Rajawali Pers
Rajawali Pers
net/publication/335890606
RAJAWALI PERS
CITATION READS
1 5,332
2 authors, including:
Hayat Hayat
Universitas Islam Malang
77 PUBLICATIONS 254 CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Hayat Hayat on 18 September 2019.
2017.1685 RAJ
Hayat, S.AP., M.Si.
Manajemen pelayanan publik
Cetakan ke-1, Januari 2017
Hak penerbitan pada PT RajaGrafindo Persada, Jakarta
Desain cover: octiviena@gmail.com
Dicetak di Kharisma Putra Utama Offset
PT RajaGrafindo PersadA
Kantor Pusat:
Jl. Raya Leuwinanggung, No.112, Kel. Leuwinanggung, Kec. Tapos, Kota Depok 16956
Tel/Fax : (021) 84311162 – (021) 84311163
E-mail : rajapers@rajagrafindo.co.id http: // www.rajagrafindo.co.id
Perwakilan:
Jakarta-14240 Jl. Pelepah Asri I Blok QJ 2 No. 4, Kelapa Gading Permai, Jakarta Utara, Telp. (021) 4527823.
Bandung-40243 Jl. H. Kurdi Timur No. 8 Komplek Kurdi Telp. (022) 5206202. Yogyakarta-Pondok Soragan
Indah Blok A-1, Jl. Soragan, Ngestiharjo, Kasihan Bantul, Telp. (0274) 625093. Surabaya-60118, Jl. Rungkut
Harapan Blok. A No. 9, Telp. (031) 8700819. Palembang-30137, Jl. Macan Kumbang III No. 10/4459 Rt. 78,
Kel. Demang Lebar Daun Telp. (0711) 445062. Pekanbaru-28294, Perum. De’Diandra Land Blok. C1/01 Jl.
Kartama, Marpoyan Damai, Telp. (0761) 65807. Medan-20144, Jl. Eka Rasmi Gg. Eka Rossa No. 3A Blok A
Komplek Johor Residence Kec. Medan Johor, Telp. (061) 7871546. Makassar-90221, Jl. ST. Alauddin Blok
A 14/3, Komp. Perum. Bumi Permata Hijau, Telp. (0411) 861618. Banjarmasin-70114, Jl. Bali No. 31 Rt. 05,
Telp. (0511) 3352060. Bali, Jl. Imam Bonjol g. 100/V No. 5B, Denpasar, Bali, Telp. (0361) 8607995, Bandar
Lampung-35115, Perum. Citra Persada Jl. H. Agus Salim Kel. Kelapa Tiga Blok B No. 12A Tanjung Karang
Pusat, Telp. 082181950029.
KATA PENGANTAR
1
Pengajar program pascasarjana Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Indonesia, program pascasarjana FISIP Universitas Ahmad
Yani, Visiting Senor Lecturer University of Malaya, Kuala Lumpur; Adjunct
Professor, School of Political Science and Public Administration, University
of Electronic Science and Technology China [UESTC], Chengdu.
Kata Pengantar
v
Masyarakat seakan berhadapan dengan dinding terjal dan
keras ketika berhadapan dengan masalah keseharian. Jalanan
yang macet. Sarana angkutan kota yang buruk. Parkir liar.
Preman pasar. Pelayanan puskesmas yang buruk –sudah dengan
senyum, tetapi obatnya tetap seadanya. Peserta BPJS minta
rekomendasi untuk berobat ke rumah sakit yang selalu ditolak
oleh puskesmas rujukan. Mau mencari kerja diwajibkan untuk
punya surat kesehatan yang hanya dikeluarkan oleh rumah
sakit pemerintah dengan biaya Rp500.000 – 900.000 per jiwa.
Rekening listrik rumah yang dua tahun lalu rata-rata Rp 700.000
kini menjadi rata-rata Rp 2 juta. Pembangunan jalan layang di
Cileduk, Jakarta yang memakan waktu 2 tahun belum selesai yang
menyengsarakan lebih kurang 1,2 juta masyarakat di kawasan
tersebut yang terdampak setiap harinya. Hingga Tax Amnesty yang
ditujukan kepada warga Indonesia yang menyimpan uangnya di
luar negeri, karena gagal maka targetnya rakyat domestik. Karena
tidak bisa mengejar kaum kaya, maka yang dikejar kelompok
menengah ke bawah.
Dalam kondisi seperti itu, maka pejabat pemerintah punya
dua kiat: buat strategi pencitraan melalui sosial media dan
“bunuh karakter” warga masyarakat yang memprotes kebijakan
pemerintah –terutama Kepala Negara. Kita mendadak gagap.
Kebijakan pelayanan publik dan praktik pelayanan publik
baru berhenti di isu kecil-kecil. Kartu identitas, kartu keluarga,
surat mengemudi, akta lahir….. dan semua yang menjadi domain
pemerintah. Domain yang diserahkan pemerintah kepada pasar
dibiarkan. Diserahkan kepada ombudsman, tetapi lembaga ini
mengatakan banyak bekerja, tetapi tidak ada sentuhan yang
memadai. Padahal hanya “sentuhan”, belum lagi diminta
untuk “membelai”, apalagi membela. Ada Badan Perlindungan
Kata Pengantar
vii
Pemerintah yang tidak mau atau malas memberikan cinta
dalam bentuk pelayanan publik yang seperti itu hanya menunggu
caci maki rakyatnya saja, entah yang tersurat maupun tersirat.
Hari ini, 71 tahun kemerdekaan RI, rakyat masih menunggu cinta
dari pemerintah. Semoga cinta itu datang, segera. Bukan sekedar
janji saja. Dan, Presiden Jokowi ditantang untuk mewujudkannya,
lebih dari sekedar ber-Nawa Cita dan ber-“kerja-kerja-kerja”. Karena
ini adalah masalah Cinta.
Prakata
ix
fokus perubahan itu dilakukan melalui reformasi birokrasi yang
kemudian akan mengubah sistem dan kompetensi aparatur serta
peningkatan sarana prasarana sebagai bagian dari kebutuhan
masyarakat untuk mencapai tujuan pemerintahan yang lebih baik.
