Anda di halaman 1dari 23

Pendahuluan

Konflik merupakan suatu fenomena dalam masyarakat yang bersifat


melekat pada realitas sosial. Dalam konflik sosial, masyarakat merupakan sebuah
arena pertentangan dan integrasi yang terus berlangsung dalam periode tertentu.
Penyebab konflik adalah terletak pada perbedaan dan persamaan kepentingan serta
integrasi sosial yang selalu terjadi dalam lingkup kehidupan masyarakat. Jika dilihat
dari akar katanya, istilah konflik bersumber dari bahasa latin yaitu “con” yang
berarti bersama dan “fligere” yang berarti benturan atau tabrakan. 1 Sedangkan
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), konflik adalah suatu
percekcokan, perselisihan serta pertentangan.2 Di samping itu, menurut kamus
sosiologi, konflik merupakan suatu proses pencapaian tujuan dengan cara
melemahkan pihak lawan, dengan tanpa memperhatikan norma dan nilai yang
berlaku.3
Menurut Lewis Coser, seorang Sosiolog dalam Andri Kristanto konflik
merupakan suatu pertentangan yang melibatkan dua orang atau lebih atas nilai-nilai
atau persaingan untuk memperebutkan status, kekuasaan atau sumber daya yang
terbatas.4 Sedangkan menurut David Austin, seorang Sosiolog dalam Andri
Kristanto konflik merupakan perselisihan antara dua atau lebih individu atau
kelompok, dengan masing-masing individu atau kelompok yang berupaya untuk
pengakuan pandangan dan tujuan atas orang lain.5 Dengan demikian, konflik
merupakan suatu perselisihan pandangan terhadap individu atau kelompok
sehingga dapat berkaitan pada perpecahan. Dalam hal ini, penulis menyebutkan
konflik merupakan salah satu jalan untuk terjadinya disintegrasi.
Menurut Soekanto dalam Randi Prakon, disintegrasi merupakan kondisi
sebagai suatu proses pudarnya norma-norma dan nilai-nilai dalam masyarakat yang
disebabkan dari perubahan-perubahan yang terjadi pada lembaga-lembaga
kemasyarakatan. Oleh sebab itu, proses fenomena ini dapat mengakibatkan nilai

1
Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala
Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2011), 345.
2
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), 587.
3
Soerjono Soekanto, Kamus Sosiologi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993), 99.
4
Andri Kristanto, Manajemen Konflik, (Yogyakarta: Penerbit Gava Media, 2020), 4.
5
Andri Kristanto, Manajemen Konflik, hal 5.

1
dan norma masyarakat menjadi bergeser atau berubah.6 Sedangkan jika dilihat
berdasarkan kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI versi online), maka disintegrasi
merupakan suatu keadaan yang tidak bersatu padu, keadaan terpecah belah dan atau
hilangnya keutuhan.7 Dengan demikian, disintegrasi merupakan suatu kondisi yang
dapat mempengaruhi nilai maupun norma sehingga dapat mengakibatkan
terpecahnya suatu masyarakat.
Menurut Mutiara Dewi, pengajar Jurusan Pendidikan Sejarah FIS UNY,
tidak semua konflik berujung pada masalah disintegrasi. Sebab konflik yang dengan
segera dapat diselesaikan mengakibatkan belum sempat terjadinya sebuah
disintegrasi pada kedua pihak yang saling bertentangan. Lebih lanjut ia menjelaskan
bahwa disintegrasi merupakan suatu perpecahan yang belum ada kehendak lagi
untuk berdamai. Oleh sebab itu, sebaliknya, disintegrasi pasti selalu didahului
dengan sebuah konflik tertentu yang terdahulu. Namun seberapapun intensitasnya
disintegrasi terjadi karena kasus yang sederhana maupun yang kompleks atau
tumpang-tindih. Artinya, sebuah disintegrasi dapat terjadi disebabkan oleh konflik
terdahulu. Di samping itu, konflik terdahulu juga bisa tidak menimbulkan masalah
disintegrasi sama sekali.8 Jika dilihat dari ciri-ciri terjadinya, maka disintegrasi
pada masyarakat dapat terlihat adanya ketidaksamaan tujuan antara anggota suatu
kelompok sehingga tidak ada keutuhan. Selanjutnya, sebagian besar anggota
kelompok tidak mematuhi norma-norma yang berlaku dan menurunnya wibawa
tokoh-tokoh pemimpin kelompok serta kurang berfungsinya sanksi sebagaimana
mestinya.9 Oleh sebab itu, disintegrasi juga berarti sebuah fenomena dalam suatu
organisasi ataupun kelompok masyarakat tidak lagi menjalin kerukunan dan
kebersamaan.
Berbicara tentang disintegrasi dalam masyarakat, agaknya disintegrasi
juga bisa terjadi dalam sebuah organisasi, contohnya gereja. Dalam bahasa Inggris,
kata gereja adalah Church yang berasal dari bahasa Kuriakon yang artinya yaitu

6
Randi M. Prakon, Skripsi: Disintegrasi Sosial (Studi Regulasi Perlindungan Ikan Pari
Manta Masyarakat Lamakera Kabupaten Flores Timur), (Makassar: UMM, 2018), 10.
7
Lih. https://kbbi.web.id/disintegrasi
8
Ita Mutiara Dewi, “Konflik dan Disintegrasi di Indonesia”, Jurnal Mozaik: Kajian Ilmu
Sejarah (2022), 92.
9
Randi M. Prakon, 2018, 11.

2
“Milik Tuhan”.10 Di samping itu, kata gereja juga dapat digunakan dalam merujuk
kategori-kategori lain seperti tempat, orang-orang, atau denominasi yang menjadi
milik Tuhan. Pada gereja, juga terdapat struktur yang berfungsi untuk melayani
jemaat atau anggota gereja dalam rangka keterlibatan mereka.11 Dengan demikian,
gereja merupakan suatu organisasi maupun kelompok masyarakat yang menjadi
wadah terhadap komunitas beriman. Komunitas beriman atau jemaat gereja tidak
dapat dipisahkan dari kehidupan sosialnya. Oleh sebab itu, menurut Penuls, jika
dalam kehidupan sosial terjadi disintegrasi, maka jemaat gereja juga yang
merupakan bagian dari sosial masyrakat, bisa terdampak mengalami disintegrasi
tersebut. Hal ini dapat dilihat sebagai konsekuensi logis dari terjadi sebuah konflik
sosial. Kondisi inilah yang sedang terjadi pada jemaat di HKBP Horsik Ressort
Ajibata.
Pada bulan 12 tahun 2021 di desa Horsik, Kecamatan Ajibata, Kabupaten
Toba mengadakan pemilihan kepala desa. Dalam pemilihan kepala desa tersebut,
dua kandidat calon kepala desa yang menyebabkan pemilihan tersebut menjadi
sangat panas. Ketika menjelang waktu pemilihan, para kandidat sudah sangat sibuk
untuk mempersiapkan segala keperluan demi memenangkan pemilihan. Tidak
hanya calon kandidat saja yang sibuk dengan pemilihan tersebut, melainkan para
pendukung setiap kandidat juga ikut serta dalam menggarap suara masyarakat di
desa Horsik. Melihat situasi di desa Horsik yang melakukan pemilihan kepala desa,
maka terjadi pergesekan antar-masyarakat lokal karena adanya pemahaman radikal
antara kedua tim sukses dari setiap kandidat. Adapun konflik yang terjadi
disebabkan karena cara penggarapan suara yang dilakukan oleh kandidat adalah
dengan menyuap masyarakat dan menanamkan pemikiran eksklusif terhadap
kandidat yang memberikan suapan berupa uang (politik uang).12
Memang setiap masyarakat memiliki hak bebas untuk mengemukakan
pilihan dalam memilih calon kepala desa, akan tetapi, pilihan mereka di intervensi
oleh setiap tim sukses dari kedua kandidat (politik uang dan pemahaman eksklusif).

