OLEH :
ACHMAT MUNANDAR
PAMONG BUDAYA AHLI PERTAMA
1.2 Permasalahan
Permasalahan yang Penulis temui dalam pelindungan pesta adat Pehelung Kauh
Duman Lebau adalah “ Bagaimana upaya pelestarian Pesta Adat Pehelung Ka’uh
Tupuh Duman Lebau “
2.3 Pemerintahan
Bupati adalah pemimpin tertinggi di lingkungan pemerintah Kabupaten Kutai
Timur. Bupati Kutai Timur bertanggungjawab kepada gubernur provinsi Kalimantan
Timur. Bupati Kutai Timur sejak pembentukannya pertama kali adalah Awang Faroek
Ishak dengan wakil bupati, Mahyudin. Pada saat Awang Farouk mundur dari jabatan
bupati waktu mencalonkan diri menjadi Gubernur Kalimantan Timur, ia digantikan oleh
Mahyudin. Kemudian pada Pilkada Bupati Kutai Timur selanjutnya, Awang Faroek
terpilih kembali menjadi bupati periode 2006-2011. Pada tahun 2008, Bupati Awang
Farouk terpilih dan diangkat menjadi Gubernur Kalimantan Timur. Selanjutnya Wakil
Bupati Isran Noor diangkat menjadi Bupati, sedangkan Wakil Bupati kemudian
diamanatkan kepada Ardiansyah Sulaiman.
Pada tahun 2016-2021 Bapak H. Ir. Ismunandar MT & Bapak Kasmidi Bulang
Menjabat Bupati dan Wakil Bupati yang dipilih oleh Rakyat Kutai Timur Yang dilantik
di Samarinda tanggal 17 Februari tahun 2016 tepatnya di Gedung Plenary Hall GOR
Sempaja
Saat ini, bupati atau kepala daerah yang menjabat di Kutai Timur ialah Ardiansyah
Sulaiman, dengan wakil bupati Kasmidi Bulang. Mereka menang pada Pemilihan umum
Bupati Kutai Timur 2020. Ardiansyah merupakan bupati Kutai Timur definitif yang ke-4
dan ke-6. Ardiansyah dan Kasmidi dilantik oleh gubernur Kalimantan Timur Isran Noor,
pada 26 Februari 2021 untuk periode 2021-2024.
Sumber :
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Kutai_Timur
C. Eksistensi
3.1 Pehelung Ka’uh Tupuh Duman Lebau
Pehelung Ka’uh Tupuh Duman Lebau adalah sebutan nama untuk acara “Pesta Pasca
Panen” yang di gelar sekali dalam setahun di Desa Wisata Budaya Mau Baru.Acara
tersebut biasanya di selenggarakan pada Bulan April setiap tahunnya dan telah menjadi
sebuah agenda tetap sebagai ritus seni budaya dalam tradisi budaya Suku Dayak Kayan di
Desa Wisata Budaya Miau Baru yang aka terus di lestarikan sepanjang masa.Pehelung
Ka’uh Tupuh Duman Lebau mulai di gelar kembali pada Bulan April Tahun 2019 di Desa
Wisata Budaya Miau Baru setelah sempat beberapa dekade sepi tidak pernah di
selenggarakan terakhir sejak tahun 90an di karenakan adanya isu tentang perbedaan
pendapat dan pemahaman terhadap pelaksanaan acara tersebut yang di anggap
bersinggungan dengan kepercayaan terkait Agama dan Mitologi Kepercayaan Suku
Dayak Kayan di masa lampau yang mempengaruhinya sehingga acara tersebut sempat di
hentikan.Pehelung Ka’uh Tupuh Duman Lebau merupakan sebuah acara budaya yang
cukup meriah yang di selenggarakan di Desa Wisata Miau Baru, dimana acara ini lebih
banyak di isi dengan kegiatan-kegiatan kesenian tradisi yang meliputi ragam tarian-tarian
asli Suku Dayak Kayan yang sangat jarang di temui pada acara-acara kesenian
lainnya, serta olahraga tradisional yang meliputi permainan klasik dalam tradisi budaya
