Anda di halaman 1dari 12

Limiting Affordance with Ergonomics:

Specific Composition of Surface Shape, Size, & Height


Nailah Arjeyita Mahdiyyah-2006577694

Gambar 1. Short Section of Sanitation Centre. Sumber: Gambar Pribadi

Sanitation Centre: Introduction


Dalam esai ini, saya akan mengelaborasikan secara lebih lanjut desain saya, yaitu sebuah
Sanitation Centre di bantaran sungai Ciliwung, RW 4 Manggarai yang berperan untuk memenuhi
kebutuhan sanitasi yang kurang memadai di daerah tersebut. Pembahasan yang ingin dibawa
adalah pengerucutan affordances pada permukaan kerja mencuci dan mengeringkan (kegiatan
mencuci baju dan menjemur, mencuci piring, mandi, serta buang air dan mencuci tangan)
berdasarkan ergonomi work surface yang hadir.

Sanitation Centre ini terdiri dari sistem interior berupa rangkaian surface yang saling
berhubungan. Rangkaian surface tersebut menunjang kegiatan mencuci dan mengeringkan untuk
badan, baju, dan alat masak/makan. Sistem tersebut berangkat dari fundamental operation
kegiatan mencuci, yaitu dialogue of surfaces atau pertemuan antara dua permukaan yang
berbeda. Keberadaan rangkaian surface tersebut tidak terlepas dari konteks ruang fungsional
mencuci yang terintegrasi dengan pemahaman psikologis akan kegiatan sanitasi (Baudrillard,
1996).
Gambar 2. Composition Rules of Lines, Planes, & Volume. Sumber: Diagram Pribadi

Permukaan-permukaan ini terbuat dari elemen utama yang dioperasikan, yaitu garis, bidang, dan
volume. Operasi segmenting, merging, dan centralizing pada elemen-elemen tersebut digunakan
untuk membentuk modul skala kecil, yaitu work surface dengan ukuran ergonomis untuk user
melakukan pencucian dan pengeringan hingga modul besar, yaitu komposisi garis, bidang, dan
volume yang menunjang moisture control yang tepat untuk masing-masing kegiatan sanitasi.
Konteks kegiatan sanitasi akan memunculkan petunjuk affordance lebih lanjut untuk
penyusunan elemen berdasarkan operasi tersebut (Chong & Proctor, 2019).

Fasilitas sanitasi ini memiliki program yang mewadahi kegiatan sanitasi alat masak/makan,
badan (toilet dan pemandian), dan baju sekaligus mengintegrasikan dengan sistem daur ulang air
bekas yang dapat digunakan untuk irigasi rain garden dan mencuci motor. Keyword-keyword
utama yang digunakan dalam penyusunan program Sanitation Centre ini sebagai berikut:
- Continuous Cyclic Flow
Alur bekerja untuk tiap kegiatan sanitasi memiliki siklus atau tahapan-tahapan yang tetap dan
berulang secara terus menerus tiap harinya di waktu yang relatif sama. Sebab kegiatan mencuci
baju, membuang air, mandi, masak dan mencuci piring termasuk bagian dari kebutuhan
sehari-hari manusia yang cukup mendasar (Cairncross et al., 2010). Alur bekerja tersebut dapat
dicapai dengan mengkomposisikan permukaan bekerja secara tepat sesuai dengan masing-masing
kegiatan sanitasi.
- Fluid Ergonomics
Permukaan kerja dengan ergonomi yang tepat akan menunjang pelaksanaan setiap kegiatan
sanitasi menjadi nyaman, aman, dan efisien. Dengan permukaan kerja yang sesuai ergonomi,
masyarakat yang menggunakan fasilitas sanitasi akan terhindar dari fatigue berlebihan saat
menjalankan kegiatan sanitasi (Sajiyo & Prasnowo, 2017). Hal tersebut dapat dicapai dengan
penggabungan permukaan yang dapat mewadahi tiap kegiatan sanitasi sekaligus mengikuti
standar-standar ergonomi yang dibutuhkan untuk kegiatan tersebut.

