PEMANGGANGAN (BAKING)
Disusun Oleh :
6511421013
3A
Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia yang sangat
penting untuk dipenuhi. Namun seperti yang diketahui bahwa pangan sendiri bersifat mudah rusak
(perishable), semua bahan mentah merupakan komoditas yang mudah rusak, sejak dipanen, bahan
pangan mentah baik tanaman maupun hewan akan mengalami kerusakan melalui serangkaian
reaksi biokimiawi. Salah satu faktor utama kerusakan bahan pangan adalah kandungan air aktif
secara biologis dalam jaringan, semakin tinggi kandungan air pada bahan pangan maka semakin
tinggi pula kemungkinan kerusakan sebagai akibat dari aktivasi mikroba perusak. Pengolahan dan
penyimpanan pangan mempengaruhi kepuasan masyarakat terhadap pemenuhan gizi masyarakat,
tidak heran jika semua negara, baik negara maju maupun negara berkembang, terus melakukan
upaya-upaya untuk menyediakan pangan yang cukup, aman dan bergizi. Salah satunya adalah
penerapan berbagai cara pengolahan dan pengawetan makanan yang dapat melindungi makanan
yang kita konsumsi. Pengolahan pangan adalah pengubahan bentuk asal menjadi bentuk yang
mendekati bentuk yang langsung dapat dimakan. Pengolahan makanan melibatkan beberapa
proses, antara lain pendinginan, pengeringan, pengemasan, pengalengan, penambahan bahan
kimia seperti pengawet, dan pemanasan.
Baking atau yang sering disebut dengan teknik pemanggangan adalah salah satu jenis
teknik dasar memasak olah kering atau menggunakan metode pemanasan kering dengan
melibatkan tranfer panas dan massa dimana perpindahan panas terjadi melalui udara panas tanpa
menggunakan minyak atau air sebagai medi pindah panas. Teknik pengolahan dengan baking
bertujuan untuk mengawetkan atau memperpanjang umur simpan makanan. Baking dapat
mencegah kerusakan yang disebabkan oleh mikroorganisme dengan cara inaktivasi atau
menurunkan aktifitas air pada permukaan makan. Teknik pengolahan makanan dengan baking ini
sering digunakan dalam industri-industri pengolahan makanan seperti roti, cookies, pastry dan lain
sebagainya. Hal ini dikarenakan teknik baking juga dapat bekerja untuk meningkatkan mutu atau
kualitas makanan, meningkatkan sensori, cita rasa (eating quality), dan penampilan makanan.
Teknik baking sangat berpengaruh terhadap terkstur, warna, flavor, nilai gizi, dan sebagainya
A. Latar Belakang
Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia yang
sangat penting untuk dipenuhi. Namun seperti yang diketahui bahwa pangan sendiri
bersifat mudah rusak (perishable), semua bahan mentah merupakan komoditas yang mudah
rusak, sejak dipanen, bahan pangan mentah baik tanaman maupun hewan akan mengalami
kerusakan melalui serangkaian reaksi biokimiawi. Salah satu faktor utama kerusakan
bahan pangan adalah kandungan air aktif secara biologis dalam jaringan, semakin tinggi
kandungan air pada bahan pangan maka semakin tinggi pula kemungkinan kerusakan
sebagai akibat dari aktivasi mikroba perusak. Pengolahan dan penyimpanan pangan
mempengaruhi kepuasan masyarakat terhadap pemenuhan gizi masyarakat, tidak heran
jika semua negara, baik negara maju maupun negara berkembang, terus melakukan upaya-
upaya untuk menyediakan pangan yang cukup, aman dan bergizi. Salah satunya adalah
penerapan berbagai cara pengolahan dan pengawetan makanan yang dapat melindungi
makanan yang kita konsumsi.
Pengolahan pangan adalah pengubahan bentuk asal menjadi bentuk yang
mendekati bentuk yang langsung dapat dimakan. Pengolahan makanan melibatkan
beberapa proses, antara lain pendinginan, pengeringan, pengemasan, pengalengan,
penambahan bahan kimia seperti pengawet, dan pemanasan. Proses pengolahan tersebut
dapat bermanfaat bagi beberapa sifat gizi bahan pangan yaitu perubahan kandungan gizi,
peningkatan daya cerna dan pengurangan berbagai senyawa gizi. Proses pemanasan
makanan dapat meningkatkan ketersediaan nutrisi yang dikandungnya. Pengolahan
makanan dengan cara pemanasan disebut dengan proses memasak, yaitu proses
memanaskan makanan dengan suhu minimal 100⁰C. Tujuan utamanya adalah untuk
mendapatkan rasa yang lebih enak, bau yang lebih enak, tekstur yang lebih lembut,
membunuh mikroba dan menonaktifkan semua enzim. Dalam banyak kasus, proses
memasak diperlukan sebelum menyantap makanan. Memasak dapat dilakukan dengan
merebus dan mengukus (merebus dan mengukus pada suhu 100⁰ C), menggoreng
(memanggang daging), memanggang (memanggang roti), menggoreng (menggoreng) dan
menggoreng (dengan minyak) pada suhu 150⁰ hingga 300⁰ C. Pemasakan dapat dilakukan
dengan perebusan dan pengukusan (boiling dan steaming pada suhu 100⁰ C), broiling
(pemanggangan daging), roasting (pengsangraian), frying (penggorengan dengan minyak)
dengan suhu antara 150⁰ - 300⁰ C, dan baking (pemanggangan).
PEMBAHASAN
2. Waktu pemanggangan
Waktu pemanggangan juga mempengaruhi nilai kekerasan biskuityang dihasilkan.
