FAKULTAS DAKWAH
JURUSAN KOMUNKASI DAN PENYIARAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN
2021
KATA PENGANTAR
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Komunikasi Antar
Agama dan Budaya di program studi Fakultas Dakwah UIN Sultan Maulana
Hasanuddin Banten. Selanjutnya penyusun mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Bapak Adhi Kusuma, S.I.Kom., M.Si. selaku dosen
pengampu mata kuliah komunikasi antar agama dan budaya serta kepada
segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan
makalah ini.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................3
C. Tujuan...........................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................
PENUTUP......................................................................................................................
A. Kesimpulan.................................................................................................22
B. Saran............................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunikasi atau berkomunikasi berarti suatu upaya bersama orang lain atau
membangun kebersamaan dengan orang lain dengan membentuk hubungan. 1
Sehingga komunikasi menjadi suatu kebutuhan fundamental bagi seseorang
dalam hidup bermasyarakat. Komunikasi juga merupakan prasyarat kehidupan
manusia. Kehidupan manusia akan tampak hampa bila tidak ada komunikasi.
Hal di atas menandakan bahwa komunikasi memiliki fungsi sosial atau bisa
disebut dengan komunikasi sosial. Melalui komunikasi seseorang bekerja sama
dengan anggota masyarakat (keluarga, kelompok belajar, perguruan tinggi, RT,
RW, desa, kota dan negara secara keseluruhan) untuk mencapai tujuan bersama. 2
Fungsi ini setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi penting untuk
membangun konsep diri seseorang, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup,
untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan antara
lain lewat komunikasi yang menghibur dan memupuk hubungan dengan orang
lain.
1
Salah satunya adalah dalam hal kepercayaan, secara umum dapat dipandang
sebagai kemungkinan-kemungkinan subyektif yang diyakini individu bahwa
suatu obyek atau peristiwa memiliki karakteristik-karakteristik tertentu.
Kepercayaan melibatkan hubungan antara obyek yang dipercayai dan
karakteristik yang membedakannya (Nina W. Syam 2009:14). Derajat
kepercayaan terhadap sesuatu hal sesorang dengan orang lain itulah yang
membedakannya. Sehingga nantinya akan timbul suatu fanatisme terhadap
kepercayaan yang diyakini. Namun bagaimana seseorang itu tetap dengan
kepercayaannya tapi tetap memiliki rasa toleransi kepada kepercayaan orang lain.
2
Berdasarkan uraian di atas, komunikasi antarumat berbeda agama dalam
hubungannya dengan upaya mewujudkan toleransl merupakan suatu masalah
yang menarik untuk diteliti lebih lanjut. Kemudian ketertarikan penulis untuk
meneliti hal tersebut juga dilandasi oleh keingintahuan tentang bagaimana sikap
sosial manusia dalam kehidupan menginterprctasikan dan m€ngaktualisasikan
diri dalam kehidupan antar umat beragama, merupakan suatu hal yang menarik
perhatian kami sebagai penulis untuk mengkajinya Iebih lanjut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan
masalahnya sebagai berikut:
1. Bagaimana etika komunikasi yang dilakukan dalam kehidupan antar
umat beragama?
2. Bagaimana strategi dalam komunikasi antar umat beragama?
3. Bagaimana strategi dan konsep dalam penyelesaian konflik antar
umat beragama?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat dirumuskan tujuannya
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui etika dalam komunikasi antar umat beragama.
2. Untuk mengetahui strategi dalam komunikasi antar umat beragama.
3. Untuk mengetahui strategi dan konsep dalam penyelesaian konflik
antar umat beragama.
1.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Komunikasi Antarbudaya
1. Pengertian Komunikasi Antarbudaya
Komunikasi antarbudaya merupakan komunikasi antarpribadi yang
dilakukan oleh mereka yang berbeda latar kebudayaan. Bisa dikatakan
pula bahwa komunikasi model antarbudaya terjadi bila produsen pesan
adalah anggota suatu budaya dan penerimanya adalah anggota suatu
budaya lainnya.
