Anda di halaman 1dari 217

PERAN IBU SEBAGAI MADRASAH AL-ŪLĀ DALAM

PENDIDIKAN AKHLAK ANAK (Studi Kasus: Wanita


Karier di Desa Telawah Grobogan)

Skripsi ini Diajukan

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.


Pd)

Oleh:

Fitri Yatun Hidayah


NIM: 18312004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)


FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA 1443 H/2022 M

1
PERAN IBU SEBAGAI MADRASAH AL-ŪLĀ DALAM
PENDIDIKAN AKHLAK ANAK (Studi Kasus: Wanita
Karier di Desa Telawah Grobogan)

Skripsi ini Diajukan

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.


Pd)

Oleh:

Fitri Yatun Hidayah NIM:


18312004 Pembimbing:

Dewi Maharani, MA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA


ISLAM (PAI) FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA 1443 H/2022 M


i

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul “Peran Ibu Sebagai Madrasah al-Ūlā Dalam


Pendidikan Akhlak Anak (Studi Kasus: Wanita Karier di Desa Telawah
Grobogan)” yang disusun oleh Fitri Yatun Hidayah Nomor Induk
Mahasiswa: 18312004 telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan ke sidang
munaqasyah.

Jakarta, 24 Juli 2022

Pembimbing,

Dewi Maharani, MA
ii

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi dengan judul “Peran Ibu sebagai Madrasah al-Ūlā dalam


Pendidikan Akhlak Anak (Studi Kasus Wanita Karier Di Desa Telawah
Grobogan” oleh Fitri Yatun Hidayah dengan NIM 18312004 telah diujikan
pada sidang Munaqasyah Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ)
Jakarta pada tanggal 26 Juli 2022. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu
syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd).
No Nama Jabatan Tanda Tangan
1 Dr. Esi Hariani, M. Ketua Sidang
Pd
2 Reksiana, M. A. Pd Sekretaris Sidang

3 Dr. Muh. Ubaidillah Penguji 1


Al Ghifary S., M. P.
I
4 Dr. Sri Tuti Penguji II
Rahmawati, MA

5 Dewi Maharani, MA Pembimbing

Jakarta, 26 Juli 2022

Mengetahui,
iii

Dekan Tarbiyah IIQ Jakarta Dr.

Esi Hariani, M.Pd.

PERNYATAAN PENULIS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Fitri Yatun Hidayah

NIM : 18312004

Tempat/Tgl Lahir : Grobogan, 12 Februari 2000

Menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Peran Ibu Sebagai Madrasah


alŪlā Dalam Pendidikan Akhlak Anak (Studi Kasus: Wanita Karier di
Desa Telawah Grobogan)” adalah benar-benar asli karya saya, kecuali
kutipan-kutipan yang sudah disebutkan. Kesalahan dan kekurangan di dalam
karya ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.

Jakarta, 23 Juli 2022

Fitri Yatun Hidayah


NIM: 18312004
iv
MOTTO
٠٦ ‫َهْل َج َز ۤا ُء اِاْل ْح َس اِن ِاال اِاْل ْح َس اُن‬

“Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula)”

(QS. Ar-Rahman [55]:60)

٠ ‫ِان َم َع اْلُعْس ِر ُيْسًرا‬

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”

(QS. Al-Insyirah [94]:6)

‫ب ِۡس ِۡم ٱ هلَِّۡل ٱل هر ۡح ۡم ِۡن ٱل هرِح يِۡم‬

v
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT., Yang


senantiasa memberikan nikmat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Peran Ibu Sebagai
Madrasah al-Ūlā dalam Pendidikan Akhlak (Studi Kasus: Wanita Karier
di Desa Telawah Grobogan).

Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad


SAW., yang kita harapkan syafaatnya nanti di hari akhir. Penyelesaian skripsi
ini tidak luput dari bantuan dan dorongan berbagai pihak baik tersirat maupun
tersurat, baik secara materiel maupun non-materiel. Maka pada kesempatan
ini penulis sampaikan terimakasih kepada:

1. Rektor Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta Ibu Dr. Hj. Nadjematul
Faizah, S.H., M. Hum.
2. Wakil Rektor I Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta.Bapak Dr. H. M. Dawud
Arif Khan.
3. Wakil Rektor II Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta Ibu Dr. H. Romlah
Widayati, M. Ag.
4. Dekan Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta Ibu Dr.
Esi Hairani, M.Pd.
5. Kaprodi Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta Ibu
Reksiana, M.A.Pd.
6. Dosen pembimbing skripsi Ibu Dewi Maharani, M.A. yang telah
berkenan meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan,
saran, motivasi serta senantiasa sabar dalam membimbing saya sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
7. Para dosen Instruktur Tahfidz Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta yang
senantiasa sabar mengarahkan, menuntun, memberi nasehat serta

vi
semangat dalam menyelesaikan target hafalan. Semoga beliau-beliau
mendapatkan derajat yang mulia di sisi Allah SWT.
8. Seluruh dosen Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta
yang telah memberikan ilmu-ilmunya yang luar biasa serta para staff
Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta yang telah
membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.
9. Kepala dan seluruh staf perustakaan Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ)
Jakarta, yang telah banyak membantu penulis dalam mencari referensi
yang dibutuhkan dalam penelitian ini serta saat penulis menjalankan studi
di Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta.
10. Kepala Desa Telawah Bapak Imam Budiawan selaku yang telah
mengizinkan dan memberi bantuan penulis selama melakukan penelitian
di Desa Telawah Grobogan, serta para narasumber yang berkenan
membantu penulis dalam pengumpulan data.
11. Pahlawan hidupku Ayahanda tercinta Al-chafid Munadjad dan ibunda
tersayang Aslamiyah, serta kakak saya Nisrokah dan Zamzuri yang
sangat saya sayangi. Yang tak henti-hentinya memberikan kasih sayang,
kesabaran, segenap tenaga dan materi yang tak ternilai dengan suatu
apapun. Do’a dan semangatnya menjadi motivasi terbesar penulis dalam
mencapai cita-cita.
12. Teruntuk keponakanku tersayang Tsania Tazkiyatul Kamila dan Ahmad
Putra Zakil Qulub yang senantiasa berada disamping saya dikala senang
dan sedih, Terimakasih sudah hadir di hidup tante dan menjadi salah satu

motivasi saya untuk segera menyelesaikan skripsi ini.


13. Sahabat-sahabatku Rahmah Fajriyah El-kahfi Rambe, Nur Maulidah
Fitriyani, Usmayanti Nur Haliza, Dinda Adelia dan Nurul Islamiyati,
yang selalu memberi warna dalam hidup dan menjadi pendengar yang
baik, senantiasa menghibur dikala sedih, memberikan semangat, arahan,

vii
dan doa-doa terbaiknya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi

ini dengan baik.

14. Seluruh teman-teman mahasiswa IIQ Jakarta angkatan 2018 khususnya


teman-teman Fakultas Tarbiyah Semester 8C, yang sudah mau berjuang
bersama menyelesaikan tanggung jawab dan berbagai pihak lainnya yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan

kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan kebaikan berlipat ganda


kepada seluruh pihak yang telah berjasa dan membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih
terdapat banyak kekurangan, karena adanya keterbatasan pengalaman dan
pengetahuan. Oleh karenanya kritik dan saran yang membangun sangat
penulis harapkan untuk kesempurnaan skripsi ini. Meskipun demikian,
penulis berharap semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi

penulis maupun para pembaca.

Jakarta, 23 Juli 2022


Penulis,

Fitri Yatun Hidayah


NIM. 18312004
PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi ialah penyalinan dengan penggantian huruf dari abjad yang


satu ke abjad yang lain. Dalam penulisan skripsi di IIQ Jakarta, transliterasi
Arab-Latin mengacu kepada SKB Menteri Agama RI, Menteri Pendidikan

viii
dan Kebudayaan RI No. 158/1987 dan No. 0543b/U/1987 tertanggal 22
Januari 1988. 1. Konsonan Tunggal
Huruf Nama Huruf Latin Nama
Arab
‫ا‬ Alif Tidak Tidak dilambangkan
dilambangkan
‫ب‬ Ba B Be

‫ت‬ Ta T Te

‫ث‬ Ṡa ṡ Es
(dengan titik di atas)
‫ج‬ Jim J Je

‫ح‬ Ha ḥ Ha
(dengan titik bawah)
‫خ‬ Kha Kh Ka dan Ha

‫د‬ Dal D De

‫ذ‬ Żal Ż Zet


(dengan titik di atas)
‫ر‬ Ra R Er

‫ز‬ Zai Z Zet

‫س‬ Sin S Es

‫ش‬ Syin Sy Es dan Ye

‫ص‬ Ṣad ṣ Es
(dengan titik bawah)
‫ض‬ Ḍad ḍ De
(dengan titik bawah)
‫ط‬ Ṭa ṭ Te
(dengan titik bawah)
‫ظ‬ Ẓa ẓ Zet
(dengan titik bawah)
‫ع‬ ‘ain ‘ Koma terbalik (di
atas)
‫غ‬ Gain G Ge

ix
‫ف‬ Fa F Ef

‫ق‬ Qaf Q Ki

‫ك‬ Kaf K Ka

‫ل‬ Lam L El

‫م‬ Mim M Em

‫ن‬ Nun N En

‫و‬ Wau W We

‫ه‬ Ha H Ha

‫ء‬ Hamzah ` Apostrof

‫ي‬ Ya Y Ye

2. Konsonan Rangkap karena tasydid ditulis rangkap:


‫ِّد ة‬
‫ُمَت َع َد‬
Ditulis Muta’addidah

‫ِّع َّدة‬ Ditulis ‘Iddah

3. Ta’ marbūtah di Akhir Kata a.


Bila dimatikan, ditulis h:
‫ِّح ْك َم ة‬ Ditulis Hikmah

‫ِّج زية‬ Ditulis Jizyah

(Ketentuan ini tidak diperlukan terhadap kata-kata Arab yang sudah


terserap ke dalam bahasa Indonesia seperti zakat, shalat dan lain sebagainya,
kecuali dikehendaki lafal aslinya).

b. Bila Ta’ Marbūtah diikuti dengan kata sandang “al” serta bacaan
kedua itu terpisah, maka ditulis dengan h.
‫را َّة األكلياء‬
‫َك َم‬
Ditulis Karāmah al-auliyā

x
c. Bila Ta’ Marbūtah hidup atau dengan harakat, fathah, kasrah, dan
dammah ditulis t.
‫زكاَّةالفطر‬ Ditulis Zakāt al-fitr

4. Vokal Pendek
َََّ Fathah Ditulis A

ََِّّ Kasrah Ditulis I

ََُّ Dhammah Ditulis U

5. Vokal Panjang
1. Fathah + Alif Ditulis Ā
‫جاهلية‬ Ditulis Jāhiliyyah

2. Fathah + ya’ mati Ditulis Ā


‫تنسى‬ Ditulis Tansā

3. Kasrah + ya’ mati Ditulis Ī


‫كرمي‬ Ditulis Karīm

4. Dhammah + wawu mati Ditulis Ū


‫فَّروض‬ Ditulis Furūḍ

6. Vokal Rangkap
1. Fathah + ya’ mati Ditulis Ai
‫بينكم‬ Ditulis Bainakum

2. Fathah + wawu mati Ditulis Au


‫قول‬ Ditulis Qaul

7. Vokal Pendek yang berurutan dalam satu kata, dipisahkan dengan


apostrof.
‫أأنتم‬ Ditulis A’antum

‫اعدت‬ Ditulis U’iddat

‫لئََّّنشكرمت‬ Ditulis La’in syakartum

8. Kata Sandang Alif+Lām


a. Bila diikuti huruf Qomariyyah

xi
‫القران‬ Ditulis Al-Qur’ān

‫القياس‬ Ditulis Al-Qiyās

b. Bila diikuti huruf Syamsiyyah


9.

‫السماء‬ Ditulis Al-samā’

‫الشمس‬ Ditulis Al-syams

Penulisan kata-kata dalam rangkaian


Ditulis menurut bunyi atau pengucapannya.
‫ذوََّّيالفروض‬ Ditulis Żawī al-furūḍ

‫أهاََّّل لسنة‬ Ditulis Ahl al-sunnah

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................... i


LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... ii
PERNYATAAN PENULIS .................................................................................... iii
MOTTO ................................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .............................................................................................. v
DAFTAR ISI........................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xvii
ABSTRAK ........................................................................................................... xviii
ABSTRACT ............................................................................................................ xix
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................
A. Latar Belakang Masalah....................................................................................1

xii
B. Permasalahan.....................................................................................................8
1. Identifikasi Masalah....................................................................................8
2. Pembatasan Masalah...................................................................................8
3. Rumusan Masalah.......................................................................................8
C. Tujuan Penelitian...............................................................................................9
D. Manfaat Penelitian............................................................................................9
E. Tinjauan Pustaka..............................................................................................10
F. Sistematika Pembahasan..................................................................................15
BAB II LANDASAN TEORI .....................................................................................
A. Konsep Ibu Sebagai Madrasah al-Ūlā.............................................................17
1. Makna Ibu sebagai Madrasah al-Ūlā........................................................17
2. Peran dan Tugas Ibu sebagai Madrasah al-Ūlā........................................19
3. Kedudukan Perempuan dalam Keluarga...................................................25
B. Pendidikan Akhlak dalam Keluarga................................................................42
1. Pengertian Pendidikan Akhlak..................................................................42
2. Urgensi Pendidikan Akhlak dalam Keluarga.............................................50
3. Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak dalam Keluarga................................55
C. Wanita Karier..................................................................................................62
1. Pengertian wanita karier............................................................................62
2. Wanita Karier dalam Sudut Pandang Islam...............................................65
3. Wanita Karier Di Desa Telawah Grobogan...............................................72
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................................
A. Pendekatan Penelitian.....................................................................................73
B. Jenis Penelitian................................................................................................74
C. Tempat dan Waktu Penelitian..........................................................................74
D. Siklus (Jadwal Penelitian)...............................................................................76
E. Sumber Data....................................................................................................76
F. Teknik Pengumpulan Data...............................................................................78
G. Teknik Analisis Data.......................................................................................82
H. Pedoman Observasi.........................................................................................84

xiii
I. Pedoman Wawancara........................................................................................85
BAB VI HASIL PENELITIAN ..................................................................................
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian...............................................................87
B. Hasil Analisis Data Mengenai Peran Ibu Sebagai Madrasah al-Ūlā Dalam
Pendidikan Akhlak Anak (Studi Kasus Wanita Karier Di Desa Telawah
Grobogan).............................................................................................................91
1. Peran Ibu (wanita karier) sebagai Madrasah al-Ūlā dalam pendidikan
akhlak anak di Desa Telawah Grobogan.......................................................91
2. Kendala yang dihadapi Wanita Karier dalam Menjalankan Peran Sebagai
Madrasah al-Ūlā dalam Pendidikan Akhlak Anak di Desa Telawah
Grobogan.....................................................................................................106
BAB V PENUTUP ......................................................................................................
A. Kesimpulan...................................................................................................112
B. Saran..............................................................................................................113
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................114
LAMPIRAN-LAMPIRAN...................................................................................128
DAFTAR RIWAYAT HIDUP...............................................................................203

xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 IndikatorAkhlak ........................................................................ 49
Tabel.3 1 Siklus Penelitian ......................................................................... 76
Tabel.3 2 Informan Penelitian ................................................................... 77
Tabel.3 3 Key Informan ............................................................................. 79
Tabel.3 4 Buku Referensi ........................................................................... 81
Tabel.3 5 Pedoman Observasi .................................................................... 84
Tabel.3 6 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara ................................................ 85
Tabel 4. 1 Klasifikasi Pendidikan Masyarakat ........................................ 88
Tabel 4. 2 Rekapitulasi Jumlah Penduduk Berdasarkan Pekerjaan ..... 89
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4. 1 Proses Wawancara dengan Kepala Desa Telawah ..................... 88


Gambar 4. 2 Proses Wawancara dengan Wanita Karier ................................... 92

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Pedoman Observasi ............................................................ 129


Lampiran 2: Pedoman Wawancara ........................................................ 130
Lampiran 3: Pedoman Dokumentasi ...................................................... 135
Lampiran 4: Transkip Hasil Wawancara............................................... 136
Lampiran 5: Hasil Dokumentasi ............................................................. 195
ABSTRAK

Fitri Yatun Hidayah, NIM. 18312004, Judul Skripsi: “Peran Ibu


Sebagai Madrasah al-Ūlā Dalam Pendidikan Akhlak Anak (Studi Kasus
Wanita Karier Di Desa Telawah Grobogan).” Program Studi Pendidikan
Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta 2022.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh semakin banyaknya wanita yang
sudah berkeluarga memilih untuk menjadi wanita karier. Sebab di samping

xvi
perannya sebagai istri dan seorang ibu, seorang wanita karier juga memiliki
tanggung jawab terhadap pekerjaannya.
Tujuan skripsi ini mengetahui peran ibu (wanita karier) sebagai
madrasah al-ûlâ dalam pendidikan akhlak anak, dan kendala apa yang
dialami dalam menjalankan peran ganda sebagai seorang ibu sekaligus wanita
karier.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode
kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Tempat penelitian di Desa Telawah
Grobogan. Sumber data utama penelitian ini ialah wanita karier yang
memiliki anak usia sekolah dasar di Desa Telawah Grobogan. Adapun sumber
data sekunder ialah suami-suami yang beristri wanita karier, anakanak dari
wanita karier, Kepala Desa Telawah, serta referensi berupa buku, dan artikel
jurnal. Teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan analisis data secara
kualitatif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) peran seorang ibu yang
berprofesi sebagai wanita karier sudah dimulai dan diterapkan sejak dalam
kandungan, masa kanak-kanak. Dan (2) Kendala yang dialami wanita karier
dalam menjalankan peran ganda yang dimilikinya ialah: a. Keterbatasan
waktu bersama anak sehingga kurang perhatian kepada anak; b. Ketika
bekerja harus menitipkan anak kepada orang lain; c. Tenaga yang terbatas
sehingga kurang maksimal dalam menjalankan perannya sebagai ibu rumah
tangga sekaligus wanita karier.
Kata kunci: Peran Ibu, Pendidikan Akhlak, Wanita Karier

ABSTRACT

"The Role of Mothers as Madrasah al-Ūlā In Moral Children’s


Education (Case Study of Career Women in Grobogan Telawah Village)."
Islamic Religious Education Study Program, Faculty of Tarbiyah, Jakarta
Institute of Al-Qur'an Sciences 2022.
This research is motivated by the increasing number of married women who
choose to become career women. Because in addition to her role as a wife
and a mother, a career woman also has responsibilities towards her work.
The purpose of this thesis is to find out the role of mothers (career women) as
madrasatul ūlā in children's moral education, as well as what obstacles are
experienced in carrying out dual roles as mothers (career women).

xvii
The research method used in this study is a qualitative method with a
descriptive approach. The research site is in the Grobogan Telawah Village.
The main data sources of this research are career women who have children
of primary school age in Telawah Village, Grobogan. The secondary data
sources are husbands who are married to career women, children of career
women, the Head of the Telawah Village, as well as references in the form of
books and journal articles. Data collection techniques in the form of
observation, interviews, and documentation. The data analysis technique used
qualitative data analysis.
The results of this study indicate that a mother who works as a career woman
still plays an important role in the moral education of children. This role has
been started and applied since in the womb and childhood. The obstacles
experienced by career women in carrying out their dual roles are: a. Limited
time with children resulting in less attention to children; b. When working,
you have to leave your child to someone else; c. Limited energy so that they
are not optimal in carrying out their roles as housewives as well as career
women.

Keywords: Mother’s Role, Moral Education, Career Women

xviii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Keluarga merupakan tempat tumbuh kembang anak, dimana ia akan
mendapat berbagai pengaruh langsung terutama saat masa-masa emas
anak atau biasa disebut golden age. Orang tua, terutama ibu akan
memberikan pengalaman pertama dalam kehidupan anak, yang mana
pengalaman tersebut akan selalu memberikan dampak istimewa dan
berarti dalam kehidupannya di masa mendatang. 1 Sebagaimana dalam
buku Tarbiyah al-Aulād fī al-Islām ada seorang penyair ternama yakni

Hafiz Ibrahim menjelaskan dalam pepatah arab berikut: ‫األُّم َم َّْد رَس َّة إَذا‬
‫أْعَدْد ََتَا أْع ََّد ْد ََّت َش با طي ََّب اَأَّْلْع راَِّّق‬
‫ْع‬

“Ibu itu ibarat sekolah jika engkau persiapkan ia dengan baik, berarti
engkau telah menyiapkan suatu bangsa dengan dasar yang baik.”2

Pendidikan keluarga menjadi pendidikan yang pertama dan


utama bagi anak, dikatakan pertama karena seorang anak menerima
pendidikan pertama kali dalam keluarganya sendiri, dari keluarga inilah
anak mulai belajar berbicara, menulis, membaca, sampai anak tersebut
tumbuh menjadi dewasa. Dikatakan utama karena setiap didikan
dalam keluarga akan sangat mempengaruhi kepribadian anak. Baik
buruknya kepribadian anak di masa yang akan mendatang

1 Nur Lailatul Fitri, “Peran Orang Tua dalam Membentuk Akhlak Anak Sejak
Dini”, Jurnal Al-Hikmah : Indonesian Journal Of Early Childhood Islamic Education 1,
no. 2. (2017): h. 4. http://journal.iaialhikmahtuban.ac.id/index.php/ijecie/article/view/11
(Diakses pada tanggal 24 Januari 2022.
2 Abdullah Nāshih ‘Ulwān, Tarbiyah al-Aulād fī al-Islām Pendidikan Anak Dalam
Islam, terjemahan Arif Rahman Hakim, Cet. 12, (Solo: Insan Kamil, 2020), h. 7.
2

ditentukan oleh pendidikan dari keluarga atau orangtua itu sendiri,


terlebih lagi seorang ibu.

Peran ibu sebagai madrasah al-ūlā sangat penting


diimplementasikan untuk menunjang kesuksesan pendidikan anak,
khususnya dalam pendidikan akhlak. Moralitas atau akhlak menjadi tolak
ukur pendidikan dan menjadi nafas kehidupan seseorang. 3 Bahkan,
jenjang atau strata pendidikan belum menjadi ukuran mutlak akan
ketentraman hidup seseorang, melainkan akhlak yang dimilikinya. Untuk
itu, sejak dini (usia dasar) anak harus diajarkan pendidikan akhlak agar
kehidupannya lebih terarah sesuai ajaran Islam.

Menurut R.A Kartini sebagai tokoh pelopor kebangkitan perempuan


Pribumi-Nusantara, dalam aspek “Wanita sebagai pendidik pertama
manusia”, Kartini lebih membebankan peran pembentukan watak
manusia kepada wanita. Hal ini tertulis dalam suratnya kepada N.v.Z,
yang dimuat pada Kolonial Weekblad, 25 Desember 1902, ia
mengatakan:

“Bukan tanpa alasan orang mengatakan kebaikan dan kejahatan


diminum anak bersama air susu ibu. Alam sendirilah yang menunjuk
dia untuk melakukan kewajiban itu. Sebagai ibu dialah pendidik
pertama umat manusia. Dipangkuannya anak pertama-tama belajar,
merasa, berpikir, berbicara. Dan dalam kebanyakan hal pendidikan
yang pertama-tama ini bukan tanpa arti untuk seluruh hidupnya.
Tangan ibulah yang pertama-tama meletakkan benih kebaikan dan
kejahatan dalam hati manusia, yang tidak jarang dibawa sepanjang

3 Muhammad Shaleh Assingkily, Miswar, “Urgensitas Pendidikan Akhlak Bagi


Anak Usia Dasar (Studi Era Darurat Covid 19)”, Jurnal Tazkiya 9, no. 2, (2020): h. 93.
http://jurnaltarbiyah.uinsu.ac.id/index.php/tazkiya (Diakses pada tanggal 27 Januari 2022)
3

hidupnya. Dan bagaimana sekarang ibu-ibu Jawa dapat mendidik


anakanaknya, kalau mereka sendiri tidak terdidik? Peradaban dan
kecerdasan bangsa Jawa tidak akan dapat maju dengan pesatnya, kalau
perempuan dalam hal itu terbelakang tidak mempunyai tugas”.4

Sejalan dengan pemikiran RA Kartini tersebut, sudah selayaknya


perempuan harus melengkapi dirinya dengan berbagai ilmu dan
perangkat yang memungkinkannya tampil sebagai wanita hebat, agar
kehadirannya dapat berperan optimal sebagai tiang penyangga kehidupan
terutama peran utamanya sebagai ibu bagi anak-anaknya.

Teori mengenai ibu yang berperan utama sebagai madrasah al-ūlā


bertolak belakang dengan kondisi saat ini, khususnya di Indonesia.
Perempuan pada era global ini memiliki istilah yang biasa dikenal dengan
sebutan emansipasi wanita. Tuntutan zaman yang menyertai perubahan
yang menyangkut perempuan sudah saatnya diikuti pula oleh perubahan
paradigma, dimana kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan
ditempatkan pada status yang setara, memiliki hak dan kewajiban yang
seimbang, dan mendapat perlakuan yang adil.5

Paradigma ini akhirnya membuat kaum wanita berbondongbondong


merambah ke sektor publik, dan kini wanita telah menempati posisi
penting di berbagai sektor seperti perekonomian, jasa, pendidikan,
politik, hingga pemerintah. Wanita mampu menggeser dominasi kaum
pria. Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS), sebanyak 50,70
juta penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja adalah perempuan pada

4 Dri Arbaningsih, “Kartini dari Sisi Lain: Melacak Pemikiran Kartini Tentang
Emansipasi Bangsa”, (Jakarta: Kompas Media, 2005), h. 127.
5 Arif Ismunandar, Hafiedh Hasan dan Ayu Eka Putri, “Peran Strategis Wanita
Karier dalam Pendidikan Agama Anak”, Jurnal Madaniyah 11, no. 1. (2021): h. 79.
https://journal.stitpemalang.ac.id (Diakses pada tanggal 27 Januari 2022).
4

tahun 2020. Jumlah tersebut meningkat 2,63% dibandingkan tahun


sebelumnya yakni sebanyak 49,40 juta orang.6

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak


Republik Indonesia (PPPA) Bintang Puspayoga, mengatakan bahwa
perempuan menjadi tulang punggung pemulihan kondisi sosial dan
ekonomi bangsa yang terdampak pandemi Covid-19. Partisipasi yang
setara dan penuh dari seluruh masyarakat termasuk perempuan menjadi
kunci kesejahteraan suatu bangsa. Menteri Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Republik Indonesia (PPPA) Bintang Puspayoga juga
mengungkapkan perempuan menjadi kekuatan dalam seluruh sendi
kehidupan. Masa depan bangsa ini turut bergantung kepada sejauh mana
perempuan bisa mengambil peran, mendapatkan kesempatan yang sama,
dan membuat perubahan.7

Ketika kaum wanita mulai memenuhi sektor publik, disaat yang


sama sektor domestik mulai kehilangan peminat. Banyak kaum wanita
yang lebih menikmati kiprahnya di sektor publik daripada sektor
domestik. Sebab sektor publik dianggap lebih memberikan prospek cerah
dari segi ekonomi, sehingga mampu meningkatkan taraf
kesejahteraannya. Hal ini berdampak peran di sektor domestik diambil
alih oleh para pembantu (asisten rumah tangga), tempat penitipan anak,
baby sitter, atau anggota keluarga lain yang tidak bekerja.

6 Vika Azkiya Dihni, “Persentase Pekerja Perempuan Menurut Jenis Pekerjaan”


dalam Databoks (Oktober 2022).
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/10/07/perempuan-indonesia-paling-
banyakbekerja-sebagai-tenaga-usaha-penjualan (Diakses pada tanggal 27 Januari 2022).
7 “Menteri Bintang: Perempuan Tulang Punggung Pemulihan Sosial Ekonomi” Biro
Hukum dan Humas Kementrian Pemberdayaaan Perempuan dan Perlindungan Anak,
(April 2021) https://kemenpppa.go.id/index.php/page/read/29/3133/menteri-bintang-
perempuantulang-punggung-pemulihan-sosial-ekonomi (Di akses pada tanggal 1
Februari 2022).
5

Fenomena di atas menjadi salah satu problema bagi kaum wanita


karier khususnya di Indonesia, dimana selain berperan sebagai seorang
ibu rumah tangga wanita di Indonesia juga dituntut bekerja untuk
memenuhi perekonomian keluarga. Hal ini sesuai dengan data awal yang
diperoleh penulis dalam wawancara dengan seorang wanita karier berusia
30 tahun, yang berprofesi sebagai buruh pabrik. Dari hasil wawancara
tersebut diperoleh data bahwa memang benar keputusan yang di ambil
sebagai wanita karier di latar belakangi oleh kebutuhan hidup yang
semakin tinggi dan secara tidak langsung menuntut wanita untuk bekerja
meninggalkan rumah demi membantu memenuhi kebutuhan keluarga.
Sebab tidak cukup apabila hanya mengandalkan gaji dari suami. Berikut
adalah kutipan dari hasil wawancara tersebut:

“...saya bekerja untuk membantu suami mencukupi


kebutuhan keluarga, membayar tagihan bank, dan sesekali
membantu orang tua saya tanpa mengandalkan gaji dari
suami.”8

Islam dalam ajarannya tidak ada larangan wanita berkarier, di


dalam sejarah juga tercatat bahwa para istri Nabi mereka berkarier
seperti Khadijah ra. yang aktif berbisnis, begitu juga Aisyah ra. Bergelut
bersama masyarakat sekaligus menjadi guru. Wanita karier berarti wanita
yang berkecimpung dalam kegiatan profesi seperti bidang usaha, dinas
pendidikan maupun perkantoran yang dilandasi pendidikan keahlian
seperti keterampilan, kejujuran, dan sebagainya yang menjanjikan untuk
mencapai kemajuan.9
Berdasarkan landasan diatas maka sejatinya wanita memiliki peran
yang sangat penting terhadap kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Kesempatan untuk memperoleh pendidikan dan pekerjaan sudah terbuka
8 Wawancara dengan wanita karier Desa Telawah Grobogan, Ibu Listiyowati, 06
Mei 2022.
9 Siti Muri’ah, “Nilai-nilai Pendidikan Islam dan Wanita Karier”, (Cet. 1;
Semarang: Rasail Media Group, 2011), h. 32-33.
6

luas untuk wanita. Akan tetapi, pada kenyataanya wanita sebagai ibu
yang memiliki peran ganda mengurus rumah tangga, bertanggung jawab
dalam pendidikan anak sekaligus bekerja atau berkarier sering
menghadapi kesulitan dalam menjalankan peran tersebut. Akibatnya
wanita karier mengalami kendala yang dapat menghambat karier serta
peran utamanya sebagai Ibu.

Berbicara mengenai perempuan yang bekerja atau perempuan yang


mempunyai peran ganda pasti mereka memiliki konflik peran. Konflik
peran dapat diartikan dimana seseorang yang memiliki peran yang
bertentangan dengan peran lainnya. Dalam hal ini konflik yang dialami
oleh seorang perempuan yang mempunyai peran ganda, dimana ia
mempunyai peran sebagai Ibu tetapi di samping itu juga mempunyai
peran sebagai seorang wanita karier (pekerja). Kedua peran tersebut pasti
memiliki pertentangan. Di satu sisi, perempuan mempunyai peran di
dalam keluarganya yaitu menjadi istri yang harus melayani suaminya,
mendidik anak-anaknya dan juga menjadi ibu rumah tangga yang baik.
Tetapi, di sisi lain perempuan juga mempunyai tugas dan tanggung jawab
dengan pekerjaan yang dia miliki.

Psikolog anak dan keluarga, Sheryl Ziegler, Psy.D dari Colorado


Association for Play Therapy mengungkapkan bahwa ada banyak
tantangan yang dialami oleh ibu bekerja. Sebagian besar ibu bekerja
merasa gagal menjadi ibu yang baik karena sibuk bekerja. Kesulitan
membagi waktu ialah pemicu utama permasalahan ibu bekerja.
Kewajiban berada di kantor selama 8 jam sehari membuat para ibu
merasa kehilangan waktu bersama keluarga. Masalah-masalah lain yang
muncul setiap hari seperti kurangnya waktu tidur, sering terlambat masuk
kantor, dan kurang waktu “me time”.10

10 School of Parenting “Tantangan sehari-hari Ibu Bekerja”, (April 2019).


7

Kondisi objektif di lapangan dari hasil pengamatan sementara yang


penulis lakukan di Desa Telawah, Kecamatan Karangrayung, Kabupaten
Grobogan terhadap wanita karier (sebagai buruh pabrik, Guru, Pegawai
Negeri atau Swasta) yang memiliki anak usia sekolah dasar (SD), penulis
menemukan adanya permasalahan banyaknya ibu yang bekerja kurang
dapat secara penuh menjalankan perannya sebagai pendidik dalam
keluarga. Adapun ketika ibu memilih bekerja dan menitipkan anaknya
ada beberapa anak yang terhambat dalam pendidikannya, khususnya
dalam pendidikan akhlak. Baik itu akhlak terhadap orang tua, keluarga,
maupun masyarakat. Salah satu faktor penyebabnya yaitu kurang
maksimal peran ibu sebagai pendidik dalam keluarga karena waktunya
terbagi untuk menjalankan peran di luar rumah sebagai wanita karier.

Berdasarkan latar belakang pentingnya peran ibu sebagai madrasah


al-ūlā dalam pendidikan akhlak anak dan adanya hambatan terhadap
wanita karier dalam menjalankan peran sebagai pendidik dalam keluarga
di Desa Telawah, Grobogan, maka penulis merasa tertarik untuk
melakukan penelitian lebih mendalam terhadap permasalahan tersebut
yang kemudian penulis susun ke dalam bentuk skripsi dengan judul
“Peran Ibu Sebagai Madrasah Al-Ūlā dalam Pendidikan Akhlak Anak
(Studi Kasus: Wanita Karier di Desa Telawah Grobogan).
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan dalam survey
awal yang ditemukan penulis di Desa Telawah, Kabupaten Grobogan
maka penulis dapat mengidentifikasi beberapa masalah yang terkait
dengan hal yang akan diteliti, yakni:
a. Mayoritas ibu lebih memilih menjadi wanita karier dibandingkan
menjadi seorang ibu rumah tangga.
https://schoolofparenting.id/tantangan-sehari-hari-ibu-bekerja/ (Diakses pada tanggal 24
Februari 2022).
8

b. Peran Ibu sebagai madrasah al-ūlā dalam pendidikan Akhlak


anak.
c. Ibu yang bekerja memiliki lebih sedikit waktu dalam hal
pendidikan anaknya.
d. Mayoritas ibu yang bekerja tidak sepenuhnya dapat melakukan
pengawasan dan tugas sebagai pendidik dalam keluarga.
e. Ibu yang memilih bekerja dan menitipkan anaknya ada beberapa
anak yang terhambat dalam pendidikannya.

2. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan di
atas, maka penulis perlu membatasi permasalahan sebagai berikut:
a. Peran ibu sebagai madrasah al-ūlā dalam pendidikan Akhlak
anak.
b. Ibu yang bekerja tidak sepenuhnya dapat melakukan pengawasan
dan tugas sebagai pendidik dalam keluarga.

3. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dipaparkan
sebelumnya, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
a. Bagaimana peran wanita karier sebagai madrasah al-ūlā dalam
pendidikan akhlak di Desa Telawah, Kabupaten Grobogan?
b. Apa kendala yang dihadapi wanita karier dalam menjalankan
perannya sebagai pendidik akhlak dalam keluarga di Desa
Telawah, Kabupaten Grobogan?

C. Tujuan Penelitian
Setelah sebelumnya rumusan masalah dipaparkan guna pembahasan
tidak meluas serta pembahasannya mengerucut pada tujuan pembahasan
ini, oleh karenanya peneliti membuat tujuan penelitian berdasarkan
rumusan masalah di atas.
9

1. Untuk mengetahui peran wanita karier sebagai madrasah al-ūlā pada


pendidikan akhlak anak di Desa Telawah, Kabupaten Grobogan.
2. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi wanita karier dalam
menjalankan perannya sebagai pendidik akhlak dalam keluarga di
Desa Telawah, Kabupaten Grobogan.

D. Manfaat Penelitian
Peneliti mengharapkan hasil dari penelitian ini memperoleh manfaat
yang baik bagi semua pihak, yakni untuk pengembangan ilmu dan
referensi penelitian lebih lanjut. Dalam arti, manfaat penelitian yang
berisi uraian yang menunjukkan bahwa masalah yang dipilih oleh peneliti
layak untuk diteliti. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna secara
teoritis maupun praktis bagi penulis dan pembaca, antara lain sebagai
berikut:
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, skripsi ini diharapkan memiliki kegunaan untuk
menambah khazanah pustaka dalam bidang pendidikan dan dapat
menambah wawasan ilmu terkait pentingnya peran wanita dalam
pendidikan agama Islam terutama dalam keluarga sebagai lingkungan
pendidikan pertama bagi anak.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis skripsi ini diharapkan memiliki kegunaan, diantaranya:
a. Sebagai bahan masukan bagi wanita karier untuk meningkatkan
perannya sebagai madrasah al-ūlā dalam mengupayakan
pendidikan bagi anak-anaknya, khususnya pendidikan akhlak,
sehingga diharapkan dapat lebih maksimal.
b. Bagi peneliti, diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan
tentang peran wanita karier sebagai madrasah al-ūlā dalam
mendidik akhlak pada anak.
10

E. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka menjelaskan kajian relevan yang dilakukan
selama mempersiapkan atau mengumpulkan referensi sehingga
ditemukan topik sebagai problem (permasalahan) yang terpilih dan perlu
untuk dikaji melalui penelitian skripsi. Sebelum penulis menentukan
judul dalam penelitian ini, penulis membaca beberapa skripsi, artikel
jurnal, website, dan buku-buku yang membahas permasalahan yang akan
penulis teliti, berikut merupakan kepustakaan yang ditemukan penulis:
1. Skripsi yang disusun oleh Ira Srinuryanti dengan judul “Peran Ibu
Sebagai Orang Tua Tunggal Dalam Mendidik Akhlak Anak
(Studi Kasus Di Dusun Sirap Desa Kelurahan Kecamatan
Jambu Kabupaten Semarang)”, Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Salatiga, 2019. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
peran ibu sebagai orang tua tunggal dalam mendidik akhlak anak
di Dusun Sirap, Desa Kelurahan, Kecamatan Jambu, Kabupaten
Semarang. Adapun dalam penelitaan ini penulis menggunakan
pendekatan kualitatif deskriptif analisis dengan menggunakan
teknik pengumpulan data yaitu wawancara, observasi, serta
dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan ada beberapa
upaya yang dilakukan ibu tunggal dalam mendidik akhlak anak
serta Kendala yang dihadapi ibu tunggal baik dari segi internal
maupun eksternal.11
Persamaan skripsi di atas dengan skripsi penulis ialah sama-sama
meneliti tentang bagaimana peran ibu dalam mendidik akhlak anak
serta sama-sama menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif
analisis.

11 Ira Srinuryanti, “Peran Ibu Sebagai Orangtua Tunggal Dalam Mendidik


Akhlak Anak (Studi Kasus Di Dusun Sirap Desa Kelurahan Kecamatan Jambu
Kabupaten Semarang)”, (Skripsi Sarjana, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga,
2019). http://erepository.perpus.iainsalatiga.ac.id/ (Diakses pada tanggal 3 Februari
2022).
11

Perbedaan skripsi di atas dengan skripsi penulis ialah dari objek


penelitian. Penulis melakukan studi kasus pada ibu yang menjadi
wanita karier, sedangkan skripsi di atas pada ibu yang berperan
sebagai orang tua tunggal.
2. Skripsi yang disusun oleh Ulfi Laelatul Mahfida dengan judul
“Pengaruh Pola Asuh Wanita Karir Terhadap Akhlak dan Hasil
Belajar Siswa SD Plus Sunan Pandanaran Kanigoro Blitar”
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung, 2019.
Hasil penelitian dalam skripsi ini mengungkapkan bahwa pola asuh
wanita karier berperan dalam mempengaruhi akhlak dan hasil belajar
siswa. Ibu mempunyai peranan yang sangat penting dalam pendidikan
dasar anak dan akhlak anak ketika belum masuk sekolah, dan juga
faktor orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan
anak dalam belajar. Tinggi rendahnya pendidikan orang tua, besar
kecilnya penghasilan, atau kurang perhatiaan dan bimbingan dari
orang tua, akrab atau tidaknya hubungan orang tua dengan anak,
tenang atau tidaknya situasi dalam rumah, semua itu sangat
mempengaruhi pencapaian hasil belajar seorang anak.12
Persamaan, dengan tema yang penulis ambil ialah sama-sama
membahas tentang pendidikan anak.
Perbedaan, dengan tema yang penulis ambil adalah fokus penelitian
dan metodologi penelitian. Penulis fokus pada peran ibu bukan pola
asuh. Penulis menggunakan metode kualitatif deskriptif analisis,
sedangkan skripsi tersebut menggunakan kuantitatif dengan teknik
proporsional random sampling.

