Anda di halaman 1dari 2

Bahas Mendalam Era Ke Emasan Islam (Epistimologi Peradaban Islam)

Setelah kita bahas sekilas era ke emasan islam pada mading sebelumnya. Maka pada
mading kali ini, penulis ingin mengkaji era ke emasan islam lebih mendalam lagi. Karena sangat
perlu bagi kita untuk mempelajari hal ini. Sebab kalau kita tidak paham tema ini, kita akan selalu
mengira bahwa kemajuan peradaban itu selalu dipegang barat tanpa mengetahui latar belakang
dan sebab-musabbab kemajuan barat itu.
Lantas apa yang membikin umat generasi awal menjadi pemegang kendali peradaban
dunia?, inilah yang akan kita kaji dan pembahasan inilah yang disebut dengan epistimologi
peradaban islam. Mari, simak teman-teman. Pertama, akidah yang soheh, keimanan yang benar
kepada alloh subahanhu wata’ala. Sehingga orang yang paham akan agamanya, akidahnya, dan
sadar bahwa dia adalah hamba alloh.
Maka, secara otomatis, dia akan mengikuti perintah alloh dan menjahui larangannya,
menerapkan semua komponen-komponen ajaran yang dibawa oleh agamanya. Maka, ketika
semua itu telah dijalankan oleh segenap umat muslim, maka lahirlah yang namanya peradaban
islam, karena menurut Syaikh Said Romadhon Al-Buti peradaban islam itu merupakan buah dari
apa yang mereka jalankan dari ajaran agamanya. Hal ini selaras dengan apa yang ditegaskan
dalam al-quran “Wa’adallohul Larina Minkum Wa Amilus Solihat Layestahklifannahum
Fil Ard”. Artinya “alloh berjanji kepada orang beriman dan beramal soleh, bahwa dia sungguh
akan menjadikannya kholifah/pemimpin di muka bumi”.
Hal ini terbukti dalam sepanjang sejarah perjalanan umat islam, mulai dari Khulafaur
Rosyidun yang menggentarkan kekaisaran Romawi dan Persia. Dinasti Bani Umayyah yang
mangagetkan Spanyol, Perancis dan Italia. Dinasti Bani Abbasyiah yang menjadi inspirasi nan
mercusuar peradaban dan kebudayaan dunia. Dinasti Bani Turki Ustmani yang disegani nan
dikagumi ekspansi dan ekspedisi besarnya yang mberhasil menaklukkan setengah eropa.
Benang merah yang dapat kita ambil adalah karena mereka dilatar belakangi dengan
Akidah yang Soheh, keimanan yang benar kapada alloh subahanahu wata’ala. Umat generasi
awal dan generasi selanjutnya senantiasa merawat dan menjaga agama mereka. Sehingga dari
apa yang mereka lakukan, maka alloh subahanhu wata’ala membalas pada apa yang mereka
lakukan sesuai dengan janjinya yang telah di sampaikan dalam firmannya.
Kedua, Tazkiyatun Nafsi(Menyucikan Jiwa). Sebagaiman ayat “Qod Aflaha Man
Tazakka”. Artinya, “benar-benar beruntung orang yang telah menyucikan jiwanya”. Maka
ketika umat islam melaksanakan hal ini. maka secara tidak sengaja, dia akan bersih dan selamat
dari sifat-sifat tercela seperti sombong, egois, korup, iri, dengki, tamak, cinta dunia, tidak adil,
diktator, dan lain sebagainya. Setelah mereka selamat dari sifat tercela diatas, maka lahirlah sifat-
sifat terpuji seperti adil, dermawan, saling menolong, mencintai, tidak korup, tawadu’, dan lain-
lain. Terlepas dari itu semua, maka terciptalah peradaban dan kebudayaan islam yang gemilang,
luhur, dan unggul. Sebagaimana ayat “Man Amila Amalan Solihan Min Dzakarin Au Untsa,
Falanuhyiyannahu Hayatan Toyyibatan”. Artinya adalah “Barang siapa beramal dengan amal
yang soleh dari laki-laki dan perempuan, maka alloh akan memberinya kehidupan yang baik”.
Ketiga. Akhlaq(Moral), aspek ini yang juga menjadi pilar dalam peradaban islam. Benar-
benar tidak berguna suatu peradaban jika moralitas hilang darinya. Seperti contoh kemajuan
peradaban barat pada abad 19 dan 20 masehi yang menciptakan dan membikin genosida suku
Hindian Amerika, perang dunia satu, dan perang dunia dua. Setidaknya tiga peristiwa tersebut
menghabiskan lebih dari 200 juta nyawa manusia.
Nah, dari sini, kita sudah dapat memahami epistimologi perdaban islam adalah dibangun
dari keimanan kepada alloh subahanahu wata’ala yang kemudian dilanjutkan dengan mengikuti
perintah alloh dan menjahui larangannya, mengamalkan amal-amal soleh sebagai bentuk dari
ntazkiyatun nafsi, dan moral yang baik. Ibaratkan bangunan, maka keimanan menjadi
pondasinya, menerapkan syariat sebagai tiang dan atapnya, dan akhlaq(Moral) sebagai bunga-
bunga dan hiasan yang memperindahnya. Allohu a’lam. Jazakumulloh.

@abd_hamid.Com(Pakar sejarah islam)

Anda mungkin juga menyukai