Buku “Manajemen Pelayanan Publik” ini memberikan gambaran
secara global tentang teori dan konsep yang dibangun dalam rangka
memperbaiki kualitas kinerja pelayanan yang dilakukan oleh
aparatur negara. Penulis memberikan gambaran sebagai bentuk
refleksi mengenai perubahan-perubahan yang sudah terjadi, sedang
terjadi dan yang akan terjadi dalam pelaksanaan pelayanan publik
di instansi pemerintah, baik pusat maupun daerah.
Di sisi lain, reformasi birokrasi menjadi satu kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan dalam proses manajemen pelayanan
publik. Sebagai bagian terpenting dalam pencapaian tujuan
pelayanan yang optimal, pelaksanaan reformasi birokrasi harus
terus dikawal dan dilaksanakan sesuai dengan Grand Design
Reformasi Birokrasi 2005-2025 untuk mencapai tujuan tatanan
pemerintahan yang baik (good governance).
Buku ini mengandung prinsip-prinsip untuk menciptakan
kualitas pelayanan publik yang prima, berkualitas dan profesional.
Dalam buku ini membahas tentang bagaimana merencanakan
dan melakukan evaluasi terhadap aparatur dalam menjalankan
tugas dan fungsinya sebagai pelayanan bagi masyarakat. Proses
manajemen pelayanan publik memang tidak dapat dipisahkan
dari merencanakan, melakukan/mengimplementasi dan
mengevaluasi dalam buku ini. Fokus dalam buku ini mengarah
kepada bagaimana peningkatan pelayanan publik yang dilakukan
oleh aparatur sipil negara sebagai bentuk tugas dan tanggung
jawab yang melekat dalam dirinya.
Prakata
xi
bersifat kinerja formalitas atau rutinitas saja, tetapi bagaimana
meningkatkan kualitas kinerja dan memaksimalkan potensi yang
dimiliki untuk melayani masyarakat secara baik, cepat, mudah
dan murah.
Buku “Manajemen Pelayanan Publik” publik ini menjadi
preferensi yang baik untuk dijadikan sebagai rujukan bagi
pemerintah dalam melakukan proses manajemen pelayanan
publik pada instansinya. Menjadi rekomendasi untuk dipelajari
dan diterapkan dalam kehidupan birokrasi Indonesia. Menjadi
bahan pengayaan dalam menjalankan reformasi birokrasi,
peningkatan kualitas kinerja aparatur, melakukan penilaian
terhadap kinerja aparatur sipil negara dan mengakomodir prinsip-
prinsip good governance secara komprehensif.
Semoga buku ini memberikan inspirasi bagi khalayak ramai
seperti akademisi dan praktisi untuk mengamati, menganalisis
dan menuliskannya sebagai bagian dari kebutuhan pemerintah
dalam mencapai tujuan tatanan pemerintahan yang baik. Aspek
pelayanan publik menjadi hal terpenting dalam kehidupan
birokrasi Indonesia. Pelayanan publik menjadi unsur utama
dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pemenuhan
terhadap kebutuhan masyarakat. Dari negara untuk masyarakat
melalui kinerja pelayanan publik yang profesional, akuntabel
dan transparansi. Buku ini juga menjadi buku pegangan bagi
mahasiswa yang mengambil konsentrasi administrasi publik,
ilmu pemerintahan atau ilmu politik.
Buku ini penulis persembahkan untuk ayahanda “H. Abdullah”
dan Ibunda tercinta “Almarhumah Hj. Rohmah” yang senantiasa
menjadi spirit dan motivasi bagi penulis dalam dinamika kehidupan
yang semakin kompleks, termasuk dalam penulisan buku ini yang
membutuhkan perjuangan dan menghadapi tantangan dengan
Hayat
Prakata
xiii
[halaman ini sengaja dikosongkan]
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
Pelayanan Publik: Investasi Cinta Pemerintah Kepada Rakyat v
PRAKATA ix
DAFTAR ISI xv
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Manajemen dan Pelayanan 8
BAB II KONSEP, FUNGSI DAN TUJUAN
PELAYANAN PUBLIK 21
A. Pengertian Pelayanan Publik 21
B. Konsep Pelayanan Publik 23
C. Fungsi Pelayanan Publik 50
D. Tujuan Pelayanan Publik 52
BAB III KINERJA PELAYANAN PUBLIK 57
A. Pengertian Kinerja Pelayanan Publik 57
B. Sifat dan Bentuk Kinerja Pelayanan Publik 65
Daftar Isi
xv
C. Kualitas Kinerja Pelayanan Publik 69
D. Indikator Kinerja Pelayanan Publik 71
E. Penilaian Kinerja Pelayanan Publik 88
BAB IV SUMBER DAYA APARATUR PELAYANAN
PUBLIK 105
A. Pengertian Sumber Daya Aparatur 105
B. Rekrutmen dan Promosi Sumber
Daya Aparatur 108
C. Kompetensi Sumber Daya Aparatur 118
D. Profesionalitas dan Akuntabilitas 119
E. ASN Menurut Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 2014 124
BAB V REFORMASI BIROKASI PELAYANAN
PUBLIK 135
A. Reformasi Birokrasi Sebuah Kebutuhan 135
B. Konsep Reformasi Birokrasi 141
C. Kebijakan Reformasi Birokrasi 153
D. Reformasi Pelayanan Publik 157
BAB VI GOOD GOVERNANCE 165
A. Pengertian Good Governance 165
B. Konsep Good Governance 168
C. Aktualisasi Pelayanan Publik dalam
Good Governance 173
Daftar Isi
xvii
[halaman ini sengaja dikosongkan]
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan publik merupakan pelayanan dasar dalam
penyelenggaraan pemerintahan. Pelayanan publik sebagai
indikator penting dalam penilaian kinerja pemerintah, baik di
tingkat pusat maupun daerah. Penyelenggaraan pemerintahan
dikatakan baik jika pelayanan publik yang dilakukan berorientasi
pada kepentingan masyarakat. Pelayanan yang baik dan
berkualitas memberikan implikasi kepuasan kepada masyarakat,
karena masyarakat secara langsung menilai terhadap kinerja
pelayanan yang diberikan. Indikator kepuasan masyarakat
itulah yang menjadi tolok ukur keberhasilan penyelenggaraan
pemerintahan.