10
Charles C Ryrie, Teologi Dasar: Panduan Populer Untuk Memahami Kebenaran Alkitab
( Yogyakarta: Yayasan ANDI, 1986), 143.
11
Widi Artanto, Gereja dan Misi-NYA: Mewujudkan Kehadiran Gereja dan Misi-Nya di
Indonesia (Yogyakarta: Yayasan Taman Pustaka Kristen Indonesia, 2016), 17.
12
Wawancara dengan JSH tanggal 10 agustus 2022 Pukul 10.00 WIB

3
Oleh sebab itu, dapat disimpulkan suara mereka bukan lagi hak bebas melainkan
hak yang diambil alih oleh tim sukses berupa materi (uang). Pada waktu pemilihan
kepala desa berlangsung, terlihat suasana yang menegangkan oleh karena pengaruh
dari kedua kandidat terhadap masyarakat pendukung. Situasi yang menegangkan
juga terjadi oleh karena ketidakpercayaan tim sukses terhadap petugas KPU.
Terlihat dari sikap mereka yang selalu mencurigai dengan cara memantau dan
mempertanyakan kejujuran dari hasil yang disampaikan oleh petugas KPU.13
Setelah petugas KPU mengumumkan hasil dari pemilihan tersebut,
kandidat yang kalah mempertanyakan kebenaran dari keputusan tersebut. Artinya,
kandidat yang kalah tidak percaya terhadap keputusan yang disampaikan oleh KPU.
Oleh sebab itu, tim sukses dari kandidat yang kalah tidak terima dengan keputusan
tersebut sehingga terjadi amarah dari mereka terhadap tim sukses yang menang.
Oleh sebab itu, kondisi ini menyebabkan masyarakat di desa Horsik terpecah
menjadi dua kubu. Perpecahan tersebut berdampak pada kehidupan sosial
masyarakat dapat dilihat dari acara masyarakat seperti acara-acara adat,
peribadatan dan ekonomi. Perpecahan tersebut sangat jelas terlihat dalam
kehidupan bergereja.14
Dalam konteks sebelum terjadinya pemilihan kepala desa terlihat bahwa
jemaat HKBP Horsik sangat antusias menghadiri acara gerejawi, termasuk
peribadatan setiap minggu. Namun setelah pemilihan kepala desa, maka sangat
terlihat jelas adanya kesenjangan di tengah-tengah kehidupan berjemaat. Fenomena
yang terlihat terjadinya kubu di dalam jemaat, ada kubu yang memilih kandidat
menang dan ada juga kubu kandidat kalah. Jemaat yang menghadiri peribadatan
gereja dapat dikatakan hanya tim sukses dan pendukung dari kandidat yang menang
saja, sedangkan tim sukses dan pendukung dari kandidat yang kalah tidak
mengikuti peribadatan di gereja karena mereka belum dapat menerima kekalahan
tersebut.15
Seiring berjalannya waktu, adanya rasa antusias para pelayan yang
bertugas di HKBP Horsik selalu mengajak jemaat gereja untuk mengikuti
peribadatan di HKBP Horsik baik tim sukses yang menang maupun tim sukses yang

13
Wawancara dengan JSH tanggal 10 agustus 2022 Pukul 10.00 WIB
14
Wawancara dengan JSH tanggal 10 agustus 2022 Pukul 10.00 WIB
15
Wawancara dengan RP tanggal 10 agustus 2022 Pukul 14.00 WIB

4
kalah. Tim sukses dari kandidat yang kalah telah mulai membuka hati untuk
mengikuti peribadatan di HKBP Horsik. Akan tetapi kehadiran dari tim sukses
kandidat yang kalah tidak diterima oleh tim sukses yang menang. Hal ini terlihat
dengan adanya permasalahan-permasalahan yang muncul dalam kegiatan-kegiatan
gereja termasuk peribadatan kategorial.16
Setelah mengamati kasus disentegrasi di Desa Horsik, kasus ini sejalan
dengan teori yang di kemukakan oleh Fisher mengenai disentegrasi yaitu, pertama
bahwa konflik disebabkan oleh polarisasi yang terus-menerus dengan adanya
kecurigaan, ketidak percayaan dan pertentangan antara kelompok yang berbeda
dalam masyarakat. Kedua konflik disebabkan oleh posisi yang bertentangan dan
pandangan konflik zero-sum yang diadopsi oleh pihak berkonflik. Jika di dialogkan
perpecahan gereja HKBP Horsik perpecahan itu lahir dari masalah internal anatar
jemaat.
Teori konflik C. Gerrtz berpendapat bahwa primordialisme merupakan
suatu pandangan atau paham yang memegang teguh hal-hal yang dibawa sejak
kecil, baik mengenai tradisi, adat-istiadat, kepercayaan, maupun segala sesuatu
yang ada dalam lingkungan pertamanya. 17 Artinya menurut teori C. Gerrtz konflik
dapat terjadi ketika realita keadaan yang terjadi bergesekan dengan pemahaman
yang dibawa sejak kecil. Dengan pandangan atau pemahaman tersebut, dapat
dikatakan bahwa konflik yang terjadi di Desa Horsik Ressort Ajibata disebabkan
oleh adanya pemahaman yang dibawa sejak kecil. Penduduk desa Horsik Ressort
Ajibata masih sangat memegang rasa kesetia kawanan yang dimana ketika teman
mereka memiliki teman, maka teman tersebut teman mereka juga dan begitu
sebaliknya ketika teman mereka memiliki musuh, itu musuh mereka juga.18 Hal ini
yang menjadi awal mulanya konflik yang terjadi yang berujuk pada disintegrasi.
Penelitian tentang disintegritas tentu sudah pernah dilakukan sebelumnya.
Contohnya, penelitian oleh Andi Astiar pada tahun 2018 terkait masalah ideologi,
politik, ekonomi dan sosial budaya antara Mahasiswa Unismuh dengan Masyarakat
di Kelurahan Mannuruki Makasar. Disintegrasi dilatarbelakangi dengan adanya
protes yang dilakukan oleh mahasiswa terhadap pemerintahan kota dengan tujuan

16
Wawancara dengan RP tanggal 10 agustus 2022 Pukul 14.00 WIB
17
Andri Kristanto, Manajemen Konflik, hal 18.
18
Wawancara dengan antonio siallagan, 3 November 2022 vie whatsapp

5
memmendorong perubahan secara reformasi atas system politik yang ada.19
Kemudian, ada juga Penelitian oleh Andi Azis Nizar pada tahun 2021 terkait
strategi dan kampanya militer di Kota Balikpapan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa masih perlu dilaksanakan penanganan yang baik dalam penanganan konflik
sosial yang secara terintegrasi, dapat berkomunikasi secara interaktif antara entitas,
pelaksanaan kegiatan yang transparan, terkontrol dan akuntabel. 20 Berbeda dari
penelitian-penelitian sebelumnya, penelitian ini berangkat dari persoalan
disintegrasi di Desa Horsik dilatarbelakangi oleh ketidakterimaan sekelompok
masyarakat terhadap kemenangan yang diraih oleh kelompok yang lain sebagai tim
sukses dari kandidat Kepala Desa terpilih. Oleh sebab itu, dua data di atas di pakai
sebagai pembanding bahwa penelitian dalam tulisan ini menjadi penting dengan
melihat persoalan disintegritas yang muncul dikalangan masyarakat sampai masuk
dalam ranah gereja dikaji dari sudut pandang teori konflik. Dengan data ini juga,
dibuktikan bahwa sudah sejak lama terjadi persoalan disintegritas yang disebabkan
dari pergolakan Pemilu. Namun, lebih dari itu, sejauh ini belum ada penelitian
tentang disintegritas yang terjadi di Jemaat akibat pengaruh pemilu. Semuanya
sebatas membahas disintegritas yang terjadi antara kelompok A dan kelompok B
yang berkaitan dengan kedudukan dan daerah.
Dengan berdasarkan uraian fokus penelitian di atas, maka penulis
menentukan rumusan masalah yaitu Bagaimana disintegrasi jemaat di HKBP
Horsik Ressort Ajibata ditinjau dari konflik sosial politik masyarakat? Bagaimana
teori konflik terhadap disintegrasi Jemaat di HKBP Horsik Ressort Ajibata?.
Berdasarkan rumuskan masalah di atas, maka penulis menentukan tujuan penelitian
ini yaitu Untuk mendeskripsikan proses disintegrasi yang terjadi di HKBP Horsik
Ressort Ajibata. Untuk mendeskripsikan kajian teori konflik terhadap disintegrasi
Jemaat di HKBP Horsik Ressort Ajibata.
Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi bagi pengembangan
studi agama dan masyarakat, khususnya tentang kajian terhadap konflik-konflik
gereja dan atau konflik-konflik agama. Di samping itu, harapannya juga adalah
menjadi rujukan penelitian terhadap peneliti yang lain, terutama terkait dengan

19
Andi Astiar, “Disintegrasi sosial antara mahasiswa Unismuh dengan masyarakat di
Kelurahan Mannuruki Kecamatan Tamalate Kota Makasar”, (Makassar), 3.
20
Azis Nazar, Andi “KONFLIK Sosial Ancaman Disintegritas”, (Balikpapan: UPRI), 1.