- Focal Void Points


Sirkulasi cahaya dan udara yang optimal menjadi hal penting untuk menunjang kesehatan
area sanitasi sebab berhubungan erat dengan air. Kelembaban area-area basah harus
dikontrol dengan baik sehingga dapat menciptakan area sanitasi yang sehat, bebas jamur,
dan bebas penyakit (Sample, 2022). Sirkulasi cahaya dan udara dapat dikontrol dengan
mengkomposisikan titik-titik void agar terjadi cross dan stack ventilation serta shading
dan lighting yang nyaman.

Gambar 3. Site Plan of Sanitation Centre. Sumber: Gambar Pribadi


Gambar 4. Diagram Fundamental Operation. Sumber: Diagram Pribadi.
Sanitation Work Surfaces: Artifact or Artifice?
Artifact dapat diartikan sebagai sebuah produk yang telah melewati suatu proses desain,
sedangkan artifice merupakan desain proses yang dilaluinya (Giunta, 2009). Objek sebagai
artifact lebih kaku dan spesifik dalam fungsi dan kegunaannya. Sebaliknya, objek sebagai
artifice bersifat lebih fleksibel karena tidak terbatasi oleh fungsi dasar objek itu sendiri, tetapi
juga mempertimbangkan peran manusia terhadap kegunaannya. Giunta (2009) mengatakan,

“Artefak adalah objek yang membutuhkan penggunaan yang disengaja (baik individu atau sosial) yang
dapat mendukung 'penggunaan potensial'. Ini menjadi alat yang dapat digunakan secara efektif dalam
aktivitas manusia yang menghasilkan perubahan kapasitas (manusia) pengguna,“

Menurut saya, artifice dapat muncul dari ‘penggunaan potensial’ artifact sehingga suatu objek
dapat menjadi keduanya tergantung keterlibatan user seperti apa terhadap objek tersebut. Jika
kita mengambil contoh sebuah kursi sebagai artifact, yaitu objek yang mempunyai peran pasti,
kursi menjadi sebuah surface yang dapat diduduki. Namun, jika kita melihat potensi
penggunaannya yang lain, kursi itu menjadi surface untuk meletakkan sesuatu, sebuah pijakan
untuk meraih sesuatu yang tinggi, atau dapat disusun sehingga kita dapat berbaring pada
kumpulan kursi tersebut. Perlakuan user terhadap objek sebagai artifice bersifat open ended
sehingga menjadikannya multifungsi dan mudah diadaptasi sesuai konteks yang diperlukan
(Giunta, 2009).

Work Surfaces yang hadir pada Sanitation Centre ini dapat dilihat sebagai artifact maupun
artifice. Pada dasarnya rangkaian surface yang terbentuk untuk tiap kegiatan sanitasi bersifat
open ended. Jika dikeluarkan dari konteksnya dia dapat berperan sebagai lebih dari kegiatan
sanitasi yang dituju. Hal itu terjadi karena bentuk-bentuk yang dihasilkan dapat menunjang
fungsi lain seperti storage ataupun display. Namun, karena ditempatkan dalam konteks fasilitas
sanitasi, fungsinya lebih dikerucutkan untuk kegiatan mencuci baju, badan, atau alat
masak/makan (Chemero & Turvey dalam Chong & Proctor, 2019). Chemero & Turvey dalam
Chong & Proctor (2019) menjelaskan bahwa persepsi akan affordance atau petunjuk
penggunaan suatu benda akan bergantung pada konteks sehingga memungkinkan persepsi
affordance yang berbeda berdasarkan kondisi pengguna dan konteksnya.

