Anda di halaman 1dari 28

MODUL

Manajemen Sarana Kefarmasian

OLEH:

apt. Fitratul Wahyuni, M. Farm.

apt. Vina Neldi, M. Farm. Klin

apt. Rezlie Bellatasie, M. Farm. Klin

apt. Endang Agustina, M. Farm

apt. Meilinda Mustika, M. Farm

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI PADANG

PADANG

2022
BAB 3
KEGIATAN PEMBELAJARAN

A. Kegiatan Pembelajaran 1 (Pengembangan Bisnis 4.0 &


feasibility study, perizinan, keuangan dan pajak, manajemen
kontemporer)
a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran
1. Menginternalisasi semangat kemandirian, kejuangan, dan
kewirausahaan.
2. Mampu bersikap asertif dalam kepemimpinan, menjadi role model,
menjadi entrepreneurship, memiliki ketrampilan dalam pengambilan
keputusan, dan ketrampilan pengelolaan diri
3. Mampu memimpin suatu tim kerja untuk memecahkan masalah pada
bidang profesinya;
b. Kegiatan dan Materi Pembelajaran
Feasibility study
Studi kelayakan (Feasibility Study) adalah penelitian tentang dapat
tidaknya suatu usaha dilaksanakan dengan berhasil. Keberhasilan yang
dimaksud adalah manfaat dari usaha yang akan didirikan, yaitu usaha
apotek yang dapat diartikan sebagai manfaat finansial, manfaat bagi
perekonomian, dan manfaat sosial. Studi kelayakan dimaksudkan untuk
mempelajari apakah pendirian Apotek di lokasi yang telah ditentukan
tersebut sudah layak atau belum untuk berdiri. Tujuan diadakan studi
kelayakan adalah untuk menghindari kerugian, memaksimalkan
keuntungan, mengevaluasi aspek-aspek yang mempengaruhi,
mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi kunci keberhasilan,
mengidentifikasi sarana dan prasarana yang dibutuhkan, mengetahui
dampak-dampak yang akan terjadi, serta mengetahui biaya yang harus
disediakan (Santosa, 2010).
Prinsip studi kelayakan yaitu sebagai bahan pertimbangan dalam
mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak suatu
gagasan usaha yang direncanakan. Sebelum Apotek didirikan, diperlukan
perencanaan dan studi untuk melihat kelayakan calon Apotek dari segi
bisnis maupun tempat pengabdian profesi. Studi kelayakan apotek
mencakup beberapa aspek yaitu lokasi, analisis pasar, modal, keuangan,
secara teknis dan manajerial.
a. Aspek Lokasi Lokasi yang akan didirikan Apotek harus strategis,
penentuannya harus mempertimbangkan segi penyebaran dan
pemerataan pelayanan kesehatan, jumlah penduduk, jumlah dokter yang
berpraktek, sarana pelayanan kesehatan, hygiene lingkungan dan faktor
lainnya seperti jarak dengan apotek lain dan jumlah apotek yang ada
pada lokasi yang sama (Anonim, 1981).
b. Analisis Pasar Dalam analisis pasar, yang harus diperhatikan adalah
perkiraan jumlah resep yang dapat diserap dari masing-masing dokter,
poliklinik atau rumah sakit di sekitar apotek, keadaan penduduk
disekitar lokasi yang meliputi jumlah penduduk, tingkat pendidikan
penduduk, tingkat sosial atau ekonomi dan perilaku penduduk untuk
berobat, serta tingkat persaingan antar apotek.
c. Aspek Modal meliputi apa saja yang harus diperhatikan dalam hal
permodalan, berapa jumlah modal yang dibutuhkan untuk mendirikan
Apotek dan berapa lama investasi yang akan ditanamkan akan kembali,
dari mana mendapatkan dana untuk mendirikan Apotek, bagaimana
mengalokasikan modal, serta bagaimana proses perputaran uang.
Beberapa sumber dana yang dapat digunakan yaitu modal pemilik
perusahaan (modal disetor), bank (kreditor), investor, dan lembaga non
bank atau leasing (dana pensiun).
d. Aspek Keuangan terhadap kelayakan suatu usaha dapat dilakukan
dengan beberapa metode analisis, yaitu :
1) Metode analisis Pay Back Periode (PBP) Pay Back Periode adalah
pengukuran periode yang diperlukan dalam menutup kembali biaya
investasi (initial cash investment) dengan menggunakan aliran kas
(laba bersih yang akan diterima).
2) Metode analisis Return on Investment (ROI)
Analisis Return on Investmen adalah pengukuran besaran tingkat
return (%) yang akan diperoleh selama periode investasi dengan cara
membandingkan jumlah nilai laba bersih per tahun dengan nilai
investasi.
3) Metode analisis Break Event Point (BEP), Analisis Break Event
Point merupakan alat untuk menetapkan titik dimana hasil penjualan
akan menutup biaya-biaya pengeluaran. Analisis ini adalah suatu
teknik analisis untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya
variabel, dan laba. Apotek dikatakanBreak Even Point (BEP) apabila
di dalam laporan perhitungan laba ruginya pada periode tertentu,
apotek tersebut tidak memperoleh laba namun juga tidak menderita
kerugian.
e. Aspek Bisnis Aspek ini meliputi proses perijinan, software untuk