12 Ulfi Laelatul Mahfida, Pengaruh Pola Asuh Wanita Karir Terhadap Akhlak
dan Hasil Belajar Siswa SD Plus Sunan Pandanaran Kanigoro, (Skripsi Sarjana: Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung, 2019). http://repo.uinsatu.ac.id/ (Diakses
pada tanggal 2 Februari 2022).
12

3. Skripsi yang disusun oleh Warsiah dengan judul Peran Wanita Karir
Dalam Pendidikan Anak Perspektif M. Quraish Shihab Fakultas
Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Raden Intan
Lampung, 2019. Rumusan masalah dalam penelitian ini ialah
bagaimana peran wanita karir dalam pendidikan anak perspektif M.
Quraish Shihab. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
menurut M. Quraish Shihab peran wanita karir dalam pendidikan
anak yaitu dalam pendidikan karakter atau pembentukan watak.
Wanita karir harus mampu membagi waktu dan menjadi teladan yang
baik serta bijak dalam pendidikan karakter anak yaitu dengan
mengajarkan ketauhidan, ibadah serta akhlak, sebab bagaimanapun
anak merupakan amanah dan tanggung jawab dari Allah SWT yang
akan di pertanggung jawabkan.13
Persamaan, dengan tema yang penulis ambil ialah sama-sama
membahas tentang peran wanita karier dan pendidikan anak.
Perbedaan, dari segi metodologi penelitian serta fokus penelitian.
Penulis menggunakan pendekatan kualitatif sedangkan skripsi
terdahulu menggunakan studi pemikiran tokoh. Fokus penelitian
penulis hanya pada pendidikan akhlak bukan pendidikan anak yang
jangkauannya tentu lebih luas.
4. Hasil penelitian yang dilakukan Siti Muyhayhanah yang dicantumkan
dalam artikel jurnal STAINU Temanggung, Jurnal Kajian Agama
Hukum dan Pendidikan Islam (KAHPI), 2020 dengan judul Peran
Wanita Karir Dalam Kehidupan Rumah Tangga Islami (Studi
kasus pada wanita karir di Desa Kemloko). Pembahasan dalam
artikel jurnal ini mengungkapkan bahwa wanita karir di desa
Kemloko sering mengeluh tentang beban pekerjaannya yang tidak

13 Warsiah, “Peran Wanita Karir dalam Pendidikan Anak Perspektif M. Quraish


Shihab”, (Skripsi Sarjana, Universitas Islam Negeri Raden Intan,
2019). http://repository.radenintan.ac.id/ (Diakses pada tanggal 4 Februari 2022).
13

sedikit, belum pula beban peranannya sebagai ibu rumah tangga.


Karena dirumah mereka dituntut untuk memberi perhatian kepada
suami dan anak-anaknya. Belum lagi kalau dirumah dan di luar
rumah (pekerjaan) terdapat konflik. Akan tetapi hal ini dapat
diantisipasi dengan menerapkan bahwa peran seorang istri sebagai
pendamping suami dapat sebagai teman, pendorong dan penasehat
yang bijaksana. Dan yang paling penting bahwa peran itu dapat
dilakukan dengan baik apabila ada keterbukaan satu sama lain,
kerjasama dan saling pengertian dalam keluarga, tak pandang sebagai
wanita karier atau ibu rumah tangga.14
Persamaan, dengan tema yang penulis ambil ialah sama-sama
membahas tentang wanita karier.
Perbedaan, dengan tema yang penulis ambil ialah pada fokus
penelitian.
5. Hasil penelitian yang dilakukan Moh. Rivaldi Abdul yang
dicantumkan dalam artikel jurnal Pascasarjana, UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta: Journal of Islamic Education Policy, 2020 dengan judul
Ibu Sebagai Madrasah bagi Anaknya : Pemikiran Pendidikan
R.A Kartini. Artikel jurnal ini menganalisis pemikiran pendidikan
R.A. Kartini. Fokus penelitiannya seputar konsep pendidikan Kartini
dan pandangan Kartini mengenai peran ibu sebagai madrasah bagi
anak-anaknya. Data primer dalam penelitian ini menggunakan
suratsurat Kartini dalam buku Habis Gelap Terbitlah Terang sebagai
sumber data primer. Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa
peran ibu sangat penting dalam pendidikan informal. Konsep
pendidikan Kartini mengacu pada konsep pendidikan budi pekerti

14 Siti Muyhayhanah, “Peran Wanita Karir Dalam Kehidupan Rumah Tangga Islami
(Studi kasus pada wanita karir di Desa Kemloko)”, Jurnal Kajian Agama Hukum dan
Pendidikan Islam (KAHPI): STAINU Temanggung, 2, no. 1, (2020).
http://www.openjournal.unpam.ac.id/ (Di akses pada tanggal 4 Februari 2022).
14

atau pendidikan akhlak, dimana pendidikan tidak hanya


mencerdaskan otak saja, namun juga harus membentuk akhlak baik
pada diri peserta didik.15
Persamaan, dengan tema yang penulis ambil ialah sama-sama
membahas mengenai peran ibu sebagai pendidik dalam keluarga.
Perbedaan, dari segi metodologi penelitian serta fokus penelitian.
Penulis menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif analisis
sedangkan artikel jurnal ini menggunakan studi pemikiran tokoh.
Penulis juga fokus pada peran ibu sebagai wanita karier dalam
mendidik akhlak anak serta kendala yang dialami. Sedangkan artikel
jurnal ini hanya fokus pada peran ibu sebagai madrasah bagi
anaknya.

F. Sistematika Pembahasan
Penulisan skripsi ini mengacu pada buku pedoman skripsi, tesis dan
disertasi yang diterbitkan oleh Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta tahun
2021. Sistematika ini berguna untuk memberikan gambaran yang jelas
agar pokok pembahasan tidak menyimpang. Adapun sistematika
penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab yang masing-masing bab
memiliki sub bab, diantaranya:
BAB I PENDAHULUAN meliputi: latar belakang masalah, identifikasi
masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, hipotesis, tinjauan pustaka, kerangka teori, metodologi
penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI pada bab ini mencakup landasan teori
yaitu konsep yang mendukung penulisan skripsi. Penulis membagi

15 Moh. Rivaldi Abdul, “Ibu Sebagai Madrasah bagi Anaknya : Pemikiran


Pendidikan R.A Kartini”, Journal of Islamic Education Policy: Pascasarjana, UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta 5, no. 2, (2020).
http://journal.iainmanado.ac.id/index.php/jiep/article/view/1350/899 (Di akses pada
tanggal 5 Februari 2022).
15

pembahasan dalam 3 sub bab, yakni : konsep ibu sebagai madrasah


alūlā, pendidikan akhlak dalam keluarga serta wanita karier.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN meliputi : pendekatan
penelitian, jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, siklus (jadwal
penelitian), data dan sumber data penelitian, teknik pengumpulan data,
teknik analisis data, pedoman observasi, pedoman wawancara.
BAB IV HASIL PENELITIAN pada bab ini meliputi kajian teori
penelitian berupa gambaran umum Desa Telawah, Kecamatan
Karangrayung, Kabupaten Grobogan, deskripsi hasil data penelitian dan
analisis data hasil penelitian.
BAB V PENUTUP merupakan bab akhir yang memuat kesimpulan hasil
penelitian, saran yang membangun dan bermanfaat bagi semua pihak
yang terlibat dalam penelitian, serta lampiran-lampiran yang mendukung
data penelitian.
BAB II LANDASAN TEORI

A. Konsep Ibu Sebagai Madrasah al-Ūlā

1. Makna Ibu sebagai Madrasah al-Ūlā


Ibu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah wanita yang
telah melahirkan, sebutan untuk wanita yang telah bersuami, dan
panggilan yang takzim kepada wanita baik yang sudah bersuami
maupun yang belum.16 Ibu dalam bahasa Arab disebut al Umm,
apabila dilihat turunan nya kata ini memiliki banyak makna
diantaranya umm dengan arti menjadi imam, ikutan jadi kaum.17
Dalam Al-Qur`an, kata al-umm (‫(األم‬terulang sebanyak 35 kali dalam

berbagai bentuk pada 22 surah dalam 31 ayat, 24 kali dalam bentuk


mufrad dan 11 kali dalam bentuk jamak.18
Adapun istilah “Madrasah” berasal dari bahasa Arab yaitu nama
tempat dari kata )‫َو َِّّد راَس ًَّة‬-‫َو ُدُرْو ًَّسا‬-‫َد رًس ا‬- ‫يْد ُرَُّس‬- ‫ (َد َرََّس‬darasa-yadrusu-darsan

wa durûsun wa dirāsatan, yang berarti terhapus, hilang bekasnya,


menghapus, menjadi usang, dan melatih. Dilihat dari pengertian ini
maka madrasah berarti tempat untuk mencerdaskan para peserta didik,
menghilangkan ketidaktahuan atau memberantas kebodohan peserta

16 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 2007), h. 416.
17 Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: PT Hidayah Karya Agung,
1972), hal 48.
18 Fathiyaturrohmah, Ayat-Ayat Tentang Peranan Ibu dalam Pendidikan Anak,
Elementary 2, no. 1, (Januari-Juni 2014): h. 61.
https://studylibid.com/doc/1025304/ayatayat-tentang-peranan-ibu-dalam-pendidikan-anak
(Diakses pada 8 Februari 2022).
17

17

didik serta melatih kemampuan mereka sesuai dengan bakat, minat


dan kemampuannya.19
Secara etimologis, istilah al-ummu madrasah al-ūlā dapat
diartikan sebagai ibu merupakan sekolah pertama. Namun secara
terminologis istilah tersebut diartikan sebagai ibu yang dengan
pendidikannya mampu mempengaruhi perkembangan pendidikan
anak sampai anak itu berhasil dalam pendidikannya.20 Hal ini

sebagaimana syair Ḥafiẓ Ibrāhīm: ‫َد َّْد ََّت َش َّْع با طي‬P‫األُّم َم درَس َّة إَذا أَّْع َد َّْد ََتَا أع‬
‫ََّب اأْل ْع راَِّّق‬

“Ibu itu ibarat sekolah jika engkau persiapkan ia dengan baik,


berarti engkau telah menyiapkan suatu bangsa dengan dasar yang
baik.”21

Syair tersebut menjelaskan bahwa ibu ialah lembaga pendidikan,


yang jika ia benar-benar mempersiapkan dirinya, berarti ia telah
mempersiapkan sebuah generasi yang benar-benar digdaya. Ibu
memiliki pengaruh besar dalam membentuk karakter, akhlak, dan
moral-anak-anak. Penanaman nilai-nilai kebaikan dan pendidikan
serta motivasi untuk kesuksesan anak-anak akan membawa
perubahan-perubahan dan pengaruh yang sangat besar untuk kualitas
generasi bangsa.22

19 Fithriani Gade, “Ibu Sebagai Madrasah dalam Pendidikan Anak”, Jurnal Ilmiah
Didaktika 13, no. 1, (Agustus 2012): h. 33.
https://jurnal.arraniry.ac.id/index.php/didaktika/article/view/462 (Diakses pada tanggal 9
Februari 2022).
20 Nurhayati, Syahrizal, “Urgensi dan Peran Ibu Sebagai Madrasah Al-Ula dalam
Pendidikan Anak”, Jurnal Itqan 6, no. 2, (Juli 2015): h. 155.
http://ejurnal.iainlhokseumawe.ac.id/index.php/itqan/article/download/49/45. (Diakses
pada tanggal 12 Februari 2022).
21 Abdullah Nashih ‘Ulwan, Tarbiyatul Aulad Fil Islam Pendidikan Anak Dalam
Islam, Cet. 12, (Solo: Insan Kamil, 2020), hal. 7.
22 Zulhamdi dan Mahfudz Masduki, Ibu dalam Al-Qur’an: Sebuah Kajian Tematik,
18

Suryati Armaiyn menuliskan dalam bukunya yang berjudul


Catatan Sang Bunda bahwa, Ibu ialah manusia yang sangat sempurna.
Ia akan menjadi manusia sempurna manakala mampu mengemban
amanah Allah SWT., yakni menjadi guru bagi anakanaknya, menjadi
pengasuh bagi keluarga, menjadi pendamping bagi suami, dan
mengatur kesejahteraan rumah tangga. Ia juga mampu menjadi
mentor dan motivator. Kata-katanya mampu menggelorakan
semangat. Nasihat nya mampu meredam ledakan amarah. Tangis nya
mampu menggetarkan arsy Allah SWT, Doanya tembus sampai langit
ke tujuh. Di tangan nya rezeki yang sedikit bisa menjadi banyak, dan
di tangan nya pula penghasilan yang banyak tidak berarti apa-apa,
kurang dan terus kurang. Dialah yang mempunyai peran sangat
penting dalam menciptakan generasi masa depan.23
Berdasarkan uraian di atas penulis menyimpulkan bahwa ibu
ialah seorang perempuan yang menikah dan diberi kepercayaan oleh
Allah SWT., untuk mengandung dan melahirkan anak dan menjadi
orang yang pertama menjalin ikatan batin dan emosi pada anak serta
sebagai sentral dalam perkembangan awal anak. Selain itu ibu juga
bertanggung jawab untuk mengasuh, merawat, mendidik, dan menjadi
teladan bagi anak-anaknya.

2. Peran dan Tugas Ibu sebagai Madrasah al-Ūlā


Kata “peran” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
diartikan dengan kiprah, eksistensi, pemain atau perangkat tingkah
yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di
masyarakat.24 Peran merupakan aspek dinamis kedudukan (status),
Esensia 16, no. 1, (2015): h. 9-10.
http://ejournal.uinsuka.ac.id/ushuluddin/esensia/article/view/984. (Diakses pada tanggal
12 Februari 2022).
23 Suryati Armaiyn, Catatan Sang Bunda, (Jakarta: Al-Mawardi Prima Jakarta,
2011), h. 7-8.
24 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kamus
Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka. 1994), h. 751.
19

apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajiban nya sesuai


dengan kedudukan nya, maka ia menjalankan suatu peranan.25
Sebagaimana pendapat Livinson yang dikutip oleh Soerjono
Soekanto bahwa:26
a. Peranan meliputi norma-norma yang diungkapkan dengan posisi
atau tempat seseorang dalam masyarakat.
b. Peranan ialah konsep tentang apa yang dilakukan oleh individu
dalam masyarakat sebagai organisasi.
c. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang
penting sebagai struktur sosial masyarakat.
Peran yakni seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh
orang lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan nya dalam
suatu sistem. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam
maupun dari luar dan bersifat stabil. Selain itu peran juga dapat
didefinisikan sebagai bentuk dari perilaku yang diharapkan dari
seseorang pada situasi sosial tertentu.27

Berdasarkan pengertian tersebut di atas, penulis menyimpulkan


bahwa peran merupakan suatu sikap atau perilaku dinamis dari
kedudukan (status) yang dimiliki oleh seseorang. Dalam hal ini peran
yang dimainkan di dalam keluarga yakni peran ibu sebagai madrasah
pertama bagi anak-anaknya.

Berbicara mengenai pendidikan anak, maka yang berpengaruh


besar adalah seorang Ibu. Seperti yang diungkapkan oleh Samsul
Munir Amin dalam bukunya yang berjudul Menyiapkan Masa Depan

25 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,


2002), h. 243.
26 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, h. 221.
27 KozierBarbara, Peran dan Mobilitas Kondisi Masyarakat, (Jakarta: Gunung
Agung, 1995), h. 21.
20

Anak secara Islami, peran ibu dalam mendidik anak ialah sebagai
berikut:28

a. Peranan Ibu dalam Pendidikan Jasmani dan Kesehatan Bagi Anak-


anak
Pendidikan jasmani dan kesehatan bagi anak-anak menjadi
tugas dan tanggung jawab seorang ibu, baik dari segi aspek
perkembangan ataupun aspek perfungsian. Beberapa hal yang
dapat ditempuh untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan jasmani
dan kesehatan anak-anak yakni dengan memberi peluang yang
cukup untuk menikmati ASI, sebab ASI mengandung makanan
jasmani, psikologikal, dan spiritual yang tidak terdapat dalam susu
formula.
b. Peran Ibu dalam Pendidikan Intelektual Anak
Ibu berperan besar terhadap pendidikan anak-anaknya
sebelum memasuki sekolah, hal ini dapat dilakukan dengan
pembiasaan yang baik ketika di rumah. Misalnya dengan
menolong anak, menemukan hal baru, dan menumbuhkan
kesediaan-kesediaan, bakat, minat, serta kemampuan akalnya
untuk memperoleh kebiasaan-kebiasaan dan sikap intelektual yang
sehat. Dalam memainkan fungsi peranan nya dalam pendidikan
anak, yakni ibu harus mempersiapkan rumah tangga dengan
segala macam-macam rangsangan intelektual dan budaya.
c. Peranan Ibu dalam Pendidikan Psikologikal dan Emosi
Kecerdasan psikologikal, perkembangan jiwa yang positif,
dan emosi anak sangat dipengaruhi dari kesabaran dan teladan dari
seorang ibu. Anak yang dididik ibu dengan cara kekerasan juga

28 Samsul Munir Amin, Menyiapkan Masa Depan Anak secara Islami, (Jakarta:
Amzah, 2007), h. 31-36.
21

akan membentuk watak yang keras terhadap jiwa dan psikologi


anak.
Lebih lanjut Dewi Maharani berpendapat bahwa dalam
Pendidikan Islam mendidik dengan memperhatikan sisi psikologi
seorang anak berperan penting dalam menjembatani proses
penyampaian ilmu pengetahuan agar lebih memperhatikan
psikologi masing-masing individu anak, karena hal ini sangat
menentukan keberhasilan orang tua atau pendidik dalam
mentransfer ilmu yang diberikan kepada anak-anaknya. Dengan
demikian akan menjadikan anak lebih sehat jiwanya, mereka akan
memiliki kondisi fisik yang prima, kecerdasan mental intelektual
(IQ) yang tinggi, kondisi kesehatan jiwa/kepribadian yang matang
dan stabil dalam mental emosionalnya (EQ) mempunyai integritas
kepribadian yang tinggi (mental-sosial), serta mempunyai
keteguhan iman dan Islam.29
d. Peranan Ibu dalam Pendidikan Agama Anak
Seorang ibu sangat berperan dalam penanaman nilai-nilai
pendidikan agama bagi anak. Bahkan ketika anak masih dalam
kandungan, demikian pula nilai-nilai pendidikan keagamaan dapat
dipraktikan oleh ibu terhadap anaknya sejak usia dini. Penanaman
pendidikan agama yang dimulai sejak dini yang dilakukan oleh
ibu akan memiliki arti yang penting bagi proses selanjutnya dalam
pendidikan Agama anak.

e. Peran Ibu dalam Pendidikan Moral (Akhlak) Anak

29 Dewi Maharani, “Pendidikan Anak Perspektif Psikologi Dan Pendidikan


Islam”. IQ (Ilmu Al-qur’an): Jurnal Pendidikan Islam 1, No. 01, 2018, h. 38-60.
https://doi.org/10.37542/iq.v1i01.5, link Jurnal:
https://journal.ptiq.ac.id/index.php/iq/article/view/5 (diakses pada 10 Juli 2022).
22

Seorang ibu diharapkan mampu menanamkan nilai-nilai


pendidikan moral sejak dini agar meresap pada diri anak.
Pendidikan moral yang dapat dilakukan oleh ibu kepada anaknya
ialah memberikan contoh perilaku yang baik dalam bergaul,
menghormati bapak, ibu, kakak, adik, dan anggota keluarga
lainnya. Demikian pula kepada orang lain yang harus dihormati.
f. Peran Ibu dalam Pendidikan Sosial Anak
Seorang ibu memainkan peranan yang sangat penting dalam
pendidikan sosial anak. Pendidikan sosial anak dengan
lingkungannya dimulai sejak anak masih kecil. Adapun
pendidikan sosial terhadap anak dapat dilakukan oleh ibu dalam
hal memilih lingkungan sosial yang baik untuk anak, memilih
teman belajar, serta teman bermain yang baik bagi anak.
Selaras dengan pendapat Samsul Munir Amin, peranan wanita
sebagai ibu juga mendapat perhatian khusus dalam Islam. Menurut
konsep Islam, peranan ini sangat vital bagi kelangsungan hidup yang
sejahtera. Keberadaan ibu menjamin kesinambungan umat. Selain itu
peran sebagai pendidik anak dianggap sebagai tugas utama dan suci.
Dan keadaan wanita di suatu bangsa menjadi tolak ukur keberhasilan
generasinya, mengingat eratnya hubungan ibu dan anak sejak dalam
kandungan.30
Pendidikan seorang anak merupakan proses mendidik,
mengasuh, serta melatih jasmani dan rohani mereka yang dilakukan
oleh para orang tua sebagi tanggung jawabnya terhadap anak dengan
berlandaskan pada nilai-nilai yang terpuji, yang tentunya bersumber
dari Al-Qur’an dan Sunnah. Dalam hal ini peran dan keikutsertaan ibu

30 Aprijon Efendi, “Eksistensi Wanita dalam Perspektif Islam”, Jurnal Muwazah 5,


no. 2, (Desember 2013): h. 229.
http://e-journal.iainpekalongan.ac.id/index.php/Muwazah/article/view/347 (Diakses pada
tanggal 14 Maret 2022).
23

sangat diperlukan. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an di bawah

ini: ‫َو اْل و ِل د ُت ُيْر ِض ْع َن َاْو اَل َدُهن َح ْو َلْيِن َك اِم َلْيِن ِلَم ْن َاَر اَد َاْن ُّيِتم الرَض اَع َة‬

“Ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun


penuh, bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan.” (QS. al
Baqarah [2] :
233)
Berdasarkan Tafsir Ibnu Katsir dalam ayat ini terkandung
bimbingan dari Allah Ta’ala bagi para ibu supaya mereka menyusui
anak-anaknya dengan sempurna, yakni dua tahun penuh.31 Ayat
AlQur’an di atas dapat dijelaskan bahwa, arti penyusuan di sini
bukanlah sekedar memberikan air susu, tetapi memberikan pula
kepuasan rohani, pemeliharaan, pendidikan dan sebagainya.
Sebagaimana diakui para ahli betapa eratnya hubungan emosional dan
fisik antara ibu dan anak yang dilahirkan nya. Dibutuhkan keahlian
khusus seorang ibu sebagai orang yang paling dekat dengan anak
untuk membina anaknya hingga memiliki pondasi yang kuat dalam
menghadapi zaman yang terus berkembang. Peran orang tua terutama
ibu mempunyai pengaruh besar bagi pertumbuhan seorang anak.32
Bersumber dari beberapa pendapat di atas, penulis
menyimpulkan bahwa ibu memiliki peran yang sangat besar terhadap
pendidikan anak-anaknya. Maka dari itu ibu harus memahami
pendidikan dan pengasuhan anak sedini mungkin. Sekalipun ia

31 Abdullaḥ bin Muḥammad bin Abdurrāḥmān bin Isḥāq Alu Syaikh, Lubābut Tafsir
Min Ibni Katsīr, terj. M. Abdul Ghoffar dan Abu Iḥsan al-Atsari, Tafsir Ibnu Katsīr, (Jakarta:
Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2017), h. 595.
32 Ratna Dewi, Kedudukan Perempuan dalam Islam dan Problem Ketidakadilan
Gender, Jurnal Kajian Gender dan Anak 4, no. 1, (2020): h.
11.
https://www.lp2msasbabel.ac.id/ (Diakses pada tanggal 16 Maret 2022)
24

memiliki peran ganda sebagai ibu rumah tangga maupun wanita karir,
tetapi hendaknya tetap memperhatikan pendidikan anak-anaknya.
Dalam hal pengasuhan terhadap anak, ibu memegang peranan
yang sangat penting. Sebab ibu menjadi sosok yang paling dekat
dengan anak nya bahkan menjadi orang pertama yang dikenal oleh
anak karena sudah menjalin hubungan kasih sayang sejak ada dalam
kandungan. Hal ini yang mengharuskan ibu untuk mempersiapkan
pendidikan anaknya dengan sebaik mungkin sehingga nantinya dapat
mencetak generasi dan pemimpin-pemimpin yang mampu mampu
memimpin umat dan menjadi generasi penerus yang baik.

3. Kedudukan Perempuan dalam Keluarga


a. Perempuan Sebagai Istri
Ketika akad pernikahan telah berlangsung dan sah
memenuhi syarat dan rukun nya, maka akan menimbulkan akibat
hukum. Dalam hal ini hukum yang ditimbulkan ialah hak dan
kewajiban sebagai suami istri.33 Salah satu tujuan pernikahan ialah
untuk mendirikan keluarga yang harmonis, sejahtera, dan bahagia.
Keharmonisan dalam membina rumah tangga tersebut dapat
dicapai dengan cara memenuhi hak dan kewajiban masingmasing.
Sebab, kesejahteraan dalam keluarga hadir dari terciptanya
ketenangan lahir dan batin.34
Sebagaimana firman Allah SWT., dalam Al-Qur’an sebagai
berikut:

...
‫َو َلُهن ِم ْثُل الِذ ْي َع َلْيِهن ِباْلَم ْع ُرْو ِف‬...
“…dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan
kewajibannya menurut cara yang ma´ruf”.(QS. al Baqarah [2] :
228).

33 Abd. Rahman Ghazali, Fikih Munakahat, (Jakarta: Prenada Media, 2003), h. 155.
34 Abdul Rahman Ghazali, Fikih Munakahat, (Jakarta: Prenada Media, 2003), h. 22.
25

Berdasarkan Tafsir Ibnu Katsir makna yang terkandung


dalam ayat ini ialah para istri itu mempunyai hak atas suami
mereka seperti hak yang dimiliki suami atas diri mereka.
Masingmasing dari keduanya harus menunaikan hak tersebut
dengan cara yang baik.35Ayat ini juga menjelaskan bahwa dalam
kehidupan rumah tangga, perempuan memiliki berbagai hak yang
harus dipenuhi oleh laki-laki, sebagaimana laki-laki yang juga
memiliki hak dan harus dipenuhi oleh perempuan. Dasar hak-hak
dan kewajiban ini ialah tradisi yang bersandarkan kepada fitrah
masing-masing seorang laki-laki dan perempuan.36
Sebagai seorang istri, perempuan berperan dalam
pengabdian nya kepada suami. Selain itu istri juga selalu menjadi
suport suaminya baik dalam pekerjaan maupun kegiatan positif
lainnya. Begitu besar peran perempuan sebagai istri sehingga
banyak laki-laki yang sukses karena di belakangnya terdapat istri
yang sangat luar biasa. Salah satu tokoh istri yang sangat luar
biasa dalam sejarah Islam ialah Siti Khadijah istri Rasulullah
SAW.37 Allah SWT., berfirman dalam Al-Qur’an sebagai berikut:

... ‫ُهن ِلَباٌس لُك ْم َو َاْنُتْم ِلَباٌس لُهن‬...


“...mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian
bagi mereka...” (QS. al-Baqarah [17] : 187).

Menurut Ibnu ‘Abbas “Mereka ialah pakaian bagimu, dan


kamu pun adalah pakaian bagi mereka” mengandung arti bahwa
35 Abdullaḥ bin Muḥammad bin Abdurrāḥmān bin Isḥāq Alu Syaikh, Lubābut Tafsir
Min Ibni Katsīr, terj. M. Abdul Ghoffar dan Abu Iḥsan al-Atsari, Tafsir Ibnu Katsīr, (Jakarta:
Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2017), h. 572.
36 Wahbah Az-Zuhaili, al-Fiqih al-Islam Wa Adillatuhu Jilid 9, (Jakarta: Gema
Insani, 2011), Cet. 1, h. 230.
37 Dian Lestari, “Ekstistensi Perempuan dalam Keluarga (Kajian Peran
Perempuan Sebagai Jantung Pendidikan Anak”, Jurnal Muwazah 8, no. 2, (Desember
2016): h. 261. http://e-journal.iainpekalongan.ac.id/index.php/Muwazah/article/view/760
(Diakses pada tanggal 16 Maret 2022).
26

“mereka itu sebagai pemberi ketenangan bagi kalian, dan kalian


pun sebagai pemberi ketenangan bagi mereka”. Adapun pendapat
Rabi’ bin Anas “Mereka itu sebagai selimut bagi kalian, dan
kalian pun ialah selimut bagi mereka”.38
Salah satu fungsi pakaian ialah untuk menutup aurat atau
hal yang rawan, serta kekurangan-kekurangan. Hal ini berarti
masing-masing suami-istri memiliki kekurangan yang tidak dapat
ditutupi kecuali dengan bantuan lawan jenisnya. 39 Sebagai suami
harus bisa menutupi aib dan kekurangan istri, begitupun istri juga
harus bisa memahami dan menutupi aib suami. Pakaian
diperlukan untuk menutupi badan dan menghindar dari hal yang
menyakitkan, begitupun dengan suami istri, diantaranya akan
menjaga kemuliaan, kehormatan, serta memberikan kebahagiaan
satu sama lain.
Allah SWT., menciptakan perempuan dan laki-laki untuk
saling melengkapi dan saling membutuhkan. Keduanya harus
saling menjaga satu sama lain guna terciptanya keluarga yang
sakinah, mawaddah, warahmah. Sebab, istri yang cantik
perangainya, akan menjadikan suami yang baik budi pekertinya.
Berikut ialah beberapa kewajiban yang harus dilaksanakan
seorang istri:40
1) Mentaati suami
2) Mengikuti tempat tinggal suami
3) Meringankan beban belanja suami
4) Berdandan hanya untuk suami

38 Abdullaḥ bin Muḥammad bin Abdurrāḥmān bin Isḥāq Alu Syaikh, Lubābut Tafsir
Min Ibni Katsīr, terj. M. Abdul Ghoffar dan Abu Iḥsan al-Atsari, Tafsir Ibnu Katsīr, (Jakarta:
Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2017), h. 448.
39 M. Quraish Shihab, Perempuan, (Jakarta: Lentera Hati, 2005), h. 33.
40 Mutmainah Afra Rabbani, Istri yang Dirindukan Surga Berdasarkan Al-Qur’an
dan As-sunnah, (Jakarta: Lembar Langit Indonesia, 2015), cet. 1, h. 113.
27

5) Memelihara dan mengasuh anak


6) Tidak keluar rumah tanpa izin suami
7) Menjaga harta suami
8) Tidak berpuasa sunnah kecuali dengan izin dari suami
9) Mensyukuri tentang apa yang diberikan oleh suami
Adapun maksud kewajiban seorang istri untuk mentaati
suaminya, yakni selama suaminya tidak bermaksiat kepada Allah
SWT. Sungguh bentuk ketaatan paling utama dari seorang istri
shalihah kepada suaminya dan menjadi bentuk baktinya kepada
suaminya ialah ketika ia bersedia memenuhi keinginan suami,
seperti yang disyariatkan dalam ajaran Islam. Yakni hak untuk
menikmati kehidupan bersuami istri dengan utuh dan sempurna
serta dengan cara yang baik. Karena memang ini yang menjadi
tujuan pokok pernikahan. Selain itu seorang istri hendaknya
memperhatikan kegemaran suami dalam hal makanan, pakaian,
obrolan, dan semua yang terlihat di kesehariannya.41
Salah satu bentuk ketaatan istri kepada suami ialah
mengikuti tempat tinggal yang telah disediakan oleh suaminya.
Namun apabila lingkungan tempat tinggal yang disediakan oleh
suami ternyata akan merusak akhlak atau tidak aman, baik dari
segi bangunan maupun keselamatan, maka istri mempunyai hak
untuk menolak. Dan apabila suami sudah memilihkan lingkungan
yang dapat memelihara akhlak istri dan keluarganya, walaupun
rumahnya kurang bagus sebab suami tidak mampu untuk
menyediakan yang lebih baik, maka istri tetap wajib untuk tinggal
bersama suaminya di rumah tersebut.42

41 Ali bin Sa’id Al-Gamidi, Fikih Wanita, (Sukoharjo: Aqwam, 2012), h. 159.
42 Mutmainah Afra Rabbani, Istri yang Dirindukan Surga Berdasarkan Al-Qur’an
dan As-sunnah, h. 115.
28

Sebagaimana firman Allah SWT., dalam Al-Qur’an di

bawah ini:
...
‫َاْس ِكُنْو ُهن ِم ْن َح ْيُث َس َك ْنُتْم ِم ْن ُّو ْج ِد ُك ْم‬

“Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat


tinggal menurut kemampuanmu...” (Q.S at-Thalaq [65] : 6).

Berdasarkan Tafsir Ibnu Katsīr dijelaskan bahwa dalam


ayat tersebut Allah SWT memerintahkan kepada hamba-
hambaNya, jika salah seorang dari mereka menceraikan istrinya
maka hendaklah dia menempatkannya di dalam rumah sampai dia

‫ِّم‬
selesai menjalani masa ‘iddahnya. ‫نَّ وْج دُكَّْم‬ “menurut

kemampuanmu”. Ibnu ‘Abbas, Mujahid, dan beberapa ulama


lainnya mengatakan: “yakni, kesanggupan kalian.” Sampai
Qatadah mengemukakan: “Kalaupun engkau tidak mendapatkan
tempat kecuali di samping rumahmu, maka tempatkanlah di
sana.43
Ayat tersebut menjelaskan bahwa hendaknya para suami
menyediakan tempat tinggal untuk istri yang telah diceraikan
selama menjalani masa iddah. Istri yang telah diceraikan masih
mempunyai hak untuk memperoleh jaminan tempat tinggal, tentu
seorang istri sah yang memiliki kewajiban untuk mengurus,
melayani, serta menjaga harta kekayaan suami lebih pantas
mendapatkan hak tersebut.
Seorang istri wajib untuk mengikuti tempat tinggal
suaminya dengan alasan sebagai berikut:44

43 Abdullaḥ bin Muḥammad bin Abdurrāḥmān bin Isḥāq Alu Syaikh, Lubābut Tafsir Min
Ibni Katsīr, terj. M. Abdul Ghoffar dan Abu Iḥsan al-Atsari, Tafsir Ibnu Katsīr, (Jakarta:
Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2017), h. 31.
44 Mutmainah Afra Rabbani, Istri yang Dirindukan Surga Berdasarkan Al-Qur’an
dan As-sunnah, h. 117.
29

1) Istri akan bertanggung jawab menjadi wakil dalam mengurus


rumah tangga.
2) Istri wajib untuk memelihara keamanan dan keselamatan harta
kekayaan milik suami.
3) Istri wajib mengasuh, dan mendidik serta membina
anakanaknya.
4) Istri wajib untuk memelihara cinta suami kepada dirinya.
5) Apabila sewaktu-waktu suami ingin menyalurkan syahwatnya,
maka istri dengan segera bisa mengabulkannya.
Dari beberapa pendapat mengenai peran dan kewajiban
seorang istri penulis menyimpulkan bahwa sejatinya dalam
kehidupan rumah tangga, suami istri harus memahami kewajiban
dan tanggung jawab masing-masing. Dengan demikian kehidupan
keluarga akan berjalan seimbang dan hakikat indahnya
kebersamaan dalam keluarga dapat terwujud. Sebab, tanpa
kesadaran akan hak dan kewajiban yang dimiliki masing-masing,
mustahil tujuan pernikahan yang sakinah mawaddah warahmah
dapat dirasakan oleh setiap anggota keluarga.
b. Perempuan Sebagai Ibu
Di samping perannya sebagai istri, perempuan yang sudah
memiliki anak memiliki peran dan tanggung jawab sebagai ibu.
Kewajiban seorang perempuan sebagai ibu ialah mengerti akan
tanggung jawab mendidik anak-anaknya dengan akhlak mulia.
Seorang anak selalu bersama ibunya pada masa-masa prasekolah.
Ibu lah yang menanamkan makna-makna mulia tentang Rabb-nya,
Nabi-nya, agama-nya, orang tuanya, masyarakat, serta umat-nya.
Apabila seorang ibu berhasil menanamkan hal itu kepada anaknya
30

maka ia laksana sebuah madrasah, dan madrasah ini memiliki


pengaruh besar bagi anak di sepanjang hidupnya.45
Islam memandang dan memberikan posisi bagi wanita pada
tempat yang mulia dan terhormat. Keberadaan seorang ibu sangat
penting di dalam kehidupan rumah tangga. Di tangan seorang ibu,
setiap individu dibesarkan dengan kasih sayang yang tak
terhingga. Ibu dengan taruhan jiwa raga telah memperjuangkan
kehidupan anaknya, sejak anak masih dalam rahim, lahir hingga
tumbuh menjadi dewasa. Itulah alasan mengapa Islam
memberikan kedudukan seorang ibu tiga kali lipat lebih tinggi
dibandingkan ayah. Di dalam Al-Qur’an Allah SWT
memerintahkan manusia untuk menghayati dan mengapresiasi ibu
atas jasa-jasanya dengan berbuat baik kepadanya.46
Allah SWT., menempatkan kedudukan Ibu pada posisi yang
sangat mulia dan ia menjadi sosok pertama dan utama yang
berhak menerima bakti seorang anak. Ibu ialah perempuan yang
diberi amanah oleh Allah SWT., untuk mengandung, melahirkan,
dan menyusui serta mendapat tanggung jawab untuk merawat,
membesarkan dan mendidik anak. 47 Selain itu ibu menjadi orang
tua pertama yang diharapkan kehadiran nya oleh anak, karena
perhatian dan kasih sayangnya. Ibu juga merupakan sosok
pertama yang dikenal oleh anak karena senantiasa merawat,
menyusui, dan menggantikan pakaiannya.48

45 Ali bin Sa’id Al-Gamidi, Fikih Wanita, h. 156.


46 Siti Ermawati, “Peran Ganda Wanita (Konflik Peran Ganda Wanita Karier
ditinjau dalam Perspektif Islam”, Jurnal Edutama 2, no. 2, (Januari 2016): h. 3.
http://repository.ikippgribojonegoro.ac.id/id/eprint/430 (Diakses pada tanggal 2 Februari
2022).
47 Sri Mulyani, “Peran Ibu dalam Pendidikan Karakter Anak Menurut
Pandangan Islam”, Jurnal An-Nisa’ 11, no. 2, (Desember 2018): h. 516.
http://mail.jurnal.iainbone.ac.id/index.php/annisa/article/view/336 (Diakses pada tanggal
7 Februari 2022).
31

Ibu menjadi seseorang yang memiliki peran begitu besar,


sehingga dalam hadits Nabi Muhammad SAW, disebutkan sampai
tiga kali.

‫َُّل‬P‫ََِّّّل َََّ ل َّى ا ل‬P‫َّ َعْن أِب ُه رْي رَة رِّض ََّي ا لَُّل َعْنَُّه قاََّل َج اَء رُج َّل إََل رَُّس وَِّّل ا ل‬

‫اَل‬PP ‫َِّّل َمْن أَح َُّّق الن اِّس ِِّبْس َِّّن َ َح ابََِّّّت ق‬P ‫َعلْي َِّّه َوَس ل ََّم َف َق اََّل ََي رُس وََّل ا ل‬

‫اَََّّل‬PP‫ق‬
‫اَل ُث َم َّْن‬PP‫اََّل َُّث ُأُّم ََّك ق‬P‫اََّل َُّث ُأُّم ََّك َق اَل ُث َم َّْن ق‬P‫اََّل َُّث َم َّْن ق‬P‫أُّم ََّك ق‬

‫و زرَع َة َِّّم ْث‬PP P P ‫ا أب‬PP P P ‫َّوََّب َح دث ن‬P P P P‫وََّك َو َق اََّل ابَُّن ُش ْْبَم ََّة َو ََْيَََّي بُن أي‬P P P P‫ُث أب‬

(‫لَُّه )رواَّه البخاري‬

“Dari Abu Hurairah radhiallahu'anhu, ia berkata, "Ada


seseorang yang datang kepada Rasulullah ‫ ﷺ‬seraya berkata,
"Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak
kuberikan bakti kepadanya?" Beliau menjawab, "Ibumu." Ia
bertanya lagi, "Kemudian siapa?" Beliau menjawab, "Ibumu." Ia
bertanya lagi, "Kemudian siapa lagi?" beliau menjawab,
"Ibumu." Ia bertanya lagi, "Kemudian siapa?" Beliau menjawab,
"Kemudian ayahmu." Ibnu Syubrumah dan Yahya bin Ayyub
berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Zur'ah hadis
seperti di atas." (HR. Bukhari No. 5971).49

Hadits ini mengandung arti bahwa seorang ibu memiliki


keistimewaan tersendiri, yakni derajatnya lebih tinggi dibanding

48 Buyung Surahman, “Peran Ibu terhadap Masa Depan Anak”, Jurnal Hawa 1, no.
2, (Desember 2019): h. 202.
https://ejournal.iainbengkulu.ac.id/index.php/hawa/article/view/2600 (Diakses pada
tanggal 9 Februari 2022).
49 Imām Abī Abdillah Muhammad bin Ismāīl bin Ibrāhīm bin Al-Mughirāh bin
Badruzbah al-Jufi al-Bukhari, Sahih Bukhari, (Mesir: Darul Fikr, 1994), Kitab Sahih
Bukhari, Bab Kitab al-Adab, hal. 1500.
32

seorang bapak. Nabi Muhammad SAW menyebutkan kata ibu


sebanyak tiga kali, sedangkan kata bapak hanya satu kali.
Sebagaimana Firman Allah SWT di bawah ini:

‫َوَو صْيَنا اِاْل نَْس اَن ِبَو اِلَد ْي ِه َح َم َلْتُه ُاُّم ه َو ْهًنا َع لى َو ْهٍن وِفَص اُل‬
‫ه‬
٤١ ‫ِفْي َعاَم ْيِن َاِن اْشُك ْر ِلْي َو ِلَو اِلَد ْيَك ِاَلي اْلَم ِص ْيُر‬
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada
dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam
keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam
dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu
bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu”. (QS. Luqman [13] :
14).

