
ketat untuk mencegah rusaknya agregat dan mencegah terbentuknya
selaput jelaga pada agregat.
(b) Bila dicampur dengan aspal, agregat tersebut harus kering dan pada
rentang temperatur yang dipersyaratkan untuk material aspal, tetapi
tidak lebih dari 14º C diatas temperatur material aspal.
(c) Bahan pengisi tambahan (filler), jika diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan gradasi, harus ditakar secara terpisah dari penampung
kecil yang dipasang tepat diatas pencampur. Menaburkan bahan
pengisi diatas tumpukan agregat atau menumpahkannya kedalam
penampung pada alat pemecah batu tidak diijinkan.

(4) Penyiapan Campuran


(a) Agregat kering, yang disiapkan seperti yang dijelaskan diatas, harus
digabung di unit pengolah dalam proporsi yang akan menghasilkan
fraksi agregat rancangan sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam
rumusan campuran kerja. Proporsi takaran ini harus ditentukan dari
penyaringan basah pada contoh-contoh yang diambil dari penampung
panas (hot bin) segera sebelum produksi campuran dimulai dan pada
selang waktu tertentu sesudahnya, sebagaimana ditetapkan oleh
Direksi Teknik, untuk menjamin mutu dari penakaran campuran.
Material aspal harus ditimbang atau diukur dan dimasukan kedalam
alat pencampur dengan jumlah yang ditetapkan oleh Direksi Teknik.
Bila digunakan alat pencampur batch, agregat harus dicampur secara
menyeluruh dalam keadaan kering, baru sesudah itu aspal dengan
jumlah yang tepat ditambahkan kedalam agregat tersebut dan
keseluruhannya diaduk selama paling sedikit 45 detik, lebih lama lagi
jika diperlukan, untuk menghasilkan campuran yang merata dan
seluruh butir agregat tersebut terselaput secara merata. Total waktu
pencampuran harus ditetapkan oleh Direksi Teknik dan diatur dengan
alat pengatur waktu yang sesuai. Untuk pencampur unit pencampur
menerus waktu pencampuran yang dibutuhkan harus juga paling
sedikit 45 detik dan dapat diatur dengan menetapkan alat pengukur
minimum dalam unit pencampuran dan/atau dengan setelan unit
pencampur lainnya.
(b) Sewaktu dikeluarkan dari pencampur, temperatur campuran harus
pada temperatur batas absolut seperti, yang dijelaskan pada Tabel,
termasuk toleransi yang diperbolehkan.

(5) Pengangkutan dan Penyerahan di Tempat Kerja


(a) Campuran harus diangkut ke mesin paver dengan temperatur yang
batas mutlaknya ditunjukan pada Tabel 2.17.3 (8)

88
Tabel 2.17.3 (8) Persyaratan Batas untuk Viskositas Aspal dan suhu Campuran Aspal

Suhu Campuran Aspal (º C)

Viskositas Campuran Campuran


Prosedur Pelaksanaan Aspal memakai memakai
(centistokes) AC-20 AC-10
(Ekivalen (Ekivalen
dng Aspal dng Aspal
Pen. 60/70) Pen. 80/100)

Pencampuran benda uji


170 + 20 155 145
Marshall
Pemadatan benda uji
280 + 30 140 130
Marshall
Suhu pencampuran
- < 165 <155
maksimum di AMP
Mengosongkan
Pencampuran 100 – 400 >135 >125
AMP Kedalam truk
Penyerahan ke Paver 400 – 1000 150 - 120 140 - 110

Pengilasan Break down


1000 - 1800 125 - 110 111 - 102
(silinder baja)
Penggilasan ke dua (ban
1800 - 10000 110 - 95 102 - 83
karet)
Penggilasan akhir (silinder
10000 -100000 95 - 80 83 - 63
baja)

Catatan : Direksi Teknik harus menyetujui atau bila dianggap perlu memeriksa untuk
mengadakan perubahan yang ada pada batas-batas suhu dalam Tabel yang
diberikan diatas, berdasarkan data pengujian viskositas untuk aspal yang
dipakai, untuk menjamin bahwa batas viskositas yang dipersyaratkan
terpenuhi. Inilah yang merupakan syarat kriteria Spesifikasi, bukan batas suhu
itu.

(b) Masing-masing kendaraan yang telah dimuati harus ditimbang di


tempat pencampuran, dan harus dibuat catatan dari menyangkut berat
kotor, berat kosong dan berat netto dari tiap muatan. Muatan tidak
boleh dikirim terlalu sore agar penyelesaian hamparan dan pemadatan
campuran sewaktu hari masih terang terkecuali tersedia penerangan
yang memuaskan.

2.8.1.8. PENGHAMPARAN CAMPURAN


(1) Menyiapkan Permukaan yang akan Dilapisi
(a) Sesaat sebelum penghamparan campuran AC (Laston), permukaan
yang ada harus dibersihkan dari material yang lepas dan yang tidak
dikehendaki dengan sapu mesin, dan dibantu dengan cara manual
(dengan tangan) jika diperlukan. Lapis aspal perekat (tack coat) atau
lapis aspal resap pengikat (prime coat) harus digunakan sesuai
dengan petunjuk Direksi Teknik.
(b) Bila permukaan yang akan dilapisi yang terdapat ketidak rataan, rusak,
89
menunjukkan ketidak stabilan, mengandung material permukaan lama
yang telah rusak secara berlebihan atau tidak melekat dengan baik
perkerasan dengan dibawahnya, harus dibuat rata terlebih dahulu
sebagaimana diperintahkan, seluruh material yang lepas atau yang
lunak harus dibuang, dan permukaannya dibersihkan dan/atau
diperbaiki dengan campuran aspal material lain yang disetujui oleh
Direksi Teknik dan kemudian dipadatkan. Toleransi permukaan
setelah diperbaiki harus sama dengan yang diperlukan untuk
konstruksi pondasi agregat.

(2) Sepatu (screed) Tepi


Balok kayu atau kerangka lain yang disetujui harus dipasang sesuai
dengan garis serta ketinggian yang diperintahkan pada tepi-tepi dari
tempat dimana campuran AC (Laston) akan dihampar.

(3) Penghamparan dan Pembentukan


(a) Sebelum memulai operasi pelapisan, sepatu (screed) dari mesin
penghampar harus dipanaskan. Campuran AC (Laston) harus
dihampar dan diratakan sesuai dengan kelandaian, elevasi, serta
bentuk melintang yang disyaratkan.
(b) Mesin penghampar harus dioperasikan pada suatu kecepatan yang
tidak akan menyebabkan retak permukaan, belahan, atau bentuk
ketidak teraturan lainnya pada permukaan. Kecepatan penghamparan
harus disetujui oleh Direksi Teknik dan ditaati.
(c) Jika terjadi segregasi, belahan atau alur pada permukaan, mesin
penghampar harus dihentikan dan tidak dijalankan. Tempat-tempat
yang kasar atau tersegregasi dapat diperbaiki dengan menaburkan
bahan yang halus (fine) dan perlahan-lahan diratakan. Perataan
(raking) kembali sebaiknya dihindari sedapat mungkin. Butir-butir
kasar tidak boleh ditaburkan diatas permukaan yang dihampar dengan
rapi.
(d) Harus diperhatikan agar campuran tidak terkumpul dan mendingin
pada tepi-tepi penadah atau tempat lainnya di mesin.
(e) Dimana jalan akan diaspal hanya separoh dari lebarnya untuk setiap
operasi, urutan pengaspalan itu harus dilakukan sedemikian rupa
sehingga panjang pengaspalan setengah lebar jalan itu pada akhir
setiap hari kerja dibuat sependek mungkin.

(4) Pemadatan
(a) Segera setelah campuran AC (Laston) dihampar dan diratakan,
permukaan harus diperiksa dan setiap ketidak rataan diperbaiki.
Temperatur campuran yang terhampar dalam keadaan lepas harus
dimonitor dan penggilasan harus dimulai didalam batas viskositas
aspal yang ditunjukkan pada Tabel.
(b) Penggilasan campuran AC (Laston) harus terdiri dari tiga operasi yang
berbeda sebagai berikut :

Waktu setelah
No. Uraian
Penghamparan
1. Penggilasan awal atau pemecahan 0 – 10
90
menit

10 – 20
2. Penggilasan sekunder atau antara menit

20 – 45
3. Penggilasan akhir atau penyelesaian menit

(c) Penggilasan awal atau pemecahan dan penggilasan akhir atau


penyelesaian harus seluruhnya dilakukan dengan mesin gilas roda
baja. Penggilasan sekunder atau antara harus dilakukan dengan mesin
gilas ban angin. Mesin gilas pemecah harus beroperasi dengan roda
penggerak berada di arah mesin penghampar.