menunjang kegiatan apotek (perlengkapan yang harus dimiliki Apotek,
bangunan Apotek dan perbekalan farmasi), seleksi awal supplier,
jumlah komoditas, serta rencana kerja.
f. Aspek Manajerial Aspek ini meliputi visi misi dan struktur organisasi,
sumber daya manusia, job description, dan menyusun Standard
Operating Procedure (SOP) dalam pelayanan apotek. Hasil studi
kelayakan ini kemudian dituangkan dalam bentuk proposal, yang
meliputi :
1) Pendahuluan, latar belakang pendirian Apotek, visi, misi, dan tujuan
pendirian Apotek.
2) Nama dan lokasi Apotek, sarana kesehatan di sekitar Apotek, alat
dan perbekalan farmasi yang diperlukan, tenaga kerja.
3) Peluang dan prospek pemasaran.
4) Analisis keuangan meliputi: modal, pendapatan, pengeluaran,
perkiraan rugi-laba, perhitungan Break Event Point (BEP), Pay Back
Periode (PBP), dan Return on Invesment(ROI).
5) Denah lokasi Apotek dan Lay Out Apotek
6) Struktur organisasi, analisis pesaing
7) Penutup.
Soal latihan
Ahmad seorang apoteker yang baru saja disumpah bermaksud mendirikan
sebuah apotek, dalam usulan studi kelayakannya ahmad membutuhkan
dana RP 400.000.000,- untuk tanah dan bangunan RP 100.000.000,- untuk
model kerja (kas, bank dan barang) dengan proyeksi laporan pada tahun 1
sebagai berikut
Penjualan : RP 800.000.000,-
Harga Pokok Penjualan (HPP) : RP 640.000.000,-
Biaya Usaha : RP 60.000.000,-
Laba sebelum pajak (EBT) : RP 200.000.000’-
Pajak penghasilan (misal 5%) : RP 5.000.000,-
Laba sesudah pajak (EAT) : RP 195.000.000,-
Kemudian usulan studi kelayakan diajukan ke bank untuk memperoleh
pinjaman. Setelah dianalisis, pihak bank menetapkan pinjaman ahmad
disetujui dengan catatan lama pinjaman 5 tahun, bunga 15% pertahun.
Proyeksi laporan pada tahun berikutnya (selama 5 tahun) dianggap sama,
karna pertimbangan situasi ekonomi dan politik yang belum stabil.
Pertanyaan:
 Buatlah analisis aspek keuangan studi kelayakan apotek?
......................................................................................................................
................................................................................................................
Perizinan Apotek
a. Tata cara pendirian dan syarat Apotek Menurut peraturan
perundangundangan dan otonomi daerah. Pendirian Apotek harus
memenuhi persyaratan, meliputi:
1) Lokasi;
2) Bangunan;
3) Sarana, prasarana, dan peralatan; dan
4) Ketenagaan.
Untuk pendirian apotek berdasarkan otonomi daerah disesuaikan dengan
peraturan didaerah masing-masing.
b. Pengertian apoteker, tenaga kefarmasian, tenaga teknis kefarmasian, dan
Fasilitas kefarmasian
1) Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan
telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker.
2) Tenaga Kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan
kefarmasian, yang terdiri atas Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian.
3) Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker
dalam menjalani Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi,
Ahli Madya Farmasi, dan Analis Farmasi
4) Fasilitas Kefarmasian adalah sarana yang digunakan untuk melakukan
pekerjaan kefarmasian.
c. Pengertian STRA (Surat Tanda Registrasi Apoteker), Sertifikat
Kompetensi, SIA (Surat Ijin Apotek), SIPA (Surat Ijin Praktek Apoteker),
SIPTTK (Surat Ijin Praktek Tenaga Teknis Kefarmasian) dan alur
mendapatkan perijinan praktek di apotek.
1) Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) adalah bukti tertulis yang
diberikan oleh konsil tenaga kefarmasian kepada apoteker yang telah
diregistrasi.
2) Sertifikat kompetensi merupakan agenda lanjutan Ikatan Apoteker
Indonesia (IAI) sebagai upaya untuk meningkatkan profesionalisme dan
stadarisasi kompetensi apoteker Indonesia dalam menjalankan fungsi
pelayanan kefarmasian.
3) Surat Izin Apotek yang selanjutnya disingkat SIA adalah bukti tertulis
yang diberikan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota kepada Apoteker
sebagai izin untuk menyelenggarakan Apotek.
4) Surat Izin Praktik Apoteker yang selanjutnya disingkat SIPA adalah
bukti tertulis yang diberikan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota
kepada Apoteker sebagai pemberian kewenangan untuk menjalankan
praktik kefarmasian.
5) Surat Izin Praktik Tenaga Teknis Kefarmasian yang selanjutnya
disingkat SIPTTK adalah bukti tertulis yang diberikan oleh pemerintah
daerah kabupaten/kota kepada tenaga teknis kefarmasian sebagai
pemberian kewenangan untuk menjalankan praktik kefarmasian.
6) alur mendapatkan perijinan praktek di apotek