Berdasarkan Tafsir Ibnu Katsir ayat tersebut menjelaskan


untuk beribadah kepada Allah Yang Esa dengan berbakti kepada
kedua orang tua. Dalam ayat ini disebutkan “Ibunya telah
mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah”.
Mujahid berkata: “Beratnya kesulitan mengandung anak”,
Qatadah berkata: “Keberatan demi keberatan.” Sedangkan ‘Atha’
al-Khurasani: “Kelemahan demi kelemahan.” “Dan menyapihnya
dalam dua tahun,”yakni mengasuh dan menyusuinya setelah
melahirkannya selama dua tahun. Serta kalimat “Bersyukurlah
kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-
Kulah kembalimu.” Yaitu, sesungguhnya Aku akan membalasmu
atas semua itu secukup-cukupnya balasan.50
Menurut Tafsir Al-Misbah dalam perintah Allah SWT
menyebutkan kata al-walidain atau kedua orang tua. Hal ini

50 Abdullaḥ bin Muḥammad bin Abdurrāḥmān bin Isḥāq Alu Syaikh, Lubābut Tafsir
Min Ibni Katsīr, terj. M. Abdul Ghoffar dan Abu Iḥsan al-Atsari, Tafsir Ibnu Katsīr, (Jakarta:
Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2017), h. 255.
33

mengisyaratkan bahwa manusia harus berbakti kepada kedua


orang tua bagaimanapun keadaan mereka. Bakti atau berbuat baik
kepada orang tua ialah bersikap sopan santun kepada keduanya
dalam ucapan dan perbuatan sesuai dengan adat kebiasaan
masyarakat, sehingga mereka senang terhadap anak.Termasuk
dalam makna bakti ialah dengan mencukupi kebutuhan-kebutuhan
mereka yang sah dan wajar sesuai kemampuan anak.51
Secara tegas di dalam Al-Qur’an Allah SWT
Memerintahkan setiap manusia untuk mengapresiasi jasa-jasa ibu
dengan berbuat baik kepadanya. Sebab, di tangan ibu individu
dibesarkan dengan kasih sayang yang tidak terhingga. Ibu rela
mempertaruhkan jiwa raga untuk memperjuangkan kehidupan
anaknya sejak masih dalam kandungan, setelah lahir hingga
dewasa.
Dari beberapa pengertian di atas penulis menyimpulkan
bahwa ibu merupakan sosok yang mempunyai ikatan batin yang
kuat dengan anaknya, senantiasa merawat, mendidik,
membersamai anak semenjak masih di dalam kandungan hingga
bertumbuh dewasa. Dan benar adanya kata pepatah bahwa kasih
ibu tak terhingga dan sepanjang masa. Oleh sebab itu hak-hak
paling fundamental bagi perempuan yang berperan sebagai ibu
ialah hak mendapatkan kepatuhan, ketaatan, dan penghormatan
dari semua anaknya.

c. Perempuan Sebagai Anak


Perintah berbakti kepada orang tua di dalam ajaran Islam
menjadi sebuah kewajiban. Sebagaimana Firman Allah SWT
dalam Al-Qur’an di bawah ini:

51 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an,


(Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 87-88.
34

‫َو َق ض ى َر ُّبَك َاال َتْعُبُد ْو ا ِاال ِاياُه َو ِباْلَو اِلَد ْيِن ِاْح س ًنا َِّاما‬

‫َيْبُلَغن ِع ْنَدَك الِْك َبَر َاَح ُدُهَم ا َاْو ِك لُهَم ا َفاَل َتُقْل لُهَم ا ُا ٍف‬

٣٢ ‫واَل َتْنَهْر ُهَم ا َو ُقْل لُهَم ا َقْو اًل َك ِر ْيًم ا‬


“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada
ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di
antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut
dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu
mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah
kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang mulia”. (QS. al-Isra’ [17] : 23).

Sayyid Quthub menafsirkan ayat ini dalam Tafsir Fī Zhilāl


Al-Qur’an bahwa berbuat baik kepada orang tua ialah sebuah
kewajiban dari Allah SWT. yang menjadi perintah-Nya setelah
mewajibkan manusia untuk menyembah dan beribadah kepada
Allah SWT. Dalam memerintahkan berbakti kepada orang tua,
Allah SWT. menggunakan kata qadha yang berarti keputusan atau
ketetapan yang tidak boleh ditawar. Kewajiban berbakti ini dapat
membangun kesadaran bahwa seorang anak harus senantiasa
mengingat perjuangan orang tua dalam membesarkan nya dengan
curahan kasih sayang, sehingga termotivasi untuk berbuat baik
kepada orang tuanya.52
Dalam ayat tersebut juga terdapat kata uffin dan apabila
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia yakni “hus, akh, atau ah”
yang mempunyai arti tidak sopan, mengandung penghinaan serta
mempunyai maksud membungkam orang yang dibentak dengan
kata “hus” tadi agar jangan berbicara lagi. Maksudnya

52 Sayyid Quthb, Tafsir fī Zhilāl Al-Qur’an: di Bawah Naungan Al-Qur’an, Terj.


As’ad Yasin dkk. Jilid 7, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), h. 249.
35

mengeluarkan kata “hus, akh, ah” sebagian dari lambang


kekesalan hati dan kekecewaan. Kata Uffin tidak hanya berarti
“ah” saja melainkan memiliki makna yang luas dan kata ini sangat
tidak dianjurkan diungkapkan kepada orang tua karena bertolak
belakang dengan kewajiban berbakti salah satunya dengan
berbicara yang baik kepada orang tua.53
Berbakti dan berbuat baik kepada orang tua, mengasihi,
menyayangi, mendo’akan, taat, dan patuh kepada apa yang
mereka perintahkan, melakukan hal-hal yang mereka sukai, serta
meninggalkan sesuatu yang tidak mereka sukai ialah kewajiban
yang harus dilaksanakan seorang anak. Hal ini disebut Birrul
Walidain”. Birrul Wālidain menjadi hak orang tua yang harus
dipenuhi seorang anak, sesuai dengan perintah Islam dan selama
orang tua tidak memerintahkan atau menganjurkan anak-anaknya
untuk melakukan hal yang dibenci Allah SWT.54
Kewajiban anak terhadap orang tua menurut Abu Laits As-
Samarqandi dalam kitabnya Tanbīhul Ghāfilīn yang dikutip Agus
Fitriandi dan Farida Nurhasanah dalam buku Rumah Dunia
Akhirat, dapat diringkas sebagai berikut:55
1) Memenuhi keseluruhan kebutuhan orang tua, baik fisik
maupun psikis, sesuai dengan kemampuan:
a) Apabila orang tua membutuhkan makanan, maka berilah
mereka makan.
b) Apabila orang tua membutuhkan pakaian, hendaklah
berilah mereka pakaian.

53 Umar Hasyim, Anak Saleh, (Surabaya: Bina Ilmu, 2007), h. 38.


54 Ahmad Isa Asyur, Berbakti Kepada Ayah Bunda, (Jakarta: Gema Insani, 2014),
h.2.
55 Agus Fitriandi dan Farida Nurhasanah, Rumah Dunia Akhirat: Sebuah Upaya
Berjamaah Membangun Rumah di Dunia dan di Akhirat, (Karanganyar: Krigan Capital
Press, 2020), h. 40.
36

c) Apabila orang tua membutuhkan bantuan, hendaklah anak


membantunya.
2) Mematuhi orang tua
a) Apabila orang tua memanggil, hendaklah
anak memenuhinya.
b) Apabila orang tua menyuruh anak melakukan sesuatu
maka hendaklah ia menaatinya selama tidak
memerintahkan kemaksiatan dan gunjingan.
3) Berlaku sopan santun dan hormat terhadap orang tua
a) Berbicara kepada kedua orang tua dengan lemah lembut
dan tidak bersikap kasar.
b) Tidak memanggil orang tua dengan nama mereka.
c) Berjalan di belakang orang tua dan tidak mendahului.
4) Ridho (senang) dengan apa yang orang tua ridhoi dan benci
dengan yang orang tua benci.
5) Mendoakan kedua orang tua.
Setiap anak mempunyai kewajiban dan tanggung jawab
terhadap orang tua yang telah membesarkan dan mengasuhnya
dari kecil sampai dewasa. Misalkan ketika orang tua sudah
memasuki lanjut usia, banyak hal yang harus dilakukan anak.
Seperti memberikan perhatian, kasih sayang serta menjaga dari
hal yang dapat menyakitinya. Dengan cara tersebut maka seorang
anak akan menciptakan keluarga yang utuh, sejahtera dan penuh
kasih sayang, sehingga terjadi keseimbangan antara anak dan
orang tua. Adanya hak dan kewajiban membuat hidup menjadi
lebih netral, berimbang, dan fair.56
56 Charisa Yasmine, Pelaksanaan Kewajiban Anak Terhadap Orang Tua Studi
Kasus Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Tresna Wedha (PTSW) Khusnul Khotimah
Pekanbaru Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 1 ahun 1974 Tentang Perkawinan,(JOM
Fakultas Hukum Universitas Riau 4, no. 2, (Oktober 2017): h. 9.
https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFHUKUM/article/download/17721/17117 (Diakses
Pada Tanggal 21 Maret 2022)
37

Orang tua mempunyai hak dan kewajiban terhadap anaknya.


Anak pun mempunyai hak dan kewajiban kepada orang tuanya.
Apabila orang tua dengan kasih sayangnya melakukan
kewajibannya terhadap anak-anaknya, maka sebaliknya anak-anak
juga harus memahami kewajiban nya terhadap orang tua. Lain
halnya ketika anak perempuan sudah berkeluarga maka terjadi
perubahan dalam hal berbakti kepada orang tua, anak laki-laki
(suami) harus mendahulukan orang tuanya terutama ibunya dalam
hal berbakti, adapun anak perempuan (istri) lebih dituntut berbakti
kepada suaminya.
Menurut Syekh Yusuf al-Qaradhawi dalam kumpulan
fatwanya yang terangkum dalam Fatawa Mu’asyirah bahwa
memang benar, taat kepada orang tua bagi seorang perempuan
hukumnya wajib. Tetapi, kewajiban tersebut dibatasi selama
seorang perempuan belum menikah. Apabila seorang perempuan
sudah menikah dan menyandang status sebagai istri maka
diharuskan lebih mengutamakan taat kepada suami. Selama
ketaatan tersebut sesuai syariat dan tidak melanggar perintah
agama.57
Dari penjelasan di atas jelas bahwa yang berhak atas seorang
perempuan (istri) ialah suaminya dan seorang laki-laki (suami)
bertanggung jawab atas ibunya. Dalam hal ini bukan berarti
seorang suami boleh mengekang istrinya untuk selalu mengikuti
semua perintahnya dan berdiam diri dirumah tanpa
memperhatikan orang tuanya. Sebab seorang suami yang baik
akan selalu memberikan kebebasan dan dukungan kepada istri
untuk melayani orang tuanya begitupun sebaliknya.

57 Agung Sasongko, Istri Harus Taat Suami atau Orang Tua?, Republika Online, 25
Januari 2017. https://www.republika.co.id/berita/okbuhx313/istri-harus-taat-suami-
atauorang-tua (Diakses pada tanggal 9 April 2022)
38

d. Perempuan Sebagai Anggota Masyarakat


Seiring perkembangan zaman, keikutsertaan perempuan
dalam kegiatan masyarakat sangat dibutuhkan. Hal ini meliputi
segala aspek pendidikan, sosial ekonomi, hukum, politik, dan
lainlain. Tuntutan bangsa atas nama masyarakat global bahwa
kemajuan suatu bangsa ditentukan bagaimana bangsa tersebut
peduli dan membeli akses yang luas bagi perempuan untuk
beraktivitas di ranah publik. Keterlibatan perempuan menjadi
syarat mutlak dalam upaya mewujudkan pembangunan yang
berkeadilan.
Islam memandang bahwa keberadaan perempuan sebagai
bagian dari masyarakat menjadikan mereka juga memiliki
kewajiban yang sama untuk mewujudkan kesadaran politik pada
diri mereka dan masyarakat secara umum. Hanya saja harus
diluruskan, bahwa pengertian politik dalam konsep Islam tidak
dibatasi pada masalah kekuasaan dan legislasi saja melainkan
meliputi pemeliharaan seluruh urusan umat di dalam negeri
maupun di luar negeri, baik yang menyangkut aspek negara
maupun umat. Dalam hal ini negara bertindak secara langsung
mengatur dan memelihara urusan umat, sedangkan umat bertindak
sebagai pengawas dan pengoreksi pelaksanaan pengaturan tadi
oleh negara.58
Partisipasi perempuan saat ini, bukan hanya sekedar
menuntut persamaan hak tetapi juga mempunyai arti bagaimana
fungsi perempuan bagi pembangunan masyarakat Indonesia.
Melihat potensi perempuan sebagai sumber daya manusia, maka
upaya menyertakan perempuan dalam proses pembangunan bukan
hanya merupakan perikemanusiaan belaka, akan tetapi menjadi

58 Abu Fuad, Penjelasan Kitab Sistem Pergaulan dalam Islam, (Bogor: Pustaka
Thariqul Izzah, 2017), h. 54.
39

tindakan yang efisien. Sebab, tanpa keikutsertaan perempuan


dalam proses pembangunan berarti pemborosan dan memberi
pengaruh negatif terhadap lajunya pertumbuhan ekonomi.
Partisipasi perempuan menyangkut peran tradisi dan transisi.
Peran tradisi atau domestik yakni mencakup peran perempuan
sebagai istri, ibu serta pengelola rumah tangga. Sementara peran
transisi merupakan pengertian perempuan sebagai tenaga kerja,
anggota masyarakat, serta manusia pembangunan. Pada peran
transisi ini perempuan berperan sebagai tenaga kerja aktif yang
turut aktif dalam kegiatan ekonomis di berbagai kegiatan sesuai
keterampilan dan pendidikan yang dimiliki, serta lapangan
pekerjaan yang tersedia.59
Keberadaan perempuan di tengah-tengah masyarakat tidak
bisa luput dari berbagai sudut pandang yang menyertainya.
Adapun perempuan menurut pandangan sejarah memainkan
banyak peran yakni perempuan sebagai ibu, istri, wanita karier
(petani, pengelola perusahaan, guru, pekerja sukarela, kepala desa,
dll).60 Lebih dari itu peran perempuan di Indonesia bahkan sudah
mencapai ranah pemimpin dalam sistem politik pemerintahan
seperti menjadi presiden RI, Gubernur, Bupati, Camat, dan lain
sebagainya.
Peranan perempuan yang digambarkan di atas, selaras
dengan pendapat dari Suriaatmadja mengenai tenaga kerja

59 Iwan Abdul jalil dan Yurisna Tanjung, “Peran Ganda Perempuan Pada Keluarga
Masyarakat Petani di Desa Simpang Duhu Dolok Kabupaten Mandailing Natal”, Jurnal
Intervensi Sosial dan Pembangunan 1, no. 1, (Maret 2020): h. 59.
http://jurnal.umsu.ac.id/index.php/JISP/article/view/4376 (Di akses pada tanggal 13 April
2022).
60 Angelia E. Manebu, “Peranan Perempuan dalam Pembangunan Masyarakat Desa
(Studi Kasus di Desa Maumbi Kecamatan Kalawat Kabupaten Minahasa Utara” Jurnal
Politico 7, no. 1, (2018): h. 1-2.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/politico/article/view/16329 (Di akses pada tanggal
13 April 2022).
40

perempuan yang dikutip oleh Maryam dalam buku yang berjudul


Dinamika Sosial Ekonomi Partisipasi Kerja Perempuan Menikah
(Studi Etnis Sasak), yaitu:61
a. Sebagai buruh (di sektor industri) ia dituntut untuk
mempunyai keterampilan yang cukup untuk memajukan
perusahaan.
b. Di rumah perempuan berperan sebagai pengelola, seorang istri
yang dituntut untuk terus bijaksana, sebagai ibu dari
anakanaknya, serta sebagai pendidik.
c. Sebagai anggota masyarakat ia harus pandai membawa diri
dalam pergaulan dengan orang-orang di sekitarnya.
Dari beberapa pendapat di atas penulis menyimpulkan
bahwa perempuan memiliki peranan penting baik dalam bidang
domestik (rumah tangga) maupun non domestik (peran produktif
di luar rumah). Perempuan dan laki-laki memiliki kesempatan
yang sama untuk bekerja dengan ketentuan yang telah ditetapkan
syariat, serta tidak meninggalkan hak dan kewajiban yang
dimiliki.

B. Pendidikan Akhlak dalam Keluarga

1. Pengertian Pendidikan Akhlak


Istilah Pendidikan akhlak terdiri dari dua kata yakni pendidikan
dan akhlak. Maka dari itu akan dijelaskan terlebih dahulu mengenai
pengertian pendidikan dan pengertian akhlak. Pendidikan secara
etimologi berasal dari bahasa latin, yakni educatum yang tersusun dari
dua kata, yaitu E dan duco. Makna dari kata E berarti sebuah
perkembangan dari luar atau dari sedikit banyak. Sedangkan duco

61 Maryam, Dinamika Sosial Ekonomi Partisipasi Kerja Perempuan Menikah


(Studi Etnis Sasak), (Yogyakarta: Bintang Pustaka Madani, 2021), Cet. 1, h. 5-6.
41

berarti perkembangan atau sedang berkembang. Jadi bisa disimpulkan


bahwa pendidikan secara etimologi ialah sebuah proses
mengembangkan kemampuan diri sendiri.62 Pendidikan dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia ialah proses perubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui usaha pengajaran dan pelatihan.63
Secara terminologi terdapat berbagai definisi pendidikan
menurut para ahli:
a. Ki Hajar Dewantara
Pendidikan ialah segala usaha dari orang tua terhadap anak-
anak dengan maksud menyokong kemajuan hidupnya.64
Pendidikan menjadi tuntunan di dalam hidup tumbuhnya
anakanak. Adapun maksudnya yakni menuntun segala kekuatan
kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia
dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang setinggi-tingginya.65
Ki Hajar Dewantara memberikan definisi mengenai
pendidikan secara singkat akan tetapi makna yang terkandung
luas. Misalnya kata orang tua di sini bisa bermakna orang tua
kandung, pendidik, wali yang mengurus anak. Kemudian kata
menyokong kemajuan hidupnya dapat berarti bahwa orang tua
atau pendidik yang sedang berusaha memberikan tuntunan kepada
anaknya, sebagai bekal hidup yang nantinya dapat membuat anak
tersebut mampu beradaptasi dan berinteraksi dengan baik dalam
62 Agnes, Untuk Apa Aku Mengenal Pendidikan?, (Bogor: Guepedia, 2020) h. 21.
63 Kamus Besar Bahasa Indonesia (Online)
http://bahasa.kemendiknas.go.id/kbbi/index.php. (Diakses pada tanggal 10 April 2022).
64 Siti Shafa Marwah, Makhmud Syafe’i, dkk, “Relevansi Konsep Pendidikan
Menurut Ki Hajar Dewantara dengan Pendidikan Islam”, Jurnal Tarbawy: Indonesian
Journal of Islamic Education 5, no. 1, (2018): h. 16.
https://ejournal.upi.edu/index.php/tarbawy/article/view/13336 (Diakses pada tanggal 10
April 2022).
65 Sudarto, Filsafat Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Deepublish, 2021), h. 43.
42

lingkungan masyarakat, dan menjalani kehidupannya secara


mandiri dengan tuntunan yang telah diberikan.
b. Menurut Lawrence A. Cremin
Dikutip oleh Rudi Ahmad Suryadi menurut Menurut Lawrence
A. Cremin Pendidikan merupakan sebuah upaya yang cermat,
sistematis, berkesinambungan untuk melahirkan, menularkan, dan
memperoleh pengetahuan, nilai-nilai, keterampilan dan
perasaanperasaan dalam setiap kegiatan belajar yang dihasilkan
dari kegiatan tersebut baik langsung maupun tidak langsung, baik
disengaja maupun tidak. Melalui pendidikan diharapkan kegiatan
belajar dimunculkan, nilai pengetahuan, keterampilan, dan
perasaan dilahirkan, diperoleh, dan ditularkan. 66 Pendapat ini
selaras dengan pendapat Ki Hajar Dewantara bahwa tersirat suatu
maksud bahwa pendidikan dapat menumbuhkembangkan
kedewasaan.
Menurut Zahara Idris yang dikutip oleh Rudi Ahmad Suryadi
dalam buku yang berjudul Ilmu Pendidikan Islam, Istilah pendidikan
terutama pendidikan formal dalam bahasa Inggris dikenal dengan
kata education yang berasal dari kata to educate yakni mengasuh,
mendidik. Dalam Dictionary of Education, makna education ialah
kumpulan proses yang memungkinkan seseorang mengembangkan
kemampuan, sikap, dan bentuk tingkah laku yang bernilai positif di
dalam masyarakat. Istilah education dapat pula dimaknai sebuah
proses sosial ketika seseorang dihadapkan pada pengaruh lingkungan
yang terpilih dan terkontrol, sehingga mereka dapat memperoleh
kemampuan sosial dan perkembangan individual secara optimal.67

66 Rudi Ahmad Suryadi, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Deepublish, 2018),


cet. 1, h. 3.
67 Rudi Ahmad Suryadi, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Deepublish Group
Penerbitan CV Budi Utama, 2018), Cet. 1, h. 1-2.
43

Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan orang


dewasa kepada mereka yang dianggap belum dewasa. Pendidikan
menjadi transformasi ilmu pengetahuan, budaya, sekaligus nilai-nilai
yang berkembang pada suatu generasi agar dapat ditransformasikan
kepada generasi berikutnya. Dalam pengertian ini pendidikan tidak
hanya merupakan transformasi ilmu, melainkan sudah berada dalam
wilayah transformasi budaya dan nilai yang berkembang dalam
masyarakat. Pendidikan dalam makna yang demikian, jauh lebih luas
cakupannya dibandingkan dengan pengertian yang hanya merupakan
transformasi ilmu. Budaya yang dibangun oleh manusia dan
masyarakat dalam konteks ini mempunyai hubungan dengan
pendidikan. Pendidikan dalam konteks yang luas mengarahkan
manusia pada perwujudan budaya yang mengarah pada kebaikan dan
pengembangan masyarakat.68 Pendidikan dalam Islam memiliki tiga
dimensi, yaitu:69

a. Tarbiyyah, merupakan proses pendidikan yang lebih memberikan


penekanan pada perkembangan fisik dan intelektual seorang
individu.
b. Ta’dīb, merupakan proses pendidikan yang bertujuan untuk
pemeliharaan manusia yang baik dengan memberikan
pengetahuan agama dan etika mulia sesuai dengan ajaran Islam.
Sehingga seorang individu dapat menempatkan dirinya dan
berusaha bersama orang lain dalam masyarakat dengan keadilan.
c. Ta’līm, merupakan sebuah proses pendidikan yang didasarkan
pada kegiatan pengajaran dan pembelajaran.

68 Rudi Ahmad Suryadi, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Penerbit Deepublish


Group Penerbitan CV Budi Utama, 2018), Cet. 1, h. 1.
69 Raudlotul Firdaus Binti Fatah Yasin, “Islamic Education: The Philosophy,
Aim, and Main Features”, International Journal of Education and Research 1, no. 10,
(October 2013): h. 6. http://ijern.com/journal/October-2013/18.pdf (Diakses pada tanggal
11 Februari 2022).
44

Berdasarkan UU Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1)


pendidikan diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.70
Pendidikan memiliki kedudukan yang sangat penting dalam
kehidupan manusia.71 Melalui pendidikan manusia berharap nilainilai
kemanusiaan diwariskan, bukan sekedar diwariskan melainkan
menginternalisasi dalam watak dan kepribadian. Nilai-nilai
kemanusiaan menjadi penuntun manusia untuk hidup berdampingan
dengan manusia lain. Upaya pendidikan melalui internalisasi nilainilai
kemanusiaan menuntun untuk memanusiakan manusia. Oleh karena
itu, pendidikan menjadi kebutuhan manusia.72
Dari beberapa pengertian terkait pendidikan di atas penulis
menyimpulkan bahwa pendidikan ialah suatu usaha atau kegiatan
yang dilakukan secara sadar untuk membantu mengembangkan serta
mengarahkan potensi yang dimiliki manusia baik jasmani maupun
rohani. Hal ini dapat dilakukan melalui penanaman nilai-nilai Islam,
pengajaran moral, maupun fisik guna menghasilkan perubahan yang
positif yang nantinya dapat diaktualisasikan dalam kehidupan dengan
kebiasaan tingkah laku, berpikir, budi pekerti yang baik untuk
mencapai tujuan yang diharapkan dalam hidupnya. Dari penjelasan di
atas jug tersirat suatu maksud bahwa pendidikan dapat
menumbuhkembangkan kedewasaan.

70 UU RI Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen serta UU RI No. 20 Tahun 2003
tentang Sisdiknas, h. 74.
71 Zainudin Fanani, Pedoman Pendidikan Modern, (Jakarta: Arya Surya Perdana,
2010), h. 5.
72 Teguh Triwiyanto, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), h. 1.
45

Sedangkan kata Akhlak berasal dari bahasa arab yaitu khuluqun


yang artinya tabiat, kelakuan, tingkah laku, adat kebiasaan. 73 Adapun
secara istilah, akhlak merupakan sistem nilai yang mengatur pola
sikap dan tindakan manusia di muka bumi ini. Sistem nilai yang
dimaksud yakni ajaran Islam, dengan Al-Qur’an dan sunnah Rasul
sebagai sumber nilainya dan ijtihad sebagai metode berfikir Islami.
Pola sikap dan tindakan yang dimaksud mencakup pola-pola
hubungan dengan Allah, sesama manusia (termasuk dirinya sendiri)
dan dengan alam.74
Definisi akhlak menurut beberapa Tokoh:

a. Ibnu Miskawaīh
Menurut Ibnu Miskawaih akhlak merupakan suatu keadaan
jiwa. Keadaan ini menyebabkan jiwa bertindak tanpa berpikir atau
pertimbangan secara mendalam. Keadaan seperti ini dapat disebut
sebagai karakter. Menurutnya keadaan ini ada dua jenis. Pertama,
alamiah dan bertolak dari watak. Kedua, tercipta melalui
kebiasaan dan latihan. Ibnu Miskawaih juga mengungkapkan
perlu adanya pembinaan jiwa secara intensif dengan daya-daya
akal. Pembinaan inilah yang dapat dikatakan sebagai (tahżib al-

Akhlaq) pendidikan akhlak.75


b. Al-Ghazālī
Al-Ghazālī berpendapat bahwa akhlak ialah ungkapan
tentang sesuatu keadaan yang tetap di dalam jiwa, yang darinya
73 Chotibul Umam, Pendidikan Akhlak: Upaya Pembinaan Akhlak Melalui
Program Penguatan Kegiatan Keagamaan, (Bogor: Guepedia, 2021), h. 23.
74 Muhammad Syafiqurrohman, “Implementasi Pendidikan Akhlak
IntegratifInklusif”, Jurnal Pendidikan, Sosial, dan Agama, 12, no. 1, (2020): h. 38
https://ejournal.insuriponorogo.ac.id/index.php/qalamuna/article/view/240/180 (Diakses
pada tanggal 22 Maret 2022).
75 Ibn Miskawaih, Tahzīb al-Akhlāq wa Tathīr al-‘A’rāq, (Beirūt: Manshurāt
Dār al-Maktabah al Hayāt, 1398), h. 38. 61 Al-Ghazālī, Ihyā Ulūm ad-Dīn, (Beīrut: Dār
Ibnu Hazm, 2005), Juz 3, h. 52.
46

muncul perbuatan-perbuatan dengan mudah dan gampang, tanpa


membutuhkan pemikiran dan penelitian. Apabila dari keadaan ini
muncul perbuatan baik dan terpuji menurut akal dan syariat
seperti halnya jujur, bertanggung jawab, adil dan lain sebagainya,
maka keadaan itu dinamakan akhlak yang baik, dan apabila yang
muncul perbuatan-perbuatan buruk seperti berbohong, egois, tidak
amanah dan lain sebagainya, maka keadaan itu dinamakan akhlak
yang buruk.61
Secara etimologi akhlak bentuk jamak dari kata khuluq yang
berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Dari
pengertian etimologi ini, akhlak bukan saja merupakan tata aturan
atau norma perilaku yang mengatur hubungan antar sesama manusia,
tetapi juga norma yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan
dan bahkan dengan alam semesta.76

Secara empiris akhlak lahir dari kebiasaan. Kebiasaan lahir dari


pembiasaan. Pembiasaan berasal dari kata dasar biasa, lazim, sering
kali. Pembiasaan merupakan proses penanaman kebiasaan,
mendorong seseorang agar mengupayakan pengulangan suatu
tindakan agar ia terbiasa melakukan nya sehingga terkadang
seseorang tidak menyadari lagi apa yang dilakukan nya karena sudah
menjadi kebiasaan bagi nya.77

Akhlak merupakan keadaan jiwa seseorang yang mendorong


untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa dipikirkan atau tanpa
melalui pertimbingan pikiran terlebih dahulu. Adapun indikator
akhlak yang bersumber dari Al-Qur’an menurut Deden Makbullah

76 Khaidir, Kosilah, dkk, Pendidikan Akhlak Anak Usia Dini, (Aceh, Yayasan
Penerbit Muhammad Zaini, 2021), h. 1.
77 M. Quraish Shihab, Yang Hilang dari Kita Akhlak, (Ciputat: Lentera hati, 2016),
Cet. 1, h. 90.
47

yang dikutip oleh Siti Suwaibatul Aslamiyah, dkk dalam bukunya


yang berjudul Pendidikan Akhlak dengan Literasi Islami, yakni:78

Tabel 2. 1 IndikatorAkhlak
Indikator Akhlak
a. Kebaikan bersifat kebaikan yang terkandung
mutlak (al-khairiyah dalam akhlak merupakan
al-muthlaq) kebaikan murni dalam
lingkungan, keadaan, waktu,
dan tempat apa saja.

b. Kebaikan bersifat kebaikan yang terkandung di


menyeluruh (as- dalamnya menjadi kebaikan
Shalahiyah al-ammah) untuk seluruh umat manusia.

c. Implementasi bersifat berarti hukum, yakni tingkah


wajib (al-ilzam laku yang harus dilaksanakan,
almustajab) dan mendapat sanksi hukum
apabila tidak dilaksanakan.

d. Pengawasan bersifat yakni melibatkan pengawasan


menyeluruh (al- Allah Swt. dan manusia
lainnya, sebab sumbernya dari
raqabah al-muthiah) Allah SWT.

Berdasarkan uraian-uraian di atas penulis menyimpulkan bahwa


pendidikan akhlak ialah usaha sadar, teratur, dan sistematis di dalam
memberikan bimbingan dan pembinaan oleh orang tua atau pendidik

78 Siti Suwaibatul Aslamiyah, Evi Zulianah, dkk, Pendidikan Akhlak dengan


Literasi Islami, (Lamongan: Nawa Literasi Publishing, 2021), Cet. 1, h. 1.
48

kepada anak agar terbentuk kebiasaan dan kepribadian yang mulia.


Pendidikan akhlak meliputi proses pembinaan, penanaman, dan
pengajaran sungguh-sungguh sebagai usaha untuk menghilangkan
kebiasaan-kebiasaan buruk, perbuatan-perbuatan yang harus
dilakukan dan dijauhi oleh manusia, sehingga akan terbentuk dan
terbiasa melakukan perilaku-perilaku yang baik serta menyukseskan
tujuan tertinggi dalam kehidupan sesuai ajaran Islam yakni mencapai
kebahagiaan dunia dan akhirat.

2. Urgensi Pendidikan Akhlak dalam Keluarga


Islam merupakan agama yang sempurna, sehingga setiap ajaran
yang ada di dalamnya memiliki dasar pemikiran dan tujuan begitupun
pendidikan akhlak. Pendidikan Akhlak menjadi ilmu yang memiliki
keutamaan dalam Islam. Sebab akhlak menjadi cerminan baik
buruknya seseorang dan menjadi indikator kuat bagi keimanannya.
Semakin baik akhlak seseorang maka semakin baik pula
keimanannya, begitu juga sebaliknya.79 Ibarat rumah tanpa dinding
bagai rumah tanpa pendidikan, atapnya ialah perlindungan dari
kemaksiatan dan lantainya dibuat dari ubin yang mengajarkan anak
rendah hati. Tiangnya ialah shalat dan tangganya ialah keteladanan
ayah dan ibu. Di setiap anak tangga terdapat motivasi yang terus
menginspirasi sang anak untuk mencapai tujuan hidupnya. Jadilah
bangunan utuh sebagai rumah agama bagi anak-anak.80
Sesama manusia dituntut untuk memberikan manfaat kepada
orang lain, memberi kontribusi yang baik, memberi pertolongan dan
perhatian, saling mengingatkan serta mengajak kepada kebaikan dan
menjauhi kemungkaran. Hal ini dapat dilakukan dengan dasar akhlak
yang baik. Apabila iman seseorang telah kuat terhadap dirinya sendiri,
79 Ummu Ihsan dan Abu Ihsan al-Atsari, Aktualisasi Akhlak Muslim, dalam Halim
Setiawan, Wanita, Jilbab dan Akhlak, (Sukabumi: CV Jejak Anggota IKAPI, 2019), Cet.
1, h. 69.
80 Bachtiar Nasir, Masuk Surga Sekeluarga, (Jakarta: AQL Pustaka, 2016), h. 204.
49

selanjutnya tanggung jawabnya ialah mengingatkan keluarganya. Hal


ini sesuai dengan firman Allah SWT. yang terkandung dalam Al-

Qur’an berikut ini: ‫ي‬

‫َناًرا وُقْو ُد َها الناُس‬ ‫ا َم ُنْو ا ُقْو ا َاْنُفَس ُك ْم َو َاْهِلْيُك ْم‬ ‫َايَُّها الِذ ْيَن‬

‫َو اِْلحَج اَر ُة َع َلْيَها َم ل ِٕىَك ٌة ِغ اَل ٌظ ِش َداٌَّد ال َيْع ُصْو َن اٰل َّل َم ا َاَم َر ُهْم‬

٠ ‫َو َيْفَع ُلْو َن َم ا ُيْؤ َم ُرْو َن‬


“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia
dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada
mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. (QS.
AtTahrim [66] : 6).

“Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka” menurut


At-Tabari, yang dimaksud dengan memelihara diri dan keluarga ialah
mengajari diri sendiri dan keluarga berbuat taat pada Allah.
Sedangkan menurut Ali bin Abi Thalib maksud ayat ini ialah
“mengajar dan mendidik keluarga”.81 Tentu saja dengan didikan yang
baik akan semakin meningkatkan kedekatan mereka pada nilai-nilai
religi dan kemanusiaan ideal.82
Dalam hal pendidikan akhlak orang tua merupakan pembina
pribadi yang pertama dan utama dalam kehidupan anak, kepribadian
orang tua, sikap dan cara hidup merupakan unsur-unsur pendidikan
yang tidak langsung dengan sendirinya akan masuk ke dalam pribadi

81 Tafsir Ibnu Katsir, hal. 8/171. Teks asal: : ‫ في قوله تعالى‬, ‫عن علي رضي هالّل عنه‬
)‫ (قوا آنفسكم وأهليكم نارا‬Dalam buku A. Fathih Syuhud, Jihad Keluarga: Membina
Rumah Tangga Sukses Dunia Akhirat, (Malang: Pustaka Al khoirot, 2021), Cet. 1, h. 10.
82 A. Fathih Syuhud, Jihad Keluarga: Membina Rumah Tangga Sukses Dunia
Akhirat, (Malang: Pustaka Al khoirot, 2021), Cet. 1, h. 10.
50

anak-anak yang sedang tumbuh.8384 Seseorang yang berakhlak baik


akan menjadi pribadi yang kuat dan taat. Jadi, akhlak bertujuan untuk
menjadikan manusia terbiasa melakukan hal yang baik, yang indah,
mulia, terpuji, serta terhindar dari perbuatan yang buruk. Selain itu,
akhlak dapat membedakan batas antara hal yang baik dan hal yang
buruk serta menempatkan sesuatu sesuai tempatnya.85
Menurut Sayyidina Alī bin Abī Thālib r.a, seorang sahabat
Rasulullah Muhammad SAW., menganjurkan, ajaklah anak pada usia
sejak lahir sampai tujuh tahun bermain, ajarkan anak peraturan atau
adab ketika mereka berusia tujuh sampai empat belas tahun, pada usia
empat belas sampai dua puluh satu tahun jadikanlah anak sebagai
mitra orang tuanya. Ketika anak masuk ke sekolah mengikuti
pendidikan formal, dasar-dasar karakter ini sudah terbentuk. Anak
yang sudah memiliki watak yang baik biasanya memiliki achievement
motivation yang lebih tinggi karena perpaduan intelligence quotient
dan spiritual quotient sudah terformat dengan baik.86
Tujuan diberikan pendidikan akhlak kepada anak ialah agar
dapat membersihkan diri dari perbuatan dosa dan maksiat. Karena
sebagai manusia yang memiliki jasmani dan rohani, maka jasmani
dibersihkan secara lahiriyah melalui fikih sedangkan rohani
dibersihkan secara bathiniyah melalui akhlak. Sebab, orang yang
memiliki batin yang bersih akan melahirkan perbuatan yang terpuji

83 Abdul Hamid, Memaknai Kehidupan, (Banten: Makmood Publishing, 2020), Cet.


84 , h. 67.
85 Abdul Hamid, Memaknai Kehidupan, h. 25.
86 Jito Subianto, “Peran Keluarga, Sekolah, dan Masyarakat dalam Pembentukan
Karakter Berkualitas”, Edukasia LPPG lembaga Peningkatan Profesi Guru 8, no. 2,
(Agustus 2013): h. 337.
http://journal.iainkudus.ac.id/index.php/Edukasia/article/view/757 (Diakses pada tanggal
16 Maret 2022).
51

sehingga dengan perbuatan terpuji akan melahirkan masyarakat yang


saling menghargai dan hidup rukun serta bahagia dunia dan akhirat.87
Menurut ulama’ Alī Abdūl Halim Maḥmūd, tujuan pendidikan
akhlak antara lain:88
a. Mempersiapkan insan beriman dan saleh yang menjalani
kehidupan sesuai ajaran Islam, serta melaksanakan apa yang
diperintahkan dan meninggalkan segala larangan yang telah
ditetapkan.
b. Mempersiapkan manusia-manusia yang beriman dan senantiasa
beramal shaleh.
c. Mempersiapkan insan mulia yang beriman dan beramal shaleh
serta mampu mengajak orang lain ke jalan Allah SWT.
d. Mempersiapkan insan yang beramal shalih dan beriman, yang
dapat berinteraksi dengan baik serta menghargai antar umat
beragama.
e. Mempersiapkan insan yang mampu menjunjung tinggi
persaudaraan sesama umat muslim serta merasa bangga menjadi
bagian keluarga muslim.
f. Mempersiapkan insan yang loyalitas kepada agama Islam dan
berusaha sekuat tenaga demi tegaknya panji-panji Islam di muka
bumi.
Pendidikan akhlak yang diberikan orang tua kepada anak tidak
hanya bermanfaat ketika di dunia, akan tetapi juga untuk kehidupan
abadi di akhirat kelak. Rasulullah SAW bersabda:

87 Suhartono, Roidah Lina, Pendidikan Akhlak dalam Islam, (Semarang: Pilar


Nusantara, 2019), h. 9.
88 Alī Abdūl Halīm Maḥmud, Tarbiyah al-Khuluqiyah Akhlak Mulia, terj. Abdul
Hayyie al-Kattani, dkk, (Jakarta: Gema Insani, 2004), h. 160.
52

‫اَل إَذَّا‬PP P ‫َُّل َعَلْي َِّّه َوَس ل َََّّم ق‬P P ‫ََِّّّل َََّ ل َّى ا ل‬P P ‫ِّه َعَّْن أِب ُه َْري رََّة أ ن رُس وََّل ا ل‬P P ‫َعَّْن أبي‬

‫ِّه‬P‫ُه إَّ ِّم َّْن َََثث َّة َّإ ِّم َّْن َ َد ق ة ََّج اري ةأْو ِّع ْل َّم ي ْن َت َََُّفب‬P‫َم اََّتاِّْْلنَس اَُّنْن َقَََط َعْن َُّه َعَم ل‬

‫أََّّْو َو ل َّد‬

(‫َ ال َّح يْد عو لُه)ََّّروامََّّه سلم‬

“Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda, "Apabila


salah seorang meninggal dunia, maka terputuslah segala amalannya
kecuali tiga perkara; Sedekah yang terus-menerus mengalir, ilmu
yang bermanfaat dan anak saleh yang selalu mendoakannya.". 89(HR.
Muslim)

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara pendidikan akhlak


menjadi hal terpenting dan urgent dalam meningkatkan kualitas suatu
bangsa. Sebab, akhlak mulia merupakan fondasi seluruh kebaikan dan
kunci untuk mendapatkan kebaikan, keberuntungan dan kesuksesan.
:Sebagaimana pepatah Arab menyebutkan

‫ا َّنااألَم َُّم َأَْخ َّقأَّْن ََه وَّا َس اََّءْت أَََّْخ ُق ُه َّْم َس اءْو ا‬
“Suatu kaum dinilai dengan akhlaknya, jika akhlak mereka rusak,
maka mereka pun akan binasa”.90
Dari beberapa penjelasan terkait urgensi pendidikan akhlak
dalam keluarga penulis menyimpulkan bahwa penerapan pendidikan
akhlak terhadap anak dalam keluarga sedini mungkin memiliki tingkat
urgensitas yang sangat besar. Sebab pendidikan akhlak yang baik akan
melahirkan pribadi-pribadi baik, dan kebaikan menjadi potensi dasar

