Anda di halaman 1dari 5

Fanik: Jurnal Faperta Uniki

(Journal of Agricultural and Tropical Animals Sciences)


Vol. 4 No. 1  Mei 2023
E-ISSN 2477-5665
Beranda Jurnal: http://jurnal.uniki.ac.id/index.php/fanik

Tingkat Prevalensi Penyakit Scabiosis pada Peternakan Kambing Di Kecamatan Muara Satu
Kota Lhokseumawe
[Scabiosis Prevalence Level in Goat Farms in Muara Satu District, Lhokseumawe City]

Ahmad Syakir1
1
Program Studi Peternakan, Fakultas Sains Pertanian dan Peternakan, Universitas Islam Kebangsaan Indonesia, Jl.
Medan-Banda Aceh, BangBladeh, Jeumpa, Bireuen, Aceh, Indonesia

ARTICLE INFO ABSTRACT


Received: 7 februari 2023 The population of goats in Muara Satu District is one of the largest in
Accepted: 19 Maret 2023 Lhokseumawe City. One of the factors that affect the sustainability of livestock is
Published: 20 Mei 2023 disease, one of the diseases that often infects goats is scabies. Scabies is a disease
caused by the Sarsoptes scabiei parasite with typical symptoms, namely itching of
*Corresponding author: the skin and eventually damage, this greatly affects livestock productivity. This
syakir.kesmavet@gmail.com study aims to determine the prevalence of scabies in goats in Muara Satu District,
Lhokseumawe City. Samples were taken from 80 goats and proportionally
selected. The examination was carried out based on laboratory examination of
parasites found in the goat's body. Prevalence is calculated by dividing positive
Key words samples by the total number of samples examined multiplied by 100%. The results
Scabies, Goat, Lhokseumawe showed that the prevalence of scabies in goats in Muara Satu District,
Lhokseumawe City was 47.5%.
ABSTRAK
Kutipan Syakir A.(2023). Tingkat
Prevalensi Penyakit Scabiosis pada Populasi ternak kambing di Kecamatan Muara Satu merupakan salah satu yang
Peternakan Kambing Di Kecamatan paling besar di Kota Lhokseumawe. Salah satu faktor yang mempengaruhi
Muara Satu Kota Lhokseumawe: keberlangsungan peternakan adalah penyakit, salah satu penyakit yang sering
Jurnal Faperta Uniki, 4(1), menjangkit ternak kambing adalah scabies. Scabies merupakan penyakit yang
e-ISSN (Online) 2477-5665 disebabkan oleh parasite sarsoptes scabiei dengan gejala khas yaitu gatal pada
kulit dan akhirnya mengalami kerusakan, hal tersebut sangat berpengaruh
terhadap produktivitas ternak. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui banyaknya
prevalensi scabies pada kambing di Kecamatan Muara Satu, Kota Lhokseumawe.
Sampel yang diambil dari 80 ekor kambing dan dipilih secara proporsional.
Pemeriksaan dilakukan berdasarkan pemeriksaan laboratorium terhadap parasit
yang ditemukan pada tubuh kambing. Prevalensi dihitung dengan membagi
sampel positif dengan total jumlah sampel yang diperiksa dikalikan 100%. Hasil
Kata kunci penelitian menunjukkan prevalensi scabies pada kambing di Kecamatan Muara
Scabies, Kambing, Satu, Kota Lhokseumawe sebesar 47,5%.
Lhokseumawe

penyakit juga dapat menurunkan minat


PENDAHULUAN masyarakat untu beternak kambing (Heriyadi,
Kambing merupakan salah satu hewan yang 2004).
diternakkan oleh manusia. Selain perawatannya Penyakit parasitik merupakan salah satu faktor
mudah, ketersediaan pangan juga banyak di yang dapat menurunkan produktivitas ternak.
Indonesia. Namun, usaha ternak kambing akan Parasit dapat bertahan hidup dalam tubuh
mengalami kendala ketika kambing terinfeksi hospes dengan memakan jaringan tubuh,
penyakit. Selain menyebabkan kerugian, mengambil nutrisi yang dibutuhkan dan