(d) Penggilasan sekunder atau antara harus mengikuti sedekat mungkin


penggilasan pemecah dan harus dilakukan sewaktu campuran masih
berada pada temperatur yang akan menghasilkan pemadatan
maksimum. Pemadatan akhir harus dilakukan sewaktu material masih
berada dalam kondisi yang masih dapat dikerjakan untuk
menghilangkan bekas tanda-tanda penggilasan.
(e) Sambungan melintang harus digilas pertama-tama dan dalam
penggilasan awal harus digilas ke arah melintang dengan penggunan
papan (di tepi perkerasan) yang mempunyai ketebalan gilas diluar
batas perkerasan. Bila sambungan memanjang tersebut untuk suatu
jarak yang pendek.
(f) Pada sambungan memanjang penggilasan harus dimulai ke arah
memanjang dan selanjutnya pada tepi luar dan sejajar dengan sumbu
jalan ke arah tengah jalan, kecuali pada super elevasi pada tikungan
harus dimulai pada bagian rendah dan bergerak ke arah bagian yang
tinggi. Lintasan yang berurutan dari lebar roda dan lintasan-lintasan
harus tidak berakhir pada titik yang berjarak kurang dari 1 meter dari
lintasan .sebelumnya. Usaha penggilasan harus diutamakan pada tepi
luar dari lebar yang dihampar.
(g) Ketika menggilas sambungan memanjang, mesin gilas pemecah harus
terlebih dulu pindah ke jalur yang telah dihampar sebelumnya sehingga
tidak lebih dari 15 cm dari roda penggerak akan menggilas tepi yang
belum dipadatkan. Mesin gilas harus meneruskan sepanjang jalur ini,
dengan menggeser posisinya sedikit demi sedikit melewati
sambungan dengan beberapa lintasan, sampai tercapai sambungan
yang terpadatkan dengan rapi.
(h) Kecepatan dari mesin gilas harus tidak melebihi 4 km/jam untuk roda
baja dan 15 km/jam untuk ban angin dan kecepatan harus selalu cukup
rendah sehingga tidak mengakibatkan tergesernya campuran panas
tersebut. Arah dari penggilasan harus tidak berubah secara tiba-tiba,
begitu pula arah dari penggilasan harus tidak berbalik secara tiba-tiba
yang akan menyebabkan tersorongnya campuran panas.
(i) Penggilasan harus berlangsung secara terus menerus sebagaimana
diperlukan untuk memperoleh pemadatan yang merata sewaktu
campuran masih dalam kondisi yang dapat dikerjakan dan hingga
seluruh bekas tanda gilasan dan ketidak-rataan hilang.

91
(j) Untuk mencegah penempelan campuran panas ke roda mesin gilas,
roda-roda tersebut harus dibasahkan secara menerus, tetapi air yang
berlebihan tidak diijinkan.
(k) Peralatan berat atau mesin gilas tidak diperbolehkan berada diatas
lapisan yang baru selesai, sampai lapisan-lapisan tersebut betul-betul
telah mendingin dan mengeras.
(l) Setiap produk minyak bumi yang tumpah atau tercecer dari kendaraan
atau perlengkapan yang digunakan oleh Kontraktor diatas tiap bagian
perkerasan yang sedang dikerjakan, dapat menjadi sebab
pembongkaran dan penggantian dari perkerasan yang rusak tersebut
(oleh Kontraktor).
(m) Permukaan campuran setelah pemadatan harus licin dan sesuai
dengan bentuk dan ketinggian permukaan yang masih dalam batas-
batas toleransi yang dipersyaratkan. Tiap campuran yang menjadi
lepas atau rusak, tercampur dengan tanah, atau rusak dalam bentuk
apapun, harus dibongkar dan diganti dengan campuran panas yang
baru, yang harus dipadatkan secepatnya agar sama dengan
sekitarnya. Campuran yang dipasang pada daerah seluas 1000 m2
atau lebih yang menunjukkan kelebihan atau kekurangan material
campuran, harus dibongkar dan diganti. Seluruh tonjolan-tonjolan
sambungan, lekukan, dan permukaan yang kasar (cacat) harus
diperbaiki sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknik.
(n) Sewaktu permukaan sedang dipadatkan dan diselesaikan, Kontraktor
harus memotong tepi-tepi perkerasan agar bergaris rapi. Setiap
material berlebihan harus dipotong tegak lurus setelah penggilasan
akhir, dan dibuang oleh Kontraktor diluar daerah milik jalan sehingga
tidak kelihatan dari jalan.

(5) Sambungan-sambungan
(a) Baik sambungan memanjang maupun melintang dalam lapisan yang
berurutan harus diatur sedemikian rupa agar tidak berada satu diatas
lainnya. Sambungan memanjang harus diatur sedemikian rupa agar
sambungan yang berada di lapisan paling atas akan berlokasi di
pemisah jalur lalu lintas. Sambungan melintang harus dipasang secara
bertahap dengan minimum jarak antaranya 25 cm dan harus lurus.
(b) Campuran tidak boleh dihampar pada material yang baru saja digilas
kecuali kalau tepinya tegak lurus atau telah dipotong tegak lurus.
Sapuan aspal untuk melekatkan kedua lapisan permukaan harus
diberikan sesaat sebelum campuran tambahan dipasang diatas
material yang sebelumnya digilas.

2.8.1.9. PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN MUTU DI LAPANGAN

(1) Pengujian Permukaan dari Perkerasan


(a) Permukaan harus diuji dengan mistar penyipat yang panjangnya 3 m,
yang disediakan oleh Kontraktor, diletakkan masing-masing secara
tegak lurus dan sejajar dengan sumbu jalan. Kontraktor harus
menugaskan beberapa pegawainya untuk menggunakan mistar
tersebut dibawah petunjuk Direksi Teknik untuk memeriksa seluruh
permukaan.
(b) Pengujian-pengujian untuk memeriksa apakah bentuk permukaan
92
telah memenuhi ketinggian yang dipersyaratkan harus dilakukan
segera setelah pemadatan awal, dan perbedaaan harus diperbaiki
dengan membuang atau menambah material sebagaimana
diperlukan. Selanjutnya penggilasan harus diteruskan sebagaimana
disyaratkan. Setelah penggilasan akhir, kehalusan dari lapisan harus
diperiksa kembali dan setiap ketidak-rataan dari permukaan yang
melewati batas toleransi yang disediakan diatas, serta lokasi-lokasi
yang mempunyai kerusakan tekstur, kepadatan, atau komposisi harus
diperbaiki sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknik.

(2) Persyaratan Kepadatan


(a) Kerapatan dari campuran yang telah dipadatkan, seperti yang
ditentukan dalam AASHTO T 166, harus tidak kurang dari 98 % dari
kerapatan benda uji yang dipadatkan di laboratorium dari material
dengan proporsi yang sama.
(b) Cara pengambilan contoh-contoh material dan pemadatan dari benda
uji tersebut dalam (a), harus masing-masing sesuai dengan AASHTO
T 168 dan SNI-06-2489-1991.

(3) Pengambilan Contoh untuk Pengendalian Mutu Campuran

(a) Contoh-contoh dibawah ini harus diambil untuk pengujian harian :


(i) Agregat dari hot bin untuk gradasi-gradasi hasil pencucian
(ii) Gabungan agregat panas untuk gradasi-gradasi hasil pencucian
(iii) Campuran aspal untuk ekstraksi Stabilitas Marshall.
(b) Sebagai tambahan bila mengganti formula campuran kerja, atau
sewaktu-waktu sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknik,
contoh tambahan untuk (i), (ii), dan (iii) akan diambil untuk
memungkinkan penentuan Bulk Specific Gravity untuk agregat dari hot
bin dan kerapatan teroritis maksimum dari campuran aspal (AASHTO
T 209-74).

(4) Pengujian Pengendalian Mutu Campuran


(a) Kontraktor harus menyimpan catatan dari seluruh pengujian dan
catatan-catatan ini harus dikirim dengan segera ke Direksi Teknik.
(b) Kontraktor harus menyampaikan pada Direksi Teknik hasil-hasil dan
catatan-catatan pengujian yang berikut, yang dilaksanakan pada
setiap hari produksi bersama dengan lokasi yang tepat dimana
produksi tersebut dihampar :
(i) Analisa saringan (metode pencucian) untuk paling sedikit 2 (dua)
contoh dari setiap hot bin.
(ii) Analisa saringan (metode pencucian) untuk paling sedikit 2 (dua)
contoh dari gabungan agregat panas.
(iii) Temperatur dari campuran sewaktu pengambilan contoh di pusat
pencampur dan diatas jalan (setiap satu jam).
(iv) Kerapatan dari campuran yang dipadatkan di laboratorium
(kerapatan Marshall) untuk paling sedikit 2 (dua) contoh.
(v) Kerapatan dari pemadatan dan persentase pemadatan dari
campuran dibandingkan dengan kerapatan Marshall di
laboratorium untuk paling sedikit 2 (dua) contoh.
(vi) Stabilitas Marshall serta lelehnya (flow-nya) dan hasil angka
93
perbandingan Marshall, paling sedikit 2 (dua) contoh.
(vii) Kadar aspal dan gradasi agregat dari campuran seperti yang
ditetapkan dari pengujian ektraksi aspal untuk paling sedikit 2
(dua) contoh. Jika memakai metoda ekstraksi centryfuge, koreksi
abu harus dilakukan sesuai ketentuan AASHTO T 164 -76.
(viii) Rongga udara dalam campuran, dihitung menurut Maximum
Specific Gravity of Bituminous Paving Mixtures (AASHTO T 209-
74).
(ix) Aspal yang diabsorbsi oleh agregat, sebagaimana dihitung atas
dasar Maximum Speciffic Gravity of Bituminous Paving Mixtures
(AASHTO T 209-74).

(5) Pengendalian Kuantitas dengan Menimbang Campuran


(a) Untuk pengecekan pada pengukuran kuantitas untuk pembayaran,
berat campuran yang dihampar harus selalu dimonitor secara terus-
menerus dengan tiket pengiriman muatan dari tempat-tempat
penimbangan truk
(b) Penentuan kadar aspal campuran kerja (job mix) di laboratorium harus
dilaksanakan paling sedikit 1 (satu) kali per hari produksi dan paling
sedikit 1 (satu) contoh setiap 200 ton campuran yang diproduksi.
Pengambilan contoh dari campuran kerja harus dilakukan dibawah
pengawasan Direksi Teknik.