89 Imam Abī Ḥusain Ibn Hajaj al-Qusyairi an-Naisaburi, Sahih Muslim, (Kairo:
Darul Hadis, 1997), Kitab al-Wasiyat, Bab Māyal haqu al-Insanu Minatsawābi ba’da
wāfatihi, h. 770.
90 Mahmudi, Ending Bahruddin, dkk, “Urgensi Pendidikan Akhlak dalam
Pandangan Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah”, Jurnal Pendidikan Islam 8, no. 1, (April
2019): h. 23. http://ejournal.uika-bogor.ac.id/index.php/TADIBUNA/article/view/1349
(Diakses pada tanggal 10 April 2022).
53

yang harus dikembangkan untuk mencapai tujuan kehidupan yakni


kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

3. Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak dalam Keluarga


Pendidikan akhlak dalam keluarga menjadi hal yang sangat
penting dilaksanakan agar tercipta generasi muda yang berakhlak
mulia. Keluarga ialah sekolah pertama tempat putra-putri belajar. Dari
sana, mereka mempelajari sifat-sifat mulia, seperti kesetiaan, rahmat,
kasih sayang dan sebagainya. Keluarga adalah unit terkecil yang bisa
menjadi pendukung dan pembangkit lahirnya bangsa dan masyarakat,
sebaliknya bisa juga mempunyai andil bagi runtuhnya suatu bangsa

dan masyarakat. Benar jika dikatakan ‫األْس رَُّةِّعَم اَُّدالَِّبَِّّد ِِّبَا ََْتَََّّيَوَِِّباَََّ ْو َُّت‬
(keluarga ialah tiang negara, dengan keluargalah negara bangkit atau
runtuh).91
Menurut Said Ishaq Hosseini yang dikutip Abdul al-Qadir al-Salih
dalam buku Buah Hati Antara Perhiasan dan Ujian Keimanan keluarga
ialah sebuah pondasi dan institusi yang paling dicintai dalam Islam.
Sedangkan menurut Hamzah Ya’qub keluarga merupakan persekutuan
hidup berdasarkan perkawinan yang sah dari suami dan istri yang juga
selaku dari orang tua yang melahirkan anak-anaknya. Sesuai
pandangan Islam bahwa keluarga menjadi batu bata pertama untuk
membangun istana masyarakat muslim, serta merupakan madrasah
iman yang diharapkan dapat mencetak generasi-generasi muslim yang
mampu meninggikan kalimat Allah SWT di muka bumi.92

91 Zubaedi, “Optimalisasi Peranan Ibu dalam Mendidik Karakter Anak Usia Dini
Zaman Now”, Al-Fitrah: Journal of Early Childhood Islamic Education 3, no. 1, (Juli 2019):
h. 58. https://ejournal.iainbengkulu.ac.id/index.php/alfitrah/article/view/2506 (Diakses
pada tanggal 14 Maret 2022).
92 Abdul al-Qadir al-Salih, Buah Hati Antara Perhiasan dan Ujian Keimanan,
(Yogyakarta: Diandra Kreatif, 2017), h. 7.
54

Peran orang tua dalam mendampingi dan mendidik anak tidak


terbatas sebagai orang tua. Orang tua juga berperan sebagai polisi
yang selalu siap menegakkan keadilan dan kebenaran, dan berperan
juga sebagai guru yang dapat mendidik anak dengan baik.
Sewaktuwaktu orang tua berperan sebagai teman dengan menciptakan
percakapan yang sehat dan tempat mencurahkan isi hati. Orang tua
dapat merasakan, menghayati, dan mengerti kondisi anak jika alam
psikologis orang tua beralih ke alam anak, apabila percakapan yang
sehat ini dikembangkan, anak-anak akan terbuka kepada orang tua.
Anak pun tidak segan mengutarakan isi pikirannya kepada orang tua.
Orang tua dapat memasukkan nilai-nilai positif kepada anak melalui
percakapan yang sehat sehingga dapat meluruskan jalan pikiran anak
yang keliru dengan baik.9394 Akhlak secara garis besar dikelompokkan
menjadi dua , yaitu:95
a. Akhlak terhadap diri sendiri
Akhlak terhadap diri sendiri ialah pemenuhan kewajiban
seseorang terhadap dirinya sendiri, baik yang menyangkut
kebutuhan jasmani maupun rohani. Adapun akhlak atau perilaku
terpuji antara lain:
1) Jujur
Perilaku jujur merupakan sendi kehidupan. Jujur ialah sikap
dasar untuk membangun kepercayaan dari orang lain.
Seseorang yang tidak memiliki kejujuran tidak akan
memperoleh kepercayaan dari siapapun.
2) Percaya diri
Rasa percaya diri yang tinggi sangatlah diperlukan seseorang,
sehingga seseorang tersebut tidak ragu dalam menjalankan
93 Abdul Hamid, Memaknai Kehidupan, (Banten: Makmood Publishing, 2020), Cet.
94 , h. 42.
95 Retno Widiyastuti, Kebaikan Akhlak dan Budi Pekerti, (Semarang: Alprin, 2010),
h. 3.
55

tugas yang menjadi tanggung jawabnya dalam kehidupan


sehari-hari.
3) Ramah dan sopan
Sikap ramah dan sopan berfungsi untuk menjaga hubungan
antar sesama manusia tanpa mempunyai perasaan bahwa
dirinya lebih dibandingkan dengan yang lain.
4) Bekerja keras dan disiplin
Sikap bekerja keras dan disiplin sangat diperlukan untuk
memperoleh kemajuan dalam hidup seseorang. Di
negaranegara maju, hampir semua masyarakatnya mempunyai
tingkat disiplin yang tinggi dalam bekerja.
5) Ikhlas
Ikhlas berarti memberikan sesuatu kepada orang lain tanpa
mengharapkan imbalan. Sifat ikhlas ini akan membuat
seseorang memiliki jiwa sosial yang tinggi.
b. Akhlak terhadap Keluarga
Keluarga ialah sekelompok orang yang memiliki hubungan
darah sebagai hasil dari adanya ikatan perkawinan. Akhlak dalam
sebuah keluarga akan ditentukan oleh akhlak dari para anggota
keluarga atau orang-orang yang ada di keluarga itu, misalnya
akhlak suami terhadap istri, dan sebaliknya, akhlak ibu terhadap
anak dan sebaliknya, akhlak anak terhadap kakek, nenek, dan
orang yang lebih tua, dan sebagainya. Apabila masing-masing
anggota keluarga mempunyai akhlak yang baik, maka
kebahagiaan dalam sebuah keluarga akan tercapai.
c. Akhlak terhadap Lingkungan
Lingkungan dalam hal ini masyarakat, merupakan kumpulan
dari unit-unit keluarga yang hidup berdampingan satu dengan
yang lain. Keluarga ini berasal dari berbagai macam latar
belakang, baik pendidikan, agama, sosial ekonomi, adat istiadat,
56

dan sebagainya. Pendidikan Akhlak dalam Islam dapat menjadi


sarana untuk membentuk karakter individu muslim yang
berakhlakul karimah. Individu yang berkarakter mampu
melaksanakan kewajiban-kewajiban nya dan menjauhi segala
larangan-larangan-Nya.96
Seseorang dituntut untuk memiliki akhlak yang baik terhadap
lingkungan masyarakat. Sebab, seseorang tidak dapat lepas dan
bergantung terhadap lingkungan masyarakat dimana ia tinggal.
Pergaulan dalam masyarakat akan berjalan baik apabila berlaku
akhlak yang berisikan hak dan kewajiban yang harus ditaati oleh
setiap anggota masyarakat.
Menurut pandangan Islam, penerapan akhlak yang baik harus
dilakukan dalam segala aspek kehidupan. Adapun akhlak terhadap
sesama manusia, meliputi akhlak sebagai anak, akhlak kepada orang
tua, akhlak terhadap sesama saudara muslim, akhlak terhadap
tetangga, dan, akhlak terhadap guru. a. Akhlak Sebagai Anak
Membentuk akhlakul karimah terhadap diri anak bukanlah
suatu hal yang mudah, maka anak-anak harus dibiasakan secara
terus-menerus dengan mengajarkan akhlakul karimah sebagai
berikut:97
1) Melarang berbuat syirik terhadap Allah SWT.
2) Mengajak anak mendirikan shalat, beramal makruf nahi
mungkar dan sabar.
3) Membiasakan berbakti kepada orang tua.
4) Melarang berlaku sombong, angkuh serta membanggakan diri.
5) Sopan santun dalam berbicara dan berjalan.

96 Didin Hafidhuddin, Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur’an, (Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada, 2012), h. 67.
97 Siti Suwaibatul Aslamiyah, Evi Zulianah, dkk, Pendidikan Akhlak dengan
Literasi Islami, h. 4.
57

b. Akhlak kepada Orang Tua


Seorang anak dituntut untuk berbakti dan memiliki akhlak
mulia terhadap orang tua, sebab orang tua telah bersusah payah
memelihara, mengasuh, serta mendidiknya. Dalam
implementasinya, contoh akhlak anak terhadap orang tua ialah
sebagai berikut:98
1) Mendoakan dan berbakti terhadap orang tua
2) Taat terhadap segala yang diperintahkan dan meninggalkan
segala yang dilarang selama tidak bertentangan dengan syariat
agama.
3) Menghormati dengan berbicara yang halus dan sopan.
4) Menyayangi mereka, memberikan penghidupan, pakaian, serta
memberi pengobatan apabila sakit.
c. Akhlak terhadap Saudara Sesama Muslim
Akhlak terpuji yang dapat dilakukan oleh seorang muslim
terhadap saudaranya yakni dengan berbuat adil serta mencintai
saudaranya. Selain itu tidak saling mencela dan saling
mencemooh. Cemooh merupakan bagian dari mengucapkan
perkataan buruk, menghina atau menganggap remeh terhadap
seseorang. Kata tersebut dimaksudkan untuk mengejek supaya
orang tertawa atau menertawakan yang diejek.99 Seseorang
dituntut untuk memiliki akhlak yang baik terhadap saudaranya.
Misalnya, seorang adik harus bersikap sopan dan hormat kepada
kakaknya. Sedangkan kakak harus menyayangi, mengayomi, dan
dapat menjadi contoh yang baik bagi adiknya.
d. Akhlak terhadap Tetangga

98 Mulyadi dan Adriantoni, Psikologi Agama, (Jakarta: Kencana, 2021), Cet. 1, h.


27-28.
99 Siti Suwaibatul Aslamiyah, Evi Zulianah, dkk, Pendidikan Akhlak dengan
Literasi Islami, h. 5.
58

Sebagai makhluk sosial dalam kehidupan sehari-hari


seseorang juga dituntut untuk memiliki akhlak yang baik terhadap
tetangga, mengingat kedudukan tetangga jauh lebih utama apabila
dibandingkan dengan saudara yang bertempat tinggal jauh. Sebab
dalam kehidupan sehari-hari, tetangga menjadi orang pertama yang
menolong apabila sedang dalam kesulitan, siap selalu untuk
membantu dan ikut serta mengawasi keamanan rumah saat ditinggal
bepergian. Dalam implementasinya, contoh akhlak terhadap tetangga
ialah sebagai berikut:100
1) Menolong apabila membutuhkan pertolongan.
2) Menjenguk apabila sedang sakit.
3) Ikut bahagia dan mengucapkan selamat apabila ada tetangga yang
memperoleh kebahagiaan.
4) Saling bertanya kabar.
5) Mengucapkan salam ketika hendak bertamu.
6) Saling memberi walau sedikit.
Al-Ghazali mengklasifikasikan pendidikan akhlak yang
terpenting dan harus diketahui meliputi: perbuatan baik dan buruk,
kesanggupan untuk melakukannya, mengetahui kondisi akhlaknya,
dan sifat yang cenderung kepada satu dari dua hal yang berbeda, serta
menyukai salah satu diantara keduanya, yakni kebaikan atau
keburukan.101
Berdasarkan penjelasan terkait ruang lingkup akhlak dalam
keluarga maka penulis menyimpulkan bahwa Pendidikan akhlak
dalam keluarga menjadi hal yang sangat penting dilaksanakan agar
tercipta generasi muda yang berakhlak mulia sebab keluarga menjadi

100 Mulyadi dan Adriantoni, Psikologi Agama, h. 28-29.


101 Yoke Suryadarma dan Ahmad Hifdzil Haq, “Pendidikan Akhlak Menurut
AlGhazālī”, Jurnal At-ta’dib 1, no. 2, (Desember 2015): h. 373.
https://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/tadib/article/view/460/417 (Diakses pada
tanggal 14 Februari 2022).
59

sekolah pertama tempat putra-putri belajar. Cakupan pendidikan


akhlak dalam keluarga meliputi, akhlak terhadap diri sendiri, akhlak
terhadap keluarga, akhlak terhadap lingkungan, akhlak sebagai anak,
akhlak terhadap saudara, akhlak terhadap tetangga, dan lain
sebagainya.
C. Wanita Karier

1. Pengertian wanita karier


Wanita dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, berarti
perempuan dewasa. Sedangkan “karier” berarti wanita yang
berkecimpung dalam kegiatan profesi (usaha, perkantoran, dsb). 102
Menurut A. Fatih Syuhud, penulis buku Meneladani Akhlak Rasul
dan Para Sahabat, Wanita karier ialah wanita yang memiliki
pekerjaan dan mandiri finansial baik kerja pada orang lain atau punya
usaha sendiri. Ia identik dengan wanita pintar dan perempuan modern.
Ketiga label ini bisa positif, tapi juga negatif bergantung pada
bagaimana dia bisa membawa diri secara agama dan sosial.103
Istilah karier dari segi bahasa juga berarti sebuah istilah yang
tidak hanya mencakup keikutsertaan pada lapangan kerja. Akan tetapi
lebih kepada ketertarikan atau kesukaan terhadap pekerjaan upahan
dalam waktu lama, atau paling tidak mendambakan kemajuan dan
peningkatan dalam waktu tertentu. Adapun beberapa definisi wanita
karier ialah sebagai berikut:104
a. Wanita karier ialah seorang wanita yang menjadikan pekerjaannya
secara serius.

102 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta Gramedia Pustaka Utama,
2008), h. 372.
103 Arum Faiza. Dkk, Kamulah Wanita Karier yang Hebat, (Jakarta: PT Elex Media
Komputindo, 2020), h. 2.
104 Lintang Cahya Gustaviani, “Wanita Karier dalam Masa Ihdad di Desa Grobogan
Kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun Ditinjau dari Hukum Islam” (Tesis tidak
diterbitkan, Electronic Theses Institut Agama Islam Negeri Ponorogo, 2021), h. 34.
http://etheses.iainponorogo.ac.id/id/eprint/14209 (Diakses pada tanggal 29 Maret 2022).
60

b. Wanita yang berkecimpung dalam dunia profesi (perkantoran,


usaha, dan lain sebagainya).
c. Wanita yang memiliki pekerjaan atau menganggap kehidupan
kerjanya secara serius.
d. Wanita karier merupakan wanita yang mampu mengelola
hidupnya secara menyenangkan dan memuaskan baik dalam
kehidupan profesionalnya maupun dalam membina rumah tangga.
Menurut Prabuningrat ada beberapa persyaratan yang harus
dipenuhi oleh seorang wanita yang ingin berkarir, diantaranya:105
a. Memiliki kesiapan mental, wanita karier harus memiliki wawasan
tentang bidang yang digelutinya dan memiliki keberanian
memikul tanggung jawab sehingga tidak bergantung pada orang
lain.
b. Kesiapan jasmani, wanita karier harus sehat secara fisik dan
memiliki stamina untuk menekuni bidang pekerjaan tertentu.
c. Kesiapan sosial, seorang wanita karier harus memiliki
kemampuan untuk mengembangkan keharmonisan hubungan
antara karier dan kegiatan rumah tangga, menumbuhkan saling
pengertian dengan keluarga dekat dan tetangga, mengontrol
pergaulan yang luas dengan cara menjaga martabat diri sehingga
terhindar dari fitnah dan gosip, serta beradaptasi dengan
lingkungan terkait.
d. Memiliki kemampuan untuk selalu meningkatkan prestasi kerja
demi kelangsungan karier di masa depan.
e. Mempunyai pendamping yang mendukung gagasan baru.
Setiap warga negara berhak atas pekerjaan nya dan perlindungan
atas kemanusiaan, serta memberikan kebebasan bagi seluruh warga
105 Siti Ermawati, “Peran Ganda Wanita Konflik Peran Ganda Wanita Karier
ditinjau dalam Perspektif Islam”, Jurnal Edutama 2, no. 2, (Januari 2016): h. 61.
http://repository.ikippgribojonegoro.ac.id/id/eprint/430 (Diakses pada tanggal 15 Maret
2022).
61

negara untuk bekerja dalam suatu pembangunan tanpa harus ada


diskriminasi bagi laki-laki maupun perempuan. Hal ini dijelaskan
dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 27 ayat 2. Sedangkan di
dalam pasal 5 Nomor 13 Tahun 2003, bahwa perempuan boleh
bekerja pada setiap sektor, dengan catatan ia mau dan bersedia
melakukan pekerjaan tersebut. Bahkan di dalam Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 1969 tentang ketentuan pokok tenaga kerja,
dijelaskan bahwa “orang yang bekerja ialah mereka yang siap bekerja
dengan tujuan mampu menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi
kebutuhan dasar hidupnya”.106
Peran perempuan di publik sebenarnya bukanlah fenomena yang
baru di tengah masyarakat. Dalam konteks Indonesia sendiri sebagai
negara berkembang, sebenarnya banyak para perempuan yang
memiliki pekerjaan untuk membantu memenuhi kebutuhan
keluarganya, baik mengelola sawah, membuka warung di rumah, jadi
pegawai di kantor, perusahaan atau pekerjaan lainnya. 107 Karier sangat
diperlukan wanita agar ia bisa mewujudkan jati diri dan membangun
kepribadiannya. Sebab dalam hal ini wanita tetap bisa mewujudkan
jati dirinya secara sempurna dengan berprofesi sebagai ibu rumah
tangga, sambil berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial atau
politik.108
Dari beberapa pengertian wanita karier di atas, penulis
merumuskan bahwa wanita karier ialah wanita yang menekuni sesuatu
atau beberapa pekerjaan sesuai dengan keahlian yang dimilikinya

106 Lalu Husni, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan, (Jakarta: Rajawali Pers,


2014), h. 28.
107 Elys Farihacha Ismawati, Wanita: Antara Karir dan Keluarga (Bagaimana
Pandangan Islam tentang Wanita Karier, Nafkah dan Tugas Keluarga), (Surabaya: CV.
Global Aksara Pres, 2021), h. 10.
108 Maḥmud Muḥammad al-Jauhari dan Muḥammad Abdul Ḥakim Khayyal,
Membangun Keluarga Qur’ani:Panduan Untuk Wanita Muslimah, (Jakarta: Amzah,
2005), h. 91.
62

untuk mencapai suatu kemajuan dalam hidup, pekerjaan atau jabatan.


Wanita karier seringkali diidentikkan dengan wanita yang tangguh,
cerdas, dan luar biasa. Sehingga keberadaan wanita karier saat ini
sering dianggap sebagai salah satu faktor pendukung kemajuan suatu
bangsa. Syarat utama menjadi wanita karier ialah harus mampu
mengelola hidupnya secara menyenangkan dan memuaskan baik
dalam kehidupan profesionalnya dalam pekerjaan maupun dalam
membina rumah tangga.

2. Wanita Karier dalam Sudut Pandang Islam


Seorang wanita bekerja bukanlah suatu perkara baru. Sejak
manusia diciptakan oleh Allah SWT dan mulai berkembang biak,
seorang wanita sudah bekerja baik di rumah maupun di luar rumah.
Akan tetapi pada saat ini istilah bekerja ialah merujuk kepada
perolehan gaji dan pendapatan. Di dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa
salah satu fungsi manusia ialah sebagai khalifah Allah SWT di muka
bumi, salah satunya dengan bekerja, mencari rezeki untuk
mendapatkan makanan, pakaian dan tempat tinggal yang baik.109
Wanita dalam Islam dipandang sebagai pribadi yang
independen, diberi hak untuk berbudaya dan berkarya cipta, agar
dapat berkreasi di pentas alam, berapresiasi di muka bumi secara
benar sesuai dengan petunjuk-Nya. Para wanita pada zaman Nabi
SAW sudah aktif dalam berbagai bidang pekerjaan. Ada yang bekerja
sebagai perias pengantin, seperti Ummu Salim binti Malhan, ada juga
yang menjadi perawat atau bidan. Adapun dalam bidang perdagangan
istri Nabi SAW yang pertama yakni Khadijah binti Khuwailid, tercatat
sebagai seorang wanita yang sangat sukses. Demikian juga Qilat
Ummi Bani Ammar yang tercatat sebagai seorang wanita yang pernah

109 Fatimah bt Ali, “Pandangan Islam Terhadap Wanita Bekerja”, Jurnal


Ushuluddin 3, (1996): h. 157. https://mjes.um.edu.my/index.php/JUD/article/view/2989
(Diakses pada tanggal 30 Juni 2022).
63

datang kepada Nabi dan meminta petunjuk-petunjuk dalam bidang


jual-beli.110
Sosok Khadijah begitu ternama di kalangan bangsa Quraisy. Ia
berani mengambil alih bisnis keluarganya dan menjadi “tangan”
utama penggerak bisnis perdagangan warisan kedua orang tuanya.
Dengan kecerdasan dan pengetahuannya yang luas, bisnis keluarga
tersebut berjalan dengan baik, bahkan menghasilkan keuntungan yang
banyak. Khadijah benar-benar menjadi wanita populer di kalangan
bangsa Quraisy sebagai perempuan kaya raya yang cerdas dan mahir
berniaga. Ia sampai mendapat julukan “Ratu Makkah” karena
hartanya yang melimpah, serta memiliki strategi perniagaan yang
bagus. Keilmuan yang tinggi juga menyebabkan Khadijah tidak
mudah tergelincir kepada etika-etika tidak berpendidikan, seperti
bersenang-senang, menghambur-hamburkan uang demi kesenangan
sesaat.111
Sejarah telah menginformasikan bahwa sebelum datangnya
Islam, kondisi wanita secara umum dapat dikatakan suram. Wanita,
yang melahirkan manusia, dihina, diperlakukan kasar dan diturunkan
derajatnya sebagaimana pembantu, diperlakukan seperti budak yang
dapat dipelihara dan diceraikan menurut kesenangan suaminya.
Wanita dipandang sebagai perwujudan dosa, kemalangan, aib, malu,
dan tidak memiliki hak dan kedudukan apapun di dalam masyarakat.
Dengan datangnya Islam, posisi wanita secara radikal terdefinisi
kembali. Islam melarang praktek penguburan bayi perempuan dan
memperbaiki hak-hak kelahirannya. Demikian pula Islam telah

110 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Jakarta: Mizan Pustaka, 2007), h.


275.
111 Imron Mustofa, Perempuan-Perempuan Surga Kisah Menakjubkan Para Wanita
Shalihah dan Ahli Ibadah, (Yogyakarta: Laksana, 2020), h. 21-22.
64

mengangkat status wanita ke dalam status yang layak sebagai manusia


yang bermartabat sebagaimana pria.112
Pada dasarnya, idealnya seorang istri ialah tidak bekerja, cukup
di rumah menjadi ibu rumah tangga yang baik untuk mengurusi
rumah, anak dan suami, sekaligus menjadi ratu bagi suami di
rumah.113 Perempuan tidak diwajibkan untuk mencari nafkah, karena
ini menjadi kewajiban laki-laki. Tetapi apabila ia berkehendak, maka
diperbolehkan seorang perempuan untuk bekerja, jika diijinkan oleh
suaminya atau ayahnya jika ia belum menikah, sebab itu mubah
baginya. Hal ini sesuai dengan Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an
berikut ini:

‫َو اَل َتَتَم نْو ا َم ا َفَّض َل اٰل ُّل ِب ه َبْع َض ُك ْم َع لى َبْع ٍض ِلل ِر َج اِل َنِص ْيٌب‬

‫ِّم ا اْك َت َس ُبْو ا َو ِلل ِنَس ۤا ِء َنِص ْيٌب ِّم ا اْك َتَس ْبَن َو ْس ـُلوا اٰل َّل ِم ْن َفْض ِه‬

‫ه‬

112 Siti Mahmudah, “Peran Wanita Karier dalam Menciptakan Keluarga


Sakinah, Jurnal Psikologi dan Psikologi Islam 5, no. 2, (2008): h. 2
http://ejournal.uinmalang.ac.id/index.php/psiko/article/view/351 (Diakses pada tanggal
12 Maret 2022).
113 Muhammad Jufri dan Rizal Jupri, “Hak dan Kewajiban Istri yang Berkarier: Studi
Komparatif antara Kitab ‘Uqudullujain dan Kitab Fikih Wanita Yusuf Qaradhawi”, Jurnal
Istidlal 3, no. 1, (April 2019): h. 58.
https://ojs.ppsibrahimy.ac.id/index.php/istidlal/article/view/130 (Diakses pada tanggal 22
Maret 2022).
65

٢٣ ‫ۗ ِان ا ٰل َّل َك اَن ِبُلِ ِ َيْي ٍء َع ِلْيًم ا‬

“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah
kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain.
(Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian daripada apa yang
mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa
yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari
karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu”.(QS. An-Nisa’ [4] : 32).
Berdasarkan Tafsir Ibnu Katsīr ayat ini turun berkenaan dengan
larangan iri hati terhadap apa yang dimiliki seseorang, dan juga iri
hati wanita untuk menjadi laki-laki sehingga mereka dapat berperang.
Lalu makna “karena bagi orang laki-laki ada bagian dari apa yang
mereka usahakan dan bagi para wanita pun ada bagian dari apa
yang mereka usahakan.” yakni masing-masing mendapatkan pahala
sesuai dengan amal yang dilakukannya. Kemudian kalimat “Dan
mohonlah Kepada Allah sebagian dari karunia-Nya.” Maksudnya
mohonlah kepada-Ku sebagian dari karunia-Ku, niscaya Aku akan
berikan pada kalian. Sesungguhnya Aku Maha Pemurah lagi Maha
Pemberi. Selanjutnya “Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala
sesuatu.” Berarti Allah mengetahui siapa yang berhak memperoleh
dunia, maka Dia akan memberikan kepadanya, siapa yang berhak
fakir maka Dia akan mamfakirkannya. Dan Allah Maha mengetahui
siapa yang berhak memperoleh akhirat, maka Dia akan
memantapkannya terhadap amalnya. Dan terhadap orang yang berhak
mendapat kehinaan, maka Dia pun akan menghinakannya sehingga ia
tidak dapat menjalankan kebaikan dan saran-sarannya.114

114 Abdullaḥ bin Muḥammad bin Abdurrāḥmān bin Isḥāq Alu Syaikh, Lubābut Tafsir
Min Ibni Katsīr, terj. M. Abdul Ghoffar dan Abu Iḥsan al-Atsari, Tafsir Ibnu Katsīr,
(Jakarta:
Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2017), h. 373.
66

Pada dasarnya perempuan tidak dilarang bekerja. Hanya saja,


karena pertimbangan fisiologis-sosiologis, syariat Islam membatasi
wilayah kerja mereka. Mereka bisa mendapatkan haknya untuk
bekerja, apapun bentuknya dan dimanapun tempatnya, selama ia dapat
memelihara diri dari kondisi yang bisa menimbulkan fitnah, menjaga
kehormatan, memelihara kesopanan, dan tidak membawa mudharat
bagi diri, keluarga, dan masyarakatnya.115 Namun dalam al-

Qur’an dijelaskan bahwa hak kaum perempuan untuk berusaha dan

bekerja dibat asi, sebagaimana ayat di bawah ini:

‫َو َقْر َن ِفْي ُبُيْو ِتُك ن َو اَل َتَبرْج َن َتَبرَُّج اْلَج اِهِليِة اُاْلْو لى َو َاِقْم َن الَّص ل وَة‬

‫َو ا ِتْيَن الز ك وَة َو َاِط ْع َن ا ٰل َّل َو َر ُسْو َل ه ۗ ِانَم ا ُيِر ْيُد اٰل ُّل ِلُيْذ ِهَب َع ْنُك ُم‬

٢٢ ‫ال ِر ْج َس َاْه َل اْلَبْيِت َو ُيَط ِهرَُك ْم َتْطِهْيًرا‬

“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu


berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang
dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah
dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak
menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan
kamu sebersih-bersihnya”. QS. Al-Ahzab [33] : 33.
Berdasarkan Tafsir Al-Azhar “Dan menetaplah kamu di dalam
rumah kamu” Artinya hendaklah istri-istri Nabi memandang bahwa
rumahnya, yakni rumah suami-nya, itulah tempat tinggalnya yang

115 Khusniati Rofiah, Produktivitas Ekonomi Perempuan dalam Kajian Islam dan
Gender, (Yogyakarta: Q-Media, 2021, hal. 40.
67

tenteram dan man. Di sanalah terdapat mawaddatan dan rahmatan,


yakni kasih sayang. Menjadi ibu rumah tangga yang terhormat. “Dan
janganlah kamu berhias secara berhias orang jahiliyah masa
dahulu.” Karena perempuan jahiliyyah zaman dahulu ketika berhias
ialah dengan tujuan supaya tampak lebih cantik, lebih menonjol, lebih
menarik pandangan seseorang, berhias supaya kelihatan lebih montok,
berhias supaya mata laki-laki silau melihat, berhias laksana
memanggil-manggil minta dipegang. Maka apabila ajaran Nabi telah
diterima, Iman telah bersarang dalam dada berhiaslah tetapi berhias
secara Islam, berhias yang sopan, serta berhias yang tidak
berlebihlebihan. Lalu sambungan di ujung ayat menjelaskan sebab
kenapa persoalan pakaian ini pun diperingatkan Allah. Yakni, “Tiada
lain yang dikehendaki Allah hanyalah hendak menghilangkan
kekotoran dari kamu, hai ahlul bait, dan hendak membersihkan kamu
sebenarbenar bersih.”116

Sekilas ayat ini membatasi kaum perempuan untuk beraktifitas


di luar rumah. Karena memang pada dasarnya tugas utama perempuan
berada di rumah mengurus rumah tangga dan anak-anaknya. Namun
tidak ada larangan bagi perempuan untuk suatu kepentingan atas izin
suami dan yang paling penting kegiatan tersebut tidak melanggar
syariat Islam.
Islam tidak membedakan eksistensi antara laki-laki dan wanita
dalam kapasitasnya sebagai hamba Allah, dan Khalifah. Di samping
itu, Islam juga tidak membedakan antara laki-laki dan wanita untuk
memperoleh kesempatan kerja dan meraih prestasi yang
setinggitingginya pada bidang-bidang yang dibenarkan Islam,
melainkan semua manusia diberikan kesempatan dan hak yang sama

116 AbdulMalik Abdulkarim Amrullah (HAMKA), Tafsir Al-Azhar, Jilid 8,


(Singapura: Pustaka Nasional Pte Ltd), h. 5710-5711.
68

sehingga antara laki-laki dan perempuan berkompetisi secara sehat,


tanpa mengabaikan kodrat mereka masing-masing.117
Bagaimana perempuan itu berkarier, hendaknya karier dapat
mendukung terbentuknya keluarga sakinah. Dalam hal ini, Islam
memperbolehkan perempuan berkarir sejauh karir perempuan itu
sesuai dengan konsep pendidikan yang ada dalam Islam, yaitu sesuai
dengan nilai-nilai yang ada dalam Al-Qur’an dan Hadits. Sehingga,
walaupun banyak perempuan berkarier, tetapi perempuan yang
berkarier itu berhasil membangun keluarganya menjadi keluarga
sakinah. Karena tujuan awal sebuah perkawinan yaitu meraih sakinah
atau ketenangan.118
M. Quraish Shihab menjelaskan bahwa perempuan mempunyai
hak untuk bekerja, selama pekerjaan tersebut membutuhkannya dan
selama mereka membutuhkan pekerjaan tersebut, serta pekerjaan
tersebut dilakukannya dalam suasana terhormat, sopan serta dapat
pula menghindari dampak-dampak negatif dari pekerjaan tersebut
terhadap diri dan lingkungannya.119
Pendapat M. Quraish Shihab di atas selaras dengan pendapat
Syeikh Yusuf Qardhawi. Beliau menyatakan bahwa wanita bekerja
atau melakukan aktivitas dibolehkan (jaiz). Bahkan terkadang ia
dituntut dengan tuntutan sunnah atau wajib apabila ia
membutuhkannya. Misalnya, karena ia seorang janda atau diceraikan
suaminya, sedangkan tidak ada orang atau keluarga yang menanggung
kebutuhan ekonominya, dan dia sendiri dapat melakukan suatu usaha

117 Hamid Laonso dan Muhammad Jamil, Hukum Islam Alternatif Solusi Terhadap
Masalah Fiqh Kontemporer, dalam Halim Setiawan, Wanita, Jilbab dan Akhlak, (Sukabumi:
CV Jejak Anggota IKAPI, 2019), Cet. 1, h. 15.
118 M. Quraish Shihab, Pengantin Al-Qur’an: Kalung Permata Buat Anak-anakku,
(Tangerang: Lentera Hati, 2010), h. 80.
119 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an Fungsi dan Peran Wahyu dalam
Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan, 1992), h. 275.
69

untuk mencukupi dirinya daripada memintaminta atau menunggu


uluran tangan orang lain.120
Dari beberapa pendapat di atas penulis dapat menarik
kesimpulan bahwa pada dasarnya Islam tidak melarang seorang
wanita untuk berkarier (bekerja), selama hal itu dilakukan dengan
cara-cara yang baik, terhormat, mampu menghindarkan dari
dampakdampak negatif, serta tidak melalaikan kodrat kewanitaannya,
demi terjaminnya kemaslahatan bagi wanita itu sendiri. Peran wanita
karier dalam pendidikan akhlak anak serta membentuk keluarga
sakinah merupakan dambaan dan menjadi tujuan hidup bagi setiap
orang yang berkeluarga.

3. Wanita Karier Di Desa Telawah Grobogan


Pada dasarnya bagi perempuan Indonesia, khususnya mereka
yang tinggal di pedesaan atau daerah tertinggal fenomena perempuan
bekerja bukanlah sesuatu yang baru. Sebab kondisi ekonomi yang
kurang stabil menuntut wanita yang tinggal di pedesaan menjadi
sosok yang tangguh dan menjalankan peran ganda, hal ini telah
ditanamkan para orangtua sejak mereka masih muda.
Di Desa Telawah Grobogan ada beberapa ibu rumah tangga
yang menjadi wanita karier baik sebelum menikah maupun setelah
menikah dengan tetap menjalankan perannya sebagai ibu rumah
tangga. Setelah peneliti melakukan observasi di Desa Telawah, profesi
dan bidang pekerjaan yang mereka jalani beraneka ragam, ada yang
menjadi buruh pabrik, pengusaha rumahan, pedagang, guru, pegawai
kelurahan, karyawan swasta, dan lain-lain.

120 Urwatul Wusqa, “Wanita: Kedudukan dan Tinjauan Karirnya dalam


Kehidupan Sesuai Al-Qur’an dan Hadits”, Jurnal Ilmiah Kajian Gender 1, no. 2, (2011):
h. 8. http://kafaah.org/index.php/kafaah/article/view/77 (Diakses pada tanggal 15 Maret
2022).
70

Adapun alasan para perempuan yang memilih untuk bekerja


ialah untuk mencukupi kebutuhan keluarga, sebab apabila hanya
mengandalkan gaji suami tidak cukup. Selain itu ada beberapa
perempuan yang bekerja di samping ingin mendapatkan penghasilan
juga berharap mendapat pengalaman dan ilmu baru sebagai upgrade
diri. Para wanita karier tersebut tetap menjalankan perannya sebagai
ibu rumah tangga dahulu sebelum berangkat bekerja, seperti
menyiapkan keperluan suami dan anaknya, memasak, serta
membersihkan rumah.
BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab tiga ini memaparkan terkait pendekatan dan jenis penelitian,
tempat dan waktu penelitian, siklus penelitian, data dan sumber data
penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, pedoman observasi,
serta pedoman wawancara. Adapun pembahasannya ialah sebagai berikut:

A. Pendekatan Penelitian
Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode kualitatif dengan
pendekatan deskriptif yakni penelitian yang berusaha untuk
menggambarkan secara utuh dan mendalam tentang realitas sosial dan
berbagai fenomena yang terjadi di masyarakat yang menjadi subjek
penelitian sehingga tergambarkan ciri, karakter, sifat, dan model dari
fenomena tersebut. Bentuk dari penelitian deskriptif kualitatif ini
menggunakan format pelaksanaan penelitiannya berbentuk studi kasus,
yakni dengan cara menggali sebanyak-banyaknya dan sedalam-dalamnya
kemudian mendeskripsikan dalam bentuk naratif sehingga memberikan
gambaran secara utuh tentang fenomena yang terjadi.121
Penulis memulai kerjanya dengan memahami gejala-gejala yang
menjadi pusat perhatian penelitian. Penulis melakukan survey ke lokasi
penelitian dengan transparan , tidak menutup-nutupi, kemudian penulis
mengadakan cek dan ricek dari satu sumber dibandingkan dengan sumber
yang lain sampai pada penulis merasa puas dan yakin bahwa informasi
atau keterangan yang dikumpulkan itu benar adanya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran wanita karier
sebagai madrasatul ula dalam pendidikan akhlak di keluarga yang

121 Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan Jenis, Metode, dan Prosedur, (Jakarta:
Kencana (Divisi dari Prenada Media Group, cet. 1 2013), h. 47-48.
72

73
bertempat di Desa Telawah, Kecamatan Karangrayung, Kabupaten
Grobogan. Penulis terjun secara langsung ke lapangan untuk
mengumpulkan data dengan wawancara, observasi serta dokumentasi.

B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam penyusunan skripsi ini ialah penelitian
lapangan (field research), yakni penelitian yang dilakukan secara
sistematis dengan cara mengambil data langsung di lapangan. Sumber
data yang diperoleh dalam penelitian ini menggunakan wawancara dan
observasi dengan objek penelitian yang dilakukan di Desa Telawah,
Kecamatan Karangrayung, Kabupaten Grobogan. Adapun untuk model
penelitian penulis menggunakan model studi kasus, yakni sebuah model
penelitian kualitatif yang fokus pada eksplorasi suatu sistem yang
terstruktur dan terbatas pada suatu kasus dan dipaparkan secara detail.
Hal ini disertai dengan penggalian data secara mendalam dan melibatkan
berbagai sumber informasi yang dibutuhkan dalam penelitian.

C. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Penulis melakukan penelitian yang bertempat di Desa Telawah,
Kecamatan Karangrayung, Kabupaten Grobogan. Hal ini guna
memperoleh data yang diperlukan untuk menyusun laporan penelitian
mengenai peran wanita karier sebagai madrasatul ula pada
pendidikan akhlak dalam keluarga. Grobogan merupakan salah satu
kabupaten yang berada di provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Pusat
pemerintahan atau ibukota kabupaten Grobogan berada di Purwodadi.
Pada Sensus Penduduk Indonesia 2020, penduduk kabupaten
Grobogan berjumlah 1.453.526 jiwa, dengan kepadatan penduduk
719 jiwa/km2. Kabupaten Grobogan merupakan kabupaten terluas
kedua di Jawa Tengah setelah Kabupaten Cilacap, dan berbatasan
73

langsung dengan 9 kabupaten lain. Letak astronomis wilayah antara


110° 15'

BT – 111° 25' BT dan 7° LS - 7°30’ LS, dengan jarak bentang dari


utara ke selatan ± 37 km dan dari barat ke timur ± 83 km.
Alasan penulis melaksanakan penelitian ini karena ingin
menggali dan memahami kendala seorang ibu di Desa Telawah,
Kecamatan Karangrayung, Kabupaten Grobogan yang memiliki peran
ganda sebagai pendidik pertama akhlak anak sekaligus menjalani
peran sebagai wanita karier.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan maret sampai dengan bulan
Juni Tahun 2022. Adapun penulis melakukan penelitian dengan
mengumpulkan data yang dibutuhkan secara bertahap. Pada tanggal 21
Maret 2022, penulis memberikan surat permohonan izin kepada kepala
desa untuk melaksanakan penelitian di Desa Telawah, Kecamatan
Karangrayung, Kabupaten Grobogan mengenai peran ibu sebagai
madrasatul ūlā dalam pendidikan akhlak (studi kasus wanita karier di
Desa Telawah Grobogan).
Kemudian pada tanggal 9 April 2022, penulis memulai penelitian
dengan melakukan wawancara terhadap Ibu yang berprofesi sebagai
wanita karier sebagai data primer penelitian. Selain itu pada tanggal 9
Mei 2022 penulis melakukan pengambilan data sekunder untuk
memenuhi kebutuhan data penelitian, diantaranya wawancara Kepala
Desa, Perangkat Desa, serta suami dan anak dari Ibu yang berprofesi
sebagai wanita karier.
Selanjutnya pengumpulan data lainnya seperti persentase jumlah
penduduk dilihat dari tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan, letak
geografis lokasi penelitian, konfirmasi di balai desa bahwa telah
74

melakukan penelitian, serta data pendukung penelitian lainnya


dilakukan pada tanggal 09-12 Juni 2022.

D. Siklus (Jadwal Penelitian)


Tabel.3 1 Siklus Penelitian
No Jenis Maret April Mei Juni
kegiatan
Minggu ke
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Menyerahkan
surat izin
penelitian

2 Wawancara
dan
Dokumentasi
3 Pengambilan
data

4 Penyusunan
Skripsi

E. Sumber Data
Data yang digali dalam penelitian ini ada dua yakni data pokok
(primer) dan data penunjang (sekunder). Adapun rinciannya sebagai
berikut:
1. Sumber Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan
peneliti secara langsung dari sumber datanya. Data primer disebut
juga sebagai data asli atau data baru yang memiliki sifat up to date.
Peneliti harus mengumpulkan data secara langsung untuk
memperoleh data primer.122 Data primer diperoleh dari sumber
122 Sandu Siyoto, M. Ali Sodik, Dasar Metodologi Penelitian, (Yogyakarta:
Literasi Media Publishing, Cetakan 1 2015), h.67-68.
75

pertama dan dalam penelitian ini yang menjadi sumber data primer
adalah wanita karier yang memiliki anak usia sekolah dasar dan
menengah di Desa Telawah, Kecamatan Karangrayung, Kabupaten
Grobogan, dengan menggunakan metode sampling dimana
pengambilan sampel ini disesuaikan dengan tujuan penelitian.