Suku Dayak Kayan sehingga orang-orang banyak termasuk para pengunjung sangat
antusias hadir untuk menyaksikan pelaksanaan acara tersebut sampai dengan puncak acara,
dan biasanya pada hari penutupan akan di adakan acara makan bersama di LAMIN ADAT
LEKEQ BILUNG JAU Desa Wisata Budaya Miau Baru, disana kita akan melihat dan
dapat mencicipi ragam kuliner khas Suku Dayak Kayan yang unik dimana acara tersebut
juga terbuka untuk umum.Desa Wisata Budaya Miau Baru berharap kedepannya agar acara
Pehelung Ka’uh Tupuh Duman Lebau ini mendapat perhatian khusus dari Pemerintah
sehingga acara ini kedepannya dapat di muat di dalam agenda-agenda kebudayaan di
daerah yang patut di bina dan di kembangkan karena mengandung nilai budaya suku dayak
kayan dan nilai gotong royong sebagaimana pengamalan pancasila sila ke 3.
3.2 Sejarah
Acara Pehelung Ka’uh Tupuh Duman Lebau adalah sebuah tradisi yang sudah sejak
lama dari Zaman nenek moyang orang-orang kayan dimasa lampau dan telah menjadi
tradisi yang melekat dikehidupan tradisi dalam kehidupan tradisi budaya Suku Dayak
Kayan sejak masa lampau, dan sampai dengan saat ini acara tersebut masih dilakukan oleh
seluruh kaum Dayak Kayan pada umumnya dengan tata cara ritual dan nama acara yang
berbeda-beda sesuai dengan tradisi di daerahnya masing-masing dimana sub suku dari
kaum Suku Dayak Kayan itu sendiri berada. Pehelung Ka’uh Tupuh Duman Lebau
biasanya di gelar satu setahun sekali setiap tahunnya yaitu jatuh pada Bulan April, dimana
bulan tersebut di anggap sebagai titik puncak dari seluruh kegiatan masyarakat, dan titik
awal untuk memulai suatu kegiatan kembali bagi masyarakat sesuai dengan tradisi adat
Suku Dayak Kayan, sehingga dari segi terjemahan lain hal ini identik seperti sebuah
Perayaan Tahun Baru Adat yang terlihat sedikit berbeda dari tradisi manusia pada
umumnya dalam perayaan Pergantian Tahun Masehi.Hal itu terjadi karena di masa lampau
Orang-orang Kayan belum mengenal tentang perhitungan waktu dalam Tahun Masehi
sehingga segala sesuatunya baik itu tentang siklus dalam sebuah kelangsungan hidup
hanya akan di tentukan dari sebuah gambaran tentang tanda pergantian musim berdasarkan
iklim dan perubahan alam yang mereka pahami dan hal itulah yang menjadi dasar tolak
ukur untuk perhitungan waktu tentang suatu masa dalam siklus kehidupan orang-orang
kayan pada masa itu, sampai dengan pada akhirnya Tahun Masehi mulai di kenal dan
ternyata moment perhelatan Pehelung Kaúh Tupuh Duman Lebau jatuh pada Bulan
April dalam perhitungan Tahun Masehi, itulah dasar sejarah yang menjadi alasan mengapa
Pehelung Ka’uh Tupuh Duman Lebau di selenggarakan setiap Bulan April.Mengenal Arti
Dari Nama Pehelung Ka’uh Tupuh Duman Lebau
Terjemahan dari Bahasa Kayan tentang arti kata dari nama Pehelung Ka’uh Tupuh Duman
Lebau antara lain;
Dengan memahami terjemahan tersebut di atas maka dapat di tarik suatu kesimpulan
tentang arti dari nama Pehelung Ka’uh Tupuh Duman Lebau tersebut dalam sebuah frasa
yaitu; “suatu perhelatan dimana seluruh Masyarakat Adat Suku Dayak Kayan akan