Ada korelasi dan kohesi yang saling berkaitan antara
penyelenggaraan pemerintahan dengan pelayanan yang
diberikan. Setiap lembaga publik pastinya bersentuhan dengan
aspek pelayanan publik atau berhubungan langsung dengan
masyarakat, sebagai bagian yang utama dalam penyelenggaraan
pemerintahan, selain pihak swasta. Pemerintah sebagai penyedia
Bab 1 | Pendahuluan
1
pelayanan mengatur proses dan tata cara pemberian pelayanan
yang baik sesuai dengan standar yang ditentukan, dalam hal ini
adalah maklumat pelayanan dan Standar Operasional Prosedur
(SOP). Ketentuan dan persyaratan penerima pelayanan tentunya
juga diatur sedemikian rupa, sehingga pelayanan yang dilakukan
sesuai dengan harapan bersama. Selain teknis pelayanan, aspek
nonteknis juga memengaruhi proses pelayanan. Termasuk di
dalamnya adalah kualitas sumber daya aparatur pelayanan.
Kualitas dan kompetensi aparatur pelayanan juga dapat
memengaruhi pelayanan yang diberikan.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan
Publik dalam Pasal 1 ayat (1) bahwa pelayanan publik adalah
kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara
dan penduduk atas barang, jasa dan/atau pelayanan administratif
yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Dipertegas
pula dalam ayat (7), bahwa standar pelayanan adalah tolok ukur
yang dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan
dan acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai kewajiban dan
janji penyelenggara kepada masyarakat dalam rangka pelayanan
yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau, dan terukur.
Dari uraian dalam UU No. 25/2009 tersebut di atas
memberikan penegasan bahwa pemerintah berkewajiban
memberikan pelayanan dengan sebaik-baiknya kepada masyarakat
sebagai penerima pelayanan, sesuai dengan kebutuhan
masyarakat. Yaitu pelayanan yang baik, mudah, murah,
cepat dan terukur adalah amanah yang harus dilakukan oleh
penyelenggara pelayanan dalam pemberian pelayanan. Hal itu
sebagai upaya untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat
kepada pemerintah dalam pelayanan publik. Tantangannya
Bab 1 | Pendahuluan
3
penyelenggaraan pelayanan yang berkualitas, sehingga aspek
internal dalam pemerintahan juga mengalami perubahan, yang
lebih baik, yaitu pola pikir atau mindset, karakter, manajemen dan
sistem yang ada dalam birokrasi serta dalam aspek eksternalnya
yaitu kepuasan masyarakat terhadap penerimaan pelayanan.
Bidang Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara
PKP2A IV LAN Aceh (2014), juga mengungkapkan, bahwa tidak
mudah mengubah mindset, karakter, manajemen dan sistem yang
ada dalam pengelolaan sumber daya manusia aparatur. Persoalan
yang paling pokok adalah: Pertama, budaya kinerja dan pelayanan
yang belum tertanam dengan baik. Kinerja yang dilakukan masih
dianggap sebagai sebuah aktivitas atau rutinitas formalitas. Budaya
kinerja dan pelayanan menekankan pada aspek substantif tentang
kinerja pelayanan, yaitu kinerja pelayanan untuk kepentingan
masyarakat sebagai penerima pelayanan. Perlu ditanamkan juga
bahwa kinerja dan pelayanan adalah sebuah kewajiban yang
tidak hanya digugurkan dengan aktivitas dan rutinitas saja,
tetapi lebih mengedepankan prinsip kebaikan, kualitas kinerja
dan output yang sesuai dengan harapan masyarakat. Tentunya,
hal ini dibutuhkan sebuah evaluasi kinerja dan pelayanan yang
komprehensif untuk memastikan apakah kinerja dan pelayanan
berjalan sesuai dengan maklumat pelayanan dan sesuai dengan
standar minimalnya. Evaluasi kinerja aparatur saat ini belum
maksimal dalam aplikasinya. Kinerja pegawai berorientasi pada
kuantitas dengan mengedepankan terlaksananya tugas sesuai
dengan target yang sudah ditentukan.
Orientasi kualitas kinerja sumber daya aparatur masih
terlihat lemah. Orientasi pelayanan seharusnya bertumpu pada
aspek kepentingan umum atau kebutuhan masyarakat. Menjadi
dasar utama bagi dalam penyelenggaraan pelayanan adalah tujuan
Bab 1 | Pendahuluan
5
lingkup penyelenggaraan pelayanan publik; (c) pembinaan dan
penataan pelayanan publik; (d) hak, kewajiban larangan bagi
seluruh pihak yang terkait dalam penyelenggaraan pelayanan
publik; (e) aspek penyelenggaraan pelayanan, sistem informasi,
sarana dan prasarana, biaya pelayanan, pengelolaan pengaduan
dan penilaian kinerja; (f) peran serta masyarakat; (g) penyelesaian
pengaduan dalam penyelenggaraan pelayanan; dan (h) sanksi.
(Djumara, dkk., 2010).
UU Pelayanan Publik juga menekankan dan mengatur tentang
asas-asas umum pelayanan publik yang harus dilaksanakan
sebaik-baiknya oleh aparatur negara, antara lain asas kepentingan
umum, kepastian hukum, kesamaan hak, keseimbangan hak
dan kewajiban, keprofesionalan/profesionalisme, partisipatif,
persamaan perlakukan/tidak diskriminasi, keterbukaan,
akuntabilitas, perlakuan khusus bagi kelompok rentan, ketepatan
waktu, dan kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.