2.8.1.10. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

(1) Metode Pengukuran


(1) Kuantitas yang diukur untuk pembayaran AC (Laston) haruslah
didasarkan pada beberapa pengaturan dibawah ini :
(i) Untuk bahan lapis permukaan atau lapis antara, jumlah meter
persegi dari material yang dihampar dan diterima, yang dihitung
sebagai hasil perkalian dari panjang penampang yang diukur dan
lebar yang diterima.
(ii) Untuk bahan lapis pondasi, jumlah meter kubik dari material yang
dihampar dan diterima, yang dihitung sebagai hasil perkalian luas
bagian yang diukur dan tebal nominal yang ditentukan dalam
Gambar Rencana dari Dokumen Kontrak.
(iii)Untuk bahan lapisan perata, jumlah metric ton dari material yang
telah dihampar dan diterima, yang ditentukan oleh monitoring yang
terus-menerus dari tiket pengiriman muatan dari timbangan truk.
(2) Kuantitas yang diterima untuk pengukuran harus tidak meliputi lokasi-
lokasi dimana tebal AC (Laston) kurang dari tebal minimum yang dapat
diterima atau setiap bagian yang terkelupas, terbelah, retak atau
menyempit (tapered) di sepanjang tepi perkerasan atau di tempat
lainnya. Lokasi-lokasi yang materialnya memiliki kadar aspal dibawah
kebutuhan yang disetujui tidak akan diterima untuk pembayaran.
(c) AC (Laston) yang dibayar atas dasar meter persegi yang dihampar
langsung diatas permukaan jalan lama, dimana pembuatan lapis
permukaan jalan lama tersebut tidak tercakup pada Kontrak yang
sama, dan menurut pendapat Direksi Teknik memerlukan koreksi yang
cukup besar, harus dibayar atas tebal nominal yang diterima yang
dihitung atas dasar kerapatan laboratorium dari campuran AC (Laston)
94
padat menurut SNI-06-2489-1991, luas bagian yang diukur dan berat
dari campuran, sesuai catatan penimbangan truk yang telah disetujui,
yang benar-benar dibutuhkan dan digunakan untuk pekerjaan
permanen. Jika menurut pendapat Direksi Teknik, tebal rata-rata
campuran AC (Laston) yang digunakan, melebihi dari sesungguhnya
yang dibutuhkan (diperlukan untuk perbaikan bentuk), tebal nominal
yang dikurangi dan diterima harus ditentukan berdasarkan atas suatu
perhitungan yang tidak berat sebelah dari tebal rata-rata yang
dibutuhkan.

(d) Kecuali sebagaimana ditentukan dalam Paragraf (c) diatas, tebal AC


(Laston) yang diukur untuk pembayaran umumnya harus tidak lebih
besar dari tebal rancangan atau tebal rancangan yang ditetapkan
dalam Gambar Rencana dari Dokumen Kontrak. Dalam hal Direksi
Teknik telah menyetujui atau menerima tebal yang kurang dari tebal
rancangan nominal atau tebal rancangan yang ditetapkan dalam
Gambar Rencana, atas dasar pertimbangan teknik sebagai cukup atau
ketebalan lebih yang diijinkan menurut Paragraf (c) diatas, maka
pembayaran untuk AC (Laston) akan dilakukan dengan menggunakan
luas hamparan atau volume yang disesuaikan yang dihitung menurut
Paragraf (h) dibawah dengan menggunakan faktor koreksi berikut :

Tebal sebenarnya yang diterima


Ct =
Tebal rancangan nominal

Tidak ada penyesuaian luas hamparan atau volume seperti diatas


yang dapat diterapkan untuk ketebalan yang melebihi tebal rancangan
bila bahan tersebut dihampar diatas permukaan yang dikerjakan dalam
Kontrak yang sama.
(e) Lebar hamparan AC (Laston) yang akan dibayar, harus seperti yang
ditunjukkan dalam Gambar Rencana atau yang disetujui oleh Direksi
Teknik dan harus ditetapkan dengan menggunakan pita ukur yang
dilakukan Kontraktor dibawah pengawasan Direksi Teknik.
Pengukuran harus dilakukan tegak lurus dengan sumbu jalan dan
harus tidak termasuk tiap bagian hamparan material yang tipis atau
tidak memuaskan sepanjang tepi dari hamparan AC (Laston). Selang
jarak pengukuran memanjang harus seperti yang diperintahkan oleh
Direksi Teknik, tetapi harus selalu berjarak sama dan tidak kurang dari
20 m. Lebar yang akan digunakan dalam hitungan luas untuk
keperluan pembayaran untuk setiap bagian perkerasan yang diukur,
harus merupakan angka rata-rata dari ukuran lebar yang diukur dan
disetujui Direksi Teknik.
(f) Panjang hamparan AC (Laston) arah memanjang yang akan dibayar,
harus ditentukan dari pengukuran sepanjang sumbu jalan, dengan
menggunakan prosedur pengukuran teknik standar.
(g) Kadar aspal rata-rata dari campuran kerja, seperti yang diperoleh dari
hasil pemeriksaan ekstraksi di laboratorium harus sama dengan atau
lebih besar dari kadar aspal yang ditetapkan dalam formula campuran
kerja dari Direksi Teknik yang akan diperhitungkan dalam pengukuran
atau pembayaran. Meskipun demikian, dalam hal Direksi Teknik
95
menerima setiap campuran AC (Laston) dengan kadar aspal rata-rata
lebih rendah dari kadar aspal tersebut, maka pembayaran untuk AC
(Laston) akan dilakukan dengan menggunakan luas hamparan atau
volume yang disesuaikan yang dihitung menurut Paragraf (h) dibawah
dengan menggunakan faktor koreksi berikut :

Kadar Aspal rata-rata yang dihitung


Cb =
Kadar Aspal yang ditentukan dalam formula campuran kerja

(h) Luas atau volume atau berat yang digunakan untuk pembayaran
adalah:

[𝐿𝑢𝑎𝑠, 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑥 𝐶𝑡 𝑥 𝐶𝑏]


(i) Bila perbaikan AC (Laston) yang tidak memuaskan telah diperintahkan
oleh Direksi Teknik, kuantitas yang diukur untuk pembayaran haruslah
kuantitas yang akan dibayar bila pekerjaan semula (awal) dapat
diterima. Tidak ada pembayaran tambahan untuk pekerjaan tambahan
atau tambahan kuantitas yang diperlukan untuk perbaikan.

(2) Dasar Pembayaran


Kuantitas yang ditentukan, sebagaimana diuraikan diatas, harus dibayar
menurut Harga Satuan per satuan pengukuran untuk masing-masing Mata
Pembayaran yang terdaftar dibawah dan tercantum dalam Jadwal
Penawaran. Harga dan pembayaran ini harus merupakan kompensasi
penuh untuk mengadakan dan memproduksi dan mencampur serta
menghampar semua material, termasuk semua buruh, peralatan,
pengujian-pengujian, perkakas dan perlengkapan-perlengkapan lainnya
yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan yang diuraikan dalam
Seksi ini.

a. Kuantitas yang diukur adalah berdasarkan volume terpasang di


lapangan

Nomor
Uraian Satuan Pengukuran
Pembayaran

1 AC (Laston) m2

2 AC – WC 1 m2

3 AC – WC 2 m2

4 AC – Base m3

5 ACL (Laston Levelling) Ton

Pembayaran dilakukan 100% apabila semua terpasang dengan baik dan


telah dilakukan pengujian di lapangan sesuai dengan yang dipersyaratkan
dan disaksikan oleh Direksi Pekerjaan dan Konsultan Supervisi

96
2.9. PEKERJAAN DRAINASE PERMUKAAN
2.9.1. PEKERJAAN BETON
2.9.1.1. Umum
Semua pekerjaan beton harus dilaksanakan seperti yang tercantum pada
spesifikasi dan seperti pada gambar dan sesuai dengan petunjuk Direksi.
Semua pekerjaan beton dilaksanakan pada waktu ada Direksi.
Sebelum pemasangan instalasi atau alat apa saja yang dipakai untuk
pemrosesan, pengerjaan, pengangkutan, penyimpanan dan penentuan,
material beton, pencampuran dan pengangkutan serta penempatan beton
dan mortar, Kontraktor harus menyerahkan metode pelaksanaan, flow
chart, gambar dan penjelasan tertulis agar ada perencanaan yang baik
dalam memproduksi dan menempatkan beton dan mortar yang terkait
dengan pekerjaan dalam spesifikasi ini, dimana harus disetujui Direksi.
Material, peralatan berat, peralatan bantu dan prosedur pelaksanaannya
yang telah disetujui tidak boleh diubah, tanpa persetujuan Direksi.
Kontraktor tidak berhak memperoleh biaya tambahan melebihi harga
satuan yang tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga Pekerjaan untuk
beton karena terbatasnya batching, mixing, pengangkutan dan
penempatan beton yang diperlukan seperti yang disyaratkan pada
spesifikasi.

2.9.1.2. Ketentuan Teknis


(1) Semua pekerjaan konstruksi beton harus dibuat menurut gambar rencana
atau sesuai petunjuk Direksi.
(2) Selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sebelum pelaksanaan Kontraktor
harus mengajukan rencana kerja kepada Direksi yang meliputi peralatan
yang digunakan untuk proses, penanganan pengangkutan pencampuran
dari spesi beton, metode yang digunakan, jumlah tenaga kerja serta
gambar pelaksanaan, guna mendapatkan persetujuan dari Direksi.
(3) Bila Kontraktor menggunakan spesi dari hasil “ready mixed concrete” yang
sudah jadi, maka Kontraktor selambat-lambatnya dalam waktu 30 (tiga
puluh) hari sebelum pelaksanaan dimulai memberitahukan secara tertulis
kepada Direksi tentang nama pabrik, lokasi, kapasitas, reputasi dari
produksinya dan lain-lain sesuai yang dibutuhkan oleh Direksi. Tanpa
persetujuan tertulis, Kontraktor tidak diperbolehkan
mendapatkan/menggunakan spesi dari “ready mixed concrete”.

