Anda di halaman 1dari 11

MORNING REPORT

Nama : Rega Sugianto

NIM : J130235024

Kelompok : 61

Tempat : RS PKU MUHAMMADIYAH SUKOHARJO

Hari/tanggal : Kamis, 4 Januari 2024

I. Identitas Pasien
No Reg : 00097550
Nama : Tn. S
Umur : 68 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Tegalrejo RT 01/06 Tawangsari , Sukoharjo
Pekerjaan : Buruh

II. Diagnosis Medis


Stroke Hemiparesis Dekstra

III. Riwayat Penyakit Sekarang


Keluhan dirasa sudah 3 tahun yang lalu, keluhan bermula pada pagi hari mau
bangun tidur untuk pergi mengambil air wudhu tidak bisa angkat tangan dan kaki
serta tidak terasa, lalu berobat ke RST diperiksa dari foto ronsen pembuluh darah
pecah pada otak sebelah kiri, dirawat 11 hari, lanjut terapi jalan di RST 4 bulan,
berhenti terapi selama 6 bulan karna udah ada perubahan sudah bisa berdiri dan
jalan serta sudah bisa berbicara sedikit-sedikit, lalu terkena serangan stroke ke 2
bulan april 2017, karna tekanan darah tinggi 250 mmhg, 3 hari rawat di RSUP, lalu
terapi jalan di RS PKU sampai sekarang. Sekarang sudah bisa jalan dan
berbicaralumayan lancar, tapi pergelangan tangan dan kaki masih tidak bisa
digerakan danmasih belum bisa merasakan, yang dirasakan tebal.

IV. Vital Sign


a. Tekanan darah : 128/80 mmHg
b. Nadi : 79 x /menit
c. Respiratory rate : 21 x /menit
d. Suhu : 36°C
e. Tinggi badan : 153 cm
f. Berat badan : 58 kg

V. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi
Inspeksi statis:
• Kondisi umum pasien tampak baik.
• Alignment tubuh pasien tampak baik.
• Saat duduk dan berdiri bahu kiri dan kanan pasien tampak tidak simetris
(bahu kanan lebih rendah disertai dengan protraksi).
• Saat posisi berdiri, tampak tubuh lebih dominan di tumpukan pada sisi
sehat (kiri).
• Tidak tampak perbedaan ukuran extremitas atas kanan dan kiri serta
extremitas bawah kanan dan kiri.
Inspeksi dinamis:
• Pasien tampak mampu menggerakan extremitas atas dan bawah, namun
masih minimal pada manus dan pedis dextra.
• Saat berjalan, posisi lengan pasien tampak dalam posisi fleksi.
• Saat berjalan, tampak adanya pola circumduction gait minimal pada hip
dextra.
• Saat berjalan, kadang-kadang tampak “locking” pada knee dextra pada
fase stand.
Palpasi:
• Spasme pada m. upper trapezius bil, m. levator scapula bil, m.
rhomboideus dextra, m. pectoralis major dextra.
• Peningkatan tonus pada otot m. upper trapezius bil, m. levator scapula
bil, m. rhomboideus dextra, m. pectoralis major dextra.
• Suhu lokal teraba sama antara extremitas atas-bawah kiri dan kanan
• Tidak terdapat pitting oedem
• Tonus otot gluteus kanan lebih rendah daripada kiri.

3) Nyeri dengan NRS


Nyeri diam : 5 ( Nyeri sedang)
Nyeri gerak : 6 (Nyeri berat)
Nyeri tekan : 8 (Nyeri berat)

4).Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar


1. Gerak aktif
Sendi Gerakan ROM Nyeri
Shoulder Fleksi Terbatas +
Ekstensi Full -
Abduksi Terbatas +
Adduksi Full -
Endorotasi Full -
Eksorotasi Terbatas +
Elbow Fleksi Full -
Ekstensi Full -
Supinasi Full -
Pronasi Full -
Wrist Dorsi fleksi Terbatas -
Palmar fleksi Full -
Radial deviasi Terbatas -
Ulnar deviasi Terbatas -
Finger Fleksi Full -
Ekstensi - -
Hip Fleksi Full -
Ekstensi Full -
Abduksi Full -
Adduksi Full -
Endorotasi Full -
Eksorotasi Full -
Knee Fleksi Full -
Ekstensi Full -
Ankle Dorsi fleksi Terbatas -
Plantar fleksi Full -
Eversi - -
Inversi Terbatas -
Toes Fleksi Full -
Ekstensi - -