November 2023|Volume 4|Nomor 1


29
Syakir A. (2023)|Fanik: Jurnal Faperta Uniki 4(1), 29- 33

menghisap darah hospes. Hal ini menyebabkan mendapatkan perhatian dari pemlik ternak.
terjadinya penurunan bobot badan, Pemilik ternak di Kecamatan Muara Satu
pertumbuhan yang lambat, penurunan daya cenderung mengobati sendiri ternaknya dengan
tahan tubuh dan brujung pada kematian hospes. obat-obatan tradisional, sehingga informasi
Ternak yang terinfeksi parasit biasanya kejadian scabies tidak diketahui oleh dinas
mengalami kekurusan sehingga mempunyai setempat.
nilai jual yang rendah (Khan et al., 2008). Dengan melihat jumlah kasus penyakit scabies
Scabies merupakan penyakit kulit yang sering yang terjadi pada kambing dan kurangnya
dijumpai pada ternak terutama ternak kambing pelaporan terhadap kasus tersebut, maka
dan sulit untuk disembuhkan. Penyakit ini peneliti tertarik melakukan penelitian di
disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei yang Kecamatan Muara Satu Kota Lhokseumawe.
ditandai berupa gatal pada kulit dan akhirnya Penelitian ini diharapkan menjadi bahan
mengalami kerusakan pada kulit yang terserang. referensi atau menjadi informasi tentang tingkat
Sarcoptes scabiei merupakan jenis ektoparasit prevalensi penyakit scabies pada kambing serta
yang menyerang hewan terutama pada bagian memudahkan pengendalian penyakit scabies.
kulit, yang dapat menurunkan produksi daging,
kualitas kulit dan mengganggu kesehatan
masyarakat. Penyakit ini di golongkan kedalam BAHAN DAN METODE
penyakit zoonosis yaitu penyakt dari hewan Waktu dan tempat penelitian
yang dapat menyerang manusia (Iskandar, Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-
2000). Menurut Kementrian Pertanian (2014), Februari 2023. Pengambilan sampel
pada keadaan kurang pakan, musim kemarau, dilaksanakan di peternakan kambing yang
dan lingkungan kandang kotor dapat berada di Kecamatan Muara Satu Kota
mengakibatkan prevalensi skabies mencapai Lhokseumawe. Sedangkan pemeriksaan sampel
4—11 %. dilakukan di UPT Laboratorium Blang Mangat
Kendala penyakit yang sering sering dialami Kota Lhokseumawe
oleh peternak di Kecamatan Muara Satu adalah
penyakit kudis atau biasa disebut dengan Alat dan Bahan
Scabies. Scabies merupakan penyakit yang Alat yang digunakan yaitu scalpel atau silet,
sering menimbulkan masalah kesehatan pada plastik klip, pinset, mikroskop, objek glass,
ruminansia kecil termasuk pada kambing. cover glass, tisu dan kamera digital. Bahan yang
Ternak yang terserang penyakit ini akan digunakan adalah aquades, KOH 10 %, alkohol
mengalami penurunan berat badan, kualitas 70 %, dan kerokan kulit.
daging, dan kulit (Iskandar, 2000).
Pengamatan penyakit scabies yang terjadi pada Metode Penelitian
komoditas kambing bertujuan untuk Koleksi sampel
dilakukannya pencegahan dan pengendalian Besaran sampel ditentukan dengan asumsi
penyakit sejak dini. Pada musim kemarau, tingkat kejadian scabies di Kecamatan Muara
keadaan kurang pakan, dan lingkungan kandang Satu sebesar 50% berdasarkan laporan bulanan
yang kotor dapat mengakibatkan prevalensi Puskeswan Muara Satu. Metode rambang
scabies mencapai 4—11 % (Budiantono, 2004). proporsional merupakan metode pengambilan
Pada kasus-kasus seperti ini dapat diminimalisir sampel yang digunakan di seluruh Desa yang
dan mengurangi tingkat kematian serta terdapat di Kecamatan Muara Satu, Kota
meningkatnya populasi komuditas ternak Lhokseumawe. Besaran sampel dihitung
kambing ini. Dan juga perlu dilakukannnya menggunakan rumus penentuan besaran sampel
sanitasi kandang dan penanganan kambing sakit (Selvin, 2004):
harus lebih diperhatikan. Scabies didukung oleh
dua faktor, yaitu faktor infeksius meliputi n=4p (1−p)
parasite dan faktor non infeksius yang berupa 𝐿2
kesalahan manajemen dan faktor lingkungan. Keterangan :
Kambing yang terkena penyakit scabies kurang n = Besaran sampel yang diambil
Mei 2023|Volume 4|Nomor 1
30
Syakir A. (2023)|Fanik: Jurnal Faperta Uniki 4(1), 29- 33

P = Asumsi dugaan tingkat kejadian scabies memperlihatkan wilayah permukaan badan


(50 %) yang terinfeksi scabies dan hasil pemeriksaan
L = Tingkat kesalahan 10 % (0.1) laboratorium gambar 1 (a-b)
Berdasarkan rumus terhitung sejumlah 80 ekor
kambing yang akan menjadi sampel dalam
penelitian ini. Sampel tersebut tersebar di
Kecamatan Muara Satu Kota Lhokseumawe

