MANAJEMEN PERSONALIA
PENGANTAR BISNIS
DOSEN PENGAMPU:
DISUSUN OLEH:
(212023151)
JURUSAN MANAJEMEN
Untuk itu saya sebagai penulis makalah ini mengucapkan mohon maaf
apabila banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini dan sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari bapak Dosen yang mengajar
dan para teman-teman sekalian agar untuk kedepannya saya bisa menjadi lebih baik
lagi dari sebelumnya.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………i
DAFTAR ISI…………………………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………...1
B. Rumusan Masalah……………………………..……………2
C. Tujuan…………………………………………….………...2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan…………………………………………………..12
B. Saran…………………………………………………………12
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………...13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Suatu organisasi, apapun bentuknya tidak akan mampu berjalan dengan baik
jika tidak diimbangi dengan sistem menejerial yang baik, terutama manajemen
personalia. Dalam manajemen personalia, manusia adalah unsur terpenting yang
harus ada dalam suatu organisasi, terlebih organisasi pendidikan. Pada organisasi
ini baik subjek maupun objeknya adalah manusia. Suatu organisasi yang memiliki
dana cukup besar, fasilitas yang memadai dan lingkungan yang mendukung, tetapi
tidak didukung oleh manajemen personalia yang teratur dengan baik, dapat
dipastikan kelangsungan organisasi tersebut tidak akan berjalan baik.
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Manajemen Personalia adalah menajemen yang mengkhususkan diri dalam
bidang kepegawaian. Selain kita kenal pengkhususan manajemen dalam bidang lain
seperti manajemen produksi, manajemen pemasaran, manajemen keuangan, dan
lain-Iain. Untuk lebih jelasnya pengertian manajemen kepegawaian ini, terlebih
dahulu kita lihat pengertian manajemen. Di mana manajemen diartikan sebagai
ilmu dan seni mencapai tujuan melalui kegiatan orang Iain. HaI ini berarti
menejemen hanya dapat dilaksanakan bila dalam pencapaian tujuan tersebut tidak
hanya dilakukan oleh seorang saja, tetapi lebih dari seorang. Karena itulah maka
semakin banyak kita melibatkan orang dalam pencapaian tujuan, makin besarlah
peranan manajemen di sini. Kita mengetahui bahwa manajemen mempunyai
fungsifungsi tertentu, yaitu yang pokok planning, organizing, dan controlling.
Antara penulis yang satu dengan penulis yang Iain dalam mengemukakan fungsi-
fungsi manajemen tidaklah seIaIu sam. Meskipun demikian semua penulis seIaIu
mengemukakan tiga fungsi tersebut sebagai fungsi manaj emen. Berdasarkan
penjelasan di atas maka manajemen personatia dapat didefenisikan sebagai : "Suatu
ilmu dan seni untuk melaksanakan antara lain planning, organizing, dan controlling
sehingga efektivitas dan efesiensi personalia dapat ditingkatkan semaksimal
mungkin dalam pencapian tujuan" (elex S. Nitisemito, 1983 : 10).
4
mungkin dalam pencapian tujuan" (elex S. Nitisemito, 1983 : 10). Sekarang
jelaslah bahwa manajemen personalia adalah manajemen yang menitikberatkan
perhatiannya kepada manusia, tetapi tidak mengabaikan faktor-faktor Iain yang
mempengaruhinya .
5
tugas tersebut tidak dilaksanakan dengan baik akan dapat menimbulkan kesulitan
dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. MisaInya, penempatan yang keliru
dapat menimbulkan beberapa akibat antara lain keresahan, turunnya semangat dan
kegairahan kerja, produktivitas menurun, tanggung jawab yang kurang, kekeliruan
dalam melaksanakan tugas, dan sebagainya. Akibatnya bukan hanya berpengaruh
dalam bidang personalia tetapi juga dalam bidang yang lain.
Manajemen personalia lahir pada abad ke-20, yang sebetulnya pada abad
ke-19 telah dirintis oleh Taylor, salah seorang bapak manajemen. Manajemen
personalia adalah cabang dari manajemen. Dengan demikian manajemen personalia
sudah dipraktekkan dengan adanya hubungan-hubungan antara atasan dan bawahan
atau hubungan superior-subordinasi (Benyamin Liputo dan Sri Hartati, 1985 : i).