berkumpul bersama di suatu tempat untuk melakukan suatu acara hajatan sebagai
ungkapan rasa syukur dan terimakasih kepada Sang Pencipta atas segala perlindungan
dan pencapaian-pencapaian hasil dalam kehidupan semua orang, baik itu hasil dari
bercocok tanam, perburuan maupun kegiatan lainnya yang telah memenuhi kebutuhan
hidup setiap orang pada satu masa yang telah berlalu, dan selanjutnya akan memanjatkan
do'a untuk menyerahkan kembali setiap rencana dan perjalanan kehidupan semua orang
ke dalam perlindungan Sang Pencipta dan suatu hari hanya akan memperoleh berkat
dariNya pada lembaran perjalanan kehidupan baru yang akan di tempuh kembali”.Di
masa lampau Suku Dayak Kayan di kenal begitu melekat dengan kepercayaan atau
Mitologi Bungan Malan Pesilung Bluan yang merupakan sosok Dewa Pencipta Segala
Sesuatu yang memberikan Kehidupan, Perlindungan dan Kematian bagi setiap orang
sehingga biasanya setiap ritual syukur dan persembahan pada masa itu biasanya di
panjatkan kepada Dewa Bungan Malan.Ketika Agama mulai menyebar di seluruh daratan
Borneo orang-orang kayan mulai menanggalkan kepercayaan lama mereka dan mulai
mengikuti ajaran agama dan pada akhirnya agama telah mampu menggiring seluruh orang-
orang Kayan hanya Percaya Kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga dari itu sekarang
kita bisa melihat fakta-fakta dalam kehidupan orang-orang kayan yang kita jumpai bahwa
mayoritas Suku Dayak Kayan di Pulau Borneo yang kita kenal sekarang pada umumnya
lebih banyak yang memeluk agama Kristen Protestan, Kristen Katolik dan sebagian kecil
memeluk agama Muslim.Menilai ajaran agama yang terlihat kontras memiliki
pertentangan yang kuat terhadap kepercayaan lama sehingga hal itu harus memaksa Suku
Dayak Kayan untuk dapat mengevaluasi dan mengubah setiap tata cara tradisi adat istiadat
di dalam tatanan kehidupan orang-orang kayan agar tidak menyimpang dari prinsinsip-
prinsip keagamaan yang mengharuskan setiap orang hanya percaya kepada Tuhan Yang
Maha Esa, maka oleh karena itu pada setiap pertunjukan ritual adat termasuk ritual-ritual
yang dilakukan pada acara adat Pehelung Ka'uh Tupuh Duman Lebau di Desa Wisata
Budaya Miau Baru hanya akan menampilkan sebuah ilustrasi atau peraga dari sebuah
tradisi yang hanya lebih menekankan pada nilai-nilai seninya saja dalam suatu pertunjukan
yang bertujuan sebagai bentuk upaya di dalam menjaga dan melestarikan warisan budaya
Suku Dayak Kayan sebagai suatu karakteristik identitas dan jati diri dari Generasi Kayan
dan bukan sebagai entitas dalam sebuah kepercaayaan yang menjadi tujuan hidup setiap
orang sehingga setiap permohonan dan do'a syukur di dalam pelaksanaan acara Pehelung
Ka'uh Tupuh Duman Lebau "mutlak" di panjatkan hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Secara umum Pesta Adat Pehelung Kauh Duman Lebau melibatkan seluruh masyarakat
untuk berperan langsung dalam acara adat ini agar memiliki pemahaman tentang
pengetahuan tradisional dan ekspresi budaya tradisional yang kita miliki dan telah menjadi
warisan budaya suku dayak kayan yang perlu dilestarikan.