2.9.1.3. Persyaratan Bahan


2.9.1.3.1. Semen
(1) Semen yang digunakan dalam pekerjaan beton harus semen buatan dalam
negeri dengan kualitas sama dengan Portland Cement (PC) atau sesuai
standard Nasional Indonesia SNI dan atau SII 0013.
(2) Kontraktor harus memberitahukan kepada Direksi kapan dan di mana
semen itu dihasilkan, dan Direksi senantiasa berhak memeriksa bahan
tersebut. Kontraktor harus bersedia untuk memberi bantuan kepada Direksi
dalam proses pemeriksanaan ini.
(3) Semen harus disimpan dalam ruangan yang bebas dari gangguan
cuaca/hujan dengan menyusun setinggi minimum 30 cm di atas tanah
dengan maximum tumpukan/susunan 13 sak.
(4) Setelah dari 90 hari sejak tanggal pengiriman ke lapangan, semen harus
dibuang/tidak boleh digunakan.
97
2.9.1.3.2. Bahan Tambahan (ADMIXTURE)
(1) Bila akan menggunakan bahan tambahan, Kontraktor harus mengajukan
surat ijin tertulis kepada Direksi.
(2) Bahan tambahan yang digunakan untuk beton harus sesuai dengan
standard ASTM C.260 atau setara sesuai dengan petunjuk Direksi.
Kontraktor harus mengadakan test terhadap bahan tambahan atas
permintaan Direksi dengan biaya sendiri.
(3) Semua biaya yang diperlukan untuk bahan tambahan harus sudah menjadi
satu kesatuan dengan harga beton.

2.9.1.3.3. Agregat
A. Pasir
(1) Pasir buatan adalah pasir yang dihasilkan oleh mesin pemecah batu. Pasir
alam adalah pasir yang didapat dari sungai atau sumber alam lainnya yang
dapat disetujui oleh Direksi mengenai sumber alam/quarry, guna
mendapatkan persetujuan dari Direksi. Kontraktor harus menyerahkan
kepada Direksi contoh pasir yang akan digunakan untuk diadakan test
kualitas. Kontraktor harus memperoleh semua ijin yang diperlukan dan
membayar kewajiban atas pengembalian bahan tersebut.
(2) Pasir yang digunakan harus bersih, bebas dari gumpalan tanah liat, karang,
bahan organik dan alkali dan bahan-bahan lain yang dapat merusak mutu
beton, jumlah prosentase segala macam bahan yang dapat merusak tidak
boleh lebih dari 2%.
(3) Semua pasir yang dipakai adalah pasir dengan ukuran butir maximum 5
mm dan modulus kehalusan antara 2,3 – 2,8 jika diselidiki dengan saringan
standard untuk beton (sesuai PBI – 1971) atau dengan ketentuan sebagai
berikut :

No Saringan (u.s Standard) Prosentase Tertinggal Saringan


4 0 – 15
8 6 – 15
16 10 – 25
30 10 – 30
50 15 – 35
100 12 – 20
Pan 3–7
B. Agregat Kasar
(1) Agregat kasar harus bersih dan bebas dari bagian-bagian yang halus
seperti lumpur, debu, dan partikel lain yang lembut, alkali dan bahan
organik atau dari substansi yang dapat merusak mutu beton dalam jumlah
yang banyak.
(2) Agregat kasar harus bergradasi baik dengan ukuran butiran antara 5 – 40
mm atau sesuai dengan petunjuk Direksi. Agregat kasar mempunyai
modulus kehalusan butir antara 6 – 7,5 mm, atau bila diselidiki dengan
saringan satndard harus sesuai dengan standard Indonesia untuk beton
PBI – 1971 (NI – 2).
(3) Batu yang digunakan adalah batu pecah yang berasal dari gunung batu
atau dari batu besar yang bermutu kwarsa dan tras mempunyai berat jenis
minimal 2,4 dengan kekuatan tekan tidak boleh kurang dari 400 Kg/cm2.
batu pecah yang digunakan setelah ditest abrasi harus lebih kecil 40% dari
berat batu yang terabrasi.
98
(4) Agregat harus didapat dari sumber yang disetujui oleh Proyek dan
Kontraktor harus memperoleh ijin dan membayar kewajiban karena
pengambilan bahan tersebut.
(5) Agregat harus ditimbun dengan cara sedemikian sehingga terhindar dari
tercampurnya dengan bahan lain dan pemisahan gradasi.
2.9.1.3.4. Air
Air yang dipakai untuk campuran beton harus bebas dari lumpur, minyak,
asam, bahan organik, garam dan kotoran lain dalam jumlah yang dapat
merusak. Bila diperlukan oleh Direksi, Kontraktor harus menunjukan
sumber air yang digunakan serta tes terhadap mutu/kualitas air, semua
biaya yang dikeluarkan oleh Kontraktor untuk keperluan pengadaan
pengetesan mutu air harus sudah dimasukan dalam harga penawaran
volume batu tiap meter kubiknya.

2.9.1.4. Adukan Beton


2) Komposisi
Beton harus dibentuk dari unsur-unsur Portland Cement (PC), air, pasir,
dan kerikil (agregat kasar) dan dicampur dalam perbandingan yang serasi
dan diaduk hingga homogen dengan kekentalan yang baik, sesuai dengan
peraturan beton Indonesia PBI 1971 (NI – 2). Kelas dan Mutu Beton
Kelas dan mutu beton harus sesuai dengan Standar Indonesia NI-2, PBI
1971, sesuai tabel dibawah ini.

Kategori
‘bk ‘bm
Mutu bangunan Pengawasan Pengujian
Kg/cm²) (Kg/cm²)
(tujuan)
B0 - - Non struktur Kualitas Agregat Kuat
Desak
B1 - - Struktur Pemeriksaan Tidak diuji
dengan mata
K.125 125 200 Struktur Pengujian Diuji
dengan analisa
saringan
K.175 175 250 Struktur Pengujian Diuji
dengan analisa
saringan
K.225 225 300 Struktur Pengujian Diuji
dengan analisa
saringan
K.350 350 425 Struktur Pengujian Diuji
dengan analisa
saringan
’bk adalah kekuatan tekan karakteristik yang ditentukan dari hasil percobaan
benda uji, ’bm adalah harga kekuatan tekan rata-rata. Bilamana tidak
ditentukan lain, maka kekuatan desak dari beton adalah kekuatan tekan hancur
dari contoh kubus yang diuji pada umur 28 hari.

Rumus untuk menghitung ’bk adalah sebagai berikut :


’bk = ’bm – 1,64.s

99
 '  ' b   ' bm 
2

s 
n 1

’bm =  n
dengan :
n= Jumlah benda uji (minimum 20 buah)
’b = kekuatan tekan tiap benda uji (kg/cm2)
’bm = Kekuatan tekan beton rata-rata (kg/cm2)
s= deviasi standar (kg/cm2)

Untuk mencegah adukan beton yang terlalu kental atau terlalu encer, dianjurkan
untuk menggunakan nilai slump sebagai berikut :
Slump
Jenis pekerjaan
Maximum Minimum
Dinding, pelat pondasi dan pondasi telapak bertulang 12,5 5,0
Pondasi telapak tidak bertulang, kaison dan
9,0 2,5
konstruksi bawah tanah
Pelat, Balok, Kolom dan dinding 15,0 7,5
Perkerasan jalan 7,5 5,0
Pembetonan Masal 7,5 2,5
Untuk maksud-maksud dan alasan tertentu, maka dengan persetuuan Direksi,
dapat dipakai nilai slump yang menyimpang dari tabel di atas, asal memenuhi
hal-hal sebagai berikut :
- Beton dapat dikerjakan dengan baik.
- Tidak terjadi pemisahan dalam adukan.
- Mutu beton yang disyaratkan tetap terpenuhi.

3) Uji Campuran Beton


Enam puluh hari sebelum dimulai pekerjaan pembetonan, Kontraktor harus
mengadakan uji coba campuran beton untuk tiap kelas mutu beton dibawah
pengawasan Direksi. Bilamana Direksi telah menyetujui campuran beton
untuk tiap-tiap kelas beton, maka sebelum pengecoran, Kontraktor harus
menyiapkan peralatan yan cukup jumlahnya guna mengadakan uji mutu
campuran. Pengecoran hanya dapat dilaksanakan dibawah pengawasan
Direksi untuk menjamin mutu beton yang sesuai dengan kelasnya. Dalam
setiap uji campuran, kontraktor harus membuat masing-masing tiga (3)
silinder benda uji. Untuk diuji pada umur 3 hari - umur 28 hari.
Bila ternyata dari hasl uji tegangan tidak memenuhi, ,maka kontraktor harus
membongkar dengan memperbaiki campuran/adukan atas biaya sendiri.
Semua biaya yang dikeluarkan oleh Kontraktor yang berkaitan dengan
pekerjaan ini harus sudah diperhitungkan dalam harga penawaran volume
beton tiap meter kubiknya.

4) Pengadukan dan Pengangkutan


(1) Kontraktor harus mencampur beton dengan alat pengaduk yang baik
yaitu “Batch Mixer” atau “Portable concrete mixer” dengan kapasitas
yang sesuai dengan besarnya pekerjaan. Alat pengaduk harus mampu
mengaduk/mencampur semua bahan-bahan yang merata dan pada
penuangannya tidak terjadi pemisahan.

