Anda di halaman 1dari 39

Gerak Sendi

HERI WIBISONO, AMd.FT, S.Pd, M.Si.

Program Studi D-III Fisioterapi


Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan UPN “Veteran” Jakarta
Jenis Gerakan Sendi
Sendi Gerakan Bidang Gerak Aksis

Shoulder Joint Fleksi - Ekstensi Sagital Horizontal


Abduksi - Adduksi Frontal Sagital
Endo – Ekso rotasi Transversal Vertikal
Elbow Joint Fleksi - Ekstensi Sagital Horizontal
Radioulnar Joint Pronasi - Supinasi Frontal Sagital
Wrist Joint Palmar – Dorsal fleksi Sagital Horizontal
Ulnar – Radial deviasi Frontal Sagital
Inter palang Joint Fleksi - Ekstensi Sagital Horizontal
Hip Joint Fleksi - Ekstensi Sagital Horizontal
Abduksi - Adduksi Frontal Sagital
Endo – Ekso rotasi Transversal Vertikal
Jenis Gerakan Sendi
Sendi Gerakan Bidang Gerak Aksis

Knee Joint Fleksi - Ekstensi Sagital Horizontal


Ankle Joint Plantar – Dorsal fleksi Sagital Horizontal
Inversi – Eversi Frontal Sagital
Persendian Cervical Fleksi – Ekstensi Sagital Horizontal
Lateral Fleksi Dx – Sin Frontal Sagital
Rotasi Dx – Sin Transversal Vertikal
Persendian Lumbal Fleksi – Ekstensi Sagital Horizontal
Lateral Fleksi Dx – Sin Frontal Sagital
Rotasi Dx – Sin Transversal Vertikal
Struktur pembentuk sendi
• Fasies artikularis
• Capsula artikularis, terdiri atas membran
synovial dan membran fibrosa.
• Cavum artikularis, yang berisi cairan synovial.
• Rawan hialin atau fibrokartilago
• Ligamen, terdiri atas ligamen penguat, ligamen
penuntun dan ligamen pembatas.
• Discus artikularis
• Labium artikularis
• Bursae dan kantong synovial
ROM
ROM (Range of Motion) atau LGS (Lingkup Gerak
Sendi) adalah lingkup yang dicapai pada gerak
suatu sendi dalam bidang gerak dan sumbu
gerak tertentu.
Pembatasan ROM normal dapat dipengaruhi
oleh Regangan kapsul sendi, Ligamentum
limitation, Bony limitation, Soft tissue limitation,
Besarnya otot, Elastisitas kulit.
End Feel
Rasa akhir ROM pada pengukuran ROM pasif
disebut end feel, merupakan rasa yang timbul
dari pembatasan gerak tersebut. End feel normal
sebagai standard meliputi :
– Soft end feel: terganjal oleh jaringan lunak. Contoh fleksi
siku.
– Elastic end feel: peregangan jaringan lunak capsule
ligament. Contoh rotasi internal/eksternal sendi bahu.
– Hard end feel: pembatasan tulang. Contoh ekstensi siku.
End Feel
End feel patologis meliputi:
– Empty end feel: gerak melebihi ROM normal
seolah tanpa penghambat. Contoh pada dilokasi
sendi.
– Springy end feel: pembatasan oleh ketegangan
otot. Contoh fleksi panggul pada posisi lutut lurus.
– Firm harder end feel: pembatasan oleh kapsul-
ligamen memendek. Contoh rotasi eksternal pada
frozen shoulder
Pengukuran ROM
Besarnya ROM dapat diukur menggunakan
goniometer universal atau khusus dalam
derajad, namun pada sendi/bidang gerak
tertentu dapat diukur dengan tape measurer
dalam centi meter.
Pengukuran ROM aktif dapat juga dibatasi oleh
kekuatan otot.
End Feel
Sendi Gerakan End Feel
Shoulder Joint Fleksi
Ekstensi
Abduksi
Adduksi
Rotasi
Elbow Joint Fleksi
Ekstensi
Radioulnar Joint Pronasi
Supinasi
Wris Joint Palmar Fleksi
Dorsal Fleksi
Ulnar Deviasi
Radial Deviasi
End Feel
Sendi Gerakan End Feel
Hip Joint Fleksi
Ekstensi
Abduksi
Adduksi
Rotasi
Knee Joint Fleksi
Ekstensi
Ankle Joint Palmar Fleksi
Dorsal Fleksi
Inversi
Eversi
Tonus Otot
1.Kekuatan otot
2.Spasme otot
3.Spastisitas
KEKUATAN OTOT
Pendahuluan

• Digunakan untuk tujuan diagnosis dan prognosis


• Asesmen perubahan kondisi pasien
• Efektifitas program latihan (strengthening exc)
• Dipengaruhi faktor anatomi, fisiologi,
biomekanik, psikologi dan patologi
• Manual Muscle Testing (MMT) merupakan
teknik pengukuran kekuatan otot
• Diperkenalkan oleh Wilhelmine Wright (1912)
dibantu Robert W. Lovett, MD.
• Lovett menggunakan untuk pasien
poliomyelitis (1915 dan 1916)
Diawali 3 klasifikasi :
• normal
• partial paralyzed (sebagian)
• wholly paralyzed (komplit)
• 1916 klasifikasi dikembangkan
1. normal
2. good
3. fair
4. poor
5. trace
6. totally paralyzed
• 1927 American Journal of Surgery (LeRoy
Lowman, MD) skala 0 – 9 dan +/-
• 1930s Kendall memperkenalkan konsep
persentase grade MMT
Pertimbangan Prosedur MMT