Telah kita ketahui bahwa budaya mempengaruhi orang yang
berkomunikasi. Budaya bertanggung jawab atas seluruh perbendaharaan
perilaku komunikatif dan makna yang dimiliki dua orang yang berbeda
budaya akan berbeda pula yang dapat menimbulkan segala macam
kesulitan. Namun, melalui studi dan pemahaman atas komunikasi
antarbudaya ini, kita dapat mengurangi atau hampir menghilangkan
kesulitan-kesulitan tersebut.3
Salah satu unsur kebudayaan dari komunikasi antarbudaya adalah
unsur kepercayaan atas budaya dan nilai-nilai. Dimana komunikasi sangat
tergantung dari eksistensi daripada persepsi. Persepsi yang kita miliki
dapat dikatakan merupakan frame of reference, dia ibarat layar tempat di
mana informasi lewat. Sejak kerangka pandangan itu menjadi saringan
pesan yang dikirim dan disandi balik maka kita dapat menghitung
seberapa banyak perbedaan antara kenyataan dengan apa yang diucapkan.
Presepsi itu ibarat jendela ke arah mana akan anda akan melihat sesuatu.
Namun yang patut diperhatikan adalah bahwa setiap kebudayaan
harus memiliki nilai-nilai dasar yang merupakan pandangan hidup dan
sistem kepercayaan di mana semua pengikutnya berkiblat. Nilai dasar itu
3
Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rahmat, Komunikasi antarbudaya; Panduan Berkomunikasi
dengan Orang-Orang Berbeda Budaya (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), Hlm. 20.
4
membuat para pengikutnya melihat dari mereka ke dalam dan mengatur
bagaimana caranya mereka melihat keluar. Nilai dasar itu merupakan
filosofi hidup yang mengantar anggotanya ke mana dia harus pergi.4
5
berdasarkan waktu, situasi dan kondisi tertentu. Karena proses
komunikasi yang dilakukan komunikasi antarbudaya maka kebudayaan
merupakan dinamisator atau penghidup bagi proses komunikasi tersebut.5
5
Ibid., 24-25.
6
Dalam proses komunikasi, pesan merupakan isi, ide atau gagasan,
perasaan yang dikirimkan komunikator kepada komunikan dalam bentuk
simbol. Simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk mewakili maksud
tertentu. Sedangkan dalam komunikasi antarbudaya pesan adalah apa
yang ditekankan atau yang dialihkan oleh komunikator kepada
komunikan.6
d. Media
6
Ibid., 26-28.
7
Ibid., 28-30.
7
Suasana atau setting of communication merupakan faktor penting
dalam komunikasi antarbudaya, yakni tempat (ruang, space) dan waktu
(time) serta suasana (sosial psikologis) ketika komunikasi antarbudaya.
8
B. Etika Komunikasi Antar Umat Beragama
1. Pengertian Etika
Dari segi etimologi, etika berasal dari bahasa Yunani, ethos yang berarti
watak kesusilaan atau adat (Achmad Charris Zubair, 1980:13). Dalam Kamus
Umum Bahasa Indonesia, etika diartikan sebagai ilmu pengetahuan tentang
asas-asas akhlak (moral) (W.J.S Poerwadarminta, 1991: 278). Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia “etika” berarti ilmu tentang apa yang baik dan apa
yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak), kumpulan asas
atau nilai yang berkenaan dengan akhlak, nilai mengenai benar dan salah
yang dianut suatu golongan atau masyarakat (Tim Penyusun Kamus Besar
Bahasa Indonesia, 1990:237). Dari pengertian pengetahuan kebahasaan ini
terlihat bahwa etika berhubungan dengan upaya menentukan tingkah laku
manusia.