Festival Seni Tari Kreasi antar RT maupun antar Sanggar Tari dengan kategori
beregu maupun tunggal.
Festival Musik Tradisional SAPEQ dan KOLINTANG.
1. Pertunjukan Kesenian Tradisi (Hivan Paún);
Pertunjukan Hivan Pa’un (tarian-tarian asli) Suku Dayak Kayan yang merupakan simbol-
simbol kehidupan dalam tradisi budaya Suku Dayak Kayan secara turun temurun dengan
jenis-jenis tarian yang meliputi;
Lomba Perahu,
Menyumpit,
Panaq Asing,
Panaq Alang,
Tung Tukeak
Pejat Akah
D. Puncak Pehelung
Pada puncak acara Pehelung Ka’uh Tupuh Duman Lebau biasanya di isi dengan acara-
acara antara lain:
1. Acara Pekatuk;
Acara Pekatuk merupakan suatu acara semacam rapat umum yang di pimpim oleh
tokoh-tokoh masyarakat yang terdiri dari Lembaga Adat, Pemerintah Desa, Ketua-ketua
RT, Tokoh Agama yang wajib di hadiri oleh seluruh warga masyarakat, dimana acara
tersebut berisikan tentang nasehat-nasehat dan arahan yang akan menjadi pedoman dalam
kelangsungan hidup warga masyarakat secara umum.
Sesi Acara Pekatuk biasanya di lakukan dari pagi sambil menunggu persiapan konsumsi
dari semua RT yang ada di Desa Wisata Budaya Miau Baru. Pada prosesi Persiapan Menu
Konsumsi warga dari setiap RT akan memasuki Amin Adat Desa Miau Baru dengan
menghantar jenis-jenis makanan yang telah di masak dari RT nya masing-masing untuk di
kumpulkan dan di siapkan di Amin Adat Desa Wisata Budaya Miau Baru. Acara Makan
Bersama adalah puncak dari acara Pehelung yang paling di nantikan selain prosesi ritual
adat pembukaan Pehelung Ka’uh Tupuh Duman lebau di Desa Wisata Budaya Miau Baru,
dimana di dalam acara ini seluruh warga masyarakat akan datang berkumpul untuk makan
bersama di Amin Adat menikmati semua makanan yang telah di sediakan sebagai wujud
ungkapan rasa syukur masyarakat atas kelimpahan berkat yang telah di curahkan oleh
Tuhan Yang Maha Kuasa. Acara makan bersama pada acara ini tidak tertutup hanya untuk
warga Miau Baru atau undangan saja, tetapi juga terbuka untuk semua pengunjung yang
datang ke Amin Adat, di persilahkan untuk mergabung dengan masyarakat bersama-sama
menikmati makanan yang telah di sediakan.
Nilai-nilai luhur yang dapat diambila dari pesta adat Pehelung Kauh Duman Lebau
adalah masyarkat suku dayak kayan memahami ciri khas suku dayak kayan agar generasi
muda mulai tertarik untuk lebih memahami dengan cara belajar dan Kayan yang patut
dihormati dan menjadi salah satu warisan tradisi budaya yang penting untuk dilestarikan.
Nilai kegotongroyongan terdapat pada pelaksanaan nya yang melibatkan masyarakat
dalam pelaksanaannya. Pesta Adat Pehelung Kauh Duman Lebau ini memprioritaskan
generasi-generasi muda suku dayak kayan keterlibatan mereka dalam acara-acara budaya
seperti ini baik itu dalam tarian-tarian maupun peraga ritualnya agar mereka bisa langsung
belajar dan lebih mudah memahami tentang tradisi ini sehingga daya tarik dan
menumbuhkan kecintaan mereka terhadap budaya asli mereka sendiri yang sudah menjadi
ciri khas warisan tradisi dari nenek moyang mereka sendiri yang wajib dilestarikan.
Dikarenakan banyaknya budaya-budaya asing yang tumbuh didalam lingkungan hidup kita
yang dapat mempengaruhi generasi muda suku dayak kayan.