6
konflik gereja atau agama. Selain itu, melalui pemahaman berdasarkan faktor-
faktor penyebab terjadinya konflik di Desa Horsik yang berdampak pada
perpecahan di dalam gereja HKBP Horsik Ressort Ajibata, maka semoga dapat
memahami titik terang dari konflik serta dampaknya. Oleh sebab itu, gereja maupun
anggota jemaat HKBP Horsik Ressort Ajibata dapat mengambil peran yang
signifikan dalam penyelesaian perpecahan tersebut.
Penelitian ini akan menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan
deskriptif. Metode penelitian kualitatif pada dasarnya merupakan suatu cara untuk
menghasilkan sejumlah penjelasan yang nyata tentang apa yang akan ditulis dan
apa yang diucapkan oleh orang yang menjadi sasaran penelitian secara deskripsi
mengenai perilaku, sikap mereka yang dapat diamati, sehingga data yang dihasilkan
bukan data yang berbentuk angka-angka melainkan kata-kata yang bersifat
deskriptif.21 Sedangkan pendekatan studi kasus adalah suatu pendekatan untuk
mempelajari, menerangkan atau menginterpretasi suatu “kasus” dalam konteksnya
yang alamiah tanpa adanya intervensi pihak luar. Model penelitian studi kasus yang
akan penulis gunakan adalah kasus tunggal dengan single level analisis, yaitu suatu
proses untuk menyoroti perilaku individu atau kelompok individu dengan satu
masalah penting.22
Dalam penelitian ini, tekni wawancara yang digunakan ialah observasi
langsung dan wawancara yang mendalam. observasi adalah teknik pengumpulan
data demi menangkap kesan atau data awal sebagai kontribusi positif bagi
pengenalan realitas masalah yang sebenarnya. Tujuan lain dari observasi agar dapat
diketahui dan dipahami oleh seluruh anggota gereja tentang bagaimana konflik di
Desa Horsik terjadi sehingga mengakibatkan perpecahan di dalam gereja HKBP
Horsik Resort Ajibata. Wawancara merupakan sebuah percakapan dengan tujuan
tertentu. Percakapan ini dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer)
yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interview) yang memberikan
jawaban atas pertanyaan itu.23 Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian

21
Salim dan Syahrum “Metodologi Penelitian Kualitatif, Konsep dan Aplikasi dalam Ilmu
sosial, keagamaan dan Pendidikan” (Bandung: Citapustaka, 2012), 147.
22
Agus, Salim, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006),
118-121.
23
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2006), 186.

7
ini adalah wawancara terbuka, yaitu wawancara yang menggunakan seperangkat
pertanyaan. Urutan pertanyaan dan cara penyajiannya sama pada setiap responden
serta responden mengetahui bahwa mereka sedang diwawancarai serta mengetahui
apa maksud wawancara tersebut.24 Yang menjadi partisipan dalam penelitian ini
terdiri dari pimpinan gereja, majelis gereja, aparat pemerintahan, masyarakat dari
tim sukses yang menang, masyarakat dari tim sukses yang kalah, pemuda yang
sudah dapat mengikuti kegiatan pemilihan dan penatua yang ada di desa Horsik.
Teknik analisa data yang digunakan di sini adalah analisis yang didasarkan
pada data yang ada dari hasil penelitian dengan menggunakan berbagai teknik
pengumpulan data yang ada. Dari data yang didapatkan, kemudian dikategorikan
sesuai dengan pedoman kajian dan kebutuhan penelitian. Dengan demikian, melalui
kategorisasi tersebut kemudian diinterpretasikan berdasarkan rumusan masalah
penelitian serta dianalisis untuk menjawab masalah penelitian. Oleh sebab itu, data
penelitian yang telah diinterpretasikan dan dianalisis selanjutnya dituangkan dalam
hasil penelitian. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data,
menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesis, menyusun ke dalam pola,
memilih mana yang penting untuk dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat
diceritakan kepada orang lain.25
Penelitian ini akan menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan
deskriptif. Metode penelitian kualitatif pada dasarnya merupakan suatu cara untuk
menghasilkan sejumlah penjelasan yang nyata tentang apa yang akan ditulis dan
apa yang diucapkan oleh orang yang menjadi sasaran penelitian secara deskripsi
mengenai perilaku, sikap mereka yang dapat diamati, sehingga data yang dihasilkan
bukan data yang berbentuk angka-angka melainkan kata-kata yang bersifat
deskriptif.26 Sedangkan pendekatan studi kasus adalah suatu pendekatan untuk
mempelajari, menerangkan atau menginterpretasi suatu “kasus” dalam konteksnya
yang alamiah tanpa adanya intervensi pihak luar. Model penelitian studi kasus yang
akan penulis gunakan adalah kasus tunggal dengan single level analisis, yaitu suatu

24
Lexy J. Moleong, 2006, 188-189.
25
Sirajuddin Saleh, Analisis data kualitaif, (Bandung: Pustaka Ramadhan, 2017), 75.
26
Salim dan Syahrum, Metodologi Penelitian Kualitatif, Konsep dan Aplikasi dalam Ilmu
sosial, keagamaan dan Pendidikan, (Bandung: Citapustaka, 2012), 147.

8
proses untuk menyoroti perilaku individu atau kelompok individu dengan satu
masalah penting.27
Rencana sistematika penulisan adalah dengan menguraikan latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan metode
penelitian seperti yang telah penulis uraikan di atas. Selanjutnya penulis akan
menguraikan beberapa teori yang akan digunakan dalam kajian teori konflik.
Kemudian bagian selanjutnya akan diuraikan hasil penelitian atau data-data yang
telah didapatkan. Pada bagian pembahasan, penulis berencana berisi menguraikan
analisis yang meliputi kajian teori konflik terhadap studi kasus di gereja HKBP
Horsik Ressort Ajibata. Bagian akhir, penulis menguraikan kesimpulan serta
beberapa saran dalam konteks akademis maupun praktis, guna memahami dan lalu
mengambil tindakan nyata demi menyelesaikan perpecahan di gereja HKBP Horsik
Ressort Ajibata.

Kajian Pustaka
Pengertian Disintegrasi
Disintegrasi adalah adanya pemisahan atau perpecahan kesatuan yang
terjadi didalam kehidupan masyarakat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), disintegrasi merupakan keadaan tidak bersatu atau hilangnya kesatuan
antar masyarakat tertentu.28 Sedangkan menurut Soekanto, disintegrasi merupakan
suatu keadaan yang ada dalam ketidakakuran pada suatu masyarakat tertentu.29
Disintegrasi sendiri disebabkan oleh permasalahan atau disorganisasi pada
kehidupan bermasyarakat yang tidak dapat terselesaikan hingga berlarut-larut dan
belum menemukan jalan keluar terhadap permasalahan yang terjadi.30
Dalam keterkaitan antara konflik dan disintegrasi, disintegrasi itu
merupakan suatu keadaan dimana tidak adanya keserasiaan antar suatu kelompok
dalam suatu masyarakat. Disintegrasi sendiri terjadi akibat adanya konflik yang

27
Agus, Salim, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006),
118-121.
28
Pengertian Disintegrasi.
29
Umi Chotimah, Dkk, Pendidikan Kewarganegaraan Berbasis HOTS, (Palembang: Bening
Media Publish, 2020), 103.
30
Suminar, dkk. Integrasi dan Disintegrasi Dalam Perspektif Budaya, (Jakarta: Badan
Pengembangan Kebudayaan dan Pariwisata Deputi Bidang Pelestarian dan Pengembangan
Budaya, 2003), 2.