Adapun arti etika dari segi terminology (istilah) yaitu sebagaimana yang
telah dikemukakan oleh para ahli dengan ungkapan yang berbeda-beda sesuai
dengan sudut pandangnya masing-masing. Ahmad Amin (dalam Abudin
Nata, 2010:90), misalnya mengartikan etika adalah ilmu yang menjelaskan
arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dila- kukan oleh
manusia, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam
perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang
seharusnya diperbuat.
9
Sedangkan Menurut Soegarda Poerbakawatja (dalam Zaenal Muti’in
Bahaf, 2009:219) etika adalah filsafat nilai, pengetahuan tentang nilai-nilai,
ilmu yang mempelajari soal kebaikan dan keburukan di dalam hidup manusia
semuanya, terutama mengenai gerak-gerik pikiran dan rasa yang merupakan
pertimbangan dan perasaan sampai mengenai tujuannya bentuk perbuatan.
2. Pengertian Komunikasi
10
3. Etika Komunikasi dalam Perspektif Islam
Dalam pandangan agama islam komunikasi memiliki etika, agar jika kita
melakukan komunikasi dengan seseorang maka orang itu dapat memahami
apa yang kita sampaikan. Dalam perspektif Islam, komunikasi merupakan
bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan manusia karena segala gerak
langkah kita selalu disertai dengan komunikasi. Komunikasi yang dimaksud
adalah komunikasi yang islami, yaitu komunikasi ber-akhlak al-karimah atau
beretika. Komunikasi yang berakhlak al- karimah berarti komunikasi yang
bersumber kepada Al-Quran dan hadis (sunah Nabi).
11
pertanggung jawabkan di akhirat nanti.Islam memberikan perhatian khusus
terhadap pembicaraan, bahkan dipandang salah satu perkara yang akan
menyelamat-kan manusia, baik didunia dan diakhirat.
Etika komunikasi yang di maksud dalam kajian ini adalah etika yang
berdimensi moral dan bersumber dari ajaran suci. Berkaitan dengan etika
komunikasi tersebut, bagaimanapun juga seorang muslim harus berpedoman
pada sumber utama Islam, yakni Al-Qur’an dan Sunnah Nabi, sebab akhlak
Nabi sebagimana dinyatakan oleh Aisyah yang diriwayatkan oleh Imam
Ahmad Adalah Al-Qur’an (M. Quraish Shihab, 1996:259). Pembicaraan
dimaksud adalah pembicaraan yang beretika, sehingga proses komunikasi
berjalan dengan baik serta terjalin hubungan yang harmonis antara
komunikator dengan komunikan.
9
Effendi, Onong. Uchyana. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. (Bandung: Penerbit PT Remaja
Rusdakarya, 2001). Hlm. 125.
12
Karena bentuknya dialog dan langsung mendapatkan feedback sehingga
komunikator dapat segera mengubah gaya komunikasinya.
Komunikasi seperti ini dapat terjadi, contohnya ketika warga yang
beragama Islam bertanya secara lisan kepada warga Kristen yang
berbeda budaya, kedua orang disini melaksanakan fungsi yang sama
yakni sebagai komunikator dan komunikan. Para pelaku komunikasi
disini memiliki peran ganda, dalam arti pada satu saat bertindak sebagai
pengirim pesan, namun pada waktu yang lain berlaku sebagai penerima
pesan.
Umpan balik dalam komunikasi ini sangat penting, karena dengan
adanya umpan balik dapat terlihat apakah komunikasinya berhasil atau
gagal. Hal tersebut terjadi secara terus menerus memutar sehingga
mendapati sebuah kesamaan pemahaman diantara keduanya.
Dalam pelaksanaanya komunikasi ini dilakukan untuk mencegah
terjadinya masalah-masalah yang akan timbul pada masyarakat yang
berbeda latar belakang budayanya. Dimana biasanya jenis komunikasi
personal ini terjadi jika salah satu masyarakat bersuku Jawa ataupun
Bali sedang berbelanja di warung, ataupun hanya dengan sapaan jika
bertemu dijalan dan hal-hal lainya yang menyangkut tentang
komunikasi personal.