Kedua, aparatur negara masih dipandang bukan sebagai
profesi. Perspektif aparatur negara adalah bukan sebuah
pekerjaan, tapi pengabdian. Mindset seperti ini berdampak pada
kinerja aparatur dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai
pelayan publik. Passion dalam kinerja pelayanan tidak akan
ditemukan jika aparatur negara tidak memandang bahwa apa
yang dikerjakan adalah bagian dari pekerjaannya. Sebagai aparatur
negara, berarti bekerja melayani masyarakat, tentunya dengan
prinsip kenyamanan, kebaikan dan kesetaraan. Semua aparatur
negara mempunyai kesempatan yang sama dalam meningkatkan
kualitas kinerja berdasarkan ketentuan yang sudah berlaku. Pun
demikian, perlakuan yang sama terhadap aparatur negara adalah
dijamin oleh perundang-undangan yang berlaku.
Bab 1 | Pendahuluan
7
standar pelayanan minimal. Menghindari hal demikian memang
tidak mudah, itulah tantangan bagi aparatur pelayanan publik
untuk bersikap adil dan tidak diskriminasi. Pelayanan publik
adalah milik masyarakat, maka berilah pelayanan sebaik-baiknya,
karena pelayanan yang baik yang diharapkan oleh masyarakat
sesuai dengan kebutuhannya.
Selain aspek pengaruh politik dan hubungan keluarga,
hubungan ekonomi dan relasi kadangkala juga memengaruhi
kinerja pelayanan aparatur negara. Reformasi birokrasi sudah
mengamanatkan bahwa kinerja pelayanan publik harus
mementingkan kebutuhan masyarakat banyak dan menghindari
nilai-nilai nepotisme. Peningkatan pemahaman dan kualitas
pelayanan kepada aparatur harus terus dilakukan untuk
menciptakan iklim kinerja yang sehat. Pembiaran terhadap
kinerja dengan pola pengaruh lingkungan atau relasi menjadikan
nilai-nilai pelayanan keluar dari garis yang sebenarnya. Sebaik
mungkin aparatur menghindari hal yang berkaitan dengan
“perkoncoan” yang mengakibatkan berdampaknya terhadap
layanan yang diberikan.
Bab 1 | Pendahuluan
9
Kinerja tentunya didukung oleh sumber daya aparatur yang
baik, kompeten dan berkualitas. Siklus manajemen inilah yang
menjadi “metabolisme” terhadap organisasi untuk menghasilkan
organisasi yang sehat.
Dari proses manajemen tersebut akan berdampak kepada
kinerja aparatur. Apakah manajemen yang dilakukan sudah
baik atau tidak. Hal itu kembali kepada pemimpinnya. Secara
prinsip manajemen dilakukan oleh pemimpin yang ditujukan
kepada aparatur dalam penyelenggaraan organisasi. Aparatur
menyelenggarakan proses manajemen sesuai dengan yang sudah
ditentukan. Kesemuanya berjalan secara berkesinambungan
sesuai dengan pekerjaan untuk mencapai tujuan yang diharapkan
bersama. Suksesi organisasi tergantung dari pola kerja sama yang
dibangun melalui komunikasi dan koordinasi.
Oliver Sheldon (1930) juga mengemukakan bahwa
manajemen mempunyai kegunaan sebagai fungsi kajian industri
dalam pelaksanaan kebijakan, dipandang dalam batas-batas
kumpulan penyelenggaraan, dalam pekerjaan organisasi untuk
tujuan khusus yang akan datang. Di sisi lain, manajemen
dimaksudkan sebagai suatu proses khusus yang terdiri dari
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan
yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang
telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan
sumber daya lain (Goergo Terry,1964).
Manajemen secara umum banyak disebutkan oleh beberapa
ahli. Baik secara spesifik maupun secara umum. Ada yang
mengatakan bahwa manajemen adalah ilmu pengetahuan
yang mandiri yang sebenarnya akan anda kerjakan, selanjutnya
mengkaji apakah sesuatu itu dikerjakan dengan cara terbaik serta
termudah (Frederik W. Taylor, 1974).
Bab 1 | Pendahuluan
11
sama lainnya dalam kerangka membangun pola kerja sama yang
saling berhubungan untuk mencapai tujuan bersama.
Pembahasan yang paling mendasar dalam memahami
manajemen publik adalah manajemen yang dilakukan di
dalam organisasi pemerintahan yang berorientasi pada kinerja
pelayanan publik dan kualitas pelayanan. Manajemen publik
dalam organisasi pemerintahan sama halnya dengan manajemen
birokrasi.
Sementara Hellriegel and Slocum (dalam Silalahi, 2011),
memberikan penafsiran bahwa manajemen birokrasi adalah
suatu pendekatan manajemen ideal untuk organisasi besar
yang menekankan pada aturan-aturan seperangkat hierarki,
pembagian kerja yang jelas dan tuntas, mengikuti prosedur-
prosedur dan menitikberatkan pada struktur keorganisasian
secara menyeluruh. Organisasi mempunyai karakteristik dasar
yang diformulasikan sebagai berikut:
1. Pembagian kerja. Pembagian kerja berkaitan dengan tugas
pokok dan fungsi dari sumber daya manusia dalam organisasi
yang terbagi dalam bagian-bagian yang sudah ditentukan
untuk mencapai tujuan organisasi. Pembagian kerja juga
berdasarkan pada aspek efektivitas dan efisiensi, sehingga
organisasi berjalan secara seimbang dan baik. Pembagian
kerja mengacu kepada kompetensi, kemampuan, dan soft
skill. Hal ini bertujuan untuk menempatkan seseorang
pada tempat yang tepat dan sesuai dengan kemampuan dan
keterampilan yang dimilikinya. Penempatan personel yang
tidak tepat mengakibatkan kinerja yang tidak maksimal,
tentunya akan berakibat pada proses kinerja dan hasil
kerja yang diikuti oleh output yang dihasilkan. Pembagian
Bab 1 | Pendahuluan
13
organisasi birokrasi untuk menjamin secara hukum kepada
semua stakeholders. Aturan itu mengikat sumber daya
manusia organisasi untuk patuh dan taat atas ketentuan dan
peraturan yang sudah dibuat. Aturan dan prosedur tertulis
merupakan petunjuk formal bagi aparatur dalam organisasi
dalam melakukan pekerjaannya. Aturan dan prosedur juga
memberikan batasan-batasan hierarki kepada pegawai dalam
menjalankan tugas dan fungsinya. Begitu juga terhadap
hak dan kewajiban yang setara dan adil, serta memberikan
jaminan kepada seluruh pegawai secara hukum. Aturan dan
prosedur itu mengikat dan dijalankan sebagaimana mestinya
dan bekerja sesuai dengan ketentuannya untuk mencapai
tujuan yang diharapkan bersama.