Tabel.3 2 Informan Penelitian


Nama Pekerjaan
Ibu Listiyowati Buruh Pabrik
Ibu Yuli Septiyani Guru
Ibu Ninik Mulyani Tata Usaha Sekolah
Ibu Debi Realita Pegawai Kecamatan
Ibu Puji Lestari Pegawai Kelurahan

2. Sumber Data Sekunder


Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber
kedua, atau data yang diperoleh dari orang lain atau lembaga lain. 123
Data sekunder ini bersifat pelengkap dari data primer. Dalam
penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder ialah suami-suami
yang beristri wanita karier, anak-anak dari wanita karier, Kepala Desa
Telawah, serta referensi berupa buku, dan artikel jurnal yang relevan
dengan penelitian ini.
F. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data menjadi hal penting yang akan dilakukan dalam
sebuah penelitian. Menurut Sugiono teknik dan instrumen pengumpulan
data merupakan cara dan alat sebagai suatu langkah yang penting dan
utama dalam penelitian untuk memperoleh data, mendapatkan data yang

123 Wagiran, Metodologi Penelitian Pendidikan (Teori dan Implementasi),


(Yogyakarta: Deepublish Grup Penerbitan CV Budi Utama, Cetakan 1 2013), h. 220.
76

memenuhi standar, serta pengumpulan data yang tepat.124 Teknik


pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini digunakan guna
memperoleh data yang diperlukan, baik data yang berhubungan dengan
studi literatur atau kepustakaan (Library Research) maupun data yang
dihasilkan penulis dari lapangan. Dalam penelitian ini instrumen
pengumpulan data yang digunakan penulis sebagai berikut: a. Observasi
Observasi yakni teknik pengumpulan data yang mengharuskan
peneliti turun ke lapangan mengamati hal-hal yang berkaitan dengan
ruang, tempat, pelaku, kegiatan, waktu, peristiwa, tujuan, perasaan. 125
Observasi juga diartikan sebagai pengalaman dan pencatatan secara
sistematik terhadap segala yang tampak pada objek penelitian. 126
Penulis melakukan observasi dengan cara mengamati langsung
tentang fenomena-fenomena yang ada kaitannya dengan masalah
yang diteliti seperti peran ibu (wanita Karier) dalam pendidikan
akhlak anak di Desa Telawah Grobogan.
b. Interview (wawancara)
Wawancara merupakan suatu proses untuk memperoleh
informasi dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan subjek yang
diteliti.127 Menurut Sugiono wawancara ialah percakapan antara dua
orang atau lebih, digunakan teknik pengumpulan data yang bertujuan
untuk memperoleh informasi melalui pertanyaan-pertanyaan. 128
Adapun wawancara yang digunakan peneliti ialah wawancara
mendalam kepada 5 wanita karier yang memiliki anak usia sekolah
dasar, dimana peneliti dan informan (narasumber) bertatap muka
secara langsung untuk mendapatkan informasi. Penulis mengajukan
124 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, ISBN 979-
843364-0, (Bandung: Alfabet Bandung, 2013), h. 137.
125 Mamik, Metodologi Kualitatif, (Sidoarjo: Zifatama Publisher: 2015), h. 104.
126 Amirul Hadi dan Haryono, Metode Penelitian Pendidikan, (Cet. 1, Bandung:
CV Pustaka Setia, 1998), h. 129.
127 Andra Tersiana, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Start Up, 2018), Hal. 12.
128 Sugiyono, Metode Penelitian Manajemen, (Bandung: Alfabeta, 2016), hal. 224.
77

pertanyaan langsung dengan pihak yang memberikan informasi atau


data yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini.
Adapun kriteria maupun klasifikasi yang penulis tetapkan kepada key
informan ialah sebagai berikut:

Tabel.3 3 Key Informan

1. Wanita Karier Pertanyaan yang diajukan untuk


mengetahui peran ibu yang
berkarier terhadap pendidikan
akhlak anak, serta kendala yang
dialami selama menjalankan peran
tersebut. Peneliti mewawancarai 5
orang wanita karier dengan bidang
pekerjaan yang berbeda-beda.

2. Suami dan Anak dari Wawancara terhadap suami dan


wanita karier anak dari wanita karier dianggap
mampu menunjang kebutuhan data
penelitian. Sebab keluarga menjadi

orang terdekat dan


paling mengetahui
keseharian dari masing-
masing anggota
keluarganya.
3. Kepala Desa Wawancara kepada Kepala Desa
guna mengetahui kondisi objektif
di Desa Telawah baik dari segi
pendidikan maupun pekerjaan
masyarakat setempat.
78

c. Riset Perpustakaan (Library Research), yakni riset yang dilakukan


dengan cara membaca buku, majalah, dan sumber data lainnya yang
berhubungan dengan penelitian ini.129 Adapun dalam riset
perpustakaan ini yakni pengumpulan data yang dibutuhkan dari
berbagai macam buku yang berhubungan dengan peran ibu dalam
pendidikan anak, ruang lingkup pendidikan akhlak wanita karier,
sesuai dengan judul penelitian ini, baik diakses offline maupun
online. Hasil dari riset ini dijadikan data sekunder dalam penulisan
skripsi. Adapun buku yang dijadikan sumber referensi utama
diantaranya:

129 Supratmo. J, Metode Research dan Aplikasi dalam Pemasaran, (Jakarta: Fak.
Ekonomi UI, 1981), hal. 71.
79

Tabel.3 4 Buku Referensi


Buku Tarbiyatul Aulad fil Islam Karya Dr.
Abdullah Nashih Ulwan. Buku ini
menjelaskan tentang konsep pendidikan
anak menurut pandangan Islam dalam
cakupan yang sangat luas. Hal yang
menarik dari buku ini yakni tidak hanya
menjelaskan tentang konsep pendidikan
saja, tetapi juga beberapa pemecahan
terhadap masalah kenakalan remaja,
beberapa tanggung jawab pendidik yang
mana sangat mendukung sebagai referensi
dalam penelitian ini.

Buku karya M. Quraish Shihab ini sebagai


referensi utama penulis dalam menyusun
skripsi. Buku ini membahas tentang
kedudukan seorang perempuan baik dari
sifat, karakter, kebiasaan, kehidupan rumah
tangga, pernikahan, pembentukan keluarga
sakinah serta perempuan dan kegiatannya
di ruang publik yang utamanya dilihat dari
sudut pandang Islam.

d. Dokumentasi
Dokumentasi yakni pengumpulan data dengan cara mengambil
data-data dari catatan. Dokumentasi ini mencari data yang berkaitan
dengan variabel yang berupa agenda, buku dan foto.130 Suharsimi
Arikunto memberi penjelasan bahwa metode dokumentasi merupakan

130 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2017), h. 124.


80

metode penelitian dengan mencari data mengenai hal-hal atau


variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, leger, agenda, dan sebagainya.131
Menurut handarini dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang
artinya barang-barang tertulis. Metode dokumentasi berarti cara
mengumpulkan data dengan mencatat data-data yang sudah ada. 132
Penulis menggunakan dokumentasi sebagai alat seperti rekaman, foto,
dan dokumen-dokumen lain yang menandakan bahwa penulis telah
melakukan sebuah penelitian.

G. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data merupakan sebuah proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,
catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data
ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa,
menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan mana yang
akan dipelajari, serta membuat kesimpulan sehingga dapat dipahami diri
sendiri maupun orang lain.133 Analisis data ialah suatu proses atau upaya
pengolahan data menjadi sebuah informasi baru agar karakteristik data
tersebut menjadi lebih mudah dimengerti dan berguna untuk solusi suatu
permasalahan, khususnya yang berhubungan dengan penelitian.134
Data yang dikumpulkan dalam penelitian kualitatif berupa kata-kata
maupun gambar, bukan berupa angka-angka. Data tersebut diperoleh dari
hasil wawancara, catatan lapangan, foto, dokumen, catatan atau dokumen

131 Johni Dimyati, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Aplikasinya Pada


Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), (Cet. 1, Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2013), h. 100.
132 Handarini, Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, (Yogyakarta: CV
Pustaka Ilmu Group, 2020), h. 149.
133 Muhammad Arif Tiro, Penelitian: Skripsi, Tesis dan Disertasi, Cet. 1,
Makassar: Andira Publisher, 2015), h. 122.
134 Ade Ismayani, Metode Penelitian, (Banda Aceh: Syiah Kuala University
Press,2020), h. 76.
81

resmi lainnya. Adapun dalam penelitian ini penulis menggunakan model


analisis interaktif yang mengandung empat komponen yang saling
berkaitan. Berikut ini tahapan analisis data kualitatif setelah tahapan
pengumpulan data.135
a. Memadatkan data, yaitu proses memilih, memusatkan perhatian,
menyederhanakan, meringkas, dan mentransformasikan data mentah.
Ada pula yang menggunakan kata mereduksi data untuk menyebut
tahapan ini.
b. Menampilkan data yang sudah dipadatkan tadi ke dalam suatu bentuk
untuk membantu penarikan kesimpulan.
c. Menarik dan verifikasi kesimpulan, yaitu proses untuk menyimpulkan
hasil penelitian sekaligus memverifikasi bahwa kesimpulan tersebut
didukung oleh data yang telah dikumpulkan dan dianalisis.

Bentuk analisis data yang digunakan penulis untuk mendapatkan


kesimpulan ialah sebagai berikut:

a. Analisis Deskriptif
Analisis Deskriptif yakni usaha untuk mengumpulkan dan menyusun
suatu data, kemudian dilakukan analisis terhadap data tersebut. 136
Data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka melainkan berupa
kata-kata, maupun gambar yang nantinya dapat dijadikan kesimpulan
dalam penelitian.
b. Analisis Isi (Content Analysis)
Menurut Smith yang dikutip dalam buku karangan Nanang
Murtono berpendapat bahwa: “Analisis isi merupakan sebuah teknik
yang digunakan untuk mendapat informasi yang dibutuhkan dari

135 Saniaji Sarosa, Data Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Penerbit PT Kanisius


Anggota IKAPI, 2021, h. 3-4.
136 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, (Bandung: PT
Rosdakarya, 2011), h. 11.
82

materi secara sistematis dan objektif dengan mengidentifikasi


karakter tertentu dari suatu materi.137
Penulis menggunakan metode ini untuk melakukan analisis
terhadap peran ibu (wanita karier) dalam pendidikan akhlak anak.
Dari analisis tersebut nantinya akan diperoleh jawaban dari
permasalahan yang diteliti, konsep pemahaman yang matang dan
jelas, serta kesimpulan yang akurat.

H. Pedoman Observasi
Observasi ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan data
penelitian dan informasi mengenai peran ibu sebagai Madrasatul Ūlā
dalam pendidikan akhlak (Studi kasus di Desa Telawah Grobogan).

Tabel.3 5 Pedoman Observasi


No Data yang Diamati Keterangan
1. Kondisi objektif di Desa Menganalisis kondisi
Telawah Grobogan masyarakat desa Telawah,
khususnya pada wanita
karier, dilihat dari segi

pendidikan dan
pekerjaannya.

2. Pendidikan akhlak anak Mengamati dan menganalisis


dari seorang Ibu yang peran ibu sebagai madrasatul
berprofesi sebagai wanita
karier Ūlā dalam pendidikan akhlak
anak.

I. Pedoman Wawancara
Penulis menyusun kisi-kisi pedoman wawancara agar penelitian
terarah dan sistematis yang kemudian dijadikan acuan untuk

137 Nanang Murtono, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Rajawali Pres, 2012),
hal. 86.
83

pertanyaan dalam proses wawancara. Adapun kisi-kisi untuk


pedoman wawancara dalam penelitian ini ialah sebagai berikut:

Tabel.3 6 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara


No Indikator Ditujukan Kepada
1. Peran Ibu sebagai Wanita Karier
Madrasatul Ūlā
2. Pembiasaan Wanita Karier, suami dan anak
pendidikan akhlak dari wanita karier
dalam keluarga

3. Faktor penghambat Wanita Karier


dan pendukung yang
dialami wanita karier
dalam menjalankan
peran ganda dan
bagaimana cara
memanage waktu

4. Kondisi objektif di Kepala Desa Telawah


Desa Telawah Grobogan
Grobogan dari segi
pendidikan dan
pekerjaan
BAB VI HASIL PENELITIAN

Pada BAB ini memaparkan penjelasan mengenai gambaran umum desa


yang penulis teliti. Serta membahas hasil yang didapatkan dalam penelitian
yang diperoleh dari proses wawancara terhadap berbagai informan
diantaranya Wanita Karier, Suami dan anak dari wanita karier, dan Kepala
Desa Telawah Grobogan. Kemudian hasil penelitian ini dikaitkan dengan
teori yang digunakan dalam penelitian.

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


Penulis melaksanakan kegiatan penelitian ini di Desa Telawah yang
merupakan salah satu desa di Kecamatan Karangrayung, Kabupaten
Grobogan, Provinsi Jawa Tengah. Desa Telawah atau masyarakat
setempat menyebut (Telawah Welahan) berasal dari kata Welah (Bahasa
Jawa) yang berarti “Dayung yang hilang”. Desa Telawah terdiri dari 5
Dusun yakni Beketro, Kalitengah, Welahan, Brumbung, Bandungan yang
terbagi menjadi 28 RT dan 5 RW. Fasilitas pendidikan di Desa Telawah
antara lain 5 PAUD, 3 TK, 4 SD, 5 Madin, 2 SMP, 2 Pesantren.
Masyarakat Desa Telawah mayoritas beragama Islam dan komoditas
utama di Desa Telawah ialah jagung yang dihasilkan oleh para petani
dengan kualitas unggul.138

138 Transkip Hasil Wawancara dengan Kepala Desa Telawah, pada tanggal 9 April
2022 di Kantor Balai Desa Telawah.
85

87

Gambar 4. 1 Proses Wawancara dengan Kepala Desa Telawah


Berdasarkan data kependudukan di Balai Desa yang diambil pada
bulan April 2022 Jumlah penduduk di Desa Telawah yakni sebanyak
3801 orang, yang terdiri dari 1886 laki-laki dan 1915 perempuan. Secara
keseluruhan masyarakat Desa Telawah ialah Warga Negara Indonesia
(WNI). Adapun klasifikasi pendidikan masyarakat Desa Telawah adalah
sebagai berikut:139

Tabel 4. 1 Klasifikasi Pendidikan Masyarakat


Tingkat Pendidikan Laki-laki Perempuan Jumlah
Tidak/Belum Sekolah 430 436 866
Belum Tamat SD/Sederajat 135 128 263
Tamat SD/Sederajat 664 818 1482
SLTP/Sederajat 382 337 719
SLTA/Sederajat 238 158 396
Diploma I/III 3 2 5
Akademi/Diploma III/S. 6 10 16
Muda
Diploma IV/Strata I 25 26 51
Strata II 2 1 3

139 Transkip Hasil Wawancara dengan Kepala Desa Telawah, pada tanggal 9 April
2022 di Kantor Balai Desa Telawah.
86

Strata III - - -
Jumlah Total 1886 1915 3801

Tabel 4. 2 Rekapitulasi Jumlah Penduduk Berdasarkan Pekerjaan


Pekerjaan Laki-laki Perempuan Jumlah
Belum/Tidak Bekerja 508 468 976
Petani/Pekebun 528 479 1007
Pegawai Negeri Sipil 12 6 18
Pensiunan 14 4 18
Pelajar/Mahasiswa 224 186 410
Mengurus Rumah Tangga - 308 308
Perdagangan 11 39 48
Nelayan 1 - 1
Industri 1 1 2
Konstruksi 6 - 6
Transportasi 9 - 9
Karyawan Swasta 91 63
Karyawan BUMN 1 - 1
Karyawan Honorer 2 - 2
Buruh Harian Lepas 10 2 12
Buruh Tani/Perkebunan 5 2 7
Tukang Batu 2 - 2
Anggota DPRD 1 - 1
Guru - 3 3
Bidan - 2 2
Perawat 1 1
Sopir 2 - 2
Perangkat Desa 4 2 6
87

Wiraswasta 451 352 803


Jumlah 1886 1915 3801
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa sudah banyak kaum
perempuan yang bekerja di sektor publik. Hal ini menunjukkan bahwa
pemahaman akan pentingnya pendidikan dan kesetaraan gender
masyarakat di Desa Telawah sudah semakin berkembang.

Adapun Visi Desa Telawah ialah

“Desa Telawah Cerdas, Maju, Mandiri dan Sejahtera”

Untuk mencapai visi tersebut, maka ditetapkan misi Desa Telawah yakni
sebagai berikut:

1) Meningkatkan pembangunan sosial dan ekonomi berbasis UMKM


2) Menyelenggarakan birokrasi pemerintah yang profesional,
berakhlak, serta berinovasi.
3) Mengembangkan pembangunan infrastruktur berbasis pemerataan
wilayah dan berwawasan lingkungan.
4) Mewujudkan rasa aman dan adil bagi seluruh masyarakat.
5) Menggali potensi generasi kreatif dan berwawasan.

Adapun letak geografis Desa Telawah Grobogan berdasarkan


hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan perangkat desa. Desa
Telawah memiliki luas 3,22 km². Batas-batas wilayahnya sebagai
berikut:
“Timur: Karangsono, Selatan: Jetis, Barat: Desa Kalak
Karanganyar, Utara: Desa Cekel.”140

Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Karangsono, sebelah


Selatan berbatasan dengan Desa Jetis, Sebelah Barat berbatasan dengan

140 Transkip Hasil Wawancara dengan Kepala Desa Telawah, pada tanggal 9 April
2022 di Kantor Balai Desa Telawah.
88

Desa Kalak Karanganyar, dan sebelah Utara berbatasan dengan Desa


Cekel.

B. Hasil Analisis Data Mengenai Peran Ibu Sebagai Madrasah al-Ūlā


Dalam Pendidikan Akhlak Anak (Studi Kasus Wanita Karier Di Desa
Telawah Grobogan)
Setelah peneliti melakukan penelitian di Desa Telawah Grobogan
dengan metode observasi, wawancara, serta dokumentasi secara langsung
terhadap narasumber dan objek yang diteliti, kemudian pada bab ini
peneliti akan menganalisis terkait data hasil penelitian. Analisis data hasil
penelitian ini bertujuan untuk memaparkan dan menjelaskan data-data
hasil penelitian mengenai peran ibu (wanita karier) terhadap madrasah
al-ūlā dalam pendidikan akhlak. temuan data hasil penelitian ini
diharapkan dapat dipahami dengan jelas. Adapun pembahasan dalam
penelitian ini ialah sebagai berikut:

1. Peran Ibu (wanita karier) sebagai Madrasah al-Ūlā dalam


pendidikan akhlak anak di Desa Telawah Grobogan.
Berdasarkan penelitian di Desa Telawah Grobogan yang peneliti
lakukan, peran yang dilakukan wanita karier sebagai pendidik akhlak
dalam keluarga ialah memposisikan diri sebagai pembimbing,
pendidik serta teladan yang baik bagi anaknya. Peran ini dilakukan
sejalan dengan perannya menjadi sosok Ibu rumah tangga serta
seorang wanita karier yang memiliki tugas dan tanggung jawab di
tempatnya bekerja. Adapun peran Ibu wanita karier di Desa Telawah
sebagai madrasah al-ūlā dalam pendidikan akhlak anak ialah sebagai
berikut:
89

Gambar 4. 2 Proses Wawancara dengan Wanita Karier


a. Mendidik akhlak anak sejak dalam kandungan (masa prenatal)
Ki Hajar Dewantara dalam Arri Handayani di buku How To
Raise Great Family: Mengasuh Anak Penuh Kesadaran mengatakan
bahwa mengajarkan mengenai pentingnya Tri Pusat Pendidikan,
yakni pendidikan dalam keluarga, pendidikan sekolah, dan
masyarakat. Keluarga menjadi pendidik pertama bagi anak. Ibarat
lahan, keluarga diharapkan menjadi tempat paling subur sebagai
media tumbuh kembang seorang anak dan menjadi gerbang
keberhasilan anak dalam pendidikan dan mempersiapkan masa
depan nya. Dalam hal ini peranan orang tua khususnya ibu
sebagai pendidik pertama dan utama menjadi faktor kunci bagi
keberhasilan anak tersebut.141
Salah satu peran orang tua khususnya ibu ialah mendidik
dan merawat anak, hal ini tidak hanya dilakukan setelah anak
lahir, tetapi sejak dalam proses pembuahan sudah dimulai.
Bahkan jauh sebelum itu Islam telah memberikan rambu-rambu
sejak seseorang memilih pasangan. Sehingga setiap rumah ialah
madrasah dan setiap orang tua ialah guru. Oleh sebab itu Islam

141 Arri Handayani, How To Raise Great Family: Mengasuh Anak Penuh
Kesadaran, (Jakarta: Grasindo, 2019), h. 12.
90

mensyariatkan agar setiap orang tua memahami urgensi dalam


mendidik anak. Hal ini menjadi pertanda bahwa betapa
pentingnya mempersiapkan keturunan yang sholeh dan sholehah
sebagai penerus generasi yang mampu memperjuangkan
eksistensi agama Islam di masa yang akan datang.
Pendidikan dapat diterapkan kepada anak baik secara
langsung yang disebut postnatal maupun tidak langsung prenatal
pendidikan yang langsung apabila adanya interaksi subyek
pendidik dan guru. Adapun pendidikan tidak langsung berarti
pendidikan ketika dalam kandungan, dapat melalui interaksi
edukatif, perilaku orang tua terhadap janin (prenatal). Baik
perilaku langsung secara fisik maupun psikis. Harapan-harapan
serta emosi ibu sangat berpengaruh terhadap emosi janin dalam
perkembangan selanjutnya.142
Periode anak dalam kandungan menjadi awal mula
berperannya pendidikan. Dengan demikian dalam mempersiapkan
pendidikan anak perlu diperhatikan sejak anak masih dalam
kandungan. Pembentukan kepribadian anak sejak dalam
kandungan ini berlangsung dalam diri seorang ibu. Hal itu yang
dapat menentukan bagaimana keberhasilan anak kelak. Sebab
bekal yang diberikan orang tua sedini mungkin sangat
berpengaruh terhadap potensi yang dimiliki anak di masa yang
akan datang.
Dari kelima wanita karier yang menjadi responden dalam
penelitian ini yakni Ibu Listiyowati, Ibu Yuli Septiani, Ibu Ninik
Mulyani, Ibu Debi Realita serta Ibu Puji Lestari, semuanya telah
menanamkan pendidikan sejak anak (janin) berada dalam
142 Hasnahwati, “Implikasi Pendidikan Islam Sejak Dalam Kandungan,” Jurnal Andi
Djemma:Jurnal Pendidikan 4, no 1, (2021), h. 8.
https://ojs.unanda.ac.id/index.php/andidjemma/article/view/675/487 (Di akses pada
tanggal 2 Juni 2022).
91

kandungan. Hal ini sesuai dengan ajaran yang diajarkan dalam


agama Islam, bahwa teruntuk orang tua khususnya ibu yang
sedang mengandung agar senantiasa memperhatikan tumbuh
kembang anak yang dikandungnya, karena masa-masa selanjutnya
sangat dipengaruhi pada saat masih dalam kandungan.
Seorang Ibu yang sedang mengandung melakukan berbagai
upaya, yang diharapkan ketika anak lahir dapat tumbuh sehat dan
menjadi pribadi yang sholeh dan sholehah. Sebagaimana
wawancara yang peneliti lakukan kepada Ibu Listiyowati pada
tanggal 07 Mei 2022 dikatakannya bahwa “Ketika hamil anak
saya yang pertama pokoknya setiap hari membaca Al-Qur’an,
ketika usia 1 bulan kehamilan membaca juz 1, ketika usia 2 bulan
berarti juz 2. Seperti itu sih. Dan itu dilakukan setelah shalat 5
waktu”.143 Jawaban tersebut senada dengan responden lainnya
bahwa pendidikan akhlak terhadap anak sudah dimulai sejak anak
masih dalam kandungan.
Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Yuli Septiani yakni
“Ketika anak masih dalam kandungan, biasanya saya aktif
mengajak dia berbicara, berkomunikasi gitu, selain itu juga rutin
diperdengarkan ayat-ayat suci Al-Qur’an”.144 Selain memberikan
ketenangan bagi Ibu, membaca Al-Qur’an juga dapat
menenangkan janin, kebiasaan menjalin komunikasi dengan janin
tentunya akan berdampak positif terhadap tumbuh kembang janin.
Sebab pertumbuhan saraf janin terjadi pertama kali ketika janin
masih berada di dalam rahim ibu.
Begitu pula yang dilakukan oleh Ibu Puji Lestari sebagai
mana kutipan dalam wawancara berikut “Ketika saya hamil anak
143 Wawancara dengan wanita karier Desa Telawah Grobogan, Ibu Listiyowati, 07
Mei 2022.
144 Wawancara dengan wanita karier Desa Telawah Grobogan, Ibu Yuli Septiani,
07 Mei 2022.
92

saya itu biasanya dirangsang dengan mendengarkan syair-syair


islami, ayat-ayat Al-Qur’an. Dan saya juga membiasakan diri
untuk berbuat baik, berkumpul dan mengikuti acara keagamaan di
sini”.145 Hal ini juga yang dilakukan oleh Ibu Ninik Mulyani dan
Ibu Debi Realita selama masa kehamilan. Shalat, mengaji, sabar
dan senantiasa berbuat baik disamping sebagai ibadah kepada
Allah SWT juga menjadi perantara untuk tercapainya sebuah
keinginan, adapun dalam hal ini yakni diharapkan anak yang
dikandung lahir dengan sehat baik jasmani maupun rohaninya.
Dr. Abdullah Nāṣīh Ulwān menuliskan dalam bukunya yang
berjudul Tarbiyah al-Aulād, bahwa hanya ada satu cara agar
seorang anak mampu menjadi penyejuk mata orang tuanya serta
menjadi permata hati dambaan orang tua, yakni melalui
pendidikan yang bersumber dari ajaran dan nilai-nilai Islam.
Pemberian dasar-dasar konsep pendidikan dan pembinaan anak
bahkan sudah ada sejak dalam kandungan.146
Peneliti menyimpulkan bahwa apabila seorang anak sejak
dini yakni dari dalam kandungan telah mendapatkan pendidikan
sesuai ajaran yang berlandaskan nilai-nilai Islam dari orang
tuanya, diharapkan ia akan tumbuh menjadi insan yang taat
kepada Allah dan Rasul-Nya, serta berbakti kepada kedua
orangtuanya.
b. Mendidik Akhlak anak setelah masa kelahiran (Masa Bayi)
Salah satu upaya yang harus dilakukan setiap orang tua
terhadap anaknya ialah berupaya mengajarkan nilai-nilai agama
kepada anak-anaknya dengan sebaik mungkin. mengingat bahwa
keluarga menjadi lingkungan pertama bagi anak, kedua orang tua
145 Wawancara dengan Wanita Karier Desa Telawah Grobogan, Ibu Puji Lestari, 10
Mei 2022.
146 Abdullah Nāṣīh ‘Ulwān, Tarbiyah al-Aulād fī al-Islām Pendidikan Anak Dalam
Islam, terjemahan Arif Rahman Hakim, Cet. 12, (Solo: Insan Kamil, 2020), h. 132
93

khususnya ibu ialah orang pertama yang bersentuhan dengan


anak. Selain itu orang tua juga menjadi sosok pertama yang
menjalin komunikasi dengan anak. Hal inilah yang menjadi
landasan kehidupan hingga anak dewasa.
Tahap setelah masa di dalam kandungan ialah masa
kelahiran. Pendidikan anak ketika sudah lahir juga menjadi hal
yang patut untuk diperhatikan. Keluarga khususnya Ibu memiliki
peran penting terhadap penanaman dasar pendidikan terhadap
bayi, sebab kehidupan bayi berpusat di dalam rumah dan sangat
dipengaruhi oleh orang-orang di sekitarnya.
Kelima responden dalam penelitian ini juga mengungkapkan
telah menanamkan nilai-nilai pendidikan akhlak pada saat masa
kelahiran anak. Seperti yang disampaikan Ibu Ninik Mulyani
dalam kutipan wawancara berikut ‘Kalau pada saat anak lahir
yang pertama kali di adzanin sama ayahnya, sebagai wujud
syukur dan mengenalkan dia dengan penciptanya. Selain itu juga
diberikan nama yang baik, dan dilaksanakan aqiqah, Pokoknya
sesuai dengan ajaran dalam agama Islam. Kalau misal saya ada
kegiatan dengan ibu-ibu pengajian setiap hari jum’at saya ajak
anak saya juga. Selain itu juga anak saya diberi ASI secara
eksklusif, jadi memang pas masa kelahiran itu full saya yang
mengasuhnya”.147
Sebagaimana yang diungkapkan Samsul Munir Amin bahwa
pengaruh yang besar terhadap pendidikan anak ialah ibu.
Diantaranya Peranan Ibu dalam pendidikan jasmani dan kesehatan
bagi anak-anak, baik dari segi aspek perkembangan ataupun aspek
perfungsian. Beberapa hal yang dapat ditempuh untuk mencapai
tujuan-tujuan pendidikan jasmani dan kesehatan anak-anak yakni

147 Wawancara dengan wanita karier Desa Telawah Grobogan, Ibu Ninik Mulyani,
09 Mei 2022.
94

dengan memberi peluang yang cukup untuk menikmati ASI,


sebab ASI mengandung makanan jasmani, psikologikal, dan
spiritual yang sangat baik untuk anak.148
Diantara kewajiban Ibu sebagai orang tua terhadap anak
ialah menyusui anak hingga usia dua tahun, anjuran ini tertulis di
dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 233. Menyusui anak juga
menjadi bukti kasih sayang seorang ibu terhadap anak. Pada saat
anak lahir hingga berusia dua tahun biasa dikenal dengan istilah
golden age yang berarti usia emas anak. Jadi sebisa mungkin
kasih sayang, perhatian serta penanaman nilai-nilai pendidikan
harus diberikan dengan semaksimal mungkin.
Selanjutnya kelima responden juga kompak perihal
pemberian nama yang baik kepada anak. Sebagaimana yang
disampaikan Ibu Listiyowati dalam kutipan wawancara berikut
“setelah itu memberikan nama yang bagus, mendo’akannya,
soalnya nama itu berarti doa dan harapan orang tua ya, dan
diusahakan selalu menjaga perkataan gitu sih mba. Kan biasanya
kalau kita membiasakan untuk mendidik anak dengan baik, dia
juga bakal baik kedepannya”.149
Salah satu kewajiban orang tua ialah memberikan nama
yang baik. Sebab nama bukan hanya sebagai suatu sebutan atau
tanda pengenal belaka. Memberikan nama untuk anak tidak boleh
asal-asalan atau buruk yang dapat menyesatkan anak. Adapun di
dalam sebuah nama terkandung sebuah do’a yang disematkan
oleh orang tuanya. Setiap orang tua pasti merasa senang dan
bangga apabila anak-anak mereka dipanggil dengan nama yang di
dalamnya terkandung do’a yang baik, tidak hanya itu nama juga
148 Samsul Munir Amin, Menyiapkan Masa Depan Anak secara Islami, (Jakarta:
Amzah, 2007), h. 31.
149 Wawancara dengan wanita karier Desa Telawah Grobogan, Ibu Yuli Septiani,
07 Mei 2022.
95

dapat menjadi pengingat bagi anak untuk senantiasa melakukan


perbuatan baik, sebab di setiap langkahnya terdapat berbagai
keinginan serta harapan dari orang tuanya.
Ibu Debi Realita juga mulai menanamkan nilai-nilai
pendidikan akhlak pada masa kelahiran, sebagaimana kutipan
dalam wawancara berikut “pas hari ketujuh kelahiran, keluarga
melaksanakan aqiqah sesuai ajaran Islam, terus sering-sering di
kasih murotal shalawat atau lagu-lagu Islam gitu mba” 150 Menurut
pendapat jumhur Imam-imam dan ahli fikih hukum melaksanakan
aqiqah terhadap anak setelah lahir ialah sunnah dan sangat
dianjurkan dalam Islam. Oleh sebab itu, hendaknya setiap orang
tua melaksanakan nya apabila mampu, sehingga juga akan
menerima memperoleh keutamaan serta pahala di sisi Allah
SWT.151

Seorang anak merupakan anugerah dan amanah yang


diberikan Allah SWT yang patut disyukuri. Bentuk rasa syukur
yang dapat dilakukan oleh orang tua diantaranya dengan cara
mengasuh, mengarahkan, memberikan perhatian, menyayangi,
menanamkan nilai-nilai pendidikan akhlak sejak dini serta
memberikan pendidikan yang layak. Anak yang baru lahir itu
suci. Jadi, tumbuh kembang anak tergantung bagaimana orang tua
dalam mengasuhnya. Agar terbentuknya insan yang shalih
shalihah maka sebagai orang tua harus memahami dan
menerapkan pola asuh yang benar sesuai dengan tahapan
perkembangan anaknya sesuai dengan landasan syariah ajaran
Islam.
c. Mendidik akhlak anak pada masa kanak-kanak
150 Wawancara dengan wanita karier Desa Telawah Grobogan, Ibu Debi Realita, 10
Mei 2022.
151 Tim Redaksi Media Zikir, Fikih Aqiqah : Tanya Jawab Seputar Ibadah Aqiqah,
(Solo: Media Zikir, 2007), h. 12.
96

Penanaman pendidikan akhlak terhadap anak hendaknya


dimulai sedini mungkin, sebab pada masa kanak-kanak menjadi
masa yang tepat untuk menanamkan kebiasaan baik. hal ini dapat
dilakukan dengan pembiasaan dari orang tua terhadap anak untuk
senantiasa berakhlak baik dan berbudi pekerti luhur sesuai dengan
ajaran Islam.
Peran seorang Ibu sebagai sosok madrasah al-ūlā sangat
dibutuhkan dalam pendidikan akhlak anak. Sebagaimana
pendapat
Samsul Munir Amin dalam bukunya yang berjudul “menyiapkan
masa depan anak secara Islami” ada beberapa indikator mengenai
peran ibu diantaranya peranan ibu dalam pendidikan jasmani dan
kesehatan bagi anak- anak, peran ibu dalam pendidikan
intelektual anak, peran ibu terhadap pendidikan psikologikal dan
emosi, peran ibu dalam pendidikan agama anak, peran ibu dalam
pendidikan moral (akhlak) anak, peran ibu dalam pendidikan
sosial anak.
Ketika masa ini seorang anak lebih aktif berinteraksi dan
mengenal keadaan lingkungan sekitarnya. Peran orang tua
khususnya ibu sangat dibutuhkan pada masa ini sebab watak dan
kepribadian anak mulai terbentuk. Selain itu masa ini juga
menjadi langkah awal untuk anak belajar mandiri, menyelesaikan
merespon hal yang terjadi di sekitarnya. Dalam hal pendidikan
akhlak juga harus mulai dibimbing, diarahkan serta diikutsertakan
dalam kegiatan positif orang tuanya. Sehingga watak dan
kepribadian yang terbentuk dalam diri anak sesuai dengan
tuntunan agama. Kelima responden mendidik akhlak pada masa
kanak-kanak dengan cara sebagai berikut:
1) Ibu Listiyowati
97

Beliau mendidik akhlak pada masa kanak lebih


menekankan pada cara bersikap dan berpakaian sebagaimana
kutipan dalam wawancara berikut “Ada beberapa hal yang
saya ajarkan, cara dia bersikap dan paling dari segi pakaian,
karena dia perempuan dan sudah SD misal dari Kamar mandi
langsung pakai handuk atau pakai baju, sekolah memakai baju
panjang dan berjilbab, kemudian ketika main juga harus
berpakaian sopan sesuai dengan tempatnya”.152
Pendidikan dari Ibu Listiyowati terhadap anaknya ini
sesuai dengan indikator peran ibu sebagai pendidik pertama
anak yakni sebagai pendidik moral (akhlak) dan pendidikan
sosial kepada anak. Adapun apabila anak tidak patuh nasehat
orang tua Ibu Lis menegur dan memberi ketegasan pada anak
sebagaimana kutipan hasil wawancara berikut “Saya biasanya
menasehati, dan terkadang juga dengan suara keras (sedikit
membentak), sekali dua kali diperingatkan halus tapi
terkadang saya tidak sabar. Tapi paling dengan omongan saja,
tidak pernah kalau kasar atau main tangan”.153
Para pakar pendidikan sepakat bahwa seorang anak
ketika diperlakukan kasar orang tuanya atau para pendidiknya,
seperti didikan dengan memukul, perkataan yang pedas,
ataupun penghinaan. Hal ini akan menimbulkan reaksi balik
yang terlihat pada perangai serta akhlaknya. Selain itu juga
berdampak munculnya rasa takut dan kekhawatiran pada
tindakan perilakunya dan kemungkinan terburuk dapat

152 Wawancara dengan wanita karier Desa Telawah Grobogan, Ibu Listiyowati, 07
Mei 2022.
153 Wawancara dengan wanita karier Desa Telawah Grobogan, Ibu Listiyowati, 07
Mei 2022.
98

berimbas si anak akan pergi meninggalkan rumah untuk


menyelamatkan dirinya. 154
2) Ibu Yuli Septiani
Beliau mendidik akhlak dengan memberikan perhatian
serta pembelajaran tentang agama Islam kepada anaknya. Hal
ini sebagaimana yang disampaikan dalam kutipan wawancara
berikut “Yang saya lakukan itu memberi perhatian mba, di
sela-sela kesibukan saya, saya usahakan untuk selalu
menemaninya ketika bermain, mendengarkan keluh kesahnya,
atau sekedar bercerita. Selain belajar di sekolah, ketika anak
di rumah ya saya ajak belajar, misalnya rukun iman, rukun
Islam, dan do’a-do’a harian, seperti itu”.155
Adapun yang disampaikan oleh Ibu Yuli Septiani ini
mencakup indikator peranan ibu sebagai pendidikan
intelektual anak serta pendidikan agama anak. Ketika anak
diberikan perhatian yang cukup dari seorang ibu dan
pengajaran tentang nilai-nilai agama diharapkan pada saat
memasuki masa sekolah anak lebih cepat memahami
pembelajaran dan mampu menjaga diri dari pengaruh buruk di
sekitarnya.
3) Ibu Ninik Mulyani
Cara beliau dalam mendidik akhlak anak ialah dengan
nasehat dan mengikutsertakan anak dalam kegiatan positif
yang beliau kerjakan. Sebagaimana kutipan wawancara
berikut “Biasanya saya sih menasehati dan selalu
mengikutsertakan anak saya dalam kegiatan yang positif mba,
mengajarkan do’a sebagai wujud syukur, belajar ngaji,
154 Abdullah Nāṣīh ‘Ulwān, Tarbiyah al-Aulād fī al-Islām Pendidikan Anak Dalam
Islam, terjemahan Arif Rahman Hakim, Cet. 12, (Solo: Insan Kamil, 2020), h. 89.
155 Wawancara dengan wanita karier Desa Telawah Grobogan, Ibu Yuli Septiani,
07 Mei 2022.
99

lagulagu Islami, dan anak saya suka banget nonton kartun


nusa rara, biasanya saya temani dan saya ajak berdialog
tentang pembelajaran apa yang bisa diambil dari cerita
tersebut. Selain itu juga saya ajari 3 kata penting (tolong,
maaf, dan terimakasih) misal adek tolong ibu ambilkan itu,
dan
setelahnya saya bilang makasih, nanti dia ngikutin gitu”.156
Dapat dipahami bahwa peran Ibu sangat menentukan
dalam proses pembentukan karakter dan kepribadian seorang
anak, terutama perihal budi pekerti dan moral yang baik.
Penanaman nilai-nilai pendidikan yang dilakukan Ibu Ninik
Mulyani tersebut selaras dengan indikator peranan Ibu sebagai
madrasatul ūla yang sampaikan Samsul Munir Amin yakni
peran Ibu sebagai pendidik moral (akhlak) anak. Selain itu
mengajarkan anak untuk mengucapkan kata tolong, maaf dan
terimakasih merupakan landasan untuk anak dalam
bersosialisasi dan berkomunikasi dengan lingkungan
sekitarnya. Hal ini juga sesuai dengan peran Ibu dalam
pendidikan sosial anak.
4) Ibu Debi Realita
Selaras dengan apa yang disampaikan responden
sebelumnya Ibu Debi juga menanamkan nilai-nilai pendidikan
akhlak pada masa kanak-kanak, dengan metode nasehat dan
memberikan contoh selain itu juga menekankan pada
pembelajaran agama Islam. Sebagaimana kutipan wawancara
berikut “yang saya lakukan ketika sudah punya anak saya
mendidiknya dengan cara sering mengajaknya ngobrol,
memberi contoh, apa yang dia lihat. Apalagi sekarang lagi

156 Wawancara dengan wanita karier Desa Telawah Grobogan, Ibu Ninik Mulyani,
09 Mei 2022.
100

aktif-aktifnya jadi dia sudah banyak tanya ini itu jadi kita
sebagai orang tua harus memberikan wawasan seluas-luasnya,
terutama pendidikan agama ya mba. Shalat, ngaji, terus baca
do’a sebelum dan sesudah melakukan kegiatan, seperti itu”.157
Sebagaimana yang disampaikan Raudlotul Firdaus Binti Fatah
Yasin dalam jurnalnya yang berjudul “Islamic Education: The
Philosophy, Aim, and Main Features”, International Journal of
Education and Research penanaman pendidikan akhlak yang
dilakukan oleh Ibu Debi sesuai dengan tiga dimensi pendidikan
dalam Islam yakni Ta’dib, merupakan proses pendidikan yang
bertujuan untuk pemeliharaan manusia yang baik dengan
memberikan pengetahuan agama dan etika mulia sesuai
dengan ajaran Islam. Sehingga seorang individu dapat
menempatkan dirinya dan berusaha bersama orang lain dalam
masyarakat dengan keadilan.
5) Ibu Puji Lestari
Berbeda dengan responden sebelumnya Ibu Puji
mengajarkan pendidikan akhlak secara sederhana, beliau
mengaku kurang paham mengenai ilmu agama dan harus
banyak belajar lagi Sebagaimana yang disampaikan Ibu Puji
Lestari dalam kutipan wawancara sebagai berikut “Kalau
untuk mendidik akhlak saya biasanya memberikan nasihat dan
menyekolahkannya pada sekolah yang pendidikan agamanya
bagus, selain itu juga kalau sore sekolah ngaji di madrasah,
kalau misal shalat saya ajak, terus saya nasehati harus patuh
dan hormat dengan orang tua, Jujur saya dan suami itu kurang
paham tentang agama mba, jadi diajari nya ya setahu saya aja,

157 Wawancara dengan wanita karier Desa Telawah Grobogan, Ibu Debi Realita, 10
Mei 2022.
101

nanti kalau sudah gede rencananya pengen saya masukkan ke


pesantren”.158
Dalam hal pendidikan akhlak orang tua merupakan
pembina pribadi yang pertama dan utama dalam kehidupan
anak, kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup merupakan
unsur-unsur pendidikan yang tidak langsung dengan
sendirinya akan masuk ke dalam pribadi anak-anak yang
sedang tumbuh Selain itu orang tua juga berperan dalam
memberikan pendidikan di luar rumah, yakni memilihkan
sekolah terbaik bagi anak, tentunya yang berlandaskan
nilainilai Islam.
Sebagaimana hasil wawancara dengan kelima
narasumber dapat disimpulkan bahwa peran ibu sebagai
madrasah al-ūlā telah dimulai sejak anak masih dalam
kandungan hal ini dilakukan dengan memperbanyak ibadah
seperti shalat, membaca Al-Qur’an, merangsang janin dengan
diperdengarkan shalawat, mengonsumsi makanan yang halal
dan sehat serta menghindari perbuatan yang buruk, hal ini
dilakukan Ibu dengan harapan janin yang lahir sehat dan
menjadi insan yang shaleh taat kepada Agamanya. Selanjutnya
ketika masa kelahiran yakni dengan menjalankan syariat
Agama Islam diantaranya mengadzani ketika bayi lahir,
memberikan nama yang baik, melaksanakan aqiqah,
memberikan ASI, serta memberikan perhatian dan kasih
sayang kepada bayi. Kemudian pendidikan pada masa
anakanak yakni dengan mengajarkan nilai-nilai pendidikan
agama Islam, diantaranya beribadah, bagaimana cara
menghormati dan menghargai orang lain, berkomunikasi yang

158 Wawancara dengan Wanita Karier Desa Telawah Grobogan, Ibu Puji Lestari, 10
Mei 2022.
102

baik, memilihkan sekolah yang menunjang pendidikan akhlak.


pembelajaran yang dilakukan dengan metode memberi
contoh, praktik langsung, serta nasehat.

