Tingkat Prevalensi Penyakit Scabiosis pada Peternakan Kambing Di Kecamatan Muara Satu
Kota Lhokseumawe
[Scabiosis Prevalence Level in Goat Farms in Muara Satu District, Lhokseumawe City]
Ahmad Syakir1
1
Program Studi Peternakan, Fakultas Sains Pertanian dan Peternakan, Universitas Islam Kebangsaan Indonesia, Jl.
Medan-Banda Aceh, BangBladeh, Jeumpa, Bireuen, Aceh, Indonesia
menghisap darah hospes. Hal ini menyebabkan mendapatkan perhatian dari pemlik ternak.
terjadinya penurunan bobot badan, Pemilik ternak di Kecamatan Muara Satu
pertumbuhan yang lambat, penurunan daya cenderung mengobati sendiri ternaknya dengan
tahan tubuh dan brujung pada kematian hospes. obat-obatan tradisional, sehingga informasi
Ternak yang terinfeksi parasit biasanya kejadian scabies tidak diketahui oleh dinas
mengalami kekurusan sehingga mempunyai setempat.
nilai jual yang rendah (Khan et al., 2008). Dengan melihat jumlah kasus penyakit scabies
Scabies merupakan penyakit kulit yang sering yang terjadi pada kambing dan kurangnya
dijumpai pada ternak terutama ternak kambing pelaporan terhadap kasus tersebut, maka
dan sulit untuk disembuhkan. Penyakit ini peneliti tertarik melakukan penelitian di
disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei yang Kecamatan Muara Satu Kota Lhokseumawe.
ditandai berupa gatal pada kulit dan akhirnya Penelitian ini diharapkan menjadi bahan
mengalami kerusakan pada kulit yang terserang. referensi atau menjadi informasi tentang tingkat
Sarcoptes scabiei merupakan jenis ektoparasit prevalensi penyakit scabies pada kambing serta
yang menyerang hewan terutama pada bagian memudahkan pengendalian penyakit scabies.
kulit, yang dapat menurunkan produksi daging,
kualitas kulit dan mengganggu kesehatan
masyarakat. Penyakit ini di golongkan kedalam BAHAN DAN METODE
penyakit zoonosis yaitu penyakt dari hewan Waktu dan tempat penelitian
yang dapat menyerang manusia (Iskandar, Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-
2000). Menurut Kementrian Pertanian (2014), Februari 2023. Pengambilan sampel
pada keadaan kurang pakan, musim kemarau, dilaksanakan di peternakan kambing yang
dan lingkungan kandang kotor dapat berada di Kecamatan Muara Satu Kota
mengakibatkan prevalensi skabies mencapai Lhokseumawe. Sedangkan pemeriksaan sampel
4—11 %. dilakukan di UPT Laboratorium Blang Mangat
Kendala penyakit yang sering sering dialami Kota Lhokseumawe
oleh peternak di Kecamatan Muara Satu adalah
penyakit kudis atau biasa disebut dengan Alat dan Bahan
Scabies. Scabies merupakan penyakit yang Alat yang digunakan yaitu scalpel atau silet,
sering menimbulkan masalah kesehatan pada plastik klip, pinset, mikroskop, objek glass,
ruminansia kecil termasuk pada kambing. cover glass, tisu dan kamera digital. Bahan yang
Ternak yang terserang penyakit ini akan digunakan adalah aquades, KOH 10 %, alkohol
mengalami penurunan berat badan, kualitas 70 %, dan kerokan kulit.
daging, dan kulit (Iskandar, 2000).
Pengamatan penyakit scabies yang terjadi pada Metode Penelitian
komoditas kambing bertujuan untuk Koleksi sampel
dilakukannya pencegahan dan pengendalian Besaran sampel ditentukan dengan asumsi
penyakit sejak dini. Pada musim kemarau, tingkat kejadian scabies di Kecamatan Muara
keadaan kurang pakan, dan lingkungan kandang Satu sebesar 50% berdasarkan laporan bulanan
yang kotor dapat mengakibatkan prevalensi Puskeswan Muara Satu. Metode rambang
scabies mencapai 4—11 % (Budiantono, 2004). proporsional merupakan metode pengambilan
Pada kasus-kasus seperti ini dapat diminimalisir sampel yang digunakan di seluruh Desa yang
dan mengurangi tingkat kematian serta terdapat di Kecamatan Muara Satu, Kota
meningkatnya populasi komuditas ternak Lhokseumawe. Besaran sampel dihitung
kambing ini. Dan juga perlu dilakukannnya menggunakan rumus penentuan besaran sampel
sanitasi kandang dan penanganan kambing sakit (Selvin, 2004):
harus lebih diperhatikan. Scabies didukung oleh
dua faktor, yaitu faktor infeksius meliputi n=4p (1−p)
parasite dan faktor non infeksius yang berupa 𝐿2
kesalahan manajemen dan faktor lingkungan. Keterangan :
Kambing yang terkena penyakit scabies kurang n = Besaran sampel yang diambil
Mei 2023|Volume 4|Nomor 1
30
Syakir A. (2023)|Fanik: Jurnal Faperta Uniki 4(1), 29- 33
Pemeriksaan laboratorium
Tujuan dari pemeriksaan laboratorium adalah
untuk memperkuat diagnosa adanya infeksi
Sarsoptes scabie pada kambing. Pemeriksaan
laboratorium dilakukan di UPT Laboratorium
Blang Mangat Kota Lhokseumawe dengan
mengambil kerokan kulit pada kambing yang
diduga mengalami infeksi scabies berdasarkan
gejala klinis berupa kerusakan pada permukaan
kuli. Pengamatan terhadap kerokan kulit
menggunakan mikroskop dengan perbesaran
10x (Tabri, 2005). Pengerokan kulit dilakukan
pada kambing yang diduga scabies untuk
selanjutnya dilakukan pemeriksaan
laboratorium. Kulit diambil dengan cara
mengambil lapisan epidermis kulit yang telah
dibersihkan sebelumnya, dikerok sampai
berdarah kemudian diambil sedikit sampel kulit
dibawahnya menggunakan scalpel atau silet (a)
(David, 2002). Sampel tersebut disimpan di (b)
dalam wadah kemudian diberi label. Sampel Gambar 1 (a) Gambaran patologi anatomi yang
tersebut kemudian dilihat menggunakan terindikasi scabies. (b) Sarsoptes scabies pada
mikroskop dengan pembesaran 10x untuk kerokan kulit dengan perbesaran 10x
mengetahui (Tabri, 2005).
Tabel 1. Data pemeriksaan laboratorium
Analisis Data terhadap kerokan kulit scabies kambing di
Analisa deskriptif digunakan pada penelitian ini Kecamatan Muara Satu, Kota Lhokseumawe.
yang akan direpresentasikan dalam bentuk
tabel, Perhitungan untuk mencari prevalensi
scabies mengacu pada penelitian (Budiharta, No Nama Desa Jumlah Sampel I
2002) dengan menggunakan rumus, sebagai
berikut: 1 Blang Naleung Mameh 8
2 Ujong Pacu 8
3 Cot Trieng 8
𝑃𝑟𝑒𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖= 𝐹𝑥 100% 4 Batupat Barat 7
N 5 Batuphat Timur 8
Keterangan: 6 Blang Panyang 8
F : Jumlah sampel positif 7 Blang Pulo 8
N : Jumlah sampel yang diperiksa 8 Padang Sakti 9
9 Paloh Punti 8
10 Meuria Paloh 8
HASIL Jumlah 80 ekor