E. Analisis Data
Pesta Adat “Pehelung Ka’uh Tupuh Duman Lebau “ yang dilaksanakan oleh masyarakat
Desa Miau Baru ini adalah Pesta Adat yang memiliki kesamaan dengan pesta Adat pada
sub suku dayak lainnya. Keistimewaan dari Pesta Pehelung yang saat ini dilaksanakan
lebih didominasi oleh penampilan festival kesenian. Penulis telah melakukan konfirmasi
kepada narasumber bahwa memang ada beberapa ritual adat yang tidak lagi dilakukan.
Ritual Adat tersebut Ritual Adat Lakin Ayaw dan Ritual Adat Ufah. Ritual adat tersebut
sudah tidak lagi dilaksanakan dikarenakan tidak berkesesuaian dengan nilai-nilai agama
kristen. Ritual tersebut dikarenakan melakukan penyembahan kepada roh-roh halus,
sedangkan agama kreisten tidak memperkenankan penyembahan kepada roh. Jika dilihat
dari sejarahnya memang ritual Adat Lakin Ayaw dan Ritual Adat Ufah masing berkaitan
dengan keyakinan pada masa nenek moyang dahulu yaitu animisme dan dinamisme,
sehingga ketika bertentangan dengan nilai-nilai agama maka akan mendapat pertentangan
dari para pemuka agama di gereja. Beberapa Ritual adat juga mengalami penyesuaian
dengan nilai-nilai agama. Penyesuaian tersebut istilah dewa diganti dengan Tuhan, dan
gerakan - gerakan yang mirip dengan pemujaaan dihilangkan. Hal ini yang membuat Pesta
“Pehelung Ka’uh Tupuh Duman Lebau “ lebih dominan pada penampilan kesenian.
Pesta “Pehelung Ka’uh Tupuh Duman Lebau “ yang saat ini dilaksanakan memang
sudah jauh berbeda dari aslinya karena telah berubah dengan regenerasi penyelenggaranya.
Nama Pehelung Ka’uh Tupuh Duman Lebau pun sempat menjadi perdebatan di para tetua.
Hal ini karena dari leluhur tidak pernah memberikan ini sebuah nama untuk ritual ini.
Masyarakat terdahulu hanya mengadakan Ritual ini sebagai ungkapan syukur yang
ditandai dengan peralihan musim panen. Sebelum diselenggarakan Ritual ini ditandai
dengan pergerakan migrasi hewan buruan, perubahan iklim dan angin serta musim buah-
buahan yang menjadi waktu penentuan. Setelah melakukan beberapa kali dari tahun ke
tahun ternyata didapati bulan April lah penyelenggaraannya nya.
Tetua atau beberapa Tokoh Adat di Desa Miau Baru saat ini berjumlah hanya sedikit dan
yang masih memiliki kesehatan yang baik pun tidak banyak. Dalam hal ini banyak
generasi muda yang turut serta dalam penyelenggaraannya dan memang dalam ritual Acara
Pekatuk yang melakukan makan Bersama oleh seluruh masyarakat. Beberapa upaya telah
dilakukan dalam hal promosi guna kelestarian Pesta Adat ini. Promosi dilakukan dengan
mengundang beberapa stake holder terkait dan juga pada media sosial. Harapannya dengan
diselenggarakan Pesta Adat ini dari tahun ke tahun dapat meningkatkan animo masyarakat
khususnya generasi muda agar nilai-nilai budaya yang pernah dimiliki ini terwariskan
secara turun-temurun. Tantangan terhadap karya budaya ini jika dalam beberapa generasi
sudah tidak lagi menyelenggarakan berpotensi membuat generasi yang akan datang tidak
pernah mengetahui sejarah, nilai-nilai dan kesenian yang terkandung didalamnya maka
Pesta adat ini tidak akan bisa diselenggarakan lagi.