2. Kendala yang dihadapi Wanita Karier dalam Menjalankan Peran


Sebagai Madrasah al-Ūlā dalam Pendidikan Akhlak Anak di Desa
Telawah Grobogan
Peran keluarga terutama Ibu sangat dibutuhkan dalam
pendidikan akhlak bagi anak. Dimana Ibu merupakan seseorang yang
menjalin interaksi pertama dengan anak, menanamkan nilai-nilai
pendidikan yang diharapkan menjadi pondasi bagi pendidikan
selanjutnya. Apabila Ibu mendidik anak dengan baik maka akan baik
pula karakter yang tertanam dalam diri anak.
Pendidikan akhlak atau moral yang ditanamkan seorang ibu
terhadap anaknya ialah dengan memberikan teladan yang baik,
bagaimana cara bergaul, menghormati orang tua, cara bersikap
dengan orang lain, bertutur kata, serta menghargai sesama. Seorang
Ibu yang memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai wanita karier,
seperti guru, buruh, pegawai swasta dan sebagainya, harus tetap
memperhatikan pendidikan anak dalam keluarga.
Dapat diketahui bahwa perhatian dari seorang Ibu sangatlah
fundamental, sebab komunikasi yang dijalin pertama kali oleh anak
tidak lain pasti dengan ibunya. Oleh sebab itu di dalam ajaran agama
Islam menetapkan peran utama wanita ialah sebagai seorang Ibu dan
menjadi pengatur dalam rumah tangga. Akan tetapi faktanya di masa
sekarang ini banyak wanita yang memenuhi sektor publik. Apabila
seorang wanita menjadi seorang pekerja maka peran wanita sebagai
ibu yang memberikan pendidikan pertama kali pada anaknya serta
pengatur rumah tangga, sering kali dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya menjadi kurang maksimal.
103

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Listiyowati bahwa


hambatan yang dihadapinya dalam menjalankan perannya sebagai
pendidik bagi anaknya ialah keterbatasan jarak dan waktu. Sebab ia
tidak tinggal serumah dengan anaknya, melainkan harus bekerja di
luar kota dan menitipkan anaknya kepada neneknya. Sebagaimana
kutipan wawancara berikut ini “Saya kan jauh di luar kota dan hanya
bisa berkomunikasi dengan anak secara virtual, Kalo faktor
penghambatnya atau kendala ya karena saya bekerja dan tidak tinggal
dengan anak, jadi terkendala mba”.159 Seorang Ibu yang berkarier di
luar kota dan waktu untuk bertemu dengan anaknya terbatas tentu
menjadi kendala yang besar, sebab sejatinya tugas dan tanggung
jawab utama seorang Ibu ialah berada di rumah.
Selanjutnya hasil wawancara dengan Ibu Yuli Septiani, bahwa
kendala yang dihadapinya dalam menjalankan peran sebagai pendidik
akhlak sekaligus wanita karier ialah belum bisa memanage waktu
secara maksimal. Sebagaimana kutipan wawancara yang disampaikan
Ibu yuli berikut “Kalau penghambat dari lingkungan atau keluarga
tidak ada, justru keluarga dan lingkungan tempat tinggal saya cukup
mendukung pendidikan akhlak anak, dan peran yang saya jalani,
sebagai ibu yang bekerja dan harus menitipkan anak ke orang tua.
tapi terkadang saya juga sedih harus meninggalkan anak. Dan masih
belum bisa maksimal dalam memanage waktu”.160
Keterbatasan waktu yang dimiliki oleh seorang Ibu yang juga
berperan sebagai wanita karier menjadi kendala yang utama. Sebab
waktu di rumah bersama keluarga lebih sedikit daripada seorang Ibu
yang fokus dengan pekerjaan di rumah. Selain itu apabila kendala ini
berlangsung secara berulang dan terus menerus tanpa adanya solusi
159 Wawancara dengan wanita karier Desa Telawah Grobogan, Ibu Listiyowati, 07
Mei 2022.
160 Wawancara dengan wanita karier Desa Telawah Grobogan, Ibu Yuli Septiani,
07 Mei 2022.
104

untuk meminimalisir nya juga menjadi pengaruh terhadap tugas dan


tanggung jawab ibu sebagai pendidikan akhlak seorang anak.
Adapun hasil wawancara dengan Ibu Ninik Mulyani mengenai
hambatan yang dialami dalam menjalankan peran gandanya ialah
kurang maksimal dalam mengawasi anaknya, karena kalau bekerja
anaknya dijaga oleh neneknya serta sering merasa kerepotan
membagi peran antara ibu rumah tangga sekaligus wanita karier. Hal
ini sebagaimana kutipan dalam wawancara berikut “Faktor
penghambatnya itu biasanya kalau pagi terasa semrawut gitu karena
sebelum bekerja harus menjalankan peran sebagai Ibu rumah tangga,
menyiapkan keperluan anak dan suami, memandikan anak, dan
menyiapkan kebutuhan sekolahnya”161

Menurut Prabuningrat ada beberapa persyaratan yang harus


dipenuhi oleh seorang wanita yang ingin berkarir, diantaranya :
memiliki kesiapan mental, kesiapan jasmani, kesiapan sosial,
memiliki kemampuan untuk selalu meningkatkan prestasi kerja demi
kelangsungan karier di masa depan serta mempunyai pendamping
yang mendukung gagasan baru. Adanya tanggung jawab ini
diharapkan tidak menjadi kendala yang berarti terhadap wanita karier
dalam menjalankan perannya sebagai pendidik pertama pada
anaknya. Dan sebisa mungkin harus memaksimalkan waktu yang
dimiliki.162
Selanjutnya hasil wawancara dengan Ibu Debi Realita mengenai
kendala dalam menjalankan peran sebagai ibu, istri sekaligus wanita
karier itu tidak ada, beliau sangat menikmati peran yang dijalaninya.

161 Wawancara dengan wanita karier Desa Telawah Grobogan, Ibu Ninik Mulyani,
09 Mei 2022.
162 Siti Ermawati, “Peran Ganda Wanita Karier (Konflik Peran Ganda Wanita
Karier Ditinjau dalam Perspektif Islam)”, Jurnal Edutama, 2, No.2, (Januari 2016): h. 61.
http://repository.ikippgribojonegoro.ac.id/430/1/Siti_Ermawati%20pdf.pdf (Diakses pada
tanggal 2 Juli 2022)
105

Hal ini sebagaimana yang disampaikan Ibu Debi dalam kutipan


wawancara berikut “Duka atau kendalanya itu mungkin kadang ribet
tapi kalau saya pribadi tetap suka sih, dan Alhamdulillah sejauh ini
belum mengalami kendala mba, karena bagaimanapun juga banyak
hal apalagi selain ibu rumah tangga sama wanita karier itu dua
duanya ada plus minusnya. Pokoknya itu luar biasa sekali hehe dan
pengalamannya yang terpenting bagi saya”.163 Setiap pilihan pasti
mengandung resiko, tetapi apabila dapat mengatur sebaik mungkin
tanggung jawab yang dimiliki pasti juga akan berdampak positif, baik
bagi pelaku maupun orang di sekitarnya.
Selanjutnya hasil wawancara terhadap Ibu Puji sebagai
responden terakhir dalam penelitian ini, mengenai kendala yang
dialami dalam menjalankan peran sebagai madrasah al-ūlā sekaligus
wanita karier ialah ketika pulang bekerja beliau merasa sudah capek,
sehingga merasa kurang dalam memperhatikan anaknya, serta
lingkungan bermain anak yang sering memberikan pengaruh kurang
baik bagi anak. Sebagaimana yang disampaikan Ibu Puji dalam
kutipan wawancara berikut “Kalau kendala mungkin apa ya, dari
lingkungan bermainnya sih mba, kalau sudah bermain sama temannya
itu kadang susah untuk disuruh mengaji. Terus biasanya kalau pulang
kerja itu saya sudah capek mba, jadi saya merasa kurang maksimal
memberikan perhatian kepada anak saya”.164
Sebagaimana yang disampaikan oleh responden mengenai
kendala yang dihadapi dalam menjalankan peran sebagai madrasah
al-ūlā bagi anak, seorang istri sekaligus wanita karier, meskipun
demikian wanita karier di Desa Telawah Grobogan tetap berusaha
menjadi ibu yang baik bagi anaknya, menjalankan perannya sebagai
163 Wawancara dengan wanita karier Desa Telawah Grobogan, Ibu Debi Realita, 10
Mei 2022.
164 Wawancara dengan Wanita Karier Desa Telawah Grobogan, Ibu Puji Lestari, 10
Mei 2022.
106

istri, serta selalu berusaha mengatur waktu sehingga tugas dan


tanggung jawabnya dapat berjalan secara maksimal.
Setiap permasalahan pasti ada solusi untuk mengatasinya,
begitu pula kendala yang dialami seorang wanita yang menjalankan
peran ganda sebagai pendidik pertama seorang anak sekaligus wanita
karier. Berikut beberapa cara dalam mengatasi permasalahan atau
kendala oleh wanita karier yang menjadi responden dalam penelitian
ini:

a. Ketika urusan pekerjaan sudah selesai atau libur diusahakan untuk


memaksimalkan waktu dengan anak serta keluarga di rumah.
b. Sebelum berangkat kerja selalu memastikan bahwa keperluan
anak serta suami telah disiapkan, serta pekerjaan rumah telah
selesai.
c. Memberikan perhatian kepada anak, dengan mendengarkan keluh
kesahnya, menikmati waktu luang dengan bermain sambil belajar
serta mengikut sertakan anak dalam kegiatan positif yang
menunjang tumbuh kembangnya.
d. Memilihkan sekolah atau tempat pendidikan terbaik bagi anak
yang tentunya berlandaskan nilai-nilai Islam, hal ini menjadi salah
satu penunjang bagi keberhasilan pendidikan akhlak yang
ditanamkan sedini mungkin oleh orang tua.
e. Meluaskan rasa sabar dan ikhlas dalam mendidik anak, dengan
memberi nasehat, arahan serta teguran tanpa adanya kekerasan.
f. Sebagai wanita karier harus menjalin komunikasi yang baik
dengan orang sekitar dan selalu berdiskusi dengan suami
mengenai peran yang dijalani.
g. Menitipkan anak kepada orang yang dapat dipercaya dan sebisa
mungkin orang tua mengawasi lingkungan bermain serta teman
pergaulannya.
107

Sebagaimana hasil wawancara dengan kelima narasumber


peneliti menyimpulkan bahwa kendala yang dialami oleh ibu yang
sekaligus berprofesi sebagai wanita karier diantaranya keterbatasan
waktu yang dimiliki bersama anak sehingga kurang perhatian kepada
anak, ketika bekerja harus menitipkan anak kepada orang lain, tenaga
yang terbatas sehingga kurang maksimal dalam menjalankan
perannya sebagai ibu rumah tangga sekaligus wanita karier.
BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah serta hasil penelitian yang telah
dipaparkan pada bab-bab sebelumnya, berikut kesimpulan penelitian
dengan judul “Peran Ibu Sebagai Madrasah al-Ūla dalam Pendidikan
Akhlak Anak (Studi Kasus Wanita Karier di Desa Telawah Grobogan):
1. Peran wanita karier sebagai madrasah al-ūlā dalam pendidikan akhlak
anak di Desa Telawah Grobogan terbagi menjadi 3 fase yakni pertama
ketika masa kehamilan (prenatal), upaya yang dilakukan seorang Ibu
dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan akhlak pada anak dengan
memperbanyak ibadah seperti shalat, membaca Al-
Qur’an, merangsang janin dengan diperdengarkan shalawat,
mengonsumsi makanan yang halal dan sehat serta menghindari
perbuatan yang buruk. Kedua, ketika masa kelahiran yakni dengan
menjalankan syariat Agama Islam diantaranya mengadzani ketika bayi
lahir, memberikan nama yang baik, melaksanakan aqiqah,
memberikan ASI, serta memberikan perhatian dan kasih sayang
kepada bayi. Ketiga, pendidikan pada masa anak-anak yakni dengan
mengajarkan nilai-nilai pendidikan agama Islam.
2. Kendala yang dialami Ibu yang berprofesi sebagai wanita karier dalam
menjalankan perannya sebagai madrasah al-ūlā dalam pendidikan
akhlak anak di Desa Telawah Grobogan diantaranya: a. Keterbatasan
waktu yang dimiliki bersama anak sehingga kurang perhatian kepada
anak; b. Ketika bekerja harus menitipkan anak kepada orang lain; c.
Tenaga yang terbatas sehingga kurang maksimal dalam menjalankan
perannya sebagai ibu rumah tangga sekaligus
109

112
wanita karier. Adapun solusi yang dilakukan dalam mengatasi
kenadala yang dialami yakni a. Berusaha sebaik mungkin meluangkan
waktu lebih banyak bersama anak dengan memberikan perhatian,
kasih sayang, menemaninya belajar, bermain dan mendengarkan keluh
kesahnya; c. Berusaha mengatur waktu dan menyelesaikan pekerjaan
rumah dengan baik, dan membiasakan diri menjaga komunikasi dan
berdiskusi dengan pasangan dalam memutuskan sesuatu; b.
Menitipkan anak kepada orang yang dapat dipercaya atau mencari
Asisten rumah tangga untuk menjaga anaknya di rumah; c. Tidak
segan meminta bantuan dan dukungan kepada orang di sekitar pada
saat anak ditinggal bekerja.

B. Saran
1. Bagi wanita karier, sebagai madrasah al-ūlā sebaiknya lebih
memperhatikan pendidikan anak, khususnya dalam pendidikan akhlak.
Sebab seorang ibu berperan penting dalam pembentukan pola pikir
atau tingkah laku yang baik bagi anaknya. Hal ini dilakukan tidak
hanya dengan menyuruh anak untuk shalat, mengaji dan berpuasa,
tetapi dengan mengajak, memberi contoh, serta senantiasa memantau
perkembangan anak.
2. Bagi suami wanita karier, mendidik anak bukan hanya tugas seorang
ibu melainkan tanggung jawab kedua orang tua, sebagai seorang
suami dan ayah sebaiknya menjadi sosok yang mau untuk saling
bekerja sama, saling mendukung serta saling membantu dalam urusan
rumah tangga, sebab hal ini juga berdampak dalam keberhasilan
pendidikan akhlak seorang anak.
3. Bagi anak, sebagai bentuk birrul wālidain sudah seharusnya seorang
anak memiliki ketaatan terhadap orang tua. serta memiliki tanggung
jawab dalam kehidupan pribadi untuk mengharap ridho Allah SWT.
110

DAFTAR PUSTAKA

‘Ulwān, Abdullah Naṣīḥ. Tarbiyah al-Aulad Fī al-Islam. Pendidikan Anak


Dalam Islam. Solo: Insan Kamil, 2020.

Abdul Ḥalim Maḥmud, Ali. Tarbiyah al-Khuluqiyah Akhlak Mulia, terj. Abdul
Hayyie al-Kattani, dkk. Jakarta: Gema Insani, 2004.
Abdul, Moh. Rivaldi. “Ibu Sebagai Madrasah bagi Anaknya : Pemikiran
Pendidikan R.A Kartini”. Dari Journal of Islamic Education Policy:
Pascasarjana, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Vol. 5. No. 2. 2020.
http://journal.iain-manado.ac.id/index.php/jiep/article/view/1350/899
(Di akses pada tanggal 5 Februari 2022)
Abdullaḥ bin Muḥammad bin Abdurrāhman bin Ishāq Alu Syaikh, Lubābut
Tafsir Min Ibni Katsīr, terj. M. Abdul Ghoffar dan Abu Ihsan al-Atsari,
Tafsir Ibnu Katsīr. Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2017.

Afriantoni. Prinsip-prinsip Pendidikan Akhlak Generasi Muda : Percikan


Pemikiran Ulama Sufi Turki Bediuzzaman Said Nursi. Yogyakarta:
Penerbit Deepublish Group Penerbitan CV Budi Utama, 2019.

Agnes. Untuk Apa Aku Mengenal Pendidikan?. Bogor: Guepedia, 2020.

Ahmad Suryadi, Rudi. Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta: Deepublish, 2018.

Al-Bukhārī, Imām Abī Abdillah Muḥammad bin Ismāīl bin Ibrāhīm bin
alMughīrah bin Badruzbah al-Jufi. Ṣaḥīḥ Bukhārī. Mesir: Dar al-Fikr,
Kitab Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, Bab Kitab al-Adab, 1994.
Al-Fahham, Muḥammad. Berbakti Kepada Orang Tua: Sa’ādah al-Abnā Fī
Birr al-Ummāhat wa al-Abā. Yogyakarta: Hikam Pustaka, 2017.
Al-Ghazālī. Ihyā Ulūm ad-Dīn. Beirūt: Dār Ibnu Hazm, 2005.
Ali bin Sa’id Al-Gamidi. Fikih Wanita. Sukoharjo: Aqwam, 2012.
111

Al-Qadir al-Salih, Abdul. Buah Hati Antara Perhiasan dan Ujian Keimanan.
Yogyakarta: Diandra Kreatif, 2017.
Al-Qusyairi, Al-Imam Abi Husain Muslim bin Al-Hajjaj. Ṣaḥīḥ Muslim. Vol
5.
Amin, Samsul Munir. Menyiapkan Masa Depan Anak secara Islami. Jakarta:
Amzah, 2007.

Amrullah, Abdul Malik Abdulkarim (HAMKA). Tafsir Al-Azhar, Jilid 8,


(Singapura: Pustaka Nasional Pte Ltd).
Aprijon Efendi, “Eksistensi Wanita dalam Perspektif Islam”. Dari Jurnal
Muwazah. Vol.5. No. 2. 2013. http://e-
journal.iainpekalongan.ac.id/index.php/Muwazah/article/view/347
(Diakses pada tanggal 14 Maret 2022).

Arbaningsih, Dri. Kartini dari Sisi Lain: Melacak Pemikiran Kartini Tentang
Emansipasi Bangsa. Jakarta: Kompas Media, 2005.

Arif Tiro, Muhammad. Penelitian: Skripsi, Tesis dan Disertasi. Makassar:


Andira Publisher, 2015.
Armaiyn, Suryati. Catatan Sang Bunda. Jakarta: Al-Mawardi Prima Jakarta,
2011.
Assingkily, Muhammad Shaleh dan Miswar. “Urgensitas Pendidikan Akhlak
Bagi Anak Usia Dasar (Studi Era Darurat Covid 19)”. Dari Jurnal
Tazkiya. Vol. 9. no. 2. 2020.
http://jurnaltarbiyah.uinsu.ac.id/index.php/tazkiya (Diakses
pada tanggal 27 Januari 2022).
Az-Zuhaili, Wahbah. Fiqih Islam Wa Adillatuhu Jilid 9. Jakarta: Gema Insani,
2011.

Cahya Gustaviani, Lintang. “Wanita Karier dalam Masa Ihdad di Desa


Grobogan Kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun Ditinjau dari Hukum
112

Islam” Tesis. Electronic Theses Institut Agama Islam Negeri Ponorogo,


2021. Tidak Diterbitkan.
http://etheses.iainponorogo.ac.id/id/eprint/14209 (Diakses pada tanggal
29 Maret 2022)
Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2008.
Dewi, Ratna. “Kedudukan Perempuan dalam Islam dan Problem
Ketidakadilan Gender”. Dari Jurnal Kajian Gender dan Anak. Vol. 4.
No. 1. 2020. https://www.lp2msasbabel.ac.id/ (Diakses pada tanggal 16
Maret 2022).

Dihni, Vika Azkiya “Presentase Pekerja Perempuan Menurut Jenis


Pekerjaan”. Dari Databoks. 2022.
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/10/07/
perempuanindonesia-paling-banyak-bekerja-sebagai-tenaga-usaha-
penjualan (Diakses pada tanggal 27 Januari 2022).
Dimyati, Johni. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Aplikasinya Pada
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2013.
E. Manebu, Angelia “Peranan Perempuan dalam Pembangunan Masyarakat
Desa (Studi Kasus di Desa Maumbi Kecamatan Kalawat Kabupaten
Minahasa Utara”. Dari Jurnal Politico. Vol. 7. No. 1. 2018.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/politico/article/view/16329 (Di
akses pada tanggal 13 April 2022).
Ermawati, Siti. “Peran Ganda Wanita (Konflik Peran Ganda Wanita Karier
ditinjau dalam Perspektif Islam”, Dari Jurnal Edutama. Vol. 2. No. 2.
2016. http://repository.ikippgribojonegoro.ac.id/id/eprint/430 (Diakses
pada tanggal 2 Februari 2022).
113

Faiza, Arum, et.al. Kamulah Wanita Karier yang Hebat. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo, 2020.
Fanani, Zainudin. Pedoman Pendidikan Modern. Jakarta: Arya Surya
Perdana, 2010.

Farihacha Ismawati, Elys. Wanita: Antara Karir dan Keluarga (Bagaimana


Pandangan Islam tentang Wanita Karier, Nafkah dan Tugas Keluarga).
Surabaya: CV. Global Aksara Pres, 2021.
Fathiyaturrohmah, “Ayat-Ayat Tentang Peranan Ibu dalam Pendidikan Anak”.
Dari Jurnal Elementary. Vol. 2. No. 1. 2014.
https://studylibid.com/doc/1025304/ayat-ayat-tentang-peranan-
ibudalam-pendidikan-anak (Diakses pada 8 Februari 2022).
Fatimah bt Ali. “Pandangan Islam Terhadap Wanita Bekerja”. Dari Jurnal
Ushuluddin. Vol 3. 1996.
https://mjes.um.edu.my/index.php/JUD/article/view/2989 )Diakses pada
tanggal 30 Juni 2022).
Firdaus, Raudlotul Binti Fatah Yasin, “Islamic Education: The Philosophy,
Aim, and Main Features”, Jurnal International Journal of Education
and Research. Vol. 1. No. 10. 2013.
http://ijern.com/journal/October2013/18.pdf (Diakses pada tanggal 11
Februari 2022.

Fitri, Nur Lailatul. “Peran Orang Tua dalam Membentuk Akhlak Anak Sejak
Dini”. Dari Jurnal Al-Hikmah : Indonesian Journal Of Early Childhood
Islamic Education. Vol. 1. no. 2. 2017.
http://journal.iaialhikmahtuban.ac.id/index.php/ijecie/article/view/11
(Diakses pada tanggal 24 Januari 2022).
Fitriandi, Agus dan Nurhasanah, Farida. Rumah Dunia Akhirat: Sebuah
Upaya Berjamaah Membangun Rumah di Dunia dan di Akhirat.
Karanganyar: Krigan Capital Press, 2020.
114

Fuad, Abu. Penjelasan Kitab Sistem Pergaulan dalam Islam. Bogor: Pustaka
Thariqul Izzah, 2017.

Gade, Fithriani “Ibu Sebagai Madrasah dalam Pendidikan Anak”. Dari Jurnal
Ilmiah Didaktika. Vol. 13. No. 1. 2012. https://jurnal.ar-
raniry.ac.id/index.php/didaktika/article/view/462 (Diakses pada tanggal
9 Februari 2022).
Ghazali, Abd. Rahman. Fikih Munakahat. Jakarta: Prenada Media, 2003.

Hadi, Amirul. dan Haryono. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV


Pustaka Setia, 1998.
Hafidhuddin, Didin. Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur’an. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2012.
Hamid, Abdul. Memaknai Kehidupan. Banten: Makmood Publishing, 2020.
Hamid, Abdul. Memaknai Kehidupan. Banten: Makmood Publishing, 2020.
Handarini. Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta: CV
Pustaka Ilmu Group, 2020.
Handayani, Arri. How To Raise Great Family: Mengasuh Anak Penuh
Kesadaran. Jakarta: Grasindo, 2019.

Hasnahwati. “Implikasi Pendidikan Islam Sejak Dalam Kandungan,” Dari


Jurnal Andi Djemma:Jurnal Pendidikan. Vol. 4. No. 1. 2021.
https://ojs.unanda.ac.id/index.php/andidjemma/article/view/675/487
(Diakses pada tanggal 2 Juni 2022).
Hasyim, Umar. Anak Saleh. Surabaya: Bina Ilmu, 2007

Husni, Lalu. Pengantar Hukum Ketenagakerjaan. Jakarta: Rajawali Pers,


2014.
Ihsan, Ummu dan Ihsan al-Atsari, Abu. Aktualisasi Akhlak Muslim, dalam
Halim Setiawan, Wanita, Jilbab dan Akhlak. Sukabumi: CV Jejak
Anggota IKAPI, 2019.
115

Imām Abī Ḥusain Ibn Hajaj al-Qusyairi an-Naisaburi. Ṣaḥīḥ Muslim. Kairo:
Darul Hadis. Kitab al-Wasiyat. Bab Māyal haqu al-Insanu Minatsawābi
ba’da wāfatihi, 1997
116

Isa Asyur, Ahmad. Berbakti Kepada Ayah Bunda, Jakarta: Gema Insani, 2014.

Ismayani, Ade. Metode Penelitian. Banda Aceh: Syiah Kuala University Press,
2020.
Ismunandar, Arif. et.al. “Peran Strategis Wanita Karier dalam Pendidikan
Agama Anak”. Dari Jurnal Madaniyah Vol. 11. No. 1. 2021.
https://journal.stitpemalang.ac.id (Diakses pada tanggal 27 Januari
2022).

J, Supratmo. Metode Research dan Aplikasi dalam Pemasaran. Jakarta: Fak.


Ekonomi UI, 1981.
J. Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT
Rosdakarya, 2011.
Jalil, Iwan Abdul dan Tanjung, Yusrina. “Peran Ganda Perempuan Pada
Keluarga Masyarakat Petani di Desa Simpang Duhu Dolok Kabupaten
Mandailing Natal”. Dari Jurnal Intervensi Sosial dan Pembangunan.
Vol. 1. No. 1. 2020).
http://jurnal.umsu.ac.id/index.php/JISP/article/view/4376 (Di
akses pada tanggal 13 April 2022).

Jufri, Muhammad dan Jupri, Rizal. “Hak dan Kewajiban Istri yang Berkarier:
Studi Komparatif antara Kitab ‘Uqudullujain dan Kitab Fikih Wanita
Yusuf Qaradhawi”. Dari Jurnal Istidlal. Vol. 3. No. 1. 2019.
https://ojs.pps-ibrahimy.ac.id/index.php/istidlal/article/view/130
(Diakses pada tanggal 22 Maret 2022)
Khaidir. et.al. Pendidikan Akhlak Anak Usia Dini. Aceh: Yayasan Penerbit
Muhammad Zaini, 2021.
KozierBarbara, Peran dan Mobilitas Kondisi Masyarakat. Jakarta: Gunung
Agung, 1995.
117

Laonso, Hamid dan Jamil, Muhammad. Hukum Islam Alternatif Solusi


Terhadap Masalah Fiqh Kontemporer, dalam Halim Setiawan, Wanita,
Jilbab dan Akhlak. Sukabumi: CV Jejak Anggota IKAPI, 2019.
Lestari, Dian. “Ekstistensi Perempuan dalam Keluarga (Kajian Peran
Perempuan Sebagai Jantung Pendidikan Anak”. Dari Jurnal Muwazah.
Vol. 8. No. 2016. http://e-
journal.iainpekalongan.ac.id/index.php/Muwazah/article/view/760
(Diakses pada tanggal 16 Maret 2022).

Ma’had Tahfidh Yanbu’ul Qur’an Kudus, Al-Qur’an Al-Quddus. Kudus: CV


Mubarokatan Thoyyibah, 2014.

Maharani, Dewi. “Pendidikan Anak Perspektif Psikologi Dan Pendidikan


Islam”. IQ (Ilmu Al-qur’an). Dari Jurnal Pendidikan Islam. Vol. 1, No.
01, 2018, h. 38-60. https://doi.org/10.37542/iq.v1i01.5,:
https://journal.ptiq.ac.id/index.php/iq/article/view/5 (diakses pada 10
Juli 2022).
Mahfida, Ulfi Laelatul. “Pengaruh Pola Asuh Wanita Karir Terhadap Akhlak
dan Hasil Belajar Siswa SD Plus Sunan Pandanaran Kanigoro”. Skripsi.
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung. 2019.
http://repo.uinsatu.ac.id/ (Diakses pada tanggal 2 Februari 2022)
Mahmudah, Siti. “Peran Wanita Karier dalam Menciptakan Keluarga Sakinah.
Dari Jurnal Psikologi dan Psikologi Islam. Vol. 5. No. 2. 2008.
http://ejournal.uin-malang.ac.id/index.php/psiko/article/view/351
(Diakses pada tanggal 12 Maret 2022)
Mamik. Metodologi Kualitatif. Sidoarjo: Zifatama Publisher: 2015.
Maryam. Dinamika Sosial Ekonomi Partisipasi Kerja Perempuan Menikah
(Studi Etnis Sasak). Yogyakarta: Bintang Pustaka Madani, 2021.

Menteri Bintang: “Perempuan Tulang Punggung Pemulihan Sosial Ekonomi”.


Dari Biro Hukum dan Humas Kementrian Pemberdayaaan
118

Perempuan dan Perlindungan Anak. 2021.


https://kemenpppa.go.id/index.php/page/read/29/3133/menteri-
bintangperempuan-tulang-punggung-pemulihan-sosial-ekonomi (Di
akses pada tanggal 1 Februari 2022).
Miskawaih, Ibn. Tahzīb al-Akhlaq wa Tathīr al-‘A’rāq, Beirut: Manshurat

Dar al-Maktabah al Hayāt, 1398.


Muhammad al-Jauhari Mahmud dan Khayyal, Muhammad Abdul Hakim.
Membangun Keluarga Qur’ani:Panduan Untuk Wanita Muslimah.
Jakarta: Amzah, 2005.
Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2011.

Mulyadi dan Adriantoni. Psikologi Agama. Jakarta: Kencana, 2021.


Mulyani, Sri “Peran Ibu dalam Pendidikan Karakter Anak Menurut
Pandangan Islam”. Dari Jurnal An-Nisa’. Vol. 11. No. 2. 2018.
http://mail.jurnal.iain-bone.ac.id/index.php/annisa/article/view/336
(Diakses pada tanggal 7 Februari 2022).

Muri’ah, Siti. Nilai-nilai Pendidikan Islam dan Wanita Karier. Semarang:


Rasail Media Group, 2011.

Murtono, Nanang. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Rajawali Pres,


2012.
Mustofa, Imron. Perempuan-Perempuan Surga Kisah Menakjubkan Para
Wanita Shalihah dan Ahli Ibadah. Yogyakarta: Laksana, 2020.
Muyhayhanah, Siti. “Peran Wanita Karir Dalam Kehidupan Rumah Tangga
Islami (Studi kasus pada wanita karir di Desa Kemloko)”. Dari Jurnal
Kajian Agama Hukum dan Pendidikan Islam (KAHPI): STAINU
Temanggung. Vol. 2. no. 1. 2020. http://www.openjournal.unpam.ac.id/
(Di akses pada tanggal 4 Februari 2022).
Nasir, Bachtiar. Masuk Surga Sekeluarga. Jakarta: AQL Pustaka, 2016.
119

Nurhayati dan Syahrizal, “Urgensi dan Peran Ibu Sebagai Madrasah Al-Ula
dalam Pendidikan Anak”. Dari Jurnal Itqan. Vol. 6. No. 2. 2015.
http://ejurnal.iainlhokseumawe.ac.id/index.php/itqan/article/download/
49/45. (Diakses pada tanggal 12 Februari 2022).
Quthub, Sayyid Tafsir fī Zhilal Al-Qur’an: di Bawah Naungan Al-Qur’an,
Terjemah As’ad Yasin dkk. Jilid 7. Jakarta: Gema Insani Press, 2001.

Rabbani, Mutmainah Afra. Istri yang Dirindukan Surga Berdasarkan


AlQur’an dan As-sunnah. Jakarta: Lembar Langit Indonesia, 2015.

Rofiah, Khusniati. Produktivitas Ekonomi Perempuan dalam Kajian Islam


dan Gender. Yogyakarta: Q-Media, 2021.
Sanjaya. Wina. Penelitian Pendidikan Jenis, Metode, dan Prosedur. Jakarta:
Kencana (Divisi dari Prenada Media Group, cet. 1 2013.
Sarosa, Saniaji. Data Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Penerbit PT Kanisius
Anggota IKAPI, 2021.
Sasongko, Agung. “Istri Harus Taat Suami atau Orang Tua?, Republika
Online” 25. 2017.
https://www.republika.co.id/berita/okbuhx313/istriharus-taat-suami-
atau-orang-tua (Diakses pada tanggal 9 April 2022).

School of Parenting. “Tantangan sehari-hari Ibu Bekerja”. 2019.


https://schoolofparenting.id/tantangan-sehari-hari-ibu-bekerja/ (Diakses
pada tanggal 24 Februari 2022).
Shafa Marwah, Siti Makhmud Syafe’i, dkk, “Relevansi Konsep Pendidikan
Menurut Ki Hajar Dewantara dengan Pendidikan Islam”. Dari Jurnal
Tarbawy: Indonesian Journal of Islamic Education. Vol. 5. No. 1. 2018.
https://ejournal.upi.edu/index.php/tarbawy/article/view/13336 (Diakses
pada tanggal 10 April 2022).
120

Shihab, M. Quraish. Membumikan Al-Qur’an Fungsi dan Peran Wahyu


dalam Kehidupan Masyarakat. Bandung: Mizan, 1992.
_______. Membumikan Al-Qur’an. Jakarta: Mizan Pustaka, 2007.
_______.Pengantin Al-Qur’an: Kalung Permata Buat Anak-anakku.
Tangerang: Lentera Hati, 2010.
_______.Perempuan. Jakarta: Lentera Hati, 2005.

_______.Tafsir al-Misbah, Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an.


Jakarta: Lentera Hati, 2002.

_______.Yang Hilang dari Kita Akhlak. Ciputat: Lentera hati, 2016.

Siyoto. Sandu dan Ali Sodik, M. Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta:


Literasi Media Publishing, Cetakan 1, 2015.
Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2002.
Srinuryanti, Ira. “Peran Ibu Sebagai Orang Tua Tunggal Dalam Mendidik
Akhlak Anak (Studi Kasus Di Dusun Sirap Desa Kelurahan
Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang)”. Skripsi. Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Salatiga. 2019. http://e-
repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/ (Diakses pada tanggal 2 Februari
2022).
Subianto, Jito. “Peran Keluarga, Sekolah, dan Masyarakat dalam
Pembentukan Karakter Berkualitas”. Dari Jurnal Edukasia LPPG
lembaga Peningkatan Profesi Guru. Vol. 8. No. 2. 2013.

http://journal.iainkudus.ac.id/index.php/Edukasia/article/view/757
(Diakses pada tanggal 16 Maret 2022).
Sudarto. Filsafat Pendidikan Islam. Yogyakarta: Deepublish, 2021.

Sugiyono. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2017.


121

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, ISBN


9798433-64-0. Bandung: Alfabet Bandung, 2013.
Sugiyono. Metode Penelitian Manajemen. Bandung: Alfabeta, 2016.
Suhartono dan Lina, Roidah. Pendidikan Akhlak dalam Islam. Semarang:
Pilar Nusantara, 2019.
Surahman, Buyung “Peran Ibu terhadap Masa Depan Anak”. Dari Jurnal
Hawa. Vol. 1. No. 2. 2019.
https://ejournal.iainbengkulu.ac.id/index.php/hawa/article/view/2600
(Diakses pada tanggal 9 Februari 2022).

Suryadarma Yoke dan Hifdzil Haq, Ahmad. “Pendidikan Akhlak Menurut


Al-Ghazali”. Dari Jurnal At-ta’dib. Vol. 1. No. 2. Desember 2015.
https://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/tadib/article/view/460/417
(Diakses pada tanggal 19 Maret 2022).

Suwaibatul Aslamiyah, Siti, et.al. Pendidikan Akhlak dengan Literasi Islami.


Lamongan: Nawa Literasi Publishing, 2021.

Syafiqurrohman, Muhammad. “Implementasi Pendidikan Akhlak Integratif-


Inklusif”, Dari Jurnal Pendidikan, Sosial, dan Agama. Vol. 12. No. 1.
https://ejournal.insuriponorogo.ac.id/index.php/qalamuna/article/view/2
40/180 (Diakses pada tanggal 22 Maret 2022).

Syuhud, A Fathih. Jihad Keluarga: Membina Rumah Tangga Sukses Dunia


Akhirat. Malang: Pustaka Al khoirot. 2021.
Syuhud. A. Fathih. Jihad Keluarga: Membina Rumah Tangga Sukses Dunia
Akhirat. Malang: Pustaka Al khoirot, 2021.
Tersiana, Andra. Metode Penelitian. Yogyakarta: Start Up, 2018.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka, 2007.
122

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kamus


Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1994.
Triwiyanto, Teguh. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2014.

Umam, Chotibul. Pendidikan Akhlak: Upaya Pembinaan Akhlak Melalui


Program Penguatan Kegiatan Keagamaan. Bogor: Guepedia, 2021.

UU RI Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen serta UU RI No. 20 Tahun 2003
tentang Sisdiknas.

Wagiran. Metodologi Penelitian Pendidikan (Teori dan Implementasi),


(Yogyakarta: Deepublish Grup Penerbitan CV Budi Utama, Cetakan 1
2013), Hal. 220.
Warsiah, “Peran Wanita Karir dalam Pendidikan Anak Perspektif M. Quraish
Shihab”. Skripsi. Universitas Islam Negeri Raden Intan. 2019.
http://repository.radenintan.ac.id/ (Diakses pada tanggal 4 Februari
2022).
Wawancara dengan Kepala Desa Telawah, pada tanggal 9 April 2022 di
Kantor Balai Desa Telawah.
Wawancara dengan wanita karier Desa Telawah Grobogan, Ibu Debi Realita.
Telawah. 10 Mei 2022.

Wawancara dengan wanita karier Desa Telawah Grobogan, Ibu Listiyowati.


Telawah, 07 Mei 2022.
Wawancara dengan wanita karier Desa Telawah Grobogan, Ibu Ninik
Mulyani. Telawah. 09 Mei 2022.

Wawancara dengan Wanita Karier Desa Telawah Grobogan, Ibu Puji Lestari.
Telawah. 10 Mei 2022.

Wawancara dengan wanita karier Desa Telawah Grobogan, Ibu Yuli Septiani.
Telawah. 07 Mei 2022.
123

Widiyastuti, Retno. Kebaikan Akhlak dan Budi Pekerti. Semarang: Alprin,


2010.
Wusqa, Urwatul. “Wanita: Kedudukan dan Tinjauan Karirnya dalam
Kehidupan Sesuai Al-Qur’an dan Hadits”. Dari Jurnal Ilmiah Kajian
Gender. Vol. 1. No. 2. 2011.
http://kafaah.org/index.php/kafaah/article/view/77 (Diakses
pada tanggal 15 Maret 2022).
Yasmine, Charisa. “Pelaksanaan Kewajiban Anak Terhadap Orang Tua Studi
Kasus Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Tresna Wedha (PTSW)
Khusnul Khotimah Pekanbaru Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 1
ahun 1974 Tentang Perkawinan. Dari JOM Fakultas Hukum
Universitas Riau. Vol. 4. No. 2. 2017
https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFHUKUM/article/download/1772
1/17117 (Diakses Pada Tanggal 21 Maret 2022).

