PELATIHAN
BANTUAN HIDUP DASAR
METODE DISTANCE LEARNING
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kemampuan dan kemudahan
kepada kami untuk menyusun Modul Pelatihan Bantuan Hidup Dasar metode Distance
Learning bagi anggota TAGANA Kabupaten Sleman.
TAGANA adalah relawan sosial atau tenaga kesejahteraan sosial dari masyarakat
yang memiliki kepedulian dan aktif dalam penanggulangan bencana. Dalam
melaksanakan tugas penanggulangan bencana, TAGANA akan berhadapan langsung
dengan masyarakat terdampak bencana. Dengan tugas dan posisi ini, TAGANA
diharapkan dapat memberikan pertolongan kepada korban bencana alam yang
mengalami henti jantung mendadak.
Modul ini disusun oleh para ahli dan akademisi dalam bidang resusitasi sebagai
alat bantu dalam pelaksanaan pelatihan bantuan hidup dasar metode distance learning
bagi anggota TAGANA. Keberadaan modul ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas
pelatihan sehingga tujuan pelatihan ini dapat tercapai.
Kontributor
3
TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Tujuan Umum
Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta pelatihan diharapakan dapat memahami
konsep SPGDT dan Bantuan Hidup Dasar bagi korban jantung mendadak di luar rumah
sakit.
B. Tujuan Khusus
1. Pengetahuan
Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta pelatihan diharapakan dapat:
a. Memahami dan menjelaskan definisi Sistem Penanggulangan Gawat Darurat
Terpadu (SPGDT).
b. Memahami dan menjelaskan tujuan SPGDT.
c. Memahami dan menjelaskan ruang lingkup SPGDT.
d. Memahami dan menjelaskan pengenalan kejadian henti jantung mendadak
bagi masyarakat awam.
e. Memahami dan menjelaskan aktivasi sistem respon emergensi henti jantung
di masyarakat.
f. Memahami dan menjelaskan teknik Resusitasi Jantung Paru bagi masyarakat
awam.
g. Memahami dan menjelaskan kontinuitas Resusitasi Jantung Paru.
h. Memahami dan menjelaskan teknik pertolongan Pascabantuan Hidup Dasar.
2. Keterampilan
Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta pelatihan diharapakan dapat:
a. Memperagakan pengenalan kejadian henti jantung mendadak bagi
masyarakat awam.
b. Memperagakan aktivasi sistem respon emergensi henti jantung di masyarakat.
c. Memperagakan teknik Resusitasi Jantung Paru bagi masyarakat awam.
d. Memperagakan kontinuitas Resusitasi Jantung Paru.
e. Memperagakan teknik pertolongan Pascabantuan Hidup Dasar.
4
POKOK BAHASAN
Sub Pokok Bahasan : Definisi Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT)
Tujuan SPGDT
Sub Pokok Bahasan : Pengenalan kejadian henti jantung mendadak bagi masyarakat
awam.
5
METODE
Metode pelatihan adalah dengan distance learning yaitu metode pelatihan secara daring
(dalam jaringan internet) menggunakan aplikasi Zoom. Selama sesi daring, akan
dilakukan pembahasan materi dengan metode:
6
URAIAN MATERI
2. Definisi
Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) adalah suatu mekanisme
pelayanan korban/pasien gawat darurat yang terintegrasi dan berbasis call center dengan
menggunakan kode akses telekomunikasi 119 dengan melibatkan masyarakat.
Kode akses telekomunikasi 119 (Call Center 119) adalah suatu desain sistem dan
teknologi menggunakan konsep pusat panggilan terintegrasi yang merupakan layanan berbasis
jaringan telekomunikasi khusus di bidang kesehatan. Call Center 119 dikelola oleh Pusat
Komando Nasional (National Command Center) yang berkedudukan Jakarta. Call Center 119
merupakan pusat panggilan kegawatdaruratan bidang kesehatan yang dapat digunakan di
seluruh wilayah Indonesia.
Implementasi sistem ini dilakukan oleh ujung tombak pelayanan SPGDT yakni Pusat
Pelayanan Keselamatan Terpadu/Public Safety Center (PSC). PSC adalah pusat pelayanan yang
menjamin kebutuhan masyarakat dalam hal-hal yang berhubungan dengan kegawatdaruratan
yang berkedudukan di kabupaten/kota.
7
3. Tujuan
Tujuan dibentuknya SPGDT adalah meningkatkan akses dan mutu pelayanan
kegawatdaruratan dan mempercepat waktu penanganan (respon time) korban/pasien gawat
darurat dan menurunkan angka kematian serta kecacatan.
4. Ruang Lingkup
Ruang lingkup SPGDT meliputi penyelenggaraan kegawatdaruratan medis sehari-hari
yang terdiri atas: a) sistem komunikasi gawat darurat; b) sistem penanganan korban/pasien
gawat darurat; dan c) sistem transportasi gawat darurat. Sistem ini sangat berkaitan dan saling
terintegrasi satu sama lain. Dalam pelaksanaannya SPGDT melibatkan fasilitas pelayanan
kesehehatan jejaring PSC.
8
PSC merupakan bagian utama dari rangkaian kegiatan SPGDT prafasilitas pelayanan
kesehatan yang berfungsi melakukan pelayanan kegawatdaruratan dengan menggunakan
algoritma kegawatdaruratan yang ada dalam sistem aplikasi Call Center 119.