100
(2) Alat pengaduk harus diperlengkapi dengan alat-alat pengukur yang
teliti dan pengatur terhadap setiap bahan yang dimasukkan.
(3) Urutan memasukkan bahan-bahan ke dalam alat pengaduk serta lama
waktu mengaduk harus sepengetahuan Direksi.
(4) Tidak diperkenankan mengaduk dalam jumlah yang lebih dengan
menambah air agar kekentalan bisa bertahan lama.
(5) Dalam membuat campuran beton diperbolehkan menggunakan Truck
Mixer dan harus mendapat persetujuan dari Direksi. Truck Mixer harus
bertipe “Revolving Drum”, rapat air dan harus dilengkapi dengan
peralatan yang teliti untuk mengukur jumlah air.
(6) Truck Mixer dan pengaduk harus dioperasikan dalam batas-batas
kapasitas dan kecepatan perputaran yang telah ditetapkan oleh pabrik
alat tersebut. Pada waktu menggunakan “Concrete-Mixer” maka
pengisian bahan beton yang akan diaduk harus sedemikian sehingga
pada saat dituangkan kedalam acuan maupun pada waktu
pengambilan contoh (sampling) tidak terjadi pemisahan (segregasi).
(7) Kontraktor harus menyiapkan peralatan dan bahan yang cukup dan
memadai selama proses pengadukan.
(8) Pengangkutan, pengadukan beton dari tempat pengadukan ke tempat
pengecoran harus dilakukan dengan cara yang ditentukan Direksi, dan
dijamin tidak ada pemisahan bahan-bahan adukan.
(9) Pengangkutan adukan beton harus lancar sehingga tidak terjadi
perbedaan waktu pengikatan yang menyolok antara beton yang telah
dicor dengan yang akan dicor. Pengangkutan adukan beton dengan
peralatan sperti, agitator, truck belt conveyor, talang miring hanya
dapat dilakukan dengan persetujuan dari Direksi.
(10) Adukan beton sudah harus dicor dalam waktu 1-2 jam setelah
pengadukan dengan air dimulai. Apabila diperlukan jangka waktu lebih
lama lagi oleh karena proses pengangkutan harus ditambahkan bahan
penghambat pengikatan sesuai petunjuk Direksi.

2.9.1.5. Persyaratan Pelaksanaan


2.9.1.5.1. Pengecoran Beton
Pengecoran beton tidak dapat dimulai sebelum cetakan beton/acuan,
tulangan dan bagian-bagian yang harus tertanam terpasang dengan
komplit dan telah diperiksa dan disetujui oleh Direksi. Kecuali ditentukan
lain oleh Direksi, Kontraktor tidak dibenarkan melakukan pengecoran
dalam genangan air dan dalam aliran air atau dalam kondisi meakukan
pengecoran dalam genangan air dan dalam aliran air atau dalam kondisi
hujan. Bilamana diperlukan oleh Direksi, Kontraktor harus menyediakan
satu set atau lebih alat komunikasi antara tempat-tempat pengadukan dan
tempat pengecoran beton. Tidak ada pembayaran khusus untuk
pengadaan, pemeliharaan alat komunikasi tersebut diatas.

2.9.1.5.2. Penyiapan Tempat Pengecoran


Segera sebelum pengecoran, semua permukaan yang akan dicor harus
dibersihkan dari bahan-bahan minyak, bahan organik, kayu atau bahan-
bahan lain yang dapat mengurangi pengikatan mutu beton. Untuk
permukaan pasangan batu/pondasi batu harus dibasahi dahulu sebelum
pengecoran. Untuk permukaan dasar tanah/pasir harus diratakan dan
dibasahi dahulu sebelum dicor. Pada permukaan sambungan beton harus
101
dibersihkan dan dibasahi terlebih dahulu sebelum dicor atau sesuai
perunjuk Direksi.

2.9.1.5.3. Suhu
Suhu beton sewaktu dicor/dituang tidak boleh lebih dari 32ºC dan tidak
boleh kurang dari 4,5oC. Bila suhu beton melebihi 32oC seperti yag
ditetapkan oleh Direksi, maka Kontraktor harus mengambil langkah-
langkah pendinginan misal dengan mendinginkan agregat/menyiram air.

2.9.1.5.4. Pengecoran Dalam Air


Pengecoran beton tidak dapat dilaksanakan di bawah air kecuali ditentukan
lain oleh Direksi dengan pengawasan yang ketat. Penambahan volume
semen (PC) sangat diperlukan dalam pekerjaan ini sehingga faktor air
semen tidak boleh lebih besar 0,47. nilai slump yang terjadi harus di bawah
10 cm dengan dilakukan pengecoran sesuai metode-metode yang
disarankan oleh Direksi guna menjamin konsistensi dan mutu beton.

2.9.2. Pengecoran dan Pemadatan


(1) Beton hanya dicor pada waktu Direksi ada ditempat pekerjaan dan
Kontraktor harus memberi pemberitahuan yang layak akan maksud
pengecoran itu.
(2) Beton harus dituang ke acuan secepat mungkin dan dengan cara-cara
sedemikian sehingga tidak menyebabkan pemisahan bahan atau
hilangnya slump.
(3) Tinggi jauh pengecoran tidak boleh lebih dari 1 (satu) meter agar tidak
terjadi pemisahan atas bahan-bahannya. Pemisahan yang berlebihan
karena menjatuhkan beton dari suatu ketinggian yang cukup besar
atau membentur acuan atau tulangan tidak diperbolehkan. Kontraktor
harus menyediakan peluncur jatuh yang baik untuk mengendalikan
dan menahan jatuhnya beton.
(4) Beton-beton dituang secara terus-menerus dalam lapisan kira-kira
horizontal, tidak boleh terjadi rongga-rongga dan harus menutup
seluruh permukaan acuan.
(5) Untuk mencegah adanya rongga-rongga dalam beton, adukan beton
harus dipadatkan selama pengecoran dengan cara penggetaran
dengan menggunakan alat penggetar mekanis (Vibrator).
(6) Mengolah lagi campuran beton bekas tidak diperbolehkan. Untuk
beton yang telah mengeras sehingga sulit untuk dicor, harus dibuang
dan tidak ada perhitungan pembayaran.
(7) Pada setiap pengecoran (concrete placing) harus diadakan
pemeriksaan “slump” dan pengambilan kubus (cylinder sample) untuk
pemeriksaan kuat tekan (compression test) pada umur : 3 hari, 7 hari
dan 28 hari, masing-masing 3 (tiga) buah.

2.9.2.1.1. Perbaikan Beton


(1) Bilamana setelah pembongkaran beberapa beton dijumpai tidak
sesuai bentuknya dengan gambar, atau menyimpang dari ukutan atau
elevasi seperti dalam gambar atau terdapat permukaan-permukaan
yang rusak, maka Kontraktor harus memperbaiki sesuai petunjuk
Direksi atas pembiayaan Kontraktor sendiri.
(2) Pekerjaan perbaikan beton harus dilaksanakan segera setelah acuan

102
dibongkar.
(3) Tempat-tempat atau bagian-bagian yang diperbaiki, harus dikupas,
sepenuhnya dibatasi, dan diisi dengan bahan pengisi yang disetujui
sampai penuh/rapat.

2.9.2.1.2. Pekerjaan Penyelesaian & Penyempurnaan


(1) Pekerjaan penyempurnaan dari permukaan beton harus dikerjakan
oleh tenaga kerja yang ahli dan di bawah pengawasan Direksi.
(2) Penyelesaian dan penyempurnaan hasil pekerjaan harus dilakukan
sesuai gambar rencana kecuali ditentukan lain oleh Direksi.
(3) Untuk penyempurnaan dapat digunakan campuran semen dan pasir
yang mutunya lebih baih dari campuran betonnya.
(4) Ketidak-teraturan permukaan yang dibentuk akibat pengecoran tidak
boleh melebihi sepanjang 1,5 m. Pada permukaan-permukaan yang
akan tertutup tanah, tidak perlu penanganan kecuali untuk perbaikan-
perbaikan dan koreksi-koreksi penurunan yang melebihi 2,5 cm. Untuk
semua permukaan yang dibentuk lain, perubahan-perubahan secara
tiba-tiba tidak melebihi 10 mm. Acuan untuk permukaan yang terbuka
(eksposed) untuk pandangan atau untuk saluran-saluran harus
dikerjakan seteliti mungkin dan dengan penuh keahlian serta harus
kuat. Permukaan, yang terlihat tidak boleh memperlihatkan retakan-
retakan, cembung atau tidak lurus.
(5) Permukaan-permukaan yang terbentuk yang akan ditutup dengan
urugan harus diratakan sehingga didapat satu permukaan yang
seragam. Permukaan-permukaan yang terbuka dengan maksud untuk
pandangan atau mengalirkan air harus disempurnakan dengan alat
dari logam yang keras. Pada tempat-tempat atau bagian-bagian untuk
pejalan kaki atau lalu-lintas kendaraan harus disempurnakan dengan
sapu lidi. Peralihan permukaan tidak boleh lebih dari 7 mm dan tidak
boleh secara tiba-tiba.
(6) Permukaan-permukaan yang terbuka dan terpengaruh oleh cuaca
harus diberi kemiringan untuk drainase.

2.9.2.1.3. Perawatan Dan Perlindungan Beton


Semua beton yang sudah dicor harus dirawat sesuai spesifikasi yang telah
ditentukan oleh Direksi. Kontraktor harus mengajukan cara-cara/metode
perawatan dan perlindungan beton kepada Direksi sebelum pelaksanaan
pengecoran dimulai. Perawatan yang digunakan harus mencegah/menjaga
kelembaban beton. Beton harus terlindung dari hujan deras selama 12 (dua
belas) jam, aliran air selam 14 (empat belas) hari dan sengatan matahari
selama 3 (tiga) hari sesudah pengecoran.

2.9.2.1.4. Perawatan Dengan Air


Beton secara teratur harus disiram air sampai umur 21 hari setelah
pengecoran. Untuk menjaga kelembaban dapat dilakukan dengan cara
menutup seluruh permukaan beton dengan karung, karpet atau pasir dalam
karung yang selalu dibasahi dengan air.