9
disebabkan oleh permasalahan etnik sampai pada permasalahan politik.
Disintegrasi sendiri disebabkan oleh beberapa faktor seperti, perbedaan pandangan,
tidak berfungsinya norma pada masyarakat, tidak adanya sanksi terhadap pelaku
dan timbulnya proses dissosiatif pada masyarakat.31 Dalam keterkaitan dengan
disintegrasi dengan konflik, tidak semua konflik menyebabkan disintegrasi, dalam
kasus sederhana seperti konflik sesame manusia yang apabila dapat diselesaikan
dengan segera dan tidak berlarutlarut maka tidak akan menyebabkan disintegrasi
(perpecahan kedua belah pihak sehingga tidak mau berteman kembali), tetapi justru
kondisi kedua belah pihak tetap aman-aman saja. Sebaliknya, disintegrasi pasti
selalu diawali dengan konflik terdahulu seberapapun intensitasnya baik karena
kasus yang sederhana maupun yang kompleks atau tumpang tindih.
Teori Konflik
Pengertian konflik menurut para ahli sangat beragam berdasarkan sudut
pandang atau perspektif yang berbeda-beda. Namun, secara umum konflik dapat
digambarkan sebagai benturan kepentingan antar dua pihak atau lebih, di mana
salah satu pihak merasa diperlukan secara tidak adil, kemudian kecewa. Kekecewan
itu dapat diwujudkan melalui konflik dengan cara-cara yang legal dan tidak legal.
Selain, itu konflik juga diartikan sebagai hubungan antara dua pihak atau lebih
(individu atau kelompok) yang memiliki atau merasa sasaransasaran yang tidak
sejalan. Konflik ini terjadi di antara kelompok-kelompok dengan tujuan untuk
memperebutkan hal-hal yang sama. Lebih sederhana lagi, konflik dalam bahasa
latin disebut conflictus yang artinya pertentangan.32
Dalam perjalanan sejarah kehidupan manusia, konflik senantiasa
mewarnai kehidupan masyarakat yang mencakup aspek politik, sosial, ekonomi,
budaya dan berbagai aspek lainnya. Secara umum ada dua tujuan dasar konflik
yakni, mendapatkan dan/atau mempertahankan sumber-sumber. Tujuan konflik
untuk mendapatkan sumber-sumber merupakan ciri manusia yang bersifat materil-
jasmaniah maupun spiritual rohaniah untuk dapat hidup secara layak dan terhormat
dalam masyarakat. Yang ingin diperoleh manusia meliputi hal-hal yang sesuai
dengan kehendak bebas dan kepentinganya. Tujuan konflik untuk mempertahankan

31
Puline Pudjiastiti, “Sosiologi: untuk anak SMA”, (Jakarta: Grasindo, 2006), 97.
32
Nasikun, Dr, Sistem Sosial Indonesia, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995, 21.

10
sumber-sumber yang selama ini sudah dimiliki juga merupakan kecenderungan
hidup manusia. Manusia ingin memperoleh sumber-sumber yang menjadi miliknya,
dan berupaya mempertahankan dari usaha pihak lain untuk merebut atau
mengurangi sumber-sumber tersebut. Yang ingin di pertahankan bukan hanya harga
diri, keselamatan hidup dan keluarganya, tetapi juaga wilayah/daerah tempat
tinggal, kekayaan, dan kekuasaan yang dimiliki. Tujuan mempertahankan diri tidak
menjadi monopoli manusia saja karena binatang sekalipun memiliki watak untuk
berupaya mempertahankan diri. Maka dengan itu dirumuskan tujuan konflik politik
sebagai upaya untuk mendapatkan dan/atau mempertahankan sumber-sumber yang
dianggap penting.33
Dengan demikian konflik dapat digambarkan layaknya sebuah permainan,
baik untuk permainan yang memenangkan kedua belah pihak (Non-Zero Sum
Conflict) maupun yang juga mengalahkan pihak lain (Zero- Sum Conflict) seperti
kelas konflik yang terjadi pada masyarakat industri. Menurut Webster, istilah
“Conflict” di dalam bahasa aslinya suatu perkelahian, peperangan atau perjuangan
yaitu berupa konfrontasi fisik antara beberapa pihak. Kata ini kemudian
berkembang dengan masuknya ketidaksepakatan yang tajam atau oposisi atas
berbagai kepentingan, ide, dan lain-lain. Dengan kata lain, istilah tersebut sekarang
juga menyentuh aspek piskologis di balik konfrontasi fisik yang terjadi, selain
konfrontasi itu sendiri. Secara singkat, istilah “conflict” menjadi begitu melus
sehingga beresiko kehilangan statusnya sebagai sebuah konsep. Dengan demikian
konflik di artikan sebagai persepsi mengenai perbedaan kepentingan (perceived of
interest), atau suatu kepercayaan bahwa aspirasi pihakpihak yang berkonflik tidak
dapat di capai secara simultan.34
Dalam teori konflik terdapat beberapa bentuk konflik dan tertuju pada
permasalahan konflik, seperti yang dikemukakan oleh seorang ilmuan yang
bernama Marx. Teori konflik Marx mengatakan bahwa konflik yang didasarkan
oleh tatanan sosial yang dipertahankan oleh dominasi dan kekuasaan.35 Artinya
bahwa masyarakat yang memiliki kekuasaan dan kekayaan akan mempertahankan

33
Fera Nugroho, M. A, (dkk), Konflik dan Kekerasan pada Aras Lokal, Turusan Salatiga:
Pustaka Percik, 2004, 22.
34
Ralf Dahrendorf, Class and Class Conflict in Indonesia Sosieity, Standfod: Standfod
University Press, 1959, 210-222.
35
Andri Kristanto, Manajemen Konflik, (Yogyakarta: Penerbit Gava Media, 2020), 18.

11
kedudukan mereka dengan berbagai cara terutama dengan menekan yang miskin
dan yang tidak berkuasa. Dengan demikian dapat dilihat bahwa teori konflik Marx
selalu melihat status sosial dari masyarakat
Menurut teori Fisher, pola konflik dibagi ke dalam tiga bentuk : (1)
Konflik laten yaitu konflik yang sifatnya tersembunyi dan perlu diangkat
kepermukaan sehingga dapat ditangani secara efektif. (2) Konflik manifest atau
terbuka yaitu konflik yang berakar dalam dan sangat nyata, dan memerlukan
bebagai tindakan untuk mengatasi akar penyebab dan berbagai macam efeknya. (3)
Sedangkan konflik permukaan memiliki akar yang dangkal atau tidak berakar dan
muncul hanya karena kesalahpahaman mengenai sesuatu yang dapat diatasi dengan
menggunakan komunikasi.36
Selain itu, Fisher juga mengatakan bahwa koflik memiliki Dampak positif
dan negatif.37 Dampak positif dari suatu konflik adalah sebagai berikut, konflik
dapat memperjelas berbagai aspek kehidupan yang masih belum tuntas. Adanya
konflik menimbulkan penyesuaian kembali normanorma dan nilai-nilai yang
berlaku dalam masyarakat. Konflik dapat meningkatkan solidaritas diantara angota
kelompok. Konflik dapat mengurangi rasa ketergantungan terhadap individu atau
kelompok. Konflik dapat memunculkan kompromi baru. adapun dampak negatif
dari suatu konflik adalah sebagai berikut, Keretakan hubungan antar individu dan
persatuan kelompok. Kerusakan harta benda bahkan dalam tingkatan konflik yang
lebih tinggi dapat mengakibatkan hilangnya nyawa seseorang. Berubahnya
kepribadian para individu atau anggota kelompok. Munculnya dominasi kelompok
pemenang atas kelompok yang kalah.
Ketika mengamati secara mendasar kemunculan konflik di tengah-tengah
kehidupan sosial, dimana Plummer menegaskan bahwa embrio kemunculannya
terjadi di setiap jenjang kehidupan bermasyarakat. Dalam kehidupan bermasyarakat
juga konflik akan muncul karena pada hakikatnya dasar dari penciptaan manusia
itu sendiri adalah perbedaan.38 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa akar dari
lahirnya konflik ada pada hakikat yang mempunyai perbedaaan, dengan perbedaan