2. Gerak pasif
Sendi Gerakan ROM Nyeri End feel
Shoulder Fleksi Full + Elastic
Ekstensi Full - Elastic
Abduksi Full + Elastic
Adduksi Full - Elastic
Endorotasi Full - Elastic
Eksorotasi Full + Elastic
Elbow Fleksi Full - Soft
Ekstensi Full - Hard
Supinasi Full - Elastic
Pronasi Full - Elastic
Wrist Dorsi fleksi Full - Elastic
Palmar fleksi Full - Elastic
Radial deviasi Full - Elastic
Ulnar deviasi Full - Elastic
Finger Fleksi Full - Elastic
Ekstensi Full - Elastic
Hip Fleksi Full - Elastic
Ekstensi Full - Elastic
Abduksi Full - Elastic
Adduksi Full - Elastic
Endorotasi Full - Elastic
Eksorotasi Full - Elastic
Knee Fleksi Full - Elastic
Ekstensi Full - Firm
Ankle Dorsi fleksi Full - Elastic
Plantar fleksi Full - Elastic
Eversi Full - Elastic
Inversi Full - Elastic
Toes Fleksi Full - Elastic
Ekstensi Full - Elastic

3. Gerak aktif melawan tahanan


Kelompok otot penggerak extremitas atas dan bawah dextra mampu melawan
tahanan minimal-moderat namun terdapat beberapa kelompok otot penggerak
extremitas atas (ex: ekstensor jari) dan extremitas bawah (kelompok otot
penggerak ankle dextra) tidak dapat melawan tahanan.

VI. Pemeriksaan Khusus


A. Muskuloskeletal
1. Pola kapsuler: -
2. Neer test: +
3. Hawkins kinnedy test: -
4. Pengukuran nyeri dengan VAS
5.
B. Neuromuskuler
1. Refleks fisiologis
Reflex Sinistra Dextra
Reflex tendo biceps + ++
Reflex tendo triceps + ++
Reflex brachioradialis + ++
Reflex tendo patella + ++
Reflex tendo Achilles + ++

2. Refleks patologis
Reflex Sinistra Dextra
Reflex babinsky - +
Reflex caddock - +
Reflex gordon - -
Reflex oppenheim - -
Reflex hoffman - +
Klonus ankle - +
Klonus patella - -

3. Pemeriksaan kekuatan otot dengan MMT


Sendi Kelompok otot Sinistra Dextra
Shoulder Fleksor 5 3-
Ekstensor 5 4-
Abduktor 5 3-
Adduktor 5 4-
Endorotator 5 3+
Eksorotator 5 3-
Elbow Fleksor 5 4-
Ekstensor 5 3+
Supinator 5 3
Pronator 5 3
Wrist Dorsi fleksor 5 2+
Palmar fleksor 5 3
Radial deviator 5 2-
Ulnar deviator 5 2-
Finger Fleksor 5 3
Ekstensor 5 1
Hip Fleksor 5 4
Ekstensor 5 4
Abduktor 5 4
Adduktor 5 4
Endorotator 5 4
Eksorotator 5 4
Knee Fleksor 5 4-
Ekstensor 5 4
Ankle Dorsi fleksor 5 3-
Plantar fleksor 5 3+
Evertor 5 1
Invertor 5 3-
Toes Fleksor 5 3
Ekstensor 5 1

4. Pemeriksaan keseimbangan dengan Berg Balance Scale


No Item Score
1. Duduk ke berdiri 3
2. Berdiri tak tersangga 4
3. Duduk tak tersangga 4
4. Berdiri ke duduk 4
5. Transfer/berpindah 4
6. Berdiri dengan mata tertutup 3
7. Berdiri dengan kedua kaki rapat 2
8. Meraih ke depan dengan lengan terulur maksimal 2
9. Mengambil objek dari lantai 3
10. Berbalik untuk melihat ke belakang 4
11. Berbalik 360 derajat 2
12. Menempatkan kaki bergantian ke blok (step stool) 1
13. Berdiri dengan satu kaki di depan kaki yang lain 1
14. Berdiri satu kaki 1
Total 38

Score total: 38 dari 56.