2.9.2.1.5. Perawatan Dengan Uap


Bila perawatan ini yang dipakai oleh pabrik pembuat beton pracetak maka
Kontraktor harus memberitahukan kepada Direksi, yang meliputi proses

103
perawatan, peralatan dan bahan yang digunakan untuk mendapat
persetujuannya.

2.9.2.1.6. Pengujian Kualitas Beton


Selama masa pelaksanaan, mutu beton harus diperiksa secara terus-
menerus, sesuai pasal 3-6.5 (7), pada setiap pengecoran harus dibuat
benda uji. Tegangan ijin untuk desak dan geser beton setelah benda uji
berumur 28 hari harus lebih besar dari tegangan ijin yang disyaratkan.
Pembuatan dan pemeriksaan benda uji harus memenuhi hal-hal berikut :
(1) Benda uji kubus harus dibuat dengan cetakan yang paling sedikit
mempunyai 2 dinding yang berhadapan terdiri dari bidang-bidang yang
rata betul dari plat baja, kaca cermin atau plat alumunium. Cetakan
sebelumnya dilapisi dengan vaselin atau minyak agar mudah
dilepaskan dari betonnya, kemudian diletakan di atas bidang atas yang
rata yang tidak menyerap air.
(2) Adukan benda uji harus mengambil langsung dari tempat pengadukan
beton dan dituangkan dalam cetakan benda uji.
(3) Pada adukan beton yang encer, adukan beton diisikan ke dalam
cetakan dalam 3 lapis yang kira-kira sama tebalnya dengan tiap-tiap
lapis ditusuk-tusuk 10 kali dengan tongkat baja berdiameter 16 mm
dengan ujung dibulatkan. Pada adukan beton yang kental, cetakan
harus diberi sambungan ke atas, kemudian adukan beton diisikan
sekaligus.
(4) Kubus-kubus/benda uji yang baru dicetak harus disimpan di tempat
yang bebas dari getaran dan ditutup dengan karung basah selama 24
jam, setel;ah itu baru dibuka dari cetakannya. Kemudian benda uji
disimpan pada tempat yang suhunya sama dengan di luar.
(5) sebelum diadakan test kekuatan, ukuran benda uji harus ditentukan
dengan ketelitian sampai mm.
(6) Pada pengujian, tekanan dikerjakan pada bidang-bidang sisi dari
kubus yang menempel pada bidang-bidang yang rata dalam cetakan.
Tekanan harus dinaikkan berangsur-angsur dengan kecepatan 4
kg/cm2 per detik.
(7) Sebagai beban hancur dari kubus berlaku beban tertinggi yang
ditunjukan oleh pesawat penguji. Pesawat penguji tidak boleh
mempunyai kesalahan yang melampaui 3 % pada setiap pembebanan
di atas 10% dari kapasitas maximum.

2.9.2.1.7. Pengujian Bahan/Material Beton


Bilamana diminta oleh Direksi, Kontraktor harus mengji bahan yang
digunakan untuk beton. Syarat-syarat pengujian dan kualitas harus sesuai
dengan yang tersebut dalam PBI – 1971 (NI-2), kecuali ditentukan lain oleh
Direksi.

2.9.2.1.8. Catatan Pengujian Dan Pembetonan


Kontraktor harus menyerahkan laporan kepada Direksi yang berisikan
tanggal, jam, cuaca dan suhu dari berbagai macam pembetonan serta hasil
test benda-benda uji sebagai laporan bulanan kepada Proyek.

2.9.2.1.9. Mutu Beton Standar


Mutu beton yang akan digunakan dalam konstruksi harus sesuai dengan
kebutuhan yaitu K-175 dan K-225
104
2.9.2.1.10. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN
Ukuran pembayaran Beton berdasarkan harga satuan setiap per Meter kubik
yang telah ditetapkan dalam Bill Off Quantity (BOQ). Harga satuan tersebut telah
termasuk seluruh biaya pekerja, bahan-bahan dan peralatan yang dipergunakan.

Jenis
Uraian Satuan Pengukuran
Pembayaran
Beton mutu f’c = 10 Mpa
1 M3
(K125) Lantai Kerja
Beton Fc'20 Mpa (K-225)
1 M3
Secara semi-mekanis

2.9.3. Pekerjaan Pembesian


(1) Kontraktor harus menyiapkan, membengkokkan dan memasang
pembesian sesuai dengan apa yang tercantum di dalam gambar dan
apa yang dijelaskan didalam spesifikasi. Dalam pekerjaan pembesian
termasuk semua pemasangan kawat beton, kaki ayam untuk
penyanggah, beton dekking dan segala hal yang perlu serta juga
menghasilkan pekerjaan beton sesuai dengan ketentuan.
(2) Sebelum pekerjaan pembengkokan besi beton, Kontraktor harus
terlebih dahulu menyiapkan daftar pembesian, sketsa dan gambar
pembengkokkan besi dan menyerahkannya pada Direksi Proyek untuk
disetujui.
(3) Kontraktor bertanggung jawab sepenuhnya akan ketelitian ukuran, dan
akan diperiksa dilapangan oleh Direksi Proyek pada waktu
pemasangan pembesian.
(4) Detail dan pemasangan pembesian harus sesuai dengan peraturan
atau standard PBI 1971 atau yang disetujui oleh Direksi Proyek.

2.9.3.1. Mutu Besi Tulangan


(1) Besi beton yang dipakai adalah besi beton polos atau besi beton ulir.
Besi beton polos yang dipakai adalah besi beton dengan tegangan
leleh 2.400 kg/cm2 dan tertera di dalam gambar dengan kode (U.24).
Besi beton ulir (High Strength Steel) yang dipakai adalah besi beton
dengan tegangan leleh 3.900 kg/cm2 dan tertera di dalam gambar
dengan kode (U.39).
(2) Besi beton yang tersebut di atas haruslah memenuhi syarat PBI-1971-
NI2. Kontraktor harus bisa membuktikan dan melaporkan kepada
Direksi Proyek bahwa besi beton yang dipakai termasuk jenis mutu
baja yang direncanakan. Jika nanti terdapat kesalahan/kekeliruan
mengenai jenis besi beton yang dipergunakan, maka Kontraktor harus
bertanggung jawab atas segalanya dan mengganti semua tulangan
baik yang sudah terpasang maupun yang belum.
(3) Laporan mengenai jenis besi beton harus dibuat secara tertulis dan
dilampirkan juga keterangan dari pabrik besi beton dimana tulangan
tersebtu diproduksi, yang menyebutkan bahan besi beton tersebut
termasuk tulangan yang bermutu sesuai dengan yang direncanakan,
yang dilengkapi dengan hasil-hasil percobaan laboratorium.
105
2.9.3.2. Pembengkokan Besi Beton
(1) Pekerjaan pembengkokan besi harus dilaksanakan dengan teliti
sesuai dengan ukuran yang tertera pada gambar.
(2) Besi beton tidak boleh dibengkokkan atau diluruskan sedemikian rupa,
sehingga rusak atau cacat, dan tidak diperbolehkan membengkokkan
besi beton dengan cara pemanasan. Pembengkokan dilakukan
dengan cara melingkari sebuah pasak dengan diameter tidak kurang
dari 5 kali diameter besi beton, kecuali untuk besi beton yang lebih
besar dari 25 mm, pasak yang digunakan harus tidak kurang dari 8 kali
diameter besi beton, kecuali bila ditentukan lain.
(3) Semua pembesian harus mempunyai hak pada kedua ujungnya
bilamana tidak ditentukan lain.
(4) Pemasangan Besi Tulangan
(5) Pembersihan
(6) Sebelum baja tulangan dipasang, besi beton harus bebas dari sisa
logam, karatan, lemak dan lapisan yang dapat merusak atau
mengurangi daya lekat besi dan beton.

2.9.3.3. Pemasangan Tulangan


(1) Besi Beton harus dipasang dengan teliti sesuai dengan gambar, dan
dipastikan tidak terjadi penggeseran dengan mengikat dengan kawat.
Rangka tulangan harus diganjal dengan balok beton cakar ayam atau
lainnya sesuai dengan gambar.
(2) Dalam Segala hal untuk besi beton horisontal harus digunakan
penunjang yang tepat, sehingga tidak terjadi penurunan batang.
Kontraktor harus membuat ganjalan balok beton sesuai dengan
perunjuk Direksi.
(3) Baja tulangan beton untuk plat (slab) langsung di atas tanah harus
didukung dengan balok beton yang dicetak lebih dulu. Permukaan dari
balok beton harus horisontal berukuran kurang lebih 7,25 cm x 10 cm.
(4) Jarak terkecil antara batang pararel harus satu diameter batang tetapi
jarak terbuka tidak boleh kurang dari 1,2 ukuran terbesar agregat.
(5) Tebal Selimut beton, dalam mm, harus tidak kurang dari yang tersebut
dibawah ini.

Dengan Acuan dan


Dengan Acuan dan Tanpa
Bagian Dilapis Adukan
“Eksposed” Acuan
Konstruksi Semen Pasir
(mm) (mm)
(mm)
Pelat 20 30 65
Balok 25 40 65
Dinding 20 30 5
Kolom 40 50 75
Pondasi - 50 65
Tiang - - -
Pancang - 40 -
.
(6) Sambungan-sambungan tulangan harus dibuat overlap minimum 40
kali diameter tulangan sesuai persyaratan yang tercantum pada PBI
1971 Bab 8 dan ketentuan-ketentuan pada gambar. Harus dihindari
meletakkan sambungan tulangan pada titik-titik yang menimbulkan
106
tegangan maksimum.

2.9.3.4. Beton Dekking


Bilamana tidak ditentukan lain dalam gambar, maka penulangan harus
dipasang dengan tebal untuk beton dekking sebagai berikut :
(1) Semua konstruksi beton yang kena air = 4 – 5 cm
(2) Balok dan kolom yang tidak kena air = 3 – 4 cm
(3) Bidang yang kena udara dan semua bidang interior = 2,5 cm

2.9.4. Bekisting
Bekisting harus menghasilkan konstruksi akhir yang mempunyai bentuk,
ukuran, batas-batas seperti yang ditunjukkan dalam gambar konstruksi.