4. Impersonalitas. Setiap pegawai dalam birokrasi harus
bekerja satu sama lain sesuai dengan tanggungjawabnya.
Idealnya, aparatur birokrasi harus impersonalitas dalam
menjalankan tugasnya. Seluruh ketentuan dan peraturan
organisasi harus dijalankan sebagaimana mestinya dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Setiap pegawai
mempunyai hak yang sama di depan hukum dan menjalankan
kewajibannya sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya.
Aturan dan sanksi hukum diterapkan secara seragam kepada
seluruh pegawai. Tidak ada perlakuan khusus terhadap
sebagian pegawai, semua harus diperlakukan sama, baik
dalam tugas dan tanggung jawabnya, terhadap sanksi yang
diberikan maupun kontrol dalam pekerjaannya.
5. Karir berdasarkan prestasi. Organisasi birokrasi adalah
tempat pekerjaan bagi pegawai. Setiap pegawai atau aparatur
mempunyai jenjang karier sesuai dengan kompetensinya.
Jenjang karier yang dibangun, tentunya sesuai dengan
Bab 1 | Pendahuluan
15
kualitas pelayanan publik. Pelayanan publik menjadi tujuan
penting dalam penyelenggaraan organisasi birokrasi. Pelayanan
publik menjadi indikator utama dalam pengukuran kinerja
aparatur. Dari pengukuran kinerja itulah, kualitas aparatur dapat
dikontrol secara baik, sehingga menghasilkan kualitas kinerja
yang efektif dan efisien yang diinterpretasikan dalam kualitas
pelayanan publik.
Kencana Syafiie dan Welasari (2015), memberikan
pemahaman tentang ketentuan sebuah pelayanan itu berkualitas,
sebagai berikut:
1. Adanya keandalan (reliability)
2. Adanya tanggapan baik (responsiveness)
3. Adanya kecakapan yang berwenang (competence)
4. Adanya jalan untuk memulai (acces)
5. Adanya sopan santun (courstesy)
6. Adanya hubungan baik (communication)
7. Adanya kepercayaan (security)
8. Adanya jaminan (credibility)
9. Adanya pengertian (understanding)
10. Adanya penampilan yang baik (appearance)
Pelayanan menjadi bagian tidak terpisahkan dari
penyelenggaraan pemerintahan. Pelayanan merupakan bentuk
konkret pemerintah dalam melayani masyarakatnya. Kebutuhan
masyarakat terhadap pemerintah adalah bersifat administratif
maupun pemenuhan terhadap barang atau jasa. Pemerintah
sebagai penyedia pelayanan tentunya harus melakukan pelayanan
publik secara optimal untuk menghasilkan pelayanan publik
Bab 1 | Pendahuluan
17
2. Fasilitas-fasilitas lainnya (service fasilities). Fasilitas sebagai
sarana penunjang dalam pelaksanaan pelayanan menjadi
penting juga untuk diperhatikan. Fasillitas atau sarana
prasana pendukung adalah sebagai instrumen untuk
membantu meningkatkan kinerja pelayanan. Kualitas
sumber daya manusia yang kompeten dan sistem yang baik
membutuhkan sarana dan prasarana yang mendukung untuk
menghasilkan pelayanan yang berkualitas.
3. Peranan tim pengarah (advisory team). Tim pengarah
sebagai kontrol penuh terhadap manajemen tertinggi
dalam organisasi. Perannya adalah memberikan pengarahan
terhadap penyelenggara pelayanan dalam membuat
perencanaan, melakukan monitoring, memberikan motivasi,
menjadi teladan, tergabung dalam asosia untuk meningkatkan
kualitas diri menjadi lebih baik, melaksanakan konsep plan,
do, check and action, memecahkan masalah, memberikan
masukan dan saran, memberikan kepercayaan terhadap
tugas dan tanggung jawabnya, menjadi ghost shopping, dan
melaksanakan analisis terhadap pelanggan yang beralih.
Dengan demikian, kinerja penyelenggara pelayanan dapat
terus terkontrol dengan arahan-arahan dari tim pengarah.
Tim pengarah selain sebagai pemberi arahan terhadap
jalannya organisasi, menjadi kontrol penting dan menjadi
pendamping bagi penyelenggara pelayanan, sehingga tidak
keluar dari garis yang sudah ditentukan untuk mencapai
tujuan yang diharapkan.
4. Mudah, murah, cepat dan manfaat (simple, cheap, fast,
and benefit). Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
Pelayanan Publik, bahwa kemudahan, kemurahan, kecepatan
dan kemanfaatan pelayanan adalah menjadi hak warga negara
Bab 1 | Pendahuluan
19
masyarakat jika seluruh komponen pelayanan memenuhi standar
pelayanan. Pelayanan publik itu tidak berdiri sendiri, faktor
lainnya juga memengaruhi terhadap pemberian pelayanan.
Berkaitan dengan hal tersebut, ada aspek manajemen yang juga
memengaruhinya. Pelayanan dan manajemen menjadi bagian
yang tidak terpisahkan dalam organisai, apalagi organisasi publik
seperti organisasi pemerintahan. Manajemen merupakan sistem
yang mengatur jalannya organisasi, sementara pelayanan adalah
pelaksanaan dari sistem yang dibangun di dalam organisasi
tersebut. Pelayanan yang baik atau prima, tentunya dimulai
dari sistem atau manajemennya. Sistem yang baik yang dikelola
atau dikerjakan oleh sumber daya manusia yang kompeten dan
akuntabel dapat melahirkan kinerja yang berkualitas. Kinerja
yang berkualitas akan melahirkan output yang berkualitas pula.