Yunus, Mahmud. Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: PT Hidayah Karya Agung,


1972.
Zulhamdi dan Masduki, Mahfudz. “Ibu dalam Al-Qur’an: Sebuah Kajian
Tematik”. Dari Jurnal Esensia. Vol. 16. No. 1. 2015. http://ejournal.uin-
suka.ac.id/ushuluddin/esensia/article/view/984.
(Diakses pada tanggal 12 Februari 2022).
124

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1: Pedoman Observasi


PEDOMAN OBSERVASI TENTANG PERAN IBU
SEBAGAI MADRASAH AL-ŪLĀ DALAM
PENDIDIKAN AKHLAK ANAK (Studi Kasus Wanita Karier di
Desa Telawah, Grobogan)

Topik : Responden :
Hari/Tanggal : Tempat
:
1. Mengamati situasi dan kondisi di Desa Telawah, Kecamatan Karangrayung,
Kabupaten Grobogan.
2. Mengamati kondisi keluarga dengan Ibu yang berperan sebagai wanita karier di
Desa Telawah, Kecamatan Karangrayung, Kabupaten Grobogan.
3. Mengamati peran wanita karier sebagai madrasah al-ūlā dalam pendidikan
akhlak anak di Desa Telawah, Kecamatan Karangrayung, Kabupaten Grobogan.
4. Mengamati kendala-kendala yang dihadapi wanita karier dalam menjalankan
perannya sebagai madrasah al-ūlā dalam pendidikan akhlak sekaligus tugas dan
tanggung jawabnya sebagai wanita karier.
125

Lampiran 2: Pedoman Wawancara


PEDOMAN WAWANCARA DENGAN KEPALA DESA MENGENAI
GAMBARAN UMUM DESA TELAWAH SERTA PERAN IBU
SEBAGAI MADRASAH AL-ŪLĀ DALAM PENDIDIKAN AKHLAK
ANAK (Studi Kasus Wanita Karier di Desa Telawah, Grobogan)

Topik : Responden :
Hari/Tanggal :
Tempat :

A. Gambaran Umum Desa Telawah Kecamatan


Karangrayung Kabupaten Grobogan
1. Berapa luas wilayah dan apa batas-batas Desa Telawah?
2. Berapa jumlah penduduk Desa Telawah Kecamatan Karangrayung
Kabupaten Grobogan?
3. Berapa jumlah keluarga dengan Ibu yang berperan sebagai wanita
karier?
B. Kondisi Masyarakat
1. Bagaimana kualifikasi tingkat pendidikan para Ibu di Desa Telawah?
2. Mayoritas Ibu Di Desa Telawah berprofesi sebagai apa selain menjadi
Ibu rumah tangga?
3. Bicara tentang wanita karier, Menurut Bapak bagaimana peran wanita
karier dalam mendidik anaknya khususnya dalam pendidikan akhlak
di Desa Telawah ini?
126

PEDOMAN WAWANCARA DENGAN WANITA KARIER


MENGENAI PERAN IBU SEBAGAI MADRASAH AL-ŪLĀ
DALAM PENDIDIKAN AKHLAK ANAK (Studi Kasus Wanita
Karier di Desa Telawah, Grobogan)

Topik :
Responden : Hari/Tanggal
:
Tempat :

1. Selain menjadi Ibu rumah tangga apa pekerjaan ibu sekarang?


2. Pukul berapa Ibu berangkat dan pulang dari bekerja?
3. Ketika bekerja anak Ibu dijaga oleh siapa?
4. Apa saja yang yang Ibu lakukan dalam mendidik akhlak pada anak?
5. Apa yang Ibu lakukan dalam menanamkan pendidikan akhlak ketika
masih dalam kandungan (pranatal)?
6. Apa yang Ibu lakukan dalam mendidik akhlak anak ketika masa
kelahiran?
7. Apa yang Ibu lakukan dalam mendidik akhlak ketika masih kanak-kanak?
8. Metode apa yang Ibu gunakan dalam mendidik akhlak pada anak?
9. Apakah yang Ibu lakukan ketika anak tidak mematuhi nasehat atau
perintah orang tua?
10. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam proses pendidikan
akhlak?
11. Dalam konteks pendidikan akhlak, menurut Ibu apa materi paling utama
yang harus diajarkan kepada anak?
12. Apa saja kendala yang Ibu alami dalam pendidikan akhlak anak terkait
Ibu yang memiliki peran sebagai wanita karier dan bekerja di luar rumah?
13. Bagaimana cara mengatasi kendala tersebut?
14. Bagaimana cara membagi waktu antara peran ganda yang Ibu jalani untuk
mendukung keberhasilan pendidikan akhlak pada anak?
127

15. Apa suka duka yang Ibu alami dalam menjalankan peran sebagai istri, ibu,
serta wanita karier?
16. Apa harapan Ibu sebagai wanita karier kepada anak?
128

PEDOMAN WAWANCARA DENGAN SUAMI WANITA KARIER


MENGENAI PERAN IBU SEBAGAI MADRASAH AL-ŪLĀ DALAM
PENDIDIKAN AKHLAK ANAK (Studi Kasus Wanita Karier di Desa
Telawah, Grobogan)

Topik : Responden :
Hari/Tanggal :
Tempat :

1. Apakah Ibu mengajarkan pendidikan akhlak sedini mungkin?


2. Apakah Ibu mengajarkan rukun Iman dan rukun Islam?
3. Apakah Ibu mengajarkan dan mengajak anak untuk shalat berjama’ah?
4. Apakah Ibu mengajarkan membaca Al-Qur’an dan do’a-do’a harian?
5. Apakah Ibu mengajarkan tentang sopan santun dan saling menghormati?
6. Apakah Ibu membangunkan tidur dan menyiapkan sarapan di pagi hari?
7. Apakah Ibu mengantar dan menjemput anak ke sekolah?
8. Apakah Ibu membantu dan mendampingi anak mengerjakan PR?
9. Apakah Ibu sering memberikan nasihat?
10. Apakah Ibu sering memberikan motivasi?
11. Apakah Ibu mengajarkan untuk saling berbagi dan saling tolong
menolong?
12. Apa motivasi Bapak memberikan izin kepada istri untuk bekerja di luar
rumah?
13. Apa saja kendala yang dialami Ibu dalam menjalankan peran sebagai Istri,
Ibu sekaligus wanita karier?
PEDOMAN WAWANCARA DENGAN ANAK WANITA KARIER
MENGENAI PERAN IBU SEBAGAI MADRASAH AL-ŪLĀ DALAM
PENDIDIKAN AKHLAK ANAK (Studi Kasus Wanita Karier di Desa
Telawah, Grobogan)

Topik : Responden :
Hari/Tanggal :
129

Tempat :

1. Apakah Ibu mengajarkan rukun Iman dan rukun Islam?


2. Apakah Ibu mengajarkan dan mengajak untuk shalat berjama’ah?
3. Apakah Ibu mengajarkan membaca Al-Qur’an dan do’a-do’a harian?
4. Apakah Ibu mengajarkan tentang sopan santun dan saling menghormati?
5. Apakah Ibu membangunkan tidur dan menyiapkan sarapan di pagi hari?
6. Apakah Ibu mengantar dan menjemput anak ke sekolah?
7. Apakah Ibu membantu dan mendampingi mengerjakan PR?
8. Apakah Ibu sering memberikan nasihat?
9. Apakah Ibu sering memberikan motivasi?
10. Apakah Ibu mengajarkan untuk saling berbagi dan saling tolong
menolong?
11. Apakah Ibu sering menemani bermain, belajar, dan mengajak ngobrol?
12. Apakah Ibu melarang jika kamu melakukan perbuatan yang kurang baik?
13. Bagaimana suka duka memiliki Ibu yang sibuk
bekerja
Lampiran 3: Pedoman Dokumentasi
PEDOMAN DOKUMENTASI TENTANG PERAN IBU
SEBAGAI MADRASAH AL-ŪLĀ DALAM
PENDIDIKAN AKHLAK ANAK (Studi Kasus Wanita Karier di
Desa Telawah, Grobogan)

1. Profil Desa Telawah, Kecamatan Karangrayung,


Kabupaten Grobogan.
2. Visi Misi Desa Telawah, Kecamatan Karangrayung, Kabupaten
Grobogan.
3. Klasifikasi Pendidikan Masyarakat serta Rekapitulasi Jumlah
Penduduk Berdasarkan Pekerjaan.
130

Lampiran 4: Transkip Hasil Wawancara


TRANSKIP HASIL WAWANCARA DENGAN KEPALA DESA
TENTANG PERAN IBU SEBAGAI MADRASAH AL-ŪLĀ DALAM
PENDIDIKAN AKHLAK ANAK (Studi Kasus Wanita Karier di
Desa Telawah, Grobogan)

Topik : Gambaran Umum dan Kondisi Masyarakat Desa Telawah


Responden : Bapak Imam Budiawan (Kepala Desa)
Hari/Tanggal : Senin, 9 Mei 2022
Tempat : Kantor Balai Desa Telawah
Peneliti Narasumber
Berapa luas wilayah Kalau untuk luas tepatnya saya kurang tau
dan apa batas-batas pasti ya mba, Dan untuk batas wilayahnya
Desa Telawah? sebelah Timur Desa Karangsono, sebelah
Selatan Desa Jetis, Sebelah Barat Desa
Karanganyar, dan sebelah Utara Desa Cekel.

Berapa jumlah Berdasarkan data kependudukan di Balai


penduduk Desa Desa yang diambil pada bulan April 2022
Jumlah penduduk di Desa Telawah yakni
Telawah Kecamatan sebanyak 3801 orang, yang terdiri dari 1886
Karangrayung laki-laki dan 1915 perempuan.
Kabupaten Grobogan?

Berapa jumlah keluarga Jumlah pastinya saya kurang tau ya mba, tapi
dengan Ibu yang mayoritas Ibu disini memang bekerja, ada
yang sebagai pegawai pabrik, pedagang,
berperan sebagai petani, guru dan lain sebagainya, tapi kalau
wanita karier? yang bekerja sebagai pegawai di kantor
pemerintahan dan PNS ada sekitar 50 lebih
131

mba
132

Bagaimana kualifikasi Kebanyakan para Ibu usia 50 keatas itu


tingkat pendidikan para lulusan SD, usia 40 tahun itu SLTP/sederajat
dan selain itu tingkat SLTA/sederajat. Tapi
Ibu di Desa Telawah? kalau untuk sekarang Alhamdulillah
Mayoritas Ibu Di Desa kesadaran akan pendidikan di Desa Telawah
sudah meningkat cukup signifikan, seperti itu
Telawah berprofesi
mba
sebagai apa selain
menjadi Ibu rumah
tangga?

Mayoritas Ibu Di Desa Mayoritas Ibu disini itu petani, tapi kalau
Telawah berprofesi untuk ibu ibu muda itu berkarier sebagai guru
sebagai apa ? dan dan pegawai Negeri maupun swasta. Dan di
kegiatan apa saja yang Desa Telawah ini kegiatan rutin Ibu PKK
dilakukan ibu-ibu di berjalan rutin, kegiatannya seperti seminar,
Desa Telawah selain penyuluhan tentang kesehatan, keluarga
menjadi Ibu rumah berencana, pendidikan, dan lain sebagainya
tangga? mba. Selain itu para Ibu juga ada pengajian
mingguan rutin dan bahkan membentuk grup
rebana di setiap RT mba.

Bicara tentang wanita Menurut saya 75% para Ibu di Desa Telawah
karier, Menurut Bapak terus mengarahkan anaknya dalam pendidikan
bagaimana peran Agama khususnya mba, karena mayoritas
wanita karier dalam juga masyarakat Desa ini beragama Islam,
mendidik anaknya jadi kesadaran akan pentingnya pendidikan
khususnya dalam akhlak cukup baik. Pendidikannya itu
pendidikan akhlak di dilakukan diantaranya dengan memilihkan
Desa Telawah ini? sekolah yang terbaik, memasukkan anak ke
133

dalam lembaga pendidikan pesantren, dan


mengarahkan anak untuk belajar ngaji ke TPA
setempat seperti itu mba.

Telawah, 09 Mei 2022

Responden

Imam Budiawan
Kepala Desa Telawah
134

TRANSKIP HASIL WAWANCARA DENGAN WANITA KARIER


TENTANG PERAN IBU SEBAGAI MADRASAH AL-ŪLĀ DALAM
PENDIDIKAN AKHLAK ANAK (Studi Kasus Wanita Karier di Desa
Telawah, Grobogan)

Topik : Peran wanita karier sebagai madrasah al-ūlā dalam


pendidikan akhlak anak serta kendala yang dialami
Responden : Ibu Listiyowati
Umur : 33 Tahun
Pekerjaan : Buruh Pabrik
Hari/Tanggal : Sabtu, 07 Mei 2022
Waktu : 08.30-09.02 WIB
Tempat : Rumah Ibu Listiyowati
Peneliti Narasumber
Apa pekerjaan Ibu? Pekerjaan saya sebagai buruh pabrik kertas (AGS)
Surabaya.

Pukul berapa Ibu Saya berangkat kerja jam 07.00 kadang 07.30,
berangkat dan pulang terus pulangnya jam 16.00 sore.
dari bekerja?

Apa saja yang Ibu Saya kan jauh di luar kota dan hanya bisa
lakukan dalam berkomunikasi dengan anak secara virtual, jadi
mendidik akhlak pada paling saya mantau ketika video call, saya bilang
anak? ketika waktunya mengaji ya mengaji, pokoknya
harus mengaji. Dan karena dia dijaga oleh kakek
neneknya yang juga punya kesibukan di sawah,
dan mengurus bisnis laundry nya, jadi terkadang
ngajinya terkendala.

Kapan Ibu memulai Saya memulai pendidikan akhlak pada anak pas
pendidikan akhlak umur 5 tahun, dengan belajar ngaji, dan
kepada anak? memasukkannya ke TPA daerah sini (Tempat Pak

sukir).
135

Apa saja yang ibu Ketika hamil anak saya yang pertama pokoknya
lakukan dalam setiap hari membaca Al-Qur’an, ketika usia 1
mendidik akhlak pada bulan kehamilan membaca juz 1, ketika usia 2
anak ketika masih bulan berarti juz 2. Seperti itu sih. Dan itu
dalam kandungan? dilakukan setelah shalat 5 waktu.

Apa saja yang Ibu Ketika anak saya lahir yang pertama ya di adzani
lakukan dalam sesuai ajaran Islam, menimang-nimang dengan
mendidik akhlak anak penuh kasih sayang, dan ketika usia 7 hari
pada masa kelahiran. memberikan nama yang baik serta melaksanakan
aqiqah. Setiap kali tidur juga sering di dengarkan
shalawat.

Apa yang Ibu lakukan Ada beberapa hal yang saya ajarkan, cara dia
dalam mendidik anak bersikap dan paling dari segi pakaian, karena dia
ketika masih perempuan dan sudah SD misal dari Kamar mandi
kanakkanak? langsung pakai handuk atau pakai baju, sekolah
memakai baju panjang dan berjilbab, kemudian
ketika main juga harus berpakaian sopan sesuai
dengan tempatnya.

Metode apa yang Ibu Metode yang saya pakai itu nasehat, terkadang
gunakan dalam praktik langsung kalau saya di rumah, dan
mendidik akhlak pada memberikan contoh. Soalnya anak sekarang
anak? sholat itu kan benar benar harus dipaksa dan
diarahkan. Dan suami saya bilang ketika anak
sudah berusia 9 tahun harus wajib shalatkan,
walaupun salah atau benar seenggaknya harus
diingatkan dan dituntun untuk melaksanakan
shalat.
136

Apakah yang Ibu Saya biasanya menasehati, dan terkadang juga


lakukan ketika anak dengan suara keras (sedikit membentak), sekali
tidak mematuhi orang dua kali diperingatkan halus tapi terkadang saya
tua? tidak sabar. Tapi paling dengan omongan saja,
tidak pernah kalau kasar atau main tangan.
137

Apa saja faktor Kalo faktor penghambatnya atau kendala ya


pendukung dan karena saya bekerja dan tidak tinggal dengan
penghambat dalam anak, jadi terkendala mba. tapi kalau dari orang
proses pendidikan tua saya mendukung dan selalu membantu saya
akhlak pada anak? dalam menjaga anak. Saya bekerja itu untuk
membantu mencukupi kebutuhan keluarga, sebab
apabila mengandalkan gaji dari suami tidak
cukup. Jadi suka dukanya ya sebisa mungkin saya
jalani dengan baik.

Menurut Ibu apa Menurut saya yang terpenting ialah belajar agama,
materi atau pelajaran yaitu mengaji atau pendidikan agama, itu sih yang
terpenting dalam terpenting menurut saya. Soalnya itu menjadi
pendidikan akhlak tabungan untuk orang tua. selain itu belajar tata
pada anak di krama, menghormati orang tua dan menghargai
keluarga? sesama.

Apa harapan Kalau harapan saya pengen nya anak saya


Ibu sebagai menjadi anak yang sholeh, sholehah, pokoknya
wanita karier kepada pintar dalam segi agama, dan bisa
anak? mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Kalau urusan dunia bisa kedua, karena kalau anak
pintar dalam hal agama Insyaa Allah urusan dunia
mengikuti.

Bagaimana cara Ibu Kalau saya sebisa mungkin ketika libur atau
mengatasi kendala istirahat diusahakan menjalin komunikasi dengan
yang dialami, yakni anak, serta orang yang mengasuhnya di rumah,
keterbatasan jarak pokoknya walaupun saya sibuk pasti memantau
dan waktu? keadaan anak gitu mba.
138

Telawah, 07 Mei 2022


Responden Peneliti

Ibu Listiyowati Fitri Yatun Hidayah


NIM: 18312004

TRANSKIP HASIL WAWANCARA DENGAN WANITA KARIER


TENTANG PERAN IBU SEBAGAI MADRASAH AL-ŪLĀ DALAM
PENDIDIKAN AKHLAK ANAK (Studi Kasus Wanita Karier di Desa
Telawah, Grobogan)

Topik : Peran wanita karier sebagai madrasah al-ūlā dalam


pendidikan akhlak anak serta kendala yang dialami
Responden : Ibu Yuli Septiani
Usia : 35 Tahun
Pekerjaan : Guru Sekolah Dasar
Hari/Tanggal : Sabtu, 07 Mei 2022
Waktu : 16.10-16.42 WIB
Tempat : Rumah Ibu Yuli Septiani
Peneliti Narasumber
Apa Pekerjaan Saya bekerja sebagai Guru SD di SDN 1
dan kesibukan karangsono.
Ibu sekarang?
139

Pukul berapa Ibu Berangkat pukul 07.00, pulangnya pukul 12.00,


berangkat dan pulang tetapi kalau pulangnya tidak menentu, kadang
dari bekerja? Dan jam 13.00, kadang juga sampai 14.00, soalnya
ketika Ibu bekerja kadang ada tugas dan acara di sekolah. dan pas
anak Ibu di jaga oleh saya kerja anak saya dijaga oleh orang tua saya,
siapa? dia ikut neneknya.

Apa saja yang Ibu Saya mendidik akhlak anak dengan cara
lakukan dalam memberi kasih sayang, dan juga perhatian
mendidik akhlak kepada anak, membiasakan hal baik sedini
anak? mungkin, memberikan contoh dan dinasehati
ketika dia melakukan kesalahan.

Kapan Ibu memulai Saya memulai pendidikan akhlak pada anak


pendidikan akhlak sedini mungkin, bahkan ketika masih dalam

kepada anak? kandungan, dan ketika anak usia 1 tahun anak


sudah diajarkan bicara yang baik, meminta
tolong kepada orang lain dengan mengucapkan
tolong, meminta maaf jika melakukan kesalahan,
dan mengucapkan terima kasih ketika diberikan
sesuatu oleh orang lain.

Apa saja yang ibu Ketika anak masih dalam kandungan, biasanya
lakukan dalam saya aktif mengajak dia berbicara,
mendidik akhlak anak berkomunikasi gitu, selain itu juga rutin
ketika dalam diperdengarkan ayat-ayat suci Al-Qur’an.
kandungan?
140

Apa yang Ibu lakukan Saya melakukan hal-hal sesuai ajaran dalam
dalam mendidik Islam, ya mengadzani, setelah itu memberikan
akhlak anak pada nama yang bagus, mendo’akannya, soalnya nama
masa kelahiran? itu berarti doa dan harapan orang tua ya, dan
diusahakan selalu menjaga perkataan gitu sih
mba. Kan biasanya kalau kita membiasakan
untuk mendidik anak dengan baik, dia juga bakal
baik kedepannya.

Apa yang Ibu lakukan Yang saya lakukan itu memberi perhatian mba, di
dalam mendidik sela-sela kesibukan saya, saya usahakan untuk
akhlak anak ketika selalu menemaninya ketika bermain,
masa kanak-kanak? mendengarkan keluh kesahnya, atau sekedar
bercerita. Selain belajar di sekolah, ketika anak
di rumah ya saya ajak belajar, misalnya rukun
iman, rukun Islam, dan do’a-do’a harian, seperti
itu.

Metode apa yang Ibu Kalau saya paling utama itu memberikan contoh

gunakan dalam yang baik, karena anak ini selalu melihat dan
mendidik akhlak pada menjadikan orang sekitarnya sebagai contoh, jadi
anak? saya dan suami saya sebisa mungkin selalu
mengucapkan hal baik, berbuat yang baik, agar
anak pun menirunya yang baik-baik begitu.
Selain itu juga tidak bosan untuk memberikan
nasihat kepada anak. Saya juga mengajarkan
do’a-do’a harian kepada anak, kalau mau tidur ya
do’a dulu, ketika bangun tidur dikasih perhatian,
141

Apa saja faktor Kalau penghambat dari lingkungan atau keluarga


penghambat dan tidak ada, justru keluarga dan lingkungan tempat
pendukung dalam tinggal saya cukup mendukung pendidikan
proses pendidikan akhlak anak, dan peran yang saya jalani, sebagai
akhlak? ibu yang bekerja dan harus menitipkan anak ke
orang tua. tapi terkadang saya juga sedih harus
meninggalkan anak. Dan masih belum bisa
maksimal dalam memanage waktu.

Menurut Ibu apa Pendidikan yang paling penting ya agama dan


materi atau pelajaran akhlak itu, misal sopan santun, cara dia bersikap
yang paling penting ke sekitar, menghargai sesama, menghormati
dalam pendidikan orang yang lebih tua, itu sih yang penting bagi
akhlak di keluarga? saya.

Bagaimana cara Kalau pagi kan saya bekerja tapi kalau sudah
membagi waktu selesai urusan pekerjaan saya, saya di rumah ya
fokus sama anak saya. Menemani bermain,
dalam mendukung menidurkan, belajar bareng gitu. Sebisa mungkin
keberhasilan urusan pekerjaan saya selesaikan di tempat kerja,
jadi ketika di rumah bisa quality time dengan
pendidikan akhlak
anak, dengan

kesibukan yang Ibu keluarga, tapi itu rasanya hampir tidak mungkin
jalani sekarang? ya, hehe. Apalagi sekarang ini tuntutan kerjaan
makin berat dan cukup menyita waktu saya.

Apa yang Ibu lakukan Pokoknya kalau saya dan suami biasanya
ketika anak tidak dinasehati terus, sampai dia mengerti, dan
menurut kepada orang sesekali memberi ketegasan untuk dia. Kalau
tua? anak dimarahi itu biasanya malah semakin
membangkang, jadi harus diberi pengertian dan
tugas orang tua dalam mendidik itu kuncinya
sabar.
142

Apa harapan Ibu Harapan saya semoga kedepannya bisa lebih bisa
sebagai wanita karier mengatur waktu dengan baik, sehingga tugas dan
kepada anak? tanggung jawab yang saya jalani berjalan secara
maksimal. Dan waktu dengan anak saya cukup,
anak saya tumbuh baik, dan dapat berguna dan
bermanfaat bagi orang lain.

Telawah, 07 Mei 2022

Responden Peneliti

Ibu Yuli Septiani Fitri Yatun Hidayah


NIM: 18312004

TRANSKIP HASIL WAWANCARA DENGAN WANITA KARIER


TENTANG PERAN IBU SEBAGAI MADRASAH AL-ŪLĀ DALAM
PENDIDIKAN AKHLAK ANAK (Studi Kasus Wanita Karier di Desa
Telawah, Grobogan)

Topik : Peran wanita karier sebagai madrasah al-ūlā dalam


pendidikan akhlak anak serta kendala yang dialami
Responden : Ibu Ninik Mulyani
Umur : 34 Tahun
Pekerjaan : Pegawai Tata Usaha Sekolah (SMPN 2 Karangrayung)
Hari/Tanggal : Senin, 09 Mei 2022
Waktu : 15.30-15.58 WIB
Tempat : Rumah Ibu Ninik Mulyani
Peneliti Narasumber
143

Apa pekerjaan Ibu? Saya tenaga administrasi sekolah di SMP


Negeri 2 Karangrayung.

Pukul berapa Ibu Saya berangkat jam 07.00 dan pulangnya


berangkat dan pulang sekitar jam 13.00.
dari bekerja?

Ketika Ibu bekerja anak Kalau saya kerja anak saya dijaga oleh
Ibu dijaga oleh siapa? neneknya, kadang suami saya, kadang juga
saya ajak ke sekolah.

Apa saja yang Ibu Anak saya kan sudah sekolah SD, jadi
lakukan dalam mendidik belajarnya di sekolah, dan ketika saya sudah
akhlak pada anak? selesai bekerja biasanya saya ajak bermain
sambil belajar, ketika shalat ya saya ajak,
intinya mengikutsertakan anak dalam kegiatan
yang baik, Insyaa Allah nanti dia bisa
menerapkannya dalam kehidupan
sehariharinya.

Kapan Ibu memulai Saya dan suami saya kompak mendidik


pendidikan akhlak pada akhlak pada anak sedini mungkin. bahkan
anak? sejak dalam kandungan. dan dari usia 1 tahun
anak sudah diarahkan dan diajak untuk belajar
agama terutama akhlak.

Apa yang Ibu lakukan Sebenarnya bukan mendidik tapi sebisa


dalam mendidik akhlak mungkin itu diniatkan untuk membiasakan hal
ketika anak masih dalam baik sedini mungkin. biasanya saya dan suami
kandungan? mengajaknya bicara, mendengarkan ayat-ayat
suci Al-Qur’an, mengonsumsi makanan yang
baik, menghindari kegiatan yang mengandung
banyak mudharat.
144

Apa yang Ibu lakukan Kalau pada saat anak lahir yang pertama kali
dalam mendidik akhlak di adzanin sama ayahnya, sebagai wujud
anak pada masa syukur dan mengenalkan dia dengan
kelahiran? penciptanya. Selain itu juga diberikan nama
yang baik, dan dilaksanakan aqiqah,
Pokoknya sesuai dengan ajaran dalam agama
Islam. Kalau misal saya ada kegiatan dengan
ibu-ibu pengajian setiap hari jum’at saya ajak
anak saya juga. Selain itu juga anak saya
diberi ASI secara eksklusif, jadi memang pas
masa kelahiran itu full saya yang
mengasuhnya gitu mba.

Apa yang Ibu lakukan Biasanya saya sih menasehati dan selalu
dalam mendidik akhlak mengikutsertakan anak saya dalam kegiatan
pada anak ketika masa yang positif, mengajarkan do’a sebagai wujud
kanak-kanak? syukur, belajar ngaji, lagu-lagu Islami, dan

anak saya suka banget nonton kartun nusa


rara, biasanya saya temani dan saya ajak
berdialog tentang pembelajaran apa yang bisa
diambil dari cerita tersebut. Selain itu juga
saya ajari 3 kata penting (tolong, maaf, dan
terimakasih) misal adek tolong ibu ambilkan
itu, dan setelahnya saya bilang makasih, nanti
dia ngikutin gitu.
145

Metode apa yang Ibu Kalau saya biasanya memberikan contoh,


gunakan dalam mendidik memberi nasehat. Biasanya juga dengan
akhlak pada anak? bantuan video pembelajaran. Kalau untuk
belajar huruf hijaiyah atau ngaji biasanya
pakai short card yang berwarna-warni dengan
karakter sesuai kesukaan anak saya.

Apakah yang Ibu lakukan Kalau anak tidak nurut biasanya saya nasehati
jika anak tidak mematuhi saya arahin, tapi terkadang juga saya marahin.
orang tua? Tapi tidak sampai main tangan misal dicubit
gitu tidak sih.

Sekarang ini Ibu Faktor penghambatnya biasanya kalau pagi


menjalankan dua peran terasa semrawut gitu karena sebelum bekerja
harus menjalankan peran sebagai Ibu rumah
sebagai Ibu rumah tangga tangga, menyiapkan keperluan anak dan
sekaligus wanita karier. suami, memandikan anak, dan menyiapkan
kebutuhan sekolahnya. Terus kurang
Apa saja faktor
maksimal mengawasi anak karena kalo saya
pendukung dan faktor
kerja dia ikut neneknya kan mba. Kalau
penghambat dalam
pendukungnya ya semangat dari diri saya
menjalankan peran
sendiri, serta dukungan dari orang-orang
tersebut?

terdekat saya. Saya bekerja itu niatnya selain


membantu mencukupi kebutuhan keluarga
saya juga pengen menambah pengalaman
gitu. Mungkin waktu untuk anak dan keluarga
jadi berkurang, apalagi waktu untuk saya
pribadi, hampir tidak pernah ada. Tapi saya
bangga dan menikmati dengan apa yang saya
jalani sekarang.
146

Menurut Ibu materi atau Menurut saya paling penting itu belajar
pelajaran apa yang paling agama. Saya pengennya anak itu bisa
penting dalam menghormati orang tua, dan perilaku
pendidikan anak? kesehariannya sesuai dengan ajaran agama
Islam. Insyaa Allah kalau anak pintar dan
paham agama itu juga demi kebaikan di masa
yang akan datang.

Apa suka duka yang ibu Sukanya karena itu pilihan saya, dan
alami dalam menjalankan Alhamdulillah dapat dukungan dari suami.
peran ganda sebagai Ibu Dan ketika saya di rumah saja itu kadang
rumah tangga sekaligus bosan, tapi ya dengan bekerja terus ada
wanita karier? kesibukan, saya jadi lebih bisa menghargai
waktu.

Bagaimana cara Ibu Jadi saya itu kalau pagi bangun tidur langsung
mengatur waktu dengan shalat, mengerjakan terus bangunin anak,
baik? menyiapkan kebutuhan sekolahnya. Jadi
walaupun posisi saya kerja tetap tidak lupa
dengan kewajiban saya sebagai Ibu untuk
anak saya. Sebenarnya saya juga masih
kesulitan bagi waktunya, tapi saya usahakan

terus sampai saat ini.


Apa harapan Ibu sebagai Harapan saya semoga anak saya tumbuh
wanita karier kepada dengan baik, cerdas, dan nantinya bisa
anak? sekolah tinggi lebih dari saya, dan kariernya
juga lebih baik, mandiri dan bermanfaat bagi
orang lain
147

Telawah, 09 Mei 2022

Responden Peneliti

Ibu Ninik Mulyani Fitri Yatun Hidayah


NIM: 18312004

TRANSKIP HASIL WAWANCARA DENGAN WANITA KARIER


TENTANG PERAN IBU SEBAGAI MADRASAH AL-ŪLĀ DALAM
PENDIDIKAN AKHLAK ANAK (Studi Kasus Wanita Karier di Desa
Telawah, Grobogan)

Topik : Peran wanita karier sebagai madrasah al-ūlā dalam


pendidikan akhlak anak serta kendala yang dialami
Responden : Ibu Debi Realita
Umur : 31Tahun
Pekerjaan : Pegawai di Kantor Kecamatan Karangrayung
Hari/Tanggal : Selasa, 10 Mei 2022
Waktu : 15.20-15.57 WIB
Tempat : Rumah Ibu Debi Realita
Peneliti Narasumber
Apa pekerjaan Ibu? Selain menjadi ibu rumah tangga saya sekarang
juga bekerja di kantor Kecamatan
Karangrayung sebagai pendamping PKH, di
kecamatan itu ikutnya dinas gabungan.

Pukul berapa Ibu Saya bekerja dari jam 07.00 sampai jam 12.00.
berangkat dan pulang
setiap hari senin sampai jum’at. Kalau aku
dari bekerja? Dan anak
bekerja anak aku itu dijaga oleh utinya.
Ibu dijaga oleh siapa?
148

Apa saja yang Yang saya lakukan ketika sudah punya anak
Ibu lakukan saya mendidiknya dengan cara sering
dalam mendidik mengajaknya ngobrol, memberi contoh, apa
akhlak pada anak? yang dia lihat. Apalagi sekarang lagi
aktifaktifnya jadi dia sudah banyak tanya ini itu
jadi kita sebagai orang tua harus memberikan
wawasan seluas-luasnya, terutama pendidikan
agama ya mba. Shalat, ngaji, terus baca do’a

sebelum dan sesudah melakukan kegiatan,


seperti itu.

Kapan Ibu memulai Saya memulai pendidikan akhlak sedini


pendidikan akhlak pada mungkin. apapun itu emang harus diajarkan
anak? sedini mungkin. pembiasan itu saya mulai
dengan mengajarkannya tiga kata terima kasih,
tolong dan maaf dan itu memang wajib
diajarkan kepada anak. Bahkan ketika anak
anak sudah lahir sudah diberikan penanaman
akhlak dengan memberikan nama yang baik,
memberikan ASI Eksklusif, itu kan juga
termasuk bentuk kasih sayang yang bisa
membangun kedekatan dengan anak.
149

Apa yang Ibu lakukan Untuk merangsang ketika masih dalam


dalam mendidik akhlak kandungan biasanya kita ajak ngobrol sama
anak ketika masih papahnya juga, terus juga kita kasih musik yang
dalam kandungan? nuansa islami, terus juga kita bacakan ayat-ayat
Al-Qur’an seperti itu. Nah baru pas anak udah
lahir mungkin lebih banyak lagi mba, dengan
melantunkan adzan agar dia mengenal kalimat
tauhid, terus pas hari ketujuh kelahiran
keluarga melaksanakan aqiqah sesuai ajaran
Islam, sering-sering di kasih murotal shalawat
atau lagu-lagu Islam gitu mba.

Metode apa yang Ibu Kalau untuk metodenya bermacam ya, biasanya
gunakan dalam memberi tahu, mengajarkannya dengan
mendidik akhlak pada pelanpelan, dan pemberian contoh secara
anak? langsung kepada anak. Selain itu juga saya
membacakan

buku-buku islami untuk anak dan saya ajak


bermain sambil belajar gitu.

Apa saja faktor Untuk faktor penghambat dalam mendidik anak


penghambat dan biasanya ketika anak rewel gitu, jadi
pendukung dalam
pendidikan akhlak pada menghambat. Dan harus menunggu moodnya
anak? baik dulu baru kita bisa mengajarkannya
sesuatu. Namanya ini anak pertama jadi saya
berusaha ngasih yang terbaik untuk dia, dari
segi pendidikan, makanan, dan lain sebagainya.
Kalau untuk faktor pendukung ya di
lingkungan saya, orang terdekat anak saya juga
sepakat dan kompak untuk mengajarkan akhlak
dalam keluarga.
150

Menurut ibu materi atau Kalau menurut saya yang terpenting itu
pelajaran apa yang agamanya, nah setelah itu baru cara
paling penting diajarkan bersilaturahmi dengan orang lain, perilaku
kepada anak? akhlaknya itu yang paling utama dan harus
diajarkan kepada anak.

Bagaimana cara Ibu Cara membagi waktu fleksibel sih, jadi ketika
membagi waktu antara kita bekerja sebisa mungkin kita ajari ke anak,
peran sebagai ibu kita bilang dulu mamahnya kerja dulu ya nak
rumah tangga sekaligus ya jangan rewel dulu, nanti ikut sama uti dulu.
Ibu yang bekerja? Terus kalau setelah itu pekerjaan sudah kita
selesaikan baru kita ajak anak untuk mendidik
sendiri. Jadi bergantian antara bekerja dan
kewajiban yang lain. Jadi harus benar-benar
bisa membagi waktu, dan kuncinya
komunikasi, itu penting sekali.

Apa suka duka Ibu Duka atau kendalanya itu mungkin kadang
dalam menjalani peran ribet tapi kalau saya pribadi tetap suka sih, dan
ganda tersebut? Alhamdulillah sejauh ini belum mengalami
kendala mba, karena bagaimanapun juga
banyak hal apalagi selain ibu rumah tangga
sama wanita karier itu dua duanya ada plus
minusnya. Pokoknya itu luar biasa sekali hehe
dan pengalamannya yang terpenting bagi saya.

Apa harapan ibu Harapan saya nantinya pengennya anaknya


sebagai wanita karier juga bisa membagi waktu antara nanti kalau dia
kepada anak? sudah dewasa, untuk bermainnya kapan, untuk
sekolahnya gimana, kita juga harus bisa
memanage waktu dengan baik.
151

Telawah, 10 Mei 2022

Responden Peneliti

Ibu Debi Realita Fitri Yatun Hidayah


NIM: 18312004

TRANSKIP HASIL WAWANCARA DENGAN WANITA KARIER


TENTANG PERAN IBU SEBAGAI MADRASAH AL-ŪLĀ DALAM
PENDIDIKAN AKHLAK ANAK (Studi Kasus Wanita Karier di Desa
Telawah, Grobogan)

Topik : Peran wanita karier sebagai madrasah al-ūlā dalam


pendidikan akhlak anak serta kendala yang dialami
Responden : Ibu Puji Lestari
Umur : 34 Tahun
Pekerjaan : Pegawai di Kantor Balai Desa Telawah
Hari/Tanggal : Rabu, 11 Mei 2022
Waktu : 16.38-17.12 WIB
Tempat : Rumah Ibu Puji Lestari
Peneliti Narasumber
Apa pekerjaan Ibu? Saya kesibukannya sekarang sebagai ibu rumah
tangga dan sebagai perangkat Desa, jabatan sayaa
staf pelayanan.
152

Pukul berapa Ibu Saya berangkat pukul 08.00 sampai jam 15.00, itu
berangkat dan setiap hari senin sampai jum’at. Dan anak saya
pulang dari bekerja? dijaga oleh neneknya. Orang tua saya. Terkadang
Ketika bekerja anak juga ayahnya ketika sedang tidak bekerja.
Ibu dijaga oleh
siapa?

Apa yang Ibu Kalau untuk mendidik akhlak saya biasanya


lakukan dalam memberikan nasihat dan menyekolahkannya pada
mendidik akhlak sekolah yang pendidikan agamanya bagus, selain
pada anak? itu juga kalau sore sekolah ngaji di madrasah,
kalau misal shalat saya ajak, terus saya nasehati
harus patuh dan hormat dengan orang tua. Jujur
saya dan suami itu kurang paham tentang agama

mba, jadi diajari nya ya setahu saya aja, nanti


kalau sudah gede rencananya pengen saya
masukkan ke pesantren.

Kapan Ibu memulai


akhlak Mendidik akhlak anak sedini mungkin, ketika
pendidikan pada menginjak usia 1 tahun mba, dengan hal yang
anak? sederhana, dan mudah dipahami oleh anak, misal
mengucapkan salam, terima kasih, tolong, maaf,
seperti itu.
153

Apa yang Ibu Ketika saya hamil anak saya itu biasanya
dalam dirangsang dengan mendengarkan syair-syair
lakukan
akhlak islami, ayat-ayat Al-Qur’an. Dan saya juga
mendidik
ketika membiasakan diri untuk berbuat baik, berkumpul
pada anak
dalam dan mengikuti acara keagamaan di sini. Setelah
masih
lahir pun juga dibiasakan untuk menanamkan
kandungan?
akhlak sedini mungkin. biasanya dengan
memberikan nama yang baik, menjalankan aqiqah,
syukuran tepat di hari ketujuh, seperti itu mba.

Apa yang Ibu Sebisa mungkin dikasih tau dulu, dinasehati, kalau
lakukan apabila anak tidak bisa baru ditegaskan dengan lisan, tapi tidak
tidak mematuhi sampai memukul, berkata kasar gitu tidak.
orang tua?

Apa faktor Kalau kendala mungkin apa ya, dari lingkungan


penghambat atau bermainnya sih mba, kalau sudah bermain sama
kendala dan faktor temannya itu kadang susah untuk disuruh mengaji.
pendukung dalam Terus biasanya kalau pulang kerja itu saya sudah
proses capek mba, jadi saya merasa kurang maksimal
pendidikan memberikan perhatian kepada anak saya. Kalau
akhlak? faktor pendukung dari keluarga, ya dari mbahnya,

ayahnya gitu, membantu dan selalu mendukung


dalam proses pendidikan anak saya.

Menurut Ibu Bagi saya yang paling penting agama khususnya


pelajaran atau materi akhlak. Baik akhlak terhadap diri sendiri,
apa yang paling lingkungan, keluarga, bagaimana cara dia
penting untuk menghormati orang tua, dan menghargai sesama.
diberikan kepada
anak?
154

Bagaimana cara Ibu Ya kalau misalkan pagi ya bekerja dan fokus ke


membagi waktu kantor, dan malamnya waktu untuk keluarga,
dalam menjalankan selesai urusan pekerjaan waktunya untuk anak gitu.
peran ganda sebagai Tapi sebelum kerja paginya itu saya juga
Ibu sekaligus wanita membangunkan anak, menyiapkan sarapan, baru
karier? saya berangkat kerja.