2.9.4.1. Bahan
(1) Semua bahan-bahan yang akan dipakai untuk bekisting baru bisa
dipergunakan jika sudah mendapat persetujuan dari Direksi Proyek.
(2) Didalam pekerjaan bekisting terdapat 2 (dua) tipe yang diminta yaitu
untuk tampilan normal (normal exposed) dan untuk tampilan halus
(smooth exposed). Bahan dari peruntukan kedua tipe tersebut
berbeda, untuk tampilan normal digunakan multiplex plywood 8 mm
dengan dilapisi minyak bekisting dan untuk tampilan halus
menggunakan bahan teknolith 10 mm dilapisi minyak bekisting.
(3) Semua bahan untuk bekisting harus bahan baru, dikeringkan secara
baik dan bebas dari mata kayu yang lepas, celah kotoran yang melekat
dan sejenis lainnya, bila bekisting yang sama akan digunakan lagi,
harus menghasilkan permukaan yang serupa dan dengan persetujuan
Direksi Proyek.

(4) Tiang-tiang penahan bekisting harus dipilih dari bahan yang kuat.
Bambu tidak diperbolehkan dipakai untuk tiang-tiang penyangga sekur
dan klem, tetapi harus menggunakan kayu sekurang-kurangnya se-
kualitas dengan kayu dolken.
(5) Untuk bahan-bahan yang kurang/tidak memenuhi syarat, tidak boleh
dipakai dan harus dipindahkan dari lokasi pekerjaan.

2.9.4.2. Pembuatan Bekisting


Bekisting-bekisting tidak boleh bocor dan cukup kaku dan tidak
berpindahan tempat atau melendut. Permukaan bekisting harus halus dan
rata, tidak boleh ada lekukan/lubang-lubang.

2.9.4.3. Tiang penyangga


Tiang penyangga baik yang vertikal/miring harus dibuat sebaik mungkin
untuk memberikan penunjang yang dibutuhkan tanpa menimbulkan
perpindahan tempat, kerusakan dan overstress pada beberapa bagian
konstruksi. Struktur dari tiang-tiang penyangga harus ditempatkan pada
posisi sedemikian rupa sehingga konstruksi bekisting benar-benar kuat dan
kaku untuk menunjang berat sendiri dari beban-beban lain yang berada
diatasnya selama pelaksanaan, bila perlu Kontraktor membuat perhitungan
besar lendutan dan kekuatan dari bekisting tersebut.

(1) Khusus untuk bekisting kolom, balok-balok tinggi dan dinding pada tepi
bawahnya harus dibuat bukaan pada dua sisi untuk mengeluarkan
107
kotoran-kotoran yang mungkin terdapat pada dasar kolom/dinding
tersebut.
(2) Penanaman pipa dan lain-lain serta perlengkapan lain untuk membuat
lubang, jaringan pipa dan lain-lain harus dipasang kokoh dalam
bekisting, kecuali bilamana diperintahkan lain oleh Direksi Proyek.
(3) Untuk mempermudah pembongkaran bekisting, dapat digunakan
pelapis bekisting dengan persetujuan Direksi Proyek.
(4) Bekisting yang sudah selesai dibuat dan sudah disiapkan untuk
pengecoran beton, akan diperiksa oleh Direksi Proyek, beton tidak
boleh dicor sebelum bekisting disetujui oleh Direksi Proyek. Untuk
menghindari kelambatan dalam mendapatkan persetujuan, sekurang-
kurangnya 24 jam sebelumnya, Kontraktor harus memberitahukan
Direksi Proyek bahwa bekisting sudah siap untuk diperiksa.
(5) Bekisting harus dibongkar tanpa goncangan, getaran atau kerusakan
pada beton. Pembongkaran harus dilakukan dengan hati-hati.
Bekisting tidak boleh dibongkar sebelum beton mencapai suatu
kekuatan kubus sekurang-kurangnya cukup untuk memikul 2 kali
beban sendiri. Kontraktor harus memberitahu Direksi Proyek bilamana
bermaksud akan membongkar cetakan pada bagian-bagian konstruksi
yang utama dan persetujuan Direksi itu tidak berarti Rekanan lepas
dari tanggung jawabnya. Bilamana akibat pembongkaran cetakan,
pada bagian-bagian konstruksi akan bekerja beban-beban yang lebih
tinggi dari pada beban rencana, maka cetakan tidak boleh dibongkar
selama keadaan kelebihan beban tersebut berlangsung. Perlu
ditekankan bahwa tanggung jawab atau keamanan konstruksi beton
seluruhnya terletak pada Kontraktor dan perhatian Kontraktor
mengenai pembongkaran cetakan ditujukan ke PBI 1971 dalam pasal
yang bersangkutan.

2.9.4.4. Sambungan Beton


2.9.4.4.1. Sambungan Cor
Letak-letak sambungan cor sesuai dengan yang telah disetujui Direksi.
Bidang permukaan dari sambungan cor sebelum diadakan pengecoran
lanjut, harus bersih, kasar dan terlebih dahulu dibasahi. Bidang permukaan
dari sambungan cor horisontal harus dipersiapkan untuk menerima
sambungan berikutnya dengan menggunakan semprotan pasir (sand
blasting) atau diadakan pemotongan dengan semprotan air bertekanan
(air-water jet).
Mengenai penggunaan “Air Water Cutting” atau “Wet Sandblasting” atau
mengenai penggunaan metoda “ Air Water Cutting” atau “Wet
Sandblasting” atau sambungan air akibat metoda pemotongan dengan
semprotan air, harus dilaksanakan atas persetujuan Direksi.

2.9.4.4.2. Sambungan Muai (Construction Joint)


Sambungan muai sebagaimana ditunjukan pada gambar dibuat pada
temapt-tempat yang sudah ditentukan. Permukaan beton bagian pertama
harus bersih dan ditutup dengan komponen pelapis sebelum beton bagian
kedua dipasang. Komponen pelapis sesuai dengan ASTM : C.309.

2.9.4.4.3. Sumbat Air (Water Stop)


(1) Kontraktor harus menyediakan dan memasang sumbatan air (water

108
stop) yang terbuat dari bahan polyvinyl – chloride dalam bentuk dan
ukuran yang telah ditentukan dan ditempatkan pada tempat yang
sudah ditentukan dalam gambar atau ketentuan oleh Direksi. Untuk
kemudahan penempatan dalam cetakan, dapat digunakan water stop
yang memakai split-flange; namun sebelum pengecoran beton
terakhir, bagian splitflange harus disambung sedemikian rupa
sehingga adukan tidak dapat masuk diantara bagian-bagian yang
terpisah dari flens tadi.
(2) Sebelum pemasangan, Kontraktor harus mengajukan contoh bahan
yang akan digunakan kepada Direksi guna diperiksa mutunya.
(3) Kontraktor harus menyediakan semua bahan, peralatan dan tenaga
listrik yang diperlukan untuk membuat sambungan-sambungan
lapangan dan pemasangan sumbatan air.
(4) Sambungan-sambungan lapangan untuk sumbat air harus dibuat
dengan memotong sumbatan air sesuai yang diperlukan, memansasi
ujungnya sampai dengan titik cari dan menghubungkannya untuk
memperoleh sambungan yang dikehendaki. Pemasangan ujung
sambungan dilakukan dengan menggunakan mesin penyambung
yang diakui oleh pabrik sumbat air atau dengan alat pemanas listrik
yang disetujui oleh Direksi.
(5) Pemasangan sumbatan air harus dilakukan dengan hati-hati untuk
memastikan agar titik pusat sumbatan air berlanjut dengan
sumbangan. Kontraktor harus menjaga dan melindungi sumbatan air
selama pekerjaan berlangsung.
(6) Sumbatan air VC harus dibuat secara proses etrusi dari komponen
plastik elastomeric, damar basis dari polyvinyl chloride murni. Dilarang
menggunakan kembali polyvinyl chloride bakas atau sisa pabrik.
Campurannya harus mengandung damar tambahan, unsur pembuat
plastik unsur penyeimbang atau bahan-bahan lain yang diperlukan
untuk memastikan bahwa jika bahan-bahan lain yang diperlukan untuk
memastikan bahwa jika bahan-bahan itu dicampur, hasil akhirnya akan
mempunyai sifat fisik sebagai berikut :

Jenis Uji Sifat Jenis Standar


Berat Jenis 1,33 + 0,03 pada 73 F ASTM D792
Kuat Tarik 2.200-2.500 psi pada 73 F ASTM D638
Delta Panjang 360% - 400% pada 73 F ASTM D638
Suhu Getas - 55 F ASTM D746
Kekerasan 65 - 75 ASTM D2240

(7) Semua sumbat air harus dibuat sedemikian rupa sehingga setiap
tampangnya harus rapat, homogin dan bebas dari porositas dan
ketidak-sempurnaan.

2.9.4.4.4. Pengisi Sambungan (Joint Filler)


(1) Pengisian sambungan disediakan dan dipasang oleh Kontraktor dalam
sambungan-sambungan yang ditunjukan pada gambar dan
diperintahkan oleh Direksi.
(2) Pengisian sambungan harus merupakan spon yang sangat kenyal atau
karet sel, sesuai dengan ASTM: D 1056 untuk karet SBE a5 atau SBE
109
45.
(3) Pengisian sambungan harus dipotong dan dipasang seperti ditunjukan
dalam gambar, dipasang dengan menggunakan paku tembaga atau
kuningan yang ditanam pada beton yang dicor terdahulu. Dapat pula
dipakai semacam bahan perekat, atas iji Direksi.
(4) Sambungan di Tempat bahan pengisi harus rapat dan diplester
sedemikian sehingga adukan beton tidak dapat meresap kedalam
sambungan atau bahan pengisi sambungan. Pengisi sambungan
harus ditangani dengan hati-hati dan disimpan di tempat yang jauh dari
sinar matahari langsung agar tidak rusak.