d. Pengertian Apoteker Pengelola Apotek, Apoteker Pendamping dan


Apoteker Pengganti
1) Apoteker Pengelola Apotek (APA) adalah sarjana farmasi yang telah
lulus sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker
yang bekerja pada pelayanan kefarmasian di apotek.
2) Apoteker pendamping adalah apoteker yang menggantikan APA pada
jam tertentu pada waktu operasi apotek.
3) Apoteker pengganti adalah apoteker yang menggantikan APA selama
APA tidak bisa berada di apotek selama lebih dari tiga bulan, dengan
kondisi apoteker pendamping tidak bisa menggantikan APA.
e. Hak dan Kewajiban Apoteker
1) Adapun hak apoteker sebagai pelaku usaha pelayanan kefarmasian di
atur dalam asal 6 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen, yaitu:
a) Mendapatkan perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang
beriktikad tidak baik;
b) Melakukan pembelaan diri yang sepatutnya di dalam penyelesaian
hukum sengketa konsumen;
c) Rehabilitasi nama baik apabila tidak terbukti secara hukum bahwa
kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/ atau jasa yang
diperdagangkan;
d) Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
lainnya.
2) Kewajiban-kewajiban apoteker sebagai pelaku usaha pelayanan
kefarmasian diatur dalam Pasal 7 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999
Tentang Perlindungan Konsumen, yaitu:
a) Beriktikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya.
b) Memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi
dan jaminan barang dan/ atau jasa serta memberikan penjelasan
penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan;
c) Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta
tidak diskriminatif
f. Wewenang dan tanggung jawab APA
1) Menentukan arah terhadap seluruh kegiatan di apotek
2) Menentukan sistem (peraturan) terhadap seluruh kegiatan di apotek
3) Mengawasi pelaksanaan seluruh kegiatan di apotek
4) Bertanggung jawab terhadap kinerja yang dicapai di apotek
 Sebutkan tata cara dan alur perizinan apotek beserta persyaratannya?
......................................................................................................................
................................................................................................................
 Buatlah struktur dan organisasi apotek, jelaskan tugas dan tanggung
jawabnya?
......................................................................................................................
................................................................................................................
Keuangan dan Pajak
a. Administrasi Keuangan, laporan laba rugi
b. Pengertian dan cara menghitung HNA, HPP, HJA, HET, keuntungan
kotor, dan keuntungan bersih
HNA = Harga Netto Apotek
HPP = Harga Pokok Penjualan
HPP = HNA+PPN (PajakPertambahan Nilai) 10%
HJA = Harga Jual Apotek
HJA = HPP + margin/ keuntungan
HET = Harga Eceran Tertinggi
Kumpulan HJ = Omset
Omset – HPP - biaya biaya = Keuntungan sebelum pajak/keuntungan
kotor
Keuntungan kotor – Pajak = Keuntungan bersih
c. Administrasi pelaporan penggunaan obat psikotropik dan narkotik secara
online. Pelaporan dilakukan pada laman website:
www.sipnap.kemkes.go.id/
d. Administrasi SDM (menurut PMK No. 73 2016) Pelayanan Kefarmasian
di Apotek diselenggarakan oleh Apoteker, dapat dibantu oleh Apoteker
pendamping dan/atau Tenaga Teknis Kefarmasian yang memiliki Surat
Tanda Registrasi dan Surat Izin Praktik Dalam melakukan Pelayanan
Kefarmasian Apoteker harus memenuhi kriteria:
a. Persyaratan administrasi
b. Memiliki ijazah dari institusi pendidikan farmasi yang terakreditasi
c. Memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA)
d. Memiliki sertifikat kompetensi yang masih berlaku
e. Memiliki Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA)
f. Menggunakan atribut praktik antara lain baju praktik, tanda pengenal.
g. Wajib mengikuti pendidikan berkelanjutan/Continuing Professional
Development (CPD) dan mampu memberikan pelatihan yang
berkesinambungan.
h. Apoteker harus mampu mengidentifikasi kebutuhan akan
pengembangan diri, baik melalui pelatihan, seminar, workshop,
pendidikan berkelanjutan atau mandiri.
i. Harus memahami dan melaksanakan serta patuh terhadap peraturan
perundang undangan, sumpah Apoteker, standar profesi (standar
pendidikan, standar pelayanan, standar kompetensi dan kode etik) yang
berlaku. j. Perpajakan: Pajak terkait apotek meliputi PPn, PPh, PBB,
dan Pajak reklame.
Soal latihan
Seorang wajib pajak (WP) dalam tahun 2021 memperoleh omzet di
Apotek sebesar Rp 300.000.000,- . WP tersebut berstatus kawin dan
mempunyai 1 orang anak. Hitunglah besarnya pajak PPh pasal 25 yang
harus dibayar tiap bulan pada tahun 2022 apabila WP tersebut
menggunakan norma perhitungan (perhitungan netto atas usaha 20%)
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
...................................................................................................................