Output yang berkualitas dalam sebuah pelayanan ditandai dengan
kepuasan masyarakat dan kualitas kinerja yang dilakukan dengan
dibuktikan oleh nilai-nilai akuntabilitasnya.
Motivate Goals
1. Tujuan
Menurut Kamus Bahasa Indonesia, tujuan mempunyai arti
haluan yang dituju, arah yang dituju. Makna yang bisa juga dipakai
dalam pengertian tujuan adalah sebagai maksud atau keinginan.
Pengertian tersebut menunjukkan bahwa, tujuan itu tidak berdiri
2. Standar
Standar merupakan ukuran pencapaian terhadap suatu
tujuan yang ingin dicapai. Setiap tujuan harus mempunyai
standar yang ingin dicapai untuk memastikan apakah kinerja
berjalan secara baik atau tidak. Standar tujuan menjadi penting
bagi organisasi untuk mengembangkan kinerja yang lebih baik.
Standar menunjukkan barometer terselesainya sebuah pekerjaan,
tercapainya sebuah tujuan, atau menjadi indikator bahwa kinerja
yang dilakukan sesuai dengan standar yang sudah ditentukan.
Standar bersifat fleksibel dan dinamis. Standar juga dapat
digunakan terhadap perencanaan, pelaksanaan, maupun pada
evaluasi.
3. Umpan Balik
Umpan balik adalah hasil atau feedback yang ditimbulkan
yang berbalik mengenai tujuan yang sudah dilakukan dan sebagai
rangsangan untuk bertindak lebih lanjut. Dapat pula berarti
sebagai bahan yang diperoleh kembali dari penerapan sesuatu
untuk unsur perbaikan dalam tindak lanjut. Umpan balik juga
mempunyai arti tanggapan langsung dari pengamatan sebagai
hasil kelakuan dari individu terhadap individu yang lain (Kamus
Terbaru Bahasa Indonesia, 2008).
Arti yang lebih luas, umpan balik merupakan masukan yang
dapat dipergunakan untuk mengukur kemajuan kinerja, standar
kinerja, dan pencapaian tujuan. Umpan balik merupakan satu
kesatuan dengan tujuan dan standar yang saling terkait sebagai
dasar untuk melakukan perbaikan dan peningkatan terhadap
kinerja yang sudah dilakukan.
5. Kompetensi
Kompetensi menjadi syarat utama dalam kinerja, kompetensi
sumber daya manusia. Tanpa kompetensi, pekerjaan tidak akan
dapat diselesaikan secara baik. Kompetensi adalah kemampuan
yang dimiliki oleh seseorang untuk menjalankan pekerjaan yang
diberikan kepadanya. Penyelesaian terhadap pekerjaan tidak bisa
7. Motif
Motif adalah awalan dari bahasa motivasi. Merupakan
pendorong dari apa yang sudah dan akan dilakukan oleh
RO
Penilaian SKP (kuant) = x 100
TO
RK
Penilaian SKP (kual) = x 100
TK
NT.TW – RW
Penilaian SKP (waktu) = x 100
TW
NT.TB – RB
Penilaian SKP (biaya) = x 100
TB
Daftar Pustaka
203
Hayat. 2013. Profesionalitas dan Proporsionalitas: Pegawai
Tidak Tetap dalam Penilaian Kinerja Pelayanan Publik. Civil
Service. Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS. Vol. 7 No. 2
November 2013. Pusat Kajian dan Penelitian Kepegawaian
Badan Kepegawaian Negera Republik Indonesia.
. 2014. Implikasi Undang-Undang Aparatur Sipil
Negara Terhadap Peningkatan Kualitas Sumber Daya
Aparatur. Jurnal Transformasi Administrasi Vol. 04 No. 01.
Aceh: Pusat Kajian dan Pendidikan dan Pelatihan Aparatur
IV Lembaga Administrasi Negara. Hal. 649-650.
. 2014. Konsep Kepemimpinan dalam Reformasi
Birokrasi: Aktualisasi Pemimpin dalam Pelayanan Publik
Menuju Good Governance. Jurnal Borneo Administrator
Vol. 10 No. 1. Samarinda: Pusat Kajian dan Pendidikan dan
Pelatihan Aparatur III Lembaga Administrasi Negara.
Holidi, Defny. 2013. Reformasi Birokrasi dalam Praktik. Jakarta:
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi.
Idrus, M. 1999. Sistem Pengawasan dan Perimbangan untuk
Mewujudkan Good Governance. Administrasi Negara, Demokrasi
dan Masyarakat Madani. Jakarta: Lembaga Administrasi
Negara.
Indriyati dan Hayat. 2015. Peranan Perawat dalam Kerangka
Kinerja Pelayanan Publik Berdasarkan Undang-Undang
Keperawatan. Jurnal Transformasi Administrasi Vol. 4 No.
1 Tahun 2015. Hal. 828-845.
Kadarisman, M. 2012. Manajemen Pengembangan Sumber Daya
Manusia. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Daftar Pustaka
205
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 38 Tahun 2012 tentang Pedomaan Penilaian
Kinerja Unit Pelayanan Publik.
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 tentang Penilaian
Prestasi Kerja PNS.
Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin
PNS.
Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design
Reformasi Birokrasi 2010-2025.
Pramuka, Gatot. 2010. E-Government dan Reformasi Layanan
Publik. Revitalisasi Administrasi Negara: Reformasi Birokrasi dan
E-Governance. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Prasojo, Eko. 2013. Pemimpin dan Inspirasi Reformasi; Pemimpin dan
Reformasi Birokrasi. Jakarta: Kementerian Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.
Rahmayanty, Nina. 2013. Manajemen Pelayanan Prima. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Safroni, M. Ladzi. 2012. Manajemen dan Reformasi Pelayanan Publik
dalam Konteks Birokrasi Indonesia. Malang: Aditya Media
Publishing.
Silalahi, Ulber. 2011. Asas-Asas Manajemen. Bandung: PT Refika
Aditama.