Fungsi PSC adalah sebagai: a) pemberi pelayanan korban/pasien gawat darurat
dan/atau pelapor melalui proses triase (pemilahan kondisi korban/pasien gawat darurat);
b) pemandu pertolongan pertama (first aid); c) pengevakuasi korban/pasien gawat darurat;
dan d) pengoordinasi dengan fasilitas pelayanan kesehatan.
Dalam menjalankan fungsi tersebut, PSC memiliki tugas: a) menerima terusan
(dispatch) panggilan kegawatdaruratan dari Pusat Komando Nasional; b) melaksanakan
pelayanan kegawatdaruratan dengan menggunakan algoritma kegawatdaruratan; c)
memberikan layanan ambulans; d) memberikan informasi tentang fasilitas pelayanan
kesehatan; dan e) memberikan informasi tentang ketersediaan tempat tidur di rumah sakit.
9
Penanganan antarfasilitas pelayanan kesehatan merupakan tindakan rujukan
terhadap korban/pasien gawat darurat dari suatu fasilitas pelayanan kesehatan ke fasilitas
pelayanan kesehatan lain yang lebih mampu.
10
b. Cek respon korban
Penolong menepuk atau mengguncang korban dengan hati-hati pada bahunya dan
bertanya dengan keras: “Bapak... Apakah anda baik-baik saja?”
11
d. Periksa napas
Pada saat bersamaan penolong melakukan pemeriksaan napas korban. Lihat, dengar
dan rasakan nafas korban, selama kurang dari 10 detik. Jika tidak bernapas, tidak yakin ada
napas atau bernapas tidak normal (gasping), maka penolong harus menganggap tidak ada
napas.
12
4. Teknik Resusitasi Jantung Paru (RJP) bagi masyarakat awam
a. Kompresi dada
Posisi penolong berjongkok dengan lutut di samping korban sejajar dada korban.
Letakkan pangkal salah satu tangan di tengah tulang dada korban. Letakkan tangan yang
lain di atas tangan yang pertama, jari-jari ke dua tangan dalam posisi saling mengunci. Jaga
kedua tangan penolong dalam posisi tegak lurus dengan tubuh korban. Posisikan penolong
tegak lurus di atas dinding dada korban.
Mulai kompresi dengan menekan tangan ke arah bawah sedalam 5 -6 cm. Kecepatan
kompresi adalah 100-120x/menit.
Hindari bersandar pada tubuh korban diantara kompresi, sehingga bentuk dinding
dada kembali seperti bentuk normal tanpa kompresi. Lakukan kompresi secara kontinu
tanpa diselingi aktivitas perolongan lain.
Perbandingan
Minimalkan
kompresi dada
interupsi
dan bantuan
napas 30:2
Berikan Bantuan
pernapasan
14
Jika terdapat 2 penolong atau lebih, para penolong bisa saling bertukar posisi saat
pergantian siklus RJP untuk mencegah kelelahan dan menjaga kualitas RJP. Para penolong juga
bisa saling memberikan umpan balik atau koreksi terhadap kualitas RJP yang dilakukan
penolong lain.
Jika korban sudah ada napas spontan, maka RJP dihentikan dan untuk selanjutnya
dilakukan teknik pertolongan pascabantuan hidup dasar.
15
1 2 3
1
LANGKAH-LANGKAH MELAKUKAN
POSISI PULIH
16
PENILAIAN PEMBELAJARAN
A. Penilaian Awal
1. Penilaian pengetahuan awal peserta dengan pre-test menggunakan aplikasi
Quizizz.
2. Soal berbentuk pilihan ganda sebanyak 20 (dua puluh) soal.
3. Peserta menjawab pertanyaan tersebut secara langsung dari gawai (gadget)
masing-masing.
B. Penilaian Akhir
1. Penilaian pengetahuan awal peserta dengan pre-test menggunakan aplikasi
Quizizz.
2. Soal berbentuk pilihan ganda sebanyak 20 (dua puluh) soal.
3. Peserta menjawab pertanyaan tersebut secara langsung dari gawai (gadget)
masing-masing.
4. Penilaian keterampilan pascapelatihan dengan observasi keterampilan Bantuan
Hidup Dasar.
5. Peserta diminta melakukan praktik Bantuan Hidup Dasar di tempat masing-
masing menggunakan manekin/benda lain serupa manekin yang dimiliki.
6. Peserta menghidupkan video Zoom dan memastikan semua proses Bantuan
Hidup Dasar yang dilakukan dapat terlihat oleh peneliti.
17
5. Peserta diminta melakukan praktik Bantuan Hidup Dasar di tempat masing-
masing menggunakan manekin/benda lain serupa manekin yang dimiliki.
6. Peserta menghidupkan video Zoom dan memastikan semua proses Bantuan
Hidup Dasar yang dilakukan dapat terlihat oleh peneliti.
18
REFERENSI
1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 19 Tahun 2016 tentang
Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu
2. Abubakar M, et al. Buku Pedoman Early Warning & Code Blue System untuk Petugas
Nonmedis. Yogyakarta: Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif: 2018
3. Sari D, Widyastuti Y, Hasdianda MA. Basic Clinical Competence Training Material
Book: Adult Basic Life Support. Yogyakarta: Skill Laboratory KKMK Universitas Gadjah
Mada; 2020
19