c. Penilaian diri
Indikator sub CPMK 1. Ketepatan analisis studi kelayakan apotek
2. Ketepatan menjelaskan tata cara pendirian apotek
3. Ketepatan menjelaskan syarat pendirian apotek
4. Ketepatan membuat struktur organisasi di apotek
5. Ketepatan menjelaskan tanggung jawab masing-
masing sumber daya manusia
6. Ketepatan menghitung pajak di apotek
Teknik penilaian :Menggunakan rubrik

Diskusi

d. Kunci jawaban penilaian


Instrumen penilaian Bobot (%)

Rubrik penilaian modul kasus : 80

Rubrik penilaian diskusi : 20

Indikator 4 3 2 1

1. Ketepatan analisis studi 7-8 benar 5-6 benar 3-4 benar 1-2 benar
kelayakan apotek :

 Analisis Payback
Periode

 Analisis ROI

 Analisis IRR

 Analisis perhtungan
NPV

2. Ketepatan menjelaskan
tatacara pendirian apotek

3. Ketepatan menjelaskan
persyaratan pendirian
apotek

4. Ketepatan membuat
struktur organisasi apotek
5. Ketepatan menjelaskan
tanggung jawab dari
masing masing sumber
daya manusia

6. Ketepatan menghitung
pajak

e. Rubrik Diskusi
Indikator 4 3 2 1

1. Penguasaan 3 kriteria 2 kriteria 1 kriteria Tidak mampu


penget menjelaskan
ahuan,
melip
uti :
Penjelasan
Komprehensif

Literatur tepat

Literatur up to date

2. Keaktifan

3. Kerja sama

4. Leadership

f. Kunci jawaban
Diberikan saat bertemu dengan dosen
B. Kegiatan Pembelajaran 2 (Bantuan Hidup Dasar, K3, Keselamatan
Pasien dan Pengendalian Infeksi)
a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran
1. Mampu meningkatkan keahlian keprofesiannya pada bidang yang
khusus melalui pelatihan dan pengalaman kerja;
2. Menunjukkan sikap bertanggungjawab atas pekerjaan di bidang
keahliannya secara mandiri
3. Bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial serta kepedulian terhadap
masyarakat dan lingkungan;
b. Kegiatan dan Materi Pembelajaran
I. Bantuan Hidup Dasar
Basic Life Support (BLS) atau yang dikenal dengan Bantuan Hidup Dasar
(BHD) adalah dasar untuk menyelamatkan nyawa ketika terjadi henti
jantung. Aspek dasar dari BHD meliputi pengenalan langsung terhadap
henti jantung mendadak dan aktivasi system tanggap darurat,
cardiopulmonary resuscitation (CPR) atau resusitasi jantung paru (RJP)
dini, dan defibrilasi cepat dengan defibrillator eksternal otomatis/
automated external defibrillator (AED). Pengenalan dini dan respon
terhadap serangan jantung dan stroke juga dianggap sebagai bagian dari
BHD. Resusitasi jantung paru (RJP) sendiri adalah suatu tindakan darurat,
sebagai usaha untuk mengembalikan keadaan henti napas dan atau henti
jantung (yang dikenal dengan kematian klinis) ke fungsi optimal, guna
mencegah kematian biologis.
Tujuan utama dari bantuan hidup dasar adalah suatu tindakan oksigenasi
darurat untuk mempertahankan ventilasi paru dan mendistribusikan
darahoksigenasi ke jaringan tubuh. Selain itu, tujuan bantuan hidup dasar
ini merupakan usaha pemberian bantuan sirkulasi sistemik, beserta
ventilasi dan oksigenasi tubuh secara efektif dan optimal sampai
didapatkan kembali sirkulasi sistemik spontan atau telah tiba bantuan
dengan peralatan yang lebih lengkap untuk melaksanakan tindakan
bantuan hidup jantung lanjutan
Soal latihan
 Jelaskan alur atau langkah-langkah Bantuan Hidup Dasar?
...................................................................................................................
..............................................................................................................
II. Pengendalian infeksi
Infeksi rumah sakit adalah infeksi yang terjadi di rumah sakit, tidak
hanya dialami oleh pasien yang dirawat, tetapi dapat pula diderita oleh
petugas rumah sakit maupun pengunjung. Petugas di rumah sakit yang
mempunyai risiko tinggi untuk terkena infeksi antara lain dokter, perawat,
bidan, dan petugas laboratorium yang memeriksa darah pasien. Program
pengendalian infeksi nosokomial terhadap petugas di rumah sakit sangat
penting dilakukan, mengingat petugas tersebut selalu melakukan
pemeriksaan dan kontak langsung dengan pasien yang dapat menularkan
penyakit/ infeksi yang dideritanya (Darmadi, 2008).
Soal latihan
 Sebutkan upaya/tindakan pencegahan yang dapat dilakukan dalam
rangka memutus rantai penyebaran infeksi?
...................................................................................................................
..................................................................................................................