E. Rangkuman
Dari rangkaian observasi hingga analisis data yang penulis telah lakukan maka penulis
menarik beberapa simpulan diantaranya :
1. Pesta Adat Pehelung Ka’uh Tupuh Duman Lebau ini adalah pesta adat khas suku
Dayak Kayan yang tinggal di desa Miau Baru
2. Pesta Adat Pehelung Ka’uh Tupuh Duman Lebau ini memupuk nilai
kegotongroyongan yang sesuai dengan nilai-nilai moral Pancasila
3. Pesta Adat Pehelung Ka’uh Tupuh Duman Lebau ini harusnya dilestarikan agar
dapat terus menerus dilanjutkan dari generasi ke generasi
4. Pesta Adat Pehelung Ka’uh Tupuh Duman Lebau merupakan karya budaya yang
harus dilindungi
5. Pesta Adat Pehelung Ka’uh Tupuh Duman Lebau ini dapat menjadi salah satu daya
Tarik dari Desa Miau Baru untuk mendatangkan wisatawan.
DAFTAR PUSTAKA
BPS Kabupaten Kutai Timur. Kecamatan Kongbeng Dalam Angka. Katalog Nomor :
1102001.6404022. Tahun 2023. Kutai Timur
Kabupaten Kutai Timur. Peraturan Bupati Kutai Timur Nomor 18 Tahun 2022 Tentang
Penetapan Batas Desa Miau Baru Kecamatan Kombeng Kabupaten Kutai Timur.
Pemerintah Kabupaten Kutai Timur. Kutai Timur
D. Analisis Data
Hasil observasi lapangan pada tanggal 16 Mei 2023 ditempat pelaksanaan acara Pesta Adat
Pehelung yang berada didesa Miau Baru Kecamatan Kongbeng. Pelaksanaan Pesta Adat
ini berlangsung selama bulan oktober sehingga untuk aktivitas ritual secara langsung
penulis tidak melihat secara langsung.
Hasil pengamatan penulis menilai bahwa pesta Pehelung Kauh Duman Lebau tersebut
mengandung unsur nilai budaya yang khas dibanding pesta adat suku dayak lainnya.
Terlebih penulis melihat kekhasan ada pada Hudoq yang bentuk topeng serta tari-tariannya
tidak persis dengan suku dayak lainnya seperti suku dayak Wehea yang pesta adatnya
bernama “Lomplai”. Pesta Adat Pehelung dalam rangkaian membagi nya menjadi
penampilan kesenian dan olahraga tradisional dan ditutup dengan makan bersama pada
ritual puncak nya yang bernama Acara “Pekatuk”.
Hasil wawancara yang dilakukan kepada narasumber dengan biodata sebagai berikut :
Wawancara dilakukan dirumah bapak Yusni Sofian yang bertepatan dekat dengan
pelaksanaan acara Pesta Adat Pehelung Ka’uh Tupuh Duman Lebau dengan mengajukan 8
buah pertanyaan sebagai berikut :
6. Bagaimana upaya rencana acara adat ini dengan generasi dari zaman-zaman dengan
tantangan budaya asing yang masuk
Jawaban :
Memang prioritas kita adlah generasi-generasi muda suku dayak kayan, oleh karena itu
akan selalu melibatkan mereka dalam setiap acara-acara budaya seperti ini baik itu
didalam tari-tarian maupun peraga ritualnya agar mereka bisa langsung belajar dan lebih
mudah memahami tentang tradisi ini sehingga daya tarik dan rasa kecintaan mereka
terhadap budaya asli mereka sendiri yang sudah menjadi cirikhas warisan tradisi dari
nenek moyang mereka sendiri yang wajib dilestarikan. Hal itu kita lakukan karena kita
juga menyadari banyaknya budaya-budaya asing yang tumbuh didalam lingkungan hidup
kita yang dapat memepengaruhi generasi muda kita.