Affordance suatu benda berangkat dari petunjuk visual yang dimilikinya (Wesolko, 2016).
Petunjuk visual dapat bersifat langsung dan tidak langsung secara visual sehingga akan
memunculkan perceptible affordance dan hidden affordance. Terdapat pula petunjuk yang tidak
bisa diaktualisasikan (false affordance) dan petunjuk serta potensi yang tidak ada (correct
rejection) (William Gaver dalam Wesolko, 2016). Semua jenis petunjuk ini berpengaruh terhadap
potensi penggunaan sebuah benda (object as artifice) dan bagaimana user bertindak berdasarkan
petunjuk atau affordance yang dia lihat dan pahami sesuai dengan pengalaman dan kultur yang
dimilikinya (Soegaard, n.d.). Disinilah ergonomi dapat berperan sebagai perceptible affordance
berupa ukuran, ketinggian, dan bentuk yang menunjang kegiatan dengan postur-postur tubuh
tertentu .

Gambar 5. William Graver’s Framework. Sumber:


https://danewesolko.medium.com/the-theory-of-affordances-cb51fd138b3e

Affordance In Sanitation Centre

Gambar 6. Diagram Program Sanitation Centre Ciliwung. Sumber: Diagram Pribadi.


Sanitation centre ini memfasilitasi tiga jenis sanitasi, yaitu sanitasi badan (toilet dan pemandian),
baju (laundry), dan alat masak/makan (dapur). Tiap fasilitas sanitasi ini terdiri dari modul work
surface dengan ukuran dan penyusunan yang berbeda-beda untuk setiap kegiatan sanitasi.
Permukaan kerja ini disesuaikan dengan ergonomi yang terjadi pada tiap kegiatan sanitasi.
Ukuran dan bentuk komposisi permukaan dapat menjadi petunjuk persepsi pengguna terhadap
pemakaian modul tersebut, seperti gerakan atau postur seperti apa yang dapat dilakukan jika
berinteraksi dengan modul tersebut (Mlakar et al., 2021). Hal itu mengerucutkan affordance yang
muncul pada work surface tersebut sehingga lebih tertuju pada postur tubuh yang hadir ketika
kegiatan mencuci secara manual dan menjemur baju, mandi dan buang air secara jongkok, serta
mencuci piring .

Affordance menurut Gibson dalam Chong & Proctor (2019) dapat diartikan sebagai “apa yang
ditawarkan lingkungan oleh hewan” yang berarti persepsi dan tindakan pengguna terhadap objek
disampaikan secara langsung oleh lingkungan. Terdapat pula penafsiran Norman dalam Wesolko
(2016) yang melihat affordance sebagai hal fundamental yang berasal dari benda itu sendiri.
Pengguna dapat tahu petunjuk penggunaan objek tersebut tanpa dibutuhkannya sebuah label atau
instruksi (Wesolko, 2016). Pada intinya, affordance merupakan suatu petunjuk akan penggunaan
suatu objek, baik itu secara implisit maupun eksplisit. Dalam ergonomi, affordance merupakan
suatu hubungan fundamental antara user dan interaksinya dengan suatu benda (Mlakar et al.,
2021). Selanjutnya, saya akan bahas bagaimana ergonomi yang hadir dari komposisi surface
dapat menjadi petunjuk bagi pengguna untuk melakukan aktivitas sanitasi.

Affordance In Sanitation Centre’s Work Surfaces: Breakdown


Bagi user yang belum familiar dengan arsitektur Sanitation Centre ini, beberapa rangkaian work
surface dapat menjadi hidden affordance sebab tidak sesuai dengan apa yang mereka gunakan
sehari-hari (Wesolko, 2016). Konteks fasilitas sanitasi akan berperan dalam memberikan
petunjuk pada user sehingga tergerak untuk melakukan kegiatan sanitasi sesuai kebutuhannya.
Walaupun ukuran, penempatan, dan penyusunan work surface berbeda-beda untuk tiap kegiatan
sanitasi, terdapat beberapa bentuk penyusunan yang serupa sebab diterapkannya rules komposisi
segmentasi dan penggabungan yang hanya paralel dan tegak lurus dengan variasi axis atau
sumbu tertentu.