Pemanasan dengan waktu yang cepat pada suhu yang tinggi menyebabkan perubahan yang
lebih besar pada tekstur makanan.Perubahan tekstur karena pemanggangan ditentukan oleh
sifat makanan,suhu, dan lamanya pemanasan
2. Pemanggangan Biskuit
Selama proses pembuatan biskuit terdapat tiga tahapan selama proses
pemanggangannya, yaitu :
Struktur biskuit akan terbentuk pada bagian pertama oven. Adanya
perubahan baik secara fisik maupun kimia terjadi karena panas selama
pemanggangan, dalam hal ini kandungan air pada adonan berperan penting.
Struktur biskuit akan terbentuk ketika potongan adonan mencapai 75-100 C
(di zona pertama oven).
Berkurangnya kadar air pada bagian tengah dan akhir oven. Merupakan
tahapan lanjutan setelah struktur biskuit terbentuk, pada suhu di atas 100 C
air akan selalu menguap dari permukaan adonan.
Pembentukan warna biskuit di tahap akhir pemanggangan. Warna biskuit
akan berubah pada suhu di atas 150 C. Perubahan warna pada biskuit
memiliki tiga tahapan yaitu:
- Browning, reaksi pencoklatan yang disebabkan pemecahan gula pada
suhu tinggi. Fruktosa pada 110 C , glukosa dan sukrosa pada 160 C).
- Dekstrinisasi, menyebabkan warna coklat yang disebabkan oleh
pemecahan molekul pati pada suhu lebih dari 100 C yang menghasilkan
pirodekstrin.
- Reaksi Maillard, proses ketika adonan menyatu dengan susu disebakan
oleh reaksi gula dan asam amino.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengolahan bahan pangan dengan teknik baking termausk kedalam pengawetan
makanan dengan pemanasan kering. Tujuan dari baking atau pemanggangan sendiri yaitu
untuk mengawetkan atau memperpanjang umur simpan makanan. Baking dapat mencegah
kerusakan yang disebabkan oleh mikroorganisme dengan cara inaktivasi atau menurunkan
aktifitas air pada permukaan makan. Teknik pengolahan makanan dengan baking ini sering
digunakan dalam industri-industri pengolahan makanan seperti roti, cookies, pastry dan
lain sebagainya. Hal ini dikarenakan teknik baking juga dapat bekerja untuk meningkatkan
mutu atau kualitas makanan, meningkatkan sensori, cita rasa (eating quality), dan
penampilan makanan.Dalam melakukan teknik baking juga terdapat hal-hal yang perlu
diperhatikan yaitu temperature pemanggangan, waktu pemanggangan, ketebalan bahan
pangan yang dibaking dan juga alat yang digunakan. Hal ini dikarenakan akan berkaitan
dengan produk yang dihasilkan.
B. Saran
Dalam pengaplikasian teknik baking ini sebaiknya memperhatikan hal-hal seperti
temperature pemanggangan yang berlu dikontrol dengan sebaik mungkin karena terlalu
rendah atau terlalu tingginya suhu pada saat proses pemanggangan sangat mempengaruhi
produk yang akan dihasilkan.
DAFTAR PUSTAKA
Hairiyah, N., Amalia, R.R. and Nugroho, I.K., 2020. Penerapan six sigma dan kaizen untuk
memperbaiki kualitas roti di ud cj bakery. Jurnal Teknologi & Industri Hasil Pertanian Vol, 25(1).
Kasim, R., Liputo, S.A., Limonu, M. and Mohamad, F.P., 2018. Pengaruh suhu dan lama
pemanggangan terhadap tingkat kesukaan dan kandungan gizi snack food bars berbahan dasar
tepung pisang goroho dan tepung ampas tahu. Jurnal Technopreneur (JTech), 6(2), pp.41-48.
KRISNAWATI, R., 2014. Pengaruh Substitusi Puree Ubi Jalar Ungu (Ipomea Batatas) Terhadap
Mutu Organoleptik Roti Tawar. Jurnal Tata Boga, 3(1).
Meilita, Q., 2019. Pengaruh Suhu dan Waktu Pemanggangan dan Perbandingan Tepung Kacang
Merah Dengan Tepung Talas Terhadap Karakteristik Cookies (Doctoral dissertation, Fakultas
Teknik Unpas).
Prameswari, R.D. and Estiasih, T., 2013. Pemanfaatan tepung gembili (Dioscorea esculenta L.)
dalam pembuatan cookies. Jurnal Pangan dan Agroindustri, 1(1), pp.115-128.
Putri, V.F., 2021. Pengaruh Substitusi Bubuk Kunir Putih (Curcuma Mangga Val.) Dan Lama
Pemanggangan Terhadap Sifat Fisik Dan Tingkat Kesukaan Kastengel Mocaf (Doctoral
dissertation, Universitas Mercu Buana Yogyakarta)
Setyowati, W.T. and Nisa, F.C., 2014. Formulasi Biskuit Tinggi Serat (Kajian Proporsi Bekatul
Jagung: Tepung Terigu Dan Penambahan Baking Powder)[In Press Juli 2014]. Jurnal Pangan dan
Agroindustri, 2(3), pp.224-231.
Sitepu, K.M., 2019. Penentuan Konsentrasi Ragi pada Pembuatan Roti (Determining of Yeast
Concentration on Bread Making). Jurnal Penelitian dan Pengembangan Agrokompleks, pp.71-77.
Sitoresmi, M.A.K., 2012. Pengaruh lama pemanggangan dan ukuran tebal tempe terhadap
komposisi proksimat tempe kedelai (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Sundari, D., Almasyhuri, A. and Lamid, A., 2015. Pengaruh proses pemasakan terhadap komposisi
zat gizi bahan pangan sumber protein. Media litbangkes, 25(4), pp.235-242.