Pemeriksaan laboratorium
Tujuan dari pemeriksaan laboratorium adalah
untuk memperkuat diagnosa adanya infeksi
Sarsoptes scabie pada kambing. Pemeriksaan
laboratorium dilakukan di UPT Laboratorium
Blang Mangat Kota Lhokseumawe dengan
mengambil kerokan kulit pada kambing yang
diduga mengalami infeksi scabies berdasarkan
gejala klinis berupa kerusakan pada permukaan
kuli. Pengamatan terhadap kerokan kulit
menggunakan mikroskop dengan perbesaran
10x (Tabri, 2005). Pengerokan kulit dilakukan
pada kambing yang diduga scabies untuk
selanjutnya dilakukan pemeriksaan
laboratorium. Kulit diambil dengan cara
mengambil lapisan epidermis kulit yang telah
dibersihkan sebelumnya, dikerok sampai
berdarah kemudian diambil sedikit sampel kulit
dibawahnya menggunakan scalpel atau silet (a)
(David, 2002). Sampel tersebut disimpan di (b)
dalam wadah kemudian diberi label. Sampel Gambar 1 (a) Gambaran patologi anatomi yang
tersebut kemudian dilihat menggunakan terindikasi scabies. (b) Sarsoptes scabies pada
mikroskop dengan pembesaran 10x untuk kerokan kulit dengan perbesaran 10x
mengetahui (Tabri, 2005).
Tabel 1. Data pemeriksaan laboratorium
Analisis Data terhadap kerokan kulit scabies kambing di
Analisa deskriptif digunakan pada penelitian ini Kecamatan Muara Satu, Kota Lhokseumawe.
yang akan direpresentasikan dalam bentuk
tabel, Perhitungan untuk mencari prevalensi
scabies mengacu pada penelitian (Budiharta, No Nama Desa Jumlah Sampel I
2002) dengan menggunakan rumus, sebagai
berikut: 1 Blang Naleung Mameh 8
2 Ujong Pacu 8
3 Cot Trieng 8
𝑃𝑟𝑒𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖= 𝐹𝑥 100% 4 Batupat Barat 7
N 5 Batuphat Timur 8
Keterangan: 6 Blang Panyang 8
F : Jumlah sampel positif 7 Blang Pulo 8
N : Jumlah sampel yang diperiksa 8 Padang Sakti 9
9 Paloh Punti 8
10 Meuria Paloh 8
HASIL Jumlah 80 ekor

Hasil pengamatan terhadap kambing di lapangan


Mei 2023|Volume 4|Nomor 1
31
Syakir A. (2023)|Fanik: Jurnal Faperta Uniki 4(1), 29- 33