36
Lewis Coser, Sosiologi Konflik dan Isu-Isu Konflik Kontemporer, (Jakarta, PT. Raja
Grafindo Persada: 2009), 54.
37
Dean Pruitt& G. Jeffrey. Z., Teori Konflik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004, 27.
38
Mas’udi, Akar Akar Teori Konflik, Jurnal Ilmu Aqidah dan Studi Keagamaan, 3. No.1
(2015), 185.

12
tersebut akan memunculkan perselisihan antara masyarakat yang pada akhirnya
menjadi konflik.
Untuk menyelesaikan setiap konflik dalam masyarakat, ada beberapa cara
yang dapat digunakan seperti membuka diskusi mengenai solusi konflik dalam
forum dan melakukan negosiasi. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
menyelesaikan konflik yaitu:39 Concession making mengurangi tujuan, tawaran dan
permintaan seeorang, Contending berusaha mempengaruhi pihak lain untuk
menyerah atau berusaha menolak usaha yang sama dari pihak lainnya. Problem
solving berusaha menempatkan dan mengadopsi pilihan-pilihan yang dapat
memuaskan kedua belah pihak. Inaction tidak melakukan apapun atau melakukan
suatu hal sesedikit mungkin, sebagai contoh: meninggalkan pertemuan. Yang
terakhir ialah Withdrawal yang berarti berhenti dari negosiasi atau perundingan.
Dari kelima hal diatas, penerapannya bersifat kasuistik, tidak dapat
digeneralisis untuk semua kasus konflik dan disitegrasi. Ada saatnya ketika
negosiasi dalam mengatasi konflik sudah benar-benar mencapai jalan buntu
(deadlock) maka strategi inaction bahkan withdrawal atau berhenti dari negosiasi
diperlukan untuk sementara waktu dan ketika kedua belah pihak sudah dapat
berfikir jernih maka dapat diberlakukan kembali problem solving. Negosiasi pun
dapat dipilih dari beberapa prosedur yang lebih tepat dari ketiga hal berikut ini:
Pertama, Joint decision making, meliputi negosiasi dan mediasi. Mediasi itu seperti
negosiasi tetapi pihak ketiga ikut membantu pihak berkonflik dalam mencapai
persetujuan. Kedua, Third-party decision making mencakup ajudikasi (melalui
bantuan pengadilan), arbitrasi dan pengambilan keputusan oleh otoritas legal dalam
suatu organisasi. Separate action masing-masing pihak mengambil keputusan
sendiri-sendiri.40
Setelah terjadinya konflik dan atau disintegrasi biasanya kondisi akan
stabil kembali dan inilah yang disebut perdamaian (peace). Adapun tahapan-
tahapan perdamaian sebagai berikut: pertama Peace making Intervensi yang
didesain untuk mengakhiri pertentangan dan membawa persetujuan dengan
menggunakan sarana diplomatik, politik dan militer. Kedua ialah Peace keeping

39
Pruit, Dean G. dan Peter J. Carnevale. 1993. Negotiation in Social Conflict. California:
Brooks/Cole Publishing Company, 3-4
40
Negotiation in Social Conflict, 3-4.

13
Memonitor dan mendorong perjanjian, kadang-kadang menggunakan paksaan. Hal
ini termasuk melakukan verifikasi bahwa perjanjian harus dijaga dan mengawasi
persetujuan dalam membangun kepercayaan. Ketiga ialah Peace building Program
yang didesain untuk mencari penyebab konflik dan penderitaan di masa lampau dan
meningkatkan stabilitas dan keadilan jangka panjang.41
Dengan melihat demikian dapat dikatakan bahwa teori konflik merupakan
suatu keadaan yang kurang baik dalam masyarakat setempat. Konflik disintegrasi
tersebut muncul karena adanya ketidak percayaan atau adanya kecurigaan
kelompok yang satu dengan kelompok yang lain terhadap keputusan yang berlaku
yang didukung oleh adanya kekuasaan dan kekayaan yang dimiliki oleh salahsatu
kelompok. Ketika konflik tersebut dapat diselesaikan dengan berbagai upaya,
kondisi akan stabil kembali yang dapat disebut dengan perdamaian (Peace).42

Hasil Penelitian
Sejarah Perkembangan Jemaat
Gereja HKBP Horsik merupakan gereja yang sudah cukup lama ada di
desa Horsik. Peletakan batu pertama gedung gereja dilaksanakan pada tanggal 26
November 1967 dengan maksud membangun suatu gedung yang permanen. Sudah
lama sebelum peletakan batu pertema gereja HKBP Horsik sudah ada. Akantetapi,
pada masa tersebut gedung gereja masih belum ada dan jemaat HKBP Horsik masih
beribadah di rumah rumah. Oleh karena itu, majelis HKBP Horsik sepakat untuk
membangun suatu gedung gereja dengan maksud untuk menjadikan bangunan
tersebut permanen dan dapat digunakan jemaat gereja untuk beribadah dalam waktu
yang panjang. Pada saat peletakan batu pertama, jemaat HKBP Horsik hanya terdiri
dari 273 orang saja diantaranya bapak-bapak 62 orang, ibu 74 orang, anak laki-laki
74 orang dan Anak-anak Perempuan 63 orang.43
Pada saat peletakan batu pertama, gedung gereja HKBP Horsik memiliki
panjang 14 meter dan lebar 7 meter diatas tanah yang berukuran panjang 22 meter
dan lebar 16 meter. Pada acara peletakan batu pertama HKBP Horsik dipimpin oleh
pendeta Ds. T. S. Sihombing yang ephorus HKBP Pada saat itu. Pada saat peletakan

41
Negotiation in Social Conflict, 3-4.
42
Negotiation in Social Conflict, 3-4.
43
Wawancara dengan Bibelvrouw DT tanggal 05 Maret 2023 Pukul 13.00 WIB

14
batu pertama yang dipimpin oleh ephorus HKBP terdapat dua point yaitu Surat
parpadanan na tinanda tanganan ni pangula (Parhalado) yakni Sintua, Guru Huria,
Pandita Ressort, Preases, Ompu i Ephorus ni sandok HKBP ima sada huria naung
diakui sebagai gereja dengan ketetapan pemerintah agung tanggal 11 Juni 1931 No.
48 Staatblad tahun 1932 No. 360. Buku Bibel, Katechismus, Buku Ende gereja
dohot Buku Ende haluaon na gok panandangion haporseaon ni HKBP, Buku
Agenda na balga, Buku Agenda na metemet, aturan ni HKBP dohot ruhut
paminsangon ni HKBP. Dengan adanya dua point tersebut dapat menjadi pegangan
bahwasanya gereja HKBP Horsik sudah diakui menjadi suatu gereja yang tetap baik
dalam agama maupun dalam pemerintahan. Pada saat itu gereja HBKP Ajibata
dipimpin oleh amang Guru Huria yakni guru Fridolin Siallagan, Penatua yakni
Salimin Manurung, Josua Sidabalok, Turman Sijabat, Gustaav Samosir.44