Apa harapan Harapan saya anak saya nanti bisa sukses, pintar
Ibu sebagai agamanya, dan bisa mengamalkannya dalam
wanita karier kepada kehidupan sehari-hari, berbakti sama orang tua, dan
anak? Insyaa Allah nanti saya pengen anak saya masuk
pesantren untuk memperdalam ilmu agama seperti
itu.

Telawah, 11 Mei 2022

Responden Peneliti

Ibu Puji Lestari Fitriyatun Hidayah


NIM: 18312004

TRANSKIP HASIL WAWANCARA DENGAN SUAMI DARI


WANITA KARIER TENTANG PERAN IBU SEBAGAI
MADRASAH AL-ŪLĀ DALAM PENDIDIKAN AKHLAK ANAK
(Studi Kasus Wanita Karier di Desa Telawah, Grobogan)

Topik : Peran wanita karier sebagai madrasah al-ūlā dalam


pendidikan akhlak anak serta kendala yang dialami
Responden : Bapak Agus (Suami Ibu Listiyowati)
Umur : 37 Tahun
Pekerjaan : Pegawai di perusahaan Laundry
Hari/Tanggal : Sabtu, 07 Mei 2022
Waktu : 09.20-09.52 WIB
155

Tempat : Rumah Ibu Listiyowati dan Keluarga


Peneliti Narasumber
Apakah Ibu mengajarkan Iya, diajarkan sedini mungkin mba.
pendidikan akhlak sedini
mungkin?

Apakah Ibu mengajarkan Iya, ibu mengajarkan rukun iman dan Islam
rukun Iman dan rukun setelah anak mulai lancar berbicara.
Islam?

Apakah Ibu mengajarkan Iya, istri saya dan saya biasanya


mengajaknya kalau shalat. Dibiasakan
dan mengajak anak untuk
begitu mba.
shalat berjama’ah?

Apakah Ibu mengajarkan Iya mba, biasanya setelah shalat berjamaah


diajari mengaji, terus kalau mau memulai
membaca Al-Qur’an dan
kegiatan, misal makan berdo’a dahulu.
do’a-do’a harian?

Apakah Ibu mengajarkan Iya, diajari sopan santun, misal mau


tentang sopan santun dan meminjam barang harus seizin yang punya
dulu. Terus menghorati orang tua.
saling menghormati?

Apakah Ibu Iya, dahulu sebelum kerja merantau istri


membangunkan tidur dan saya selalu bangun paling awal, bahkan
disini pun dia tetap memantau anaknya pagi
menyiapkan sarapan di sudah bangung atau belum, tapi kalau untuk
pagi hari? sarapan tidak, paling kalau liburan gini aja,
karna kita jauh kan, tidak di rumah.
156

Apakah Ibu mengantar Dulu iya mba, dan sekaran tidak karena
dan menjemput anak ke keterbatasan waktu dan jarak. Tapi kalau di
rumah ya pasti selalu diusahain.
sekolah?

Apakah Ibu membantu Iya, walaupun dari jauh dan lewat VC mba.
dan mendampingi anak
mengerjakan PR?

Apakah Ibu sering Iya kalau nasihat sering, soalnya anak udah
memberikan nasihat? mulai memasuki fase remaja, dan mulai
aktif-aktifnya, wajar butuh arahan mba.

Apakah Ibu sering Iya sering mba, walaupun jauh, tapi selalu
memberikan motivasi? memotivasi anak untuk terus semangat
belajar dan mengaji.

Apakah Ibu mengajarkan Iya sebisa mungkin mba, anak diarahkan


untuk saling berbagi dan untuk selalu berbuat baik.
saling tolong menolong?

Apa motivasi Bapak Awalnya keinginan dia, saya dukung asal


memberikan izin kepada bisa bertanggung jawab dengan pilihannya,
dan memang kami berusaha bareng untuk
istri untuk bekerja di luar memenuhi kebutuhan keluarga, tapi sebisa
rumah? mungkin sering pulang, dan tetap perhatian
dengan anak.
157

Apa saja kendala yang Untuk kendala paling ya karena kesibukan,


dialami Ibu dalam jadi harus pisah jauh dengan anak, tapi
sejauh ini kita saling membantu untuk
menjalankan peran mengatasi apapun kendalaa itu mba.
sebagai Istri, Ibu
sekaligus wanita karier?

Telawah, 07 Mei 2022

Responden Peneliti

Bapak Agus Fitri Yatun Hidayah


NIM: 18312004

TRANSKIP HASIL WAWANCARA DENGAN WANITA KARIER


TENTANG PERAN IBU SEBAGAI MADRASAH AL-ŪLĀ DALAM
PENDIDIKAN AKHLAK ANAK (Studi Kasus Wanita Karier di Desa
Telawah, Grobogan)

Topik : Peran wanita karier sebagai madrasah al-ūlā dalam


pendidikan akhlak anak serta kendala yang dialami
Responden : (Bapak Arifin) Suami Ibu Yuli Septiani
Usia : 36 Tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Hari/Tanggal : Sabtu, 07 Mei 2022
Waktu : 16.50-17.08 WIB
Tempat : Rumah Ibu Yuli Septiani
Peneliti Narasumber
158

Apakah Ibu mengajarkan Iya


pendidikan akhlak sedini
mungkin?

Apakah Ibu mengajarkan rukun Iya


Iman dan rukun Islam?

Apakah Ibu mengajarkan dan Iya, bareng juga sama saya, diajakin
biar terbiasa
mengajak anak untuk shalat
berjama’ah?

Apakah Ibu mengajarkan Iya mba, kalau pas mau makan do’a
dulu, dan belajar ngaji setelah shalat
membaca Al-Qur’an dan
maghrib.
do’ado’a harian?

Apakah Ibu mengajarkan Iya, sopan santun terhadap orang tua

tentang sopan santun dan saling dan orang sekitarnya.


menghormati?

Apakah Ibu membangunkan Iya, istri saya selalu bangun awal,


tidur dan menyiapkan sarapan sebalum kerja masak dahulu.
di pagi hari?

Apakah Ibu mengantar dan Kalau misalnya sempat ia, kalau tidak
menjemput anak ke sekolah? ya kadang saya, kadang neneknya
mba.
159

Apakah Ibu membantu dan Iya, biasanya setelah ngaji, malem


mendampingi anak sebelum tidur mengerjakan PR
mengerjakan PR?

Apakah Ibu sering memberikan Iya, anak pasti butuh arahan, nasihat,
nasihat? jadi orang tua sebisa mungkin selalu
menasehati dan memberi contoh yang
baik.

Apakah Ibu sering memberikan Iya mba, kadang kalau anak


motivasi? malesmalesan gitu, ya disemangatin,
ditanya maunya gimana.

Apakah Ibu mengajarkan untuk Iya, diajari sehari-hari gitu mba.


saling berbagi dan saling
tolong menolong?

Apa motivasi Bapak Kalau untuk bekerja itu sebenarnya


memberikan izin kepada istri sudah dari sebelum menikah, karena
untuk bekerja di luar rumah? memang bidang dia disitu, jadi ya saya

suport, untuk mengisi waktu luang,


dan mendapat pengalamn mba, asal
dia bisa membagi waktu dengan baik.

Apa saja kendala yang dialami Kadang mengeluh capek karena tugas
Ibu dalam menjalankan peran dan tanggung jawab yang lumayan
menyita waktu mba, apalagi kalau
sebagai Istri, Ibu sekaligus anak rewel, kadang nangis kalau
wanita karier? ditinggal berangkat kerja.

Telawah, 07 Mei 2022


160

Responden Peneliti

Bapak Arifin Fitri Yatun Hidayah


NIM: 18312004

TRANSKIP HASIL WAWANCARA DENGAN SUAMI DARI


WANITA KARIER TENTANG PERAN IBU SEBAGAI
MADRASAH AL-ŪLĀ DALAM PENDIDIKAN AKHLAK ANAK
(Studi Kasus Wanita Karier di Desa Telawah, Grobogan)

Topik : Peran wanita karier sebagai madrasah al-ūlā dalam


pendidikan akhlak anak serta kendala yang dialami
Responden : Bapak Mujiyono (Suami Ibu Ninik Mulyani)
Umur : 39 Tahun
Pekerjaan : Pengusaha
Hari/Tanggal : Senin, 09 Mei 2022
Waktu : 15.45-16.01 WIB
Tempat : Rumah Ibu Ninik Mulyani dan Keluarga
Peneliti Narasumber
Apakah Ibu mengajarkan Iya, diajarkan mba, sejak usia dini.
pendidikan akhlak sedini
mungkin?

Apakah Ibu mengajarkan Iya, ketika anak sudah lancar berbicara,


rukun Iman dan rukun sekitar usia 4 tahun.
Islam?
161

Apakah Ibu mengajarkan Iya, biasanya bareng, saya ajak juga kalau
sedang di rumah.
dan mengajak anak untuk
shalat berjama’ah?

Apakah Ibu mengajarkan Iya mengaji, terus dia juga ngaji di TPQ.
membaca Al-Qur’an dan Kalau untuk do’a sudah dibiasakan sejak
dulu, misal mau tidur do’a dulu.
do’a-do’a harian?

Apakah Ibu mengajarkan Iya mba, diajarkan untuk berbicara yang


tentang sopan santun dan sopan, dari kita juga mencontohkan yang
baik gitu mba.
saling menghormati?

Apakah Ibu Iya, selalu kalau pagi pasti sebelum kerja


membangunkan tidur dan menyiapkan segala keperluan anak dan
keluarga.
menyiapkan sarapan di
pagi hari?

Apakah Ibu mengantar Kalau memang sempat iya diusahakan, tapi


dan menjemput anak ke kalau tidak ya saya atau keluarga yang sudah
di amanahkan.
sekolah?

Apakah Ibu membantu Iya, kalau malam sambil santai gitu biasanya
dan mendampingi anak ngumpul, cerita sambil mengerjakan PR.
mengerjakan PR?

Apakah Ibu sering Iya, kalau memang anak tidak patuh dan
memberikan nasihat? berbuat kesalahan.
162

Apakah Ibu sering Iya diberi motivasi kalau anak lagi sedih,
memberikan motivasi? atau males belajar, biasanya memang seperti
itu ya mba, anak-anak, hehe.

Apakah Ibu mengajarkan Iya diberi contoh dulu dari orang tua, karena
untuk saling berbagi dan anak pasti melihat bagaimana orang tuanya,
dan pasti ditiru.
saling tolong menolong?

Apa motivasi Bapak Karena istri saya senang menjalaninya, ya


memberikan izin kepada saya dukung, asalkan itu bermanfaat. Karena
istri untuk bekerja di luar memang keinginannya pengen memiliki
kesibukan untuk bekerja mba, tapi ya tetap
rumah? dengan tanggung jawabnya di rumah.

Apa saja kendala yang Kendalanya itu membagi waktu, kadang


dialami Ibu dalam cerita dan mengeluh ke saya, antara
pekerjaan di kantor dan di rumah
menjalankan peran bertabrakan gitu. Jadi waktu untuk santai
sebagai Istri, Ibu bersama keluarga kurang. Dan kita
mengatasinya dengan selalu memanfaatkan
sekaligus wanita karier?
waktu weekend untuk keluarga.

Telawah, 09 Mei 2022

Responden Peneliti

Bapak Mujiyono Fitriyatun Hidayah


NIM: 18312004
163

TRANSKIP HASIL WAWANCARA DENGAN SUAMI DARI


WANITA KARIER TENTANG PERAN IBU SEBAGAI
MADRASAH AL-ŪLĀ DALAM PENDIDIKAN AKHLAK ANAK
(Studi Kasus Wanita Karier di Desa Telawah, Grobogan)

Topik : Peran wanita karier sebagai madrasah al-ūlā dalam


pendidikan akhlak anak serta kendala yang dialami
Responden : Bapak Krisna (Suami Ibu Debi Realita)
Umur : 39 Tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Hari/Tanggal : Selasa, 10 Mei 2022
Waktu : 16.02-16.23 WIB
Tempat : Rumah Ibu Debi Realita dan Keluarga
Peneliti Narasumber
Apakah Ibu mengajarkan Iya mba, selalu mengajarkan yang baik.
pendidikan akhlak sedini
mungkin?

Apakah Ibu mengajarkan Iya, sejak umur 3 atau 4 tahun gitu, dengan
rukun Iman dan rukun metode nyanyian, jadi anak tertarik dan
mudah pahamnya mba.
Islam?

Apakah Ibu mengajarkan Iya, dari kecil sudah diajak untuk shalat, jadi
sekarang sudah mulai terbiasa. Karena kalau
dan mengajak anak untuk
sudah 9 tahun wajib untuk shalat.
shalat berjama’ah?

Apakah Ibu mengajarkan Iya mengaji bareng, terus belajar membaca


qur’an. Sekaligus juga do’a harian, misal
membaca Al-Qur’an dan
ingin memulai dan selesai melakukan
do’a-do’a harian? sesuatu.
164

Apakah Ibu mengajarkan Iya, diajari sopan santun, kalau masuk


tentang sopan santun dan rumah salam, minta izin sama orang tua, dan
berbicara yang baik.
saling menghormati?

Apakah Ibu Iya, membangunkan dan membuat sarapan,


membangunkan tidur dan sekitar jam 05.00 sebelum berangkat
bekerja.
menyiapkan sarapan di
pagi hari?

Apakah Ibu mengantar Kalau mengantar seringnya iya sekalian


dan menjemput anak ke berangkat kerja, tapi kalau pulang dia masih
kerja, kecuali memang pulang cepet mba.
sekolah?

Apakah Ibu membantu Iya, kadang, dan sama saya juga kalau lagi di
dan mendampingi anak rumah.
mengerjakan PR?

Apakah Ibu sering Iya diberi nasehat, apalagi kalau anak


memberikan nasihat? melakukan salah ya diberi ketegasan mba.

Apakah Ibu sering Iya sering, karena memang peran ibu itu
memberikan motivasi? sangat penting mba, dalam pertumbuhan
anak, baik jasmani maupun rohaninya.

Apakah Ibu mengajarkan Iya, diajarkan, dengan membiasakan dan


untuk saling berbagi dan memberi contoh, dan sekarang anaknya jadi
terbiasa.
saling tolong menolong?

Apa motivasi Bapak Istri saya memang suka dengan peran


165

memberikan izin kepada sebagai wanita karier, dan selagi itu positif,
istri untuk bekerja di luar bermanfaat, ya saya dukung. Asal tidak lalai
dalam menjalankan perannya sebagai ibu
rumah? dan istri.

Apa saja kendala yang Kalau untuk kendala sejauh ini belum ada
dialami Ibu dalam yang berarti mba, dia menjalaninya enjoy,
paling ya kurangnya waktu untuk anak,
menjalankan peran karena kesibukan di tempat kerja.
sebagai Istri, Ibu
sekaligus wanita karier?

Telawah, 10 Mei 2022

Responden Peneliti

Bapak Krisna Fitriyatun Hidayah


NIM: 18312004

TRANSKIP HASIL WAWANCARA DENGAN SUAMI DARI


WANITA KARIER TENTANG PERAN IBU SEBAGAI
MADRASAH AL-ŪLĀ DALAM PENDIDIKAN AKHLAK ANAK
(Studi Kasus Wanita Karier di Desa Telawah, Grobogan)

Topik : Peran wanita karier sebagai madrasah al-ūlā dalam


pendidikan akhlak anak serta kendala yang dialami
Responden : Suami Ibu Puji Lestari
Umur : 37 Tahun
Pekerjaan : Petani dan Wiraswasta
Hari/Tanggal : Rabu, 11 Mei 2022
Waktu : 17.18-17.31 WIB
Tempat : Rumah Ibu Puji Lestari dan Keluarga
166

Peneliti Narasumber
Apakah Ibu mengajarkan Iya, ibu mengajarkan pendidikan akhlak
pendidikan akhlak sedini sejak dini.
mungkin?

Apakah Ibu mengajarkan Iya, ibu mengajarkan rukun Islam dan rukun
rukun Iman dan rukun Iman.
Islam?

Apakah Ibu mengajarkan Iya, diajarkan shalat, dan diajak berjamaah.


dan mengajak anak untuk
shalat berjama’ah?

Apakah Ibu mengajarkan Iya mba, ketika sudah mulai lancar


berbicara, mengaji setelah shalat, dan
membaca Al-Qur’an dan
dibiasakan membaca do’a harian. Sebelum
do’a-do’a harian? dan sesudah melakukan kegiatan.

Apakah Ibu mengajarkan Iya, ibu mengajarkan sopan santun dan saling
tentang sopan santun dan menghormati.
saling menghormati?

Apakah Ibu Iya, membangunkan sekitan jam 05.00,


membangunkan tidur dan menyiapkan sarapan dan kebutuhan anak
lainnya sebelum berangkat bekerja. Tapi
menyiapkan sarapan di kalau tidak sempat ya sarapaannya beli
pagi hari?
167

Apakah Ibu mengantar Tidak, karena sudah berangkat kerja.


dan menjemput anak ke sekarang si anak sudah berani berangkat
sendiri naik sepeda.
sekolah?

Apakah Ibu membantu Anak saya biasanya mengerjakan PR


dan mendampingi anak bersama guru les privatnya, paling kalau
mengerjakan PR? masih kurang ya sama ibunya kalau malam.

Apakah Ibu sering Iya diberi nasehat, misal ya belajar yang


memberikan nasihat? rajin, selalu hati-hati gitu mba.

Apakah Ibu sering Iya anak diberi motivasi misa ketika sedang
memberikan motivasi? tidak percaya diri, atau lagi sedih.

Apakah Ibu mengajarkan Iya dibiasakan sejak dulu mba, selalu


untuk saling berbagi dan menolong sesama.
saling tolong menolong?

Apa motivasi Bapak Karena memang itu pilihan dia, saya


memberikan izin kepada mendukung saja asal itu positif dan tidak
istri untuk bekerja di luar melalaikan tugas dan tanggung jawabnya di
rumah.
rumah?
168

Apa saja kendala yang Untuk kendala kadang sulit membagi waktu,
dialami Ibu dalam kurang istirahat, dan waktu bersama
keluarga. karena memang liburnya ketika
menjalankan peran weekend, dan senin-jum’at itu bekerja full
sebagai Istri, Ibu sampai sore, tapi sebisa mungkin dia
membagi waktu dengan baik.
sekaligus wanita karier?

Telawah, 11 Mei 2022

Responden Peneliti

Suami Ibu Puji Lestari Fitriyatun Hidayah


NIM: 18312004

TRANSKIP HASIL WAWANCARA DENGAN SUAMI DARI


WANITA KARIER TENTANG PERAN IBU SEBAGAI
MADRASAH AL-ŪLĀ DALAM PENDIDIKAN AKHLAK ANAK
(Studi Kasus Wanita Karier di Desa Telawah, Grobogan)
169

Topik : Peran wanita karier sebagai madrasah al-ūlā dalam


pendidikan akhlak anak serta kendala yang dialami
Responden : Shirly (Anak Ibu Listiyowati)
Umur : 10 Tahun
Hari/Tanggal : Sabtu, 07 Mei 2022
Waktu : 10.02-10.17 WIB
Tempat : Rumah Ibu Listiyowati dan Keluarga
Peneliti Narasumber
Apakah Ibu mengajarkan Iya, Ibu mengajarkan rukun Iman dan rukun
rukun Iman dan rukun Islam.
Islam?

Apakah Ibu mengajarkan Iya ibu mengajarkan shalat, kalau lagi tidak
kerja shalat berjamaah di rumah.
dan mengajak untuk
shalat berjama’ah?

Apakah Ibu mengajarkan iya kadang, saya belajar ngaji di TPQ, dulu
pas masih kecil banget diajari ibu do’a-do’a.
membaca Al-Qur’an dan
do’a-do’a harian?

Apakah Ibu mengajarkan Iya ibu mengajarkan harus berlaku sopan


tentang sopan santun dan terutama kepada yang lebih tua.
saling menghormati?

Apakah Ibu Kalau lagi libur kerja iya, kadang juga di

membangunkan tidur telfon kalau pagi, tapi seringnya nenek.


dan menyiapkan sarapan
di pagi hari?
170

Apakah Ibu mengantar Tidak, karena ibu bekerja, saya sekolah


dan menjemput anak ke diantar nenek, tapi kadang juga sendiri.
sekolah?

Apakah Ibu membantu Iya, tapi saya juga ikut les ditempat privat,
dan mendampingi kalau malem ditelfon ibu, masih ada tugas
atau tidak.
mengerjakan PR?

Apakah Ibu sering Iya, ibu selalu memberikan nasihat untuk


memberikan nasihat? jadi anak yang rajin shalat, belajar dan
mengaji.

Apakah Ibu sering Iya, sering memberi motivasi dan


memberikan motivasi? semangat.

Apakah Ibu Iya ibu mengajarkan untuk selalu baik dan


mengajarkan untuk tolong menolong kepada sesama.
saling berbagi dan saling
tolong menolong?

Apakah Ibu sering Iya kalau malam kita sering VC, tapi
menemani bermain, kalau tidak kerja ya di rumah kumpul
belajar, dan mengajak sama keluarga.
ngobrol?

Apakah Ibu melarang Iya dilarang, kadang juga dimarahin kalau


jika kamu melakukan aku bandel

perbuatan yang kurang


baik?
171

Bagaimana suka duka Biasa saja, soalnya aku juga tetap bisa
memiliki Ibu yang sibuk bermain dan belajar seperti teman-teman,
tapi mungkin kadang kesepian.
bekerja?

Telawah, 07 Mei
2022
Responden Peneliti

Shirly (Anak Ibu Listiyowati) Fitriyatun Hidayah


NIM: 18312004

TRANSKIP HASIL WAWANCARA DENGAN ANAK WANITA


KARIER TENTANG PERAN IBU SEBAGAI MADRASAH AL-
ŪLĀ DALAM PENDIDIKAN AKHLAK ANAK (Studi Kasus
Wanita Karier di Desa Telawah, Grobogan)

Topik : Peran wanita karier sebagai madrasah al-ūlā dalam


pendidikan akhlak anak serta kendala yang dialami
Responden : Kiano (Anak Ibu Yuli Septiani)
Usia : 8 Tahun
Hari/Tanggal : Sabtu, 07 Mei 2022
Waktu : 17.11-17.23 WIB
Tempat : Rumah Ibu Yuli Septiani dan keluarga

Peneliti Narasumber
Apakah Ibu mengajarkan Iya, ibu mengajarkan rukun Iman dan rukun
rukun Iman dan rukun Islam.
Islam?
172

Apakah Ibu mengajarkan Iya, ibu mengajarkan shalat dan mengajak


shalat.
dan mengajak untuk
shalat berjama’ah?

Apakah Ibu mengajarkan Iya sering mengaji bareng dan do’a-do’a


juga, do’a makan, tidur, bepergian.
membaca Al-Qur’an dan
do’a-do’a harian?

Apakah Ibu mengajarkan Iya, ibu mengajarkan sopan santun dan saling
tentang sopan santun dan menghormati.
saling menghormati?

Apakah Ibu Iya ibu bangunkan saya sekitar jam 05.00


membangunkan tidur dan terus masak sarapan juga, kadang tidak.

menyiapkan sarapan di
pagi hari?

Apakah Ibu mengantar Iya kadang-kadang, kalau ibu sempat.


dan menjemput anak ke
sekolah?

Apakah Ibu membantu Iya kalau malam belajar bareng ibu,


dan mendampingi mengerjakan tugas sekolah.
mengerjakan PR?

Apakah Ibu sering Iya ibu selalu memberi saya nasihat agar
memberikan nasihat? menjadi anak yang baik dan patuh orang tua.
173

Apakah Ibu
sering Iya ibu sering memberikan motivasi untuk
memberikan motivasi? rajin belajar

Apakah Ibu mengajarkan Iya saling tolong menolong dan membantu


untuk saling berbagi dan sesama.
saling tolong menolong?

Apakah Ibu sering Iya kalau ibu tidak bekerja, terus malem
menemani bermain, sering belajar bersama.
belajar, dan mengajak
ngobrol?

Apakah Ibu melarang Iya ibu selalu memberi arahan yang baik, dan
jika kamu melakukan menegur kalau saya berbuat salah.
perbuatan yang kurang
baik?

Bagaimana suka
duka Ya kadang-kadang sedih kalau pulang
memiliki Ibu yang sibuk sekolah ibu masih bekerja, tapi karena sudah
terbiasa jadi ya tidak apa-apa, soalnya sering
bekerja? diajak main juga.

Telawah, 07 Mei 2022

Responden Peneliti

Kiano (Anak Ibu Yuli) Fitriyatun Hidayah


NIM: 18312004
174
175

TRANSKIP HASIL WAWANCARA DENGAN ANAK DARI WANITA


KARIER TENTANG PERAN IBU SEBAGAI MADRASAH AL-ŪLĀ
DALAM PENDIDIKAN AKHLAK ANAK (Studi Kasus Wanita Karier
di Desa Telawah, Grobogan)

Topik : Peran wanita karier sebagai madrasah alūlā dalam


pendidikan akhlak anak serta kendala yang dialami
Responden : Aqila (Anak Ibu Ninik Mulyani)
Umur : 9 Tahun
Hari/Tanggal : Senin, 09 Mei 2022
Waktu : 16.06-16.17 WIB
Tempat : Rumah Ibu Ninik Mulyani dan Keluarga
Peneliti Narasumber
Apakah Ibu mengajarkan Iya dulu pakai lagu-lagu ngajarinnya.
rukun Iman dan rukun
Islam?

Apakah Ibu mengajarkan Iya ibu mengajarkan dan mengajak saya


shalat.
dan mengajak untuk shalat
berjama’ah?

Apakah Ibu mengajarkan Iya ibu mengajarkan saya membaca Al-


membaca Al-Qur’an dan Qur’an dan do’a-doa, kalau sore juga
belajar ngaji di TPQ
do’a-do’a harian?

Apakah Ibu mengajarkan Iya, ibu mengajarkan berbicara yang


tentang sopan santun dan sopan, dan menghormati orang lain.
saling menghormati?

Apakah Ibu membangunkan Iya, ibu membangunkan tidur setiap hari


176

tidur dan menyiapkan dan memasakkan saya bekal ke sekolah.


sarapan di pagi hari?

Apakah Ibu mengantar dan Iya kadang-kadang, kadang diantar


menjemput anak ke bapak, nenek, atau sendiri saya juga
berani.
sekolah?

Apakah Ibu membantu dan Iya ibu membantu mengerjakan tugas


mendampingi mengerjakan sekolah apabila saya kesulitan.
PR?

Apakah Ibu sering Iya ibu selalu memberi nasehat, dan


memberikan nasihat? menegur jika saya salah.

Apakah Ibu sering Iya ibu selalu memberi motivasi agar


memberikan motivasi? semangat belajar dan nilai saya bagus.

Apakah Ibu mengajarkan Iya ibu mengajarkan berbagi dan tolong


untuk saling berbagi dan menolong kepada sesama yang
membutuhkan.
saling tolong menolong?

Apakah Ibu sering Iya sering, kalau hari libur, sering diajak
menemani bermain, belajar, main ke tempat bermain. terus kalau
dan mengajak ngobrol? malam juga sering belajar bareng.

Apakah Ibu melarang jika Iya melarang, dan mengarahkan untuk


kamu melakukan perbuatan berbuat baik.
yang kurang baik?
177

Bagaimana suka duka Saya tidak apa-apa soalnya di rumah ada


memiliki Ibu yang sibuk nenek dan saudara.
bekerja?

Telawah, 09 Mei 2022


Responden Peneliti
Aqila (Anak Ibu Ninik Mulyani)
Fitriyatun Hidayah
NIM: 18312004
178

TRANSKIP HASIL WAWANCARA DENGAN ANAK DARI WANITA


KARIER TENTANG PERAN IBU SEBAGAI MADRASAH AL-ŪLĀ
DALAM PENDIDIKAN AKHLAK ANAK (Studi Kasus Wanita Karier
di Desa Telawah, Grobogan)

Topik : Peran wanita karier sebagai madrasah al-ūlā dalam


pendidikan akhlak anak serta kendala yang dialami
Responden : Dewanta (Anak Ibu Debi Realita)
Umur : 7 Tahun
Hari/Tanggal : Selasa, 10 Mei 2022
Waktu : 16.27-16.38 WIB
Tempat : Rumah Ibu Debi Realita dan Keluarga
Peneliti Narasumber
Apakah Ibu mengajarkan Iya
rukun Iman dan rukun
Islam?

Apakah Ibu mengajarkan Iya


dan mengajak untuk
shalat berjama’ah?

Apakah Ibu mengajarkan Iya Ibu mengajak dan mengajarkan saya


untuk belajar Al-Qur’an
membaca Al-Qur’an dan
do’a-do’a harian?

Apakah Ibu mengajarkan Iya ibu mengajarkan berbicara yang sopan,


tentang sopan santun dan mengucapkan tolong, maaf dan
terimakasih.
saling menghormati?

Apakah Ibu Iya ibu selalu membangunkan setiap hari,


179

membangunkan tidur dan sebelum berangkat bekerja, dan memasak


menyiapkan sarapan di untuk saya.
pagi hari?

Apakah Ibu mengantar dan Tidak, saya sekolah diantar nenek, kadang
menjemput anak ke ayah.

sekolah?

Apakah Ibu membantu dan Iya ibu selalu membantu mengerjakan tugas
mendampingi sekolah.

mengerjakan PR?

Apakah Ibu sering Iya ibu selalu memberi nasehat agar


memberikan nasihat? menjadi anak yang baik, dan rajin belajar.

Apakah Ibu sering Iya ibu sering memberi motivasi ketika


memberikan motivasi? saya sedang malas belajar, atau tidak mau
sekolah.

Apakah Ibu mengajarkan Iya ibu selalu mengajarkan untuk tolong


untuk saling berbagi dan menolong dan berbagi kepada orang lain.
saling tolong menolong?

Apakah Ibu sering Iya kalau tidak bekerja ibu meluangkan


menemani bermain, waktu untuk bermain bersama saya.
belajar, dan mengajak
ngobrol?

Apakah Ibu melarang jika Iya ibu melarang dan menegur jika saya
kamu melakukan berbuat salah.
180

perbuatan yang
kurang baik?

Bagaimana sukaduka Kadang sedih karena ibu berangkat kerja


memiliki Ibu yang sibuk pagi-pagi, dan kalau saya pulang ibu masih
kerja, tapi tidak apa-apa karena ada nenek
bekerja? dan tidak sendiri di rumah.

Telawah, 10 Mei 2022


Responden Peneliti
Dewanta (Anak Ibu Debi)
Fitriyatun Hidayah
NIM: 18312004

TRANSKIP HASIL WAWANCARA DENGAN ANAK DARI WANITA


KARIER TENTANG PERAN IBU SEBAGAI MADRASAH AL-ŪLĀ
DALAM PENDIDIKAN AKHLAK ANAK (Studi Kasus Wanita Karier
di Desa Telawah, Grobogan)

Topik : Peran wanita karier sebagai madrasah al-ūlā dalam


pendidikan akhlak anak serta kendala yang dialami
Responden : Anak Ibu Puji Lestari
Umur : 9 Tahun
Hari/Tanggal : Rabu, 11 Mei 2022
Waktu : 18.47-18.59 WIB
Tempat : Rumah Ibu Puji Lestari dan Keluarga
Peneliti Narasumber
181

Apakah Ibu mengajarkan Iya ibu mengajarkan rukun Iman dan rukun
rukun Iman dan rukun Islam.

Islam?

Apakah Ibu mengajarkan Iya, saya shalat berjamaah sama ibu dan
ayah.
dan mengajak untuk shalat
berjama’ah?

Apakah Ibu mengajarkan Iya setelah shalat ibu mengajak untuk


mengaji, dan pas kecil ibu sudah
membaca Al-Qur’an dan
mengajarkan do’a makan, tidur, masuk
do’a-do’a harian? kamar mandi, berpakaian.

Apakah Ibu mengajarkan Iya ibu mengajarkan sopan santun dan


tentang sopan santun dan harus menghormati terutama kepada orang
yang lebih tua.
saling menghormati?

Apakah Ibu Iya setiap pagi ibu selalu membangunkan

membangunkan tidur dan saya, dan memasak, tapi kadang tidak.


menyiapkan sarapan di Saya sarapan di rumah nenek.
pagi hari?

Apakah Ibu mengantar dan Tidak saya berangkat diantar oleh mba.
menjemput anak ke
sekolah?
182

Apakah Ibu membantu dan Iya, kalau saya tidak bisa mengerjakan, tap
mendampingi seringnya sudah selesai ketika saya les
privat di sore hari.
mengerjakan PR?

Apakah Ibu sering Iya ibu selalu memberi nasihat


memberikan nasihat?

Apakah Ibu sering Iya ibu selalu memberi motivasi untuk rajib
memberikan motivasi? belajar, terutama mengaji.

Apakah Ibu mengajarkan Iya ibu mengajarkan untuk selalu tolong


untuk saling berbagi dan menolong apabila ada yang kesusahan.
saling tolong menolong?

Apakah Ibu sering Iya kadang-kadang kalau malah, atau hari


menemani bermain, libur.
belajar, dan mengajak
ngobrol?

Apakah Ibu melarang jika Iya ibu melarang, dan selalu mengarahkan
kamu melakukan yang baik.

perbuatan yang
kurang baik?

Bagaimana suka duka Kadang sedih ketika ibu tidak di rumah,


memiliki Ibu yang sibuk tapi saya tetap main bersama teman-teman.
bekerja?

Telawah, 11 Mei 2022


183

Responden Peneliti

Anak Ibu Puji Lestari Fitriyatun Hidayah


NIM: 18312004
184

Lampiran 5 Hasil Observasi


HASIL DOKUMENTASI TENTANG PERAN IBU SEBAGAI
MADRASAH AL-ŪLĀ DALAM PENDIDIKAN AKHLAK (Studi
Kasus Wanita Karier di Desa Telawah, Grobogan)

Topik : Peran wanita karier sebagai madrasath al-ūlā dalam pendidikan


akhlak anak pada anak

Obyek : Kondisi desa, kondisi keluarga, kendala yang dialami wanita karier
dalam menjalankan perannya sebagai madrasah al-ūlā dalam
pendidikan akhlak anak
No Objek yang diamati Deskripsi Hasil Observasi
1. Mengamati situasi Pada tanggal 21 Maret 2022, peneliti datang
dan kondisi Desa ke balai desa untuk menyerahkan surat
penelitian dan melakukan observasi
Telawah, Kecamatan pemerintahan, tetapi sebelumnya peneliti
Karangrayung, sudah meminta izin secara lisan kepada
Kepala Desa Telawah yaitu Bapak Imam
Kabupaten
Budiawan. Peneliti menemui Kepala Desa
Grobogan.
dan mulai mengamati kondisi pemerintahan
Desa Telawah dan bertanya tentang datadata
seperti visi dan misi, persentase jumlah
penduduk, sarana pra sarana, tempat
pendidikan, tempat ibadah, serta keseharian
masyarakat Desa Telawah. kemudian
peneliti menyampaikan tujuannya untuk
melakukan wawancara kepada wanita karier
di Desa Telawah.
185

2. Mengamati kondisi Pada tanggal 07 Mei 2022 peneliti


keluarga, peran melakukan observasi kepada responden
wanita karier sebagai pertama yaitu ibu Listiyowati. Dalam
madrasatul ūlā wawancara tersebut peneliti juga mengamati
dalam pendidikan kondisi responden sebagai orang tua dalam
akhlak di Desa mendidik anak-anaknya. Ibu Listiyowati
Telawah, Kecamatan ialah seorang buruh pabrik di Surabaya.
Karangrayung, yang memiliki 2 anak, Selama beliau
Kabupaten merantau bekerja di luar kota kedua anaknya
Grobogan. dijaga oleh neneknya. Selama penulis
melakukan proses penelitian melalui
wawancara. Ibu Listiyowati merupakan
narasumber yang aktif, ramah dan terlihat
sangat dekat dengan anaknya. Selain itu juga
banyak membantu peneliti guna
mendapatkan informasi terkait dengan data
penelitian sesuai yang dibutuhkan.
Kemudian pukul 16.10 peneliti melanjutkan
wawancara kepada responden kedua yakni
ibu Yuli Septiyani Ibu Yuli Septiyani ialah
seorang Ibu yang berprofesi sebagai guru di
SDN 1 Karangsono. Beliau bekerja pukul
07.00-13.00 WIB pada hari Senin-Sabtu.
Ketika bekerja anak beliau dijaga oleh
neneknya. Selama penulis melakukan proses
penelitian melalui wawancara Ibu Yuli
menjadi informan yang banyak membantu
penulis untuk mendapatkan informasi
186

mengenai pentingnya pendidikan akhlak


sedini mungkin.
Pada tanggal 09 Mei 2022 peneliti
mengadakan observasi kepada keluarga ibu
Ninik Mulyani Ibu Ninik Mulyani seorang
ibu rumah tangga sekaligus Pegawai Tata
Usaha di SMPN 2 Karangrayung. Beliau
bekerja pukul 07.00-13.00 WIB dan Ketika
bekerja anak beliau dijaga oleh neneknya,
dan kalau anaknya sudah pulang sekolah
beliau sering mengajak ke tempat bekerja.
Selama penulis melakukan penelitian
dengan wawancara, Ibu Yuli merupakan
informan yang banyak memberikan
informasi mengenai pendidikan akhlak
seorang anak.
Pada tanggal 10 Mei 2022 peneliti
melakukan observasi kepada keluarga ibu
Debi Realita seorang ibu rumah tangga yang
juga bekerja sebagai pengawas pendamping
(PKH) di kantor Kecamatan Karangrayung.
Ibu Debi bekerja pukul 07.00-12.00 WIB
pada hari Senin-Jum’at dan harus siap
apabila ditugaskan untuk dinas gabungan di
Kabupaten. Ketika bekerja anaknya dijaga
oleh nenek, kakeknya dan ada pengasuhnya
juga. Selama penulis melakukan penelitian
dengan wawancara, Ibu Debi merupakan
187

informan yang banyak memberikan


informasi mengenai tips memanage waktu
dengan baik guna meminimalisir kendala
yang dimiliki seorang ibu (wanita karier).
Pada tanggal 11 Mei penulis melakukan
observasi kepada keluarga ibu Puji Lestari
seorang ibu rumah tangga yang juga
menjabat sebagai KAUR bidang pelayanan
di Desa Telawah. Beliau bekerja pada hari
Senin-Jum’at pukul 07.00-13.00 WIB.
Ketika bekerja anaknya dijaga oleh
nenenknya dan terkadang bergantian dengan
ayahnya. Selama penulis melakukan proses
penelitian dengan wawancara, Ibu Puji
merupakan informan yang aktif dan tegas
serta banyak membantu peneliti untuk
mendapatkan data yang dibutuhkan terkait
penelitian.

3. Mengamati kendala- Peneliti mengamati peran ibu sebagai


kendala yang madrasatul ūlā dan kondisi keluarga
terhadap kelima responden. Selain itu juga
dihadapi wanita mengamati kendala yang dihadapi dalam
karier dalam menjalankan peran yang dimilikinya,
sebagai seorang istri, ibu serta wanita karier.
menjalankan
Kelima responden mengalami kendala yang
perannya sebagai berbeda-beda, diantaranya Ibu Listiyowati,
madrasatul ūlā adanya keterbatasan jarak dan waktu
membuat kebersamaan beliau dan anaknya
dalam pendidikan
akhlak pada anak di
Desa Telawah,
188

Kecamatan sangat kurang, sehingga mengalami kendala


Karangrayung, dalam menanamkan pendidikan akhlak.
kemudian Ibu Ninik Mulyani mengalami
Kabupaten kendala dalam membagi waktu antara
Grobogan. pekerjaan dan tanggung jawabnya sebagai
ibu. Kemudian Ibu Yuli Septiani ada
perasaan sedih dan bersalah ketika hendak
bekerja dan harus menitipkan anaknya
kepada orang lain
189

Lampiran 5: Hasil Dokumentasi


HASIL DOKUMENTASI TENTANG PERAN IBU SEBAGAI
MADRASAH AL-ŪLĀ DALAM PENDIDIKAN AKHLAK (Studi Kasus
Wanita Karier di Desa Telawah, Grobogan)

1. Balai Desa Telawah, Kecamatan Karangrayung, Kabupaten Grobogan

2. Visi Misi Desa Telawah, Kecamatan Karangrayung, Kabupaten Grobogan

3. Wawancara dengan Kepala Desa Telawah


190

4. Wawancara dengan Wanita Karier


a. Ibu Listiyowati (Responden 1)
191

b. Ibu Yuli Septiyani (Responden 2)

c. Ibu Ninik Mulyani (Responden 3)


192

d. Ibu Debi Realita (Responden 4)

e. Ibu Puji Lestari (Responden 5)


193
194

Lampiran 6: Surat Izin Penelitian


195
196
197

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Diri
1. Nama Lengkap : Fitriyatun Hidayah
2. Tempat/tanggal lahir : Grobogan, 12 Februari 2000
3. Alamat Rumah : Telawah, Karangrayung, Grobogan
4. Jenis Kelamin : Perempuan
5. Agama : Islam
6. Kewarganegaraan : WNI
7. No. Hp : 085212279019
8. Email : hdyfitry@gmail.com
9. Putri bungsu dari : Bapak Al-Chafid Munadjad
Ibu Aslamiyah
B. Riwayat Pendidikan
1. Pendidikan Formal
a. SDN 2 Telawah : Lulus tahun 2011
b. SMPN 2 Karangrayung : Lulus tahun 2014
c. SMAN 1 Karangrayung : Lulus tahun 2017
d. Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta : Angkatan 2018
2. Pendidikan Non Formal
Pondok Pesantren Roudlotul Jannah Kudus (2017)

Tangerang Selatan, 14 Juli 2022

Fitriyatun Hidayah
NIM: 18312004

Anda mungkin juga menyukai