c. Penilaian diri
Indikator sub CPMK 1. Ketepatan menjelaskan alur Bantuan Hidup Dasar
2. Ketepatan menjelaskan upaya atau tindakan
pencegahan penyebaran infeksi
Teknik penilaian :Menggunakan rubrik

Diskusi

d. Kunci jawaban penilaian


Instrumen penilaian Bobot (%)

Rubrik penilaian modul kasus : 80

Rubrik penilaian diskusi : 20

Indikator 4 3 2 1

1. Ketepatan 3 benar 2 benar 1 benar 0 benar


menjelaskan
alur Bantuan
Hidup
Dasar:

 Pada saat
tiba di lokasi
kejadian
 Penilaian
awal pada
korban tidak
sadarkan diri

 Hasil
pemeriksaan
awal

2. Ketepatan
analisis
menjelaskan
upaya
tindakan
pencegahan

e. Rubrik diskusi
Indikator 4 3 2 1

1. Penguasaan 3 kriteria 2 kriteria 1 kriteria Tidak mampu


pengetahuan, menjelaskan
meliputi :
Penjelasan
Komprehensif

Literatur tepat

Literatur up to
date

2. Keaktifan

3. Kerja sama
4. Leadership

f. Kunci jawaban penilaian


Diberikan saat bertemu dengan dosen
C. Kegiatan Pembelajaran 3 (Organisasi, Manajemen, Akreditasi Rumah
Sakit, CSSD)
a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran
1. Mampu bekerja di bidang keahlian pokok untuk jenis pekerjaan yang
spesifik dan memiliki kompetensi kerja yang minimal setara dengan
standar kompetensi kerja profesinya;
2. Mampu meningkatkan mutu sumber daya untuk pengembangan
program strategis organisasi;
b. Kegiatan dan Materi Pembelajaran
I. Organisasi, Manajemen dan Akreditasi Rumah Sakit
Pengorganisasian dan sumber daya manusia IFRS berdasakan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
58/MENKES/SK/VIII/2014 Tentang Standar Pelayanan Farmasi di
Rumah Sakit.
Pengorganisasian Rumah Sakit harus dapat menggambarkan
pembagian tugas, koordinasi kewenangan, fungsi dan tanggung jawab
Rumah Sakit. Pengorganisasian Instalasi Farmasi Rumah Sakit harus
mencakup penyelenggaraan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan
dan bahan medis habis pakai, pelayanan farmasi klinik dan manajemen
mutu, dan bersifat dinamis dapat direvisi sesuai kebutuhan dengan
menjaga mutu.

Instalasi Farmasi harus memiliki Apoteker dan tenaga teknis


kefarmasian yang sesuai dengan beban kerja dan petugas penunjang
lain agar tercapai sasaran dan tujuan Instalasi Farmasi Rumah Sakit.
Ketersediaan jumlah tenaga Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian
di Rumah Sakit dipenuhi sesuai dengan ketentuan klasifikasi dan
perizinan Rumah Sakit yang ditetapkan oleh Menteri.

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang


menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna
yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat
darurat. Dalam memberikan pelayanan, rumah sakit harus
memperhatikan mutu dan keselamatan pasien. Pelayanan kesehatan
yang bermutu adalah pelayanan yang memiliki karakter aman, tepat
waktu, efisien, efektif, berorientasi pada pasien, adil dan terintegrasi.
Pemenuhan mutu pelayanan di rumah sakit dilakukan dengan dua cara
yaitu peningkatan mutu secara internal dan peningkatan mutu secara
eksternal. Peningkatan Mutu Internal (Internal Continous Quality
Improvement) yaitu rumah sakit melakukan upaya peningkatan mutu
secara berkala antara lain penetapan, pengukuran, pelaporan dan
evaluasi indikator mutu serta pelaporan insiden keselamatan pasien.
Peningkatan mutu secara internal ini menjadi hal terpenting bagi rumah
sakit untuk menjamin mutu pelayanan. Peningkatan Mutu Eksternal
(External Continous Quality Improvement) merupakan bagian dari
upaya peningkatan mutu pelayanan di rumah sakit secara keseluruhan.
Beberapa kegiatan yang termasuk peningkatan mutu eksternal adalah
perizinan, sertifikasi, dan akreditasi. Rumah sakit melakukan
peningkatan mutu internal dan eksternal secara berkesinambungan
(continuous quality improvement). Akreditasi adalah pengakuan
terhadap mutu pelayanan rumah sakit setelah dilakukan penilaian
bahwa rumah sakit telah memenuhi standar akreditasi yang disetujui
oleh Pemerintah.