Latar Belakang Kehidupan Jemaat di desa Horsik


Desa horsik merupakan desa kecil yang berada di kecamatan Ajibata. Desa
ini terletak di pinggiran danau toba yang berjarak kurang lebih 1,5 KM dari ajibata.
Desa ini dikeliligi oleh bukit dan pepuhonan. Masyarakat yang ada di desa Horsik
100% Suku batak dan sekitar 90% beragama kristen. Dengan begitu, Kehidupan di
desa Horsik masih sangat erat dengan budaya batak. Sebagai daerah adat, penduduk
sangat menghormati adat istiadat yang berlaku di daerah ini. Hal ini terlihat dari
kehadiran dan keterlibatan mereka dalam setiap acara adat suka maupun dukacita.
Menurut mereka, adat adalah keharusan dan kewajiban. 45
Untuk menuju ke desa Horsik, mereka harus melewati jalan yang menurut
saya kurang bagus. Jalan ke desa Horsik dibeberapa tempat masih bebatuan yang
belum diaspal. Bukan hanya itu saja, dibeberapa tempat jalan menuju ke desa
Horsik masih kecil yang hanya dipersiapkan untuk satu mobil saja tetapi ketika ada
dua mobil yang saling berlawanan arah, salah satu mobil harus mundur sampai
dapat ke jalan yang agak luas. Kerana desa horsik terletak di pinggiran danau toba,
desa Horsik mempunyai 2 jalur yang dapat digunakan untuk bepergian yaitu jalur
darat dan jalur laut. Jalur darat terdapat 3 angkotan umum yang dapat digunakan
oleh masyarakat horsik. Anak sekolah juga memanfaatan transfortasi umum

44
Wawancara dengan Bibelvrouw DT tanggal 05 Maret 2023 Pukul 13.00 WIB
45
Wawancara dengan Bibelvrouw DT tanggal 05 Maret 2023 Pukul 13.00 WIB

15
tersebut untuk berangkat kesekolah walaupun mereka bersempit-sempitan dalam
angkotan umum tersebut. Karena keterbatasan angkotan umum di desa Horsik, anak
sekolah bahkan ada yang duduk diatas mobil untuk menuju kesekolah. Begitu juga
dengan masyarakat setempat yang ingin menggunakan angkutan umum, mereka
harus sabar menunggu angkotan tersebut. Masyarakat horsik hanya dapat
menggunakan jalur laut sekali sehari yang biasanya berangkat jam 9 pagi dan
pulang jam 4 sore. Hal itu disebabkan karena kurangnya angkutan umum yang ada
di desa Horsik.46

Latak Belakang Terjadinya Disintegrasi di HKBP Horsik


Pada bulan 12 tahun 2021 di desa Horsik, Kecamatan Ajibata, Kabupaten
Toba mengadakan pemilihan kepala desa. Dalam pemilihan kepala desa tersebut,
dua kandidat calon kepala desa yang menyebabkan pemilihan tersebut menjadi
sangat panas. Ketika menjelang waktu pemilihan, para kandidat sudah sangat sibuk
untuk mempersiapkan segala keperluan demi memenangkan pemilihan. Tidak
hanya calon kandidat saja yang sibuk dengan pemilihan tersebut, melainkan para
pendukung setiap kandidat juga ikut serta dalam menggarap suara masyarakat di
desa Horsik. Melihat situasi di desa Horsik yang melakukan pemilihan kepala desa,
maka terjadi pergesekan antar-masyarakat lokal karena adanya pemahaman radikal
antara kedua tim sukses dari setiap kandidat. Adapun konflik yang terjadi
disebabkan karena cara penggarapan suara yang dilakukan oleh kandidat adalah
dengan menyuap masyarakat dan menanamkan pemikiran eksklusif terhadap
kandidat yang memberikan suapan berupa uang (politik uang).47
Memang setiap masyarakat memiliki hak bebas untuk mengemukakan
pilihan dalam memilih calon kepala desa, akan tetapi, pilihan mereka di intervensi
oleh setiap tim sukses dari kedua kandidat (politik uang dan pemahaman eksklusif).
Oleh sebab itu, dapat disimpulkan suara mereka bukan lagi hak bebas melainkan
hak yang diambil alih oleh tim sukses berupa materi (uang). Pada waktu pemilihan
kepala desa berlangsung, terlihat suasana yang menegangkan oleh karena pengaruh
dari kedua kandidat terhadap masyarakat pendukung. Situasi yang menegangkan
juga terjadi oleh karena ketidakpercayaan tim sukses terhadap petugas KPU.

46
Wawancara dengan Bibelvrouw DT tanggal 05 Maret 2023 Pukul 13.00 WIB
47
Wawancara dengan JSH tanggal 10 agustus 2022 Pukul 10.00 WIB

16
Terlihat dari sikap mereka yang selalu mencurigai dengan cara memantau dan
mempertanyakan kejujuran dari hasil yang disampaikan oleh petugas KPU.48
Setelah petugas KPU mengumumkan hasil dari pemilihan tersebut,
kandidat yang kalah mempertanyakan kebenaran dari keputusan tersebut. Artinya,
kandidat yang kalah tidak percaya terhadap keputusan yang disampaikan oleh KPU.
Oleh sebab itu, tim sukses dari kandidat yang kalah tidak terima dengan keputusan
tersebut sehingga terjadi amarah dari mereka terhadap tim sukses yang menang.
Oleh sebab itu, kondisi ini menyebabkan masyarakat di desa Horsik terpecah
menjadi dua kubu. Perpecahan tersebut berdampak pada kehidupan sosial
masyarakat dapat dilihat dari acara masyarakat seperti acara-acara adat,
peribadatan dan ekonomi. Perpecahan tersebut sangat jelas terlihat dalam
kehidupan bergereja.49
Dalam konteks sebelum terjadinya pemilihan kepala desa terlihat bahwa
jemaat HKBP Horsik sangat antusias menghadiri acara gerejawi, termasuk
peribadatan setiap minggu. Namun setelah pemilihan kepala desa, maka sangat
terlihat jelas adanya kesenjangan di tengah-tengah kehidupan berjemaat. Fenomena
yang terlihat terjadinya kubu di dalam jemaat, ada kubu yang memilih kandidat
menang dan ada juga kubu kandidat kalah. Jemaat yang menghadiri peribadatan
gereja dapat dikatakan hanya tim sukses dan pendukung dari kandidat yang menang
saja, sedangkan tim sukses dan pendukung dari kandidat yang kalah tidak
mengikuti peribadatan di gereja karena mereka belum dapat menerima kekalahan
tersebut.50
Seiring berjalannya waktu, adanya rasa antusias para pelayan yang
bertugas di HKBP Horsik selalu mengajak jemaat gereja untuk mengikuti
peribadatan di HKBP Horsik baik tim sukses yang menang maupun tim sukses yang
kalah. Tim sukses dari kandidat yang kalah telah mulai membuka hati untuk
mengikuti peribadatan di HKBP Horsik. Akan tetapi kehadiran dari tim sukses
kandidat yang kalah tidak diterima oleh tim sukses yang menang. Hal ini terlihat
dengan adanya permasalahan-permasalahan yang muncul dalam kegiatan-kegiatan
gereja termasuk peribadatan kategorial. Setelah mengamati kasus disentegrasi di

48
Wawancara dengan JSH tanggal 10 agustus 2022 Pukul 10.00 WIB
49
Wawancara dengan JSH tanggal 10 agustus 2022 Pukul 10.00 WIB
50
Wawancara dengan RP tanggal 10 agustus 2022 Pukul 14.00 WIB

17
Desa Horsik, kasus ini sejalan dengan teori yang di kemukakan oleh Fisher
mengenai disentegrasi yaitu, pertama bahwa konflik disebabkan oleh polarisasi
yang terus-menerus dengan adanya kecurigaan, ketidak percayaan dan pertentangan
antara kelompok yang berbeda dalam masyarakat. Kedua konflik disebabkan oleh
posisi yang bertentangan dan pandangan konflik zero-sum yang diadopsi oleh pihak
berkonflik. Jika di dialogkan perpecahan gereja HKBP Horsik perpecahan itu lahir
dari masalah internal anatar jemaat. 51