• Posisi
• Stabilisasi
• Palpasi otot
• Aplikasi resisten
Keterbatasan MMT

• Sangat subjektif.
• Hanya mengukur pada kondisi LMN & tanpa
adanya kontraktur.
• Kesulitan dalam memposisikan pasien untuk
tes yang tepat.
Skala MMT (1)

Grade Grade Grade Definisi


(angka (huruf) (word)
)
0 Zero Tidak ada
kontraksi
(penglihata
n dan
palpasi)
1 (Tr) Trace Sedikit
kontraksi,
tidak ada
Skala MMT (2)
Grad Grad Grade Definisi
e e (word)
(angk (huru
a) f)
2- 2- Poor Gerakan parsial
minus ROM, posisi
eliminasi gravitasi
2 (P) Poor Gerakan full ROM,
posisi elimininasi
gravitasi
2+ (P+) Poor Gerakan full ROM,
plus posisi elimininasi
Skala MMT (3)
Grad Grade Grade Definisi
e (huruf (word)
(angk )
a)
3- (F-) Fair Gerakan full ROM,
minus posisi melawan
gravitasi dengan
kekuatan lebih ½
3 (F) Fair Gerakan full ROM,
posisi melawan
gravitasi
Skala MMT (4)
Grad Grad Grade Definisi
e e (word
(angk (huru )
a) f)
4 (G) Good Gerakan full ROM,
posisi melawan
gravitasi dengan
resisten moderat
5 (N) Norm Gerakan full ROM,
al posisi melawan
gravitasi dengan
Langkah-langkah MMT (1)
1. Jelaskan tujuan dan prosedur kepada
pasien
2. Posisi pasien pada posisi melawan
gravitasi
3. Stabilisasi pada sendi proksimal
4. Instruksikan pasien melakukan gerakan
pada segmen distal sendi secara pasif
dalam jarak gerak.
Langkah-langkah MMT (2)
5. Kembalikan segmen distal ke posisi awal
untuk starting position
6. Palpasi otot yang dites ketika
mempertahankan stabilisasi pada sendi
proksimal
7. Minta pasien melakukan gerakan dalam
ROM yang mungkin secara aktif
Dapatkah pasien melakukan langkah 7 ?
• Ya
- Pindahkan tangan yang melakukan palpasi untuk
posisi resisten ketika mempertahankan resisten
di atas sendi proksimal
- Instruksikan pasien pada posisi tepat untuk
aplikasi resisten.
- Aplikasikan resisten melalui prosedur tes yang
tepat, tingkatkan secara bertahap sampai
tercapai resisten maksimal.
- Gradasi nilai otot seperti pada tabel
• Tidak
– Posisikan pasien pada posisi eliminasi gravitasi
– Stabilisasi sendi proksimal
– Instruksikan pasien pada posisi spesifik ketika
melakukan gerakan pasif dalam jarak gerak
– Kembalikan segmen distal pada posisi awal
– Palpasi otot yang dites ketika mempertahankan
stabilisasi pada sendi proksimal
– Minta pasien melakukan gerakan yang mungkin
dalam jarak gerak
– Gradasi nilai otot seperti pada tabel
Instrumen lain
• Sphygmomanometer  lebih kuantitatif
• Hand Held Dynamometer  kg, pound
• Hand strength :
1. Hand grip dynamometer
2. Pinch meter
• Trunk  isostation
• 1 RM
Pengukuran Daya Tahan Otot
• Daya tahan otot adalah kemampuan otot
untuk berkontraksi secara berulang ulang
• Yang diukur adalah kemampuan mengulangi
gerakan
• Jenis tes bersifat gerak fungsional
• Contoh sit up, squat dll
SPASME OTOT
Definisi
spasme adalah kontraksi involunter otot atau
sekelompok otot secara mendadak dan keras,
yang disertai nyeri dan gangguan fungsi,
menghasilkan gerakan involunter dan distorsi.
spasme otot adalah kontraksi otot involunter,
dapat menyebabkan nyeri dan mengganggu
mobilitas.
Pemeriksaan spasme
• Tidak ada pemeriksaan dan pengukuran
spasme yang baku
• Palpasi pada bagian otot yang spasme akan
ditandai adanya peningkatan tonus otot
• Pemeriksaan akan didukung dengan
pengukuran LGS dan nyeri
SPASTISITAS
Definisi
Spastisitas atau hipertonus otot merupakan
kelainan sistem saraf pusat yang ditandai oleh
otot yang terus menerus menerima impuls
untuk menjadi kaku. Spastisitas yang paling
sering terjadi adalah diplegia spastik.
bentuk lain spastisitas adalah cerebral palsy;
pada keadaan ini, terjadi kerusakan ganglia
basalis permanen dan senantiasa memberat.
Spastisitas juga dapat terjadi pada penderita
sklerosis multipel. Tatalaksana spastisitas
meliputi konservatif/medikamentosa dan
operasi (rhizotomi)
Kontraktur
• Kontraktur adalah keadaan resistensi tinggi
yang menetap terhadap regangan pasif
seberkas otot akibat fibrosis jaringan
penunjang otot atau persendian, atau
kelainan serabut otot
Skala Ashworth
0. Tidak ada peningkatan tonus otot
1. Ada peningkatan sedikit tonus otot, ditandai dengan terasanya
tahanan minimal pada akhir ROM pada waktu sendi
digerakkan
2. Ada peningkatan sedikit tonus otot, ditandai adanya
pemberhentian gerakan dan diikuti adanya tahanan minimal
sepanjang sisa ROM, tetapi secara umum sendi mudah
digerakkan
3. Peningkatan tonus otot lebih nyata sepanjang sebagian besar
ROM, tapi sendi masih mudah digerakkan
4. Penigkatan tonus otot sangat nyata, gerakan pasif sulit
dilakukan
5. Sendi atau ekstremitas kaku/rigid

Anda mungkin juga menyukai