5. Pemeriksaan koordinasi dengan alternate finger to nose dan heel to knee


Hasil:
a. Finger to nose
Mata terbuka (30 s) Mata tertutup (30 s)
NT NT

b. Heel to knee
Mata terbuka (30 s) Mata tertutup (30 s)
5 2

6. Pemeriksaan kemampuan fungsional dengan indeks barthel


Aktivitas Skor
Makan
0 = tidak mampu 5
5 = memerlukan bantuan, seperti memotong makanan, mengoleskan
mentega, atau memerlukan bentuk diet khusus.
10 = mandiri/tanpa bantuan
Mandi
0 = tergantung 0
5 = mandiri
Kerapian/penampilan
0 = memerlukan bantuan untuk menata penampilan diri 5
5 = mampu secara mandiri menyikat gigi, mengelap wajah, menata
rambut, dan bercukur
Berpakaian
0 = tergantung/tidak mampu 5
5 = perlu dibantu tapi dapat melakukan sebagian
10 = mandiri(mampu mengancingkan baju, menutup resleting,
merapikan)
Buang air besar
0 = inkontinensia, atau tergantung pada enema 10
5 = kadang mengalami kesulitan
10 = normal
Buang air kecil
0 = inkontinensia, harus dipasang kateter, atau tidak mampu mengontrol 10
BAK secara mandiri
5 = kadang mengalami kesulitan
10 = normal
Penggunaan kamar mandi/toilet
0 = tergantung 10
5 = perlu dibantu tapi tidak tergantung penuh
10 = mandiri
Berpindah tempat (dari tempat tidur ke tempat duduk, atau sebaliknya)
0 = tidak mampu, mengalami gangguan keseimbangan 15
5 = memerlukan banyak bantuan (satu atau dua orang) untuk bisa duduk
10 = memerlukan sedikit bantuan(hanya diarahkan secara verbal)
15 = mandiri
Mobilitas (berjalan pada permukaan yang rata)
0 = tidak mampu atau berjalan kurang dari 50 yard 15
5 = hanya bisa bergerak dengan kursi roda, lebih dari 50 yard
10 = berjalan dengan bantuan lebih dari 50 yard
15 = mandiri (meskipun menggunakan alat bantu)
Menaiki /menuruni tangga
0 = tidak mampu 10
5 = memerlukan bantuan
10 = mandiri
Jumlah 85

Interpretasi :

0 - 20 = ketergantungan penuh
21 - 61 = ketergantungan berat
62 - 90= ketergantungan moderat
91 - 99= ketergantungan ringan
100 = mandiri
VII. DIAGNOSIS FISIOTERAPI

a. Impairment (Body Structure & Body Function)


Hipoksia akibat thrombus/embolus menyebabkan kerusakan pada area kortek
(dorsolateral system) sehingga berdampak pada kelemahan ekstremitas atas dan
bawah dextra.
✓ Adanya kelemahan otot dan penurunan fungsi proprioceptive menyebabkan gangguan
keseimbangan dan koordinasi.
✓ Hilangnya inhisibi dari traktus retikolospinal dorsal terhadap traktus vestibulospial
dan retikulospinal medial menyebabkan timbulnya spastisitas.
✓ Bahu kiri dan kanan tidak simetris, bahu kanan dalam posisi depresi dan retraksi
berkaitan dengan disorientasi sisi lesi.
✓ Disorientasi sisi lesi menyebabkan tumpuan lebih dominan sisi sehat (sinistra) saat
berdiri dan jalan.
✓ Gerakan asosiasi dan kompensasi menyebabkan spasme otot.
✓ Problem pada ankle strategy menyebabkan pasien menggunakan hip strategy pada
fase swing sehingga memicu gerakan circumduction pada hip dextra.
✓ Adanya imbalance muscle pada knee dan kemampuan kontraksi eksentrik pada
quadriceps yang masih belum maksimal menyebabkan terjadinya “locking” pada knee
dextra saat fase stand.
✓ Impingement pada area subacromial menyebabkan timbulnya nyeri pada gerakan
shoulder dextra.
b. Functional Limitation
✓ Penurunan kemampuan fungsional (lihat indeks barthel) seperti makan, mandi,
berpakaian dan lain-lain.
c. Participation Restriction
✓ Pasien mengalami hambatan dalam pekerjaannya.
✓ Pasien mengalami hambatan dalam kegiatan sembahyang seperti saat sembahyang di
gereja.

VIII. TUJUAN FISIOTERAPI

1. Tujuan Jangka Pendek


- Mengurangi spasme
- Membangun orientasi sisi lesi (dextra)
- Aktivasi anti gravity muscle
- Memelihara dan meningkatkan kekuatan otot
- Mengurangi shoulder pain

2. Tujuan Jangka Panjang


- Mencegah kontraktur jaringan lunak
- Mencegah terjadinya frozen shoulder
- Memelihara dan meningkatkan kemampuan fungsional pasien yang mengalami
penurunan seperti makan, mandi, berpakaian dan lain-lain.