Sinambela, Lijan Poltak. 2012. Kinerja Pegawai: Teori Pengukuran
dan Implikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Suaedi, Falih. 2010. E-Governance Sebagai Sarana Revitalisasi
Birokrasi; Revitalisasi Administrasi Negara: Reformasi Birokrasi
dan E-Governance. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Daftar Pustaka
207
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 Jo. Nomor 8 Tahun 1974
tentang Pokok-Pokok Kepegawaian.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara.
USAID-Local Governance Support Program (LGSP). 2009. Good
Governance Brief. Pembaharuan dalam Manajemen Pelayanan
Publik Daerah: Tantangan dan Peluang dalam Desentralisasi
Pemerintahan di Indonesia.
Wibawa, Samodra. 2010. Mengukur Kinerja Dina Kabupaten:
Pemikiran Awal. (Revitalisasi Administrasi Negara: Reformasi
Birokrasi dan e-Governance). Yogyakarta: Graha Ilmu.
Wibowo. 2013. Manajemen Kinerja. Cet. 7. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Glosarium
209
pada instansi pemerintah. (Sumber: Undang-Undang Nomor
5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara).
BKN (Badan Kepegawaian Negara): Lembaga pemerintah
nonkementerian yang diberi kewenangan melakukan
pembinaan dan menyelenggarakan Manajemen ASN
secara nasional sebagaimana diatur dalam undang-undang.
(Sumber: Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik).
DP3 (Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan PNS): suatu daftar
yang memuat hasil penilaian pelaksanaan pekerjaan seorang
Pegawai Negeri Sipil dalam jangka waktu 1 (satu) tahun yang
dibuat oleh pejabat penilai. (Sumber: Peraturan Pemerintah
Nomor 10 Tahun 1979 tentang Penilaian Pelaksanaan
Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil).
E-Government (Electronic Government): Usaha pemerintah
dengan menggunakan teknologi informasi sebagai instrumen
untuk meningkatkan kualitas kinerja, kualitas sumber
daya, dan kualitas output (pelayanan dan informasi) dalam
penyelenggaraan pemerintahan secara efektif dan efisien.
IKM (Indeks Kepuasan Masyarakat): data dan informasi
tentang tingkat kepuasan masyarakat yang diperoleh
dari hasil pengukuran secara kuantitatif dan kualitatif
atas pendapat masyarakat dalam memperoleh pelayanan
dari aparatur penyelenggara pelayanan publik dengan
membandingkan antara harapan dan kebutuhan. (Sumber:
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No.
KEP/25/M.PAN/2/2004).
KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme): korupsi adalah perbuatan
melawan hukum dengan melakukan perbuatan memperkaya
Glosarium
211
wajar dengan tanpa membedakan latar belakang politik,
ras, warna kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status
pernikahan, umur, atau kondisi kecacatan. (Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara).
Pelayan publik: kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk
atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang
disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. (Sumber:
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan
Publik).
Pengukuran kinerja: merupakan alat ukur yang harus bersifat
objektif sehingga diperlukan adanya kriteria yang sama.
Dengan kriteria yang sama diharapkan memberikan hasil yang
dapat diperbandingkan secara objektif dan adil. Pengukuran
mengatur keterkaitan antara strategi berorientasi pelanggan
dan tujuan dengan tindakan. (Sumber: Wibowo. Manajemen
Kinerja. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, hlm.229 dan 223).
Penilaian kinerja: suatu proses yang digunakan pimpinan
untuk menentukan apakah seorang karyawan melakukan
pekerjaannya sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya.
(Leon C. Mengginson, 1981:310; A.A. Anwar Prabu
Mangkunegara, 2000:69). (Sumber: A.A. Anwar Prabu
Mangkunegara. Evaluasi Kinerja SDM. Bandung: PT Refika
Aditama).
Penyelenggara pelayanan publik: setiap institusi penyelenggara
negara, korporasi, lembaga independen yang dibentuk
berdasarkan undang-undang untuk kegiatan pelayanan
publik, dan badan hukum lain yang dibentuk semata-mata
Glosarium
213
Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, hlm. 5).
Proporsionalitas: mengutamakan keseimbangan antara hak
dan kewajiban
SKP (Sasaran Kerja Pegawai): rencana kerja dan target
yang akan dicapai oleh seorang PNS. (Sumber: Peraturan
Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi
Kerja Pegawai Negeri Sipil).
SOP (Standar Operasional Procedur): Standar Operasional
Prosedur (SOP) adalah dokumen yang berkaitan dengan
prosedur yang dilakukan secara kronologis untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan yang bertujuan untuk
memperoleh hasil kerja yang paling efektif dari para pekerja
dengan biaya yang serendah-rendahnya. SOP biasanya
terdiri dari manfaat, kapan dibuat atau direvisi, metode
penulisan prosedur, serta dilengkapi oleh bagan flowchart
di bagian akhir. (Sumber: Laksmi, Fuad dan Budiantoro.
2008. Manajemen Perkantoran Modern. Jakarta: Penerbit
Pernaka, hlm. 52).
Standar kinerja: kondisi yang akan terjadi ketika segmen
pekerjaan dikerjakan dengan baik. Namun ada yang
mengungkapkan bahwa standar kinerja adalah kondisi yang
akan terjadi ketika segmen pekerjaan dikerjakan dengan
cara yang dapat diterima. (Kirpatrick, 2006:37). Standar
kinerja diperlukan berdasarkan; Pertama, membimbing
perilaku pekerja untuk menyelesaikan standar yang telah
dibangun. Apabila manajer menciptakan standar kinerja
dengan pekerja dan memperjelas apa yang diharapkan, hal
tersebut akan merupakan latihan yang berharga. Hal ini
Glosarium
215
dari komunikasi yang jelas dan sedang berlangsung.
(Schwart, 1999:43). Pandangan yang lain menyebutkan
bahwa umpan balik adalah informasi objektif tentang kinerja
individual atau kolektif. Kinerja seseorang dimonitor, didata,
dan dilaporkan kepada atasan sebagai umpan balik. (Kreitner
dan Kinicki, 2001:273). (Sumber: Wibowo. Manajemen
Kinerja. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, hlm.165-166).