Tiap kegiatan sanitasi terdiri dari area basah (mencuci) dan kering (persiapan dan pengeringan).
Pada kegiatan mencuci, perlu penyusunan surface yang dapat menampung air sebab kegiatan
mencuci badan, baju, dan alat masak semua melibatkan kegiatan membilas dan/atau merendam
objek yang dicuci. Penyusunan surface tersebut seringkali membentuk sebuah wadah kotak tanpa
tutup sehingga dapat menampung air dan mudah terjangkau oleh user.
Gambar 7. Sanitation Modules. Sumber: Diagram Pribadi

Pada kegiatan mencuci baju, terdapat continuous surface yang memiliki wadah-wadah
penampungan air berukuran 375x363x363 mm dengan penempatan ketinggian yang
menyesuaikan posisi duduk pada surface dengan ketinggian 286 mm, yaitu 537 mm. Komposisi
tersebut akan memunculkan affordance untuk duduk dan mencuci baju pada continous work
surface tersebut. Terdapat pula uneven surface yang dapat menunjang kegiatan menggosok baju.
Kegiatan mencuci piring dan mencuci tangan serupa dengan mencuci baju, yaitu mempunyai
volume kecil 203x403x562 mm, tetapi diletakkan 869 mm dari lantai untuk mengakomodasi
mencuci dalam posisi berdiri. Sementara untuk kegiatan mencuci badan, wadah penampung air
memiliki volume yang lebih besar untuk menunjang kegiatan mandi yang membutuhkan air lebih
banyak, yaitu 825x693x843 mm. Komposisi tersebut dilengkapi dengan surface yang terextend
secara vertikal untuk penempatan sabun dll. Pada toilet jongkok, surface toilet yang dekat
dengan lantai (257 mm) memaksakan user untuk menggunakan toilet tersebut dengan cara
jongkok. Terdapat surface yang diextend secara vertikal dan horizontal, yaitu tempat meletakkan
sabun dan wadah penampungan air sehingga keduanya terjangkau dari toilet.
Gambar 8. Wet Module Dimensions. Sumber: Diagram Pribadi

Sementara itu, kegiatan persiapan dapat berupa membagi-bagi baju kotor sesuai warna untuk
kegiatan mencuci baju, menggantung pakaian atau mengganti pakaian untuk kegiatan mandi, dan
membuang sampah makanan untuk kegiatan mencuci piring. Persiapan sebelum mencuci
terdapat dua jenis, yaitu surface datar dan penyusunan surface yang serupa dengan surface yang
dapat mewadahi air, tetapi lebih memanjang. Untuk membagi pakaian kotor, terdapat volume
balok tanpa tutup yang digunakan untuk menampung baju-baju kotor (251x393x1500) dan
terdapat surface datar untuk pembagian baju kotor tersebut. Keduanya diletakkan dalam
ketinggian 900-1000 mm dari lantai sehingga nyaman untuk dilakukan saat berdiri.

Sebaliknya, di ruang ganti pemandian, terdapat barisan garis balok 18x18 mm yang diletakkan
1680 dari lantai agar dapat menggantung pakaian dengan aman dan surface datar untuk melipat
baju atau storage untuk menaruh alat mandi. Penempatan di depan bilik-bilik kamar mandi dapat
menjadi affordance lebih lanjut untuk kegiatan-kegiatan tersebut. Persiapan mencuci piring
adalah membuang sisa makanan sehingga membutuhkan sebuah volume atau wadah yang dapat
menampung sisa makanan tersebut. Volume tersebut tentunya diletakkan di dekat tempat cuci
piring agar menjadi affordance lebih lanjut.