2) Dengan menggunakan media (mediated communication)
Kemudian komunikasi personal juga menggunakan media,10
namun hanya diwaktu tertentu saja. Seperti hal-hal yang
menyangkut urusan pribadi antar umat beragama yang berbeda
tersebut. Sehingga komunikasi personal bermedia ini tidak
berlangsung sering seperti secara tatap muka. Seperti ketika ada
salah satu anggota keluarga berada di luar kota, atau antara
komunikan dengan komunikator saling bertukar pesan melalui
pesan whatshap atau bermain game online bersama.
10
Ibid. Hlm. 126.
13
b. Komunikasi Kelompok
Komunikasi kelompok ialah komunikasi yang terjadi antara
seseorang dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok orang
dalam situasi tatap muka.82 Komunikasi kelompok terbagi menjadi 2
yaitu:
I. Komunikasi Kelompok Kecil (Small Group Communication)
Komunikasi kelompok kecil ini terjadi secara dua arah,
sehingga antara komunikator dengan komunikan ini nantinya dapat
berganti peran karena respon terhadap pesan ini langsung
disampaikan oleh komunikan. Dapat dicontohkan komunikasi
antara kepala desa dengan tokoh agama dan ketua rukun tetangga
(RT) dalam membahas masalah peningkatan kerukunan yang harus
dijaga, arisan, latihan karawitan, sinoman dan lain sebagainya.
Komunikasi kelompok tersebut biasanya terjadi dalam sebuah
kegiatan-kegiatan seperti halnya bercocok tanam, gotong royong
dalam membersihkan dukuh, acara hajatan dan yang lainya.
Komunikasi kelompok kecil tersebut misalnya, komunikasi yang
biasanya terjadi saat proses musyawarah antarumat beragama
dalam memecahkan suatu permasalahan yang sedang dihadapi.
Dalam musyawarah tersebut terjadi proses komunikasi dengan
umpan balik antara tokoh masyarakat dengan tokoh agama dan
masyarakat dalam menyampaikan argumen serta tanggapan tentang
penyelesaian suatu masalah.
II. Komunikasi Kelompok Besar (Large Group Communication)
14
intruksi kepada para pemain gamelan maupun penyanyinya tanpa
ada respon secara verbal (bahasa) yang diberikan oleh komunikan.
11
Adon Nasrullah Jamaludin. Agama & Konflik Sosial (Bandung: Pustaka Setia, 2015), Hlm.33-
34.
12
Novri Susan. Pengantar Sosiologi Konflik (Jakarta: Prenada Media Group, 2010), Hlm. 28.
15
masyarakat itu sendiri: Hal ini dapat dilihat pada faktor penyebab konflik
berikut:13
a. Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-
pribadi yang berbeda.
b. Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
c. Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam
masyarakat.
2. Macam-Macam Konflik
16
adalah satu golongan memaksakan kehendaknya kepada golongan
lain.
5. Konflik kepentingan. Konflik ini indentik dengan konflik politik
artinya, realitas politik selalu diwarnai oleh dua kelompok yang
mempunyai kepentingan masing-masing sehingga berbenturan
6. Konflik antarpribadi, disebut juga konflik antarindividu, dipicu
adanya perbedaan kepentingan dan ketidakcocokan antarindividu.
7. Konflik antarkelas sosial. Konflik ini berupa konflik yang bersifat
vertikal, yaitu konflik ini berupa konflik yang bersifat vertikal, yaitu
konflik antarkelas sosial atas dan kelas sosial bawah. Konflik ini
dipicu oleh perbedaan kepentingan yang berbeda.
8. Konflik antarnegara. Konflik yang terjadi antardua negara atau lebih
dipicu oleh perbedaan tujuan negara dan upaya pemaksaan kehendak
suatu negara kepada negara lainnya.