Soal latihan

 Sebutkan persyaratan sumber daya manusia di IFRS tempat anda


praktek?
...................................................................................................................
...................................................................................................................
..............................................................................................................
 Jelaskan uraian tugas tertulis dari masing-masing staf instalasi farmasi
rumah sakit?
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...............................................................................................................
 Berapakah kebutuhan staf yang dibutuhkan di IFRS tempat anda
praktek sesuai dengan beban kerjanya?
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...............................................................................................................
 Sebutkan standar akreditasi rumah sakit dikelompokkan menurut
fungsi-fungsi penting yang umum dalam organisasi perumahsakitan,
dikelompokkan berdasarkan fungsi yang terkait?
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...............................................................................................................
II. CSSD (Central Sterile Supply Department)
Central Sterile Supply Department (CSSD) atau Instalasi Pusat Pelayanan
Sterilisasi merupakan satu unit atau departemen dari rumah sakit yang
menyelenggarakan proses pencucian, pengemasan, sterilisasi terhadap
semua alat atau bahan yang membutuhkan kondisi steril. Rumah sakit
sebagai institusi penyedia pelayanan kesehatan berupaya untuk mencegah
risiko terjadinya infeksi bagi pasien dan petugas rumah sakit. Salah satu
indikator keberhasilan dalam pelayanan rumah sakit adalah rendahnya
angka infeksi nosokomial di rumah sakit. Pengendalian infeksi di rumah
sakit dilakukan untuk meminimalkan angka infeksi nosokomial. (Depkes
RI, 2009).
Soal latihan
 Sebutkan tugas pokok dari CSSD di rumah sakit tempat anda PKPA?
........................................................................................................................
........................................................................................................................
.....................................................................................................................
c. Penilaian diri
Indikator sub CPMK 1. Ketepatan menjelaskan bidang keahlian pokok dan
kompentensi kerja sesuai dengan kompetensi kerja
profesinya
2. Ketepatan menjelaskan mutu sumber daya untuk
program strategis organisasi
Teknik penilaian :Menggunakan rubrik

Diskusi

d. Kunci jawaban penilaian


Instrumen penilaian Bobot (%)
Rubrik penilaian modul kasus : 80

Rubrik penilaian diskusi : 20

Indikator 4 3 2 1

1. Ketepatan 3 benar 2 benar 1 benar 0 benar


menjelaskan
dibidang
keahlian
pokok dan
memiliki
kompetensi
kerja sesuai
dengan
standar
kompetensi
kerja:

 Syarat
sumber
daya
manusia di
IFRS

 Uraian
tugas
tertulis dari
masing
masing staf
di IFRS dan
CSSD

 Kebutuhan
staf yang
disesuaikan
dengan
beban kerja

 Standar
akreditasi
rumah sakit

2. Ketepatan
analisis
menjelaska
n upaya
tindakan
pencegahan

e. Rubrik diskusi
Indikator 4 3 2 1

1. Penguasaan 3 kriteria 2 kriteria 1 kriteria Tidak mampu


pengetahuan, menjelaskan
meliputi :
Penjelasan
Komprehensif

Literatur tepat

Literatur up to
date

2. Keaktifan

3. Kerja sama
4. Leadership

f. Kunci jawaban penilaian


Di berikan saat bertemu dosen
BAB 4
PENILAIAN DIRI

a. Kisi-kisi Penilaian
Indikator sub CPMK 1. Ketepatan analisis studi kelayakan apotek
2. Ketepatan menjelaskan tata cara pendirian
apotek
3. Ketepatan menjelaskan syarat pendirian apotek
4. Ketepatan membuat struktur organisasi di
apotek
5. Ketepatan menjelaskan tanggung jawab masing-
masing sumber daya manusia
6. Ketepatan menghitung pajak di apotek Ketepatan
menjelaskan bidang keahlian pokok dan
kompentensi kerja sesuai dengan kompetensi kerja
profesinya
7. Ketepatan menjelaskan alur Bantuan Hidup
Dasar
8. Ketepatan menjelaskan upaya atau tindakan
pencegahan penyebaran infeksi
9. Ketepatan menjelaskan mutu sumber daya untuk
program strategis organisasi
Teknik penilaian :Menggunakan rubrik

Diskusi

b. Instrumen Penilaian
Instrumen penilaian Bobot (%)

Rubrik penilaian modul kasus : 80

Rubrik penilaian diskusi : 20


Kriteria Penilaian

Aspek/dimensi Sangat Baik Baik Cukup Kurang Baik


yang dinilai
(Skor 80-100) (70-79) (60--69) (45-59)

Pemahaman Paham dan Paham dan Memahami Tidak paham


soal mengetahui alur ragu alur soal tetapi dan tidak tau
penyelesaian penyelesaian tidak cara
kasus kasus mengetahui penyelesaian
alur kasus
penyelesaian
kasus

Penyajian Menyajikan Menyajikan Menyajikan Menyajikan


materi/jawaban materi/jawaban jawaban jawaban jawaban yang
dengan jelas, dengan jelas dengan tepat tidak tepat
lengkap, dan tepat
terstruktur dan
tepat

Penarikan Memahami dan Memahami dan Kurang paham Tidak


Kesimpulan dapat membuat dapat membuat namun mampu mampu
kesimpulan dari kesimpulan membuat membuat
kasus yang dari kasus yang kesimpulan kesimpulan
diberikan serta diberikan dari kasus yang dari kasus
mampu diberikan yang
mengaplikasikan diberikan
dalam praktek
simulasi
Kriteria Penilaian