Terdapat pula kegiatan mengeringkan untuk tiap jenis sanitasi yang dominan terbuat dari
penyusunan garis-garis yang saling tegak lurus agar sirkulasi panas dan udara dapat bersirkulasi
dengan baik. Untuk baju, penjemuran disesuaikan dengan rata-rata ukuran baju
(400-600x500-800 mm (Muzaki, n.d.)) dan celana (700-900x1000-1100 mm (Hanifah, 2022))
serta keterjangkauan pengguna dewasa sehingga garis jemuran berjarak 534 mm dan terdapat
pada ketinggian 793 mm dan 1650 mm. Penyusunan garis lebih renggang satu sama lain agar
dapat menggantungkan baju dalam jumlah banyak, tetapi tetap ada ruang untuk memunculkan
gap. Sebaliknya untuk pengeringan piring dan alat masak garis lebih rapat untuk
mengakomodasi ukuran alat masak dan makan yang lebih kecil.
Gambar 9. DryModule Dimensions. Sumber: Diagram Pribadi

Dengan demikian, sanitation centre ini memiliki sistem interior yang menunjang kegiatan
mencuci dan mengeringkan baju, badan, dan alat masak/makan. Hal tersebut memunculkan
komposisi antar garis, bidang, dan volume yang dioperasikan dengan segmentasi dan
digabungkan sehingga menciptakan modul work surface untuk tiap kegiatan sanitasi.
Penyusunan tersebut didasarkan oleh ukuran-ukuran ergonomi untuk menunjang adanya alur
kerja yang fluid dan terus menerus serta hidden affordance pada pengguna. Komposisi bidang
yang baru dapat menunjang work surface sebagai artifact dan artifice dimana interaksi pengguna
dengan work surface dapat memperlihatkan potensi penggunaan baru terhadap work surface
tersebut. Walaupun memiliki penyusunan yang serupa, penyusunan elemen garis dan bidang
disesuaikan dengan postur tubuh manusia yang dominan untuk kegiatan sanitasi yang dituju serta
objek yang terlibat di dalam proses pencucian atau pengeringan tersebut (pakaian atau alat
masak/makan).

Gambar 10. Partial Section Of Bathroom. Sumber: Gambar Pribadi


References

Baudrillard, J. (1996). The Systemof Objects. Verso.

Cairncross, S., Cumming, O., Bartram, J., & Brocklehurst, C. (2010, November). Hygiene,

Sanitation, and Water: What Needs to Be Done? PLoS Medicine.

10.1371/journal.pmed.1000365

Chong, I., & Proctor, R. W. (2019). On the Evolution of a Radical Concept: Affordances

According to Gibson and Their Subsequent Use and Development. Perspectives on

Psychological Science, 15(1), 117-132.

Giunta, E. E. (2009). Urban interiors. Artificial territories. designing ‘spatial script’ for relational

field. IDEA JOURNAL: Interior Territories, 52-61.

Hanifah. (2022, December 28). Standar Ukuran Celana Pria dan Cara Membacanya yang

Benar. Hati-Hati Salah Beli! Berita 99.co. Retrieved April 3, 2023, from

https://berita.99.co/standar-ukuran-celana-pria/

Mlakar, S., Haberfellner1, M. A., Jetter, H.-C., & Haller, M. (2021). Exploring Affordances of

Surface Gestures on Textile User Interfaces.

Muzaki, L. (n.d.). Urutan Ukuran Baju S, M, L, XL, dan All Size Standar Lokal dan

Internasional. Ekonomi Bergerak. Retrieved April 3, 2023, from

https://www.pengadaanbarang.co.id/2021/05/urutan-ukuran-baju.html

Sajiyo, & Prasnowo, M. A. (2017). Redesign of Work Environment with Ergonomics

Intervention to Reduce Fatigue. International Journal of Applied Engineering Research,

12(7), 1237-1243.

Sample, I. (2022, November 15). What is black mould and what health problems can it cause?

The Guardian. Retrieved April 3, 2023, from


https://www.theguardian.com/science/2022/nov/15/what-is-black-mould-health-problems

-cause

Soegaard, M. (n.d.). Affordances | The Glossary of Human Computer Interaction. Interaction

Design Foundation. Retrieved April 3, 2023, from

https://www.interaction-design.org/literature/book/the-glossary-of-human-computer-inter

action/affordances

Wesolko, D. (2016, June 15). The Theory of Affordances. Medium. Retrieved April 3, 2023, from

https://danewesolko.medium.com/the-theory-of-affordances-cb51fd138b3e

Anda mungkin juga menyukai