3. Upaya Untuk Mengatasi Konflik
Adapun bentuk penyelesaian konflik yang lazim dipakai, yakni
konsiliasi, mediasi, arbitrasi, koersi (paksaan). Urutan ini berdasarkan
kebiasaan orang mencari penyelesaian suatu masalah, yakni cara yang
tidak formal lebih dahulu, kemudian cara yang formal, jika cara pertama
membawa hasil.26 Menurut Nasikun, bentuk-bentuk pengendalian konflik
ada enam yaitu:
1. Konsiliasi (conciliation) yaitu Pengendalian semacam ini terwujud
melalui lembaga-lembaga tertentu yang memungkinkan tumbuhnya
pola diskusi dan pengambilan keputusan-keputusan diantara pihak-
pihak yang berlawanan mengenai persoalan-persoalan yang mereka
pertentangkan.
2. Mediasi (mediation) yaitu Bentuk pengendalian ini dilakukan bila
kedua belah pihak yang bersengketa bersama-sama sepakat untk
memberikan nasihat-nasihatnya tentang bagaimana mereka sebaiknya
menyelesaikan pertentangan mereka.
17
3. Arbitrasi berasal dari kata latin arbitrium, artinya melalui pengadilan,
dengan seorang hakim (arbiter) sebagai pengambil keputusan.
Arbitrasi berbeda dengan konsiliasi dan mediasi. Seorang arbiter
memberi keputusan yang mengikat kedua belah pihak yang
bersengketa, artinya keputusan seorang hakim harus ditaati. Apabila
salah satu pihak tidak menerima keputusan itu, ia dapat naik banding
kepada pengadilan yang lebih tinggi sampai instansi pengadilan
nasional yang tertinggi.
4. Perwasitan yaitu Di dalam hal ini kedua belah pihak yang bertentangan
bersepakat untuk memberikan keputusan-keputusan tertentu untuk
menyelesaikan konflik yang terjadi diantara mereka.
Untuk mencegah konflik yang terjadi dalam kehidupan antar umat beragama,
maka perlu diadakannya beberapa mekanisme yang dapat di pilih, misalnya:
15
Adon Nasrullah Jamaludin, Agama & Konflik Sosial, Hlm. 132.
18
Membentuk forum yang berasal dari berbagai bagian masyarakat untuk
diadakannya musyawarah agar kiranya menemukan titik damai, Mengirim
sesepuh dari marga, suku, atau kelompok adat dengan yang dimaksud adalah
golongan tua dengan maksud sebagai utusan untuk melakukan dialog
perdamaian, sebagai pembuktian agar tidak akan terulang lagi nilai-nilai
sentimentil pada diri masyarakat, mengundang tokoh-tokoh agama dari lintas
agama untuk melakukan intervensi, dengan tujuan menyediakan ruang untuk
mengumpulkan seluruh masyarakat dari lintas agama sebagai wujud
persatuan, memanfaatkan ritual yang ada dengan tujuan untuk membawa
orang bersama-sama memperhatikan nilai-nilai yang ada.
Maka dalam hal ini, seorang public relation memiliki tugas yaitu salah
satunya ialah untuk menangani konflik. Adapun strategi yang dilakukan seorang
humas dalam menyelesaikan konflik antarumat beragama adalah sebagai berikut:
19
menyelesaiakan konflik agama yang terjadi. Dalam hal ini Humas hanya
sebagai konsiliator. Humas dalam hal ini dan memiliki tanggung jawab
secara penuh untuk membantu kasus konflik yang terjadi.
16
Gatot Soermartono, Arbitrase dan Mediasi di Indonesia (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2006), Hlm. 123.
20
Mediasi yang merupakan suatu proses informal yang ditujukan
untuk memungkinkan para pihak yang berkonflik mendiskusikan
perbedaan-perbedaan mereka secara pribadi dengan bantuan pihak ketiga
yaitu hakim mediasi. Mediator merancang dan memimpin diskusi serta
bertindak sebagai penengah untuk memfasilitasi kemajuan kearah
penyelesaian.