Aspek/Dimensi yang Sangat baik Baik Cukup Kurang baik


dinilai
4 3 2 1

5. Penguasaan 3 kriteria 2 kriteria 1 kriteria Tidak mampu


pengetahu menjelaskan
an,
meliputi :
 Penjelasan
Komprehensif

 Literatur tepat

 Literatur up to date

6. Keaktifan 4 kriteria 3 kriteria 2 kriteria 1 kriteria


 Bertanya
 Menjawab
Pertanyaan
 Kesesuaian dengan
topik kajian
 Antusiasme
mengikuti
pembelajaran
7. Kerja sama
 Komunikasi
 Pembagian tugas

8. Leadership 4 kriteria 3 kriteria 2 kriteria 1 kriteria
 Inisiatif
 Ketelitian
 Jiwa
Kepemimpinan
 Bermain peran

c. Kunci jawaban
Diberikan saat bertemu dosen

d. Kriteria Penilaian
Kriteria indikator Nilai kualitatif Nilai kuantitatif
80-100 Memuaskan 4
70-79 Baik 3
60-69 Cukup 2
45-59 Kurang 1
JAWAB

1. .

2. (a) Tata cara dan alur perizinan apotek

(b) Persyaratan

Tata cara pendirian dan syarat Apotek Menurut peraturan


perundangundangan dan otonomi daerah. Pendirian Apotek harus
memenuhi persyaratan, meliputi:
1) Lokasi;
2) Bangunan;
3) Sarana, prasarana, dan peralatan; dan
4) Ketenagaan.
Untuk pendirian apotek berdasarkan otonomi daerah disesuaikan dengan
peraturan didaerah masing-masing.

3. (a) Struktur Organisasi Apotek

(b) Tugas dan tanggung jawab

 Apoteker
1) Menentukan arah terhadap seluruh kegiatan di apotek
2) Menentukan sistem (peraturan) terhadap seluruh kegiatan di apotek
3) Mengawasi pelaksanaan seluruh kegiatan di apotek
4) Bertanggung jawab terhadap kinerja yang dicapai di apotek
 Tenaga Teknis Kefarmasian
1) Membantu dalam melakukan pengelolaan persediaan,
2) Membantu membuat pencatatan dan pelaporan apotek
3) Membantu melakukan pelayanan farmasi klinik di apotek, seperti
membuat racikan, pelayanan pembelian, dan lain-lain.

 Kasir
1) Menginput data penjualan di apotek
2) Melayani pembelian di apotek
3) Melayani pembuatan struk atau kuitansi penjualan untuk
pelanggan.

 Petugas gudang
1) Membantu apoteker untuk melakukan penyimpanan persediaan
dengan baik
2) Melakukan penyusunan persediaan farmasi dengan baik, dan lain-
lain.

4. Diketahui :
PTKP
Untuk diri sendiri Rp. 15.840.000
Status menikah Rp. 1.320.000
Untuk anak 1 Rp. 1.320.000 +
Rp. 18.480.000

Omzet Rp. 300.000.000

Penghasilan netto (20%) Rp . 60.000.000

PTKP kawin (anak 1) Rp. 18.480.000 -

PKP Rp. 41.520.000

Pph terhutang :

5% dari 41.520.000 = Rp. 2.076.000/ Tahun

Pph pasal 25 = 1/12 x Rp. 2.076.000 = Rp. 173.000/ bulan

Keterangan :

PTKP : Penghasilan tidak kena pajak

PKP : Penghasilan kena pajak


5. Alur dan langkah bantuan hidup dasar
(a) Melihat kondisi korban
(b) Mengenali kondisi korban dan kondisikan langkungan sekitar
(c) Meminta bantuan
(d) Cek respon korban
(e) Memberikan kompresi dada
(f) Memberikan napas buatan

6. Beberapa tindakan umum untuk mencegah penularan infeksi yaitu :


(a) Aseptik yaitu suatu tindakan untuk mencegah masuknya mikroorganisme
kedalam tubuh yang mungkin akan mengakibatkan infeksi. Tujuannya
untuk mengurangi atau menghilangkan sejumlah mikroorganisme yang
akan masuk.
(b) Antiseptik yaitu cara pencegahan infeksi dengan membunuh atau
menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kulit dan jaringan tubuh.
(c) Dekontaminasi merupakan langkah penting dalam penanganan peralatan,
perlengkapan, sarung tangan, dan semua benda yang terkontaminasi oleh
cairan ataupun darah pasien. Contohnya adalah alat-alat kesehatan, dan
sarung tangan.
(d) Pencucian yaitu tindakan menghilangkan semua kotoran yang kasat mata
seperti darah, cairan tubuh, atau setiap benda asing seperti debu dengan
sabun atau diterjen, air dan sikat. Tujuan dari pencucian untuk membantu
menurunkan mikroorganisme yang berada di permukaan benda.
(e) Sterilisasi yaitu tindakan menghilangkan semua mikroorganisme.
(f) Desinfeksi merupakan tindakan menghilangkan sebagian besar
mikroorganisme penyebab penyakit dari benda .