IX. Rencana Tindakan Fisioterapi

1. TENS (Transcutaneus Elektrical Nerve Stinulation) pada AGA dextra untuk mengurangi
nyeri.Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS) merupakan modalitas fisioterapi
yang banyak digunakan untuk mengurangi nyeri dengan merangsang saraf perifer melalui
elektroda permukaan kulit pada intensitas yang dapat ditoleransi pasien (Van Middelkoop
et al., 2011).
2. Ultrasound pada shoulder dextra untuk mengurangi rasa nyeri, mempercepat proses
penyembuhan jaringan lunak sekitar area yang terkena penyakit dan juga untuk
mengurangi ketegangan otot/spasme (Utomo, 2017).
3. Terapi latihan

X. Intervensi Fisioterapi
1.TENS (Transcutaneus Elektrical Nerve Stimulation) pada AGA dextra

F: 1x seminggu
IA: sesuai toleransi pasien, (frekuensi 100 Hz)
T: 15 menit
T: continue

2. Ultrasound pada shoulder dextra

F: 1x seminggu
IA: 1,5 W/cm2, 120 Hz
T: 5 menit
T: continue
3.Terapi latihan Terapi latihan berupa :
a. Stretching (aktif dan pasif)
Tujuan : mencegah kontraktur jaringan lunak dan release spasme
Posisi px : tidur terlentang.
Posisi FT’s: berada di samping px.
Pelaksanaan: FT’s melakukan stretching secara pasif dan active pada extremitas
atas dan bawah sisi lesi dan sehat. Ulangi 8 kali pengulangan.

b. Passive, assisted, resisted dan free active exercise


Tujuan : mengenalkan gerakan, memfasilitasi kerja otot, meningkatkan
kekuatan otot dan memelihara kekuatan otot pada extremitas atas dan bawah.
Posisi px : tidur terlentang
Posisi FT’s: berada di samping px.
Pelaksanaan: FT’s melakukan gerakan pasif terlebih dahulu pada region/otot target
yang akan di latih. Setelah pasien mulai paham gerakannya, FT’s mengintruksikan
pasien untuk melakukan gerakan tersebut dan FT’s hanya memberikan assisted,
setelah itu pasien di instruksikan untuk melakukan gerakan yang sama dan FT’s
memberikan tahanan menyesuaikan kekauatan pasien. Kemudia px di instruksikan
untuk melakukan gerakan tersebut tanpa adanya bantuan atau tahanan.

c. Pelvic tilt exercise


Tujuan : aktivasi core muscle.
Posisi pasien: tidur terlentang
Posisi FT’s: berada di samping pasien
Pelaksanaan: FT’s menstimulasi m. transversus abdominis, lakukan pelvic tilt
anterior-posterior.

d. Bridging
Tujuan : aktivasi gluteal muscle
Posisi px : tidur terlentang
Posisi FT’s: berada di samping px.
Peaksanaan: FT’s memberikan stimulasi pada area gluteal untuk melakukan
gerakan bridging yang sebelumnya di awali dengan core on. Ulangi 8 kali.

e. Mobilisasi scapula
Tujuan : meningkatkan mobilitas scapula, release muscle spasme.
Posisi px : duduk di kursi
Posisi FT’s: berada di samping px.
Pelaksanaan: FT’s melakukan mobilisasi pada scapula dextra dengan arah gerakan
scapula antero-lateral dan postero medial. Ulangi 8 kali.

f. Latihan posisi duduk dengan CHOR


Tujuan : membangun orientasi pasien dengan memanfaatkan kontak dari tangan
px.
Posisi px : duduk dengan posisi kedua tangan berada pada meja.
Posisi FT’s: berada di samping px.
Pelaksanaan: FT’s memfasilitasi trunk px agar duduk tegak dan berada pada
alignment yang tepat dan sekaligus mambangun orientasi pada sisi lesi.
g. Latihan reaching
Tujuan : melatih pola meraih pada lengan kanan px.
Posisi px : duduk di kursi.
Posisi FT’s: berada di samping px.
Pelaksanaan: FT’s memfasilitasi gerakan reaching yang dilakukan px. Ulangi 8
kali.

h. Ankle strategy exc


Tujuan : aktivasi fungsi ankle
Posisi px : berdiri
Posisi FT’s: berada di samping px.
Pelaksanaan: FT’s memberikan latihan ankle strategy yang berfokus pada ankle
dextra dengan posisi berdiri dan FT’s memfasilitasi control gerakan pada ankle
dengan memanfaatkan dorongan pada tubuh pasien.

XI. Edukasi dan Home Program


• Latihan jalan bertahap dirumah.

• Sering gerak-gerakin tangan nya dirumah.

• Latihan penguatan otot-otot yang sudah diajarkan

• Pasien dianjurkan untuk melakukan terapi latihan di rumah sesuai dengan

yang diajarkan terapis dalam batas toleransi pasien.

Sukoharjo, 04 Januari 2024


CE/Preceptor

(Guntur Rusmana Putra,SST.FT)

Anda mungkin juga menyukai