Akan tetapi seringkali masih terjadi konflik antar umat beragama, hal itu
terjadi karena kita kurang memahami nilai nilai yang terkandung dalam
pancasila. Sebenarnya semua itu adalah hal yang wajar, tinggal bagaimana
cara kita menyikapi hal tersebut.
Peranan agama dalam kehidupan sehari hari itu sangatlah penting, supaya
kita bisa membatasi atau bahkan tidak melakukan hal hal yang dilarang oleh
agama.
21
Apa itu konflik? Konflik yaitu berasal dari kata kerja latin “configere”.
Artinya saling memukul. Secara sosiologi, konflik diartikan sebagai suatu
proses sosial antara dua orang atau lebih. Di mana salah satu pihak berusaha
yang ingin menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya.
Lalu apa itu konflik beragama? Kata agama dapat juga didefinisikan
sebagai perangkat nilai nilai atau norma norma ajaran moral spiritual
kerohanian yang mendasari dan membimbing hidup dan kehidupan manusia,
baik sebagai individu maupun sebagai masyarakat. 17 Jadi bisa diartikan,
konflik agama adalah suatu pertikaian antar agama baik antar sesama agama,
maupun dengan agama lain.
17
Deska Chaniago, “Upaya-upaya Mengatasi Konflik Beragama", Kompasiana, 3.
22
BAB III
PENUTUP
F. Kesimpulan
Kerukunan umat beragama tidak terlepas dari komunikasi yang intens dan
perlu dengan adanya strategi komunikaasi yang efektif. Untuk menciptakan
ukhuwwah wathaniyyah perlu adanya strategi, langkah-langkah, hambatan dan
faktor pendukung komunikasi. Inti dari strategi komunikasi adalah perencanaan
yang paling efektif dalam penyampaian pesan sehingga mudah difahami oleh
komunikan (mad’u/ pendengar) dan bisa menerima apa yang telah disampaikan
sehingga bisa mengubah sikap atau perilaku seseorang. Komunikasi antarumat
beragama adalah terciptanya kerukunan dari adanya sikap toleransi, tolong
menolong sesama manusia dan sikap saling mengerti.
G. Saran
Penulis berharap hubungan antarumat beragama semakin langgeng ke
depannya. Proses komunikasi yang terjadi di antara keduanya sangat baik dan
mengarah pada pengertian bersama.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih sangat sederhana dan jauh dari
kata kesempurnaan, namun penulis berharap tulisan ini bisa menjadi referensi
awal bagi siapa pun yang mempunyai keinginan untuk melakukan penelitian
berkaitan dengan bagaimana etika dan strategi komunikasi antarumat beragama.
Kepada tokoh agama dari masing-masing agama agar lebih sering lagi
membiarkan interprestasi ajaran-ajaran agama kepada penganut agama masing-
masing. Agar para penganut agama lebih memahami makna dan ajaran
DAFTAR PUSTAKA
23
Adon Nasrullah Jamaludin. (2015). Agama & Konflik Sosial (Bandung: Pustaka
Setia).
Dr. Yusuf Zainal Abidin, M.M. (2015). Manajemen Komunikasi; Filosofi, Konsep
dan Aplikasi (Bandung: Pustaka Setia)
Effendi, Onong. Uchyana. (2001). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. (Bandung:
Penerbit PT Remaja Rusdakarya).
M. Quraish Shihab. (1997). Lentera Hati; Kisah dan Hikmah Kehidupan. Cet. X.
Bandung: Mizan.
Onong Uchjana Effendy. (2003). Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung:
Citra Aditya Bakti).
Syaiful Rohim. (2016). Teori Komunikasi Perspektif Ragam dan Aplikasi Edisi
Revisi, (Jakarta: Rineka Cipta).
Referensi Artikel:
24
https://www.kompasiana.com/deskachaniago5266/5f35ef8fd541df6d491efeb2/
upaya-upaya-mengatasi-konflik-beragama?page=3&page_images=1
25