2.9.4.4.5. Bahan Kedap Sambungan (Joint Scaler)


Bahan kedap sambungan harus disediakan dan dipasang oleh Kontraktor
pada permukaan terbuka pengisi sambungan, guna melindunginya dan
menjaga agar sambungan-sambungan bebas dari air dan kotoran. Bahan
tersebut harus sesuai dengan persyaratan ASTM: D 1850, dan digunakan
tepat sesuai dengan spesifikasi dari pabrik pembuatnya.

2.9.4.5. Pengukuran Dan Pembayaran


2.9.4.5.1. Pengukuran
Pengukuran untuk pembayaran setiap kelas beton yang diperlukan untuk
dicor langsung ke permukaan galian, dilakukan sesuai dengan garis batas
dimana pembayaran untuk galian dilakukan.
Pengukuran untuk pembayaran setiap kelas beton dilakukan sesuai
dengan garis batas kerapian konstruksi, seperti tercantum pada Gambar,
kecuali bila tercantum dalam spesifikasi.
Pengukuran untuk pembayaran beton pengisi (back concrete) dilakukan
sesuai dengan volume beton aktual yang ditempatkan pada lokasi lokasi
yang memerlukan pengisian.
Dalam mengukur beton untuk pembayarannya, volume semua bagian yang
membuka, bagian yang ceruk (recess), saluran, pipa, pekerjaan kayu
(woodwork) dan pekerjaan baja yang masing-masing lebih besar 0,05 m2
pada potongan melintang, maka harus dikurangi pembayarannya.

2.9.4.6. Pembayaran
Kecuali tercantum dalam spesifikasi, pembayaran setiap kelas beton di
berbagai bagian pekerjaan, dilakukan berdasarkan harga satuan per meter
kubik seperti yang tercantum dalam Daftar Volume Pekerjaan, dimana
harga satuan tersebut termasuk semua biaya, peralatan, tenaga kerja, dan
material yang diperlukan dalam pelaksanaan, termasuk pekerjaan
bekisting dan finishing, kecuali baja tulangan, ‘joint filler” dan “waterstop”
dimana pembayarannya di lakukan secara terpisah. Pembayaran setiap
kelas beton sudah termasuk biaya beton (semen, agregat, air dan bahan
pencampurnya), “batching”, pencampuran, pengangkutan, penempatan,
curing blockouts, joints, pengetesan dan pekerjaan lain yang terkait, seperti
yang tercantum dalam spesifikasi.
Pembayaran tidak dilakukan untuk beton yang perlu ditempatkan diluar
garis batas galian, seperti misalnya galian yang lebih atau karena alasan
lain, kecuali ada persetujuan Direksi. Semua biaya pembuangan sisa beton
atau mortar harus ditanggung Kontraktor.

110
Jenis
Satuan
Pembayaran Uraian
Pengukuran

1 Pekerjaan Beton m³
2 Pemasangan Begesting m²
3 Pekerjaan Pembesian Kg

2.9.5. PEKERJAAN PENGADAAN & PEMASANGAN U-DITCH


2.9.5.1. Umum
Pekerjaan ini meliputi pengadaan dan pemasangan U-ditch yang terbuat
dari beton Precast K. 300 dengan ukuran 30 x 40 x 120 cm

2.9.5.2. Bahan
Bahan yang digunakan untuk udicth adalah beton Precast K. 300 ukuran
30 x 40 x 120 cm

2.9.5.3. Pengajuan Kesiapan Kerja


Kontraktor harus menyerahkan pengajuan kesiapan pekerjaan kepada
Direksi Pekerjaan sebelum dimulainya pekerjaan, yaitu :

 Gambar detail pengadaan dan pemasangan udicth yang akan


dilaksanakan.
 Menyerahkan daftar peralatan yang akan digunakan dalam pekerjaan
pemasangan udicth.
 Daftar personil/tenaga kerja dan perlatan minimal yang digunakan
untuk melakukan pekerjaan.

2.9.5.4. Peralatan
Peralatan yang digunakan disesuaikan dengan pekerjaan yang
dilaksanakan.

2.9.5.5. Prosedur Pelaksanaan


 Pemasangan udicth disesuaikan dengan gambar rencana atau sesuai
dengan arahan Direksi Pekerjaan.
 Udicth yang dipasang K.300 dengan ukuran 30 x 40 x 120 cm
 Sambungan antar uditch harus rapat dan kuat apabilan terpaksa
dopotong harus rapi tidak boleh bergerak antar sambungan

2.9.5.6. Pengukuran dan Pembayaran


Ukuran pembayaran uditch berdasarkan harga satuan setiap per Unit yang
telah ditetapkan dalam Bill Off Quantity (BOQ). Harga satuan tersebut telah
termasuk seluruh biaya pekerja, bahan-bahan dan peralatan yang
dipergunakan.

Jenis Satuan
Uraian
Pembayaran Pengukuran
1 Pasang Uditch uk 30 x 40 x 120 Unit

2.10. PEKERJAAN SABUK HIJAU DAN PENERANGAN JALAN


2.10.1. Gebalan Rumput

111
2.10.1.1. Umum
Pekerjaan ini mencakup pembelian, penanaman, penyiraman dan
pemeliharaan tanaman rumput gajah mini/jampang

2.10.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan adalah jenis tanaman lempengan rumput
berkualitas baik (rumput gajah mini/jepang) dan merupakan jenis yang
digunakan untuk gebalan.

2.10.1.3. Peralatan
Peralatan yang digunakan disesuaikan dengan jenis pekerjaan tersebut.

2.10.1.4. Pengajuan Kesiapan Kerja


Kontraktor harus menyerahkan dalam bentuk tertulis kepeda Direksi
sebelum memulai pekerjaan, yang meliputi :

 Kontraktor harus menyerahkan gambar rencana daerah yang akan


ditanam gebalan rumput terlebih dulu kepada Direksi.
 Kontraktor harus membuat patok batas daerah atau lokasi yang akan
ditanam rumput terlebih dulu sebelum melakukan pekerjaan tersebut.
 Kontraktor harus menyerahkan/menunjukan jenis rumput yang akan
ditanam terlebih dulu kepada Direksi.
 Kontraktor harus menyerahkan daftar dan jumlah peralatan yang
digunakan untuk melakukan pekerjaan penanaman.
 Rumput yang ditanam diberi tusuk untuk merekatkan lempengan agar
tidak bergerak.

2.10.1.5. Pelaksanaan Penanaman


 Daerah yang akan ditanam rumput harus dalam keadaan bersih.
 Gebalan ditanam dengan jarak tertentu atau sesuai dengan arahkan
Direksi.
 Apabia tanaman rumput yang sudah ditanam mati maka Kontraktor
harus segera menggantinya lagi dengan tanaman rumput yang sejenis.

2.10.1.6. Pengukuran dan Pembayaran


Ukuran pembayaran untuk pekerjaan gebalan rumput dibuat berdasarkan
harga satuan meter persegi (M2) yang dibuat berdasarkan harga satuan
yang tercantum dalam penawaran di dalam Daftar Volume Pekerjaan atau
Rencana Anggaran Biaya yang diajukan.

Jenis Satuan
Uraian
Pembayaran Pengukuran
1 Gebalan Rumput M2

2.10.2. PEKERJAAN LAMPU PENERANGAN SOLAR CELL


2.10.2.1. Umum
Pekerjaan ini meliputi pengadaan dan pemasangan Lampu penerangan
solar cell 40 watt lengkap dengan baterai dan Accories dengan tiang tinggi
tiang 6 m

112
2.10.2.2. Bahan
Bahan yang digunakan untuk Lampu penerangan solar cell 40 watt
lengkap dengan baterai dan Accories dengan tiang tinggi 6 m

2.10.2.3. Pengajuan Kesiapan Kerja


Kontraktor harus menyerahkan pengajuan kesiapan pekerjaan kepada
Direksi Pekerjaan sebelum dimulainya pekerjaan, yaitu :
 Gambar detail pengadaan dan pemasangan Lampu Solar cell yang
akan dilaksanakan.
 Menyerahkan daftar peralatan yang akan digunakan dalam pekerjaan
pemasangan Solar cell Daftar personil/tenaga kerja dan perlatan
minimal yang digunakan untuk melakukan pekerjaan.

2.10.2.4. Peralatan
Peralatan yang digunakan disesuaikan dengan pekerjaan yang
dilaksanakan.

2.10.2.5. Prosedur Pelaksanaan


 Pemasangan Solar cell disesuaikan dengan gambar rencana atau
sesuai dengan arahan Direksi Pekerjaan.
 Lampu Solar cell 40 watt lengkap dengan baterai dan Accories dengan
tiang tinggi tiang 6 m

2.10.2.6. Pengukuran dan Pembayaran


Ukuran pembayaran Lampu penerangan solar cell berdasarkan harga
satuan setiap per buah yang telah ditetapkan dalam Bill Off Quantity (BOQ).
Harga satuan tersebut telah termasuk seluruh biaya pekerja, bahan-bahan
dan peralatan yang dipergunakan.

Jenis Satuan
Uraian
Pembayaran Pengukuran
1 Lampu Penerangan Solar Cell buah

PPK Air Tanah dan Air Baku II


SNVT Air Tanah dan Air Baku
BBWS Bengawan Solo

FATHORO TRIMARIAT, ST. MT


NIP. 198403212010121002

113
2021

5 -114

Anda mungkin juga menyukai