Pandangan Jemaat tentang Disintegrasi di HKBP Horsik


Jemaat HKBP Horsik memandang disintegrasi yang terjadi di desa Horsik
sebagai sebuah permasalahan sosial yang sangat merusak hubungan antar
masyarakat. Hal ini disampaikan oleh jemaat HRS bahwa disintegrasi ini
memecahbelahkan masyarakat di desa Horsik menjadi dua kubu yakni kubu atas
dan bawah yang saling bertentangan satu sama lainnya. 52 Hal tersebut kemudian
membuat hubungan antar masyarakat yang dahulunya baik menjadi rusak akibat
adanya disintegrasi. Selain itu juga, jemaat BRS juga menyampaikan bahwa
disintegrasi sebagai suatu permasalahan yang sulit untuk diselesaikan, karena
disintegrasi yang terjadi di desa Horsik sudah lama terjadi dan hal tersebut membuat
luka yang mendalam bagi masyarakat desa Horsik.53 Pandangan jemaat tersebut
terjadi karena adanya kecurangan politik yang terjadi di desa Horsik, pada saat
berlangsungnya pemilihan kepala desa pada tahun 2021 silam. Hal tersebut
disampaikan oleh jemaat RTS bahwa adanya kecurangan politik yang dilakukan
oleh kubu atas dengan memberikan pemahaman ekslusif tentang pentingnya
memilih dengan adanya ikatan kekeluargaan yang didasarkan pada adanya
persamaan marga. Hal tersebut juga didukung dengan adanya money politic atau
politik uang yang dilakukan oleh kubu atas untuk memperkuat kembali pemahaman
tentang pentingnya memilih kepala desa yang didasarkan pada adanya ikatan
kekeluargaan tersebut.54 Pandangan RTS tersebut diperkuat oleh jemaat BRS
bahwa kubu atas melakukan money politic atau politik uang yang coba dilakukan
kepada dirinya, akan tetapi ia menolak hal tersebut karena memiliki pilihan yang

51
Wawancara dengan RP tanggal 10 agustus 2022 Pukul 14.00 WIB
52
Wawancara dengan HRS tanggal 05 Maret 2023 Pukul 18.00 WIB
53
Wawancara dengan BRS tanggal 06 Maret 2023 Pukul 17.00 WIB
54
Wawancara dengan RTS tanggal 10 agustus 2022 Pukul 10.00 WIB

18
berbeda dengan yang ditawarkan. Hal ini kemudian menjadi inti permasalahan di
desa Horsik berdasarkan dari pandangan kubu bawah yang merasa adanya
kecurangan politik dalam pemilihan kepala desa.
Berbanding terbalik dengan hal di atas, kubu atas berpandangan bahwa
disintegrasi yang terjadi di HKBP Horsik terjadi karena ketidakpuasan kubu bawah
akan hasil keputusan pada pemilihan kepala desa yang terjadi di desa Horsik.
Pandangan tersebut disampaikan oleh jemaat MT bahwa disintegrasi terjadi
dikarenakan ketidakterimaan kubu bawah akan keputusan yang telah ditetapkan
dalam pemilihan kepala desa di desa Horsik.55 Selain itu, menurut jemaat HRS
bahwa tidak terdapat kecurangan politik yang dilakukan oleh kubu atas dalam
pemilihan kepala desa, hal tersebut sebenarnya upaya yang coba dilakukan oleh
kubu bawa untuk menentang keputusan pada pemilihan kepala desa yang telah
terjadi pada tahun 2021 silam.56 Selain itu juga, Jemaat HRS menambahkan bahwa
jika benar adanya kecurangan politik, seharusnya kubu bawah melaporkan dan
membuktikan hal tersebut kepada pihak penyelenggara sehingga keputusan yang
telah diambil dapat dibatalkan berdasrkan bukti yang benar adanya. 57 Oleh karena
itu, kubu atas menganggap bahwa terjadinya integrasi yang terjadi di desa Horsik
disebabkan oleh kubu bawah dikarenakan calon kepala desa terpilih bukan yang
didukung oleh kubu bawah.
Disintegrasi yang terjadi di desa Horsik berlangsung hingga sampai saat
ini terjadi, dikarenakan tidak adanya peran aktif dari pihak gereja dalam
menyelesaikan permasalahan ini. Hal ini disampaikan oleh jemaat BRS bahwa
disintegrasi berlangsung sampai saat ini dikarenakan kurang adanya peran pendeta
sebagai pemimpin gereja dalam menyelesaikan permasalahan tersebut.58 Selain itu,
menurut jemaat RTS bahwa sebenarnya pendeta mengetahui permasalahan
disintergrasi ditubuh gereja, hal tersebut dapat di lihat dalam aktifitas atau acara
gereja yang cenderung dihadiri hanya oleh satu kubu saja. 59Selain itu jemaat MT
berpandangan bahwa gereja hanya diam melihat realita yang terjadi dikarenakan,
permasalahan ini bukan terjadi didalam lingkup gereja melainkan terjadi didalam

55
Wawancara dengan MT tanggal 09 Maret 2023 Pukul 18.00 WIB
56
Wawancara dengan HRS tanggal 05 Maret 2023 Pukul 18.00 WIB
57
Wawancara dengan HRS tanggal 05 Maret 2023 Pukul 18.00 WIB
58
Wawancara dengan BRS tanggal 06 Maret 2023 Pukul 17.00 WIB
59
Wawancara dengan RTS tanggal 10 agustus 2022 Pukul 10.00 WIB

19
lingkup sosial politik. 60Akan tetapi jemaat berpandangan penting adanya peranan
dari pendeta sebagai pemimpin gereja, dikarenakan pandangan jemaat akan gereja
sebagai wadah yang sakral dan suci bagi setiap masyarakat. Oleh karenanya, gereja
seharusnya ambil andil dalam menyelesaikan permasalahan disintegrasi yang
terjadi didalam masyarakat agar permasalahan ini dapat terselesaikan dan
keharmonisan didalam kehidupan masyarakat didesa Horsik dapat tercipta kembali
seperti sedia kala.

Analisa dan Pembahasan


Dalam bagian ini penulis akan menganalisi hasil penelitian di HKBP Horsik
yang mencakung tentang disintegrasi yang terjadi, ditinjau berdasarkan teori
konflik sosial politik masyarakat.

Disintegrasi di HKBP Horsik yang Disebabkan oleh Konflik Politik


Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh dari HKBP Horsik, penulis
melihat bahwa, disintegrasi terjadi akibat adanya konflik perbedaan politik antara
kubu bawah dan kubu atas di desa Horsik pada saat pemilihan kepala desa. Adanya
perbedaan politik yang kemudian membuat masyarakat menjadi dua kubu,
memungkinkan timbulnya konflik antara kedua kubu tersebut, karena dalam dunia
politik memungkinkan hanya ada satu pemenang dan hal ini sering sekali
menimbulkan konflik mendalam pada masyarakat. Layaknya, disintegrasi biasanya
terjadi akibat adanya konflik yang disebabkan oleh permasalahan etnik sampai pada
permasalahan politik.61 Konflik yang muncul pada saat diadakannya pemilihan
kepala desa di kota horsik tersebut kemudian menyebabkan disintegrasi pada
masyarakat di desa horsik, dikarenakan cara yang dilakukan dalam penyelesaian
masalah yang kurang baik dam benar hingga saat ini. Layaknya, disintegrasi sendiri
disebabkan oleh permasalahan atau disorganisasi pada kehidupan bermasyarakat
yang tidak dapat terselesaikan hingga berlarut-larut dan belum menemukan jalan
keluar terhadap permasalahan yang terjadi.62 Kurangnya cara penyelesaian konflik
di desa Horsik, kemudian menjadikan konflik tersebut sebagai sebuah

60
Wawancara dengan MT tanggal 09 Maret 2023 Pukul 18.00 WIB
61
Sosiologi: untuk anak SMA, 97.
62
Suminar, dkk. Integrasi dan Disintegrasi Dalam Perspektif Budaya, (Jakarta: Badan
Pengembangan Kebudayaan dan Pariwisata Deputi Bidang Pelestarian dan Pengembangan Budaya,
2003), 2.