7. Persyaratan sumber daya manusia di IFRS


(a) Persyaratan SDM Pelayanan Kefarmasian harus dilakukan oleh Apoteker
dan Tenaga Teknis Kefarmasian. Tenaga Teknis Kefarmasian yang
melakukan Pelayanan Kefarmasian harus di bawah supervisi Apoteker.
(b) Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian harus memenuhi persyaratan
administrasi seperti yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
(c) Ketentuan terkait jabatan fungsional di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
diatur menurut kebutuhan organisasi dan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
(d) Instalasi Farmasi Rumah Sakit harus dikepalai oleh seorang Apoteker
yang merupakan Apoteker penanggung jawab seluruh Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit.
(e) Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit diutamakan telah memiliki
pengalaman bekerja di Instalasi Farmasi Rumah Sakit minimal 3 (tiga)
tahun.

8. Uraian tugas tertulis dari masing-masing staf Instalasi Farmasi harus ada dan
sebaiknya dilakukan peninjauan kembali paling sedikit setiap tiga tahun sesuai
kebijakan dan prosedur di Instalasi Farmasi Rumah Sakit.
(a) Kualifikasi Sumber Daya Manusia (SDM)
Berdasarkan pekerjaan yang dilakukan, kualifikasi SDM Instalasi Farmasi
diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Untuk pekerjaan kefarmasian terdiri dari:
 Apoteker
 Tenaga Teknis Kefarmasian
2) Untuk pekerjaan penunjang terdiri dari:
 Operator Komputer/Teknisi yang memahami kefarmasian
 Tenaga Administrasi
 Pekarya/Pembantu pelaksana
Untuk menghasilkan mutu pelayanan yang baik dan aman, maka dalam
penentuan kebutuhan tenaga harus mempertimbangkan kompetensi yang
disesuaikan dengan jenis pelayanan, tugas, fungsi, wewenang dan tanggung
jawabnya.

9. Penghitungan Beban Kerja


(a) Penghitungan kebutuhan Apoteker berdasarkan beban kerja pada
Pelayanan Kefarmasian di rawat inap yang meliputi pelayanan farmasi
manajerial dan pelayanan farmasi klinik dengan aktivitas pengkajian
resep, penelusuran riwayat penggunaan Obat, rekonsiliasi Obat,
pemantauan terapi Obat, pemberian informasi Obat, konseling, edukasi
dan visite, idealnya dibutuhkan tenaga Apoteker dengan rasio 1 Apoteker
untuk 30 pasien.
(b) Penghitungan kebutuhan Apoteker berdasarkan beban kerja pada
Pelayanan Kefarmasian di rawat jalan yang meliputi pelayanan farmasi
menajerial dan pelayanan farmasi klinik dengan aktivitas pengkajian
Resep, penyerahan Obat, Pencatatan Penggunaan Obat (PPP) dan
konseling, idealnya dibutuhkan tenaga Apoteker dengan rasio 1 Apoteker
untuk 50 pasien.
(c) Selain kebutuhan Apoteker untuk Pelayanan Kefarmasian rawat inap dan
rawat jalan, maka kebutuhan tenaga Apoteker juga diperlukan untuk
pelayanan farmasi yang lain seperti di unit logistik medik/distribusi, unit
produksi steril/aseptic dispensing, unit pelayanan informasi Obat dan lain-
lain tergantung pada jenis aktivitas dan tingkat cakupan pelayanan yang
dilakukan oleh Instalasi Farmasi.
(d) Selain kebutuhan Apoteker untuk Pelayanan Kefarmasian di rawat inap
dan rawat jalan, diperlukan juga masing-masing 1 (satu) orang Apoteker
untuk kegiatan Pelayanan Kefarmasian di ruang tertentu, yaitu:
1) Unit Gawat Darurat;
2) Intensive Care Unit (ICU)/Intensive Cardiac Care Unit
(ICCU)/Neonatus Intensive Care Unit (NICU)/Pediatric Intensive Care
Unit (PICU);
3) Pelayanan Informasi Obat;
(e) Mengingat kekhususan Pelayanan Kefarmasian pada unit rawat intensif
dan unit gawat darurat, maka diperlukan pedoman teknis mengenai
Pelayanan Kefarmasian pada unit rawat intensif dan unit rawat darurat
yang akan diatur lebih lanjut oleh Direktur Jenderal

10. Standar akreditasi rumah sakit sebagaimana dimaksud dalam


Diktum KESATU terdiri atas standar yang dikelompokkan ke
dalam:
a. kelompok manajemen rumah sakit;
b. kelompok pelayanan berfokus pada pasien;
c. kelompok sasaran keselamatan pasien; dan
d. kelompok program nasional.
11. Tugas pokok dari CSSD
(a) Menyediakan kebutuhan peralatan steril untuk kamar operasi
dan bagian lain di RS
(b) Menyelenggarakan proses dekontaminasi, pengemasan,
pengepakan dan sterilisasi peralatan RS sesuai standar
(c) Memberikan kontribusi dalam pengembangan pelayanan mutu
di RS yang terkait dengan pengendalian infeksi

Anda mungkin juga menyukai