Indeks
217
138, 203, 204, 208, 209, E
210, 212, 212 Efektif, 67, 100
Appearance, 16 Efektivitas, 74
Assessment Center, 111, 115 Effectiveness, 172
Aturan, 121 E-Ffice, 114
Efficiency, 172
B Efisien, 167, 171, 193, 200
Birokrasi, 108, 109, 110, 124, Efisiensi, 167, 173, 176, 183,
125 199, 200
Budaya, 135, 136, 140, 142, E-Governance, 205, 206
143, 147, 148, 150, 154, E-Government, 206
158 Ekonomi, 207
Budaya Birokrasi, 136, 140 Eksploratif, 50
Budaya Kinerja, 4 Electronic Governance, 139
Budaya Organisasi, 27, 35 Electronic Government, 210
Equity, 172
C Etika, 178
Clean Government, 193 Etika Kerja, 35
Communication, 16 Evaluasi, 27, 43, 44
Competence, 16 Evaluasi Kinerja, 70, 93, 94
Concensus Orientation, 172
Confirmance, 176 F
Controlling, 11 Feedback, 78, 92
Courstesy, 16 Fleksibel, 73
Credibility, 16 Function, 175
Culture-Set, 144
G
D Goals, 193
Delegasi, 3, 11 Good Governance, 165, 166, 167,
Deskripsi Jabatan, 67, 68, 69 168, 169, 172, 173, 193
Good Government, 141
Governance, 139, 140, 153, 162,
164
Indeks
219
Merrit System, 139 116, 117, 122, 127, 129,
Mindset, 136, 140, 157 131, 132
Misi, 163 Pekerjaan, 106, 108, 115, 116,
Moral, 178 119, 120, 122
Motif, 82 Pelayanan Administratif, 212
Motivasi, 63, 65, 68, 71, 77, Pelayanan Publik, 210, 212,
82, 83 213
Peluang, 82
N Pembagian Kerja, 12
Negosiasi, 113 Pemimpin, 9, 10
Nepotisme, 108, 129 Pengaduan Masyarakat, 27, 42
Netralitas, 3, 7 Pengawasan, 34
Pengendalian, 27, 43, 44, 45
O Pengukuran Kinerja, 72, 89, 90,
Objektif, 44, 55 91, 92, 93, 96, 97, 98, 100,
101, 103
Optimal, 22, 23, 27, 28, 38,
39, 41, 47 Penilaian, 57, 59, 64, 65, 72,
73, 83, 84, 86, 87, 88, 89,
Optimalisasi Pelayanan, 22,
92, 93, 94, 95, 96, 97, 98,
27, 39
99, 100, 101, 103, 104
Organisasi, 27, 28, 29, 30, 31,
Penilaian Kinerja, 83, 88
32, 33, 34, 35, 36, 37, 38,
39, 40, 43, 44 Penyelenggaraan Pelayanan,
64, 69, 70
Organisasi Publik, 118
Performance, 58, 61, 62
Organizational Culture, 27, 35
Perilaku, 61, 64, 70, 82, 85, 96,
Organizing, 11
97, 101, 103, 104
Perubahan, 73, 74, 93, 98, 99,
P
100, 101
Pakta Integritas, 145
Planning, 94
Participation, 171
Politik, 129, 131
Partisipatif, 191, 201
Prasarana, 105, 107, 125
Passion, 6
Produktivitas, 213
Peer-Reviewe, 113
Profesionalitas, 213
Pegawai, 110, 111, 113, 115,
Promosi, 213
Indeks
221
[halaman ini sengaja dikosongkan]
BIODATA PENULIS
Biodata Penulis
223
Model Penilaian Kinerja Pelayanan Publik” (Tahun 2) (2016),
“Optimalisasi Kinerja Aparatur Pelayanan Publik dalam
Pembuatan Surat Akta Kelahiran” (2016) dan sebagainya.
Di samping itu, penulis juga giat dalam dunia tulis-menulis.
Tulisan beliau dituangkan di jurnal maupun buku. Beberapa
judul tulisan penulis yang dimuat di jurnal seperti “Otonomi
Daerah: Problematika dan Solusi Alternatifnya” (Pelopor:
Jurnal Pemikiran Ilmu Administrasi Publik dan Bisnis, Sosial
dan Politik, ISSN: 1854-1302, Volume V, Nomor 1, Tahun 2013,
hlm. 128-137), “Profesionalitas dan Proporsionalitas: Pegawai
Tidak Tetap dalam Penilaian Kinerja Pelayanan Publik” (Civil
Service: Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS, ISSN: 1978-
7103, Volume VII, Nomor 2 Tahun 2013, hlm. 24-39). “Konsep
Kepemimpinan dalam Reformasi Birokrasi: Aktualisasi Pemimpin
dalam Pelayanan Publik Menuju Good Governance” (Jurnal Borneo
Administrator, ISSN: 1858-0300, Volume 10, Nomor 1, Tahun
2014, hlm. 59-84).
Judul lainnya adalah “Implikasi Undang-Undang Aparatur
Sipil Negara terhadap Peningkatan Kualitas Sumber Daya
Aparatur” (Jurnal Transformasi Administrasi, ISSN: 2088-5474,
Volume 04, Nomor 1 Tahun 2014, hlm. 649-669), “Korelasi
Pemilu Serentak dengan Multi Partai Sederhana sebagai
Penguatan Sistem Presidensial” (Jurnal Konstitusi, ISSN: 1829-
7706, Volume 11, Nomor 3, September 2014, hlm. 468-491),
“Realokasi Kebijakan Fiskal: Implikasi Peningkatan Human
Capital dan Pembangunan Infrastruktur terhadap Pertumbuhan
Ekonomi dan Kesejahteraan Masyarakat” [Jurnal Bina Praja
(Jurnal Penelitian dan Pengembangan Bidang Pemerintahan
Dalam Negeri)], ISSN: 2085-4323, Volume 6, Nomor 2 Juni
2014, hlm. 117-128), “Peranan Perawat dalam Kerangka Kinerja
Biodata Penulis
225
View publication stats