20
permasalahan sosial yang memecahbelahkan masyarakat dan membuat hubungan
antar masyarakat yang dahulunya baik menjadi rusak atau menyebabkan
disintegrasi dalam kehidupan bermasyarakat. Layaknya, Dalam keterkaitan antara
konflik dan disintegrasi, disintegrasi itu merupakan suatu keadaan dimana tidak
adanya keserasiaan antar suatu kelompok dalam suatu masyarakat. 63 Dengan
demikian, penulis berpandangan bahwa konflik yang terjadi di HKBP Horsik pada
saat pemilihan kepala desa, menjadi disintegrasi pada masyarakat, dikarenakan
kurangnya cara atau upaya penyelesaian konfik yang dilakukan dalam penyelesaian
masalah, sehingga tidak menimbulkan disintegrasi didalam kehidupan masyarakat.
Sehubungan dengan hal diatas, penulis juga berpandangan bahwa konflik
yang terjadi di HKBP Horsik seharusnya tidak menimbulkan disintegrasi pada
masyarakat, jika diupayakan penyelesaian masalah dengan menggunakan cara yang
baik dan benar. Layaknya, disintegrasi sendiri disebabkan oleh permasalahan atau
disorganisasi pada kehidupan bermasyarakat yang tidak dapat terselesaikan hingga
berlarut-larut dan belum menemukan jalan keluar terhadap permasalahan yang
terjadi.64 Selain itu, penulis juga berpendapat bahwa konflik yang disebabkan oleh
perbedaan politik sebagai permasalahan yang dapat diselesaikan sehingga hal
tersebut tidak menimbulkan disiintegrasi didalam kehidupan bermasyarakat.
Penulis berpandangan demikian, karena permasalahan perbedaan politik
merupakan suatu permasalahan yang tergolong sebagai permasalahan yang terbuka
atau konflik permukaan yang dapat di atasi dengan berkomunikasi secara terbuka.
Layaknya, Menurut teori Fisher tentang konflik permukaan merupakan
permasalahan yang memiliki akar dangkal atau tidak berakar dan muncul hanya
karena kesalahpahaman mengenai sesuatu yang dapat diatasi dengan menggunakan
komunikasi.65 Penyelesaian masalah dengan berkomunikasi tersebut juga dapat
didukung dengan menawarkan win-win solution atau problem solving yang sama
menguntungkan kedua kubu sehingga konflik dapat terselesaikan dan tidak
menimbulkan disintegrasi pada masyarakat desa Horsik. Layaknya, Upaya
menyelesaikan setiap konflik dalam masyarakat yakni dengan Problem solving

63
Puline Pudjiastiti, “Sosiologi: untuk anak SMA”, (Jakarta: Grasindo, 2006), 97.
64
Integrasi dan Disintegrasi Dalam Perspektif Budaya, 2.
65
Lewis Coser, Sosiologi Konflik dan Isu-Isu Konflik Kontemporer, (Jakarta, PT.Raja
Grafindo Persada : 2009), 54.

21
berusaha menempatkan dan mengadopsi pilihan-pilihan yang dapat memuaskan
kedua belah pihak.66

Kurangnya peran dari HKBP Horsik sebagai organisasi keagaaman di desa


Horsik menjadi penyebab disintergrasi tetap berlansung di desa Horsik sampai saat
ini. Dalam penelitian, penulis menemukan bahwa disintegrasi pada masyarakat desa
Horsik terus berlangsung sampai saat ini dikarenakan kurangnya upaya yang
dilakukan oleh gereja dalam mengatasi permasalahan di desa Horsik, sehingga
dibutuhkannya peran gereja dalam penyelesaian konflik yang terjadi. Layaknya
cara penyelesaian masalah dengan negosiasi dan mediasi dalam Joint decision
making. Mediasi itu seperti negosiasi akan tetapi, pihak ketiga memiliki peran besar
dan ikut membantu pihak berkonflik dalam mencapai kesepakatan bersama.67 Akan
tetapi, sebenarnya gereja telah melakukan upaya dengan berusaha mendekati salah
satu pihak atau mempengaruhi satu pihak dalam penyelesaian masalah yang ada di
desa Horsik. Layaknya, penyelesaian Contending berusaha mempengaruhi pihak
lain untuk menyerah atau berusaha menolak usaha yang sama dari pihak lainnya.
Namun, upaya yang dilakukan oleh gereja dalam mengupayakan penyelesaian
masalah di desa Horsik, tidak dapat membuahkan hasil dalam menyelesaikan
permasalahan yang telah terjadi. Oleh karenaya, penulis berpandangan bahwa
diperlukan langkah yang lebih kongkret dan pasti dalam menyelesaikan
permasalahan tersebut.
Sehubungan dengan hal di atas, penulis juga berpendapat bahwa langkah
gereja dalam mengatasi permasalahan di desa Horsik dengan menjadi mediator atau
orang ketiga yang berupaya menyelesaikan permasalahan ini sudah benar.
Layaknya, cara penyelesaian masalah dengan negosiasi dan mediasi dalam Joint
decision making. Mediasi itu seperti negosiasi akan tetapi, pihak ketiga memiliki
peran besar dan ikut membantu pihak berkonflik dalam mencapai kesepakatan
bersama.68 Akan tetapi, langkah yang dilakukan oleh gereja dengan melakukan
pendekatan sebagai upaya dalam mempengaruhi pihak lain untuk menyerah atau
berdamai kurang tepat dalam permasalahan ini, karena permasalahan ini tergolong

66
Negotiation in Social Conflict. California, 3-4.
67
Negotiation in Social Conflict. California, 3-4.
68
Negotiation in Social Conflict. California, 3-4.

22
sebagai permasalahan yang terbuka atau konflik permukaan yang muncul karena
kesalahpahaman dan dapat di atasi dengan berkomunikasi secara terbuka.
Layaknya, Menurut teori Fisher tentang konflik permukaan merupakan
permasalahan yang memiliki akar dangkal atau tidak berakar dan muncul hanya
karena kesalahpahaman mengenai sesuatu yang dapat diatasi dengan menggunakan
komunikasi.69

Kesimpulan
Disintegrasi yang terjadi di HKBP Horsik merupakan permasalahan sosial
yang sangat merusak hubungan antar masyarakat di desa Horsik. Hal tersebut
terjadi dikarenakan adanya konflik politik pada saat pemilihan kepala desa di desa
Horsik pada tahun 2021 silam. Namun, konflik terrsebut tidak mendapatkan
penyelesaian masalah yang baik, sehingga menyebabkan terjadi disintegrasi pada
masyarakat di desa horsik. Oleh karenanya, diperlukan adanya upaya penyelesaian
konflik yang baik dan benar dalam mengupayakan penyelesaian masalah yang
terjadi di Desa Horsik. Gereja HKBP Horsik sebenarnya telah melakukan upaya
penyelesaian masalah dengan berusaha mendekati salah satu pihak atau
mempengaruhi satu pihak dalam penyelesaian masalah yang ada di desa Horsik.
Akan tetapi, cara penyelesaian masalah tersebut kurang efektif dalam
menyelesaikan konflik di desa Horsik sehingga disintegrasi pada masyarakat desa
Horsi terus berlangsung sampai saat ini. Oleh karenanya, dalam penyelesaian
masalah di desa Horsik bukan lagi dengan mendekati atau mempengaruhi salah satu
pihak atau kubu untuk mengalah dan meminta maaf, melainkan dibutuhkan upaya
lebih dalam meyelesaikan konflik di desa Horsik yakni dengan Problem solving
yang berusaha menempatkan dan mengadopsi pilihan-pilihan yang dapat
memuaskan kedua belah pihak. Penyelesaian masalah dengan mememukan pilihan
yang memuaskan kedua belah pihak dinilai mampu menyelesaikan permasalahan
disintegrasi pada masyarakat di Desa Horsik.

69
Sosiologi Konflik dan Isu-Isu Konflik Kontemporer, 54.

23

Anda mungkin juga menyukai