PEMBAHASAN kambing di Kecamatan Muara Satu sebesar


1148 ekor. Kejadian scabies pada kambing
Pengamatan terhadap kambing di lapangan cukup tinggi hanya terjadi hampir semua desa di
memperlihatkan wilayah permukaan badan Kecamatan Muara Satu. Hal ini di akibatkan
yang terinfeksi scabies ini merupakan wilayah karena Kecamatan Muara Satu berbatasan
kepala, muka, dekat moncong, telinga, leher, langsung dengan Kabupaten Aceh Utara yang
punggung, ekor serta kaki. Penyakit ini memiliki pupulasi ternak terbesar ke 2 di
menyerang ternak jantan maupun betina di provinsi Aceh.
semua umur. Kambing yang diduga terinfeksi Menurut hasil anamnesa dengan peternak,
parasit Sarsoptes scabei nampak lesu, kurang kambing yang terkena penyakit scabies diduga
nafsu makan, kulit nampak menebal, gatal- gatal berasal dari kambing yang dibeli dari luar
serta kurus. Hewan menggesek- gesekkan daerah tersebut. Kambing kemungkinan
bagian yang terinfeksi ke tiang kandang, teinfeksi penyakit scabies kemudian menjalar
menggaruk serta menggigit kulitnya dari kambing sakit ke kambing yang sehat
(Kertayadnya, 2003). Berdasarkan hasil melalui kontak langsung.
pengecekan kulit ternak yang terinfeksi Kejadian penyakit scabies di Kecamatan Muara
dilapangan nampak luka pada pemukaan kulit satu diduga disebabkan oleh beberapa hal
kambing berupa keropeng. Berdasarkan seperti jenis kandang. Peternak kambing di
pengamatan inilah diperkirakan sebanyak 80% Kecamatan Muara Satu banyak menggunakan
dari 80 ekor kambing dengan indikasi tersebut jenis kandang koloni. Satu kandang digunakan
diatas. untuk beberapa ekor kambing akibatnya jika ada
kambing yang terinfeksi penyakit scabies maka
Ketika ternak sudah terinfeksi scabies, maka dengan cepat dapat menular ke kambing lain
aktivitas makan, merumput dan memamahbiak yang berada di kandang tersebut secara kontak
berkurang, sehingga konsumsi pakan juga langsung. Sanitasi kandang dan lingkungan
berkurang. Hal ini yang menyebabkan bobot yang kurang baik juga diduga menjadi faktor
badan ternak akan menurun secara drastis dan utama penularan penyakit scabies. Kandang
akan menyebabkan lemas sehingga berujung terlihat kurang mendapat sinar matahari, akibat
kematian (Wosu dan Onyeabor, 2015). keadaan kandang lembab. Tempat yang lembab
Beberapa faktor yang mempengaruhi penularan dapat menyebabkan tungau dapat bertahan
penyakit scabies diantaranya; manajemen hidup lebih dari 30 hari (Jensen dan Swift,
pemeliharaan, sanitasi kandang serta 2006).
pengetahuan peternak yang rendah mengenai
penyakit scabies. Apabila dilihat dari
manajemen pemeliharaan, peternakan kambing KESIMPULAN
yang berada di Kecamatan Muara Satu Kota Kesimpulan dari penelitian ini yaitu prevalensi
Lhokseumawe dipelihara dengan cara scabies di Kecamatan Muara Satu adalah
digembalakan, setelah itu pada malam hari akan 47,5%. Penyebab terjadinya pada kasus scabies
ditempatkan pada kandang koloni. karena kurangnya kebersihan kandang dan air
Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 80 sampel hujan yang masuk di kandang, pencegahannya
kambing yang diambil di 10 desa di Kecamatan berupa pemberian hijauan adlibitum,
Muara Satu, Kota Lhokseumawe, Sebanyak 38 penggunaan kandang panggung, sinar matahari
ekor kambing terinfeksi Sarsoptes scabies dapat masuk ke kandang, adanya pengembalaan
dengan metode pemeriksaan laboratorium. ternak serta pengobatan scabies dari petugas,
Sehingga diperoleh nilai persentase prevalensi sehingga menjadikan prevalensi ini kecil.
scabies pada kambing di Kecamatan Muara
Satu, Kota Lhokseumawe sebesar 47,5%.
Hasil analisis data menunjukkan beberapa UCAPAN TERIMA KASIH
daerah di Kecamatan Muara Satu dengan Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh
tingkat prevalensi scabies pada ternak kambing
cukup tinggi mengingat jumlah populasi Petugas lapangan Puskeswan Kota Lhokseumawe

Mei 2023|Volume 4|Nomor 1


32
Syakir A. (2023)|Fanik: Jurnal Faperta Uniki 4(1), 29- 33

yang telah banyak membantu sehingga kegiatan


penelitian ini dapat berjalan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
David. 2002. Kapita Selekta Kedokteran. Bina
Rupa Aksara: Jakarta
Heriyadi, D., dan W.S. Budi. 2004. Sertifikasi
Bibit Domba Garut Tahap II.
Kerjasama Dinas Peternakan Provinsi
Jawa Barat dengan Himpunan Peternak
Domba dan Kambing Indonesia
(HPDKI) Jawa Barat. Bandung.
Kertayadnya, 2003. Scabies, Epizootiologi,
Pengobatan dan Perkiraan Kerugian
Ekonomi. Jakarta.
Iskandar, T. 2000. Masalah scabies pada hewan
dan manusia serta penanggulangannya.
Jensen, R. And B. L. Swift. 2006. Disease of
Sheep. 2 years Eds. Lea & Febiger.
Philadelphia.
Kementerian Pertanian. 2014. Manual Penyakit
Hewan Mamalia. Cetakan kedua.
Jakarta (ID): Direktorat Jendral
Peterakan dan Kesehatan Hewan.
Khan MK, Sajid MS, Khan MN, Iqbal Z and
Iqbal MU. 2008. Prevalence, effects of
treatment on productivity and cost
benefit analysis infive districts of
Punjab, Pakistan. Res Vet Sci. 87: 70–
75.
Selvin S. 2004. Statistical Analysis of
Epidemiology Data. London (UK):
Oxfo University Pres.Wilayah
Sibermas Kecamatan Fatuleu
Kabupaten Kupang.
Tabri. 2005. Diagnosis Skabies dengan Tinta.
Maj. Parasitol. Ind. 2(3&4): 91- 96.
Wosu, M. I., & Onyeabor, A. I. (2015). Use of
Ivermectin in the Therapy of Sarcoptic
Mange in West African Dwarf Goat: A
Case Report. J. Vet. Adv, 5(6), 1014–
1016

Mei 2023|Volume 4|Nomor 1


33

Anda mungkin juga menyukai