Dalam masyarakat primitif, terdapat hubungan superior-subordinasi. Superior atau
6
utusan adalah kepala atau tuan, sedangkan subordinasi adalah anggota-anggota
masyarakat. Di sini pun dalam artian sempit, manajemen personalia sudah
dipraktikan. Pada umumnya masyarakat yang masih sederhana, para anggota
masyarakat mengabdi kepada pemimpin. Karena adanya rasa mengabdi kepada
masing-masing orang baik kepada atasan maupun kepada sesamanya, maka tidak
banyak masalah-masalah yang timbul dan harus dipecahkan oleh atasan. Antara
abad ke-18 dan abad ke-19, keadaan yang disebut di atas mengalami perubahan
drastis. Permulaan abad ke-18, semua anggota dari suatu kesatuanya dianggap
sebagai milik dari yang mengepalainya. Pada umumnya yang mengepalainya
adalah tuan tanah, sedangkan mereka yang bekerja pada tuan tanah dianggap
sebagai budak. Di sini untuk mencapai tujuan tertentu, para tuan tanah dapat
memperlakukan budak semau hati. Lama kelamaan para budak yang sudah
mempunyai keahlian ini dapat menebus dirinya dari perbudakan dengan jalan
pemberian ganti rugi kepada tuan tanah. Bekas-bekas budak yang sudah bebas ini
kemudian menimbulkan kelas baru dalam masyarakat, yang kemudia diberi nama
karyawan merdeka. Sungguhpun mereka bernama karyawan merdeka, namun
sesungguhnya mereka masih bekerja pada tuan-tuan tanah. Upah yang diterimanya
ditentukan oleh tuan tanah sebesar yang dianggap dapat menyambung hidup
karyawan merdeka dengan keluarganya.
7
mengawasinya. Bila mereka mumbutuhkan pembantu yang lebih banyak, maka
merekalah yang mengurus langsung kepada penguasa yang lebih tinggi. Masalah-
masalah manajemen yang merak hadapi pada masa itu ditandai oleh tiga
karakteristik khusus yaitu jumlah produksi dan penjualan yang kecil, majikan dan
bawahan sering bertemu dan berkomunikasi secara tatap muka, dan para pembantu
merupakan benih yang kelak menjadi produsen. Sistem produksi dengan sistem
manual, dimana produksi dikerjakan dengan tangan, mengalami perubahan besar
seiring ditemukanya mesin uap oleh James Watt, yang kemudian mendorong
terjadinya revolusi industri di beberapa negara maju Eropa. Dalam masa revolusi
industri proses produksi tidak lagi seluruhnya dikerjakan oleh tangan, tetapi sudah
umum menggunakan mesin-mesin.
8
Demikian pula dengan teori Malthus yang takut akan kelebihan penduduk dunia,
seakan-akan menganjurkan diterlantarkanya keadaan buruh, agar dengan demikian
banyak penduduk yang meninggal dunia yang dapat mengurangi jumlah penduduk
dunia. Paham ini mengakibatkan tidak adanya peraturan dan pengawasan yang
dapat melindungi buruh.
Baru dipermulaan abad ke-20, timbul perhatian yang lebih besar kepada
faktor produksi tenaga kerja. Bila masa sebelumnya manusia dipandang sebagai
barang dagangan, maka pada permulaan abad ini, manusia mulai dianggap sebagai
manusia yang memiliki perasaan, pikiran, dan kebutuhan. Pada masa-masa inilah
diyakini sebagai tonggak sejarah munculnya pengaturan terhadap keadaan dan
kebutuhan pekerja, atau yang dalam bahasa ilmiahnya lebih dikenal dengan sebutan
manajemen personalia. Jika dilacak dalam tataran konsep, belum ditemukan tahun
pasti munculnya kajian manajemen kinerja, tetapi realita di lapangan mengatakan
bahwa pada pembukaan abad ke-20 kesadaran akan faktor manusia sebagai mahluk
yang memiliki perasaan, kebutuhan, dan lain-lain, sudah sangat disadari.
9
3. Membuat rencana kerja karyawan yang berisi rincian tanggung jawab dan
spesifikasinya untuk memastikan semua berjalan sesuai dengan peraturan yang
berlaku di perusahaan.
10
Dalam pendekatan mekanis, dinyatakan bahwa penerapan teknologi akan
mengakibatkan pengangguran. rni berarti peranan pegawai dianggap seolah-olah
tidak penting sepenuhnya karena sebahagian besar tenaga mereka sudah dapat
digantikan oleh tenaga mesin. Dampaknya terjadi pengangguran, keamanan
pegawai berkurang, dan terbentuknya serikatserikat pekerja atau organisasi
pegawai untuk menghadapi perusahaan. Paternalisme adalah suatu konsep yang
menganggap manajemen atau perusahaan sebagai bapak yang disenangi oleh
pegawai. Pendekatan paternalisme berusaha mendekati pegawai dengan
berbuatbaik agar pihak luar tidak perlu ikut campur dalam perusahaan, misalnya
organisasi pekerja dan pemerintah. Pendekatan sistem sosial memandang bahwa
sistem perusahaan adalah sistem yang rumit, khususnya yang berkaitan dengan
pegawai. Sistem pengaturan pegawai dipengaruhi oleh sistem yang berada di luar
perusahaan.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
Dale Yoder, Personal Principles & Policies, (Tokyo : Maruzen Company, tt), hlm.
22. Ihsan Rahmat, “Revolusi Proletar Pertama Dunia”, Harian Seputar
Indonesia, 31 Mei 2010, hlm. 13.
13